Uploaded by User44224

MAKALAH EPIDEMIOLOGI CINDAY

advertisement
MAKALAH EPIDEMIOLOGI
(sebagai syarat pemenuhan tugas epidemiologi)
Disusun oleh :
Luciana Cindy Maharani Oktaviana
S1 Farmasi Reguler
Lokal A
16380042
Fakultas Kedokteran Prodi S1 Farmasi
Universitas Malahayati
Bandarlampung
BAB I
LATAR BELAKANG
Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah,
dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlulah disediakan dan
diselenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) yang sebaik-baiknya.
Untuk dapat menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut, banyak yang
harus diperhatikan. Yang paling penting adalah pelayanan masyarakat yang dimaksud harus
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun sekalipun terdapat kesesuaian yang seperti ini telah
menjadi kesepakatan semua pihak, namun dalam praktek sehari-hari tidaklah mudah dalam
menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dimaksud.
Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan
kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan dimasyarakat. Dengan kesepakatan
yang seperti ini diupayakanlah menemukan masalah kesehatan yang ada dimasyarakat tersebut.
Demikianlah, berpedoman pada kesepakatan yang seperti ini, dilakukan berbagai upaya untuk
menemukan serta merumuskan masalah kesehatan dimasyarakat. Upaya tersebut dikaitkan
dengan menentukan frekuensi, penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi frekuansi dan
penyebaran disuatu masalah kesehatan dimasyarakat tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus
yang disebut dengan nama Epidemiologi.
Subjek dan objek epidemiologi adalah tentang masalah kesehatan. Ditinjau dari sudut
epidemiologi, pemahaman tentang masalah kesehatan berupa penyakit amatlah penting. Karena
sebenarnya berbagai masalah kesehatan yang bukan penyakit hanya akan mempunyai arti apabila
ada hubungannya dengan soal penyakit. Apabila suatu masalah kesehatan tidak sangkut pautnya
dengan soal penyakit., maka pada lazimnya masalah kesehatan tersebut tidak terlalu
diperioritaskan penanggulangannya.
Demikianlah karena pentingnya soal penyakit ini, maka perlulah dipahami dengan sebaikbaiknya hal ikhwal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Kepentingan dalam epidemiologi
paling tidak untuk mengenal ada atau tidaknya suatu penyakit di masyarakat sedemikian rupa
sehingga ketika dilakukan pengukuran tidak ada yang sampai luput atau tercampur dengan
penyakit lainnya yang berbeda.
A. Pengertian Epidemiologi
Jika ditinjau dari asal kata, epidemiologi berarti ilmu yang memepelajari tentang penduduk
(yunani: epi = pada atau tentang, demos = penduduk, logos = ilmu). Pada saat ini epidemiologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan
pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Beberapa pengertian secara umum dan setengah awam, dapat dibaca dalam kamus atau
ensiklopedia umum antara lain sebagai berikut:



Webster’s New World Dictionary of the American Languange, Epidemiologi adalah cabang
ilmu kedokteran yang menyelidiki penyebab-penyebab dan cara pengendalian wabah-wabah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia terbtan Balai Pustaka, Dep Dik Bud 1990: Epidemiologi adalah
ilmu tentang penyebaran penyakit menular pada manusia dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyebarannya.
Ensiklopedia Nasional Indonesia terbitan PT Cipta Adi Pustaka , Jakrta 1989 : Epidemiologi
adalah suatu cara untuk meneliti penyebaran penyakit atau kondisi kesehatan penduduk termasuk
faktor – faktor yang menyebabkannya.
B. Penelitian Epidemiologi
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau
survei.
2. Epidemiologi analitik terdiri dari :
1. Non eksperimental :
1. Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartikan sebagai
sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).
2. Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor penyebab
penyakit.
3. Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan secara
empiris fakto resiko atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di masyarakat.
Misalnya, polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.
2. Eksperimental. Dimana penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk
menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol,
terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya. Studi
eksperimen dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1)


Clinical Trial. Contoh :
Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah terjadinya
stroke.
Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus Neonatorum.
2) Community Trial. Contoh : Studi Pemberian zat flourida pada air minum.
C. Batasan Epidemiologi
Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekwensi dan
penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok menusia serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini, segera terlihat bahwa dalam pengertian
epidemiologi terdapat tiga hal yang bersifat pokok yakni:
a)
Frekuensi masalah kesehatan
Frekuensi masalah kesehatan dini dimaksudkan untuk menunjuk kepada besarnya masalah
kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia. Untuk dapat mengetahui frekuensi suatu
masalah kesehatan dengan tepat ada dua hal pokok yang harus dilakukan yakni menemukan
masalah kesehatan yang dimaksud untuk kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengukuran
atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.
b)
Penyebaran masalah kesehatan
Yang dimaksud dengan penyebaran masalah kesehatan disini ialah menunujuk kepada
pengelompokkan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang
dimaksudkan banyak macamnya, yang dalam epidemiologi dibedakan atas tiga macam yakni
menurut ciri-ciri manusia (man), menurut tempat (place), dan menurut waktu (time)
c)
Faktor-faktor yang memepengaruhi
Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi disini ialah menunujuk kepada faktor
penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi, penyebaran dan
ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Untuk itu ada
tiga langkah pokok yang lazim dilakukan yakni merumuskan hipotesa tentang penyebab yang
dimaksud, melakukan pengujian terhadap rumusan hipotesa yang telah disusun dan setelah itu
menarik kesimpulan terhadapnya. Dengan diketahuinya penybab suatu masalah kesehatan,
dapatlah disusun langkah-langkah penanggulangan selanjutnya dari masalah kesehatan tersebut.
