Uploaded by User41804

LAPORAN PERANCANGAN KAMPUNG NELAYAN LUAR BATANG-PENDAHULUAN, PEMBAHASAN

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia (kebutuhan primer) yang harus
terpenuhi agar manusia dapat sejahtera dan hidup layak sesuai dengan derajat kemanusiaannya.
Permukiman sebenarnya merupakan kebutuhan perorangan (individu) namum dapat berkembang
menjadi kebutuhan bersama jika manusia berkeluarga dan bermasyarakat. Selain sebagai makhluk
individu manusia juga sebagai makhluk sosial maka manusia tidak hidup sendiri – sendiri akan tetapi
hidup bersama dan membentuk kelompok – kelompok, demikian pula halnya dengan rumah tempat
tinggalnya akan dibangun secara bersama – sama sehingga berkelompok atau tersebar dalam suatu
wilayah, dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang diperlukan penghuninya, selanjutnya disebut
dengan permukiman (settlement). Dalam dimensi permukiman, secara harfiah pola permukiman dapat
diartikan sebagai susunan (model) tempat tinggal suatu daerah. Model dari pengertian – pengertian
permukiman mencakup didalamnya susunan dari pada persebaran permukiman. Pengertian pola
permukiman dan persebaran permukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Persebaran
permukiman menekankan pada hal yang terdapat permukiman, dan atau dimana tidak terdapat
permukiman dalam suatu wilayah (Sumaatmadja, 1981 dalam Banowati 2006).
Perkembangan permukiman sangat dipengaruhi oleh penghuni permukiman itu sendiri. Dengan
adanya pertumbuhan penduduk yang semakin pesat akan mengakibatkan kebutuhan permukiman
semakin besar. Masalah ini hampir terjadi disetiap daerah perkampungan, karena kampung merupakan
daerah yang sangat dinamis yaitu pertumbuhan penduduknya setiap hari semakin bertambah banyak,
sehingga daerah perkampungan menghadapi ancaman semakin tingginya kepadatan penduduk dan
kepadatan bangunan tempat tinggal yang merupakan indikator penurunan kualitas lingkungan
permukiman. Bertambahnya jumlah penduduk maupun kegiatan penduduk telah menuntut
bertambahnya ruang untuk mengakomodasi permukiman maupun bangunan – bangunan yang dapat
mewadahi kegiatan tersebut.
Kawasan Kampung Nelayan Luar Batang terletak di kawasan permukiman padat penduduk
Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, dikenal dengan situs bangunan
bersejarah berupa Masjid Luar Batang merupakan salah satu bangunan sejarah tua yang ada di Jakarta.
Sejarah berdirinya Masjid Luar Batang tak terlepas dari Habib Husein bin Abu Bakar bin Abdillah Al„Aydrus. Habib ini kemudian dikenal dengan nama Habib Keramat Luar Batang. Meski usianya sudah
ratusan tahun, masjid ini tetap penuh oleh jemaahnya. Tak hanya dating untuk shalat Jum‟at, adapula
warga yang sengaja datang untuk berziarah. Makam Habib Husein Luar Batang tidak pernah ditutup
1
dan selalu dibuka setiap hari, terlebih jika hari besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra‟ Mi‟raj,
Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri & Idul Adha, serta Haul Habib Husain Luar Batang.
Permukiman Luar Batang sudah ada sejak abad ke-4. Banyak suku – suku di Nusantara berbaur
di daerah ini saat masa itu karena dekat dengan Pelabuhan Sunda Kelapa yang menjadi satu – satunya
akses berdagang. Saat ini penduduk di sekitar lokasi berdasarkan data kependudukan mayoritas
berprofesi sebagai nelayan. Kondisi permukiman di kampung Luar Batang tidak tertata, banyak
bangunan – bangunan yang tidak bersertifikat dan terdapat beberapa bangunan yang tidak sesuai
dengan peruntukan guna lahan yang didirikan di sekitar wilayah tersebut.
Oleh karena itu, perlunya penataan kawasan yang sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang
Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta serta penerapan green waterfront dalam penataan kampung
nelayan luar batang sebagai objek wisata bahari. Pengertian waterfront adalah suatu area yang
berbatasan dengan air yang memiliki kontak fisik dan visual dengan air laut, sungai, danau dan badan
air lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan pengembangan waterfront adalah suatu usaha penataan
dan pengembangan bagian atau kawasan kota yang skala kegiatan dan fungsi yang ada sangat beragam
dengan intensitas tinggi sebagai kegiatan perkotaan baik untuk fungsi perumahan, pelabuhan dan
perdagangan komersial dan industri hingga kawasan wisata.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan dirumuskan dan dipecahkan
dalam laporan ini antara lain:
1.
Bagaimana penataan kawasan Kampung Nelayan Luar Batang sebagai objek wisata
bahari?
2.
Bagaimana rekomendasi Urban Design Guidelines (UDGL) kawasan Kampung Nelayan
Luar Batang?
1.3.
Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari penataan sebagai objek wisata pada kawasan Kampung Nelayan Luar Batang,
Jakarta Utara adalah:
1.
Memaparkan penataan kawasan Kampung Nelayan Luar Batang, Penjaringan Jakarta Utara
sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta serta
memperhatikan potensi kawasan untuk dapat dikembangkan menjadi objek wisata bahari.
2.
Memaparkan Urban Design Guidelines (UDGL) Kampung Nelayan Luar Batang,
Penjaringan Jakarta Utara.
2
Sasaran
strategis yang dicapai dari penataan kawasan Kampung Nelayan Luar Batang,
Penjaringan Jakarta Utara antara lain:
1.
Menumbuhkan, menghidupkan kawasan Kampung Nelayan Luar Batang, Penjaringan Jakarta
Utara sebagai kawasan yang memiliki daya tarik sebagai objek wisata.
2.
Meningkatkan kesejahteraan kawasan Kampung Nelayan Luar Batang, Penjaringan Jakarta
Utara dan sekitarnya melalui peningkatan keterampilan dan menciptakan peluang usaha
melalui objek wisata.
3.
Meningkatkan perekonomian dan pendapatan warga kawasan Kampung Nelayan Luar Batang,
Penjaringan Jakarta Utara melalui objek wisata.
4.
Memberikan rekomendasi bagi suatu kebijakan dan program Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta dalam hal penataan kawasan Kampung Nelayan Luar Batang.
1.4.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu ruang lingkup spasial dan ruang lingkup
substansial.
1.4.1
Ruang Lingkup Spasial
Ruang lingkup spasial dari penelitian ini adalah kawasan Kampung Nelayan Luar
Batang, Penjaringan Jakarta Utara dengan luas tapak sekitar 226.840 m².
Gambar 1.1 Peta Kawasan Kampung Nelayan Luar Batang
Sumber : maps.google.com
3
Adapun batasan-batasan pada kawasan adalah sebagai berikut :
a. Utara
: PT Satya Trinadi Komira Perkasa dan Apartemen Pluit
b. Selatan
: Kali Krukut
c. Barat
: PT Kemasindo Cepat Nusantara dan Permukiman
d. Timur
: Jalan Maritim Raya, Pelabuhan Sunda Kelapa
1.4.2
Ruang Lingkup Substansial
Ruang lingkup substansial dari penelitian ini adalah Penerapan Green Waterfront
dalam Penataan Kampung Nelayan Luar Batang Sebagai Objek Wisata Bahari ditinjau dari
teori perancangan kawasan pesisir (Waterfront), antara lain:
a.
Pengertian dan fenomena Waterfront
b.
Prinsip dan struktur pengembangan Waterfront
c.
Komponen penataan kawasan Waterfront
d.
Tinjauan penataan kawasan, meliputi Tipologi dan Citra Kota
e.
Ruang Publik
f.
Tinjauan Aspek Pariwisata
g.
Kriteria Penataan Kawasan Waterfront City Sebagai Pengembangan Kawasan
