Uploaded by Deni Budiani Permana

Riyanto, dkk. (2015)

advertisement
Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan
Vol. 2, No. 1, Juni 2015
ISSN 2355-9683
MODEL SUPERVISI KLINIS BERBASIS “OJT” SEBAGAI LAYANAN
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN EVALUASI
PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF
Agus Riyanto,1 Samsudi,2 Fakhruddin2
1
SMK Negeri 2 Wonogiri
Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
2
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pelaksanaan model supervisi klinis berbasis
“OJT” terhadap peningkatan kemampuan penilaian praktik guru produktif. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode Research and Development dengan analisis pendekatan kualitatif
untuk mendeskripsikan data yang diperoleh saat penelitian pendahuluan dan pelaksanaan desain
model. Sedangkan pendekatan kuantitatif untuk menguji hubungan antar variabel setelah desain
diujicobakan. Ujicoba terbatas untuk mengukur keefektifan model supervisi pada peningkatan
kemampuan penilaian praktik guru produktif . Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
supervisi klinis saat ini telah diterapkan oleh pengawas tetapi penerapan dan hasilnya belum
maksimal karena beberapa kelemahan sehingga perlu dikembangkan supervisi klinis dengan
beberapa perubahan agar dapat diterapkan dan memperoleh hasil yang lebih baik.
© 2014 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan
Kata Kunci: Pengawas Pendidikan; Supervisi Klinis; On the job Training; Penilaian Praktik; Guru
Produktif
PENDAHULUAN
Peran pengawas pendidikan dalam melaksanakan kewajibannya membina guru dan kepala
sekolah dengan menyelenggarakan supervisi akademik dan manajerial sangat dibutuhkan dalam
menjaga dan meningkatkan mutu kualitas pendidikan. Supervisi adalah pengawasan profesional,
artinya suatu pekerjaan yang dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan atau dapat
disimpulkan bahwa supervisi atau pengawasan dalam pendidikan adalah bantuan profesional
kesejawatan yang dilakukan melalui dialog kajian masalah pendidikan untuk menemukan solusi
dalam meningkatkan kemampuan profesional kepala sekolah, guru dan staf sekolah lainnya guna
mempertinggi kinerja sekolah menuju tercapainya mutu pendidikan. Jenis supervisi yang diberikan
kepada guru yang bersifat bantuan dengan tujuan untuk mengatasi masalah-masalah dalam
pengajaran disebut supervisi klinis Makawimbang (2013:35). Salah satu ketrampilan guru yang perlu
ditingkatkan khususnya pada guru SMK adalah kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi
pembelajaran yang meliputi pengembangan instrumen penilaian unjuk kerja siswa, prosedur
penggunaan instrumen-instrumen tersebut dan cara pelaporan hasil-hasil penilaiannya. Ketiga
komponen proses penilaian ini sangat berguna bagi guru untuk dapat menjalankan proses
pembelajaran berbasis standar kompetensi di kelas dan di laboratorium. Dalam pelaksanaannya
sistem penilaian ini relatif lebih rumit karena harus melakukan tes teori, tes unjuk kerja dan
MODEL SUPERVISI KLINIS BERBASIS “OJT” SEBAGAI LAYANAN PENINGKATAN KOMPETENSI
GURU MELAKSANAKAN EVALUASI PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF
Agus Riyanto
1
penilaian sikap, hal inilah yang menyebabkan guru enggan untuk melaksanakan dan menyusun
administrasi penilaian. Hasil survei awal banyak guru di SMK belum melakukan sistem penilaian
dengan KBK dalam konteks inilah pengawas sekolah diperlukan untuk melakukan supervisi
akademik dan meningkatkan kemampuan dalam penilaian hasil belajar.
Permasalahan kepengawasan yang muncul dilapangan seperti yang diteliti oleh Widodo
(2007), menemukan bahwa pelaksanaan supervisi oleh pengawas di Indonesia masih jauh dari teori
supervisi karena supervisi yang berlangsung selama ini masih cenderung kepada inspeksi atau
pengawasan saja. Pengawasan yang dilakukan juga tidak rutin serta terkesan mencari-cari kesalahan
dari guru. Kegiatan supervisi tidak sesuai dengan kebutuhan guru. Permasalahan tersebut muncul
karena adanya kendala-kendala baik secara struktur dan kultur. Secara struktur sebutan untuk orang
yang melaksanakan supervisi adalah pengawas bukan supervisor, hal ini menyebabkan paradigma
pemikiran mengarah ke inspeksi. Kendala lainnya adalah ruang lingkup dari pekerjaan pengawas
cenderung menekankan pada aspek administratif, latar budaya kultural seperti budaya ewuhperkewuh menjadikan guru dan pengawas tidak terbuka dalam proses supervisi.