D. Ruang Lingkup Epidemiologi
Seperti berbagai cabang ilmu lainnya, epidemiologi juga mempunyai ruang lingkup kegiatan
tersendiri. Ruang lingkup yang dimaksud secara sederhana dapat dibedakan atas tiga macam
yakni:
1. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi
Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit saja, tetapi
juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya
masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan,
pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi
berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.
2. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia
Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari
hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit,
keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya
dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.
3. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan dalam merumuskan
penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan
penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan
memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan
penyebab timbulnya masalah kesehatan.
E. Manfaat Epidemiologi
dari batasan dan ruang lingkup pengertiannya , maka epidemiologi sebagai kumpulan metoda
pengamatan yang mencakup berbagai bidang ilmu juga mempunyai manfaat yang cukup luas,
terutama dalam ilmu kesehatan masyarakat maupun ilmu kedokteran pada umumnya. Meskipun
demikian manfaat utama epidemiologi pada hakekatnya secara garis besarnya dapat
epidemiologi pada hakekatnya secara garis besarnya dapat dikelompokkan antara lain sebagai
berikut:
1)
Untuk mengenali dan memahami penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Sesuai dengan
batasannya ,maka epidemiologi bermanfaat untuk dapat menguraikan dan memahami proses
terjadinya dan penyebarannya penyakit dan masalah kesehatan, serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2)
Untuk melengkapi ‘body of knowledge’ dan ‘riwayat ilmiah penyakit’. Suatu pengamatan
epidemiologis hendaknya selalu merupakan upaya ‘penelitian’ yang hasilnya diharapkan akan
dapat lebih melengkapi ‘ riwayat alamiah penyakit’ yang sekaligus juga merupakan ‘body of
knowledge’ dari penyakit atau masalah kesehatan yang bersangkutan.
3)
Untuk dapat diaplikasikan dalam upaya pengendalian dan penanggulangan penyakit atau
maslah kesehatan. Segala upaya untuk selalu lebih melengkapi pemahaman kita tentang ‘riwayat
alamiah penyakit’ tidak lain maksudnya adalah agar kita dapat menemukan jalan keluar dalam
upaya menanggulangi masalah penyakit tadi.
F. Peranannya dalam pemecahan masalah kesehatan di masyarakat
Meninjau dari penjelasan tentang pengertian epidemiologi, serta ruang lingkupnya, seorang ahli
epidemiologi atau epidemiolog memiliki peran-peran penting dalam kesehatan masyarakat. Ada
beberapa peranan epidemiolog dalam kesehatan masyarakat, diantaranya adalah:
1.
Mencari / mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan atau
penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk penanggulangan serta
cara pencegahannya.
2. Menyiapkan data / informasi untuk keperluan program kesehatan dengan menilai status
kesehatan dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok penduduk yang
terancam.
3. Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan.
4.
Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara mengatasinya, baik
penyakit perorangan ( tetapi dianalisis dalam kelompok ) maupun kejadian luar biasa ( KLB ) /
wabah dalam masyarakat.
Epidemiologi juga memiliki manfaat penting dalam menyelesaikan masalah kesehatan
masyarakat yaitu memberikan gambaran (deskripsi) tentang penyebaran (distribusi), besar dan
luasnya masalah kesehatan dan lainnya ,menjelaskan interaksi faktor-faktor agent, host and
environment ,menguraikan kelompok Penduduk yang dalam risiko dan risiko tinggi terhadap
kelompok Penduduk yang tidak mempunyai Risiko ,mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta
keberhasilan kegiatan , membantu pekerjaan administratif kesehatan yaitu planning
(perencanaan) ,monitoring (pengamatan) ,dan evaluation (evaluasi) , menerangkan penyebab
masalah kesehatan sehingga dapat disusun langkah-langkah penanggulangannya, Dapat
menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit, Dapat menerangkan keadaan suatu masalah
kesehatan yaitu: Epidemi, Pandemi, Endemi, dan Sporadik.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. KONSEP EPIDEMIOLOGI
Kegunaan epidemiologi makin meluas tidak hanya mengenai penyakit, tetapi juga
mengenai masalah-masalah kesehatan lainnya. Epidemiologi tidak hanya digunakan
untuk keadaan-keadaan kesehatan yang bersifat populasi, tetapi juga di klinik kedokteran
yang umumnya bersifat individual atau bersifat populasi maka populasinya terbatas dan
berciri khusus, yaitu para penderita klinik tersebut. Epidemiologi juga banyak digunakan
untuk mengevaluasi program-program pelayanan kesehatan. Terutama yang berkaitan
dengan penyakit.
Risk Factor atau Faktor Resiko adalah hal-hal atau variabel yang terkait dengan
peningkatan suatu resiko dalam hal ini penyakit tertentu. Faktor resiko di sebut juga
faktor penentu, yaitu menentukan berapa besar kemungkinan seorang yang sehat menjadi
sakit. Faktor penentu kadang-kadang juga terkait dengan peningkatan dan penurunan
resiko terserang sutu penyakit. Faktor resiko adalah salah satu bagian dari ilmu
Epidemiologi pada penyakit menular di sebut etiologi sedangkan pada penyakit tidak
menular di sebut faktor resiko.
Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan, tanda atau gejala yang tampak pada
seseorang atau populasi sebelum terserang suatu penyakit. Namun secara keilmuan,
faktor resiko memiliki definisi tersendiri, yaitu karakteristik, tanda atau kumpulan gejala
pada penyakit yang diderita individu yang mana secara statistic berhubungan dengan
peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa individu lain pada suatu kelompok
masyarakat). Setiap faktor resiko memiliki korelasi tetapi korelasi tidak dapat
membuktikan hukum sebab-akibat yang mungkin muncul. Metode statistik seringkali
digunakan untuk menilai kekuatan sebuah asosiasi dan untuk memberikan bukti kausal .
Jenis-Jenis Faktor resiko
Secara umum, faktor resiko terbagi menjadi 2, yaitu:
1). Faktor risiko yang tidak dapat di intervensi, antara lain:
• Faktor genetik • Jenis kelamin • Usia
2). Faktor risiko yang dapat di intervensi, antara lain:
• Kebiasaan buruk, • gaya hidup, • pola makan • obesitas, dll
Menentukan faktor resiko suatu penyakit memiliki beberapa kegunaan, diantaranya:
• Untuk memprediksi,
Faktor resiko dapat menbantu meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat
mempunyai kemungkinan 10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.
• Untuk memperjelas penyebab
Faktor resiko menbantu memberikan kejelasan atau beratnya faktor resiko dapat
menjadikannya sebagai factor penyebab.
• Untuk mendiagnosa
Faktor resiko dapat juga membantu proses diagnose penyakit.
Setiap faktor resiko memiliki penanda resiko atau risk marker, yaitu suatu variabel yang
secara kuantitatif berhubungan dengan penyakit. Kriteria faktor resiko menurut Austin
Bradford Hill, (1965) dapat dikelompokan berdasarkan; Kekuatan hubungan, Temporal,
Respon terhadap dosis, Reversibilitas, Konsistensi, Kelayakan biologis, Spesifisitas dan
Analogi. Faktor resiko penyakit menular seperti yang sudah dijelaskan pada penjelasan
mengenai konsep terjadinya penyakit, ada tiga faktor yang berpengaruh terhadapat
terjadinya penyakit yaitu Host (Penjamu), Agent (Penyebab), dan Environment
(Lingkungan). Selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut ;
3.3 Faktor resiko Pejamu (Host)
Host adalah manusia atau mahluk hidup lainnya, faktor host yang berkaitan dengan
terjadinya penyakit menular berupa umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh,dan
status gizi. Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan
tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing individu. Karakteristik
tersebut antara lain:
a}. Umur
Menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti penyakit campak pada
anak-anak, penyakit kanker pada usia pertengahan dan penyakit aterosklerosis pada usia
lanjut.
b}. Jenis Kelamin
Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita dan penyakit
tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan hanya terjadi pada wanita
sebagaimana halnya penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki.
c}. Ras
Hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat dan
perkembangan kebudayaan. Terdapat penyakit tertentu yang hanya dijumpai pada ras
tertentu seperti fickle cell anemia pada ras Negro.
d}. Genetik
Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti mongolisme,
fenilketonuria, buta warna, hemofilia dan lain-lain
e}. Pekerjaan
Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan seperti
keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis dan lainnya.
f}. Status Nutrisi
Gizi yang buruk mempermudah sesorang menderita penyakit infeksi seperti TBC dan
kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi dan lainnya.
g}. Status Kekebalan
Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan yang dimiliki
sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur
hidup. contoh : campak
h}. Adat-Istiadat
Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti kebiasaan makan
ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.
i}. Gaya hidup
Kebiasaan minum alkohol, narkoba dan merokok dapat menimbulkan gangguan pada
kesehatan.
j}. Psikis
Faktor kejiwaan seperti emosional, stres dapat menyebabkan terjadinya penyakit
hipertensi, ulkus peptikum, depresi, insomnia dan lainnya.
3.4 Faktor Resiko Bibit Penyakit (Agent)
Agent (Penyebab) adalah unsur organisme hidup, atau kuman infeksi, yang
menyebabkan terjadinya suatu penyakit. beberapa penyakit agen merupakan penyebab
tunggal (single) misalnya pada penyakit menular, sedangkan pada penyakit tidak menular
biasanya terdiri dari beberapa agen contohnya pada penyakit kanker. Berikit ini yang
termasuk kedalam faktor agen :
a}. Faktor Nutrtisi : Bisa dalam bentuk kelebihan gizi, misalnya tinggi kolesterol, atau
kekurangan gizi baik itu protein, lemak atau vitamin.
