1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan

advertisement
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kehamilan pada remaja yang tidak direncanakan akan memberi dampak
negatif bagi remaja dan keluarganya (Singgih, 2000: dalam Diana 2012). Secara
psikologis, remaja yang hamilnya tidak direncanakan akan merasa tertekan, takut,
bingung, malu dan berbagai amukan emosi dalam dirinya. Pencegahan kehamilan
pada remaja diperlukan pengetahuan tentang bahaya atau Akibatnya, mereka
cenderung melakukan pengguguran kandungan (aborsi) daripada memberikan
bayinya untuk diadopsi (Mayangsari, 2012). Pengetahuan seks yang tidak
diberikan sedini mungkin akan mempengaruhi perilaku anak khususnya bagi anak
yang beranjak remaja. Remaja yang penasaran akan pengetahuan seks akan
mencari tahu sendiri informasi terkait seks yang belum tentu memberikan
informasi yang benar. Remaja yang terjerumus pada pengetahuan seks yang salah
akan melakukan perilaku seks yang belum sepantasnya dilakukan oleh para remaja
(Singgih, 2000: dalam Diana 2012).
Survei yang dilakukan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat
tahun 2011, mempunyai angka kehamilan remaja yang masih tinggi yaitu remaja
hamil usia 15-19 tahun sebesar 95/1000. Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan
dengan Inggris (45/1000), Kanada (45/1000), Perancis (44/1000), Swedia
(35/1000) dan Belanda (15/1000). Tingginya angka kehamilan pada remaja
1
2
mengindikasikan bahwa remaja putri rentan mengalami gangguan kehamilan dan
permasalahan lain, yang berhubungan dengan kehamilan di usia yang masih muda
(Sarwono,2011: dalam Sitepu 2012). Pernikahan pranikah yaitu pernikahan yang
dilakukan saat pasangan nikah belum cukup dewasa mengundang sejumlah resiko,
antara lain kematian ibu dan anak saat proses melahirkan. Angkanya memang
tidak terlalu banyak, tapi memprihatinkan melihat fakta 4,8 persen dari total
jumlah pernikahan di Indonesia dilakukan anak usia 10-14 tahun. Sementara itu,
persentase tertinggi adalah perempuan menikah dari kelas usia 15-19 tahun, yaitu
41,9 persen dari total jumlah pernikahan di Indonesia (Andapita, 2013).
Penelitian LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara) Surabaya
antara tahun 2009-2010, remaja yang melakukan seks pra nikah, 72,9% hamil, dan
91,5% di antaranya mengaku telah melakukan aborsi lebih dari satu kali. Data ini
didukung beberapa hasil penelitian bahwa terdapat 98% mahasiswi Surabaya yang
melakukan seks pra nikah mengaku pernah melakukan aborsi. Secara kumulatif,
aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta kasus per tahun. Setengah dari
jumlah itu dilakukan oleh wanita yang belum menikah, sekitar 10-30% adalah para
remaja. Artinya, ada 230 ribu sampai 575 ribu remaja putri yang diperkirakan
melakukan aborsi setiap tahunnya. Sumber lain juga menyebutkankan, tiap hari
100 remaja melakukan aborsi dan jumlah kehamilan pranikah pada remaja
meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun (Misbahol, 2012).
Data Pengadilan Agama (PA) Ponorogo jumlah siswa-siswi SMP dan SMA tahun
2012 sebanyak 116 permohonan, pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi
3
113 permohonan, pada tahun 2013 sampai bulan Oktober sebanyak 256
permohonan menikah dibawah umur karena hamil (Juwaini dalam Ponorogo Pos
2013). Penelitian dilakukan di SMA 1 Muhammadiyah Ponorogo menurut Kepala
Sekolah SMA 1 Muhammadiyah Ponorogo mempunyai program
yang
memberikan layanan konseling, konsultasi, pembimbingan siswa, pengayom siswa
terkait masalah atau kebutuhan yang mereka alami. Penyuluhan terkait salah
satunya tentang kesehatan reproduksi remaja, secara rutin digelar dalam rangka
mengendalikan perilaku yang menyimpang dan sebagai langkah preventif sekolah
agar tidak terjadi kerusakan moral generasi muda.