Kondisi yang ada saat ini jumlah pengawas pendidikan yang tidak seimbang dengan jumlah
sekolah dan guru yang harus diawasi menjadikan beban tugas pengawas menjadi sangat berat dan
akhirnya tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan prosedur rancangan penelitian dan pengembangan (Research and
Development). Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan data-data yang
diperoleh saat penelitian pendahuluan, pelaksanaan desain model, dan berbagai data kualitatif
lainnya. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji hubungan antar variabel
setelah desain diujicobakan. Metode ini dipilih untuk mengembangkan model layanan supervisi
berbasis untuk guru produktif dalam peningkatan kemampuan penilaian praktik di SMK. Temuan
model didasarkan pada data kualitatif dan kuantitatif sehingga dapat membantu memecahkan
masalah peningkatan kemampuan penilaian praktik.
Prosedur Pengembangan
Sugiyono (2012:434), menyebutkan bahwa ada tiga tahap kegiatan penelitian dan
pengembangan. Tahap 1 adalah tahap studi pendahuluan, tahap 2 tahap studi pengembangan dan
tahap 3 adalah tahap evaluasi. Pada penelitian ini dibatasi hanya sampai pada tahap
pengembangan. Model pengembangan dalam penelitian ini, tergolong model procedural yaitu
bersifat deskriptif yaitu menggariskan langkah langkah yang harus di ikuti untuk menghasilkan
produk. Pengembangan model prosedural diperoleh dari data model faktual kekurangan dan
kelebihan pada supervisi klinis pengawas sekolah.
Studi Pendahuluan
Tahap ini melakukan kajian pustaka dan melihat langsung ke lapangan tentang pelaksanaan
supervisi klinis pengawas SMK di Kabupaten Wonogiri yang dilaksanakan pada saat ini. Kegiatan
yang dilakukan meliputi: 1) menganalisis buku sumber untuk menemukan landasan konsep model
supervisi akademik; 2) melakukan wawancara dan observasi kepada sumber data yaitu pengawas
sekolah dan guru-guru; 3) mengumpulkan data, memilah data, melaksanakan triangulasi data,
mereduksi data untuk dianalisis dan dideskripsikan sehingga ditemukan model faktual. Rangkaian
kegiatan tersebut akan menemukan model faktual yang digunakan untuk menjawab rumusan
masalah penelitian yang pertama.
2
Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan
Vol. 2. No. 1. (2015)
Studi Pengembangan
Tahap pengembangan dan hasil ini dilakukan dengan kegiatan meliputi: 1) penyusunan draft
desain model pengembangan supervisi akademik; 2) validasi ahli; 3) evaluasi dan perbaikan draft
desain model pengembangan; 4) uji coba terbatas; 5) evaluasi dan perbaikan desain model
pengembangan untuk menghasilkan model hipotetik.
Penyusunan Draf Model Supervisi
Penyusunan draft desain model supervisi akademik berdasarkan hasil hasil studi
pendahuluan. Studi pendahuluan menemukan fakta-fakta kelebihan dan kekurangan model faktual
supervisi akademik. Dari hal tersebut maka disusun suatu draft desain model pengembangan
supervisi klinis.
Validasi Ahli
Validitas desain merupakan proses proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk
secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak, dikatakan secara rasional karena
validasi disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan.
Validasi produk dapat dilakukan dengan model validasi delfi yaitu karena sulitnya untuk
mempertemukan para ahli dalam satu forum sehingga validasi dilakukan masing-masing pakar atau
ahli secara terpisah.
Evaluasi dan perbaikan Draft
Kegiatan validasi model yang dilakukan akan menghasilkan saran dan masukan dari berbagai
pihak yang dilibatkan untuk perbaikan sehingga menghasilkan desain model pengembangan
supervisi klinis yang akan diterapkan dalam langkah penelitian berikutnya.
