Perilaku Seks Pranikah Remaja Pada Siswa/i SMP di Jakarta

advertisement
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(2); Mei 2013
Perilaku Seks Pranikah Remaja Pada Siswa/i SMP di Jakarta
Yolanda Fresilia1
1
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin
Alamat korespondensi:
Prodi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550
Telp: 021 80855119 ext 102
ABSTRAK
Perilaku seks bebas telah menjadi hal yang biasa di kalangan remaja Indonesia. Tentu saja hal ini sangat
mengkhawatirkan dan membahayakan kondisi kesehatan reproduksi remaja Indonesia. Remaja berperilaku seksual
berisiko dikarenakan minimnya pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi, pendidikan moral dari keluarga atau
lingkungan sekitar. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa SMP sebelumnya diperoleh informasi bahwa
sebagian besar siswa (70%) sedang menjalin hubungan (pacaran) dan beberapa diantaranya pernah melakukan seks
pranikah dengan pasangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual berisiko siswa pada salah satu SMP di Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang
dilakukan pada bulan Desember 2012. Dari 129 siswa di SMP tersebut, 97 orang diantaranya dipilih sebagi sampel. Dari
hasil analisis menunjukkan bahwa peran orangtua dan sumber informasi merupakan variabel yang berhubungan dengan
perilaku seksual siswa/i SMP. Oleh karena itu disarankan agar sekolah menyediakan ruangan khusus untuk konseling
masalah kesehatan reproduksi dan masalah-masalah remaja lainnya. Sehingga disarankan peran konseling bersifat
pribadi, nyaman dan tenang. Pihak sekolah lebih memfokuskan dan mengadakan pendidikan kesehatan reproduksi dalam
kurikulum sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan penyebarluasan informasi khususnya dalam pengetahuan
kesehatan reproduksi.
Kata Kunci : Perilaku, Seks Pranikah, Siswa SMP
Pendahuluan
Tahun 1995 konferensi sedunia IV tentang wanita
dilaksanakan di Beijing, Cina, di Haquue 1999, di New
York tahun 2000 menyepakati antara lain mengenai
definisi kesehatan reproduksi yaitu suatu keadaan sejahtera
fisik, mental, sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas
dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya (Widyastuti dkk, 2009).
Data kesehatan reproduksi remaja di Amerika Serikat
pada tahun 1997 memperlihatkan gambaran jumlah remaja
(pada usia 15-19) yang mengalami kehamilan mencapai
840.000 atau 79% dari seluruh kehamilan. Proporsi
hubungan seksual (40%) dan kehamilan remaja yang tidak
diinginkan (19%). Sekitar 13% persaingan dari remaja
puteri dan 31% diantaranya tanpa pernikahan (Omarsari
dan Djuwita, 2008).
Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data dari Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional tahun 2008 yang
mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia, 63%
remaja SMP dan SMA di Indonesia pernah berhubungan
seks, sebanyak 21% di antaranya melakukan aborsi. Angka
ini naik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelmnya.
Berdasarkan penelitian 2005 dan 2006 di kota-kota besar
mulai Jabodetabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya,
dan Makasar, ditemukan sekitar 47% hingga 54% remaja
mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah (PIKR
AlHikmah, 2010).
Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 20002025, oleh Badan Pusat Statistik, Bappenas, United
Nations Population Fund (UNFPA) tahun 2005, pada
tahun 2010 jumlah remaja umur 10-24 tahun sekitar 63 juta
atau 26,8% dari jumlah penduduk Indonesia yaitu 233 juta
(Badan Koordinasi Keluarga Berencana, 2010). Masalah
yang menonjol di kalangan remaja misalnya masalah
seksualitas (kehamilan tak diinginkan, seks pranikah dan
aborsi), terinfeksi Penyakit Menular Seksual (termasuk
HIV/AIDS) dan penyalahgunaan NAPZA (Badan
Koordinasi Keluarga Berencana, 2010).
