Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 2, No. 1, Juni 2015 ISSN 2355-9683 MODEL SUPERVISI KLINIS BERBASIS “OJT” SEBAGAI LAYANAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN EVALUASI PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF Agus Riyanto,1 Samsudi,2 Fakhruddin2 1 SMK Negeri 2 Wonogiri Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang 2 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pelaksanaan model supervisi klinis berbasis “OJT” terhadap peningkatan kemampuan penilaian praktik guru produktif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Research and Development dengan analisis pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan data yang diperoleh saat penelitian pendahuluan dan pelaksanaan desain model. Sedangkan pendekatan kuantitatif untuk menguji hubungan antar variabel setelah desain diujicobakan. Ujicoba terbatas untuk mengukur keefektifan model supervisi pada peningkatan kemampuan penilaian praktik guru produktif . Hasil penelitian menunjukkan bahwa model supervisi klinis saat ini telah diterapkan oleh pengawas tetapi penerapan dan hasilnya belum maksimal karena beberapa kelemahan sehingga perlu dikembangkan supervisi klinis dengan beberapa perubahan agar dapat diterapkan dan memperoleh hasil yang lebih baik. © 2014 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Kata Kunci: Pengawas Pendidikan; Supervisi Klinis; On the job Training; Penilaian Praktik; Guru Produktif PENDAHULUAN Peran pengawas pendidikan dalam melaksanakan kewajibannya membina guru dan kepala sekolah dengan menyelenggarakan supervisi akademik dan manajerial sangat dibutuhkan dalam menjaga dan meningkatkan mutu kualitas pendidikan. Supervisi adalah pengawasan profesional, artinya suatu pekerjaan yang dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan atau dapat disimpulkan bahwa supervisi atau pengawasan dalam pendidikan adalah bantuan profesional kesejawatan yang dilakukan melalui dialog kajian masalah pendidikan untuk menemukan solusi dalam meningkatkan kemampuan profesional kepala sekolah, guru dan staf sekolah lainnya guna mempertinggi kinerja sekolah menuju tercapainya mutu pendidikan. Jenis supervisi yang diberikan kepada guru yang bersifat bantuan dengan tujuan untuk mengatasi masalah-masalah dalam pengajaran disebut supervisi klinis Makawimbang (2013:35). Salah satu ketrampilan guru yang perlu ditingkatkan khususnya pada guru SMK adalah kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi pengembangan instrumen penilaian unjuk kerja siswa, prosedur penggunaan instrumen-instrumen tersebut dan cara pelaporan hasil-hasil penilaiannya. Ketiga komponen proses penilaian ini sangat berguna bagi guru untuk dapat menjalankan proses pembelajaran berbasis standar kompetensi di kelas dan di laboratorium. Dalam pelaksanaannya sistem penilaian ini relatif lebih rumit karena harus melakukan tes teori, tes unjuk kerja dan MODEL SUPERVISI KLINIS BERBASIS “OJT” SEBAGAI LAYANAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN EVALUASI PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF Agus Riyanto 1 penilaian sikap, hal inilah yang menyebabkan guru enggan untuk melaksanakan dan menyusun administrasi penilaian. Hasil survei awal banyak guru di SMK belum melakukan sistem penilaian dengan KBK dalam konteks inilah pengawas sekolah diperlukan untuk melakukan supervisi akademik dan meningkatkan kemampuan dalam penilaian hasil belajar. Permasalahan kepengawasan yang muncul dilapangan seperti yang diteliti oleh Widodo (2007), menemukan bahwa pelaksanaan supervisi oleh pengawas di Indonesia masih jauh dari teori supervisi karena supervisi yang berlangsung selama ini masih cenderung kepada inspeksi atau pengawasan saja. Pengawasan yang dilakukan juga tidak rutin