Uji Coba Terbatas
Selanjutnya desain model pengembangan supervisi klinis diujicoba secara terbatas untuk
menjawab rumusan masalah penelitian yang ketiga. Tujuan utama langkah ini adalah untuk
mengetahui seberapa efektifkah hasil penerapan desain model pengembangan supervisi klinis.
Untuk itu maka penelitian pada tahap ini di gunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan
rancangan penelitian pra eksperimen bentuk One Group Pretest-Posttest Design (Samsudi, 2009:73).
Bagan rancangan penelitian eksperimen tersebut adalah:
Tabel 1. Rancangan penelitian
Pra-tes (sebelum penerapan
model supervisi hasil
pengembangan)
Perlakuan
(Variabel Bebas)
Pasca-test (setelah penerapan model
supervisi hasil pengembangan)
Y
X
Y
Hasil uji coba terbatas di analisis tingkat keefektifannya. Kemudian melakukan evaluasi dan
perbaikan terhadap desain model supervisi yang dikembangkan. Perbaikan yang dilakukan bersifat
penyempurnaan bukan pada bagian-bagian pokok, untuk selanjutnya didapatkan hasil sebuah model
hipotetik.
MODEL SUPERVISI KLINIS BERBASIS “OJT” SEBAGAI LAYANAN PENINGKATAN KOMPETENSI
GURU MELAKSANAKAN EVALUASI PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF
Agus Riyanto
3
Subyek Uji Coba
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dan Subyek uji coba produk dalam
penelitian adalah guru-guru SMK program teknik otomotif yang diambil dengan dasar pengisian
angket supervisi klinis untuk mengikuti On the Job Training dari 6 SMK yang ada di Kecamatan
Wonogiri, hal ini untuk mempermudah dan menghemat biaya karena proses On the Job Training
dilaksanakan di SMKN 2 Wonogiri.
Tabel.2 Subyek uji coba
No
Nama Sekolah
Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SMK Pancasila 1
SMK Gajah Mungkur 1
SMK PGRI 1
SMK N 2 Wonogiri
SMK Gajah MungkurWuryantoro
SMK Pancasila 10 Wuryantoro
1
1
1
2
1
1
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisa dari data penelitian pendahuluan diperoleh kesimpulan bahwa supervisi klinis telah
dijalankan akan tetapi belum maksimal karena adanya beberapa kelemahan dan adanya hambatan
dilapangan, antara lain :
1. Belum adanya sifat terbuka dari guru-guru tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam
menjalankan tugas dan kebutuhan-kebutuhan apa yang diperlukan.
2. Belum adanya persepsi dari guru bahwa pengawas adalah mitra guru dalam mengatasi kesulitan
pembelajaran yang siap membantu setiap kesulitan guru.
3. Belum melibatkan Profesional, Praktisi, atau Guru senior dalam pelaksanaan supervisi
4. Pengawas sekolah yang tidak memiliki latar belakang yang sesuai dengan kebutuhan guru yaitu
dengan beragamnya program keahlian pada sekolah kejuruan memerlukan keahlian khusus dari
pengawas
5. Belum adanya pemetaan kompetensi guru yang perlu untuk dibina atau diperhatikan oleh
pengawas sekolah untuk diadakan upaya peningkatan.
Pengembangan supervisi on the job training yang dilakukan antara lain :
1. Untuk dapat menggali kebutuhan guru akan pembinaan dan bimbingan dari pengawas maka
pada supervisi klinis on the job training menggunakan angket yang dibagikan kepada guru-guru
yang menjadi binaan pengawas tersebut, angket dapat berupa keseluruhan dari aspek tugas
pembelajaran guru ataupun pada salah satu aspek saja.
2. Pemberian supervisi klinis didasarkan atas persepsi awal dari pengawas yang melihat adanya
kebutuhan guru atas suatu aspek tertentu sehingga pengawas menawarkan kepada guru yang
menjadi binaanya,
3. Untuk mengatasi jumlah pengawas yang sedikit dan kompetensi pengawas yang kurang dalam
aspek tertentu maka supervisi on the job training memanfaatkan guru-guru senior dan guru yang
memiliki kemampuan lebih dalam bidangnya untuk menjadi tutor atau sumber belajar bagi guruguru yang membutuhkan sehingga pengawas hanya bertugas mengkoordinasikan dan memantau
pelaksanaan proses supervisi.
