Muhammad Fhazrul Hakim Jaelani 46119110142 Analisis Buku Pascal Savioz - Technology Intelligence_ Concept Design and Implementation in Technology Based Sme's (2004). Pada abad ke 21 ini penggunaaan & perkembangan teknologi melaju dengan sangat cepat. Perkembangan teknologi tersebut sangat berpengaruh baik di kehidupan sehari-hari masyarakat maupun didalam kegiatan industri. Dalam laporan yang dipunlikasikan oleh Indonesia Digital Creative Industri pada tahun 2018 menunjukan bahwa perusahaan rintisan teknologi di indonesia mencapai 992 startup. Illustrasi 1.1 Sumber : Indonesia Digital Creative Industri Tumbuh pesatnya startup tersebut memiliki efek berlebh kepada umkm umkm lain seperti misalnya pemilik restaurant bisa menambah jumlah pelanggan dengan adanya layanan Go-FOOD atau para pemilik retail dapat memperluas area pasarnya dengan memasang lapak di BUKALAPAK, TOKOPEDIA DLL. Maka dari itu implementasi penggunaan teknologi sangat diperlukan oleh startup & UMKM/UKM. Dalam essay ini para penulis akan membahas buku karya “Pascal Saviouz” yang berjudul “Technology Intelligence_ Concept Design and Implementation in Technology Based Sme's (2004)” serta pengaplikaisannya dalam kegiatan industri sehari hari. Buku tersebut terdiri dari 9 bagian yaitu: Chapter 1 Introduction, Membahas mengenai isi buku dan persoalan yang akan dibahas dalam buku tersebut. Chapter 2 Definition and Management Issues, Menjelaskan definisi dari berbagai istilah yang ada dalam buku secara mendalam. Chapter 3 The Practitioner Voice, Menerangkan relevansi topik dalam buku tersebut terhadap implementasinya secara garis besar. Chapter 4 Technology Intelligence – An Overview, Menggabarkan secara tematis mengenai Technology Intellegence dalam bentuk teori dan memberikan kerangka utama yang menjadi teori dalam buku tersebut. Chapter 5 The Research Framework, Memberikan tinjauan terhadap topik yang dibahas dan menjelaskan desain penelitian yang dilakukan dalam buku tersebut. Chapter 6 Action Research at Institute Straumann AG, Berisi penelitian mendalam yang dilakukan di perusahan UMKM di SWISS dalam bidang teknologi medis. Chapter 7 Further Validation of Generated Technology Intelligence Elements, Menampilkan berbagai macam studi kasus relevan yang mendukung penemuan penemuan yang didapatkan dalam penelitian. Chapter 8 Towards a New Set of Management Principles, Membuat suatu rancangan manajemen yang baru supaya penelitian dapat diterapkan secara praktis. Summary and Outlook, Berisi kesmpulan dan pandangan lain seputar teknologi dalam kegiatan industri. Disini para penulis akan melakukan analisis buku tersebut dari chapter 1 sampai dengan chapter 4 dengan pembagian tugas yang merata. Chapter 1 Introduction Topik utama dan pertanyaan mendasar yang ada di buku ( Technology Intelligence_ Concept Design and Implementation in Technology Based Sme's (2004) ) “ Accelerated technological change has become a fact and will continue to challenge industrial and societal development in this new century. “ Tschirky (2002: 1) Menurut Tschirky perubahan teknologi berkembang dengan pesat sudah menjadi suatu fakta dan akan terus berlangsung menjadi tantangan bagi perkembangan industri & masyarakat pada abad ke 21 ini. Mengantisipasi perubahan yang begitu massif ini merupakan suatu poin yang sangat penting bagi keberlangsungan perusahaan yang bergerak dibidang teknologi. Untuk para perusahaan teknologi dapat mengantisipasi perubahan deprlukannya wawasan yang luas dan informasi mengenai perkembangan teknologi dunia digital yang terjadi secara global. Menurut Cohen & Levinthal (1990) perusahaan yang paling innovatif adalah mereka yang menyadari dan memahami kebermanfaatan suatu teknologi baru dan memadukannya dengan informasi yang sudah ada akan tetapi mendapatkan dan mengolah informasi tersebut bukanlah suatu hal yang mudah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : Fenomena Penggabungan Teknologi, Penggabungan dua atau lebih bidang ilmiah menjadi hal yang lumrah. Sebagai contoh bioteknologi, bidang ilmu ini merupakan gabungan dari