Surveilans merupakan kegiatan pemantauan ataupun pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit yang dilakukan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan. Sedangkan infeksi nosokomial merupakan infeksi yang diperoleh atau yang dialami oleh pasien ketika dirawat dirumah sakit (Darmadi, 2008). Pengawasan yang teratur dan terus menerus (efekif) dapat mencegah dan menanggulangi terjadinya infeksi nosokomial, pengawasan yang efektif akan menghasilkan praktik yang mengendalikan dan mencegah infeksi. Pencegahan yang dimaksud adalah seperti menggunakan masker ketika sedang menangani pasien yang terinfeksi nosokomial, ataupun selalu menggunakan sarung tangan yang berbeda ketika menangani pasein yang berbeda untuk menghindari terjadinya penularan dan lain-lain. Infeksi nosokomial menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (WHO, 2005). Di Indonesia infeksi nosokomial dapat dilihat dari data surveilans yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1987 di 10 RSU Pendidikan, diperoleh angka infeksi nosokomial sebesar 6-16 % dengan rata-rata 9,8 %. Mengingat bahwa standar kejadian infeksi nosokomial adalah <1 atau 5%, angka kejadian infeksi di Indonesia merupakan angka yang cukup tinggi. Metode surveilans infeksi nosokomial antara lain: 1) Metode berdasarkan cara melaksanakan surveilens. 2) Metode berdasarkan waktu pelaksanaan surveilens. Metode berdasarkan cara melaksanakan surveilens: a. Survei pasif Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. b. Survei aktif Petugas survei melakukan kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Surveilans aktif lebih akurat daripada surveilans pasif karena dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu dan hasil yang didapatkan lebih mendekati keadaan sebenarnya. Metode berdasarkan waktu pelaksanaan surveilens: a. b. c. Survei berkala yaitu survei yang dilakukan mengikuti jangka waktu. Misalnya penderita diabetes melitus ia harus memeriksa Dmnya dalam jangka 2 bulan sekali. Survei terus-menerus yaitu survei yang dilakukan setiap hari. Survei saat tertentu (point surveilence) cara ini dilakukan dengan menghitung jumlah kasus baru dan kasus baru yang terjadi dalam jangka waktu yang spesifik atau pada saat tertentu. Jika anda seorang perawat yang bertanggung jawab terhadap surveillance, bagaimana cara menggunakan surveillance? Cara menggunakan surveillance yang bertanggung jawab yaitu: a. Mengamati kecenderungan dan perkiraan besar masalah kesehatan. b. Mendeteksi serta memprediksi Kejadian Luar Biasa (KLB). c. Mengamati kemajuan suatu program pencegahan dan pemberantasan penyakit. d. Memperkirakan dampak program intervensi yang ada. e. Mengevaluasi suatu intervensi. Jika perawat sudah melakukan surveillance yang bertanggung jawab dengan melakukan cara tersebut diatas, maka akan mempermudah perencanaan program pemberantasan penyakit. Kegiatan Surveilans yang dilakukan perawat yaitu: Merumuskan kejadian yang akan diamati (criteria & jenis dijabarkan dengan jelas) Melaksanakan kegiatan pengendalian. Mengumpulkan data secara sistematis. Menghitung data agar bermakna. Menyebarluaskan informasi kepada pihak yang perlu. Menganalisa data dan menarik kesimpulan. Mengapa surveillance penting diterapkan di rumah sakit? Surveillance penting diterapkan di rumah sakit karena hal ini berkaitan dengan tujuan dari survailans yaitu : a. Mendapatkan data dasar endemik Data ini sebagai acuan untuk mengetahui seberapa besar risiko yang dihadapi pasien di rumah sakit. b. Menurunkan angka infeksi di rumah sakit Dengan menurunnya angka infeksi di rumah sakit, angka kesakitan dan laju infeksi pun menurun. c. Mengidentifikasi KLB Bila adanya angka endemik yang sudah diketahui, maka pihak rumah sakit akan segera menanganinya. d. Pedoman Tenaga medis Denga adanya survailans, mampu menerapkan pencegahan infeksi. e. Mengevaluasi sistem pengendalian Untuk mengetahui efektivitas upaya pengendalian dan penyelesaiian masalah. f. Memenuhi persyaratan administrasi Sebagai penilaiian mutu pelayanan kesehatan dan akreditasi rumah sakit. g. Membandingkan angka infeksi rumah sakit Melalui akurasi data, sensivitas, dan spesifitaas dari program survailans yang dilakukan. h. Mengidentifikasi tuntutan malpraktek Data sebagai bukti yang mendukung kualitas manajemen dan pelayanan rumah sakit. Kesimpulannya, survailans sangat penting diterapkan di rumah sakit, karena tujuan utamanya untuk mengurangi, menghindari, dan mengendalikan risiko penularan penyakit secara sistematis.