Menurut Survei Komnas Perlindungan Anak di 33
Propinsi Januari s/d Juni 2008 menyimpulkan bahwa 97%
remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno,
93,7% remaja SMP dan SMA pernah ciuman, genital
stimulation (meraba alat kelamin) dan oral seks (seks
melalui mulut), 62,7% remaja SMP tidak perawan dan
21,2% remaja mengaku aborsi (Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional, 2009). Dimana media
memegang peranan sangat penting dalam menyebarluaskan
informasi, disamping membaca media cetak, semakin
banyak remaja terpapar oleh informasi melalui televisi dan
internet (Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia,
2007).
Menurut penelitian Nursal (2007) melaporkan bahwa 58
orang (16,6%) murid SMU Negeri Padang berprilaku
seksual beresiko, diantaranya 15 orang (43%) telah
melakukan hubungan seksual. Dari hasil analisis bahwa
adaya hubungan yang bermakna antara tingkat
17
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(2); Mei 2013
pengetahuan seks, sikap pergaulan sekitar, jenis kelamin,
pendekatan agama, usia puberitas, status perkawinan orang
tua, pola asuh orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan
orang tua, hubungan antara orang tua, pacar dan paparan
media elektronik dan media cetak. Dan hasil penelitian
Yuldawati (2008) di Kota Solok sebanyak 8% remaja telah
melakukan hubungan seksual pranikah dan 42%
melakukan onani dan masturbasi.Walaupun angkanya kecil
namun hal ini sudah melanggar norma agama karena telah
melakukan penyimpangan perilaku seksual pada remaja ini
karena telah melakukan hubungan seksual yang boleh
dilakukan oleh orang sudah menikah.
Faktor pertama yang berhubungan dengan hubungan
seks pranikah adalah jenis kelamin. Antara laki-laki dan
perempuan tingkat perilaku seksnya sangat berbeda, pada
laki-laki cenderung mempunyai perilaku seks yang agresif,
terbuka, gigih, terang-terangan, serta lebih sulit menahan
diri dibandingkan remaja perempuan, akibatnya banyak
perempuan mendapatkan pengalaman pertama hubungan
seksual pranikah pada pacarnya (Widyastuti dkk, 2009).
Tingkat pengetahuan seks yang didasari pendidikan
seks bukanlah sekedar penerangan tentang seks (atau
hubungan seks), melainkan sebagaimana pendidikan
lainnya (pendidikan agama, pendidikan pancasila)
pendidikan seks juga mengandung nilai-nilai (baik buruk,
benar salah) yang harus ditransformasikan kepada subyek
didik. Nilai-nilai inilah (yang berorientasi pada agama,
etika dan susila) yang akan mencegah perilaku seks yang
tidak bertanggung jawab (bukan malah mendorongnya).
Karena itu sebaiknya informasi tentang seks kepada remaja
umum diberikan oleh profesional (dokter, psikolog, guru,
rohanian, dsb) yang terlatih dalam bentuk kegiatan
ekstrakulikuler atau ceramah-ceramah umum atau melalui
media massa yang disesuaikan dengan konteks lingkungan
setempat (budaya, tingkat pendidikan, pergaulan, agama,
dan sebagainya) (Sovita, 2011).
Seks bebas sudah sangat membudaya di kalangan
remaja Indonesia saat ini, hal ini tentu saja sangat
mengancam bangsa Indonesia dari segi moralitas dan
kesehatan reproduksi. Tingginya perilaku seks pranikah
yang beresiko pada remaja yang ditunjukkan oleh data-data
diatas merupakan resultante dari sifat khas remaja,
pengetahuan remaja yang kurang tentang kesehatan
reproduksi, dan nilai moral yang dianut serta kondisi
lingkungan yang tidak kondusif (Widyastuti dkk, 2009).
Menurut hasil wawancara yang dilakukan pada bulan
November 2012 dengan beberapa orang siswa di SMP
Jakarta didapatkan beberapa masalah, dari survei 70%
seluruh siswa yang telah berpacaran sehingga terdapat
beberapa orang yang kemungkinan beresiko ringan sampai
beresiko berat berperilaku seks pra nikah karena beberapa
siswa penah melakukan aktivitas berpegangan tangan
sampai berciuman bibir sehingga peneliti sangat tertarik
untuk meneliti hal tersebut. Berdasarkan hal-hal dalam
latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang dirasakan sehingga peneliti ingin
melakukan penelitian tentang faktor - faktor yang
berhubungan dengan perilaku seks pranikah remaja pada
siswa/i SMP Jakarta Tahun 2012.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor – faktor
yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah remaja
pada siswa/i SMP di Jakarta Tahun 2012.
