Uploaded by User42963

04 Amalia Arifiana Sakti

advertisement
ANALISIS PERKEMBANGAN
MODUL PENERIMAAN
NEGARA
Amalia Arifiana Sakti
5-04
1302170365
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Teknologi informasi banyak membawa perubahan dalam sebuah organisasi. Sistem
informasi akan membantu organisasi agar dapat menyajikan informasi yang lebih akuntabel dan
terpercaya. Sistem informasi akuntansi adalah komponen dan elemen dari suatu organisasi yang
menyediakan informasi bagi pengguna dengan pengolahan peristiwa keuangan (Zare, 2012).
SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara) adalah program reformasi di
bidang keuangan negara. SPAN mengitegrasikan proses bisnis mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga pelaporan keuangan dalam satu aplikasi teknologi informasi dengan
database yang terpusat. SPAN merupakan implementasi dari program Reformasi Penganggaran
dan Perbendaharaan Negara (RPPN) dan merupakan komponen terbesar dari program
Government Financial Management and Revenue Administration Project (GFMRAP) yang
menjadi pondasi untuk reformasi PFM (Public Financial Management) (SPAN, 2012a).
SPAN memiliki berbagai modul antara lain modul perencanaan anggaran (Budget
Preparation), Manajemen DIPA (Management of Spending Authority), Manajemen Komitmen
(Commitment Management), Manajemen Pembayaran (Payment Management), Manajemen
Kas (Cash Management), Manajemen Penerimaan (Management Receipt), Buku Besar dan
Bagan Akun Standar (General Ledger and Chart of Account), dan Pelaporan (Reporting), serta
modul SAKTI.
Penerimaan negara adalah bagian terpenting dari APBN untuk membiayai berbagai
sektor belanja negara. Dalam mendukung penerimaan negara ini, pemerintah menerapkan
Modul Penerimaan Negara (MPN). Pemerintah terus melakukan pengembangan dan perbaikan
MPN agar semakin mempermudah masyarakat.
2. Tujuan Penulisan
- Untuk melihat perkembangan MPN dari generasi ke generasi
- Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing generasi
3. Metode Penulisan
Metode yang dilakukan adalah metode studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan
dengan cara membaca berbagai literatur yang berkaitan dengan materi yang dibahas.
B. PEMBAHASAN
1. Tinjauan Pustaka
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, salah
satu kewenangan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) adalah
menetapkan sistem penerimaan kas negara dan menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan
lainnya dalam rangka pelaksanaan penerimaan negara. Hal ini telah ditetapkan ketentuan
penatausahaan penerimaan negara yaitu diantaranya melalui Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 99/PMK.06/2006 tentang Modul Penerimaan Negara (MPN) dan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan Penerimaan Negara adalah uang yang masuk ke Kas Negara.
Sedangkan Pendapatan Negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99 tahun 2006 tentang Modul Penerimaan
Negara, MPN adalah modul penerimaan yang memuat serangkaian prosedur mulai dari
penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan
pelaporan yang berhubungan dengan penerimaan negara dan merupakan bagian dari Sistem
Penerimaan dan Anggaran Negara.
2. Analisis
Pemerintah merilis MPN sebagai upaya modernisasi pengelolaan penerimaan negara.
Sebelumnya diterapkan MPN, terdapat 3 sistem penerimaan negara yang dioperasikan secara
terpisah, yaitu: Sistem Penerimaan Negara (SISPEN) oleh Ditjen Anggaran/Perbendaharaan,
Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) oleh Ditjen Pajak, dan Sistem Electronic
Data Interchange (EDI) yang dikelola oleh Ditjen Bea dan Cukai. Sistem tersebut menyebabkan
kendala bagi perbankan.