4
Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan
Vol. 2. No. 1. (2015)
Validasi Model
Hasil dari penilaian 4 validator diperoleh skor rata-rata: 30 dari nilai maksimal 40
menunjukkan predikat penilaian baik dengan sedikit revisi, dari saran dan masukan tim ahli.
Model Final
Revisi model dilakukan dengan mempertimbangkan saran dan masukan tim ahli maka model
hipotetik diperbaiki menjadi model final.
Gambar.3 Model Supervisi Klinis On The Job Training
Uji Coba Terbatas
Uji coba model pelaksanaan supervisi klinis berbasis on the job training untuk meningkatkan
kemampuan penilaian praktik bagi guru produktif SMK di Kabupaten Wonogiri, tahap uji coba
terdiri dari:
a. Tahap penelusuran kebutuhan guru,
Dalam penelitian ini untuk menelusuri kebutuhan guru digunakan subyek penelitian 36 guru teknik
otomotif yang ada di Wonogiri dengan cara memberikan angket untuk mengukur kemampuan
penilaian sehingga didapat 6 nama guru yang diambil dari masing-masing sekolah yang
mendapatkan nilai angket terendah yang akan diikutkan dalam proses penelitian berikutnya.
Tabel .3 Daftar peserta on the job training
No
(kode)Subyek
Penelitian
Jumlah Skor Perolehan
Angket
1
2
3
4
5
6
X1
X2
Z2
S2
R3
T8
72
71
63
77
70
73
b. Tahap Pelaksanaan,
Tahap ini terdiri dari tahap pertemuan awal dan tahap pelaksanaan magang. Dari tahap pertemuan
awal pengawas dan guru magang megadakan diskusi yang membahas tentang aspek-aspek supervisi
yang akan ditingkatkan, kelemahan dan konfirmasi kemampuan penilaian praktik yang selanjutnya
MODEL SUPERVISI KLINIS BERBASIS “OJT” SEBAGAI LAYANAN PENINGKATAN KOMPETENSI
GURU MELAKSANAKAN EVALUASI PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF
Agus Riyanto
5
data konfirmasi ini nantinya digunakan sebagai data awal yang mengukur kemampuan penilaian
praktik guru yang lebih rinci dan digunakan sebagai data pre-test. Selanjutnya guru melaksanakan
magang dengan bimbingan guru sumber atau guru ahli yang ditunjuk dengan materi penilaian
praktik.
Tabel. 4 Nilai hasil Pre-test Kemampuan Penilaian Praktik
Pretest
Responden
X1
Nilai Total
5
Rata-Rata
0,42
Prosentase
41,7
X3
6
0,50
50,0
Z2
3
0,25
25,0
S2
2
0,17
16,7
R3
2
0,17
16,7
T8
2
0,17
16,7
c. Tahap Evaluasi,
pada tahap ini ada 2 hal yang dilaksanakan yaitu observasi dan pertemuan balikan, saat observasi
pengawas melakukan observasi kepada guru magang yang telah kembali mengajar di sekolah
asalnya, dari data hasil observasi diperoleh data post-test, dan setelah pelaksanaan observasi
pengawas akan memberikan masukan kepada guru magang dan umpan balik.
Tabel 5 Nilai Hasil Post-test Kemampuan Penilaian Praktik
Posttest
Responden
Nilai Total
Rata-Rata
Prosentase
X1
10
0,83
83,3
X3
11
0,92
91,7
Z2
10
0,83
83,3
S2
11
0,92
91,7
R3
11
0,92
91,7
T8
11
0,92
91,7
Tingkat Keefektifan Desain Model
Keefektifan model diambil berdasarkan evaluasi dan observasi terhadap hasil proses supervisi
dengan membandingkan nilai pre-test dan post-test dapat diketahui bahwa perbedaan skor antara skor
pre-tes dan post-tes adalah 44 dimana rata-rata skor pre-test adalah 3,33 dan rata-rata skor post test
adalah 10,66. Nilai presentase pre-test 27,8% dan nilai presentase postt-est 88,9% sehingga terjadi
kenaikan sebesar 61%
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini untuk mengetahui kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian
praktik pada guru produktif diukur dengan 12 indikator dan dari masing-masing indikator
kemampuan penilaian ada yang terjadi peningkatan dan ada yang tetap yaitu :
1.Guru membuat alat penilaian praktek disini setiap guru telah memiliki alat penilaian
praktek berupa lembar penilaian akan tetapi tidak semua memiliki format yang sama, tergantung
dari sekolah masing-masing bagaimana membuat format penilaian praktek, sehingga setelah
pelaksanaan proses supervisi klinis on the job training setiap guru memiliki alat penilaian tetapi
6
Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan
Vol. 2. No. 1. (2015)
dengan format penialain yang sama yang mencakup penilaian pengetahuan, sikap dan ketrampilan
dengan sklala prosentase tertentu.