Metode Penelitian
Penelitian kuantitatif menggunakan desain cross
sectional. Tempat penelitian dilaksanakan di SMP Jakarta
dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember
2012. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa/i
kelas 2 di SMP Jakarta yang ada di kecamatan Makassar
dengan jumlah populasi 129 orang. Sampel pada penelitian
diambil siswa kelas 2 saja. Sampel pada penelitian ini
diambil secara acak sederhana (simple random sampling).
Dari perhitungan sampel diperoleh jumlah minimal sampel
adalah 100 siswa dan diambil 97 siswa yang 3 untuk
sampling eror. Sebelum melakukan pengumpulan data
primer, peneliti melakukan uji coba kuisioner. Tujuan dari
uji coba kuisioner untuk melihat validitas dan reliabilitas
pertanyaan yang ada di dalam kuesioner. Gambaran teknis
pengumpulan data dengan cara dikumpulkan melalui data
primer dengan bantuan instrumen (kuesioner). Tanggal
pelaksanaan 18 Desember 2012 dan kuesioner langsung
dibagikan dan diisikan oleh siswa/i kelas 2 SMP Jakarta
dengan melakukan sistem acak sampling sederhana
menggunakan daftar hadir perkelasnya. Kemudian
menjelaskan maksud dan tujuan isi kuesioner tersebut.
Pengolahan data meliputi editing, coding, entry data,
cleaning dan analisis data dilakukan dengan menggunakan
software statistic SPSS for window versi 17.0 dan uji
statistik menggunakan uji Chi Square.
Hasil Penelitian
Dari analisis hubungan antara pengetahuan responden
dengan perilaku seks pranikah pada responden yang
berpengetahuan rendah beresiko sebesar 40 orang (41.2%)
lebih tinggi dari pada responden yang berpengetahuan
tinggi beresiko 29 orang (29.9 %). Dari uji statistik khai
kuadrat (Chi – Square) menunjukkan Pvalue = 0,624 (P >
0,05) berarti tidak ada hubungan yang bermakna/
signifikan antara pengetahuan
dengan perilaku
berhubungan seks pranikah. Uji OR menunjukkan bahwa
responden yang berpengetahuan tinggi 1.379 kali
berperilaku seksual baik dibandingkan dengan responden
yang berpengetahuan rendah.
Dari analisis tabel hubungan antara sikap responden
dengan perilaku seks pranikah diperoleh bahwa ada
sebanyak 40 orang (41.2%) yang bersikap negatif lebih
tinggi dari yang bersikap positif 29 orang (29.9%). Dari uji
statistik khai kuadrat (Chi – Square) menunjukkan Pvalue
= 1.000 (P > 0,05) berarti tidak ada hubungan yang
bermakna / signifikan antara sikap dengan perilaku
berhubungan seks pranikah. Uji OR menunjukkan bahwa
responden yang bersikap positif 1.034 kali berperilaku
18
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(2); Mei 2013
seksual baik dibandingkan dengan responden yang
bersikap negatif.
Hasil analisis antara hubungan peran orang tua dengan
perilaku seks pranikah diperoleh bahwa ada sebanyak 36
orang (37.1%) orang tua responden tidak berperan aktif
yang beresiko lebih tinggi dari orang tua responden yang
berperan aktif sebanyak 33 orang (34.0%). dari uji statistik
khai kuadrat (Chi – Square) menunjukkan P value = 0.000
(P < 0,05) berarti ada hubungan yang bermakna/signifikan
antara peran orang tua dengan perilaku berhubungan seks
pranikah. Uji OR menunjukkan bahwa peran orang tua
responden yang tidak aktif 0.706 kali beresiko berperilaku
seksual dibandingkan dengan peran orang tua yang aktif.