Pariwisata
Konsep yang diterapkan dalam Penataan Kampung Nelayan Luar Batang
adalah Green Waterfont. Konsep Green Waterfont terdiri dari 8 variabel
konsep yang
selanjutnya akan disesuaikan dengan hasil analisis data untuk menentukan indikator tiap
variabel untuk menyelesaikan permasalaha n dan memksimalkan potensi yang terdapat
pada tapak. Adapun 8 variabel konsep tersebut yaitu:
a.
Green Planning & Design
b.
Green Open Space
c.
Green Waste
d.
Green Transportation
e.
Green Building
f.
Green Water
g.
Green Energy
h.
Green Disaster Management
4
1.6.
Kerangka Pikir
PENERAPAN GREEN WATERFRONT DALAM PENATAAN KAMPUNG NELAYAN LUAR
BATANG SEBAGAI OBJEK WISATA BAHARI
1.
Perkembangan permukiman sangat dipengaruhi oleh penghuni permukiman itu sendiri. Dengan adanya
pertumbuhan penduduk yang semakin pesat akan mengakibatkan kebutuhan permukiman semakin besar.
2.
Perlunya penataan kawasan yang sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta serta pengembangan potensi kawasan yang dapat menjadi objek wisata baru di Jakarta,
khususnya di daerah Penjaringan Jakarta Utara
1.
Bagaimana penataan kawasan Kampung Nelayan Luar Batang sebagai objek wisata bahari?
2.
Bagaimana rekomendasi Urban Design Guidelines (UDGL) kawasan Kampung Nelayan Luar
Batang?
1.
Memaparkan
penataan
kawasan
1.
sekitarnya melalui peningkatan
Jakarta Utara sesuai
dengan Rencana Detail Tata Ruang
Wilayah Daerah Khusus Ibukota
2.
Memaparkan
Guidelines
Urban
(UDGL)
Design
Jakarta Utara.
Meningkatkan
kesejahteraan
sekitarnya melalui peningkatan
keterampilan
dan
kawasan
Kampung
keterampilan
dan
menciptakan peluang usaha melalui objek wisata.
3.
Meningkatkan perekonomian dan pendapatan warga
kawasan Kampung Nelayan Luar Batang, Penjaringan
Kampung
Nelayan Luar Batang, Penjaringan
Kampung
Nelayan Luar Batang, Penjaringan Jakarta Utara dan
kawasan untuk dapat dikembangkan
2.
kawasan
menciptakan peluang usaha melalui objek wisata.
Jakarta serta memperhatikan potensi
menjadi objek wisata bahari.
kesejahteraan
Nelayan Luar Batang, Penjaringan Jakarta Utara dan
Kampung Nelayan Luar Batang,
Penjaringan
Meningkatkan
Jakarta Utara.
4.
Memberikan rekomendasi bagi suatu kebijakan dan
program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam
penataan kawasan Kampung Nelayan Luar Batang.
5.
Menambah wawasan, informasi, dan ilmu
5
Ruang lingkup spasial dari penelitian ini
adalah kawasan Kampung Nelayan Luar
Batang,
Penjaringan
Jakarta Utara
dengan luas tapak sekitar 226.840 m².
a.
Pengertian dan fenomena Waterfront
b.
Prinsip dan
struktur
pengembangan
Penataan Kampung Nelayan Sebagai
Objek Wisata Luar Batang,
Waterfront
Penjaringan Jakarta Utara ditinjau dari
c.
Komponen penataan kawasan Waterfront
kajian teori dan penerapan konsep
d.
Tinjauan
Green Waterfront
penataan
kawasan,
meliputi
Tipologi dan Citra Kota
e.
Ruang Publik
f.
Tinjauan Aspek Pariwisata
g.
Kriteria Penataan Kawasan Waterfront City
Sebagai Pengembangan Kawasan Pariwisata
Kawasan Kelurahan Penjaringan Jakarta
Utara
Kampung Nelayan Luar Batang,
Penjaringan Jakarta Utara
KONSEP PERANCANGAN KAWASAN KAMPUNG NELAYAN LUAR BATANG
ANALISIS PERANCANGAN KAWASAN KAMPUNG NELAYAN LUAR BATANG
URBAN DESIGN GUIDELINES KAMPUNG NELAYAN LUAR BATANG
Skema 1.1 Kerangka Berpikir
6
1.7.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibagi menjadi 6 (enam) bab. Setiap bab berisi pembahasan yang
berbeda-beda, namun memiliki ketekaitan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya, disesuaikan
dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan, uraian mengenai bab-bab tersebut antara lain :
BAB 1 PENDAHULUAN
Menguraikan penulisan laporan penelitian ini secara umum, yaitu membahas tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, ruang lingkup penelitian, hipotesis, dan
kerangka pemikiran yang akan dibahas lebih lanjut dalam laporan penelitian.
BAB 2 KAJIAN TEORI
Membahas tentang kajian teori, kerangka teori dan bench mark mengenai penataan Penataan
Kampung Nelayan Sebagai Objek Wisata Luar Batang, Penjaringan Jakarta Utara.
BAB 3 TINJAUAN KAWASAN
Membahas studi kasus yaitu penataan Penataan Kampung Nelayan Sebagai Objek Wisata
Luar Batang, Penjaringan Jakarta Utara.
BAB 4 KONSEP PERANCANGAN KAWASAN
Membahas konsep perancangan kawasan terhadap Penataan Kampung Nelayan Sebagai
Objek Wisata Luar Batang, Penjaringan Jakarta Utara.
BAB 5 ANALISIS PERANCANGAN KAWASAN
Membahas tentang analisis perancangan kawasan Penataan Kampung Nelayan
Sebagai Objek Wisata Luar Batang, Penjaringan Jakarta Utara sesuai dengan konsep dan teori
Perancangan Kampung dan Permukiman.
BAB 6
URBAN DESIGN GUIDELINES
Membahas tentang rekomendasi desain perancangan kawasan Kampung Nelayan Luar
Batang, Penjaringan Jakarta Utara sesuai dengan konsep dan teori Perancangan Kota dan
Permukiman.
7
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1
Kajian Teori
2.1.1
Pengertian Waterfront (Kawasan Tepi Air)
Pengertian waterfront dalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah tepi sungai, bagian
kotayang berbatasan dengan air. Pengertian waterfront antara lain yaitu The dynamic area of the cities
and towns where land and water meet (Breen, 1994) ; dan Interface between land and water (Wrenn,
1983). Istilah waterfront sebenarnya sudah lama dipakai untuk pengembangan beberapa kawasan
perkotaan yang berada di dekat tepi air. Kawasan waterfront merupakan bagian elemen fisik kota yang
sangat potensial untuk dikembangkan menjadi suatu kawasan yang hidup (livable) dan tempat
berkumpul masyarakat. Konsep pengembangan ini sudah di pakai oleh beberapa negara maju dan
berkembang antara lain : Amerika serikat, Dubai, dan beberapa negara Eropa dan Asia lainnya.
Pengembangan kawasan tepi air ini sebenarnya sudah mulai di kembangkan sejak tahun 1980 dan
bermula di wilayah negara Amerika. Secara singkat istilah waterfont memiliki pengertian bahwa suatu
bagian dari elemen fisik perkotaan tempat bertemunya daratan dengan perairan (tepi air) yang sangat
potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan yang hidup dan tempat berkumpul masyarakat.
Disamping itu secara lebih luas kawasan tepi air dapat dimaknai dengan beberapa hal seperti berikut :
1.
Kawasan yang dinamis dan unik dari suatu kota dengan segala ukuran di mana daratan dan air
(sungai, danau, laut, teluk) bertemu kawasan tepian air dan harus dipertahankan keunikannya.
2.
Kawasan yang dapat meliputi bangunan atau aktivitas yang tidak harus secara langsung berada
di atas air, akan tetapi terikat secara visual atau historis atau fisik atau terkait dengan air
sebagai bagian dari scheme yang lebih luas.
2.1.2
Fenomena Waterfront
Waterfront merupakan sebuah asset yang di miliki oleh suatu kota yang dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan publik dengan berbagai tujuan seperti diungkapkan dalam jurnal “prinsip
perancangan kawasan tepi air” (sastrawati, isfa, vol 14, no.3, ITB, 2003).
Pada proses pengembangan kawasan tepi air pada dasarnya merupakan permasalahan yang
sangat kompleks di suatu kawasan perkotaan yaitu adanya perbedaan pengembangan antara
