PENURUNAN INDEKS PLAK PADA PENGGUNA ORTODONTI CEKAT DENGAN PEMAKAIAN PASTA GIGI KHUSUS ORTODONTI DAN PASTA GIGI KONVENSIONAL Olivia Nadia Putri, Benny Saputra*, Anisa Ramadhani K* Program Studi S1 Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri [email protected]. ABSTRAK Latar belakang: Alat ortodonti cekat adalah alat ortodonti yang melekat pada permukaan gigi dan tidak dapat dilepas sendiri oleh pasien. Alat-alat ortodonti cekat yang digunakan dalam rongga mulut memiliki bentuk yang rumit, seperti bracket, hook, band, cleat, arch wire, elastic yang menyebabkan sulit untuk dibersihkan sehingga bakteri lebih mudah berkembang biak. Bakteri yang melekat pada gigi mengakibatkan terjadinya plak dan plak yang tidak dibersihkan akan meningkatkan kerentanan terhadap karies dan infeksi periodontal. Upaya pengendalian plak dapat dilakukan secara mekanis meliputi penyikatan gigi dan dengan bahan kimia seperti pasta gigi sebagai sarana penunjang pengendalian plak. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai produsen pasta gigi membuat inovasi untuk menambahkan zat lain yang bermanfaat bagi kesehatan gigi. Salah satu zat yang ditambahkan adalah kolostrum pada pasta gigi khusus ortodonti. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui penurunan indeks plak pada pengguna ortodonti cekat dengan pemakaian pasta gigi khusus ortodonti dan pasta gigi konvensional. Metode penelitian: Jenis penelitian eksperimental klinis dengan pendekatan pretest-post test group design. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang, dengan 2 kelompok kontrol, dilakukan 2 kali pemeriksaan yaitu skor plak indeks sebelum menyikat gigi dan sesudah menyikat gigi menggunakan pasta gigi khusus ortodonti dan pasta gigi konvensional. Hasil: Uji paired t-test (p<0,05) terdapat perbedaan signifikan antara indeks plak sebelum dan sesudah pemakaian pasta gigi khusus ortodonti dan pasta gigi konvensional. Independent t-test (p<0,05) terdapat perbedaan penurunan indeks plak yang signifikan pada pengguna ortodonti cekat antara pemakaian pasta gigi khusus ortodonti dan pasta gigi konvensional. Kesimpulan: Pasta gigi khusus ortodonti lebih efektif dibanding pasta gigi konvensional dalam menurunkan indeks plak pada pengguna ortodonti cekat. Kata Kunci : Indeks plak, Ortodonti cekat, Pasta gigi khusus ortodonti, Pasta gigi konvensional. *Penulis Penanggung Jawab ABSTRACT Decreasing Of Plaque Index In Fixed Orthodontic Appliances With Orthodontic Toothpaste And Conventional Toothpaste Olivia Nadia Putri, Benny Saputra¹, Anisa Ramadhani K² 1 Departement Orthodontia Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri Departement Orthodontia Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri 2 Backround: A fixed orthodontic appliance is a device that is fixed directly on the tooth and can not be removed by patient himself. The fixed orthodontic devices used in the oral have a complicated shape, such as brackets, hooks, bands, cleats, arch wire, elastic which are difficult to be cleaned so that the bacteria can multiply more easily. The bacteria that attach to the teeth resulting a plaque and if this plaque are not cleaned will increase susceptibility caries and periodontal disease. Plaque control efforts can be carried out mechanically including brushing the teeth and chemically such as toothpaste as a supporting plaque control. Along with the advancement of science and technology, various toothpaste manufacturers have made innovations to add other substances that are beneficial to dental health. One of the substances added is colostrum on orthodontic toothpastes. Objective: To determine the decrease of plaque index on fixed orthodontic appliance users by using orthodontic