Hasil analisis hubungan status ekonomi keluarga
dengan perilaku seks pranikah diperoleh bahwa ada
sebanyak 41 orang (42.3%) status ekonomi keluarga
responden berpendapatan rendah yang lebih beresiko dari
status ekonomi keluarga responden berpendapatan tinggi
sebanyak 28 orang (28.9%). Dari uji statistik khai kuadrat
(Chi – Square) menunjukkan Pvalue = 0.115 (P > 0,05)
berarti tidak ada hubungan yang bermakna / signifikan
antara dengan status ekonomi keluarga dengan perilaku
berhubungan seks pranikah. Uji OR menunjukkan bahwa
status ekonomi keluarga responden yang yang rendah
2.263 kali beresiko berperilaku seksual dibandingkan
dengan status ekonomi keluarga responden yang tinggi.
Hasil analisis hubungan antara Sumber Informasi dan
perilaku seks pranikah diperoleh bahwa sebanyak 43 orang
(44.3%) responden menjawab sumber informasi terpapar
yang berisiko. Sedangkan sebanyak 26 orang (26.8%)
responden menjawab sumber informasi tidak terpapar yang
beresiko. Dari uji statistik khai kuadrat (Chi – Square)
menunjukkan Pvalue = 0. 051 (P < 0,05) berarti ada
hubungan yang bermakna/signifikan antara sumber
informasi dengan perilaku berhubungan seks pranikah. Uji
OR menunjukkan bahwa yang terpapar sumber informasi
responden 2.556 kali beresiko berperilaku seksual
dibandingkan dengan tidak terpaparnya sumber informasi.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel
yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko pada
siswa SMP adalah peran orang tua dan paparan terhadap
sumber informasi kesehatan reproduksi. Siswa yang
memiliki orang tua yang aktif dalam pengawasan perilaku
anak memiliki risiko 30% lebih rendah dibandingkan
dengan siswa dengan orangtua yang kurang berperan (OR
0,7 95%CI 0.289 - 1.725). Sementara itu pada variabel
sumber informasi, perilaku seksual berisiko lebih banyak
terjadi pada siswa yang tidak terpapar oleh sumber
informasi kesehatan reproduksi (OR 2,5 95% CI 1.038 6.295).
Tabel 1. Analisis Bivariat Faktor Risiko Perilaku Seks Pranikah di MTS X Jakarta
Perilaku Seks Pranikah
Tidak
Total
Variabel
Berisiko
P Value
OR
Berisiko
Frek
%
Frek
%
Frek
%
Pengetahuan
Rendah
40
41.2
14
14.4
54
100
1.379
Tinggi
29
29.9
14
14.4
43
100
0.624
(0.571 – 3.331)
Total
69
71.1
28
28.9
97
100
Sikap
Negatif
40
41.2
16
16.5
56
100
Positif
29
29.9
12
76,2
41
100
1.034
1.000
Total
69
71.1
28
28.9
97
100
(0.426 – 2.514)
Peran Orang Tua
Tidak Aktif
36
37.1
17
17.5
53
100
0.706
Aktif
33
34.0
11
11.3
44
100
0.000
(0.289 - 1.725)
Total
69
71.1
28
28.9
97
100
Status Ekonomi Keluarga
Rendah
41
42.3
11
11.3
52
100
2.263
Tinggi
28
28.9
17
17.5
45
100
0.115
(0.922 - 5.554)
Total
69
71.1
28
28.9
97
100
Sumber informasi
Terpapar
43
44.3
11
11.3
54
100
Tidak
2.556
26
26.8
17
17.5
43
100
0.051
Terpapar
(1.038 - 6.295)
Total
69
71.1
28
28.9
97
100
19
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(2); Mei 2013
Pembahasan
Hubungan Antara Pengetahuan
Responden Dengan
Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMP Jakarta.