kepentingan publik dan kepentingan swasta dari orientasi pengembangan fungsi ruang publik menjadi
fungsi properti. Pengembangan ruang publik merupakan pengembangan yang di orientasikan kepada
kesejahteraan masyarakat luas sedangkan pengembangan fungsi properti berorientasi kepada
keuntungan sebahagian pihak. Oleh sebab itu usaha untuk melindungi kawasan tepi air sebagai ruang
publik yang terbebas dalam proses konstruksi diperlukan adanya kerjasama dan kesatuan visi dari
berbagai pihak yaitu masyarakat, pemerintah dan swasta untuk mewujudkan karakter kawasan tepi air
sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh beberapa stakeholder yang ada. Dalam proses
8
pengembangan suatu kawasan waterfront pada dasarnya dapat di bagi atas tiga jenis pengelompokan
yaitu :
1.
Konservasi
Merupakan pengembangan yang bertujuan untuk memanfaatkan kawasan tua yang berada di
tepi air dimana pada kondisi sekarang masih terdapat potensi yang dapat di kembangkan secara
maksimal. Contoh Venice waterfront.
Gambar 2.1
Venice waterfront yang dikembangkan dengan adanya potensi konservasi
Sumber : https://pixabay.com/id/
2.
Redevelopment
Pengembangan jenis ini merupakan suatu usaha untuk menghidupkan atau membangkitkan
kembali kawasan pelabuhan dengan tujuan yang berbeda sebagai suatu kawasan penting bagi
kehidupan masyarakat kota dengan mengubah fasilitas yang ada pada kawasan yang di gunakan oleh
kapasitas yang berbeda pula. Contoh: Riverfront Redevelopment, Memphis-Tennessee
Gambar 2.2
Riverfront Redevelopment, Memphis-Tennessee
Sumber: www.discoveramerica.com/ca/tennessee/memphis-riverfront-development-parks.html
9
Penambahan fungsi taman dimanfaatkan untuk dapat menampung kegiatan dengan skala
yang lebih besar. Proses redevelopment ini terhubung antara pusat kota dan taman.
3.
Development
Pengembangan jenis ini merupakan contoh perencanaan yang sengaja dibentuk dengan
menciptakan sebuah kawasan tepi air dengan melihat kebutuhan masyarakat terhadap ruang di kota
dengan cara penataan kawasan tepi air. Contoh Portland waterfront development.
Gambar 2.3
Portland waterfront Developent
Sumber: www.portlandneighborhood.com/portland-south-waterfront.html
2.1.3
Prinsip Pengembangan Waterfront
Pengembangan kawasan tepi air merupakan suatu potensi yang sangat tinggi bagi suatu
kawasan untuk mengembangkan fungsit komersial seperti restoran dan kawasan perbelanjaan. Adapun
prinsip yang di kembangkan dalam pengembangan kawasan tepi air yang diungkapkan oleh L. Azeo
Torre dalam bukunya Waterfront Development pada dasarnya terdiri atas empat hal pokok yaitu
konsep, aktivitas, tema dan fungsi yang di kembangkan. Berikut gambaran prinsip yang digunakan
dalam pengembangan kawasan kawasan tepi air adalah :
1.
Adanya kerjasama berbagai pihak dalam pengembangan kawasan tepi air sebagai suatu daya
tarik bagi pengunjung.
2.
Pengembangan konsep tepi air melalui potensi yang ada pada kawasan sebagai suatu daya
tarik bagi pengunjung untuk datang ke kawasan tersebut.
3.
Pengembangan aktivitas di kawasan tepi air dan menikmati aktivitas di sekitar pelabuhan
sebagai sebuah potensi untuk memberikan pengalaman yang berharga bagi pengunjung seperti
makan malam, berbelanja dll.
4.
Pengembangan tema pada pintu masuk dari sungai, danau menjadi pengembangan aktivitas
utama di kawasan tepi air.
10
Pengembangan kawasan tepi air sebagai orientasi rekreasi dapat berupa aktivitas berenang,
olah raga dayung, ski air dan fasilitas pendukung lainnya seperti tempat beristirahat, taman, hunian
dan perdagangan.
2.1.4
Struktur pengembangan Kawasan Waterfront City
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian dan pengembangan permukiman
pada tahun 1995-2000 melihat bahwa struktur peruntukkan kawasan kota pantai atau kota tepi air
dapat diarahkan pada 7 (tujuh) pengembangan, yaitu :
1)
Kawasan Komersial (Commercial Waterfront)
Adapun kriteria pokok pengembangan kawasan komersial di kota pantai adalah :
a.
Harus mampu menarik pengunjung yang akan memanfaatkan potensi kawasan pantai sebagai
tempat bekerja, belanja maupun rekreasi (wisata)
b.
Kegiatan diciptakan tetap menarik dan nyaman untuk dikunjungi (dinamis)
c.
Bangunan harus mencirikan keunikan budaya setempat dan merupakan sarana bersosialisasi dan
berusaha (komersial)
d.
Mempertahankan keberadaan golongan ekonomi lemah melalui pemberian subsidi.
e.
Keindahan bentuk fisik (profil tepi pantai) kawasan pantai diangkat sebagai faktor penarik bagi
kegiatan ekonomi, sosial-budaya, dll.
2)
Kawasan Budaya, Pendidikan dan Lingkungan Hidup (Cultural, Education, dan
Environmental Waterfront)
Kriteria pokok pengembangannya adalah :
a.
Memanfaatkan potensi alam pantai untuk kegiatan penelitian, budaya dan konservasi.
b.
Menekankan pada kebersihan badan air dan suplai air bersih yang tidak hanya untuk
kepentingan kesehatan saja tetapi juga untuk menarik investor.
c.
Diarahkan untuk menyadarkan dan mendidik masyarakat tentang kekayaan alam tepi pantai
yang perlu dilestarikan dan diteliti.
d.
Keberadaan budaya masyarakat harus dilestarikan dan dipadukan dengan pengelolaan
lingkungan didukung kesadaran melindungi atau mempertahankan keutuhan fisik badan air
untuk dinikmati dan dijadikan sebagai wahana pendidikan (keberadaan keragaman biota laut,
profil pantai, dasar laut, mangrove, dll.
e.
Perlu ditunjang oleh program-program pemanfaatan ruang kawasan, seperti penyediaan sarana
untuk upacara ritual keagaman, sarana pusat-pusat penelitian yang berhubungan dengan
spesifikasi kawasan tersebut, dll.
f.
Perlu upaya pengaturan/pengendalian fungsi dan kemanfaatan air atau badan air.
11
3)
Kawasan Peninggalan Bersejarah (Historical/Herritage Waterfront)
Kriteria pokok pengembangannya adalah :
a.
Pelestarian peninggalan-peninggalan bersejarah (landscape, situs, bangunan dll) dan/atau
merehabilitasinya untuk penggunaan berbeda (modern);
b.
Pengendalian pengembangan baru yang kontradiktif dengan pembangunan yang sudah ada guna
mempertahankan karakter (ciri) kota;
c.
Program-program pemanfaatan ruang kawasan ini dapat berupa pengamanan pantai dengan
pemecah gelombang untuk mencegah terjadinya abrasi (melindungi bangunan bersejarah di tepi
pantai), pembangunan tanggul, polder dan pompanisasi untuk menghindari terjadinya genangan
pada bangunan bersejarah, dll.
4)
Kawasan Wisata/Rekreasi (Recreational Waterfront)
Kriteria pokok pengembangan kawasan rekreasi/wisata di kota pantai adalah :
a.
Memanfaatkan kondisi fisik pantai untuk kegiatan rekreasi (indoor atau outdoor).
b.
Pembangunan diarahkan di sepanjang badan air dengan tetap mempertahankan keberadaan
ruang terbuka.
c.
Perbedaan budaya dan geografi diarahkan untuk menunjang kegiatan pariwisata, terutama
pariwisata perairan.
d.
Kekhasan arsitektur lokal dapat dimanfaatkan secara komersial guna menarik pengunjung.
e.
Pemanfaatan kondisi fisik pantai untuk kegiatan rekreasi/wisata pantai.
5)
Kawasan Permukiman (Residential Waterfront)
Kriteria pokok pengembangan kawasan permukiman di kota pantai adalah :
a.
Perlu keselarasan pembangunan untuk kepentingan pribadi (private) dan umum.
b.
Perlu memperhatikan tata air, budaya lokal serta kepentingan umum.
c.