toothpaste and conventional toothpaste. Research method: The type of this study is clinical experimental with approach pretest-post test group design. The number of samples used in this study were 30 people, with 2 control scoring index plaque which is two times the examination of index score plaque before and after brushing teeth with orthodontic toothpaste and conventional toothpaste. Result: Paired t-test (p <0.05) there were significant differences between the plaque index before and after the use of orthodontic toothpaste and conventional toothpaste. Independent t-test (p <0.05) there was a significant difference in plaque index reduction in fixed orthodontic users between the use of orthodontic toothpaste and conventional toothpaste. Conclusions: Orthodontic toothpaste is more effective than conventional toothpaste in reducing the plaque index in fixed orthodontic users. Keywords : Plaque index, Fixed Orthodontic Appliances, Orthodontic Toothpaste, Conventional toothpaste. PENDAHULUAN Perawatan ortodonti banyak digunakan seiring meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut (Lastianny, 2012). Perawatan *Penulis Penanggung Jawab ortodonti adalah perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang bertujuan untuk memperbaiki letak gigi dan rahang yang tidak normal sehingga didapatkan estetik yang baik dan fungsi geligi yang stabil (Prasad, 2011). Alat yang digunakan pada perawatan ortodonti secara umum terbagi menjadi 2, yaitu peranti cekat dan peranti lepasan (Wiedel dkk, 2015). Alat ortodonti lepasan merupakan alat ortodonti yang dapat dilepas sendiri oleh pasien untuk dibersihkan, sedangkan alat ortodonti cekat adalah alat ortodonti yang melekat pada permukaan gigi dan tidak dapat dilepas sendiri oleh pasien (Lohakare, 2008). Alat-alat ortodonti cekat yang digunakan dalam rongga mulut memiliki bentuk yang rumit, seperti bracket, hook, band, cleat, arch wire, elastic yang menyebabkan sulit untuk dibersihkan sehingga bakteri lebih mudah berkembang biak (Dewi dkk, 2011). Bakteri yang melekat pada gigi mengakibatkan terjadinya plak dan plak yang tidak dibersihkan akan meningkatkan kerentanan terhadap karies dan infeksi periodontal (Warongan dkk, 2015). Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil penelitian Mantiri pada tahun 2013 didapatkan sebanyak 26,31% pengguna ortodonti cekat terpapar karies dan 83,87% pengguna ortodonti cekat mengalami inflamasi gingiva ringan. Marchetti (2011) menyatakan bahwa pada hasil penelitian sekitar 5-10% pasien pengguna ortodonti cekat mengalami kegagalan dalam perawatan yang disebabkan oleh oral hygiene yang buruk yang disebabkan oleh adanya plak, sehingga sangatlah penting untuk menjaga dan meningkatkan kebersihan gigi dan mulut. Salah satu indikator kebersihan gigi dan mulut adalah plak. Plak merupakan kumpulan bakteri yang *Penulis Penanggung Jawab terikat dalam suatu matriks organik dan melekat erat pada permukaan gigi (Suwondo, 2007). Sebagian besar 60-90% bakteri yang berkolonisasi dipermukaan gigi pada tahap awal pembentukan plak adalah Streptococcus sp yang merupakan jenis bakteri aerob (Setianingtyas dkk, 2018). Streptococcus sp yang terdapat dalam plak dapat memetabolisme sisa makanan yang bersifat kariogenik terutama yang berasal dari jenis karbohidrat dan dapat menghasilkan asam. Asam yang terbentuk dari hasil metabolisme ini digunakan bakteri untuk mendapat energi dan berkembang biak (Putri dkk, 2018). Perkembangbiakan bakteri membuat lapisan plak bertambah tebal dan karena adanya hasil adhesi dari bakteri-bakteri pada permukaan plak, lingkungan dibagian plak berubah menjadi anaerob. Akumulasi dari plak mengakibatkan oral hygiene menjadi buruk. Oleh karena hal