MAKALAH EPIDEMIOLOGI (sebagai syarat pemenuhan tugas epidemiologi) Disusun oleh : Luciana Cindy Maharani Oktaviana S1 Farmasi Reguler Lokal A 16380042 Fakultas Kedokteran Prodi S1 Farmasi Universitas Malahayati Bandarlampung BAB I LATAR BELAKANG Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah, dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlulah disediakan dan diselenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) yang sebaik-baiknya. Untuk dapat menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut, banyak yang harus diperhatikan. Yang paling penting adalah pelayanan masyarakat yang dimaksud harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun sekalipun terdapat kesesuaian yang seperti ini telah menjadi kesepakatan semua pihak, namun dalam praktek sehari-hari tidaklah mudah dalam menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dimaksud. Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan dimasyarakat. Dengan kesepakatan yang seperti ini diupayakanlah menemukan masalah kesehatan yang ada dimasyarakat tersebut. Demikianlah, berpedoman pada kesepakatan yang seperti ini, dilakukan berbagai upaya untuk menemukan serta merumuskan masalah kesehatan dimasyarakat. Upaya tersebut dikaitkan dengan menentukan frekuensi, penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi frekuansi dan penyebaran disuatu masalah kesehatan dimasyarakat tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang disebut dengan nama Epidemiologi. Subjek dan objek epidemiologi adalah tentang masalah kesehatan. Ditinjau dari sudut epidemiologi, pemahaman tentang masalah kesehatan berupa penyakit amatlah penting. Karena sebenarnya berbagai masalah kesehatan yang bukan penyakit hanya akan mempunyai arti apabila ada hubungannya dengan soal penyakit. Apabila suatu masalah kesehatan tidak sangkut pautnya dengan soal penyakit., maka pada lazimnya masalah kesehatan tersebut tidak terlalu diperioritaskan penanggulangannya. Demikianlah karena pentingnya soal penyakit ini, maka perlulah dipahami dengan sebaikbaiknya hal ikhwal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Kepentingan dalam epidemiologi paling tidak untuk mengenal ada atau tidaknya suatu penyakit di masyarakat sedemikian rupa sehingga ketika dilakukan pengukuran tidak ada yang sampai luput atau tercampur dengan penyakit lainnya yang berbeda. A. Pengertian Epidemiologi Jika ditinjau dari asal kata, epidemiologi berarti ilmu yang memepelajari tentang penduduk (yunani: epi = pada atau tentang, demos = penduduk, logos = ilmu). Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa pengertian secara umum dan setengah awam, dapat dibaca dalam kamus atau ensiklopedia umum antara lain sebagai berikut: Webster’s New World Dictionary of the American Languange, Epidemiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menyelidiki penyebab-penyebab dan cara pengendalian wabah-wabah. Kamus Besar Bahasa Indonesia terbtan Balai Pustaka, Dep Dik Bud 1990: Epidemiologi adalah ilmu tentang penyebaran penyakit menular pada manusia dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyebarannya. Ensiklopedia Nasional Indonesia terbitan PT Cipta Adi Pustaka , Jakrta 1989 : Epidemiologi adalah suatu cara untuk meneliti penyebaran penyakit atau kondisi kesehatan penduduk termasuk faktor – faktor yang menyebabkannya. B. Penelitian Epidemiologi Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut : 1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau survei. 2. Epidemiologi analitik terdiri dari : 1. Non eksperimental : 1. Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartikan sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya). 2. Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor penyebab penyakit. 3. Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan secara empiris fakto resiko atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di masyarakat. Misalnya, polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar. 2. Eksperimental. Dimana penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol, terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya. Studi eksperimen dibagi menjadi 2 (dua) yaitu : 1) Clinical Trial. Contoh : Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah terjadinya stroke. Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus Neonatorum. 2) Community Trial. Contoh : Studi Pemberian zat flourida pada air minum. C. Batasan Epidemiologi Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekwensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok menusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini, segera terlihat bahwa dalam pengertian epidemiologi terdapat tiga hal yang bersifat pokok yakni: a) Frekuensi masalah kesehatan Frekuensi masalah kesehatan dini dimaksudkan untuk menunjuk kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia. Untuk dapat mengetahui frekuensi suatu masalah kesehatan dengan tepat ada dua hal pokok yang harus dilakukan yakni menemukan masalah kesehatan yang dimaksud untuk kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut. b) Penyebaran masalah kesehatan Yang