b}. Penyebab Kimiawi : Misalnya zat-zat beracun (karbon monoksida), asbes, kobalt,
atau allergen
c.} Penyebab Fisik : Misalnya radiasi dan trauma mekanik (pukulan, tabrakan)
d}. Penyebab Biologis
• Metazoa : cacing tambang, cacing gelang, cshistosoma, • Protozoa : Amoeba, malaria
• Bakteri : Siphilis, typhoid, pneumonia syphilis, tuberculosis,
• Fungi (jamur) : Histosplasmosis, taenea pedis • Rickettsia : Rocky Mountain spot fever
• Virus : Cacar, campak, poliomyelitis
3.5 Faktor Resiko Lingkungan (Environment)
Lingkungan adalah faktor luar dari individu yang tergolong faktor lingkungan hidup
manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu lingkungan hidup internal berupa
keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut hemostasis, dan lingkungan hidup
eksternal di luar tubuh manusia. Lingkungan hidup eksternal ini terdiri dan tiga
komponen yaitu:
a}. Lingkungan Fisik
Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas,
sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan
manusia sepanjang waktu dan masa, serta memegang peran penting dalam proses
terjadinya penyakit pada masyarakat, seperti kekurangan persediaan air bersih terutama
pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare.
b}. Lingkungan biologis
Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur,
parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoar
infeksi, vektor penyakit atau pejamu (host) intermediate. Hubungan manusia dengan
lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi ketidakseimbangan antara
hubungan manusia dengan lingkungan biologis maka manusia akan menjadi sakit.
c}. Lingkungan sosial
Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya
hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia
dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers, seni,
literatur, cerita, lagu dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sosial, maka akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala
psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi dan lainnya.
Agent atau Penyebab penyakit adalah unsur organisme hidup, atau kuman infeksi, yang
menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Beberapa penyakit agen merupakan penyebab
tunggal (single) misalnya pada penyakit menular, sedangkan pada penyakit tidak menular
biasanya terdiri atas beberapa agen (multi causa). Dalam penyakit menular secara umum
agent penyebab penyakit terdiri atas 3 unsur yaitu agent fisik, kimia dan biologis,
selengkapnya ketiga agent penyebab penyakit tersebut dijelaskan sebagai berikut:
4.1 Agent Fisik
Agent fisik adalah agent penyakit yang dapat menyebabkan cedera atau penyakit karena
pengaruh seperti contohnya antara lain : trauma, radiasi, kebisingan, dan suhu. Berikut ini
akan dibahas contoh-contoh dari agent fisik.
4.2 Agen Kimia
Agent kimia di devinisikan sebagai zat-zat kimia yang berada di lingkungan yang dapat
memberikan efek kepada manusia. Baik efek menguntungkan (Eugenik) maupun
merugikan (Disgenik). Di udara bebas terdapat beberapa agent kimia yang berpengaruh
pada system pernafasan, kulit, selaput lender dan sistemik (pembuluh darah).
4.3 Agen Biologis
Agent biologis ialah agent yang berasal dari makhluk, seperti parasit, virus, bakteri,
jamur, dan protoza.Agen biologi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit pada tanaman, hewan, atau tumbuhan, atau menyebabkan kerusakan material.
Agent biologi terdiri dari mikroorganisme (virus, bakteri, dan jamur) dan organisme
uniselular dan multiselular lainnya seperti parasit beserta racun yang dihasilkannya.
Agent biologi mampu mempengaruhi kondisi kesehatan manusia dalam berbagai cara,
dari reaksi alergi yang umumnya ringan sampai kepada kondisi yang serius bahkan
kematian. Agent biologi dapat di temukan di air, tanah, tumbuhan, dan hewan.
GAMBAR 1.1 SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
B. UKURAN FREKUENSI PENYAKIT
Hitungan/Enumerasi/Angka Mutlak
Merupakan jumlah kasar atau frekuensi
Misal: 10 kasus, 1867 kasus
•Rasio
Didapat dengan pembagian satu kuantitas dengan kuantitaslain. Misal: a/b,
dimana a = pria dan b = wanita;
Unsur denominator (penyebut) berbeda atau bukan merupakan bagian dari nominator
(pembagi)
•Proporsi
Seperti halnya rasio, bedanya nominator bagian dari denominator. Bila
dikalikan 100 disebut juga persentase.
Misal: 28/56 = 0,5
0,5 x 100% = 50%. Pada contoh ini, angka 28 merupakan
bagian dari angka 56, atau ada 28 kasus dari 56 kasus.
•Rate/Tingkat/Laju
Tipe rasio untuk mengkuantifikasi proses dinamik (mis: pertumbuhan,
percepatan)
Mis: jumlah individu yang mengalami peristiwa (numerator) dibagi dengan
jumlah total individu yang dapat mengalami peristiwa atau populasi berisiko
(denominator), kemudian dikalikan dengan suatu konstanta
5/100.000 x 10.000 = 0,5 per 10.000 penduduk
1.2 CONTOH PERHITUNGAN
2. Ratio
Merupakan perbandingan antara 2 kejadian atau 2 hal antara numerator dan denominator
tidak ada sangkut pautnya. Misal : Seks ratio DKI Jakarta Laki-laki = 40 , Perempuan =
60
Laki-laki : Perempuan = 1 : 1,5 Populasi proporsi sakit TBC = 100 Populasi
proporsi tidak sakit TBC = 1000 Relative Risk = 100/1000 = 1/10 = 0,1 Rasio
menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat
menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya
posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka-angka tersebut dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard . Manfaat analisis rasio
pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga
bagi pihak luar. Rasio-rasio ini mempermudah upaya pembandingan kinerja perusahaan
dari tahun ke tahun (time series) atau dengan perusahaan lain (cross section) dalam
industri yang sama.
