Uploaded by User43104

Contoh Esai Sastra

advertisement
Contoh Esai Sastra:
Teknik Penceritaan Cerpen “Tikus dan Manusia” karya Jakob Sumardjo (Kajian Formalisme Rusia)
TEKNIK PENCERITAAN DALAM CERPEN TIKUS DAN MANUSIA
(KAJIAN FORMALISME RUSIA)
Cerpen Tikus dan Manusia karya Jakob Sumardjo merupakan cerpen yang menceritakan tentang
sekumpulan tikus yang menjadi pengganggu manusia. Dia masuk kerumah tokoh utama dan menyebabkan
perang besar di dalam keluarga ini. Istri dari tokoh utama adalah seseorang yang takut dengan tikus, cerewet
dan panik. Tokoh utama dan istri pun mencari cara untuk membunuh tikus-tikus itu. Sang istri meminta
tolong kepada Mang Maman untuk membunuh dan membuang bayi-bayi tikus itu. Namun Mang tidak ingin
membuangnya melainkan ingin membawa pulang bayi-bayi tikus itu untuk dijadikan obat kuat.
Dalam cerpen ini teknik penceritaan yang dilakukan oleh pengarang adalah sudut pandang orang pertama
sebagai pencerita. Yaitu, tokoh utama sendiri yang bercerita tentang apa yang dialaminya.
Penggunaan teknik penceritaan sangat erat kaitannya dengan Formalisme Rusia. Secara singkat, konsep
defamiliarisasi dalam Formalisme Rusia merupakan teknik yang dilakukan pengarang untuk mengolah
fabula menjadi sederet sjuzet. Defamiliarisasi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu untuk mengolah
fabula sehingga memunculkan efek tertentu pada pembaca.
Analisis menggunakan kajian Formalisme Rusia ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan objektif
sehingga dapat menemukan teknik penceritaan yang digunakan oleh pengarang untuk mengembangkan
cerita sehingga memunculkan efek tertentu untuk pembaca. Analisis ini menggunakan teknik-teknik
penceritaan yang digunakan pengarang dan efek yang ditimbulkan olehnya.
Teknik Penceritaan dalam Cerpen
Ada beberapa teknik penceritaan yang digunakan pengarang dalam cerpen ini. Teknik penceritaan orang
pertama adalah sebagai tokoh utama dalam cerpen ini. Pengarang menghadirkan suami sebagai tokoh utama
yang menceritakan masalah yang sedang dialaminya didalam kehidupan rumah tangganya. Pada teknik
penceritaan orang pertama ini, pengarang juga memanfaatkan teknik analitik. Teknik penokohan analitik
disini digunakan sebagai penggambaran kepada tokoh utama yang menceritakan secara langsung melalui
uraian, deskripsi atau penjelasan oleh sang pengarang. Tokohnya dihadirkan ke pembaca dengan tidak
berbelit-belit. Dengan ini sang pembaca akan lebih memerhatikan kepada cerita dan plot.
Cerpen ini merupakan kisah rumah tangga sepasang suami-istri yang tinggal ditengah kebun. Cerita dimulai
dengan pengenalan tokoh utama yang pertama kalinya menyadari kehadiran penghuni rumah yang tak
diundang dan yang tak diinginkan itu. Sang suami menceritakan asal mula kehadiran tikus-tikus pada saat
ia sedang menonton film The End of the Affair. Tiba-tiba kakinya diterjang benda dingin yang meluncur
kearah televisi dan ia lihat tikus hitam besar itu berlari kencang bersembunyi di rak buku.
Cerita dilanjutkan dengan pemaparan mengenai munculnya kemarahan dan dendam oleh sang suami yang
ingin membunuh tikus itu dengan mencari keberadaan tikus dibalik rak buku. Namun ia tidak menceritakan
keberadaan tikus itu kepada sang istri, sebab istrinya sangat membenci tikus.