Hasil analisis hubungan pengetahuan responden dengan
perilaku seks pranikah diperoleh bahwa sebanyak 43
orang (44.3%) responden yang berpengetahuan tinggi
yang berperilaku seks pranikah, dan sebanyak 54 orang
(55.7%) responden yang berpengetahuan rendah yang
berprilaku seks pranikah. Dari uji statistik khai kuadrat
(Chi – Square) menunjukkan P value = 0,624 (P < 0,05)
berarti tidak ada hubungan yang bermakna / signifikan
antara pengetahuan dengan perilaku berhubungan seks
pranikah. Hasil penelitian yang didapat oleh peneliti
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi
Sibuea pada mahasiswa program diploma DIII FKM UI
(2003), dari 93 responden, hasil analisa menyatakan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan perilaku seksual pranikah (p=0.644).
Perilaku seks pranikah remaja terkadang tidak ada
hubungannya dengan tingkat pengetahuan remaja
tersebut. Karena masa remaja memiliki rasa
keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan
tantangan serta berani menanggung resiko atas
perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang
matang (Depkes, 2007).
Hubungan Antara Sikap Responden Dengan Perilaku
Seks Pranikah Remaja di SMP Jakarta
Hasil analisis hubungan sikap responden dengan
perilaku seks pranikah diperoleh sebanyak 41 orang
(42.3%) responden bersikap positif yang berperilaku seks
pranikah, dan sebanyak 54 orang (55.7%) responden
bersikap negatif yang berperilaku seks pranikah. Dari uji
statistik Chi – Square menunjukkan P value = 1.000 (P >
0,05) berarti tidak ada hubungan yang bermakna /
signifikan antara sikap dengan perilaku berhubungan seks
pranikah. Berdasarkan (Secord & Backman, 1964 dalam
Dewi, 2010), menyatakan seseorang yang mempunyai
sikap positif terhadap suatu objek maka indeks
kognitifnya juga tinggi dan begitu juga sebaliknya.
Dari hasil penelitian lainnya belum ditemukan teori
yang menyatakan sikap dengan perilaku berhubungan
seks pranikah tidak ada hubungan yang bermakna /
signifikan sejauh ini. Tetapi dari hasil uji statistik yang
peneliti lakukan menunjukkan antara sikap dengan
perilaku berhubungan seks pranikah tidak ada hubungan
yang bermakna / signifikan.
Hubungan Antara Peran Orang Tua Responden Dengan
Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMP Jakarta
Hasil analisis hubungan peran otang tua responden
dengan perilaku seks pranikah diperoleh sebanyak 44
orang (45.4%) responden yang peran orang tuanya aktif
yang berperilaku seks pranikah, dan sebanyak 53 orang
(54.6%) responden yang peran orang tuanya tidak aktif
yang berperilaku seks pranikah. Dari uji statistik khai
kuadrat (Chi – Square) menunjukkan P value = 0.00 (P <
0,05) berarti ada hubungan yang bermakna/signifikan
antara peran orang tua dengan perilaku berhubungan seks
pranikah.
Dari penelitian lainnya yang dilakukan Novi (2010)
dengan metode cross sectional, juga melakukan uji chi
square mengatakan bahwa peran orang tua juga
mempunyai hubungan yang bermakna dimana OR 5,221,
artinya orang tua yang tidak berperan mempunyai peluang
bagi remaja 5 kali dibanding orang tua yang beperan
terhadap perilaku seksual beresiko.
Hal tersebut didukung dengan Santrock, 2007 yang
menyatakan pendidikan seks di Indonesia seseyogyanya
tetap dinilai dari keluarga, karena masalah seksual adalah
masalah yang bersifat pribadi. Namun banyak orang tua
yang kurang mampu memenuhi kebutuhan anak remaja
mereka. Karena kurang pengetahuan tentang hal tersebut
dan masih berlaku tabu tentang seks.
Hubungan Antara Status Ekonomi Keluarga Responden
Dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMP Jakarta
Hasil analisis hubungan status ekonomi responden
dengan perilaku seks pranikah diperoleh sebanyak 45
orang (46.4%) responden yang status ekonominya tinggi
yang berperilaku seks pranikah, dan sebanyak 52 orang
(53.6%) responden yang status ekonominya rendah yang
berperilaku seks pranikah. Dari uji statistik khai kuadrat
(Chi – Square) menunjukkan P value = 0. 115 (P > 0,05)
berarti tidak ada hubungan yang bermakna/signifikan
antara status ekonomi keluarga dengan perilaku
berhubungan seks pranikah.