serta terkesan mencari-cari kesalahan dari guru. Kegiatan supervisi tidak sesuai dengan kebutuhan guru. Permasalahan tersebut muncul karena adanya kendala-kendala baik secara struktur dan kultur. Secara struktur sebutan untuk orang yang melaksanakan supervisi adalah pengawas bukan supervisor, hal ini menyebabkan paradigma pemikiran mengarah ke inspeksi. Kendala lainnya adalah ruang lingkup dari pekerjaan pengawas cenderung menekankan pada aspek administratif, latar budaya kultural seperti budaya ewuhperkewuh menjadikan guru dan pengawas tidak terbuka dalam proses supervisi. Kondisi yang ada saat ini jumlah pengawas pendidikan yang tidak seimbang dengan jumlah sekolah dan guru yang harus diawasi menjadikan beban tugas pengawas menjadi sangat berat dan akhirnya tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan prosedur rancangan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan data-data yang diperoleh saat penelitian pendahuluan, pelaksanaan desain model, dan berbagai data kualitatif lainnya. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji hubungan antar variabel setelah desain diujicobakan. Metode ini dipilih untuk mengembangkan model layanan supervisi berbasis untuk guru produktif dalam peningkatan kemampuan penilaian praktik di SMK. Temuan model didasarkan pada data kualitatif dan kuantitatif sehingga dapat membantu memecahkan masalah peningkatan kemampuan penilaian praktik. Prosedur Pengembangan Sugiyono (2012:434), menyebutkan bahwa ada tiga tahap kegiatan penelitian dan pengembangan. Tahap 1 adalah tahap studi pendahuluan, tahap 2 tahap studi pengembangan dan tahap 3 adalah tahap evaluasi. Pada penelitian ini dibatasi hanya sampai pada tahap pengembangan. Model pengembangan dalam penelitian ini, tergolong model procedural yaitu bersifat deskriptif yaitu menggariskan langkah langkah yang harus di ikuti untuk menghasilkan produk. Pengembangan model prosedural diperoleh dari data model faktual kekurangan dan kelebihan pada supervisi klinis pengawas sekolah. Studi Pendahuluan Tahap ini melakukan kajian pustaka dan melihat langsung ke lapangan tentang pelaksanaan supervisi klinis pengawas SMK di Kabupaten Wonogiri yang dilaksanakan pada saat ini. Kegiatan yang dilakukan meliputi: 1) menganalisis buku sumber untuk menemukan landasan konsep model supervisi akademik; 2) melakukan wawancara dan observasi kepada sumber data yaitu pengawas sekolah dan guru-guru; 3) mengumpulkan data, memilah data, melaksanakan triangulasi data, mereduksi data untuk dianalisis dan dideskripsikan sehingga ditemukan model faktual. Rangkaian kegiatan tersebut akan menemukan model faktual yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian yang pertama. 2 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 2. No. 1. (2015) Studi Pengembangan Tahap pengembangan dan hasil ini dilakukan dengan kegiatan meliputi: 1) penyusunan draft desain model pengembangan supervisi akademik; 2) validasi ahli; 3) evaluasi dan perbaikan draft desain model pengembangan; 4) uji coba terbatas; 5) evaluasi dan perbaikan desain model pengembangan untuk menghasilkan model hipotetik. Penyusunan Draf Model Supervisi Penyusunan draft desain model supervisi akademik berdasarkan hasil hasil studi pendahuluan. Studi pendahuluan menemukan fakta-fakta kelebihan dan kekurangan model faktual supervisi akademik. Dari hal tersebut maka disusun suatu draft desain model pengembangan supervisi klinis. Validasi Ahli Validitas desain merupakan proses proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak, dikatakan secara rasional karena validasi disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dapat dilakukan dengan model validasi delfi yaitu karena sulitnya untuk mempertemukan para ahli dalam satu forum sehingga validasi dilakukan