ilmu biologi dan ilmu teknologi. Meledak nya penemuan adan persebaran teknologi baru, Setiap hari sekitar 6000 penelitian dibidang sains di publikasikan, dan jumlah ini akan meningkat sebanyak dua kali lipat dalam 15-tahun mendatang. Biaya R&D yang melonjak, semakin kompleks nya informasi semakin besar juga waktu & biaya yang diperukan untuk mengembangkan produk prusahaan perusahaan. Sedangkan menurut Igbaria dkk (dalam Gautama, 1999), Hambatan bisnis kecil dalam mengimplementasikan IT adalah: Biaya IT Ketiadaan waktu untuk mengimplementasikan dan pemeliharaan TIK Tidak ada konsultan dan pemasok-pemasok eksternal Perspektif manajemen yang bersifat jangka pendek Kurangnya pemahaman tentang kegunaan TIK dan Bagaimana untuk mengukur keuntungannya. Kurangnya perencanaan atau kontrol prosedur Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam penggunaan TIK adalah: Keterlibatan pemimpin di dalam implementasi TIK Keterlibatan karyawan di dalam pengembangan TIK Training kepada para pengguna Pemilihan aplikasi-aplikasi komputerisasi Penggunaan metodologi perencanaan dalam aplikasi pemilihan TIK Technology intelligence (TI) Untuk mengatasi permasalahan mengnai tantangan mengelola informasi dan beradaptasi terhadap perubahan global, banyak perusahaan & ilmuwan tertarik kepada perkembangan Technolgy Intelligence (TI). Society of Competetive Intelligence Professionals (SCIP) melakukan penelitian dan menunjukan kebutuhan para manager mengenai kebutuhan akan TI. Namun belum banyak perusahaan yang menggunakan TI ini secara efektif meskipun perusahaan tersebut bergelut dibidang yang memiliki persaingan ketat ( Hall 2001:5). Menurut beberapa studi hanya beberapa perusahaan besar yang mampu menggunakan TI secara optimal. Maka dari itu dari sudut pandang teoritis & praktis terdapat 2 pertanyaan yang belum terjawab yaitu : Bagaimana para UMKM menghadapi topik Technology Intelligence ini, baru sedikit informasi dan literatur yang membahas cara efektif bagi UMKM untuk megnhadapi techology Intelligence ini. Bagaimana cara mengimplementasikan Technology Intelligence ini. Buku “ Technology Intelligence_ Concept Design and Implementation in Technology Based Sme's (2004) “ berusaha membahas dan menjawab pertanyaan tersebut. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa topik utama dari buku ini adalah : “ Technology Intelligence & UKM berbasis technology dan startup sebagai objek kajiannya “ Untuk mnjawab topik tersebut, rumusan masalah yang perlu dibahas yaitu : Bagaimana cara untuk membangun sistem technology intelligence yang dapat digunakan oleh UKM & Startup. Bagaimana cara UKM & Startup mengimplementasi sebuah sistem Technology Intelligence. Pendekatan dari buku ini adalah untuk mendapatkan informasi dan wawasan terhadapa realita dunia bisnis & industri supaya dapat membangun solusi yang dapat diimplementasikan oleh para praktisi & dibuat berdasarkan penelitian akademik . Kebutuhan teknologi bagi UKM & Startup di dunia nyata. Merujuk pada data yang disediakan kemenkop di indonesia pada tahun 2018, Jumlah UKM di Indonesia sejumlah 64.194.057 atau sebesar 99,99 % jenis usaha di indonesia. UKM pun Mampu menyerap sebanyak 116.978.631 juta tenaga kerja atau sebesar 97 % dari jumlah total tenaga kerja di indonesia serta memberi sumbangsih 61,07 % terhadap PDB Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa UMKM di indonesia memiliki dampak yang signifikan bagi perekonomian negara. Namun penggunaan Teknologi Informasi oleh para UMKM di-Indonesia masih tergolong rendah. Menurut hasil studi lembaga riset AMI Partners, pada tahun 2000 hanya 20% UKM di Indonesia yang memiliki komputer (Indarti, 2007). menurut Yevgeniy Brikman (2015), startup digital merupakan sekumpulan individu yang membentuk organisasi sebagai perusahaan rintisan yang menghasilkan produk dalam bidang teknologi. Seperti yang ditampilkan pada illustrasi 1.1 perkembangan startup di indonesia memiliki jumlah yang baik dan signifikan. Startup yang muncul di indonesia pun datang memenuhi kebutuhan indusrti dari berbagai macam bidang