3. Rasio kematian proporsional
Ukuran ini digunakan untuk menunjukkan proporsi keseluruhan kematian yang
disebabkan oleh spesifik. Jadi, definisi rasio proposional adalah Kematian yang di
sebabkan oleh suatu penyakit dalam satu waktu tertentu di bagi total kematian dalam
populasi pada waktu yang sama di kali 100. Rasio kematian proposional digunakan
untuk menampilkan presentase kematian karena penyebab yang sedang di teliti, biasanya
suatu kelompok usia dan jenis kelamin tertentu di bandingkan dengan suatu kelompok
usia yang berbeda dalam kelompok jenis kelami yang sama.
4. Rate
X = Jumlah kejadian tertentu yang terjadi dalam kurun waktu tertentu Y= Jumlah
penduduk yang mempunyai risiko mengalami kejadian tertentu dalam kurun waktu
tertentu (pop.at risk) K= Konstanta (angka dasar) Contoh : Kasus DBD tahun 2005 di
kota A = 400 Penduduk kota A th.2005 = 30.000 I.R = 400 X 1000 = 13,3 /1000
penduduk.
Beberapa bentuk ukuran epidemiologi untu rate:
a. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate atau CDR)
b. Angka Kematian menurut kelompok umur (ASDR)
c. Angka kematian karena penyakit tertentu (CSDR)
d. Case Fatality Rate (CFR) = Jml.Kematian/Jml.Kasus x 100%
C. FERTILITAS DAN MORBALITAS
1. Fertilitas
Fertilitas (kelahiran) sebagai istilah demografi sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut
banyaknya bayi yang lahir (FEUI, 1981). Dari pengertian ini, kelahiran merupakan
banyaknya bayi yang lahir dari wanita. Ada bayi yang disebut lahir hidup yaitu lahirnya
seorang bayi yang menunjukkan tanda-tanda kehidupan, tidak diperkirakan berapa lama
bayi tersebut menunjukkan tanda-tanda kehidupan tersebut. Tanda-tanda kehidupan
antara lain bernafas, ada denyutan jantung dan lain-lain. Ada pula bayi lahir mati artinya
bayi tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan (Sinuraya, 1990).
Fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam bidang demografi untuk
menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup (Pollard, 1989).
Disamping istilah fertilitas ada juga istilah fekunditas (fecundity) sebagai petunjuk
kepada kemampuan fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan anak
lahir hidup (Mantra, 2006). Fertilitas biasanya diukur sebagai frekuensi kelahiran yang
terjadi di dalam sejumlah penduduk tertentu. Disatu pihak mungkin akan lebih wajar bila
fertilitas dipandang sebagai jumlah kelahiran per orang atau per pasangan, selama masa
kesuburan (Barcla, 1984).
Memperhatikan masalah-masalah diatas, terdapat variasi pengukuran fertilitas yang dapat
diterapkan yaitu pengukuran fertilitas tahunan, dan pengukuran fertilitas kumulatif.
Pengukuran fertilitas kumulatif ialah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan
oleh seorang perempuan hingga mengakhiri batas usia subur. Sedangkan pengukuran
fertilitas tahunan (vital rates/current fertility) ialah mengukur jumlah kelahiran pada
tahun tertentu dihubungkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai resiko untuk
melahirkan pada tahun tersebut (Mantra, 2006).
a. Ukuran Fertilitas
- Ukuran Fertilitas Tahunan (Vital Rates/Current Fertility)
*Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR)
Angka kelahiran kasar didefenisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun
tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun (Mantra, 2006). Perhitungan CBR
ini sangat sederhana karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang
dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun, namun CBR ini mempunyai
kelemahan yakni tidak memisahkan penduduk laki-laki dan perempuan yang masih anakanak dan yang berumur 50 tahun ke atas sehingga angka yang dihasilkan sangat kasar
(BKKBN, 2006).
Angka kelahiran ini disebut “kasar” karena sebagai penyebut digunakan jumlah
penduduk yang berarti termasuk penduduk yang tidak mempunyai peluang melahirkan
juga diikutsertakan, seperti anak-anak, laki-laki, dan wanita lanjut usia. Angka ini dapat
digunakan untuk menggambarkan tingkat fertilitas secara umum dalam waktu singkat,
tetapi kurang sensitif untuk:
1) Membandingkan tingkat fertilitas dua wilayah
2) Mengukur perubahan fertilitas karena perubahan pada tingkat kelahiran akan
menimbulkan perubahan pada jumlah penduduk (Mubarak, 2012).
Rumus :
CBR = B/Pm X K
Dimana:
CBR = Crude Birth Rate atau Tingkat Kelahiran Kasar
Pm = Penduduk pertengahan tahun
k = Bilangan konstanta yang biasanya 1.000
B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
b. Angka Kelahiran Umum (General Fertility Rate/GFR)
Perbandingan antara jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk perempuan usia subur
(15-49 tahun). Jadi sebagai penyebut tidak menggunakan jumlah penduduk pertengahan
tahun umur 15-49 tahun.