tersebut, keberadaan plak di dalam rongga mulut harus selalu dikontrol sehingga kesehatan dalam rongga mulut dapat terpelihara dengan baik (Megananda, 2011). Kontrol plak adalah membuang plak mikroba secara teratur dan mencegah akumulasi plak pada permukaan gigi. Kontrol plak dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Kontrol plak secara mekanis dapat berupa penyikatan gigi, penggunaan dental floss, pembersihan dengan sikat interdental dan perawatan dokter gigi (Perry, 2015). Sikat gigi merupakan alat utama dalam pelaksanaan kontrol plak secara mekanis (Iswari, 2010). Menurut penelitian Lorena pada tahun 2018 menunjukkan bahwa sikat gigi khusus ortodonti lebih efektif dalam menurunkan indeks plak dibandingkan sikat gigi konvensional bagi pengguna ortodonti cekat. Kontrol plak secara kimiawi digunakan sebagai tambahan pada kontrol plak secara mekanis, salah satunya adalah pasta gigi (Sunnati, 2014). Pasta gigi didefinisikan sebagai bahan semi padat yang digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan seluruh permukaan gigi (Silje dan Silphi, 2003). Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan , dan memoles permukaan gigi (Davies, 2010). Pasta gigi memiliki komponen bahan abrasif 20-50%, air 20-40%, humectant atau pelembab 20-35%, bahan pengental 1-2%, deterjen 13%, penambah rasa 0-2%, bahan terapeutik 0-2% (Silje dan Silphe, 2003). Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai produsen pasta gigi membuat inovasi untuk menambahkan zat lain yang bermanfaat bagi kesehatan gigi. Salah satu zat yang ditambahkan adalah kolostrum pada pasta gigi khusus ortodonti. Perbedaan pasta gigi khusus ortodonti dengan pasta gigi biasa adalah pada kandungan kolostrum didalamnya. Kolostrum adalah susu yang diproduksi pada hari pertama pasca melahirkan. Kolostrum mengandung zat antimikroba seperti laktoferin, laktoperoksida, dan lisozim (Khotimah dan Farizal, 2013). Kolostrum juga memiliki kandungan yang kompleks yaitu *Penulis Penanggung Jawab mengandung protein 85%, lemak 2,5%, karbohidrat 3,5%, garam mineral 0,4%, vitamin, dan air 85% (Roesli, 2009). Konsentrasi dari kebanyakan bahan-bahan ini terutama immunoglobulin sebesar 70-80% dari total protein. Kolostrum dalam pasta gigi berfungsi untuk melembabkan mulut dan menghambat bakteri (Mubarok, 2012). Mekanisme dari immunoglobulin dalam melakukan aglutinasi dapat mengurangi kemampuan bakteri untuk menempel pada permukaan enamel gigi. Immunoglobulin mampu menghambat metabolisme dari bakteri dan mengurangi produksi zat berbahaya seperti racun dengan cara memblokir enzim serta reseptor dari bakteri. Selain itu, immunoglobulin juga mampu melakukan augmentasi dan fagositosit terhadap bakteri (Marnila dan Korhonen, 2011). Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian Hurley (2011) bahwa kolostrum dapat mengurangi perlekatan Streptococcus mutan secara in vitro. Dengan kemampuan tersebut maka diharapkan dengan penambahan zat kolostrum dalam pasta gigi dapat menurunkan akumulasi plak lebih banyak. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Laksamitaputri (2013) mengenai pasta gigi khusus ortodonti yang menunjukan hasil signifikan dalam menurunkan indeks plak. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai perbandingan penurunan indeks plak pengguna ortodonti cekat dengan pemakaian pasta gigi khusus ortodonti dan pasta gigi konvensional. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental klinis dengan pendekatan pretest-post test group design. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri pada bulan Mei-Juni 2019. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang menggunakan ortodonti cekat. Cara pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang masuk dalam kriteria tertentu. Dalam penelitian ini yang di gunakan adalah populasi mahasiswa pasien ortodontik cekat program studi kedokteran gigi. Jumlah sampel yang digunakan adalah 30 orang berdasarkan jumlah sampel minimal dan sesuai dengan krieria inklusi yaitu : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, menggunakan alat ortodonti cekat atas-bawah dan sudah menjalani perawatan selama lebih dari 3 bulan, serta bersedia menjadi responden penelitian. Penelitian ini dimulai dengan menyeleksi responden sesuai dengan kriteria inklusi penelitian dan kemudian dilakukan pencatatan identitas responden. Selanjutnya dilakukan pengisian informed consent kepada responden dan diberikan instruksi kepada responden tentang jalannya penelitian dan tidak diperkenankan makan dan minum selama 1 jam sebelum penelitian dilakukan dengan tujuan agar *Penulis Penanggung Jawab keadaan rongga mulut responden dalam keadaan yang sama atau homogen. Setelah itu dilakukan penjelasan mengenai jenis sikat gigi yang akan dipakai, metode penyikatan gigi yang akan digunakan yaitu dengan metode kombinasi, serta durasi penyikatan gigi selama 2 menit beserta alasan mengapa hal tersebut dipilih oleh peneliti. Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan, pada kelompok I menggunakan pasta gigi konvensional dan kelompok II menggunakan pasta gigi khusus ortodonti. Selanjutnya persiapan tempat, alat, dan bahan untuk prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian. Kemudian melakukan pengukuran awal indeks plak diawali dengan pengolesan disclosing agent pada permukaan gigi yang ditempati bracket dan melakukan pengukuran indeks plak menggunakan indeks Orthodontic Index Plaque serta mencatat skornya. Pencatatan skor plak bertujuan untuk membandingkan skor plak sebelum dan sesudah menggunakan pasta gigi konvensional dan pasta gigi khusus ortodonti Dilanjutkan dengan pembagian sikat gigi khusus ortodonti kepada seluruh responden dengan desain bulu sikat yang memendek pada bagian tengahnya dan pembagian pasta gigi sesuai kelompok yang sudah dibagi sebelumnya. Ukuran pasta gigi yang digunakan diseragamkan yaitu menutupi seluruh permukaan kepala sikat gigi. Kemudian, pelaksanaan penyikatan gigi dengan menggunakan pasta gigi konvensional pada kelompok I dan pasta gigi khusus ortodonti pada kelompok II dengan menggunakan teknik kombinasi saat menyikat gigi dengan durasi menyikat gigi yang ditentukan adalah 2 menit . Setelah itu, lakukan pengukuran skor indeks plak OPI kembali setelah penyikatan gigi dengan memberikan disclosing agent pada gigi yang ditempati bracket dan mencatat skornya. Kemudian setelah prosedur penelitian selesai dilanjutkan pengumpulan data dan analisa data. Untuk mengetahui perbedaan antara pemakaian pasta gigi khusus ortodonti dan pasta gigi konvensional dalam menurunkan indeks plak dilakukan uji independent t-test dengan nilai derajat kemaknaan 95% (< 0,05). Sebelumnya dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-wilk kemudian dilanjutkan uji homogenitas menggunakan Levene test. Apabila data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji parametrik namun apabila tidak dapat dilakukan uji non parametrik. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Rerata Indeks Plak Sebelum dan Sesudah Menggunakan Pasta Gigi Perlakuan Indeks Plak n Sebelum Sesudah Selisih Konvensional 15 53,89 36,28 17,61 Khusus Ortodonti 15 51,40 20,54 30,86 Tabel 1. Menunjukkan bahwa terjadi penurunan indeks plak responden, baik pada kelompok yang menggunakan pasta gigi konvensional maupun pasta gigi khusus ortodonti. Penurunan indeks plak paling besar nampak pada kelompok responden yang menggunakan pasta gigi khusus ortodonti yaitu sebesar 30,86. Sedangkan penurunan indeks plak pada kelompok yang menggunakan pasta gigi konvensional hanya sebesar 17,61. Tabel 2. Uji Shapiro-Wilk Pretest pasta gigi konvensional Posttest pasta gigi konvensional Pretest pasta gigi khusus ortodonti Posttest pasta gigi khusus ortodonti Shapiro-Wilk Statistic df Sig. ,922 15 0,206 ,976 15 0,939 ,977 15 0,941 ,964 15 0,759 Tabel 2. Uji Shapiro-wilk. Hasil menunjukkan nilai signifikansi masing-masing kelompok > 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi normal. *Penulis Penanggung Jawab Tabel 3. Uji Homogenitas Levene Test Levene Statistic Sig. 0,244 0,625 Nilai signifikansi dari uji Levene test sebesar 0,625. Nilai ini lebih besar dari 0,05 (5%) sehingga dapat disimpulkan bahwa varian data homogen. Tabel 4. Uji t berpasangan Kelompok Uji Pretest-posttest pasta konvensional Pretest-posttest pasta gigi khusus ortodonti Sig. 0,017 0,002 Nilai signifikansi uji t berpasangan lebih kecil daripada 0,05 (p<0,05) pada kedua kelompok penelitian, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan yang signifikan antara indeks plak sebelum dan sesudah menggunakan pasta gigi konvensional dan pasta gigi khusus ortodonti. Nilai signifikansi pada kelompok pasta gigi khusus ortodonti lebih kecil (p= 0,002) dibandingkan dengan nilai signifikansi kelompok pasta gigi konvensional (p= 0,017). Hal ini menunjukkan bahwa penurunan indeks plak pada kelompok yang menggunakan pasta gigi khusus ortodonti lebih signifikan dibandingkan dengan penurunan indeks plak pada kelompok yang menggunakan pasta gigi konvensional. Tabel 5. Uji independent t-test Pengukuran t -5,361 Pretest-posttest kelompok uji Sig. 0,000 Uji independent t menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara selisih penurunan indeks plak kelompok yang menggunakan pasta gigi konvensional dengan kelompok yang menggunakan pasta gigi khusus ortodonti. PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan penurunan indeks plak pada pengguna ortodonti cekat dengan pemakaian pasta gigi khusus ortodonti dan pasta gigi konvensional. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri dengan jumlah responden sebanyak 30 mahasiswa yang dibagi menjadi 2 kelompok *Penulis Penanggung Jawab dengan masing-masing kelompok berjumlah 15 orang. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, terdapat pengaruh pemakaian pasta gigi khusus ortodonti dan pasta gigi konvensional pada pengguna ortodonti cekat terhadap indeks plak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan indeks plak responden, baik pada kelompok pasta gigi khusus ortodonti maupun kelompok pasta gigi konvensional. Penurunan indeks plak terbesar terdapat pada kelompok responden yang menggunakan pasta gigi khusus ortodonti Dalam artian, penurunan indeks plak pada pengguna pasta gigi khusus ortodonti lebih efektif. Plak adalah lapisan tipis, tidak berwarna, dan melekat erat pada permukaan gigi. Plak tidak berwarna sehingga untuk melihatnya diperlukan bahan yang disebut disclosing agent (Forrest JO, 2005). Plak merupakan masalah utama dalam rongga mulut yang dapat menimbulkan penyakit infeksi pada jaringan lunak seperti gingivitis dan jaringan keras seperti karies gigi (Angela A, 2005). Mekanisme terjadinya plak adalah terbentuknya acquired pelicle pada permukaan gigi yang berwarna transparan, kemudian bakteri akan menempel dan berproliferasi. Pelikel terdiri atas glikoprotein yang diendapkan oleh saliva yang terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Perkembangbiakan bakteri akan membuat lapisan plak bertambah tebal karena adanya hasil metabolisme dan adhesi dari bakteribakteri pada permukaan luar plak (Ladytama, 2014). Akumulasi dari plak mengakibatkan oral hygiene menjadi buruk. Oleh karena hal tersebut, keberadaan plak di dalam rongga mulut harus selalu dikontrol sehingga kesehatan dalam rongga mulut dapat terpelihara dengan baik (Megananda, 2011). Upaya pengendalian plak dapat dilakukan secara mekanis meliputi penyikatan gigi dan dengan bahan kimia seperti pasta gigi sebagai sarana penunjang pengendalian plak (Pannuti, 2003). Penurunan indeks plak pada kelompok yang menggunakan pasta gigi konvensional tidak terlalu besar *Penulis Penanggung Jawab dibandingkan pasta gigi khusus ortodonti. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Yuwono (2012) yang menyatakan bahwa pasta gigi konvensional dapat menurunkan indeks plak namun tidak secara signifikan. Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Puspitasari (2018) menyatakan hal serupa bahwa pasta gigi konvensional mampu menurunkan skor plak meskipun penurunan skor tidak terlalu besar. Penurunan indeks plak terbesar terdapat pada kelompok responden yang menggunakan pasta gigi khusus ortodonti. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Laksamitaputri (2013) dimana pasta gigi khusus ortodonti dapat menurunkan indeks plak lebih banyak pada pemakai alat ortodonti cekat secara signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Loimaranta dkk (2017) yang menyatakan kandungan kolostrum dalam pasta gigi dan jenis dental care lain seperti obat kumur memiliki efek terhadap plak gigi. Pasta gigi khusus ortodonti merupakan pasta gigi yang mengandung kolostrum sapi. Kolostrum adalah susu yang diproduksi pada hari pertama pasca melahirkan. Fungsi kolostrum sapi pada pasta gigi adalah untuk melembabkan mulut dan menghambat pertumbuhan bakteri. Kolostrum mengandung protein yang tinggi (Playford, 2000). Kandungan protein sebanyak 70-80% merupakan immunoglobulin. Immunoglobulin juga disebut sebagai antibodi merupakan protein yang terkandung dalam susu maupun kolostrum oleh seluruh spesies menyusui. Jenis immunoglobulin dalam kolostrum sapi adalah IgM, IgA, and IgG (Mehra R dkk, 2006). IgM yang terdapat dalam kolostrum dapat menghambat pergerakan bakteri dengan cara mengikat flagela yang digunakan bakteri pada saat bergerak. Kandungan IgA dalam kolostrum sapi mampu melakukan aglutinasi dan mengaktifkan antigen untuk melakukan netralisasi pada virus serta zat toksin pada bakteri. Sedangkan untuk fungsi dari IgG yakni dapat melakukan fiksasi komplemen dalam bakteri, opsonisasi, serta mampu melakukan proses aglutinasi pada bakteri. Secara umum immunoglobulin dapat menggumpalkan bakteri serta mengurangi kemampuan bakteri untuk melekat pada permukaan epitel maupun permukaan enamel gigi. Immunoglobulin dapat menghambat metabolisme bakteri dan mengurangi komponen membahayakan seperti racun dengan cara memblokir enzim dan reseptor dari bakteri. Pemblokiran ini juga dapat membantu mengurangi kemampuan bakteri dalam menghasilkan komponen yang digunakan untuk menempel pada permukaan epitel (Marnila dan Korhonen, 2011). Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian Hurley (2011) bahwa kolostrum dapat mengurangi perlekatan Streptococcus mutan secara in vitro. Penurunan indeks plak terjadi pada kedua kelompok perlakuan, meskipun dengan besar angka penurunan berbeda secara signifikan. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh kandungan deterjen yang mempunyai fungsi menurunkan tegangan pada permukaan gigi. Bahan tersebut bekerja dengan cara menurunkan tegangan pada permukaan dan melonggarkan ikatan yang menempel *Penulis Penanggung Jawab pada permukaan gigi sehingga pada saat adanya upaya mekanik yang diberikan terhadap permukaan gigi akan sangat membantu untuk eleminasi dari plak (Hartono, 2010). Selain itu kandungan abrasif pada pasta gigi mampu meningkatkan daya eliminasi terhadap plak (Mutmainah, 2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasta gigi khusus ortodonti lebih efektif dalam menurunkan indeks plak gigi pada pengguna ortodonti cekat dibanding dengan pasta gigi konvensional. Hal ini terjadi karena adanya kandungan kolostrum dalam pasta gigi khusus ortodonti. Kandungan kolostrum dapat menghambat metabolisme dari bakteri dan dapat mengurangi kemampuannya melekat pada permukaan enamel gigi. Oleh karena hal tersebut pengguna ortodonti cekat lebih disarankan menggunakan pasta gigi khusus ortodonti dalam kegiatan kontrol plak sehari-hari agar lebih optimal dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pasta gigi konvensional dan pasta gigi khusus ortodonti dapat menurunkan jumlah indeks plak pada pengguna alat ortodonti cekat. 2. Pasta gigi khusus ortodonti lebih efektif dalam menurunkan indeks plak pengguna ortodonti cekat dibandingkan dengan pasta gigi konvensional. SARAN 1. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pasta gigi khusus ortodonti secara laboratoris terhadap bakteri dalam plak. 2. Dapat melanjutkan penelitian mengenai pengaruh pemakaian pasta gigi khusus ortodonti terhadap indeks plak namun untuk jenis sikat gigi menggunakan jenis sikat gigi konvensional. 3. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai pasta gigi jenis lainnya untuk membandingkan pengaruh penggunaannya terhadap indeks plak pada pemakai peranti ortodonti cekat. 4. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan kepada pengguna peranti ortodonti cekat untuk menggunakan pasta gigi khusus ortodonti karena lebih efektif dalam menurunkan skor plak. *Penulis Penanggung Jawab DAFTAR PUSTAKA Angela, A. 2005. Pencegahan Primer pada Anak yang Beresiko Karies Tinggi. Dent J; 38(3): 131. Dewi, S., Jazaldi F., Soegiharto B. 2011. Herbal and Conventional Toothpaste Roles in Gingivitis Control in Orthodontic Patients. Journal of Dentistry Indonesia; 18(3): 68-72. Forrest J, O. 2005. Pencegahan Penyakit Mulut, alih bahasa: Anastasia. Jakarta: Hipokrates. Hartono, SWA. 2010. Peran Kebersihan Rongga Mulut pada Pencegahan Karies dan Penyakit Periodontal. Majalah Kedokteran Gigi. Dent. J; 34(3a): 643-8. Hurley, Walter L. 2011. Perspectives on Immunoglobulin in Colostrum and Milk. Nutrients Journal; 10(3) : 442-474. Hurley, Walter L. 2011. Perspectives on Immunoglobulin in Colostrum and Milk. Nutrients Journal; 10(3) : 442-474. Iswari AP, Riyanti E, Hadidjah D. 2010. Plaque index difference before and after teeth brushing with and without propolis dentifrce. Padadjaran J Dent Maret, 22(1): 37-42. Ladytama, Sarah. 2014. Efektivitas Larutan Ekstrak Jeruk Nipis ( Citrus aurantifolia) Sebagai Obat Kumur Terhadap Penurunan Indeks Plak PADA Remaja Usia 12 – 15 Tahun. ODONTO Dental Journal; 1(1): 39-43. Laksamitaputri, Prawatya. 2013. Perbandingan Antara Pemakaian Pasta Gigi Ortodontik dan Pasta Gigi *Penulis Penanggung Jawab Herbal Terhadap Penurunan Indeks Plak Pada Pasien Ortodontik Cekat. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Laksamitaputri, Prawatya. 2013. Perbandingan Antara Pemakaian Pasta Gigi Ortodontik dan Pasta Gigi Herbal Terhadap Penurunan Indeks Plak Pada Pasien Ortodontik Cekat. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Lastianny, Sri Pramestri. 2012. Dampak Pemakaian Alat Ortodontik Terhadap Kesehatan Jaringan Periodontal. Majalah Kedokteran Gigi; 19(2): 181184. Lohakare, SS. 2008. Orthodontic Removable Appliances. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p. 4 Loimaranta, V. Effect of Bovine Immune and Non-Immune Whey Preparations on The Composition and pH Response of Human Dental Plaque. Eur J Oral Science; 107: 244-50. Lorena, Imelda. 