Dari hasil penelitian lainnya belum ditemukan teori
yang menyatakan status ekonomi keluarga dengan perilaku
berhubungan seks pranikah tidak ada hubungan yang
bermakna/signifikan sejauh ini. Tetapi dari hasil uji
statistik yang peneliti lakukan menunjukkan antara status
ekonomi keluarga dengan perilaku berhubungan seks
pranikah tidak ada hubungan yang bermakna / signifikan.
Beberapa hasil penelitian mengungkapkan, bahwa pada
masyarakat dengan pendapatan yang rendah menunjukkan
angka kesakitan yang lebih tinggi daripada masyarakat
yang pendapatannya tinggi. Selain itu, angka kematian
bayi juga tinggi pada masyarakat yang mempunyai income
rendah daripada masyarakat yang mempunyai penghasilan
tinggi. Disamping itu juga masalah kekurangan gizi juga
lebih tinggi daripada masyarakat dengan pendapatan
rendah. Biasanya masyarakat yang berpenghasilan rendah
cenderung bekerja serabutan bahkan sampai ada yang
menjual diri untuk mencukupi kebutuhan hidup
keluarganya (Depdikbud, FKM UI, 1984 Pendidikan
Kesehatan Masyarakat).
Hubungan Antara Sumber Informasi Responden Dengan
Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMP Jakarta
Hasil analisis hubungan sumber informasi responden
dengan perilaku seks pranikah diperoleh sebanyak 43
orang (44.3%) responden yang tidak terpapar sumber
18
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(2); Mei 2013
informasi yang berperilaku seks pranikah, dan sebanyak
54 orang (55.7%) responden yang terpapar sumber
informasi yang berperilaku seks pranikah. Dari uji statistik
khai kuadrat (Chi – Square) menunjukkan Pvalue = 0. 051
berarti ada hubungan yang bermakna/signifikan antara
sumber informasi dengan perilaku berhubungan seks
pranikah.
Dari hasil penelitian lainnya yang dilakukan Nurhayati
2002, terhadap 458 siswa di salah satu SLTP Kota Depok
didapatkan 40% siswa berperilaku seksual pranikah,
dengan hasil analisa diketahui adanya hubungan yang
bermakna antara keterpaparan media massa dengan
perilaku seks pranikah pada remaja.
Hal tersebut didukung oleh Omarsari dan Djuwita, 2008
menyatakan bahwa semakin maju teknologi dan sarana
komunikasi mengakibatkan masuknya arus informasi yang
tidak dapat dibendung lagi. Sifat remaja yang ingin tahu
dalam segala hal termasuk perihal seksualitas juga
meningkat dikarenakan sumber informasi yang yang
didapat sangatlah mudah baik itu dari teman sebaya,
majalah, VCD dan akses melalui internet, padahal
informasi yang didapat tidaklah selalu benar dan bermutu
melainkan terkadang vulgar dan jorok sehingga
konsekuensinya para remaja menjadi ingin mencoba
praktek seksualitas yang salah.
Saran untuk pihak sekolah, kegiatan dalam
ekstrakulikuler selalu sebagai wadah penyaluran minat,
bakat, dan hobi siswa dengan bimbingan guru
ekstrakulikuler dapat melatih siswa dalam menyediakan
informasi, meningkatkan keterampilan, dan memberikan
konseling yang berbasis kelompok usia sebaya untuk
merangkul individu-individu dan kelompok-kelompok
yang beresiko tinggi. Sekolah menyediakan ruangan
khusus untuk konseling masalah kesehatan reproduksi dan
masalah-masalah remaja lainnya. Sehingga peran
konseling bersifat pribadi, nyaman dan tenang. Pihak
sekolah lebih memfokuskan dan mengadakan pendidikan
kesehatan reproduksi dalam kurikulum sekolah untuk
meningkatkan pengetahuan dan penyebarluasan informasi
khususnya dalam pengetahuan kesehatan reproduksi.