dimaksud dengan penyebaran masalah kesehatan disini ialah menunujuk kepada pengelompokkan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang dimaksudkan banyak macamnya, yang dalam epidemiologi dibedakan atas tiga macam yakni menurut ciri-ciri manusia (man), menurut tempat (place), dan menurut waktu (time) c) Faktor-faktor yang memepengaruhi Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi disini ialah menunujuk kepada faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi, penyebaran dan ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Untuk itu ada tiga langkah pokok yang lazim dilakukan yakni merumuskan hipotesa tentang penyebab yang dimaksud, melakukan pengujian terhadap rumusan hipotesa yang telah disusun dan setelah itu menarik kesimpulan terhadapnya. Dengan diketahuinya penybab suatu masalah kesehatan, dapatlah disusun langkah-langkah penanggulangan selanjutnya dari masalah kesehatan tersebut. D. Ruang Lingkup Epidemiologi Seperti berbagai cabang ilmu lainnya, epidemiologi juga mempunyai ruang lingkup kegiatan tersendiri. Ruang lingkup yang dimaksud secara sederhana dapat dibedakan atas tiga macam yakni: 1. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit saja, tetapi juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan. 2. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya. 3. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan. Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan. E. Manfaat Epidemiologi dari batasan dan ruang lingkup pengertiannya , maka epidemiologi sebagai kumpulan metoda pengamatan yang mencakup berbagai bidang ilmu juga mempunyai manfaat yang cukup luas, terutama dalam ilmu kesehatan masyarakat maupun ilmu kedokteran pada umumnya. Meskipun demikian manfaat utama epidemiologi pada hakekatnya secara garis besarnya dapat epidemiologi pada hakekatnya secara garis besarnya dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut: 1) Untuk mengenali dan memahami penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Sesuai dengan batasannya ,maka epidemiologi bermanfaat untuk dapat menguraikan dan memahami proses terjadinya dan penyebarannya penyakit dan masalah kesehatan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2) Untuk melengkapi ‘body of knowledge’ dan ‘riwayat ilmiah penyakit’. Suatu pengamatan epidemiologis hendaknya selalu merupakan upaya ‘penelitian’ yang hasilnya diharapkan akan dapat lebih melengkapi ‘ riwayat alamiah penyakit’ yang sekaligus juga merupakan ‘body of knowledge’ dari penyakit atau masalah kesehatan yang bersangkutan. 3) Untuk dapat diaplikasikan dalam upaya pengendalian dan penanggulangan penyakit atau maslah kesehatan. Segala upaya untuk selalu lebih melengkapi pemahaman kita tentang ‘riwayat alamiah penyakit’ tidak lain maksudnya adalah agar kita dapat menemukan jalan keluar dalam upaya menanggulangi masalah penyakit tadi. F. Peranannya dalam pemecahan masalah kesehatan di masyarakat Meninjau dari penjelasan tentang pengertian epidemiologi, serta ruang lingkupnya, seorang ahli epidemiologi atau epidemiolog memiliki peran-peran penting dalam kesehatan masyarakat. Ada beberapa peranan epidemiolog dalam kesehatan masyarakat, diantaranya adalah: 1. Mencari / mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan atau penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk penanggulangan serta cara pencegahannya. 2. Menyiapkan data / informasi untuk keperluan program kesehatan dengan menilai status kesehatan dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok penduduk yang terancam. 3. Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan. 4. Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara mengatasinya, baik penyakit perorangan ( tetapi dianalisis dalam kelompok ) maupun kejadian luar biasa ( KLB ) / wabah dalam masyarakat. Epidemiologi juga memiliki manfaat penting dalam menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat yaitu memberikan gambaran (deskripsi) tentang penyebaran (distribusi), besar dan luasnya masalah kesehatan dan lainnya ,menjelaskan interaksi faktor-faktor agent, host and environment ,menguraikan kelompok Penduduk yang dalam risiko dan risiko tinggi terhadap kelompok Penduduk yang tidak mempunyai Risiko ,mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta keberhasilan kegiatan , membantu pekerjaan administratif kesehatan yaitu planning (perencanaan) ,monitoring (pengamatan) ,dan evaluation (evaluasi) , menerangkan penyebab masalah kesehatan sehingga dapat disusun langkah-langkah penanggulangannya, Dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit, Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan yaitu: Epidemi, Pandemi, Endemi, dan Sporadik. BAB II PEMBAHASAN MATERI A. KONSEP EPIDEMIOLOGI Kegunaan epidemiologi makin meluas tidak hanya mengenai penyakit, tetapi juga mengenai masalah-masalah kesehatan lainnya. Epidemiologi tidak hanya digunakan untuk keadaan-keadaan kesehatan yang bersifat populasi, tetapi juga di klinik kedokteran yang umumnya bersifat individual atau bersifat populasi maka populasinya terbatas dan berciri khusus, yaitu para penderita klinik tersebut. Epidemiologi juga banyak digunakan untuk mengevaluasi program-program pelayanan kesehatan. Terutama yang berkaitan dengan penyakit. Risk Factor atau Faktor Resiko adalah hal-hal atau variabel yang terkait dengan peningkatan suatu resiko dalam hal ini penyakit tertentu. Faktor resiko di sebut juga faktor penentu, yaitu menentukan berapa besar kemungkinan seorang yang sehat menjadi sakit. Faktor penentu kadang-kadang juga terkait dengan peningkatan dan penurunan resiko terserang sutu penyakit. Faktor resiko adalah salah satu bagian dari ilmu Epidemiologi pada penyakit menular di sebut etiologi sedangkan pada penyakit tidak menular di sebut faktor resiko. Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan, tanda atau gejala yang tampak pada seseorang atau populasi sebelum terserang suatu penyakit. Namun secara keilmuan, faktor resiko memiliki definisi tersendiri, yaitu karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita individu yang mana secara statistic berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa individu lain pada suatu kelompok masyarakat). Setiap faktor resiko memiliki korelasi tetapi korelasi tidak dapat membuktikan hukum sebab-akibat yang mungkin muncul. Metode statistik seringkali digunakan untuk menilai kekuatan sebuah asosiasi dan untuk memberikan bukti kausal . Jenis-Jenis Faktor resiko Secara umum, faktor resiko terbagi menjadi 2, yaitu: 1). Faktor risiko yang tidak dapat di intervensi, antara lain: • Faktor genetik • Jenis kelamin • Usia 2). Faktor risiko yang dapat di intervensi, antara lain: • Kebiasaan buruk, • gaya hidup, • pola makan • obesitas, dll Menentukan faktor resiko suatu penyakit memiliki beberapa kegunaan, diantaranya: • Untuk memprediksi, Faktor resiko dapat menbantu meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat mempunyai kemungkinan 10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok. • Untuk memperjelas penyebab Faktor resiko menbantu memberikan kejelasan atau beratnya faktor resiko dapat menjadikannya sebagai factor penyebab. • Untuk mendiagnosa Faktor resiko dapat juga membantu proses diagnose penyakit. Setiap faktor resiko memiliki penanda resiko atau risk marker, yaitu suatu variabel yang secara kuantitatif berhubungan dengan penyakit. Kriteria faktor resiko menurut Austin Bradford Hill, (1965) dapat dikelompokan berdasarkan; Kekuatan hubungan, Temporal, Respon terhadap dosis, Reversibilitas, Konsistensi, Kelayakan biologis, Spesifisitas dan Analogi. Faktor resiko penyakit menular seperti yang sudah dijelaskan pada penjelasan mengenai konsep terjadinya penyakit, ada tiga faktor yang berpengaruh terhadapat terjadinya penyakit yaitu Host (Penjamu), Agent (Penyebab), dan Environment (Lingkungan). Selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut ; 3.3 Faktor resiko Pejamu (Host) Host adalah manusia atau mahluk hidup lainnya, faktor host yang berkaitan dengan terjadinya penyakit menular berupa umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh,dan status gizi. Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing individu. Karakteristik tersebut antara lain: a}. Umur Menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti penyakit campak pada anak-anak, penyakit kanker pada usia pertengahan dan penyakit aterosklerosis pada usia lanjut. b}. Jenis Kelamin Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita dan penyakit tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan hanya terjadi pada wanita sebagaimana halnya penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki. c}. Ras Hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat dan perkembangan kebudayaan. Terdapat penyakit tertentu yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti fickle cell anemia pada ras Negro. d}. Genetik Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti mongolisme, fenilketonuria, buta warna, hemofilia dan lain-lain e}. Pekerjaan Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis dan lainnya. f}. Status Nutrisi Gizi yang buruk mempermudah sesorang menderita penyakit infeksi seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi dan lainnya. g}. Status Kekebalan Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup. contoh : campak h}. Adat-Istiadat Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti kebiasaan makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati. i}. Gaya hidup Kebiasaan minum alkohol, narkoba dan merokok dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan. j}. Psikis Faktor kejiwaan seperti emosional, stres dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikum, depresi, insomnia dan lainnya. 3.4 Faktor Resiko Bibit Penyakit (Agent) Agent (Penyebab) adalah unsur organisme hidup, atau kuman infeksi, yang menyebabkan terjadinya suatu penyakit. beberapa penyakit agen merupakan penyebab tunggal (single) misalnya pada penyakit menular, sedangkan pada penyakit tidak menular biasanya terdiri dari beberapa agen contohnya pada penyakit kanker. Berikit ini yang termasuk kedalam faktor agen : a}. Faktor Nutrtisi : Bisa dalam bentuk kelebihan gizi, misalnya tinggi kolesterol, atau kekurangan gizi baik itu protein, lemak atau vitamin. b}. Penyebab Kimiawi : Misalnya zat-zat beracun (karbon monoksida), asbes, kobalt, atau allergen c.