SEJARAH SURVEILANS GIZI DI INDONESIA Tujuan Pembelajaran A. Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu memahami sejarah perkembangan surveilans gizi. B. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti materi ini, peserta dapat menjelaskan sejarah perkembangan surveilans gizi di Indonesia Pokok Bahasan: Sejarah Surveilans Gizi di Indonesia Sejarah Surveilans Dunia Kata “surveilans” dari kata “surveiller” (Perancis) atau “surveillance” (Inggris), yang pada pemerintahan Napoleon Bonaparte dilakukan untuk pengawasan ketat terhadap tindakan subversi individu/ kelompok. Dalam perkembangannya dikaitkan dengan analisis epidemiologi penyakit yang dapat dicegah kejadiannya Surveilans gizi (nutrition surveillance) dikenalkan pada Kongres Pangan Sedunia di Roma 1974 oleh FAO/ WHO, Unicef, dan publikasikan “metodologi surveilans gizi” tahun 1976, diartikan sebagai “kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap status gizi masyarakat sebagai dasar untuk membuat keputusan dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat”. Tujuan Surveilans Gizi (1) perencanaan bidang pangan dan gizi (2) pengelolaan dan evaluasi program gizi (3) peringatan dini (early warning) untuk tindakan (respon) Sejarah Surveilans Indonesia Setelah publikasi “metodologi surveilans gizi” (FAO/WHO, Unicef) 1976, Indonesia menindaklanjuti dengan mengembangkan “Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)” periode 1979-1985 Kekeringan panjang yang berulang setiap 10 tahun yang kemudian menjadi setiap 5 tahun, dan menjadi lebih sering pada dekade sebelum periode ini Studi untuk mengembangkan “Timely Warning Informaton and Intervention System (TWIIS)” atau “Sistem Isyarat Dini dan Intervensi (SIDI)” dan metode perumusannya di Lombok Tengah dan Boyolali Untuk mencegah akibat buruk dari kerawanan pangan Metode Pengembangan SIDI Yang Dihasilkan Dari Pilot Proyek Di Lombok Tengah Dan Boyolali 1979-1985 1. 2. 3. 4. 5. Studi Riwayat Krisis Pangan Studi Kalender Pertanian Analisis indikator dan sistim pelaporan Perumusan SIDI Lokakarya daerah Penerapan SIDI Periode 1986-1990 Dan 1990-1997 Pada periode 1986-1990, SIDI diterapkan di beberapa provinsi dengan metode Lombok Tengah/Boyolali Pada periode 1990-1997, dengan pertimbangan: “masalah pangan dan gizi dapat terjadi setiap waktu, tidak tergantung pada ada tidaknya kegagalan produksi” Dikembangkan sistem dengan lingkup lebih luas, yaitu Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG): (1) SIDI (2) Pemantauan Status Gizi (3) Jejaring Informasi Pangan dan Gizi (JIPG) Periode 1998-2000 an Sebelum Memasuki Periode Ini: - SKPG sudah ada di seluruh Provinsi - Status?: antara ADA dan TIADA Ada namanya, tetapi kegiatannya “stagnant” Pada Saat Indonesia Mengalami Krisis Multi Dimensi Perlu Revitalisasi SKPG Kenapa Revitalisasi SKPG? 1. SKPG tidak berfungsi seperti yang diharapkan dari tahun 1990 – terjadinya krisis 2. Dengan tidak berfungsinya SKPG, menjadi tidak waspada terhadap kejadian gizi buruk pada anak balita yang meningkat pada tahun 1995 menjelang terjadinya krisis multidimensi 3. Akibatnya kejadian gizi buruk balita yang meningkat ini tidak terdeteksi 4. Krisis multidimensi sejak pertengahan 1997 memperburuk keadaan dimana anak balita gizi buruk menjadi lebih parah dalam bentuk “Marasmus” atau “Kwashiorkor” atau kombinasi keduanya 5. Meningkatnya laporan di media massa, baik cetak maupun elektronik mengenai kasus gizi buruk balita dan kelaparan (“Hoenger-Oedem”) Sejak tahun tahun 2000-an Surveilans gizi di Indonesia bagian dari pengembangan SKPG SKPG Surveilans Gizi Kementerian Kesehatan Tahun 2010-an Dewan Ketahanan Pangan Underlying Concepts of Food and Nutrition Security (WFS, 1996) 1. Access to adequate food 2. Care and Feeding Practices 3. Sanitation and Health Nutrition Security S t a b i l i t y Nutritional Status Utilization Accesibility Availability Food Security Buku Pedoman Modul Pelatihan Surveilans Gizi 1. 2. Tahun 2014 telah disusun : Modul 17 Peserta dan Modul Pelatih Tahun 2015 akandigunakan untuk Pelatihan Calon Pelatih (TOT) dan Pelatihan Petugas Surveilans Gizi. Terima Kasih 18