Pengembangan kawasan permukiman dapat dibedakan atas kawasan permukiman penduduk asli
dan kawasan permukiman baru. Pada permukiman/perumahan nelayan harus dilakukan upaya
penataan dan perbaikan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kawasan. Penempatan
perumahan nelayan baru hendaknya disesuaikan dengan potensi sumber daya sekitar dan market
hasil budidaya perikanan.
d.
Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan permukiman penduduk
asli (lama) antara lain: revitalisasi/penataan bangunan, penyediaan utilitas, penanganan sarana
air bersih, air limbah dan persampahan, penyediaan dermaga perahu, serta pemeliharaan
drainase.
12
e.
Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan permukiman baru antara
lain penataan bangunan dengan memberi ruang untuk public access ke badan air, pengaturan
pengambilan air tanah,reklamasi, pengaturan batas sempadan dari badan air, program
penghijauan sempadan, dan lain-lain.
6)
Kawasan Pelabuhan dan Transportasi (Working and Transportation Waterfront)
Kriteria pokok pengembangannya adalah :
a.
Pemanfaatan potensi pantai untuk kegiatan transportasi, pergudangan dan industri.
b.
Pengembangan kawasan diutamakan untuk menunjang program ekonomi kota (negara) dengan
memanfaatkan kemudahan transportasi air dan darat.
c.
Pembangunan kegiatan industri harus tetap mempertahankan kelestarian lingkungan hidup.
d.
Program pemanfaatan ruang yang dapat diterapkan : pembangunan dermaga, sarana penunjang
pelabuhan (pergudangan), pengadaan fasilitas transportasi, dll.
7)
Kawasan Pertahanan dan Keamanan (Defence Waterfront)
Kriteria pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan di kota pantai :
a.
Dipersiapkan khusus untuk kepentingan pertahanan dan keamanan bangsa negara;
b.
Perlu dikendalikan untuk alasan hankam dengan dasar peraturan khusus;
c.
Pengaturan tata guna lahan (land-use) untuk kebutuhan dan misi hankam negara.
Melihat potensi yang di miliki oleh kawasan Kampung Nelayan Luar Batang sebagai kawasan
perdagangan dan wisata maka penataan perancangan kawasan Kampung Nelayan Luar Batang
dapat diarahkan sebagai upaya peningkatkan nilai ekonomi kawasan studi khususnya dan kota
Palembang umumnya. Oleh sebab itu kawasan waterfront Palembang pada dasarnya dapat diarahkan
sebagai Kawasan Wisata (Recreational Waterfront).
2.1.5
Komponen Penataan Kawasan Waterfront City
Penyusunan ketentuan norma penataan kawasan waterfront city didasarkan pada kajian
normatif terhadap norma teori, standar, dan peraturan perundangundangan yang berlalu dan terkait
dengan unsur penataan pada koridor jalan komersial. Menurut Sirvani (1985; hal 7-8) bahwa eleman
rancang kota terbagi menjadi 8 (delapan) elemen aau komponen, yaitu tata guna lahan, bentuk dan tata
massa bangunan, sirkulasi parkir, ruang terbuka, jalur pendestrian, pendukungaktifitas, tata informasi
dan Preservasi.
Fokus terhadap penelitian ini, maka dari 8 (delapan) elemen atau komponen penataan ini di
ambil beberapa komponen yang dianggap sebagai komponen yang perlu di atur dan diarahkan supaya
dapat memberikan kondisi lingkungan komersial yang lebih nyaman dan aman. Komponen yang
dimaksudkan adalah Tata Guna Lahan, Bentuk dan Tata Massa Banguan, Sirkulasi dan Parkir, Jalur
Pedestrian, Pendukung Kegiatan, Tata Informasi dan Jalur Hijau.
13
A. Tata Guna Lahan
Pada prinsipnya land use adalah pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan
yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara umum dapat memberikan
gambaran keseluruhan bagaimana daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi. Land
use bermanfaat untuk pengembangan sekaligus pengendalian investasi pembangunan. Pada skala
makro, land use lebih bersifat multifungsi / mixed use.
B. Bentuk dan Tata Massa Bangunan
Umumnya, peraturan bangunan mengatur ketinggian, sempadan dan coverage bangunan.
Pengalaman beberapa proyek penataan kota menyarankan untuk meliputi pula "penampilan dan
konfigurasi bangunan", misal berkaitan dengan warna, bahan bangunan, tekstur, bentuk muka
(fasad). Secara tradisional, hal-hal ini menjadi hak arsitek bersama kliennya, tapi sebenarnya hal ini
menyangkut kepentingan masyarakat dan berdampak pada lingkungan kota. Contohnya: penggunaan
kaca pantul cahaya untuk bangunan tinggi, dan pengubahan tampilan muka bangunan bersejarah.
Isu utama dalam hal ini menyangkut "keseimbangan" hak antara arsitek perancang bangunan
individual dan Pemerintah mewakili perancang kota, dalam hal perancangan eksterior bangunan dan
ruang-ruang antara bangunan. Spreiregen, 1965 (dalam Shirvani, 1985; hal 23) menyebutkan tiga isu
utama yang berkaitan dengan bentuk dan massa bangunan perkotaan, yaitu:
a.
"Skala" yang berkaitan dengan ketinggian pandang manusia, sirkulasi, bangunan-bangunan
berdekatan, dan ukuran lingkungan;
b.
"Ruang Kota" berkaitan dengan bentuk-bentuk bangunan, skala dan suasana penutupan ruang
antar bangunan, dan macam ruang kota;
c.
"Massa Perkotaan" meliputi bangunan-bangunan, permukaan tanah, obyekobyek dalam ruang
yang dapat membentuk ruang kota dan membentuk pola kegiatan, dalam skala besar atau
kecil.
Bentuk dan tata massa bangunan pada awalnya menyangkut aspek-aspek bentik fisik karena
setting (rona) spesifik yang meliputi ketinggian, pemunduran (Set Back), sempadan dan coverage
bangunan, selanjutnya lebih luas menyangkut juga penampilan dan konfigurasi bangunan, yaitu
disamping ketinggian juga meliputi warna, bahan bangunan, tekstur, bentuk muka (fasad), skala, dan
gaya (Shirvani 1985; hal 11-23). Dari kutipan pendapat dan pengertian diatas, maka dalam konteks
pembahasan bentuk dan tata massa bangunan ialah :
a.
Pengertian bentuk dan tata massa bangunan sebagai elemen fisik kota yang menyangkut aspek
konfigurasi (ketinggian bangunan, penutup tapak, Set Back, sempadan dan coverage
bangunan, dan pengaruh lingkungan alam yang dapat membentuk dan menata massa
bangunan) Aspek penampilan (menyangkut konteks dan kontras dalam hal; tekstur warna,
bangunan, tekstur, bentuk muka (fasad), skala, dan gaya, yang dapat menampilkan bentuk dan
massa bangunan).
14
C . Sirkulasi dan Perparkiran
Jalur sirkulasi dapat diartikan sebagai tali yang terlihat menghubungkan ruang-ruang suatu
bangunan atau deretan ruang-ruang dalam maupun luar ruangan. Oleh karena itu, kita bergerak
dalam waktu melalui suatu tahapan dari ruang. Kita memahami suatu ruangan dalam hubungan
dimana kita berada dan kemana kita akan pergi (Ching, 1984; hal 246). Selain itu, menuru Shirvani
(1985; hal 23-27) menyatakan bahwa sirkulasi berhubungan dengan erat dengan tata guna lahan
karena sirkulasi berfungsi sebagai penghubung bagian-bangian kota, maka guna lahan menjadi
berfungsi. Sirkulasi juga berpengaruh terhadap guna lahan, makin tinggi pencapaian ke sebuah guna
lahan, maka intensitas kegiatan di guna lahan tersebut makin tinggi. Adapun elemen sirkuasi terdiri
dari kendaraan (bermotor dan tidak bermotor) dan orang.
Dalam hal penanganan sirkulasi, Shirvani (1985 hal 26) menawarkan tiga azas perancangan,
yaitu:
1.
Ruang jalan perlu dijadikan sebagai "unsur ruang terbuka visual positif" dengan cara:

Menutupi dan membuat pengatasan lansekap terhadap tampilan yang "kurang sedap
dipandang";
2.

Memberi persyaratan tinggi dan sempadan bagi bangunan dekat jalan;

Membangun median jalan bertaman;

Meningkatkan kualitas lingkungan alam yang terlihat dari jalan.
Jalan dapat memberi orientasi kepada para pengemudi kendaraan dan membuat lingkungan
menjadi jelas, dengan cara:

Menyediakan palet lansekap untuk menegaskan batas lingkungan atau
kawasan yang terlihat dari jalan;

Membuat perlengkapan jalan dan pencahayaan sehingga jalan terlihat jelas di siang
maupun malam hari;

Mengkaitkan unsur jalan dengan obyek pandang penting (vistas) dan referensi penting
(vistas) dan referensi visual (memudahkan untuk mengingat-ingat suatu tempat atau
jalan) ke guna lahan terdekat atau landmark;

Membedakan tingkatan jalan dengan pembedaan sempadan, tampilan ruang jalan, dan
sebagainya.
3.
Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam mencapai tujuan ini. Solusi lain
terhadap isu sirkulasi dapat dilakukan dengan strategi manajemen lalulintas, serta penyebaran
kegiatan antar kawasan di kota (desentralisasi kegiatan yang menimbulkan lalu lintas banyak).
Secara umum, kecenderungan penanganan lalu lintas perkotaan meliputi peningkatan
mobilitas gerak di pusat perdagangan kota, tidak mendorong penggunaan kendaraan pribadi,
mendorong pemakaian kendaraan umum, dan peningkatan akses ke pusat perdagangan kota.
15
Jika ditinjau lebih mendalam, maka sirkulasi erat kaitannya dengan kendaraan yang bergerak.
Dari hal ini, maka parkir merupakan hal yang mutlak perlu di perhatikan. Perparkiran mempunyai
dua dampak langsung terhadap kualitas lingkungan, yaitu keberlangsungan kegiatan perdagangan di
pusat kota, dan dampak visual bentuk kota. Sirkulasi dapat membentuk, mengarahkan, dan
mengendalikan pola kegiatan (dan juga pembangunan) kota. Menurut Warpani (2002; hal 128)
pertimbangan untuk ruas jalan sebagai bebas parkir hendaknya semata-mata didasarkan atas
kepentingan lalu lintas tetapi juga perlu mempertimbangkan kepentingan guna lahan ruas jalan
tersebut. Sebagai contoh, apabila di sepanjang ruas jalan tersebut adalah toko-toko dan atau pusat
jajanan, maka kebijakan bebas parkir tidak tepat. Lebih bijaksana membiarkan lalu lintas berjalan
kurang lancar dari pada toko-toko dan atau pusat jajanan sepi pengunjung. Berdasarkan hal tersebut
maka perlu adanya pengaturan sirkulasi parkir untuk kawasan koridor jalan komersial agar tidak
terkesan semerawut dan terkendali. Selain itu, adanya suatu arahan penataan sistem perparkiran
adalah:
a.
Penataan parkir harus berorientasi kepada kepentingan pejalan kaki, memudahkan
aksesibilitas dan tidak terganggu dan mengganggu sirkulasi kendaraan.
b.
Besaran, distribusi dan peletakan fasilitas parkir tidak mengganggu kegiatan bangunan dan
lingkungan di sekitarnya dan disesuaikan dengan daya tampung lahan.
c.
Penataan parkir membentuk satu kesatuan dengan penataan jalan, pedestrian dan
penghijauan.
Menurut Warpani (2002, hal; 123) menyatakan bahwa setiap pelaku lalu lintas mempunyai
kepentingan yang berbeda dan menginginkan fasilitas parkir sesuai dengan kepentingan. Keinginan
para pemarkir ini patut diperhatikan oleh penyedia tempat parkir dalam merencanakan dan
merancang fasilitas parkir.
D.
Jalur Pedestrian
Pada masa lalu, perancangan pedestrian di kota jarang dilakukan. Ketika suatu mall
dirancang dengan memperhatikan kenyamanan pejalan kaki, maka mall tersebut berhasil menarik
banyak pengunjung. Jalan pedestrian (jalan pejalan kaki) di samping mempunyai unsur kenyamanan
bagi pejalan kaki juga mempunyai andil bagi keberhasilan pertokoan dan vitalitas kehidupan ruang
kota. Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor di
pusat kota, menambah pengunjung ke pusat kota, meningkatkan atau mempromosikan sistem skala
manusia, menciptakan kegiatanan usaha yang lebih banyak, dan juga membantu meningkatkan
kualitas udara (Shirvani, 1985; hal 31).
Menurut Shirvani (1985, hal 31-36), bahwa jalur pedestrian merupakan jalur sirkulasi untuk
orang/manusia. Keberadaan pedestrian dalam suatu kota berhubungan erat dengan lingkungan dan
pola aktifitas kotanya, karena pedestrian berfungsi untuk mengurangi konflik antara orang dan
kendaraan (lalu lintas). Kemudian pedestrian juga harus memiliki akses yang baik dengan tempattempat pemberhentian kendaraan umum, tempat parkir, maupun tempat tinggal. Kegiatan-kegiatan
16
yang dapat menghidupkan suasana di jalur pedestrian, seperti: pertunjukan, penjual makanan, dan
tempat janji bertemu (Rendezvous Points). Macam bangunan atau fasilitas (termasuk pula: perabotan
jalan) sepanjang jalan pedestrian juga mempengaruhi hidup-matinya jalan pedestrian, misal; bila
hanya ada kantor dan bank maka jalan pedestrian sepi; maka perlu ada toko-toko kecil atau
department store di sepanjang jalan pedestrian serta dilengkapi dengan bangku-bangku tempat duduk
dan lampu-lampu taman. Pada dasarnya jalur pedestrian berada di zona trotoar. Dimana jalur
pedestrian ini seutuhnya digunakan hanya khusus pejalan kaki saja tidak ada yang lainnya. Hal ini
guna memberikan rasa nyaman dan aman.
E.
Jalur Hijau
Salah satu komponen yang penting dalam konsep tata ruang adalah menetapkan dan
mengaktifkan jalur hijau baik yang akan direncanakan maupun yang sudah ada namun kurang
berfungsi. Selain itu jenis pohon yang ditanam perlu menjadi pertimbangan, karena setiap jenis
tanaman mempunyai kemampuanmenjerap yang berbeda-beda. Vegetasi ini sangat berguna dalam
produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk proses respirasi (pernafasan), serta untuk
mengurangi keberadaan gas karbon dioksida yang semakin banyak di udara akibat kendaraan
bermotor dan industri.
Kehadiran tanaman dapat mengendalikan polusi udara melalui penghalangan, pengarahan,
pembiasan dan penyerapan. Kemampuan untuk menyerap polutan pada tanaman sangat bervariasi,
dimana pepohonan memiliki tingkat penyerapan yang paling tinggi. Tanaman juga dapat meredam
suara dari kendaraan dengan menggunakan kombinasi dari perdu rendah dan permukaan tertutup
akan memberikan pelemahan kebisingan (De Chiara dan Koppelmen, 1978; hal 125-140).
F.
Tata Informasi
Suatu kota yang baik akan memiliki tanda-tanda/rambu-rambu yang baik, misalnya penunjuk
arah untuk bersirkulasi. Dari sudut pandang rancang kota, media reklame dalam studi ini merupakan
aspek fisik penting yang perlu diatur dan perancangan kawasan komersial. Aspek fisik ini memiliki
pengaruh yang cukup besar dan keindahan kota, apabila dirancang atau ditata dan ditempatkan
dengan baik (Shirvani, 1985; hal 40). Tata informasi ini menurut jenisnya dibagi menjadi dua yaitu
papan informasi, Papan built in, yaitu pertandaaan yang di desain khusus menyatu dengan bangunan,
bentuknya merupakan ciri khas bangunan.
Selain itu, dari segi perancangan kota, papan/nama/reklame/informasi perlu diatur agar terjalin
kecocokan lingkungan, pengurangan dampak visual negatif, mengurangi kebingungan dan kompetisi
antara papan informasi publik dan papan reklame. Papan nama/reklame yang dirancang baik akan
menambah kualitas tampilan bangunan dan memberi kejelasan informasi usaha.
17
2.1.6
Tinjauan Penataan Kawasan
Dalam melihat kota sebagai suatu produk atau hasil, maka dalam proses analisis kota pada
dasarnya akan menemui bahwa kota memiliki sifat yang sangat kompleks. Oleh sebab itu sebagai
tokoh perancangan kota Roger Trancik melihat bahwa analisis suatu kota dapat di lakukan dengan 3
pendekatan sebagai landasan perancangan kota , dimana landasan ini pada dasarnya dapat
mendefenisikan pola massa perkotaan dan tata ruang perkotaan dengan melihat kota sebagai struktur
yang jelas seperti Void (ruang tertutup/terbuka) dan Solid (massa), tiga pendekatan tersebut
diantaranya yaitu :
A. Tipologi
Pada dasarnya tipologi sebuah tempat tidak selalu sudah jelas, karena bisa jadi ada campuran
antara sifat yang statis dan dinamis. Hal ini juga di kemukakan oleh Rob Krier yang menggolongkan
semua tempat sesuai bentuknya dengan pemakaian elemen geometri dasar yaitu lingkaran, segitiga,
bujur sangkar serta kombinasinya.
Gambar 2.4
Beberapa karakter tempat (place) statis di dalam kota sebagai pembentukan ruang terbuka
di dalam kota secara kontekstual
Sumber : Zahnd, 1999
B. Citra Kota
Citra kota merupakan pandangan perancangan kota ke arah yang memperhatikan pikiran
terhadap kota dari orang yang hidup di dalamnya. Kevin Lynch sebagai salah satu peneliti kota
menyatakan arti pentingnya citra pada sebuah kota dengan menyatakan :
a.
Citra dapat memberikan banyak hal bagi masyarakat kota yaitu sebagai orientasi bagi orang
yang ada di dalam kota sehingga tercipta rasa nyaman.
b.
Citra dapat membentuk sebuah identitas yang kuat terhadap suatu tempat.
c.
Menciptakan keselarasan hubungan dengan tempat-tempat yang ada di sekitarnya.
d.
Lima elemen pembentuk Citra kota yang di kemukakan oleh Kevin Lynch adalah:
18
1. Path (jalur) merupakan rute-rute sirkulasi yang digunakan untuk melakukan pergerakan
secara umum seperti gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api, dll
2. Edge (Tepian) Edge berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai
pemutus linear misalnya pantai, tembok, dll
3. District memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, dan wujudnya), mempunyai batas yang
khas dimana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya.
4. Node (simpul) merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau
aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain misalnya persimpangan
jalan, square, dll
5. Landmark (tengeran) merupakan titik referensi seperti elemen node tetapi
orang tidak masuk ke dalamnya karena bisa di lihat dari luar letaknya.
19
2.1.7 Ruang Publik (Public Space)
Ruang publik merupakan ruang yang dapat berfungsi sebagai tempat penting bagi masyarakat
untuk mengekspresikan diri secara fungsional, aktivitas dan bersosialisasi dalam kehidupan seharihari. Ruang publik juga digunakan sebagai tujuan yang bersifat private yaitu tempat membeli dan
menjual sesuatu, sebagai taman , tempat berkreasi dan lain-lain.
Dalam memahami ruang publik juga dapat dilihat melalui pengkategorian ruang publik itu
sendiri yaitu ruang publik yang ditinjau dari pemanfaatannya, struktur fisik dan waktu penggunaannya.
Ruang publik dapat dimanfaatkan secara terbuka dan dapat dicapai oleh umum untuk melakukan
kegiatannya (Carr, 1992:50) atau ruang yang memberikan kesempatan untuk digunakan atau dicapai
secara visual maupun secara fisik (Garnham,1970:55).
Struktur fisik ruang publik terdiri dari bidang vertikal berupa dinding atau facade bangunan
dan bidang horizontal dapat berupa lantai maupun atap, oleh sebab itu ruang publik dapat merupakan
bagian ruang kota yang tertutup (In door), terbuka (Out door), ataupun (Under ground) di alam tanah
yang masing-masing mempunyai hierarki sesuai dengan karakteristiknya (Barnet,1982:184) dimana
didalam waktu pemanfaatannya tidak terbatas oleh waktu.
2.1.8 Tinjauan Aspek Pariwisata
Pariwisata adalah suatu konsep umum yang berkembang sejak tahun 1811. Pariwisata sendiri
pada perkembangnya memiliki defenisi yang mengalami perubahan. wisata merupakan kegiatan atau
sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek
dan daya tarik wisata (UU. No. 9 tahun 1990 pasal 1). Kepariwisataan mempunyai beberapa dimensi
lain selain ekonomi, diantaranya kompleks interaksi dan akibat-akibat yang terjadi sebelum, selama
dan setelah suatu perjalanan pariwisata dan juga berdampak terhadap psikologis, sosiologis, ekologis
dan politis.
Melalui beberapa motif tujuan perjalanan yang dilakukan oleh seorang individu maupun
kelompok ke suatu daerah maupun negara lain maka pariwisata (Sumber: Pariwisata Indonesia,
Sejarah dan Propeknya. Yogyakarta: Kanisius, 1987) pada dasarnya dapat dapat di bedakan menjadi :
1.
Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism) Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh
orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar
yang baru, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk
mengetahui hikayat rakyat setempat.
2.
Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism) Pariwisata ini pada dasarnya
dimanfaatkan oleh kaum pengusaha pada waktu-waktu tertentu di luar aktvitas sebagai
pengusaha untuk berekreasi.
20
3.
Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism) Pariwisata ini di tandai oleh adanya
kegiatan konferensi nasional maupun international. Dengan adanya kegiatan ini mengakibatkan
timbulnya potensi ekonomi untuk mengembangkan fasilitas yang memadai baik skala nasional
dan internasional untuk kepentingan konferensi.
4.
Selain beberapa jenis pariwisata diatas terdapat beberapa jenis pariwisata lain yang pada
dasarnya juga di ditujukkan untuk pembangunan perekonomian ekonomi modern saat ini yaitu :
a.
Wisata Komersial (Belanja)
Jenis wisata ini bertujuan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang
bersifat komersial yang menjadi daya tarik bagi pengunjung sehingga hal ini berdampak
terhadap kebutuhan akan sarana dan prasarana lain seperti meningkatnya arus transportasi dan
fasilitas penginapan.
b.
Wisata Bahari
Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, danau, bengawan,
pantai, teluk dan laut untuk berbagai kegiatan seperti memancing, berlayar, berselancar,
mendayung dll
Dari kegiatan wisata yang ada pada dasarnya akan memicu tumbuhnya tempat-tempat
belanja sebagai salah satu daya tarik pengunjung dalam suatu pengembangan. Untuk
menciptakan kenyamanan bagi pengunjung maka tempat belanja ditinjau dari bentuk spasialnya
dapat dibedakan menjadi :