} Penyebab Fisik : Misalnya radiasi dan trauma mekanik (pukulan, tabrakan) d}. Penyebab Biologis • Metazoa : cacing tambang, cacing gelang, cshistosoma, • Protozoa : Amoeba, malaria • Bakteri : Siphilis, typhoid, pneumonia syphilis, tuberculosis, • Fungi (jamur) : Histosplasmosis, taenea pedis • Rickettsia : Rocky Mountain spot fever • Virus : Cacar, campak, poliomyelitis 3.5 Faktor Resiko Lingkungan (Environment) Lingkungan adalah faktor luar dari individu yang tergolong faktor lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu lingkungan hidup internal berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut hemostasis, dan lingkungan hidup eksternal di luar tubuh manusia. Lingkungan hidup eksternal ini terdiri dan tiga komponen yaitu: a}. Lingkungan Fisik Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa, serta memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat, seperti kekurangan persediaan air bersih terutama pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare. b}. Lingkungan biologis Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoar infeksi, vektor penyakit atau pejamu (host) intermediate. Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi ketidakseimbangan antara hubungan manusia dengan lingkungan biologis maka manusia akan menjadi sakit. c}. Lingkungan sosial Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi dan lainnya. Agent atau Penyebab penyakit adalah unsur organisme hidup, atau kuman infeksi, yang menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Beberapa penyakit agen merupakan penyebab tunggal (single) misalnya pada penyakit menular, sedangkan pada penyakit tidak menular biasanya terdiri atas beberapa agen (multi causa). Dalam penyakit menular secara umum agent penyebab penyakit terdiri atas 3 unsur yaitu agent fisik, kimia dan biologis, selengkapnya ketiga agent penyebab penyakit tersebut dijelaskan sebagai berikut: 4.1 Agent Fisik Agent fisik adalah agent penyakit yang dapat menyebabkan cedera atau penyakit karena pengaruh seperti contohnya antara lain : trauma, radiasi, kebisingan, dan suhu. Berikut ini akan dibahas contoh-contoh dari agent fisik. 4.2 Agen Kimia Agent kimia di devinisikan sebagai zat-zat kimia yang berada di lingkungan yang dapat memberikan efek kepada manusia. Baik efek menguntungkan (Eugenik) maupun merugikan (Disgenik). Di udara bebas terdapat beberapa agent kimia yang berpengaruh pada system pernafasan, kulit, selaput lender dan sistemik (pembuluh darah). 4.3 Agen Biologis Agent biologis ialah agent yang berasal dari makhluk, seperti parasit, virus, bakteri, jamur, dan protoza.Agen biologi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman, hewan, atau tumbuhan, atau menyebabkan kerusakan material. Agent biologi terdiri dari mikroorganisme (virus, bakteri, dan jamur) dan organisme uniselular dan multiselular lainnya seperti parasit beserta racun yang dihasilkannya. Agent biologi mampu mempengaruhi kondisi kesehatan manusia dalam berbagai cara, dari reaksi alergi yang umumnya ringan sampai kepada kondisi yang serius bahkan kematian. Agent biologi dapat di temukan di air, tanah, tumbuhan, dan hewan. GAMBAR 1.1 SEGITIGA EPIDEMIOLOGI B. UKURAN FREKUENSI PENYAKIT Hitungan/Enumerasi/Angka Mutlak Merupakan jumlah kasar atau frekuensi Misal: 10 kasus, 1867 kasus •Rasio Didapat dengan pembagian satu kuantitas dengan kuantitaslain. Misal: a/b, dimana a = pria dan b = wanita; Unsur denominator (penyebut) berbeda atau bukan merupakan bagian dari nominator (pembagi) •Proporsi Seperti halnya rasio, bedanya nominator bagian dari denominator. Bila dikalikan 100 disebut juga persentase. Misal: 28/56 = 0,5 0,5 x 100% = 50%. Pada contoh ini, angka 28 merupakan bagian dari angka 56, atau ada 28 kasus dari 56 kasus. •Rate/Tingkat/Laju Tipe rasio untuk mengkuantifikasi proses dinamik (mis: pertumbuhan, percepatan) Mis: jumlah individu yang mengalami peristiwa (numerator) dibagi dengan jumlah total individu yang dapat mengalami peristiwa atau populasi berisiko (denominator), kemudian dikalikan dengan suatu konstanta 5/100.000 x 10.000 = 0,5 per 10.000 penduduk 1.2 CONTOH PERHITUNGAN 2. Ratio Merupakan perbandingan antara 2 kejadian atau 2 hal antara numerator dan denominator tidak ada sangkut pautnya. Misal : Seks ratio DKI Jakarta Laki-laki = 40 , Perempuan = 60 Laki-laki : Perempuan = 1 : 1,5 Populasi proporsi sakit TBC = 100 Populasi proporsi tidak sakit TBC = 1000 Relative Risk = 100/1000 = 1/10 = 0,1 Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka-angka tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard . Manfaat analisis rasio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi pihak luar. Rasio-rasio ini mempermudah upaya pembandingan kinerja perusahaan dari tahun ke tahun (time series) atau dengan perusahaan lain (cross section) dalam industri yang sama. 3. Rasio kematian proporsional Ukuran ini digunakan untuk menunjukkan proporsi keseluruhan kematian yang disebabkan oleh spesifik. Jadi, definisi