Cerita dilanjutkan dengan pemaparan mengenai peristiwa koruptor. Pemaparan ini dilakukan dengan cara
pengandaian oleh pembaca setelah membaca cerpen ini. Cerpen ini menyinggung tentang seorang koruptor
yang fakta yang didapatkan dari peristiwa ini. Cerita dilanjutkan dengan sang suami yang menceritakan
kepada sang istri bahwa ada keberadaan tikus itu didapur. Sang istri pun lalu meminta suaminya untuk
menangkap tikus tersebut dengan menggunakan lem fox. Dibagian pertengahan cerita pada saat tikus itu
berhasil ditangkap dan dibuang ditempat sampah. Namun, tikus itu melarikan diri ke kebun yang ada
dismping rumah dengan cara meloncar dari tempat sampah pada saat Mang Maman menuangkan sampah
dari tempat sampah ke gerobaknya. Berhari-hari pun mereka memsang jebakan tikus dengan lem fox dan
memberi umpan ditengan lem itu. Agar tikus yang lepas itu masuk kedalam perangkap itu. Setelah itu ada
tikus lain lagi yang memasuki rumahnya dan sang istri pun memberi tahu kepada suaminya bahwa tikusnya
kena jebakan yang mereka buat. Namun, setelah diamati itu bukan tikus yang lepas itu melainkan ada tikus
lain dan mungkin itu istrinya.
Beberapa hari kemudian tikus yang mereka cari pun terperangkap didalam jebakan lem tikus itu dan
kemudian dipukul oleh sang suami agar tikus itu tidak bisa kabur lagi. Lalu bangkainya dibuang Bi Nyai
ditempat sampah. Beberapa hari setelah itu istrinya pun mendengar sayup-sayup suara bayi tikus dan
mereka harus menemukan sarangnya. Kalau tidak rumah mereka menjadi rumah tikus.
Di akhir cerita mereka melakukan pencarian besar-besaran hingga mencari ke para-para. Mang Maman pun
yang disuruh untuk naik ke para-para untuk mencari bayi-bayi tikus tersebut. Tidak lama kemudian Mang
Maman menemukan bayi-bayi tikus itu dan membawanya keluar dengan kedua genggaman tangannya
sambil menuruni tangga. Lalu sang istri memintanya untuk membunuh dan membuangnya ke tempat
sampah. Namun, Mang Maman tidak ingin membuangnya melainkan ingin membawanya pulang untuk
dijadikan sebagai obat kuat.
Dari bagian-bagian sjuzet cerpen ini, dari rangkaian cerita, penggunaan lokasi dalam cerita dapat diketahui
terdapat pengandaian yang mendasari fabula dalam cerpen ini. Fabula yang digunakan adalah kejadian pada
sebuah kota ada seorang koruptor yang sudah diketahui oleh komisi pemberantas korupsi. Lalu para KPK
mencari cara untuk memberantas para koruptor tersebut. Ketika sudah ditangkap maka ada koruptorkoruptor lainnya yang berkembang.
Tiba-tiba kaki saya diterjan benda dingin yang meluncur kearah televisi, dan saya lihat tikus hitam besar
itu berlari kencang bersembunyi di balik rak buku. Jantung saya nyaris copot, darah naik ke kepala akibat
terkejut, dan otomatis kedua kaki saya angkat keatas.
Baru kemudian muncul kemarahan dan dendam saya. Saya mencari semacam tongkat di dapur, dan hanya
saya temukan sapu ijuk. Sapu itu saya balik memegangnya dan menuju ke arah balik rak buku. Tangan saya
pun amat kebelet memukul habis itu tikus. Namun, tak saya lihat wujud benda apa pun di sana. Mungkin
begejil item telah masuk rak bagian bawah di mana terdapat lubang untuk memasukkan kabel-kabel pada
televisi.
Pada kutipan diatas, terlihat adanya pernyataan dari tokoh utama yaitu suami yang berperan sebagai
anggota komisi pemberantasan korupsi. Pada saat itu koruptor mulai mencurigai bahwa keberadaannya
mulai diketahui sehingga ia lari ke suatu tempat untuk bersembunyi. Namun, pada saat pelariannya itu para
aparat pemberantas korupsi ini pun tahu akan keberadaannya dan ia meminta tolong kepada pihak berwajib
untuk sama-sama melakukan penangkapan. Akan tetapi pada saat tempat itu di datangi oleh para aparat dan
kepolisian, para koruptor ini tidak ada di tempat yang dituju itu. Mungkin ia melarikan diri ke tempat lain,
karena keberadaannya ditempat itu sudah diketahui. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang
melandasi fabula cerpen ini adalah peristiwa pengejaran antara koruptor dengan aparat pemberantas
korupsi.