Shopping center, merupakan kawasan perbelanjaan dan perniagaan yang terpusat,
seringkali disebut pusat perbelanjaan

Shopping strips , merupakan kawasan perbelanjaan yang berdiri di sepanjang jalan utama

Shopping street, yaitu kawasan perbelanjaan yang meliputi bangunan di sepanjang jalan
dimana jalan masih dilewati kendaraan bermotor, pusat perbelanjaan berbentuk linier.

Pedestrian Shopping Mall, merupakan tempat perbelanjaan dimana seluruh bagian jalan
dan pedestrian menjadi satu kesatuan dengan pertokoan yang berderet di sepanjang jalur
dan biasanya hanya dilewati oleh pejalan kaki.
Melihat adanya berbagai potensi yang di miliki oleh kota Jakarta seperti, perdagangan,
dan lokasi yang menarik untuk di kunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara maka
orientasi pengembangan wisata pada kawasan waterfront kota Palembang adalah :
1.
Pleasure Tourism/ Pariwisata untuk menikmati perjalanan, yang dapat diartikan sebagai
wisata untuk menikmati view sungai.
2.
Business Tourism, pengembangan wisata yang dapat dinikmati oleh pelaku bisnis di kota
Palembang dalam mengembangkan potensi bisnis yang ada Wisata Komersial (Belanja),
pengembangan wisata yang dapat dimanfaatkan oleh wisatawan domestik dan
mancanegara terutama bagi penduduk.
21
2.1.9 Kriteria Penataan Kawasan Waterfront City Sebagai Pengembangan Kawasan Pariwisata
Kriteria keberhasilan perancangan suatu kawasan sangat tergantung pada desain kawasannya,
persyaratan yang mendasar yang harus dimiliki oleh kawasan ini agar pengunjung dapat merasa
nyaman dan aman. Perasaaan nyaman dan aman merupakan faktor yang penting bagi manusia untuk
dapat menjalani segala aktivitas. Oleh karena itu, untuk mewujudkan rasa aman dan nyaman ini maka
perlu di tinjau dari aspek keselamatan dan keamanan, kenyamanan, dan keindahan.
A. Kriteria Keselamatan
Kriteria keselamatan dapat mencangkup bebebapa pertimbangan, yaitu (Uterman, 1984; Jacobs,
1993; Pignataro, 1976; dan Highway Capacity Manual, 1985 dalam penelitian Akbar, 2004 hal 5051) :
• Terlindung dari kecelakaan baik yang disebabkan oleh kendaraan bermotor maupun kondisi trotoar
yang buruk (berlubang, jebakan-jebakan)
• Pemisahan jalur kendaraan dengan perbedaan ketinggian
• Terbebas dari lingkungan yang dapat menimbulkan tindak kriminal yang menimpa pejalan
• Pemisahan pejalan kaki dengan lalu lintas kendaraan
Sedangkan menurut penelitian Natalivan (2002, hal 46) Hal yang harus diperhatikan untuk
mewujudkan aspek keselamatan adalah terlindung dari kecelakaan terutama disebabkan oleh
kendaraan bermotor maupun kondisi trotoar yang buruk yang bisa menyebabkan terpelosok, menabrak
tiang atau pohon dan sebagainya. Keselamatan ini berkaitan besar kecilnya konflik antara pejalan
dengan kendaraan yang menggunakan jalan yang sama. Keselamatan dapat diwujudkan melalui
penempatan pedestrian (segregasi, integrasi, pemisah), struktur tekstur, pola perkerasan dan dimensi
trotoar (ruang bebas, lebar, efektif, kemiringan).
B. Kriteria Keamanan
Selain itu adapun kriteria keamanan yang harus diperhatikan untuk mewujudkan lingkungan yang
tidak menimbulkan tindak kriminal yang menimpa pejalan ketika sedang berjalan, dengan merancang
penerangan lansekap yang tidak menghalangi pemandangan. Selain itu, adanya penerangan yang
cukup dan penampakan (visibility) yang baik atau pandangan yang tidak menghalangi.
C. Kriteria Kenyamanan
Pada tingkatan dasar, kenyamanan merupakan kebebasan dari rasa sakit pada semua dimensi
lingkungan, baik secara fisik maupun secara psikologis. Tingkat kenyamanan bersifat subjektif dan
berbeda-beda tergantung pada tingkah laku tiap individu dan dipengaruhi oleh kultur budaya, dimana
kecepatan tumbuh dan berkembangannya wilayah tidak menjamin tingkat kenyamanan penduduk.
22
Kenyamanan apabila terbebas dari gangguan-gangguan yang dapat mengurangi kesenangan atau
kenikmatan dan kelancaran pejalanan bergerak.
Adapun kriteria keselamatan menurut pandangan para ahli ialah:
a. Pignataro (1976)
• Bebas dari gangguan-gangguan yang dapat mengurangi kesenangan dan kenikmatan pejalan.
• Perlindungan dari cuaca
b. Rubenstein (1992; hal 57-87)
Terdapatnya penyediaan fasilitas bangku istirahat, telepon umum, dan tempat
sampah dimana penempatannya tidak mengganggu pejalan
c. Jacob (1993)
Jaminan terhadap kenyamanan fisik pejalan yang memerlukan perlindungan terhadap curah hujan dan
sengatan matahari.
d. Lynch (1960)
• Usaha untuk mentasi keadaan iklim
• Kecocokan antara bentuk, kapasitas ruang dan kebutuhan
• Kemudahan pencapaian terkait dengan waktu jarak capai dan moda
e. Untermen (1984; hal 26-27)
• Berhubungan dengan kepadatan pejalan yang disebabkan banyaknya penggunan jalan
• Kemudahan bergerak, bentuk fisik trotoar, tidak terputusnya trotoar, landai.
• Penyediaan penggunan penyandang cacat.
• Ruang tidak menghalangi oleh benda-benda yang mengambil ruang trotoar.
Selain dari pernyataan di atas maka adapun penyataan yang di kutip dari penelitian Susiyanti (2003;
hal 51) yang dianggap erat kaitannya dengan perancangan koridor komersial yang dilihat dari aspek
kenyamanan yaitu :
a. Tata Bangunan
Adanya pengaturan bangunan dan kepadatan bangunan yang memadai
b. Ruang terbuka dan penghijauan
Adanya ruang terbuka umum, ketersediaan taman-taman, plaza dan ruang terbuka yang tertata dengan
baik untuk tempat berkumpul dan berinteraksi serta dapat menyerap panas matahari dan meredam
kebisingan.
c. Parkir dan ketersediaan kendaraan bermotor
• Dekat dengan tempat kegiatan perdagangan,
• Ketersediaan fasilitas kendaraan umum termasuk juga penyediaan fasilitas transportasi lainnya
seperti jaringan jalan yang baik, halte dan lain sebagainya.
d. Jalur Pejalan Kaki .
• Terlindung dari cuaca dan adanya tempat bernaung bagi pejalan dalam melakukan perjalanannya.
• Bentuk fisik trotoar tidak terputus-putus dan landai.
• Kebebasan bergerak bagi pejalan, tidak terhalang oleh pengguna jalur pejalan yang tidak semestinya.
23
D. Kriteria Keindahan
Kebutuhan keindahan (estetika) adalah kebutuhan akan keindahan. Keindahan akan berpengaruh
terhadap kondisi psikologis seseorang, maka hal ini juga berpengaruh terhadap kebutuhan ruang
tersebut. Dengan keindahan orang dapat merasa nyaman dan senang. Prinsip umum penataan dari
kebutuhan keindahan (estetika) ini adalah :
1. Memperlihatkan keindahan lingkungan.
2. Menciptakan kesan lingkungan yang baik.
Menurut Jacobs (1993) menyatakan bahwa kualitas kawasan komersial memiliki visual ruang pejalan
dengan menggunakan bahan yang bervariasi dan variasi kualitas penataan bangunan, pepohonan,
penanda dan lampu. Sedangkan menurut Gunawan, (1997) lokasi yang menjadi daya tarik tidak
tertutup oleh bangunan dan memberikan perlindungan terhadap daya tarik utama kawasan. Sedangkan
kebutuhan kriteria penataan kawasan komersial berdasarkan kebutuhan estetika (Lang. 1994; Sucher.
1995; Carr. 1992; dan Krier. 1979), ialah:
a. Bentuk dan tata masa bangunan