Ekasari Farida. (2007). Pola komunikasi dan informasi
kesehatan reproduksi antara ayah dan remaja ( vol.2, No.1
Agustus ). Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.
Daftar Pustaka
BKKBN, (2002). Panduan pembinaan dan perkembangan
PIK-KRR. Jakarta.
Pusat Informasi Kesehatan Remaja Al Hikmah. (25 April
2010), pikkr alhikmah.blogspot.com, (diunduh 20 Agustus
2012).
BPS, BKKBN, DEPKES, MARCO INTERNASIONAL,
(2002). Survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia.
Jakarta.
R. Aden. (2010). Ketika remaja dan pubertas tiba. Hangar
Kreator. Yogyakarta.
Depdiklaud FKM UI, (1984). Pendidikan Kesehatan
Masyarakat.
Depkes RI, (1994). Perkembangan Remaja dn CiriCirinya. Jakarta.
___________ , (2007). Remaja dan Seks Parnikah. Jakarta.
___________, (2007). Modul Pelatihan
Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR). Jakarta.
Green, Lawrence W, dkk. (1980). Health Program
Education Planning an Educational and Ecological
Approach, california Mayfield.
Hurlock, (1999). Periode Remaja dan ciri – cirinya.
Kartono, (2006). Konsep Dasar status ekonomi. Jakarta.
Kartono, Mohamad. (1998). Kurangnya Informasi Tentang
Kesehatan Reproduksi pada Usia Muda.
Menteri Tenaga Kerja, (1989). Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No.05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 Tentang
Upah Minimum. Jakarta.
Mohamis, (2003). Faktor – faktor yang berhubungan
dengan perilaku seksual siswa SLTA Negeri (SMU, SMK,
MA) di Kota Padang Tahun 2003. Tesis FKM UI.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
___________, (2010). Promosi Kesehatan dan Ilmu
Prilaku. Rineka Cipta. Jakarta.
___________, (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu
Prilaku. Rineka Cipta. Jakarta.
Nursal, Dien G A. Faktor – faktor yang berhubungan
dengan perilaku seksual murid SMU Negeri di Kota
Padang tahun 2007. Tesis FKM UI.
Omarsari, Sri., dan Djuwita, R. (2008). Kehamilan
pranikah remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,
3:2.
Panuju, Panut dan Unami (1999 : 23 – 26). Human
Development and Education.
Published in e-Konsel, 15 September (2009), Volume
2009, No.192 ( http://www. untukku.com / artikel –
untukku / remaja – dan – hubungan – seksual – pranikah –
2- untukku.html). (diunduh pada tanggal 6 Juli 2012).
Saifudin, A.F., & Hidayana, I.M. (1999). Seksualitas
Remaja. Pustaka Sinar. Jakarta.
Santrock, JW. 2007, Remaja (terjemahan). Jilid 1 edisi 11,
Jakarta : Erlangga.
Sarlito, Wirawan Sarwono. (2004). Psikologi remaja.
Rajagrafindo Persada.
Pelayanan
19
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(2); Mei 2013
Soejoeti, Zalbawi. (2001). Perilaku seks di kalangan
remaja dan permasalahannya. Jurnal Kesehatan Nasional,
9:1. Jakarta.
Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahanny. Cetakan I, Sagung Seto. Jakarta.
Sovita, Leny. ( 2011). Faktor –faktor yang berhubungan
dengan perilaku hubungan seks pranikah pada remaja
pada siswa SMU Negeri 1 dan SMK Negeri 1 Hiliran
Gumanti kabupaten solok. Skripsi. FKM UI.
Sunanti, Elis. (2010). Faktor – faktor yang mempengaruhi
perilaku seks pada siswa SMU di Kecamatan Kemis
Kabupaten Tangerang. Skripsi FKM UI.
Usrikasetiawati, Ina. (2009). Faktor –faktor yang
berhubungan dengan perilaku hubungan seks pranikah
pada remaja di SMU “X” Jakarta timur. Skripsi. FKM UI.
Widyaastuti,
Yani.
Rahmawati,
Anita
dan
Purnamaningrum, Yuliasti. (2009). Kesehatan Reproduksi.
Fitramaya. Yogyakarta.
20
Download