rasio proposional adalah Kematian yang di sebabkan oleh suatu penyakit dalam satu waktu tertentu di bagi total kematian dalam populasi pada waktu yang sama di kali 100. Rasio kematian proposional digunakan untuk menampilkan presentase kematian karena penyebab yang sedang di teliti, biasanya suatu kelompok usia dan jenis kelamin tertentu di bandingkan dengan suatu kelompok usia yang berbeda dalam kelompok jenis kelami yang sama. 4. Rate X = Jumlah kejadian tertentu yang terjadi dalam kurun waktu tertentu Y= Jumlah penduduk yang mempunyai risiko mengalami kejadian tertentu dalam kurun waktu tertentu (pop.at risk) K= Konstanta (angka dasar) Contoh : Kasus DBD tahun 2005 di kota A = 400 Penduduk kota A th.2005 = 30.000 I.R = 400 X 1000 = 13,3 /1000 penduduk. Beberapa bentuk ukuran epidemiologi untu rate: a. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate atau CDR) b. Angka Kematian menurut kelompok umur (ASDR) c. Angka kematian karena penyakit tertentu (CSDR) d. Case Fatality Rate (CFR) = Jml.Kematian/Jml.Kasus x 100% C. FERTILITAS DAN MORBALITAS 1. Fertilitas Fertilitas (kelahiran) sebagai istilah demografi sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir (FEUI, 1981). Dari pengertian ini, kelahiran merupakan banyaknya bayi yang lahir dari wanita. Ada bayi yang disebut lahir hidup yaitu lahirnya seorang bayi yang menunjukkan tanda-tanda kehidupan, tidak diperkirakan berapa lama bayi tersebut menunjukkan tanda-tanda kehidupan tersebut. Tanda-tanda kehidupan antara lain bernafas, ada denyutan jantung dan lain-lain. Ada pula bayi lahir mati artinya bayi tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan (Sinuraya, 1990). Fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam bidang demografi untuk menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup (Pollard, 1989). Disamping istilah fertilitas ada juga istilah fekunditas (fecundity) sebagai petunjuk kepada kemampuan fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan anak lahir hidup (Mantra, 2006). Fertilitas biasanya diukur sebagai frekuensi kelahiran yang terjadi di dalam sejumlah penduduk tertentu. Disatu pihak mungkin akan lebih wajar bila fertilitas dipandang sebagai jumlah kelahiran per orang atau per pasangan, selama masa kesuburan (Barcla, 1984). Memperhatikan masalah-masalah diatas, terdapat variasi pengukuran fertilitas yang dapat diterapkan yaitu pengukuran fertilitas tahunan, dan pengukuran fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas kumulatif ialah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan hingga mengakhiri batas usia subur. Sedangkan pengukuran fertilitas tahunan (vital rates/current fertility) ialah mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu dihubungkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut (Mantra, 2006). a. Ukuran Fertilitas - Ukuran Fertilitas Tahunan (Vital Rates/Current Fertility) *Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) Angka kelahiran kasar didefenisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun (Mantra, 2006). Perhitungan CBR ini sangat sederhana karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun, namun CBR ini mempunyai kelemahan yakni tidak memisahkan penduduk laki-laki dan perempuan yang masih anakanak dan yang berumur 50 tahun ke atas sehingga angka yang dihasilkan sangat kasar (BKKBN, 2006). Angka kelahiran ini disebut “kasar” karena sebagai penyebut digunakan jumlah penduduk yang berarti termasuk penduduk yang tidak mempunyai peluang melahirkan juga diikutsertakan, seperti anak-anak, laki-laki, dan wanita lanjut usia. Angka ini dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat fertilitas secara umum dalam waktu singkat, tetapi kurang sensitif untuk: 1) Membandingkan tingkat fertilitas dua wilayah 2) Mengukur perubahan fertilitas karena perubahan pada tingkat kelahiran akan menimbulkan perubahan pada jumlah penduduk (Mubarak, 2012). Rumus : CBR = B/Pm X K Dimana: CBR = Crude Birth Rate atau Tingkat Kelahiran Kasar Pm = Penduduk pertengahan tahun k = Bilangan konstanta yang biasanya 1.000 B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu b. Angka Kelahiran Umum (General Fertility Rate/GFR) Perbandingan antara jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk perempuan usia subur (15-49 tahun). Jadi sebagai penyebut tidak menggunakan jumlah penduduk pertengahan tahun umur 15-49 tahun. Rumus : GFR= B/Pf(15-49) X K Dimana : GFR = Tingkat Fertilitas Umum B = Jumlah kelahiran Pf(15-49) = Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun. c. Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (ASFR) ialah jumlah kelahiran hidup oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat selama satu tahun per 1.000 penduduk wanita pada golongan umur tertentu pada tahun yang sama (Mubarak, 2012). Di antara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur (age specific fertility rate) (Mantra, 2006). Angka ini menunjukkan banyaknya kelahiran menurut umur wanita yang berada dalam kelompok umur antara 1549 tahun per wanita pada kelompok umur yang sama. Dengan demikian semakin banyak ibu yang berada di suatu kelompok umur tersbut akan lebih memungkinkan kelompok umur tersebut memiliki angka kelahiran yang lebih tinggi (BKKBN, 2006). d. Angka fertilitas menurut golongan umur dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan angka kelahiran kasar karena tingkat kesuburan pada setiap golongan umur tidak sama hingga gambaran kelahiran menjadi lebih teliti. Perhitungan fertilitas menurut golongan umur biasanya dilakukan dengan interval 5 tahun hingga bila wanita dianggap usia subur terletak antara umur 15-49 tahun, akan di peroleh sebanyak 7 golongan umur. Dengan demikian dapat di susun menjadi distribusi frekuensi pada setiap golongan umur. Dari distribusi frekuensi tersebut, dapat diketahui pada golongan umur berapa yang mempunyai tingkat kesuburan tertinggi. Hal ini penting untuk menentukan prioritas program keluarga berencana (Mubarak, 2012). Rumus ; ASFRi = Bi/Pfi X K Dimana: = Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i = Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun k = Angka konstanta = 1.000 A. Angka Kelahiran Menurut Urutan (Birth Order Specific Fertility Rates/BOSFR) Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur tinggi rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan seorang istrimenambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu, dan juga umur anak yang masih hidup. Rumus : BOSFR = ∑ Dimana : BOSFR = Birth Order Specific Fertility Rate = Jumlah kelahiran urutan ke I = Jumlah perempuan umur 15-49 pertengahan tahun K = Bilangan konstanta = 1.000 Penjumlahan dari Tingkat Fertilitas menurut urutan kelahiran menghasilkan Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate). GFR = ∑ B.Ukuran Fertilitas Kumulatif (Cumulative Fertility/Reproductive History) - Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) TFR didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1000 perempuan yang hidup hingga akhir masa reproduksinya (BKKBN, 2006). Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan : a. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya. b. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu (Mantra, 2006) Kelemahan pada perhitungan TFR ialah pada TFR semua wanita selama masa subur dianggap tidak ada yang meninggal, semuanya menikah, serta mempunyai anak dengan pola seperti ASFR, padahal hal ini tidak sesuai dengan kenyataan (Mubarak, 2012). Rumus : TFR = 5 ∑ Dimana : TFR = Total Fertility Rate å = Penjumlah tingkat fertilitas menurut umur ASFRi = Tingkat fertilitas menurut umur ke 1 dari kelompok berjenjang 5 tahunan. C. Angka Reproduksi Nyata (Gross Reproduction Rates/GRR) Gross Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1.000 perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya, seperti angkat kelahiran total. Rumus : GRR = 5 ∑ Dimana : adalah tingkat fertilitas menurut umur ke-I dari kelompok berjenjang 5 tahunan. D. Angka Reproduksi Kotor (Net Reproduction Rate/NRR) Net Reproductio Rate/NRR ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah kohor hipotesis dari 1.000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalkan perempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Misalnya sebuah kohor yang terdiri dari 1.000 bayi perempuan tersebut mempunyai kesempatan melahirkan hingga umur 20, sebagian hingga umur 30, sebagian hingga umur 40, dan seterusnya dan hanya sebagian yang dapat melewati usia 50 tahun (usia reproduksi). Jadi dari kohor tersebut dihitung jumlah perempuan-perempuan yang dapat bertahan hidup pada umur tertentu dengan mengalihkannya dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir hingga mencapai umur tersebut. 2. Mortalitas (kematian) Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, ratarata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode waktu tertentu. Statistik sepuluh Negara dengan angka mortalitas tertinggi di dunia : Angola 192.50 Afganistan 165.96 Sierra Leone 145.24 Mozambik 137.08 Liberia 295.00 Niger 122.66 Somalia 118.52 Mali 117.99 Tajikistan 112.10 Guinea-Bissau 108.72 (Sumber : Wikipedia.com) Pengaruh Mortalitas Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian dibagi menjadi dua yaitu: - Faktor langsung (faktor dari dalam) a. Umur b. Jenis kelamin c. Penyakit d. Kecelakaan, kekerasan, bunuh diri - Faktor tidak langsung (faktor dari luar) a. Tekanan, baik psikis maupun fisik, b. Kedudukan dalam perkawinan c. Kedudukan sosial-ekonomi, d. Tingkat pendidikan, e. Pekerjaan, f. Beban anak yang dilahirkan, g. Tempat tinggal dan lingkungan, h. Tingkat pencemaran lingkungan, i. Fasilitas kesehatan dan kemampuan mencegah penyakit, j. Politik dan bencana alam. D. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Kepmenkes RI No.1116 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan menyebutkan bahwa surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta melakukan penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat sehingga banyak program-program kesehatan yang dilakukan pemerintah terutama pada penduduk usia rentan, seperti program Safe Motherhood Initiative, program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), program Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE), dan program Pemberantasan Penyakit Menular. Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilans Terpadu (SST) berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali perubahan dan perbaikan. Disamping keberadaan SST telah juga dikembangkan beberapa sistem Surveilans khusus penyakit Tuberkulosa, penyakit malaria, penyakit demam berdarah, penyakit campak, penyakit saluran pernapasan dan lain sebagainya. Sistem Surveilans tersebut perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan ketetapan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan, Keputusan Menteri Kesehatan N0.1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indinesia Nomo 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan serta kebutuhan informasi epidemiologi untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular. Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Surveilans epidemiologi dalam penyelenggaraannya memiliki banyak indikator kerja, sehingga membutuhkan banyak kegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan, dan analisis data yang diperoleh dari berbagai unit sumber data. Banyaknya kegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan data akan memberikan beban kerja dan menganggu upaya meningkatkan kinerja surveilans. Oleh karena itu, diperlukan penyelengaraan sistem surveilans yang sesedikit mungkin indikator kerja serta sesederhana mungkin, tetapi tetap dapat mengukur kualitas penyelengaraan surveilans dalam memberikan informasi. Indikator yang paling sering digunakan adalah kelengkapan laporan, ketepatan waktu laporan, kelengkapan distribusi/desiminasi informasi, dan terbitnya buletin epidemiologi (5). Surveilans Nasional saat ini fungsinya belum dapat memuaskan program serta sektor terkait yang dapat melakukan tindakan pencegahan dan pemberantasan. Hal tersebut dikarenakan, semakin gemparnya otonomi daerah di kabupaten. Dengan adanya otonomi daerah tersebut di kabupaten biasanya provinsi pun untuk meminta data surveilans kadang-kadang mengalami kesulitan padahal surveilans ini tidak mengenal batas wilayah sehingga sistem pengumpulan data mengendor. Di beberapa kabupaten harus memerlukan ijin ke BAPPEDA atau badan administratif untuk mendapatkan data KLB susah padahal idealnya suatu data surveilans bisa langsung diakses kapan saja. Hal ini dikarenakan, adanya semacam hirarki yang akan mempertaruhkan prestisi kepala daerah. CONTOH PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PADA PUSKESMAS DI KOTA KENDARI TAHUN 2016 METODE : Jenis penelitian digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan berupa studi kasus dengan tujuan agar peneliti dapat memperoleh informasi secara mendalam mengenai gambaran pelaksanaan surveilans epidemiologi di Puskesmas kota Kendari Tahun 2015. Pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data/ informasi yaitu melalui wawancara mendalam, pengamatan atau observasi terlibat, pemeriksaan dokumen dan arsip yang terdapat pada tempat penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, melalui tiga alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. HASIL : 1. Surveilans Epidemiologi Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang surveilans oleh beberapa petugas surveilans Puskesmas se-kota dengan Koordinator surveilans Dinkes Kota menunjukkan tidak adanya perbedaan pemahaman. Hal ini dikarenakan konsep surveilans yang di pahami oleh informan sejalan dengan peraturan pemerintah yang mengatakan bahwa, Kegiatan surveilans Kesehatan didefinisikan sebagai kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien. 2. Pengumpulan Data a. Jenis data Hasil : wawancara dengan informan tentang jenis data dan sumber data yang telah dikumpulkan terkait dengan kegiatan surveilans di Puskesmas se-Kota Kendari dilakukan melalui data register (nama, alamat, umur) rawat jalan dan rawat inap di poli umum, Pustu, Polindes, Poskesdes berupa laporan penyakit (data kesakitan) dan laporan pemakaian obat. Sedangkan untuk data turun ke masyarakat dikumpulkan berdasarkan kegiata seperti penyelidikan kasus atau pelacakan penyakit yang dilakukan petugas surveilans atau berdasarkan informasi dari pak lurah, pak RT, maupun masyarakat yang ada di daerah tersebut yang dianjurkan ke Puskesmas untuk melakukan tindakan pemeriksaan. b. Waktu pengumpulan data : Berdasarkan hasil wawancara terkait waktu pengumpulan data surveilans di peroleh keterangan bahwa Puskesmas melakukan pengumpulan data setiap hari kerja berdasarkan waktu kunjungan pasien ke Puskesmas, setiap minggu yang disebut laporan W2, dan laporan LB1 yang dikumpulkan awal bulan berikutnya setiap tanggal 5 ke Dinkes Kota. c. Pengolahan Data Hasil : wawancara tersebut, menunjukkan bahwa dalam mengolah data kasus penyakit Puskesmas se-Kota merekapnya secara manual dan komputerisasi yang dilaporkan berdasarkan nama, golongan umur dan alamat dalam bentuk fisik (teks), tabel, dan kadang-kadang setiap 6 bulan dan 1 tahun dilaporkan dalam bentuk grafik ke Dinkes Kota. d. Analisis dan Interpretasi Data Hasil : wawancara tersebut informan menginterpretasikan bahwa