• Penanaman pohon atau vegetasi lain untuk menghindari kesan kaku dan keras.
• Terdapat landmark atau simbol tertentu.
b. Sirkulasi dan parkir
• Penataan lansekep di sepanjang jalur sirkulasi.
• Penanaman pohon atau vegetasi lain di area parkir.
c. Jalur pejalan
• Terlihat menarik baik dari segala kegiatan di sekitar jalur pejalan maupun penataan jalur pejalan itu
sendiri
• Penanaman pohon atau vegeasi lain untuk menghindari kesan gersang dan panas
d. Pendukung kegiatan
Pencahayaan untuk kepentingan estetika dan untuk menjamin berlangsungnya aktivitas.
2.1.10 Konsep Green Waterfront
i.
Green Planning & Design
Green Planning merupakan perwujudan rencana tata ruang dan rancang kota yang berbasis
lingkungan hidup. Dalam penyusunan rencana tata ruang dan rancang kota harus sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dilaksanakan secara terus menerus dan
sinergis antara perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Upaya untuk
membangkitkan kepedulian masyarakat dan mewujudkan keberlangsungan tata kehidupan kota,
antara lain dapat dilakukan dalam bentuk perwujudan Kota Hijau (Greencity).
Adapaun krtiteria Green Planning & Design adalah terciptanya strukstur dan pola ruang
kawasan yang mengakomodasi ketersediaan RTH, pejalan kaki, dan pesepeda
ii.
Green Open Space.
Ruang terbuka (Open Space) adalah salah satu atribut terpenting dalam konsep Green
City . Ruang terbuka dapat didefinisikan sebagai ruang atau lahan yang belum dibangun atau
24
sebagian besar belum dibangun di wilayah perkotaan yang mempunyai nilai untuk keperluan
taman dan rekreasi; konservasi lahan dan sumber daya alam lainnya; atau keperluan sejarah dan
keindahan (Green, 1959). Ruang terbuka hijau memberikan manfaat mengisi vegetasi berupa
tumbuhan dan tanaman di kawasan perkotaan dan pemanfaatannya bagi masyarakat baik dari
segi
ekologi,
sosial,
budaya,
ekonomi
dan
estetika.
Menurut Ditjen Penataan Ruang, RTH mengandung tiga unsur dengan fungsi pokok yaitu
fisik-ekologis, ekonomi dan sosial. Fungsi pertama fisik-ekologis, termasuk perkayaan jenis dan
plasma nutfah atau tanamannya. Vegetasi yang ada di ruang terbuka hijau dapat menghasilkan
udara segar dan menyaring debu serta mengatur sirkulasi udara sehingga dapat melindungi
warga kota dari gangguan polusi udara. Fungsi yang ke dua, ekonomis, yaitu nilai
produktif/finansial dan penyeimbang untuk kesehatan lingkungan.Fungsi ketiga adalah sosialbudaya, termasuk pendidikan, dan nilai budaya dan psikologisnya. Fungsi sosial RTH menjadi
tempat masyarakat untuk menjalin komunikasi berupa fasilitas untuk umum dengan fungsi
rekreasi, pendidikan, dan olah raga. Menurut Dinas Tata Kota, macam-macam RTH kota
meliputi:
1. RTH Makro, seperti kawasan pertanian, perikanan, hutan lindung, hutan kota dan landasan
pengamanan bandar udara.
2. RTH Medium, seperti kawasan area pertamanan ( c it y p a r k ), sarana olahraga,
pemakaman umum.
3. RTH Mikro, yaitu lahan terbuka yaitu ruang terbuka di kawasan permukiman. Contoh RTH
mikro adalah taman bermain.
Jika dilihat dari jenis aktivitas atau kegiatannya, ruang terbuka terbagi menjadi dua yaitu ruang
terbuka aktif dan ruang terbuka pasif:
1. Ruang terbuka aktif, mempunyai unsur kegiatan didalamnya seperti bermain, berolahraga,
jalan-jalan. Ruang ini dapat berupa Plaza, lapangan olahraga, tempat bermain anak dan remaja,
penghijauan tepi sungai sebagai tempat rekreasi.
2. Ruang terbuka pasif, ruang terbuka yang tidak digunakan untuk kegiatan, lebih berfungsi
sebagai ekologis dan pengindah visual, seperti penghijauan tepi jalan, penghijauan bantaran
kereta api, sungai dan daerah alami.
Proporsi Ruang Terbuka Hijau menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
menyatakan bahwa setiap provinsi, kabupaten dan kota yang dalam proses penyusunan RTRW
diwajibkan untuk memiliki proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada setiap wilayahnya
sebesar 30%, atau untuk wilayah kota paling sedikit 20%.
iii.
Green Waste
Green waste merupakan perwujudan konsep zero waste. Rencana pengembangan zero
waste dituangkan dalam pengelolaan air limbah dan persampahan. Rencana pengelolaan air
limbah meliputi sistem pengelolaan air limbah rumah tangga dan sistem pengeloaan air limbah
bukan rumah tangga. Zero waste adalah meminimalisir sisa pembuangan mulai dari tahap awal
25
sampai berakhirnya suatu proses produksi. Contoh penerapan konsep zero waste ini yaitu
sebagai berikut:
1. Penanganan Sampah
Pemikiran zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi pengelolahan
sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk melakukan penanganan
sampah perkotaan sehinnga dapat mengurangi volume sampah sedikit mungkin, serta
terciptanya industri kecil daur ulang yang dikelola oleh masyarakat atau pemerintah daerah
setempat. Konsep zero waste yaitu penerapan prinsip 3R ( Reduce, Reuse, dan recyle), serta
prinsip pengelolaan sedekat mungkin dengan sumber sampah dengan maksud untuk mengurangi
beban pengangkutan (transport cost). Orientasi penanganan sampah dengan konsep zero waste
diantarangan meliputi.
a. Sistem pengelolahan sampah secara terpadu,
b. Teknologi pengomposan,
c. Daur ulang sampah plastik dan kertas,
d. Teknologi pembakaran sampah, dan insenator
e. Teknologi pengelolahan sampah organik menjadi pakan ternak,
f.
Teknologi tempat pembuangan akhir (TPA)
g. Peran serta masyarakat dalam penanganan sampah,
h. Pengelolahan sampah kota metropolitan,
i.
2.
Peluang dan tantangan usaha daur ulang,
Pemilihan Sampah.
Kunci keberhasilan program daur ulang adalah pada pemilahan awal.Manajemen pemilahan
sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak dari sumbernya
dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali dari pewadahan,
pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan, melalui pengendalian
pengelolaan organisasi yang berwawasan lingkungan, sehingga dapat mencapai tujuan atau
sasaran yang telah ditetapkan yaitu lingkungan bebas sampah.
3.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
TPA tipe open dumping tidak tepat untuk dalam perwujudan green city . Oleh sebab itu, secara
bertahap
semua
kota
dan
kabupaten
harus
segera
mengubah
TPA
tipe open
dumping menjadi sanitary landfill . Dianjurkan untuk membuat TPA yang memenuhi kriteria
minimum, seperti adanya zona, blok dan sel, alat berat yang cukup, garasi alat berat, tempat
pencucian alat berat, penjaga, truk, pengolahan sampah, dan persyaratan lainnya.
iv.
Green Transportation
Transportasi hijau merupakan konsep turunan dari green city yang merupakan konsep utama
pembangunan. Konsep ini berfokus pada pembangunan sistem transportasi primoda dan
intermoda yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Implementasi dari konsep ini berpusat
pada perumusan sistem transportasi berkelanjutan (misal: jalur sepeda, angkutan umum, mobil
26
ramah lingkungan). Terdapat beberapa indikator pembangunan green transportation berdasarkan
P2KH, yaitu

