Uploaded by User47472

FR Sindrom down

advertisement
Faktor Risiko Sindrom Down
Anak dnegan Sindrom Down pada dasarnya tetap memiliki potensi sama dnegan
anak-anak pada umumnya. Selain memberikan pelatihan untuk menstimulus
perkembangan otak maupun fisiknya, penderita Sindrom down juga memerlukan
perhatian dari lingkungan sosialnya. Berteman dan berinteraksi dengan mereka
dapat meningkatkan kepercayaan dirinya sehingga akan mendorong mereka untuk
mandiri.
Sindrom Down dapat dideteksi melalui pemeriksaan dan pengujian antenatal.
Pemeriksaan antenatal digunakan untuk melihat hal tidak normal yang berkembang
selama masa kehamilan. Jika dalam pemeriksaan dinyatakan kemungkinan cukup
tinggi janin terkena SIndrom Down, makan dilakukan tes diagnosis. Oleh karena
itu, pemeriksaan kesehatan rutin pada ibu hamil wajib dilakukan untuk menugrangu
risiko anak lahir dengan Sindrom Down.
Faktor risiko mungkin berbeda uhtuk setiap jenis Sindrom Down, tapi umumnya
termasuk:
1. Usia ibu saat hamil
NDSS (National Downs Syndrome Society) mengungkapkan semakin bertambah
usia ibu pada saat kehamilan semakin tinggi probabilitas mempunyai anak Sindrom
Down.
2. Genetik turunan orangtua
DIlansir dari Mayo Clinic, sekitar 4% kasus Sindrom Down adalah hasil dari
genetic warisan salah satu pihak orangtua. Baik pria dan wanita bisa menjadi
pembawa Sindrom Down di dalam gennya. Pembawa genetic disebut sebagai
carrier. Seorang pembawa (carrier) bisa tidak menunjukkan tanda atau gejala
sindrom down, tapi ia bisa menurunkan proses kelainan tersebut ke janinnya,
menyebabkan tambahan kromosom 21. Risiko menurunkan sindrom down akan
tergantung pada jenis kelamin dari orangtua pembawa kromosom 21 yang telah
disusun ulang:
-
Jika ayah adalah agen pembawa (carrier), risiko sindrom down sekitar 3%
-
Jika ibu adalah agen pembawa (carrier), risikp sindrom down berkisar
antara 10-15% (Kementrian Kesehatan RI, 2019).
3. Pernah melahirkan bayi Sindrom Down sebelumnya
Wanita yang pernah mengandung janin dengan sindrom down memiliki risiko
1:100 untuk memiliki bayis elanjutnya juga mengidap Sindrom Down.
4. Jumlah saudara kandung dan jarak lainnya
Menurut penelitian Markus Neuhauser dan Sven Krackow, dari Institute of Medical
Informatics, Biometry and Epidemiology di Universiti Hospital Essen, Jerman,
risiko bayi lahir dengan Sindrom Down juga bergantung pada seberapa banyak
saudara kandung dan seberapa besar jarak usia antar anak paling bungsu dengan
bayi tersebut. Risiko memiliki bayi dnegan Sindrom Down semakin tinggi pada ibu
yang hamil untuk eprtama kali di usia yang lebih tua. Risiko ini juga akan semakin
meningkat bila jarak antar kehamilan semakin jauh.
5. Kekurangan asam folat
Beberapa ahli berpendapat bahwa sindrom down dapat dipicu oleh kerja
metabolismke tubuh yang kurang optimal untuk memecah asam folat. Penurunan
metabolism asam folat bisa berpengaruh terhadap pengaturan epigenetic untuk
membentuk kromosom.
Untuk mencegah hal ini, setiap wanita yang akan berencana hamil sepatutnya harus
mencukupi kebutuhan asam folat sejak sebelum hamil.bahkan, asupan asam folat
perlu dipenuhi daris ejak remaja, bukan saat hamil saja.
6. Faktor Lingkungan
Faktor risiko yang paling umum dan seringnya menyebabkan bayi terlahir dengan
sindrom down adalah paparan bahan kimia, dan zat asing yang ibu terima dari
lingkungan sehari-hari selama masa kehamilan.
Rokok merupakan zat ebracun yang dapat mempengaruhi pembentukan kromosom
bayi semnjak dalam kandungan. Ibu yang merokok memiliki rantai kromosom yang
lebih pendek dari pada normalnya.s elain meningkatkan risiko mengandung bayi
sindrom down, merokok saat hamil juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan
kelainan jantung dan otak (Kementrian Kesehatan RI, 2019).
Kementrian Kesehatan RI. 2019. “Infodatin (Antara Fakta dan
Harapan Sindrom Down)”. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.
Download