3. Dengan “Rank Method of Correlation” (Metode Spearman) Di samping metode Pearson seperti yang telah kita bicarakan, untuk menghitung validitas suatu tes dapat juga kita pergunakan metode Spearman yang disebut rank method of correlation. Rumusnya: 6∑D2 rho = p = 1 − 𝑁(𝑁2 − 1) Cara menghitung koefisien korelasi menurut metode spearman ini bukan berdasarkan nilai-nilai yang sebenarnya dari skor-skor yang terdapat di dalam kedua kelompok, melainkan didasarkan atas nilai relative ranking (nilai urut tingkatan secara relatif) dari tiap skor di dalam kedua kelompok tersebut. Misalnya seorang guru akan mencari korelasi untuk melihat coefficient of reliability dari suatu tes. Tes tersebut dicobakan dua kali kepada sekelompok murud yang sama, tetapi dalam waktu yang berbeda. Dengan menggunakan rankmethod of correlation menurut spearman itu guru tersebut menyusun dan mengerjakan tabel seperti berikut (tabel 7.3): Penjelasan Tentang Langkah-Langkah Penyusunan Tabel a) Skor kelompok 1 dalam kolom dua disusun menurut urutan (peringkat) dari yang tertinggi kepada yang terendah. Kemudian nomor urut tingkatan dari skor kelompok 1 dimasukkan ke dalam kolom tiga, yakni 1 s.d. 20, sesuai dengan banyaknya skor atau murid yang dites. b) Dalam menyusun peringkat tersebut, skor-skor yang sama, seperti 56, 53, dan 49 (masing-masing terdapat dua angka), besarnya peringkat menjadi berubah: yang seharusnya menjadi peringkat 2 dan 3, karena kedua-duanya sama, menjadi 2+3 = 2 1⁄2 2 peringkat Tabel 7.3 (Perhitungan Korelasi dengan Metode Spearman) Nama Murid A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T Skor I 57 56 56 54 53 53 52 51 50 49 49 47 46 43 41 38 26 32 25 5 Peringkat II 38 34 35 33 31 32 33 36 30 36 26 27 30 29 25 28 25 24 15 20 I 1 2 1⁄2 2 1⁄2 4 5 1⁄2 5 1⁄2 7 8 9 10 1⁄2 10 1⁄2 12 13 14 15 16 17 18 19 20 II 1 5 4 6 1⁄2 9 8 6 1⁄2 2 1⁄2 10 1⁄2 2 1⁄2 15 14 10 1⁄2 12 16 1⁄2 13 16 1⁄2 18 20 19 D D2 0 2 1⁄2 1 1⁄2 2 1⁄2 3 1⁄2 2 1⁄2 0 6 1⁄4 2 1⁄4 6 1⁄4 12 1⁄4 6 1⁄4 8 4 1⁄2 2 2 1⁄2 2 1 1⁄2 3 64 21 1⁄4 4 6 1⁄4 4 2 1⁄4 9 1⁄ 2 1⁄ 4 0 1 1 0 1 1 1⁄ 2 5 1⁄2 1 1⁄2 1⁄ 4 1 30 ⁄4 2 1⁄4 ∑D2 = 178 Pada peringkat skor 53 bukan 5 dan 6, melainkan 5+6 = 5 1⁄2 2 Demikian selanjutnya pada skor-skor lain yang sama. Jika skor yang sama itu ada tiga, maka ketiga skor tersebut dijumlahkan, kemudian dibagi dengan tia, dan seterusnya. c) Demikian pula kita lakukan terhadap skor-skor kelompok II. Hanya kebetulan skor-skor kelompok II tidak berurutan karena bergantung pada pencapaian skor tiap murid dalam pelaksanaan tes yang kedua. Dengan demikian, peringkatnya pun tidak berurutan. d) Kolom empat (kolom D) diisi dengan selisih antara kedua peringkat dari kolom tiga, sedangkan kolom lima (kolom D2) berisi pangkat dua dari selisih peringkat pada kolom empat (kolom D). e) Langkah selanjutnya ialah menjumlahkan isi kolom D2 di bawah kolom lima sehingga memperoleh ∑D2 = 178. Dengan menggunakan rumus menurut metode Spearman: p=1− 6∑D2 𝑁(𝑁2 − 1) maka koefisien korelasi dari tes tersebut, sesuai dengan perhitungan dalam tabel, adalah: 6 ×178 p = 1 − 20(202 − 1) 1068 = 1 − 7980 = 1 – 0,13 = + 0,87 Dengan melihat kriteria penafsiran korelasi seperti telah dikemukakan di muka, dengan koefisien korelasi sebesar + 0,87 bearti bahwa kedua hasil tes tersebut memiliki korelasi yang tinggi. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa tes tersebut memiliki tingkat keandalan yang cukup baik. Tes tersebut andal (riliable). Perlu ditambahkan bahw metode spearman hanya baik dipergunakan untuk mencari korelasi antara data-data yang berjumlah kecil, sedangkan untuk datadata yang berjumlah besar, metode spearman ini kurang teliti dan sukar dipergunakan. Kekurangan telitiannya antara lain disebabkan oleh kemungkinan adanya range yang tidak sama (terlalu besar dan atau terlalu kecil) antara suatu skor dengan skor berikutnya sehingga tidak seimbang dengan peringkatnya. Oleh karena itu, untuk menghitung korelasi data-data yang jumlah nya banyak sering kali dipergunakan metode lain seperti antara lain metode person atau “diagram pencar” (scatter diagram).