2. Alat penilaian yang ada sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran, pada indikator
kemampuan penilaian ini ada salah satu guru yang telah memiliki akan tetapi tidak tahu dari mana
memperolehnya, sehingga dengan proses supervisi klinis berbasis OJT diberikan cara bagaimana
menyusun indikator dari SKKNI (Standart Kompetensi Kejuruan Nasional Indonesia) menjadi
tujuan pembelajaran dan indikator penilaian. Setelah pelaksanaan observasi terjadi peningkatan
83% bahwa setiap guru mampu membuat alat penilaian sesuai indikator dan tujuan pembelajaran.
3. Menyusun kriteria penilaian dan rubrik penskoran, indikator ini dari 6 guru magang
semuanya mengalami kesulitan sehingga diberikan cara menentukan besaran skor sesuai dengan
urutan kerja, tingkat kesulitan, dan penggunaan peralatan kerja, keselamatan kerja dan kebersihan
lingkungan.
4.Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, dengan melihat peta kompetensi
kejuruan 5 guru telah mampu menunjukkan kompetensi yang akan dicapai dari sebuah
kompetensiyang diajarkan, dan pada pelaksanaan observasi semua guru menjadi mampu karena
diberi materi tentang peta kompetensi kejuruan, terjadi peningkatan 17%
5.Penilaian ketrampilan melalui kinerja dilakukan dengan pengamatan kinerja murid melalui
ketercapaian tujuan pembelajaran, ditandai dengan pembuatan report sheet sebagai bukti kinerja.
Pada indikator ini terjadi peningkatan kemampuan guru sebesar 50%
6. Guru dapat mengetahui ketuntasan kelompok dan ketuntasan individu dari nilai ulangan
dibuktikan dengan adanya daftar nilai dan KKM, dimana nilai ketuntasan minimal individu adalah
76 dan ketuntasan klasikan adalah jika 85 % dari jumlah siswa memperoleh daya serap lebih dari
75%, serta remidial klasikal diberikan pada item soal atau pekerjaan yang daya serapnya kurang dari
70%. Atau sesuai dengan KKm sekolah masing-masing berdasar kondisi bengkel dan peralatannya.
Pada indikator ini awalnya 16,7% menjadi 100%.
7. Guru menyusun program perbaikan baik perbaikan proses maupun hasil pengayaan, pada
indikator ini berdasarkan hasil analisa nilai ditentukan remidial dan pengayaan dengan materi soal
pengembangan mauoun pengulangan materi yang telah diberikan, dan untuk pengayaan dengan
memberikan materi tambahan pada siswa yang telah lulus kompetensi. Pada indikator ini awalnya
16,7% menjadi 100%.
8. Guru menunjukkan hasil analisis penilaian dan menunjukkan topik kompetensi yang sulit
untuk keperluan remidial, dengan pengolahan nilai menggunakan aplikasi window exel
mempermudah guru untuk mengonal nilai praktek menjadi nilai kompetensi sehingga dari awalnya
16,7 % guru yang mampu akhirnya semua guru (100%) bisa mengolah nilai dan layak ditunjukkan
kepada siswa.
9. Guru memiliki dokumen proses penilaian lengkap sampai nilai akhir, dengan penyusunan
Job Sheet, Report Sheet, Lembar penilaian Praktek, maka dari awal sampai akhir peoses penilaian
telah terangkum dengan lengkap sehingga dai 33,3% menjadi 100% guru memiliki dokumen
penilaian lengkap.