2018. Penurunan Indeks Plak pada Pengguna Ortodonti Cekat dengan Pemakaian Sikat Gigi Konvensional dan Sikat Gigi Khusus Ortodonti. Skripsi. Kediri: Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. Mantiri SC. 2013. Status Kebersihaan Mulut dan Status Karies Gigi Mahasiswa Pengguna Alat Ortodontik Cekat. Journal e-GiGi. Vol 1(1). Marchetti E. 2011. Efficacy of Essential Oil Mouthwash With and Without Alcohol: A 3 Day Plaque Accumulation Model. Trials Journal; 12(1). Marnila P dan Korhonen H. 2011. Milk Proteins | Immunoglobulins. In: Fuquay JW, Fox PF and McSweeney PLH (eds). Encyclopedia of Dairy Sciences 2nd Edition. San Diego: Academic Press; vol 3 807-815. Marnila P dan Korhonen H. 2011. Milk Proteins | Immunoglobulins. In: Fuquay JW, Fox PF and McSweeney PLH (eds). Encyclopedia of Dairy Sciences 2nd Edition. San Diego: Academic Press; vol 3 807-815. Megananda, H. P., Eliza, H., dan Neneng, N. 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC. Megananda, H. P., Eliza, H., dan Neneng, N. 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC. Mehra R, Marnila P, and Korhonen H. 2006. Milk immunoglobulins for health promotion: A review. International Dairy Journal; 16(11): 1262-1271. Mubarok, MAR. 2012. Ada Apa Dengan Sapi, Manusia, dan Kolostrum. http://TanyaKenapa.staff.UB.a c.id, (Diperoleh tanggal 19 *Penulis Penanggung Jawab November 2018, Pukul 17.00 WIB) Mutmainah, M. 2013. Pengaruh Pasta Gigi yang Mengandung Ekstrak Daun Sirih dalam Mengurangi Plak dan Gingivitis pada Gingivitis Marginalis Kronis. Skripsi. Makassar: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin. Pannuti CM. 2003. Clinical effect of a herbal dentrifice on the control of plaque and gingivitis. Pesqui Odontol Bras; 17: 314-8. Perry DA. 2015. Plaque biofilm control for the periodontal patient. In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. 12th ed. Missouri: Saunders: 48593. Playford, RJ. 2000. Colostrum and Milk Derived Peptide Growth Factors For the treatment of Gastrointestinal Disorders. Am J Clin. Nutr; 72: 5-12. Prasad, P.N., Phull, T.S., Sharma,T. 2011. Timing of Orthodontic Treatment, J. Oral Health Comm.v Dent; 5(2) 94-96. Puspitasari, Ambar. 2018. Perbedaan Pasta Gigi Herbal dan Non Herbal Terhadap Penurunan Plaque Index Score Pada Anak. E-Prodenta Journal of Dentistry; 2(1): 116-123. Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. 2018. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi Cetakan 2018. Jakarta: EGC. Setianingtyas, Prastiwi., Prihastari, Lisa., Wardhani, Nurul. 2018. Efektivitas Berkumur Teh Hitam Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Pada Anak Usia 7-8 Tahun. ODONTO Dental Journal; 5(1) : 61-65. Silje Storehagen, Shilpi Midha OS. 2003. Oslo University of andidatus/candidate Odonto degree quide to Clinic: Dentifrices and Mouthwashes Ingredients and Their Use; 144. Sunnati. 2014. Efektifitas berkumur dengan obat kumur kombinasi minyak esensial dan teh hijau. Cakradonya Dent J 6(1): 66771 Suwondo, S. 2007. Skrining Tumbuhan Obat yang Mempunyai Aktivitas Anti Bakteri Penyebab Karies Gigi dan Pembentukan Plak. Jurnal Bahan Alam Indonesia; 6(2): 65-69. Warongan Mega, Anindita P, Mintjelungan Christy. 2015. Perbedaan Indeks Plak Penggunaan Obat Kumur Beralkohol Dan Non Alkohol Pada Pengguna Alat Ortodontik Cekat: Jurnal eGigi (eG), 2(3). Wiedel AP, Bondemark L. 2015. Fixed versus removable orthodontic appliances to correct anterior crossbite in the mixed dentition – a randomized controlled trial. European Journal of Orthodontics; 32(2) : 123-127. Yuwono, Citra L. 2012. Effectiveness of Herbal and Non-Herbal Toothpastes in Reducing Dental Plaque Accumulation. Journal of Dentistry Indonesia; Vol. 19(3): 70-74. *Penulis Penanggung Jawab