Teknik penceritaan orang pertama disini menggunakan teknik penokohan analitik yang menunjukkan
bahwa kejadian itu benar-benar dialami oleh tokoh utama. Seorang koruptor yang keberadaanya mulai
diketahui pihak aparat dan kepolisian sehingga melarikan diri dan terjadilah kejar-kejaran antara pihak
kepolisian komisi pemberantas korupsi dengan seorang koruptor.
Tidak ada pengongkretan fakta yang digunakan dalam cerpen ini. Karena banyak pengandaian yang terjadi
tentang tikus dan manusia. Jadi disini ceritanya seolah-olah tikus sebagai koruptor dan manusia sebagai
komisi pemberantasan korupsi dan pihak kepolisian yang ingin menangkap para koruptor yang merajalela.
Seekor tikus menggeliat-geliat melepaskan diri dari karton tebal yang dilumuri lem. Tikus itu benar-benar
musuh istri saya, di beberapa bagian badannya sudah tidak berbulu. Kasihan juga melihat sorot matanya
yang memelas seolah minta ampun.
Pada kutipan di atas, terlihat konflik yang dialami oleh suami atas usahanya menangkap tikus itu. Hal ini
terjadi karena tikus itu sebagai penggangu di dalam rumah tangganya.
Selain itu teknik pengamatan juga dilakukan untuk mengamati kejadian yang ada disekeliling tokoh utama.
Yaitu pada saat tokoh utama berhasil menangkap tikus itu ia pun mengamati tikus itu bawa tikus itu tidak
berbulu dan sorot matanya yang memelas seolah minta ampun. Disini beranggapan bahwa aparat dan
kepolisian telah menangkap koruptor itu dengan jebakan yang sudah direncanakan dan pada saat tertangkap
sang koruptor ini mempunyai banyak alasan bahwa ia bukan koruptor agar tidak dihukum.
“Tadi terdengar didapur saja. Mungkin di atas dapur ini atau dekat-dekat sekitar situ,” sahut istri saya.
Sekitar setengah jam kemudian Mang Maman berteriak dari para-para bahwa bayi-bayi tikus itu ditemukan.
Mang Maman membawa bayi-bayi itu di kedua genggaman tangannya sambil menuruni tangga.
“Ini Bu ada lima. Satu bayi telah mati, yang lain sudah lemas. Lihat, napas mereka sudah tersengal-sengal.”
“Bunuh dan buang ke tempat sampah Mang” kata istri saya.
“Ah, jangan Bu, mau saya bawa pulang.”
“Mau memelihara tikus?” tanya istri saya heran
“Ah ya tidak Bu. Bayi-bayi tikus ini dapat dijadikan obat kuat,” jawab Mang Maman sambil meringis.
Kutipan diatas menunjukkan pemecahan konflik yang dialami suami-istri karena terganggu di rumahnya
dan segera ingin membunuh tikus-tikus itu agar rumahnya aman dari tikus. Hal ini terjadi setelah ia tahu
bahwa ada keberadaan tikus di dalam rumahnya dan tikus-tikus itu tidak akan pernah habis walaupun sudah
dibunuh satu melainkan masih ada bayi-bayinya. Maka kejadiannya sang istri disini berperan sebagai
masyarakat yang sangat tidak suka akan keberadaan koruptor di negaranya dan ia meminta tolong kepada
aparat yang bertugas di komisi pemberantasan korupsi untuk segera menangkap para koruptor. Tetapi sudah
tertangkap satu masih ada bibit-bibit koruptor yang baru dan pada saat ditangkap oleh orang yang bukan
dalam bidangnya. Maka, koruptor-koruptor baru itu pun dibebaskannya dengan alasan bisa di nasehatin dan
diberi masukan agar tidak melakukan hal tersebut dan digunakan untuk membantunya hingga
pembahasanya disebur sebagai obat kuat.
Simpulan
Analisis menggunakan teori Formalisme Rusia pada cerpen ini dapat menunjukkan teknik-teknik yang
digunakan pengarang dalam mendefamiliarisasikan fabula menjadi sjuzet. Teknik yang digunakan adalah
teknik penceritaan orang pertama, teknik penokohan analitik, dan teknik pengamatan. Dari analisis ini pula
diketahui bahwa kejadian yang mendasari fabula dalam cerpen ini adalah kejadian seorang koruptor yang
sudah diketahui oleh komisi pemberantas korupsi. Lalu para KPK mencari cara untuk memberantas para
koruptor tersebut. Ketika sudah ditangkap maka ada koruptor-koruptor lainnya yang berkembang.
Download