10. Guru memiliki rekaman hasil identifikasi KD yang tinggi dan yang rendah, dari daftar
nilai dapat ditentukan presentase kelulusan tiap KD sehingga hal ini dapat digunakan sebagai dasar
penentuan tingkat ketercapaian masing-masing kompetensi dasar. Terjadi peningkatan dari 16,7 %
menjadi 100%.
11. Guru memanfaatkan hasil penilaian untuk memperbaiki pembelajaran yang akan datang,
dengan rekaman ketercapaian masing-masing KD guru akan mengetahui kekurangan dari
pembelajaran yang telak dilaksanakan sehingga ada sebuah catatan untuk perbaikan pada tiap-tiap
KD. Ada peningkatan dari 16,7% menjadi 100%.
MODEL SUPERVISI KLINIS BERBASIS “OJT” SEBAGAI LAYANAN PENINGKATAN KOMPETENSI
GURU MELAKSANAKAN EVALUASI PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF
Agus Riyanto
7
12. Guru memiliki RPP yang merupakan hasil perbaikan /perubahan setelah dilakukan
analisis identifikasi nilai KD, pada kesempatan pelaksanaan supervisi klinis berbasis on the job
training ini dilakukan hanya dalam waktu 2 hari sehingga belum mampu menyentuh pada
pembahasan RPP dan penyusunan RPP revisi yang didasarkan pada kekurangan pembelajaran saat
awal. Sehingga dari peneliti dan pengawas sepakat tidak membahas tentang kepemilikan RPP
perbaikan.
Sehingga dari 12 indikator kemampuan penilaian praktik produktif ada 11 indikator yang
dihitung dan diprosentase dan secara keseluruhan dari 6 guru yang magang memiliki peningkatan
kemampuan yang awalnya 27,8 % menjadi 88,9 % atau terjadi peningkatan 61 %.
SIMPULAN
Pengembangan model layanan supervisi klinis berbasis OJT dalam penelitian ini pada teknik
dan langkah pelaksanaan sehingga lebih mudah dan dapat diterapkan yaitu dengan tiga tahap
utama, yaitu :(1) berangkat berdasarkan indikasi kebutuhan bantuan yang diperlukan oleh guru yang
dapat ditangkap oleh pengawas dan dilanjutkan penawaran bantuan oleh pengawas kepada guru
yang merasa membutuhkan, (2) bantuan diawali dengan tatap muka langsung antar guru dan
pengawas sebagai klarifikasi awal dan dilanjutkan proses magang sesuai dengan kebutuhan guru
pada aspek yang akan ditingkatkan, (3) diakhiri dengan observasi dan umpan balik antara guru dan
pengawas. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ditampilkan maka ada beberapa simpulansimpulan pokok yang menjadi temuan dari penelitian.
Kelemahan dari model layanan supervisi berbasis OJT ini antara lain: 1) padatnya rutinitas
kegiatan guru dan agenda sekolah sehingga guru akan kesulitan waktu dalam menentukan jadwal
pelaksanaan magang, 2) belum adanya anggaran atau pembiayaan dari sekolah atau dinas
pendidikan untuk pelaksanaan layanan magang ini sehingga guru perlu mengeluarkan biaya mandiri
dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2002. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Pusat Kurikulum- Balitbang Depdiknas.
Kusnandar.2007.Guru Profesional Implementasi KTSP Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Makawimbang, JH.2013.Supervisi Klinis teori dan pengukurannya analisis di bidang pendidikan. Bandung: Alfa Beta
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sahertian,P. 2000. Konsep dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta
Sudijono, A. 2009.Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :Rajawali Pers
Sudiyatno. 2010. “Pengembangan model Penilaian Komprehensif Unjuk Kerja Siswa Pada Pembelajaran
Berbasis Standart Kompetensi Di SMK Teknologi Industri” Disertasi. Yogyakarta : PPS UNY
Sudjana, N. 2012a. Pengawas dan Kepengawasan. Bekasi: Binamitra – Publishing
Sudjana, N. 2012b. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasi Bagi Pengawas. Bekasi : Binamitra – Publishing
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Manajemen. Jakarta :Alfabeta.
Menjadi
Guru
Profesional.
Usman,M.
Uzer.2005.
Bandung:
Remaja
Rosda
Karya
8
Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan
Vol. 2. No. 1. (2015)
Download