dalam menganalisis data yang bertugas menganalisis adalah semua petugas dengan membaningkan jumlah kasus yang terjadi apakah mengalami peningkatan atau penurunan, dan tidak ada teknik khusus dalam menganalisis data, menganalisis data dilakukan diakhir bulan setiap melakukan evaluasi program, proses analisis data dilakukan secara manual, sama halnya dalam pengolahan data dan tidak ada teknik khusus dalam menganalisis data. e. Diseminasi Informasi Hasil : wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu diseminasi yang dilakukan di masingmasing Puskesmas yaitu dengan menyebarkan secara lansung saat melakukan pendataan dilapangan, melalui kegiatan Minilokakarya (Minlok) setiap bulan dari hasil analisa masalah kesehatan, dan masing-masing programer memaparkan hasil kegiatannya kemudian memberi informasi melalui penyuluhan. Berdasarkan hasil wawancara mengenai diseminasi informasi ke Dinkes Kota maupun masyarakat pihak puskesmas melakukan metode pemberian ceramah atau penyampaian lisan melalui penyuluhan yang dilakukan oleh tim surveilans ( promkes dan kesling) dengan bantuan gambar-gambar seperti poster dan pampflet. Hasil wawancara tersebut informan kunci menyatakan bahwa diseminasi informasi di setiap Puskesmas se-Kota kendari sesuai tupoksinya dilakukan secara tim (programer surveilans, promkes, dan Kesling) melalui penyuluhan dan maping yang disebut GIS. Akan tetapi, program maping saat ini di Kota Kendari hanya terbatas pada penyakit DBD saja. f. Kendala Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi : Berdasarkan hasil wawancara tersebut pelaksanaan surveilans di Kota Kendari untuk di daerah pesisir terhambat masalah transportasi dalam mendukung pelaksanaan surveins epidemiologi, masalah kurangnya tenaga kerja sehingga adanya rangkap jabatan di beberapa Puskesmas, dan sebagian Puskesmas beranggapan tidak memiliki masalah dalam pelaksanaan surveilans epidemiologi. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut : 1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau survei. 2. Epidemiologi analitik terdiri dari : · Non eksperimental · Eksperimental. Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekwensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok menusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini, segera terlihat bahwa dalam pengertian epidemiologi terdapat tiga hal yang bersifat pokok yakni: a) Frekuensi masalah kesehatan b) Penyebaran masalah kesehatan c) Faktor-faktor yang memepengaruhi Ada beberapa peranan epidemiolog dalam kesehatan masyarakat, diantaranya adalah: 1. Mencari / mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan atau penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk penanggulangan serta cara pencegahannya. 2. Menyiapkan data / informasi untuk keperluan program kesehatan dengan menilai status kesehatan dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok penduduk yang terancam. 3. Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan. 4. Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara mengatasinya, baik penyakit perorangan ( tetapi dianalisis dalam kelompok ) maupun kejadian luar biasa ( KLB ) / wabah dalam masyarakat. Epidemiologi juga memiliki manfaat penting dalam menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat yaitu: 1. memberikan gambaran (deskripsi) tentang penyebaran (distribusi), besar dan luasnya masalah kesehatan dan lainnya. 2. menjelaskan interaksi faktor-faktor agent, host and environment. 3. 4. 5. 6. 7. 8. menguraikan kelompok Penduduk yang dalam risiko dan risiko tinggi terhadap kelompok Penduduk yang tidak mempunyai Risiko. mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta keberhasilan kegiatan. membantu pekerjaan administratif kesehatan yaitu planning (perencanaan) ,monitoring (pengamatan) ,dan evaluation (evaluasi). menerangkan penyebab masalah kesehatan sehingga dapat disusun langkah-langkah penanggulangannya. Dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit. Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan yaitu: Epidemi, Pandemi, Endemi, dan Sporadik. DAFTAR PUSTAKA Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB Budiarto, Dr. Eko, SKM. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC, 2002 http://dr-suparyanto.blogspot.com/ http://septifkmundip.blogspot.com/ Kleinbaum, David. G., Lawrence L. Kupper, Hal Morgenstern (1982) Epidemiologic Reseach. Principles and Quantitative Methods.Van Nostrand Reinhold. New York Rothman, Kenneth J. (1986) Modern Epidemiology. Little, Brown and Company, Boston 8. Beaglehole, R., R. Bonita, T. Kjellstrom. (1993). Basic Epidemiology. World Health Organization, Geneva 9.. Last, John M. (Ed) A Dictionary of Epidemiology. 10 Singhasivanon, Pratap. Measures of Disease Frequency and Effect. Lecture note for the First Asian Advance Course in Tropical Epidemiology, Bangkok. http://www.leutikaprio.com/main/media/sample/Buku%20Ajar%20Epidemiologi.pdf https://andykomkom.wordpress.com/2014/11/11/pengertian-fertilitasmortalitas-dan-migrasi/ http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/58748/Chapter%20II.pdf?sequence=4 &isAllowed=y