secara innofatif seperti : Human Resources Management System, Sebuah sistem Informasi yang didesain untuk mengelola proses SDM perusahaan. Web-Based App Development, Jasa pembuatan aplikasi untuk memenuhi kebutuhan kegiatan industri, menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Digital Marketing Agency, Merancang & Merencanakan pemasaran suatu produk di ranah digital. KPI & Project Management application, Sebuah sistem manajemen untuk memudahkan menjalankan kegiatan industri. Point of Sales (PoS) System, Sebuah sistem yang memudahkan retail untuk melakukan inventory, penjualan, serta pengadaan barang. Hadirnya teknologi tersebut dapat sangat membantu kegiatan industri untuk lebih produktif fan lebih efisien. Sebagai contoh sebuah perusahaan balai lelang mobil di jakarta beralih menggunakan sistem aplikasi secara online sehingga dapat menambah pangsa pasar. Perkembangan teknologi dan startup memberikan hasil yang positif bagi umkm di indonesia walaupun penggunaan teknologi oleh para UMKM masih kurang di indonesia. Maka dari itu buku ini cukup relevan jika dibandingkan dengan kenyataan dunia bisnis & industri yang ada di indonesia. Chapter 2 Definitions and Management Issues Istilah “intelligence” dan istilah “Technology” sama sama memiliki arti yang mendekati istilah “Knowledge” (pengetahuan) akan tetapi tidak ada definisi yang secara jelas mengartikan istilah “knowledge”. Para ilmuwan dan praktisi mendefinisikan istilah tersebut menyesuaikan dengan konteks & kebutuhan. Maka dari itu untuk lebih mudah memahami istilah istilah tersebut buku Technology Intelligence_ Concept Design and Implementation in Technology Based Sme's (2004) akan menjelaskan pengertiannya dari berbagai aspek. Pengetahuan, Informasi, Data : Pengertian & Interaksi nya Menurut Davis & Botkin (1994: 166), Data terbagi menjadi 4 bagian yaitu : angka, kata, suara, dan gambar. Data tidak memiliki arti jika tidak memiliki konteks. Informasi adalah sekumpulan data yang disusun menjadi sesuatu yang memiliki arti, dan memiliki pola yang borientasi kepada objek. Nilai dan kegunaan informasi bergantung pada kemampuan penerima dalam mengolah dan menerima informasi tersebut ( Cohen & Levinthal 1990: 132). Setelah si penerima menggabungkan, mengartikan, dan mengolah dan menggunakan informasi, baru seseorang dapat membahas mengenai pengetahuan ( Koruna 2001: 100). Dalam buku yang sedang dibahas pengetahuan memiliki arti sebuah pengalaman menyeluruh, pengartian, serta kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Maka dari itu pengetahuan selalu beroirentasi pada aksi, dan personal. Menurut probst et al (1999: 46) pengetahuan perushaan adalah sebuah basis pengetahuan organisasi sebagai sebuah kesatuan dari pengalaman, pemikiran, dan kemampuan individu – individu yang dapat digunakan oleh perushaan untuk memecahkan persoalan termasuk seluruh data & informasi yang mendasarinya. Gambar tersebut mengilustrasikan pertukaran dan interaksi data, informasi dan pengetahuan. Namun pertukaran pengetahuan, data, informasi antar satu individu ke indivudu lain yang secara tidak langsung ke perusahaan, tidak mungkin untuk dilakukan. Bagian dari suatu pengetahuan perlu dipecah dan dirumuskan menjadi bagian yang lebih kecil supaya mudah dimengerti bagi oleh setiap individu. Ketika seorang individu memproses informasi yang didapat dari individu lain akan terjadi pengurangan makna hal ini terjadi karena penerima informasi harus memaknai ulang sesuai dengan kemampuan kognitif nya. Menurut definisi umum nya, pengetahuan dicipitkan dari seorang individu, namun ketiika individu membentuk suatu organisasi akan mendorong penciptaan pengetahuan tersebut, yang harus dipahami sebagai sebuah proses (Nonaka & Takeuchi 1995 : 74). Kesimpulannya dalam buku yang sedang dibahas pengetahuan diterima sebagai sumber daya yang sangat penting bagi keberlangsunga suatu badan usaha, dan pembelajaran organisatoris adalah kondisi paling utama untuk memaksimalkan potensi keuntungan kompetitif. Intellegensi Pengertian intelegensi dan pengetahuan sangat mirip