LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA Disusun Oleh : Rinaldy Rafsanjani (201904062) PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI 2019 KONSEP DASAR A. Definisi Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Prawirohardjo, 2005). Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Depkes RI, 2005). B. Klasifikasi Tabel penilaian APGAR SCORE Tanda Frekuensi Jantung Usaha bernafas Tanus otot Refleks Warna kulit 0 Tidak ada Skor APGAR 1 < 100 x/menit 2 > 100 x/menit Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat Lumpuh Tidak ada Biru/pucat Ekstremitas agak fleksi Gerakan sedikit Tubuh kemerahan, eks biru Gerakan aktif Gerakan kuat/melawan Seluruh tubuh kemerahan Klasifikasi klinis APGAR SCORE : a. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3) Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau < 100 x/ menit, tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi tidak ada. b. Asfiksia sedang (Nilai APGAR 4 – 6) Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 / menit, tonus otot kurang baik atau baik , sianosis (badan merah, anggota badan biru), menangis. Respirasi lambat, tidak teratur. c. Bayi normal 7 – 10 Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit, tonus otot baik/ pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis kuat. Respirasi baik. C. Etiologi Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini: 1. 2. 3. Faktor ibu a. Preeklampsia dan eklampsia b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) c. Partus lama atau partus macet d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan) Faktor Tali Pusat a. Lilitan tali pusat b. Tali pusat pendek c. Simpul tali pusat d. Prolapsus tali pusat Faktor Bayi a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep) c. Kelainan bawaan (kongenital) d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan. D. Patofisiologi Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan pertukaran gas serta transport 02 akan menyebabkan berkurangnya penyediaan 02 dan kesulitan pengeluaran C02. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari berat dan lamanya asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau menetap, sehingga menimbulkan komplikasi, gejala sisa, atau kematian penderita. Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02 tubuh ini mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ni akan menganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi penurunan sirkulasi kardiovaskuler yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekwensi denyut jantung. E. Pathway Faktor ibu : pre eklamsia, eklamsia, perdarahan abnormal, infeksi berat, dll. Faktor tali pusat : lilitan tali pusat, tali pusat pendek, prolapses tali pusat. Faktor bayi : bayi premature, kelainan kongenital, persalinan sulit. ASFIKSIA Arteriol pulmonal konstriksi Alveoli tetap terisi cairan Kegagalan absorbsi cairan di paru Tubuh kekurangan pasokan oksigen Penurunan oksigenasi jaringan Gangguan metabolisme & perubahan asam basa Konstriksi arteriole pada semua organ Asidosis respiratorik Ketigakseimbangan perfusi ventilasi Kegagalan fungsi miokardium untuk berkontraksi Gangguan pertukaran gas Kerusakan jaringan otak irreversibel Resiko syndrome bayi meninggal tiba-tiba Perfusi perifer menurun Sianosis Ketidakefektifan termoregulasi Takipneu Ketidakefektifan pola nafas F. Manifestasi Klinis 1. Pada Kehamilan Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium. 2. a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat Pada bayi setelah lahir a. Bayi pucat dan kebiru-biruan b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada c. Hipoksia d. Asidosis metabolik atau respiratori e. Perubahan fungsi jantung f. Kegagalan sistem multiorgan g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis. h. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan. G. Pemeriksaan Penunjang 1. Foto polos dada 2. USG kepala 3. Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit 4. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna. 5. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%. 6. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik. H. Komplikasi 1. Edema otak & Perdarahan otak Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak. 2. Anuria atau oliguria Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit. 3. Kejang Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif. 4. Koma Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak. I. Penatalaksanaan 1. Resusitasi Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusiksi bayi baru tahir mengikuti tahap tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi : 1) Memastikan saluran nafas terbuka : A. Meletakkan bayi pada posisi yang benar. B. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea C. Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka 2) Memulai pernapasan : A. Lakukan rangsangan taktil B. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif C. Mempertahankan sirkulasi darah (Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obatobatan) D. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit ) Tabel Resusitasi 2. Terapi medikamentosa : A. Epinefrin Indikasi : a. Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada. b. Asistolik. Dosis : 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu. B. Volume ekspander Indikasi : a. Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi. b. Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat. Jenis cairan : a. Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat) b. Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak. Dosis : Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis. C. Bikarbonat Indikasi : a. Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik. b. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi. Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%) Cara : Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit. Efek samping : Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak. D. Nalokson Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil. Indikasi : a. Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan. b. Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian bayi. Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml) Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c 3. Suportif a. Jaga kehangatan. b. Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka. c. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit) KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Data Umum 1. Biodata Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum. 2. Keluhan Utama Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas. 3. Riwayat kehamilan dan persalinan Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi belakang kaki atau sungsang 4. Kebutuhan dasar a. Pola Nutrisi Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia b. Pola Eliminasi Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama pencernaan belum sempurna c. Kebersihan diri Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya d. Pola tidur Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas 5. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas, pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama. b. Tanda-tanda Vital Pada umunya terjadi peningkatan respirasi c. Kulit Pada kulit biasanya terdapat sianosis d. Kepala Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak e. Mata Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya. f. Hidung Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping hidung. g. Dada Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi pernafasan yang cepat h. Neurology / reflek Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam) 6. Gejala dan tanda a. Aktifitas; pergerakan hyperaktif b. Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis c. Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda : ketidakefektifan termoregulasi Data Khusus 1. Sirkulasi a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik). b. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV. 2. c. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan. d. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena. Eliminasi Dapat berkemih saat lahir. 3. Makanan/cairan a. Berat badan : 2500-4000 gram b. Panjang badan : 44-45 cm c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi) 4. Neurosensori a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas. b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma). c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang) 5. Pernafasan a. Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10. b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat. c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi. 6. Keamanan a. Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi). b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal). B. DIANOGSA KEPERAWATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d paru-paru terisi cairan Pola nafas tidak efektif b.d nafas cepat Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan perfusi ventilasi. Risiko cedera b.d kerusakan otak Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d suplai O2 dalam darah menurun Proses keluarga terhenti b.d kematian bayi C. INTERVENSI KEPERAWATAN DIAGNOSA Bersihan jalan NOC nafas Setelah NIC dilakukan1. Tentukan tidak efektif b.d produksi tindakan mukus banyak RASIONAL kebutuhan1. pengumpulan data oral/ suction tracheal keperawatan selama2. untuk perawatan Auskultasi suara nafas optimal proses keperawatan sebelum dan sesudah2. membantu diharapkan jalan suction mengevaluasi nafas lancar dengan3. Bersihkan daerah 1. 2. 3. 4. keefektifan kriteria: bagian tracheal setelah batuk klien Tidak menunjukkan suction demam dilakukan. selesai3. upaya meminimaliasi penyebaran Tidak menunjukkan4. Monitor status oksigen mikroorganisme cemas. pasien, status4. untuk mengetahui Rata-rata repirasi hemodinamik segera efektifitas dalam batas normal. sebelum, selama dan suction. Pengeluaran sputum sesudah dari suction. melalui jalan nafas. 