Pada tanggal tahun 2017, pemerintah membelakukan Modul Penerimaan Negara
Generasi Pertama (MPN-G1). Dalam penggunaan sistem MPN-G1, penyetor harus datang ke
bank atau kantor pos yang telah ditunjuk pemerintah untuk menerima setoran penerimaan
negara yang disebut dengan bank/pos persepsi. Penyetor harus membawa surat setoran yang
telah ditentukan cara pengisiannya dan kemudian melakukan pembayaran kepada teller
bank/pos secara langsung. Teller akan membukukan setoran penerimaan negara tersebut ke
dalam aplikasi MPN, kemudian surat setoran asli akan diberi cap Nomor Transaksi Penerimaan
Negara (NTPN) yang menunjukkan bahwa setoran penyetor telah sah tercatat sebagai
penerimaan negara. Kemudian setiap hari seluruh uang setoran penerimaan negara pada
seluruh bank/pos persepsi akan dilimpahkan/ditransfer ke rekening Sub Rekening Kas Umum
Negara (Sub RKUN) di Bank BI setempat. Kemudian pencatatan penerimaan negara oleh teller
pada MPN akan menghasilkan Arsip Data Komputer (ADK) yang setiap H+1 akan dikirimkan ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk dilakukan administrasi setiap setoran yang ada dan kepada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara untuk dilakukan pembukuan secara akuntansi untuk
mempengaruhi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Terhitung sejak 27 Februari 2014, pemerintah menerapkan Modul Penerimaan negara
Generasi Kedua (MPN G-2) pada bank persepsi yang telah ditetapkan melaksanakan sistem
penerimaan negara secara elektronik. MPN G-2 menggunakan surat setoran elektronik, yaitu
surat setoran yang memfasilitasi penerbitan kode billing dalam rangka pembayaran atau
penyetoran penerimaan negara secara elektronik. Sehingga dengan sistem billing, wajib pajak
tidak perlu membuat surat setoran seperti SSP (Surat Setoran Pajak), SSBP (Surat Setoran
Bukan Pajak), SSPB (Surat Setoran Pengembalian Belanja), dan lain sebagainya. Gambar 1
merupakan proses bisnis MPN G-2. Penyetor cukup terkoneksi dengan internet dan mengisi
surat setoran elektronik sesuai biller yang disediakan setelah login. Adapun biller pajak dapat
mengunjungi www.sse.pajak.qo.id, biller untuk PNBP dapat mengunjungi laman
www.simponi.kemenkue.qo.id, sedangkan biller bea dan cukai dapat mengunjungi laman
https://customer.beacukai.qo.id/ dengan kombinasi proses verifikasi menggunakan aplikasi
ceisa. Pada MPN G-2, pembayaran dapat dilakukan melakukan payment channel secara
elektronik, seperti ATM, e-banking, kartu debit/kredit, Electronic Data Capture (EDC), mobile
banking ataupun dating ke teller bank.
Pada tahun 2019, Menteri Keuangan meresmikan MPN G-3 untuk menyempurnakan
sistem yang telah ada. Sistem ini dibangun Kementerian Keuangan dalam rangka mengelola
penerimaan negara secara lebih akurat, tepat waktu, dan memberikan layanan lebih baik kepada
seluruh masyarakat. MPN G-3 mampu melayani setoran penerimaan negara hingga 1.000
transaksi per detik, sangat jauuh jika dibandingkan dengan MPN G-2 yang hanya mampu
melayani setoran penerimaan negara sebanyak 60 transaksi per detik. Diberlakukannya MPN G3 membuat penyetor tidak perlu mengakses portal yang berbeda untuk jenis penerimaan negara
yang berbeda. MPN G-3 mengonsolidasikan semua jenis penerimaan negara dalam satu portal.
Hal itu bertujuan untuk mempermudah penyetor agar tidak perlu mengakses portal yang berbeda
untuk jenis penerimaan negara yang berbeda. Selain itu, penyetoran penerimaan negara pada
MPN G3 juga dapat dilakukan melalui dompet elektronik, transfer bank, virtual account, dan kartu
kredit yang dilaksanakan oleh agen penerimaan yang dikelan dengan lembaga persepsi lainnya
seperti e-commerce, retailer, dan fintech.
3. Hasil
Pemerintah terus melakukan inovasi dan pengembangan terhadap sistem MPN. Setiap
sistem pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikur merupakan kelebihan dan kekurangann
MPN dari generasi pertama sampai ketiga.