masing-masing pakar atau ahli secara terpisah. Evaluasi dan perbaikan Draft Kegiatan validasi model yang dilakukan akan menghasilkan saran dan masukan dari berbagai pihak yang dilibatkan untuk perbaikan sehingga menghasilkan desain model pengembangan supervisi klinis yang akan diterapkan dalam langkah penelitian berikutnya. Uji Coba Terbatas Selanjutnya desain model pengembangan supervisi klinis diujicoba secara terbatas untuk menjawab rumusan masalah penelitian yang ketiga. Tujuan utama langkah ini adalah untuk mengetahui seberapa efektifkah hasil penerapan desain model pengembangan supervisi klinis. Untuk itu maka penelitian pada tahap ini di gunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian pra eksperimen bentuk One Group Pretest-Posttest Design (Samsudi, 2009:73). Bagan rancangan penelitian eksperimen tersebut adalah: Tabel 1. Rancangan penelitian Pra-tes (sebelum penerapan model supervisi hasil pengembangan) Perlakuan (Variabel Bebas) Pasca-test (setelah penerapan model supervisi hasil pengembangan) Y X Y Hasil uji coba terbatas di analisis tingkat keefektifannya. Kemudian melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap desain model supervisi yang dikembangkan. Perbaikan yang dilakukan bersifat penyempurnaan bukan pada bagian-bagian pokok, untuk selanjutnya didapatkan hasil sebuah model hipotetik. MODEL SUPERVISI KLINIS BERBASIS “OJT” SEBAGAI LAYANAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN EVALUASI PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF Agus Riyanto 3 Subyek Uji Coba Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dan Subyek uji coba produk dalam penelitian adalah guru-guru SMK program teknik otomotif yang diambil dengan dasar pengisian angket supervisi klinis untuk mengikuti On the Job Training dari 6 SMK yang ada di Kecamatan Wonogiri, hal ini untuk mempermudah dan menghemat biaya karena proses On the Job Training dilaksanakan di SMKN 2 Wonogiri. Tabel.2 Subyek uji coba No Nama Sekolah Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. SMK Pancasila 1 SMK Gajah Mungkur 1 SMK PGRI 1 SMK N 2 Wonogiri SMK Gajah MungkurWuryantoro SMK Pancasila 10 Wuryantoro 1 1 1 2 1 1 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisa dari data penelitian pendahuluan diperoleh kesimpulan bahwa supervisi klinis telah dijalankan akan tetapi belum maksimal karena adanya beberapa kelemahan dan adanya hambatan dilapangan, antara lain : 1. Belum adanya sifat terbuka dari guru-guru tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan tugas dan kebutuhan-kebutuhan apa yang diperlukan. 2. Belum adanya persepsi dari guru bahwa pengawas adalah mitra guru dalam mengatasi kesulitan pembelajaran yang siap membantu setiap kesulitan guru. 3. Belum melibatkan Profesional, Praktisi, atau Guru senior dalam pelaksanaan supervisi 4. Pengawas sekolah yang tidak memiliki latar belakang yang sesuai dengan kebutuhan guru yaitu dengan beragamnya program keahlian pada sekolah kejuruan memerlukan keahlian khusus dari pengawas 5. Belum adanya pemetaan kompetensi guru yang perlu untuk dibina atau diperhatikan oleh pengawas sekolah untuk diadakan upaya peningkatan. Pengembangan supervisi on the job training yang dilakukan antara lain : 1. Untuk dapat menggali kebutuhan guru akan pembinaan dan bimbingan dari pengawas maka pada supervisi klinis on the job training menggunakan angket yang dibagikan kepada guru-guru yang menjadi binaan pengawas tersebut, angket dapat berupa keseluruhan dari aspek tugas pembelajaran guru ataupun pada salah satu aspek saja. 2. Pemberian supervisi klinis didasarkan atas persepsi awal dari pengawas yang melihat adanya kebutuhan guru atas suatu aspek tertentu sehingga pengawas menawarkan kepada guru yang menjadi binaanya, 3. Untuk mengatasi jumlah pengawas yang sedikit dan kompetensi pengawas yang kurang dalam aspek tertentu maka supervisi on the job training memanfaatkan guru-guru senior dan guru yang memiliki kemampuan lebih dalam bidangnya untuk menjadi tutor atau sumber belajar bagi guruguru yang membutuhkan sehingga pengawas hanya bertugas mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan proses supervisi. 