5. Tidak ada suara nafas tambahan. Pola nafas tidak efektif Setelah b.d hipoventilasi. dilakukan1. Pertahankan kepatenan1. untuk tindakan jalan nafas dengan membersihkan jalan keperawatan selama melakukan pengisapan nafas proses keperawatan lendir. diharapkan pola2. Pantau nafas status kadar oksigen yang menjadi pernafasan efektif. 1. 2. guna meningkatkan oksigenasi Kriteria hasil dan bersirkulasi dan sesuai memperbaiki status : dengan kebutuhan. kesehatan Pasien menunjukkan3. Auskultasi jalan nafas3. membantu pola nafas efektif. 2. Ekspansi yang untuk adanya dada ventilasi. mengetahui mengevaluasi penurunan keefektifan batuk klien upaya simetris. 3. 4. Kolaborasi Tidak ada bunyi dokter nafas tambahan. 4. dengan4. perubahan Kecepatan irama AGD untuk dapat mencetuskan pemeriksaan AGD dan disritmia jantung. dan pemakaian alat bantu5. terapi respirasi nafas dapat dalam batas normal. 5. Berikan oksigen membantu oksigenasi mencegah sesuai gelisah kebutuhan. bila klien menjadi dispneu, juga dan ini membantu mencegahedema paru. Kerusakan pertukaran Setelah dilakukan 1. gas b.d tindakan frekuensi ketidakseimbangan keperawatan selama kedalaman nafas dan keefektifan perfusi ventilasi. proses keperawatan produksi sputum. diharapkan 2. Kaji bunyi paru,1. membantu nafas, mengevaluasi Auskultasi batuk klien bunyi2. membantu pertukaran gas nafas, teratasi. penurunan aliran udara keefektifan Kriteria hasil : dan / bunyi tambahan. 1. Tidak sesak nafas3. 2. Fungsi paru upaya catat area mengevaluasi upaya batuk klien Pantau hasil Analisa3. perubahan Gas Darah AGD dapat mencetuskan dalam batas normal disritmia jantung. Risiko cedera b.d Tujuan : Setelah anomali kongenital tidak dilakukan tindakan sebelum dan sesudah infeksi nosokomial terdeteksi atau tidak keperawatan selama merawat bayi. teratasi pemajanan pada proses keperawatan 2. agen-agen infeksius. diharapkan risiko cidera dapat 1. Cuci steril. 3. setiap1. 2. untuk untuk mencegah mencegah Pakai sarung tangan infeksi nosokomial 3. Lakukan dicegah. fisik Kriteria hasil : terhadap 1. Bebas dari cidera/ tangan lahir, untuk mencegah pengkajian keadaan yang kebih secara bayi rutin buruk. baru4. untuk perhatikan meningkatkan komplikasi. pembuluh 2. Mendeskripsikan pusat aktivitas yang tepat dari level darah dan tali pengetahuan adanya keluarga anomali. 4. perkembangan anak. 3. Mendeskripsikan dalam deteksi awal suatu Ajarkan keluarga penyakit tentang tanda dan gejala infeksi dan teknik pertolongan melaporkannya pertama pemberi pada pelayanan kesehatan. 5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari vaksin hepatitis Risiko Setelah dilakukan1. ketidakseimbangan suhu tindakan tubuh b.d kurangnya keperawatan selama tempatkan pada suplai O2 dalam darah. proses keperawatan lingkungan yang hangat2. untuk kedinginan dan diharapkan 1. suhu2. berhubungan Kriteria Hasil : hipotermi, Temperatur badan fatigue, Tidak terjadi dll. Tidak gelisah. 4. Perubahan warna bradikardi. Bilirubin batas normal. 4. Monitor TTV. 3. 5. tubuh agar stabil. mendeteksi awal dengan perubahan yang misal terjadi guna apatis, mencegah perubahan warna kulit komplikasi distress pernafasan. 3. kulit. suhu menjaga Monitor gejala yang lebih tubuh normal. dalam batas normal. 2. Hindarkan pasien dari1. untuk 5. Monitor Monitor dalam pernafasan. 3. peningkatan suhu dapat menunjukkan adanya adanya tanda-tanda infeksi status4. penurunan frekuensi nadi menunjukkan terjadinya asidosis resporatori karena kelebihan retensi CO2. Proses keluarga terhenti Setelah b.d pergantian dilakukan 1. dalam tindakan keluarga. status kesehatan anggota keperawatan selama 2. keluarga. Tentukan tipe proses1. untuk mengetahui tindakan yang tepat Identifikasi efek untuk diberikan proses keperawatan pertukaran peran dalam2. untuk diharapkan keluarga koping proses keluarga. adekuat. 3. Kriteria Hasil : 1. Percaya keluarga Kestabilan 4. Mempunyai Mengatur mekanisme Bantu keluarga rencana darurat. 4. untuk3. untuk memanfaatkan support dukungan yang ada yang ada. prioritas. 3. anggota psikologi keluarga dapat menggunakan mengatasi masalah. 2. Bantu mempersiapkan dari keluarga. anggota4. untuk untuk situasi yang tidak merencanakan strategi terduga. ulang normal dalam segala cara perawatan. situasi. mengatasi DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2005. Pelatihan Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan. Jakarta. IBI. 2006. 50 Tahun IBI Menyongsong Masa Depan. Jakarta: Pengurus IBI Pusat.. Johnson, M., Meriden M.,Sue M. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis Baltimore: Mosby. Kartiningsih. 2009. Hubungan antara Faktor Ibu dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali. Solo: Stikes Mc Closkey, JC., Gloria MB. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louis Baltimore: Mosby. NANDA. 2011. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: NANDA International Prawirohardjo. S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Lembar Pengesahan Laporan Pendahuluan Di Perin Disusun Oleh : ( ) Ci Ruangan Pembimbing Institusi ( ) ( ) Kepala Ruangan ( ) Lembar Pengesahan Asuhan Keperawatan Di Perin Disusun Oleh : ( ) Ci Ruangan Pembimbing Institusi ( ) ( ) Kepala Ruangan ( ) TGL REVISI PARAF