Kelebihan
1. Keseragaman sistem
MPN G1
MPN G2
1. Menghindari kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam
perekaman data.
2. Menggunakan Billing System.
3. Pembayaran lebih mudah dan
fleksibel karena tidak perlu
pergi ke bank.
1. Pembayaran lebih fleksibel dan
mudah karena bisa melalui
dompet elektronik.
2. Mampu melayani 1.000
transaksi per detik.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Kekurangan
Rawan terjadinya human error.
Pembayaran tidak fleksibel
Masih menggunkan sistem
manual.
Masih banyak terdapat
kesalahan input.
Masih lemahnya proteksi
sistem
Status transaksi real time
belum terwujud
Masih perlu dikembangkan untuk
dapat diaplikasikan ke pajak ecommerce.
MPN G3
3. Mengonsolidasikan semua jenis
penerimaan sehingga
mempermudah WP dalam
melakukan penyetoran dengan
jenis yang berbeda.
Dari uraian di atas, dapat dilihat perbedaan modul penerimaan negara dari generasi ke generasi.
Sebagai berikut:
MPN G-1
Terpisah-pisah di tiap unit
Kementerian Keuangan
Menggunakan Manual Billing
System
Penyetoran hanya dapat
dilakukan melalui teller
MPN G-2
Single database
MPN G-3
Single database
Menggunakan
Electronic
Billing System
Penyetoran bisa melalui ATM,
e-banking, kartu debit/kredit,
EDC, mobile banking, atau
teller bank.
Menggunakan
Electronic
Billing System.
Penyetoran dapat melalui
dompet elektronik, transfer
bank, virtual account, dan
lembaga persepsi lainnya
seperti e-commerce.
Multi currencies
Konversi ke mata uang Multi currencies
rupiah
Terbatas pada jam kerja
Tidak terbatas pada jam kerja.
Dapat melayani 60 transaksi
per detik
Membuat billing ke masingmasing portal
Tidak terbatas pada jam
kerja. Dapat melayani 1.000
transaksi per detik.
Dapat
membuat
dan
membayar semua billing
dalam satu portal.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Sistem modul penerimaan negara dibuat dengan tujuan mengintegrasikan sistem
penerimaan negara yang selama ini terpisah pada masing-masing unit Eselon 1. Pemerintah
merilis MPN sebagai upaya modernisasi pengelolaan penerimaan negara. Sebelumnya
diterapkan MPN, terdapat 3 sistem penerimaan negara yang dioperasikan secara terpisah.
Pertumbuhan teknologi yang cepat, menuntut MPN untuk melakukan pembaharuan mengikuti
perkembangan teknologi.Telah banyak perubahan yang dilakukan dan tentunya perubahan
tersebut bertujuan agar MPN semakin efektif dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
untuk menyetorkan penerimaan negara. Perubahan MPN G1 ke MPN G2 dirasa cukup signifikan
karena sejak diberlakukan MPN G2, masyarakat tidak harus datang ke bank untuk melakukan
pembayaran. Masyarakat hanya perlu terhubungan dengan jaringan internet lalu pembayaran
dapat diproses. Akan tetapi, sering terjadi down server pada saat akhir tahun karena jumlah
penyetor meningkat. Oleh karena itu, pemerintah merilis MPN G3 sebagai penyempurna MPN
G3.
2. Daftar Pustaka
Nufransa Wira Sakti. 2019. MPN G3: Portal Penerimaan Negara yang Andal. [Internet].
Tersedia di: https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-mpn-g3
portalpenerimaan-negara-yang-andal/.
Levana Dhia Prawati. 2018. Modul Penerimaan Negara Generasi 2 (MPN G2) – Part 3:
Perkembangan MPN G1 ke MPN G2. [Internet]. Tersedia di:
https://accounting.binus.ac.id/2018/11/26/modul-penerimaan-negara-generasi-2-mpn-g2part-3-perkembangan-mpn-g1-ke-mpn-g2/.
Download