4 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 2. No. 1. (2015) Validasi Model Hasil dari penilaian 4 validator diperoleh skor rata-rata: 30 dari nilai maksimal 40 menunjukkan predikat penilaian baik dengan sedikit revisi, dari saran dan masukan tim ahli. Model Final Revisi model dilakukan dengan mempertimbangkan saran dan masukan tim ahli maka model hipotetik diperbaiki menjadi model final. Gambar.3 Model Supervisi Klinis On The Job Training Uji Coba Terbatas Uji coba model pelaksanaan supervisi klinis berbasis on the job training untuk meningkatkan kemampuan penilaian praktik bagi guru produktif SMK di Kabupaten Wonogiri, tahap uji coba terdiri dari: a. Tahap penelusuran kebutuhan guru, Dalam penelitian ini untuk menelusuri kebutuhan guru digunakan subyek penelitian 36 guru teknik otomotif yang ada di Wonogiri dengan cara memberikan angket untuk mengukur kemampuan penilaian sehingga didapat 6 nama guru yang diambil dari masing-masing sekolah yang mendapatkan nilai angket terendah yang akan diikutkan dalam proses penelitian berikutnya. Tabel .3 Daftar peserta on the job training No (kode)Subyek Penelitian Jumlah Skor Perolehan Angket 1 2 3 4 5 6 X1 X2 Z2 S2 R3 T8 72 71 63 77 70 73 b. Tahap Pelaksanaan, Tahap ini terdiri dari tahap pertemuan awal dan tahap pelaksanaan magang. Dari tahap pertemuan awal pengawas dan guru magang megadakan diskusi yang membahas tentang aspek-aspek supervisi yang akan ditingkatkan, kelemahan dan konfirmasi kemampuan penilaian praktik yang selanjutnya MODEL SUPERVISI KLINIS BERBASIS “OJT” SEBAGAI LAYANAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN EVALUASI PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF Agus Riyanto 5 data konfirmasi ini nantinya digunakan sebagai data awal yang mengukur kemampuan penilaian praktik guru yang lebih rinci dan digunakan sebagai data pre-test. Selanjutnya guru melaksanakan magang dengan bimbingan guru sumber atau guru ahli yang ditunjuk dengan materi penilaian praktik. Tabel. 4 Nilai hasil Pre-test Kemampuan Penilaian Praktik Pretest Responden X1 Nilai Total 5 Rata-Rata 0,42 Prosentase 41,7 X3 6 0,50 50,0 Z2 3 0,25 25,0 S2 2 0,17 16,7 R3 2 0,17 16,7 T8 2 0,17 16,7 c. Tahap Evaluasi, pada tahap ini ada 2 hal yang dilaksanakan yaitu observasi dan pertemuan balikan, saat observasi pengawas melakukan observasi kepada guru magang yang telah kembali mengajar di sekolah asalnya, dari data hasil observasi diperoleh data post-test, dan setelah pelaksanaan observasi pengawas akan memberikan masukan kepada guru magang dan umpan balik. Tabel 5 Nilai Hasil Post-test Kemampuan Penilaian Praktik Posttest Responden Nilai Total Rata-Rata Prosentase X1 10 0,83 83,3 X3 11 0,92 91,7 Z2 10 0,83 83,3 S2 11 0,92 91,7 R3 11 0,92 91,7 T8 11 0,92 91,7 Tingkat Keefektifan Desain Model Keefektifan model diambil berdasarkan evaluasi dan observasi terhadap hasil proses supervisi dengan membandingkan nilai pre-test dan post-test dapat diketahui bahwa perbedaan skor antara skor pre-tes dan post-tes adalah 44 dimana rata-rata skor pre-test adalah 3,33 dan rata-rata skor post test adalah 10,66. Nilai presentase pre-test 27,8% dan nilai presentase postt-est 88,9% sehingga terjadi kenaikan sebesar 61% PEMBAHASAN Dalam penelitian ini untuk mengetahui kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian praktik pada guru produktif diukur dengan 12 indikator dan dari masing-masing