Rumus :
GFR= B/Pf(15-49) X K
Dimana :
GFR = Tingkat Fertilitas Umum
B = Jumlah kelahiran
Pf(15-49) = Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun.
c. Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR)
Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (ASFR) ialah jumlah kelahiran hidup oleh
ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat selama satu tahun per 1.000 penduduk
wanita pada golongan umur tertentu pada tahun yang sama (Mubarak, 2012). Di antara
kelompok perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) terdapat variasi kemampuan
melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap
kelompok umur (age specific fertility rate) (Mantra, 2006). Angka ini menunjukkan
banyaknya kelahiran menurut umur wanita yang berada dalam kelompok umur antara 1549 tahun per wanita pada kelompok umur yang sama. Dengan demikian semakin banyak
ibu yang berada di suatu kelompok umur tersbut akan lebih memungkinkan kelompok
umur tersebut memiliki angka kelahiran yang lebih tinggi (BKKBN, 2006).
d. Angka fertilitas menurut golongan umur dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan angka kelahiran kasar karena tingkat kesuburan pada setiap golongan umur
tidak sama hingga gambaran kelahiran menjadi lebih teliti. Perhitungan fertilitas menurut
golongan umur biasanya dilakukan dengan interval 5 tahun hingga bila wanita dianggap
usia subur terletak antara umur 15-49 tahun, akan di peroleh sebanyak 7 golongan umur.
Dengan demikian dapat di susun menjadi distribusi frekuensi pada setiap golongan umur.
Dari distribusi frekuensi tersebut, dapat diketahui pada golongan umur berapa yang
mempunyai tingkat kesuburan tertinggi. Hal ini penting untuk menentukan prioritas
program keluarga berencana (Mubarak,
2012).
Rumus ; ASFRi = Bi/Pfi X K
Dimana:
= Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
= Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun
k = Angka konstanta = 1.000
A. Angka Kelahiran Menurut Urutan (Birth Order Specific Fertility Rates/BOSFR)
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur tinggi
rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan seorang istrimenambah kelahiran
tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin
menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu, dan juga umur
anak yang masih hidup.
Rumus :
BOSFR = ∑
Dimana :
BOSFR = Birth Order Specific Fertility Rate
= Jumlah kelahiran urutan ke I
= Jumlah perempuan umur 15-49 pertengahan tahun
K = Bilangan konstanta = 1.000
Penjumlahan dari Tingkat Fertilitas menurut urutan kelahiran menghasilkan
Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate).
GFR = ∑
B.Ukuran Fertilitas Kumulatif (Cumulative Fertility/Reproductive History)
- Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR)
TFR didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan
tiap 1000 perempuan yang hidup hingga akhir masa reproduksinya (BKKBN, 2006).
Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan
perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan
catatan :
a. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa
reproduksinya.
b. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu (Mantra,
2006)
Kelemahan pada perhitungan TFR ialah pada TFR semua wanita selama masa subur
dianggap tidak ada yang meninggal, semuanya menikah, serta mempunyai anak dengan
pola seperti ASFR, padahal hal ini tidak sesuai dengan kenyataan (Mubarak, 2012).
Rumus :
TFR = 5 ∑
Dimana :
TFR = Total Fertility Rate
å = Penjumlah tingkat fertilitas menurut umur ASFRi = Tingkat fertilitas menurut umur
ke 1 dari kelompok berjenjang 5 tahunan.
C. Angka Reproduksi Nyata (Gross Reproduction Rates/GRR)
Gross Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1.000 perempuan
sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang
meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya, seperti angkat kelahiran total.
Rumus :
GRR = 5 ∑
Dimana : adalah tingkat fertilitas menurut umur ke-I dari kelompok berjenjang 5
tahunan.
D. Angka Reproduksi Kotor (Net Reproduction Rate/NRR)
Net Reproductio Rate/NRR ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah kohor
hipotesis dari 1.000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalkan
perempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Misalnya sebuah
kohor yang terdiri dari 1.000 bayi perempuan tersebut mempunyai kesempatan
melahirkan hingga umur 20, sebagian hingga umur 30, sebagian hingga umur 40, dan
seterusnya dan hanya sebagian yang dapat melewati usia 50 tahun (usia reproduksi). Jadi
dari kohor tersebut dihitung jumlah perempuan-perempuan yang dapat bertahan hidup
pada umur tertentu dengan mengalihkannya dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir
hingga mencapai umur tersebut.
2. Mortalitas (kematian)
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik)
pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus
mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, ratarata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun.
Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang
memiliki penyakit selama periode waktu tertentu.
Statistik sepuluh Negara dengan angka mortalitas tertinggi di dunia :
Angola 192.50
Afganistan 165.96
Sierra Leone 145.24
Mozambik 137.08
Liberia 295.00
Niger 122.66
Somalia 118.52
Mali 117.99
Tajikistan 112.10
Guinea-Bissau 108.72
(Sumber : Wikipedia.com)
Pengaruh Mortalitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian dibagi menjadi dua yaitu:
-
Faktor langsung (faktor dari dalam)
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Penyakit
d. Kecelakaan, kekerasan, bunuh diri
-
Faktor tidak langsung (faktor dari luar)
a. Tekanan, baik psikis maupun fisik,
b. Kedudukan dalam perkawinan
c. Kedudukan sosial-ekonomi,
d. Tingkat pendidikan,
e. Pekerjaan,
f. Beban anak yang dilahirkan,
g. Tempat tinggal dan lingkungan,
h. Tingkat pencemaran lingkungan,
i. Fasilitas kesehatan dan kemampuan mencegah penyakit,
j. Politik dan bencana alam.
D. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Kepmenkes RI No.1116 tahun 2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan menyebutkan bahwa
surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi data secara sistematik
dan terus menerus serta melakukan penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan. Derajat kesehatan
masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup,
angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat sehingga banyak program-program
kesehatan yang dilakukan pemerintah terutama pada penduduk usia rentan, seperti program Safe
Motherhood Initiative, program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), program Maternal and Neonatal
Tetanus Elimination (MNTE), dan program Pemberantasan Penyakit Menular. Pada tahun 1987
telah dikembangkan Sistem Surveilans Terpadu (SST) berbasis data, Sistem Pencatatan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah
mengalami beberapa kali perubahan dan perbaikan. Disamping keberadaan SST telah juga
dikembangkan beberapa sistem Surveilans khusus penyakit Tuberkulosa, penyakit malaria,
penyakit demam berdarah, penyakit campak, penyakit saluran pernapasan dan lain sebagainya.
Sistem Surveilans tersebut perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan ketetapan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan,
Keputusan Menteri Kesehatan N0.1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indinesia Nomo 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan serta
kebutuhan informasi epidemiologi untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular
dan penyakit tidak menular. Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis
dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan
tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui
proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.
Surveilans epidemiologi dalam penyelenggaraannya memiliki banyak indikator kerja, sehingga
membutuhkan banyak kegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan, dan analisis data yang
diperoleh dari berbagai unit sumber data. Banyaknya kegiatan perekaman, pengumpulan,
pengolahan data akan memberikan beban kerja dan menganggu upaya meningkatkan kinerja
surveilans. Oleh karena itu, diperlukan penyelengaraan sistem surveilans yang sesedikit mungkin
indikator kerja serta sesederhana mungkin, tetapi tetap dapat mengukur kualitas penyelengaraan
surveilans dalam memberikan informasi. Indikator yang paling sering digunakan adalah
kelengkapan laporan, ketepatan waktu laporan, kelengkapan distribusi/desiminasi informasi, dan
terbitnya buletin epidemiologi (5). Surveilans Nasional saat ini fungsinya belum dapat
memuaskan program serta sektor terkait yang dapat melakukan tindakan pencegahan dan
pemberantasan. Hal tersebut dikarenakan, semakin gemparnya otonomi daerah di kabupaten.
Dengan adanya otonomi daerah tersebut di kabupaten biasanya provinsi pun untuk meminta data
surveilans kadang-kadang mengalami kesulitan padahal surveilans ini tidak mengenal batas
wilayah sehingga sistem pengumpulan data mengendor. Di beberapa kabupaten harus
memerlukan ijin ke BAPPEDA atau badan administratif untuk mendapatkan data KLB susah
padahal idealnya suatu data surveilans bisa langsung diakses kapan saja. Hal ini dikarenakan,
adanya semacam hirarki yang akan mempertaruhkan prestisi kepala daerah.
CONTOH PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PADA
PUSKESMAS DI KOTA KENDARI TAHUN 2016
METODE :
Jenis penelitian digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan berupa studi kasus
dengan tujuan agar peneliti dapat memperoleh informasi secara mendalam mengenai gambaran
pelaksanaan surveilans epidemiologi di Puskesmas kota Kendari Tahun 2015. Pengumpulan
data yang digunakan untuk mendapatkan data/ informasi yaitu melalui wawancara mendalam,
pengamatan atau observasi terlibat, pemeriksaan dokumen dan arsip yang terdapat pada tempat
penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif, melalui tiga alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
HASIL :
1. Surveilans Epidemiologi
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang surveilans
oleh beberapa petugas surveilans Puskesmas se-kota dengan Koordinator surveilans
Dinkes Kota menunjukkan tidak adanya perbedaan pemahaman. Hal ini dikarenakan
konsep surveilans yang di pahami oleh informan sejalan dengan peraturan pemerintah
yang mengatakan bahwa, Kegiatan surveilans Kesehatan didefinisikan sebagai kegiatan
pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang
kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan
memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif dan
efisien.
2. Pengumpulan Data
a. Jenis data Hasil : wawancara dengan informan tentang jenis data dan sumber data yang
telah dikumpulkan terkait dengan kegiatan surveilans di Puskesmas se-Kota Kendari
dilakukan melalui data register (nama, alamat, umur) rawat jalan dan rawat inap di poli
umum, Pustu, Polindes, Poskesdes berupa laporan penyakit (data kesakitan) dan laporan
pemakaian obat. Sedangkan untuk data turun ke masyarakat dikumpulkan berdasarkan
kegiata seperti penyelidikan kasus atau pelacakan penyakit yang dilakukan petugas
surveilans atau berdasarkan informasi dari pak lurah, pak RT, maupun masyarakat yang
ada di daerah tersebut yang dianjurkan ke Puskesmas untuk melakukan tindakan
pemeriksaan.
b. Waktu pengumpulan data : Berdasarkan hasil wawancara terkait waktu pengumpulan
data surveilans di peroleh keterangan bahwa Puskesmas melakukan pengumpulan data
setiap hari kerja berdasarkan waktu kunjungan pasien ke Puskesmas, setiap minggu yang
disebut laporan W2, dan laporan LB1 yang dikumpulkan awal bulan berikutnya setiap
tanggal 5 ke Dinkes Kota.
c. Pengolahan Data Hasil : wawancara tersebut, menunjukkan bahwa dalam mengolah data
kasus penyakit Puskesmas se-Kota merekapnya secara manual dan komputerisasi yang
dilaporkan berdasarkan nama, golongan umur dan alamat dalam bentuk fisik (teks), tabel,
dan kadang-kadang setiap 6 bulan dan 1 tahun dilaporkan dalam bentuk grafik ke Dinkes
Kota.