dan cenderung samar perbedaanya. Bagi beberapa penulis pengertian intelegensi dan pengetahuan adalah hal yang sama, namun bagi yang lain mengartikan definisi intelegensi diantara pengetahuan & Informasi. Fuld (1995: 23) mengartikan “Informasi yg teranalisis” Prescott and Smith (1989: 164) menyatakan bahwa “ intelegensi adalah informasi yang sudah dimaknai dan memiliki kredibilitas” Bryant et al. (1997: 159) Menekankan suatu aksi hubungan : “ intelegensi adalah suatu informasi yang sudah dianalisis dan olah sehingga dapat diambilnya suatu kesimpulan. Dalam buku karya Pascal Saviouz ini, istilah intelegensi dipahami sebagai “ Infromasi yang sudah di analisis dan diolah demi didapatkan nya keputusan terbaik”. Maka dari itu intelegensi tidak berhubungan dengan tindakan ( tidak seperti pengetahuan ) melainkan menjadi dasar bagaimana suatu tindakan akan diambil. Teknologi Menurut Tschirsky (1998b: 227), Technology berarti “ Kemampuan individu maupun kolektif dalam bentuk eksplisit dan implisit untuk penyebaran produk dan proses yang berorientasi ilmiah dan pengetahuan teknis” . Disatu sisi teknologi dapat diartikan sebagai bagian dari pengetahuan, disisi lain teknologi dapat dinilai sebagai suatu hasil dari perkembangan informasi. Dalam buku ini pengertian teknologi dapat dpahami secara luas. Sebagai konsekuensi nya istilah teknologi ini dapat memiliki perkembangan arti sesuai dengan konteks yang dibicarakan dalam buku ini. Usaha mendedinisikan UMKM berbasis teknologi Dalam dunia industri mayoritas badan usaha berbentuk UMKM. Namun teori saintifik yang membahas hubungan teknologi dengan badan usaha kebanyakan ditujukan kepada perusahaan besar. Teori teori yang dibuat ini tidak selalu dapat diaplikasikan kepada UMKM secara umum. Biasanya hal ini disebabkan kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh para UMKM, dan juga kurangnya pemahaman dan terbatasnya infrormasi juga merupakan suatu hambatan bagu UMKM. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Usaha Kecil Menengah (UKM) menurut UU No. 20 Tahun 2008 terbagi dalam dua pengertian, yaitu: usaha kecil adalah entitas yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, serta memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Kemudian usaha menengah adalah entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, serta memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Definisi dari “ Berbasi Teknologi” Dalam literatur ilmu managemen, istilah berbasis teknologi sering digunakan, namun istilah tersebut tidak memiliki definisi secara umum yang kuat. Kebanyakan kontribusi yang diberikan oleh UMKM berbasis teknologi tidak mendefiniskan istilah “berbasis teknologi” itu sendiri. Wirausaha berbasis teknologi dapat disebut sebagai Technopreneurship, Technopreneurship berasal dari gabungan kata “technology” dan “entrepreneurship” (Depositario, et al., 2011). Technopreneurship merupakan proses sinergi dari kemampuan yang kuat pada penguasaan teknologi serta pemahaman menyeluruh tentang konsep kewirausahaan (Sosrowinarsidiono, 2010). Sambodo (2006) membedakan antara pelaku usaha kecil, enterpreneur tradisional, dan technopreneur dalam atribut motivasi, gaya kepemimpinan, tingkatan inovasi hingga penguasaan pasar, dapat dilihat pada tabel berikut Illustrasi 2.1 Definisi SME / UMKM yang dipakai dalam buku Dalam rangka untuk mendefinisikan dan membenarkan sebagian dari badan usaha yang dibahas, harus dibuat batasan baik dari segi teknologi yang digunakan maupun dimensi ukuran dari suatu perusahaan. Buku ini menggunakan jumlah karyawan untuk mengukur ukuran perusahaan, hal ini dikarenakan mendefinisikan suatu UMKM berdasarkan ukurannya sangat sering digunakan dan mudah dipahami. Batasan bawah dalam buku ini adalah perusahaan dengan jumlah 10 karyawan dan batasan atasnya adalah perusahaan dengan jumlah 1500 karyawan. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, tidak ada definisi pasti dari istilah “berbasis teknologi, maka dalam buku iniacuan UMKM berbasis teknologi mengikuti penilaian yang ditentukan oleh klasifikasi OECD dengan batas bawah 3.5 dan tidak memerulukan batas atas. Isu Manajemen Dalam UMKM Berbasis Teknologi Macam – macam standar yang diterapkan oleh para UMKM terutama yang berhubungan dengan inovasi, berkontribusi pada berbagai macam isu manajemen yang penting untuk dibahas. Menurut pandangan buku Pascal ada 4 isu manajemen mendasar yaitu : Strategi, Teknologi, Inovasi, Pengetahuan. Strategi Manajemen Isu strategi manajemen mungkin bahasan yang paling filosofis dalam setiap literatur ilmu manajerial. Terdapat banyak sekali aliran dan pendekatan mengenai strategi manajemen. Aliran aliran ini menekankan bahwa dalam beberapa dekade belakangan ini telah mengalami perubahan besar, hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa masa depan lebih tidak-dapat direncanakan dari yang sebelumnya diperkirakan. Dari sudut pandang ini, strategi manajemen dipahami sebagai perencanaan untuk menjalankan dan merubah suatu bisnis supaya dapat mencapai visi misi yang dituju. Mintzbeg dan Lampel (1999) membicarakan 10 aliran strategi manajemen yaitu : 1. Aliran Desain (the design school): formasi strategi sebagai suatu proses konsepsi (pembentukan). 2. Aliran Perencanaan (the planning school): formasi strategi dilihat sebagai suatu proses formal. 3. Aliran Posisi (the positioning school): formasi strategi dimengerti sebagai suatu proses analisis. 4. Aliran Kewirausahaan (the entrepreneurial school): aliran pemikiran ini melihat formasi strategi sebagai suatu proses visioner. 5. Aliran Kognitif (the cognitive school): formasi strategi dipahami sebagai suatu proses mental. 6. Aliran Pembelajaran (the learning school): dalam aliran pemikiran ini formasi strategi dilihat sebagai sebuah proses kemunculan (emergent). 7. Aliran Kekuasaan (the power school): aliran ini melihat bahwa formasi strategi merupakan suatu proses negosiasi. Mintzberg juga menyebut aliran ini sebagai Aliran Politik (the political school) [Mintzberg, 1994]. 8. Aliran Kultural (the cultural school): melihat formasi strategi sebagai suatu proses bersama/kolektif. Mintzberg juga mencatat bahwa aliran ini melihat formasi strategi proses ideologis (ideological process). [Mintzberg, 1994]. 9. Aliran Lingkungan (the environmental school): aliran ini meyakini bahwa formasi strategi adalah suatu proses reaktif. Minztberg juga menyebutnya sebagai proses pasif (the passive process). [Mintzberg, 1994]. 10. Kelompok Konfigurasi: kelompok aliran pemikiran ini juga merupakan aliran pemikiran yang ke sepuluh, yaitu Aliran Konfigurasi (the configuration school). Aliran konfigurasi melihat formasi strategi sebagai suatu proses transformasi. Mintzberg juga menyebutnya sebagai suatu episode tertentu dalam proses (episodic process). Lebih menarik lagi, ia ternyata menggabungkan kelompok ini sebagai bagian kelompok Deskriptif. [Mintzberg, 1994]. Tentu saja ada beberapa interaksi antara kedua strategi ini. Bahkan jika penekanannya adalah pada merancang atau merencanakan strategi, sekolah formulasi strategi lainnya saling melengkapi, atau bahkan perlu, dalam pertimbangan ganda. Karena manajemen strategis jelas merupakan tindakan penyeimbang antara kompetensi internal dan tuntutan eksternal (pasar dan teknologi), Kecerdasan Teknologi menjadi perhatian dalam manajemen strategis. Interaksi dan saling ketergantungan ini akan dieksplorasi secara rinci nanti, ketika misi dan tujuan Intelejen Teknologi dibahas. Manajemen Teknologi Tujuan dari manajemen teknologi adalah agar supaya suatu badan usaha dapat memanfaatkan teknologi secara optimal. Tschirky (1998b: 269) membagi 3 level manajemen teknologi : Di level normatif, Komitmen yang jelas terhadap pentingnya teknologi sebagai bagian yang vital bagi berjalannya Badan Usaha Berbasis Teknologi, harus mengakar kedalam peraturan perusahaan. Di saat bersamaaan kesadaran mengenai teknologi harus menjadi bagian budaya perusahaan disemua level. Level strategik adalah transformasi antara peraturan perusahaan dengan strategi komprehensif. Ada 3 aspek penting yang menjadi perhatian dalam pengambilan keputusan teknologi : a) arah mana yang harus dituju? b) Membeli atau Membangun? c) Simpan atau jual? Yang terakhir, di level operasional, Harus ada pengambilan tanggung jawab untuk merubah strategi menjadi praktik dalam konteks tujuan jangka pendek. Menurut pandangan ini, manajemen teknologi dapat dipahami sebagai fungsi integrasi dari manajemen umum yang diarahkan pada manajemen normatif, strategis, dan operasional dari teknologi dan potensi inovasi dari suatu organisasi. Manajemen Inovasi Manajemen inovasi berkaitan dengan organisasi atau koordinasi proses inovasi (Hauschildt 1993: 25). Proses inovasi belum tentu formal. Dalam kasus UKM proses ini seringkali diwujudkan secara informal (Minder 2001: 82). Ada sejumlah besar kontribusi pada manajemen inovasi di UKM. Antara lain, keuntungan UKM yang paling menjanjikan sehubungan dengan perusahaan besar adalah budaya perusahaan yang menguntungkan dan fleksibilitas yang tinggi. Sebaliknya, sumber daya yang tidak memadai dari segala jenis membatasi peluang inovasi. Tetapi secara umum, basis pengetahuan mengenai bagaimana UKM benar-benar melakukan kegiatan inovatif masih sangat terbatas (Hoffman et al. 1998: 39). Manajemen pengetahuan Definisi manajemen pengetahuan berkisar dari pandangan sempit, utilitarian hingga persepsi yang jauh lebih konseptual dan luas (Raisinghani 2000: 107). Minder (2001: 61) membahas tiga definisi: 1. Definisi tekstual: tujuan manajemen pengetahuan adalah untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai tambah (Schneider 1996: 41). Chrobok (1998: 184) melihat tugas manajemen pengetahuan sebagai memilih, mengumpulkan, menganalisis, meringkas, dan menggunakan pengetahuan internal dan eksternal untuk melayani organisasi di bidang apa pun. Definisi Gomez (1996: 1) lebih luas: manajemen pengetahuan menunjukkan cara memproses dan menggunakan pengetahuan perusahaan secara optimal. 2. Manajemen pengetahuan sebagai kelanjutan dari pembelajaran organisasi: manajemen pengetahuan mencoba untuk memberikan instrumen manajemen intervensi dalam basis pengetahuan perusahaan melalui konsep dan alat. Yang menarik adalah bagian dari proses pembelajaran yang dikelola (Probst et al. 1999: 46). 3. Aspek operasional dan teknis: Becker (1995: 16) mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai merancang proses bisnis dan membangun infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai lingkungan di mana pengetahuan berkembang. Manajemen pengetahuan biasanya diartikan sebagai suatu usaha untuk menempatkan proses di dalam tempat yang dapat menangkap dan menggunakan ulang suatu pengetahuan yang dimiliki suatu organisasi sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk menghasilkan keuntungan (Raisinghani 2000: 107). Daftar Pustaka 1. https://databoks.katadata.co.id/search/cse/jumlah%2520technology%2520based%2520um km 2. Tschirky, H. (2002). Wake-up Call for General Management: It’s Technology Time, in: EITM (eds.), Bringing Technology into the Boardroom. Hampshire, Palgrave. 3. Roosdhani, M. R., Wibowo, P. A., & Widiastuti, A. (2012). Analisis Tingkat Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Usaha Kecil Menengah di Kab. Jepara. Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, 9(2). 4. https://www.bps.go.id/publication.html?Publikasi%5BtahunJudul%5D=2020&Publikasi%5Bk ataKunci%5D=umkm+terhadap+pdb&Publikasi%5BcekJudul%5D=0&yt0=Tampilkan 5. http://www.depkop.go.id/uploads/laporan/1580223129_PERKEMBANGAN%20DATA%20US AHA%20MIKRO,%20KECIL,%20MENENGAH%20(UMKM)%20DAN%20USAHA%20BESAR%20( UB)%20TAHUN%202017%20-%202018.pdf 6. Mopangga, H. (2015). Studi Kasus Pengembangan Wirausaha Berbasis Teknologi (Technopreneurship) di Provinsi Gorontalo. Trikonomika, 14(1), 13-24. 7. Tschirky, H. (2000). On the Path of Enterprise Science?: An Approach to Establishing the Correspondence of Theory and Reality in Technologyintensive Companies, in: International Journal of Technology Management, vol. 20 (3/4), pp. 405–28. 8. Minder, S. (2001). Wissensmanagement in KMU: Beitrag zur Ideengenerierung im Innovationsprozess. St. Gallen, Verlag KMU HSG