Kehamilan pada masa remaja mempunyai risiko medis yang cukup tinggi,
karena pada masa remaja alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan
fungsinya. Rahim (uterus) akan siap melakukan fungsinya setelah wanita berumur
20 tahun, karena pada usia ini fungsi hormonal akan bekerja maksimal. Pada usia
15-19 tahun sistem hormonal belum stabil maka proses kehamilan menjadi tidak
stabil, mudah terjadi anemia, perdarahan, abortus atau kematian janin (Kusmiran,
2011: dalam Sitepu 2012). Kehamilan remaja kurang 20 tahun memberikan risiko
kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada
usia 20-35 tahun. Kehamilan usia muda atau remaja akan mengakibatkan berbagai
risiko seperti, PMS, kelahiran prematur, BBLR (Berat Badan Bayi Lahir Rendah),
perdarahan persalinan, dan melakukan aborsi tidak aman sehingga akan
meningkatkan angka kematian ibu dan bayi serta dalam jangka waktu panjang
4
akan mengakibatkan CA serviks yang disebabkan oleh hal tersebut (Depkes, 2001
dalam Heriana 2008)
Kehamilan pada remaja dapat dicegah dimulai dari rumah sendiri dengan
mengajarkan pendidikan kesehatan seksualitas dan reproduksi sejak dini. Bila
sebagai orangtua, sekolah belum mengajarkan pemahaman akan seks sehat, tidak
ada kata terlambat untuk memulainya (Mayangsari, 2012). Seharusnya pihak
sekolah memberikan informasi PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi
Remaja), Pendewasaan Usia Perkawinan, Keterampilan Hidup (Life Skills),
Pelayanan Konseling dan Rujukan PKBR. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah
suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen, dan
proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional, dan
spiritual (BKKBN, 2010). Semakin dini remaja mampu mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan memutuskan apa yang tepat adalah cara agar
hubungan seks tidak terjadi dengan mudahnya begitu saja (Mayangsari, 2012).
Berdasarkan uraian diatas membuat penulis tertarik untuk meneliti
permasalahan tersebut dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Kehamilan Pranikah Pada Remaja di SMA 1 Muhammadiyah Ponorogo” .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang di dapat
”Bagaimana Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kehamilan Pranikah Pada
Remaja di SMA 1 Muhammadiyah Ponorogo”?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kehamilan
Pranikah Pada Remaja di SMA 1 Muhammadiyah Ponorogo.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Sarana
untuk
memberikan pengetahuan remaja agar terwujud
pengetahuan yang baik tentang kehamilan pranikah pada remaja sehingga
mengurangi angka kehamilan pranikah pada remaja.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Ponorogo
Penelitian diharapkan bermanfaat bagi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo bermanfaat sebagai masukan
untuk mengembangkan kurikulum, khususnya mata kuliah maternitas.
2. Bagi Remaja
Penelitian diharapkan bermanfaat memberi pengetahuan remaja
tentang definisi, dampak, faktor yang mempengaruhi dan mencegah
kehamilan pranikah pada usia remaja.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sumber
data
peneliti
selanjutnya
dalam
pengetahuan, remaja, kehamilan pranikah pada remaja.
meliliti
tentang
6
1.5 Keaslian Penulisan
Penelitian-penelitian
yang
telah
dilakukan
terkait
dengan
Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang Kehamilan Pranikah Pada Remaja di SMA 1
Muhammadiyah Ponorogo adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Djuwita (2012) Departemen Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang berjudul
“Kehamilan Pranikah Remaja di Kabupaten Sumedang”. Penelitian ini
menemukan prevalensi kehamilan pranikah remaja di Kabupaten
Sumedang tinggi (40,5%). Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah terletak pada variabel yang akan diteliti, sedangkan
persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang kehamilan pranikah,
dimana pada penelitian yang sudah dilakukan difokuskan pada Kehamilan
Pranikah Remaja di Kabupaten Sumedang, sedangkan pada penelitian yang
akan dilakukan difokuskan pada Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Kehamilan Pranikah Pada Remaja.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Megawati (2012) Universitas Negeri Malang
yang berjudul “Perilaku seks dan kehamilan pranikah remaja (studi
fenomenologi)”. Penelitian ini menemukan prevalensi kehamilan pranikah
remaja di Kabupaten Sumedang tinggi (40,5%). Perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variabel yang akan
diteliti, sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang
kehamilan pranikah, dimana pada penelitian yang sudah dilakukan
difokuskan pada Perilaku seks dan kehamilan pranikah remaja (studi
7
fenomenologi), sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan difokuskan
pada Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kehamilan Pranikah Pada
Remaja.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Heriana, Hermansyah, dan Solihati, (2008)
Program Studi D-III Kebidanan STIKes Kuningan yang berjudul “FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kehamilan Pranikah Di Kalangan
Pelajar Di Desa Setianagara Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi (p = 0,041), latar
belakang keluarga (p = 0,024), dan sumber informasi tentang seksualitas (p
= 0,033) dengan kejadian kehamilan pranikah di kalangan remaja di Desa
Setianagara. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
terletak pada variabel yang akan diteliti, sedangkan persamaannya adalah
sama-sama meneliti tentang kehamilan pranikah, dimana pada penelitian
yang sudah dilakukan difokuskan pada Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kehamilan Pranikah Di Kalangan Pelajar, sedangkan pada
penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Kehamilan Pranikah Pada Remaja.
Download