d. Analisis dan Interpretasi Data Hasil : wawancara tersebut informan menginterpretasikan
bahwa dalam menganalisis data yang bertugas menganalisis adalah semua petugas dengan
membaningkan jumlah kasus yang terjadi apakah mengalami peningkatan atau penurunan,
dan tidak ada teknik khusus dalam menganalisis data, menganalisis data dilakukan diakhir
bulan setiap melakukan evaluasi program, proses analisis data dilakukan secara manual,
sama halnya dalam pengolahan data dan tidak ada teknik khusus dalam menganalisis data.
e. Diseminasi Informasi Hasil : wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu
diseminasi yang dilakukan di masingmasing Puskesmas yaitu dengan menyebarkan secara
lansung saat melakukan pendataan dilapangan, melalui kegiatan Minilokakarya (Minlok)
setiap bulan dari hasil analisa masalah kesehatan, dan masing-masing programer
memaparkan hasil kegiatannya kemudian memberi informasi melalui penyuluhan.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai diseminasi informasi ke Dinkes Kota maupun
masyarakat pihak puskesmas melakukan metode pemberian ceramah atau penyampaian
lisan melalui penyuluhan yang dilakukan oleh tim surveilans ( promkes dan kesling)
dengan bantuan gambar-gambar seperti poster dan pampflet. Hasil wawancara tersebut
informan kunci menyatakan bahwa diseminasi informasi di setiap Puskesmas se-Kota
kendari sesuai tupoksinya dilakukan secara tim (programer surveilans, promkes, dan
Kesling) melalui penyuluhan dan maping yang disebut GIS. Akan tetapi, program maping
saat ini di Kota Kendari hanya terbatas pada penyakit DBD saja.
f. Kendala Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi : Berdasarkan hasil wawancara tersebut
pelaksanaan surveilans di Kota Kendari untuk di daerah pesisir terhambat masalah
transportasi dalam mendukung pelaksanaan surveins epidemiologi, masalah kurangnya
tenaga kerja sehingga adanya rangkap jabatan di beberapa Puskesmas, dan sebagian
Puskesmas beranggapan tidak memiliki masalah dalam pelaksanaan surveilans
epidemiologi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
1.
Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi
atau survei.
2.
Epidemiologi analitik terdiri dari :
·
Non eksperimental
·
Eksperimental.
Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekwensi dan
penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok menusia serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini, segera terlihat bahwa dalam pengertian
epidemiologi terdapat tiga hal yang bersifat pokok yakni:
a)
Frekuensi masalah kesehatan
b)
Penyebaran masalah kesehatan
c)
Faktor-faktor yang memepengaruhi
Ada beberapa peranan epidemiolog dalam kesehatan masyarakat, diantaranya adalah:
1.
Mencari / mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan atau
penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk penanggulangan serta
cara pencegahannya.
2.
Menyiapkan data / informasi untuk keperluan program kesehatan dengan menilai status
kesehatan dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok penduduk yang
terancam.
3.
Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan.
4.
Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara mengatasinya, baik
penyakit perorangan ( tetapi dianalisis dalam kelompok ) maupun kejadian luar biasa ( KLB ) /
wabah dalam masyarakat.
Epidemiologi juga memiliki manfaat penting dalam menyelesaikan masalah kesehatan
masyarakat yaitu:
1.
memberikan gambaran (deskripsi) tentang penyebaran (distribusi), besar dan luasnya masalah
kesehatan dan lainnya.
2.
menjelaskan interaksi faktor-faktor agent, host and environment.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
menguraikan kelompok Penduduk yang dalam risiko dan risiko tinggi terhadap kelompok
Penduduk yang tidak mempunyai Risiko.
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta keberhasilan kegiatan.
membantu pekerjaan administratif kesehatan yaitu planning (perencanaan) ,monitoring
(pengamatan) ,dan evaluation (evaluasi).
menerangkan penyebab masalah kesehatan sehingga dapat disusun langkah-langkah
penanggulangannya.
Dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit.
Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan yaitu: Epidemi, Pandemi, Endemi, dan
Sporadik.
DAFTAR PUSTAKA
Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan
Kabupaten, Bandung, ITB
Budiarto, Dr. Eko, SKM. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC, 2002
http://dr-suparyanto.blogspot.com/
http://septifkmundip.blogspot.com/
Kleinbaum, David. G., Lawrence L. Kupper, Hal Morgenstern (1982) Epidemiologic
Reseach. Principles and Quantitative Methods.Van Nostrand Reinhold. New York
Rothman, Kenneth J. (1986) Modern Epidemiology. Little, Brown and Company, Boston
8. Beaglehole, R., R. Bonita, T. Kjellstrom. (1993). Basic Epidemiology. World Health
Organization, Geneva
9.. Last, John M. (Ed) A Dictionary of Epidemiology.
10 Singhasivanon, Pratap. Measures of Disease Frequency and Effect. Lecture note for
the First Asian Advance Course in Tropical Epidemiology, Bangkok.
http://www.leutikaprio.com/main/media/sample/Buku%20Ajar%20Epidemiologi.pdf
https://andykomkom.wordpress.com/2014/11/11/pengertian-fertilitasmortalitas-dan-migrasi/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/58748/Chapter%20II.pdf?sequence=4
&isAllowed=y
Download