indikator kemampuan penilaian ada yang terjadi peningkatan dan ada yang tetap yaitu : 1.Guru membuat alat penilaian praktek disini setiap guru telah memiliki alat penilaian praktek berupa lembar penilaian akan tetapi tidak semua memiliki format yang sama, tergantung dari sekolah masing-masing bagaimana membuat format penilaian praktek, sehingga setelah pelaksanaan proses supervisi klinis on the job training setiap guru memiliki alat penilaian tetapi 6 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 2. No. 1. (2015) dengan format penialain yang sama yang mencakup penilaian pengetahuan, sikap dan ketrampilan dengan sklala prosentase tertentu. 2. Alat penilaian yang ada sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran, pada indikator kemampuan penilaian ini ada salah satu guru yang telah memiliki akan tetapi tidak tahu dari mana memperolehnya, sehingga dengan proses supervisi klinis berbasis OJT diberikan cara bagaimana menyusun indikator dari SKKNI (Standart Kompetensi Kejuruan Nasional Indonesia) menjadi tujuan pembelajaran dan indikator penilaian. Setelah pelaksanaan observasi terjadi peningkatan 83% bahwa setiap guru mampu membuat alat penilaian sesuai indikator dan tujuan pembelajaran. 3. Menyusun kriteria penilaian dan rubrik penskoran, indikator ini dari 6 guru magang semuanya mengalami kesulitan sehingga diberikan cara menentukan besaran skor sesuai dengan urutan kerja, tingkat kesulitan, dan penggunaan peralatan kerja, keselamatan kerja dan kebersihan lingkungan. 4.Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, dengan melihat peta kompetensi kejuruan 5 guru telah mampu menunjukkan kompetensi yang akan dicapai dari sebuah kompetensiyang diajarkan, dan pada pelaksanaan observasi semua guru menjadi mampu karena diberi materi tentang peta kompetensi kejuruan, terjadi peningkatan 17% 5.Penilaian ketrampilan melalui kinerja dilakukan dengan pengamatan kinerja murid melalui ketercapaian tujuan pembelajaran, ditandai dengan pembuatan report sheet sebagai bukti kinerja. Pada indikator ini terjadi peningkatan kemampuan guru sebesar 50% 6. Guru dapat mengetahui ketuntasan kelompok dan ketuntasan individu dari nilai ulangan dibuktikan dengan adanya daftar nilai dan KKM, dimana nilai ketuntasan minimal individu adalah 76 dan ketuntasan klasikan adalah jika 85 % dari jumlah siswa memperoleh daya serap lebih dari 75%, serta remidial klasikal diberikan pada item soal atau pekerjaan yang daya serapnya kurang dari 70%. Atau sesuai dengan KKm sekolah masing-masing berdasar kondisi bengkel dan peralatannya. Pada indikator ini awalnya 16,7% menjadi 100%. 7. Guru menyusun program perbaikan baik perbaikan proses maupun hasil pengayaan, pada indikator ini berdasarkan hasil analisa nilai ditentukan remidial dan pengayaan dengan materi soal pengembangan mauoun pengulangan materi yang telah diberikan, dan untuk pengayaan dengan memberikan materi tambahan pada siswa yang telah lulus kompetensi. Pada indikator ini awalnya 16,7% menjadi 100%. 8. Guru menunjukkan hasil analisis penilaian dan menunjukkan topik kompetensi yang sulit untuk keperluan remidial, dengan pengolahan nilai menggunakan aplikasi window exel mempermudah guru untuk mengonal nilai praktek menjadi nilai kompetensi sehingga dari awalnya 16,7 % guru yang mampu akhirnya semua guru (100%) bisa mengolah nilai dan layak ditunjukkan kepada siswa. 9. Guru memiliki dokumen proses penilaian lengkap sampai nilai akhir, dengan penyusunan Job Sheet, Report Sheet, Lembar penilaian Praktek, maka dari awal sampai akhir peoses penilaian telah terangkum dengan lengkap sehingga dai 33,3% menjadi 100% guru memiliki dokumen penilaian lengkap. 10. Guru memiliki rekaman hasil identifikasi KD yang tinggi dan yang rendah, dari daftar nilai dapat ditentukan presentase kelulusan tiap KD sehingga hal ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan tingkat ketercapaian masing-masing kompetensi dasar. Terjadi peningkatan dari 16,7 % menjadi 100%. 11. Guru memanfaatkan hasil penilaian untuk memperbaiki pembelajaran yang akan datang, dengan rekaman ketercapaian masing-masing KD guru akan mengetahui kekurangan dari pembelajaran yang telak dilaksanakan sehingga ada sebuah catatan untuk perbaikan pada tiap-tiap KD. Ada peningkatan dari 16,7% menjadi 100%. MODEL SUPERVISI KLINIS BERBASIS “OJT” SEBAGAI LAYANAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN EVALUASI PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF Agus Riyanto 7 12. Guru memiliki RPP yang merupakan hasil perbaikan /perubahan setelah dilakukan analisis identifikasi nilai KD, pada kesempatan pelaksanaan supervisi klinis berbasis on the job training ini dilakukan hanya dalam waktu 2 hari sehingga belum mampu menyentuh pada pembahasan RPP dan penyusunan RPP revisi yang didasarkan pada kekurangan pembelajaran saat awal. Sehingga dari peneliti dan pengawas sepakat tidak membahas tentang kepemilikan RPP perbaikan. Sehingga dari 12 indikator kemampuan penilaian praktik produktif ada 11 indikator yang dihitung dan diprosentase dan secara keseluruhan dari 6 guru yang magang memiliki peningkatan kemampuan yang awalnya 27,8 % menjadi 88,9 % atau terjadi peningkatan 61 %. SIMPULAN Pengembangan model layanan supervisi klinis berbasis OJT dalam penelitian ini pada teknik dan langkah pelaksanaan sehingga lebih mudah dan dapat diterapkan yaitu dengan tiga tahap utama, yaitu :(1) berangkat berdasarkan indikasi kebutuhan bantuan yang diperlukan oleh guru yang dapat ditangkap oleh pengawas dan dilanjutkan penawaran bantuan oleh pengawas kepada guru yang merasa membutuhkan, (2) bantuan diawali dengan tatap muka langsung antar guru dan pengawas sebagai klarifikasi awal dan dilanjutkan proses magang sesuai dengan kebutuhan guru pada aspek yang akan ditingkatkan, (3) diakhiri dengan observasi dan umpan balik antara guru dan pengawas. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ditampilkan maka ada beberapa simpulansimpulan pokok yang menjadi temuan dari penelitian. Kelemahan dari model layanan supervisi berbasis OJT ini antara lain: 1) padatnya rutinitas kegiatan guru dan agenda sekolah sehingga guru akan kesulitan waktu dalam menentukan jadwal pelaksanaan magang, 2) belum adanya anggaran atau pembiayaan dari sekolah atau dinas pendidikan untuk pelaksanaan layanan magang ini sehingga guru perlu mengeluarkan biaya mandiri dalam pelaksanaannya. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2002. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Pusat Kurikulum- Balitbang Depdiknas. Kusnandar.2007.Guru Profesional Implementasi KTSP Jakarta: Raja Grafindo Persada. Makawimbang, JH.2013.Supervisi Klinis teori dan pengukurannya analisis di bidang pendidikan. Bandung: Alfa Beta Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya. Sahertian,P. 2000. Konsep dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta Sudijono, A. 2009.Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :Rajawali Pers Sudiyatno. 2010. “Pengembangan model Penilaian Komprehensif Unjuk Kerja Siswa Pada Pembelajaran Berbasis Standart Kompetensi Di SMK Teknologi Industri” Disertasi. Yogyakarta : PPS UNY Sudjana, N. 2012a. Pengawas dan Kepengawasan. Bekasi: Binamitra – Publishing Sudjana, N. 2012b. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasi Bagi Pengawas. Bekasi : Binamitra – Publishing Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Manajemen. Jakarta :Alfabeta. Menjadi Guru Profesional. Usman,M. Uzer.2005. Bandung: Remaja Rosda Karya 8 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 2. No. 1. (2015)