Transportasi umum
Mengembangkan transportasi umum yang menghubungkan pusat-pusat pelayanan dan
permukiman.

Penggunaan Kendaraan Bebas Polusi
Mengembangkan sistem transportasi ramah lingkungan yang bersifat antar moda (jalur sepeda,
perahu, mobil, bebas polusi).
v.
Green Building.
Green Building adalah ruang untuk hidup dan kerja yang sehat dan nyaman sekaligus
merupakan bangunan yang hemat energi dari sudut perancangan, pembangunan, dan
penggunaan yang dampak terhadap lingkungan sangat minim (www.indonesia.cri.cn, Januari
2009).
Masyarakat memahami green building yang dijelaskan dalam Bulan Mutu Nasional dan Hari
Standar Dunia (2008), sebagai bangunan yang:
1. Terintegrasi dengan alam.
2. Memperhatikan ekosistem lokal dengan perencanaan jangka panjang.
3. Produk dari tindakan manusia dengan mempertimbangkan kualitas lingkungan baik fisik
maupun sosial.
Dijelaskan bahwa green building dirancang secara keseluruhan untuk menguragi dampak
lingkungan pada kesehatan manusia yaitu dengan :
1. Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lainnya
2. Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan.
vi.
Green Water
Green Energy adalah sumber energi dan tenaga yang ramah terhadap lingkungan. Khusus istilah
ini merujuk ke sumber – sumber energi yang dapat diperbaharui dan tidak mencemari
lingkungan. Selain air, sinar matahari dan angin terdapat pula energi yang berasal dari makhluk
hidup.
vii.
Green Energy
Green Energy adalah sumber energi dan tenaga yang ramah terhadap lingkungan. Khusus istilah
ini merujuk ke sumber – sumber energi yang dapat diperbaharui dan tidak mencemari
lingkungan. Selain air, sinar matahari dan angin terdapat pula energi yang berasal dari makhluk
hidup.
viii.
Green Disaster Management
Disaster Management adalah suatu proses atau strategi yang diterapkan sebelum, selama atau
setelah jenis peristiwa bencana terjadi. Proses ini dapat dimulai setiap kali sesuatu hal
27
mengancam untuk mengganggu operasi normal atau menempatkan kehidupan masyarakat
beresiko. Pemerintah di semua tingkatan serta banyak perusahaan membuat rencana bencana
mereka sendiri yang memungkinkan untuk mengatasi berbagai bencana dan kembali berfungsi
normal secepat mungkin.
28
2.8
Brench Mark
Berikut merupakan contoh penataan Waterfront:
1.
Kampung Pelangi Kenjeran Surabaya
Gambar 2.8.1 Kampung Pelangi Kenjeran, Surabaya
Sumber : Kompas
Jika melintasi jembatan baru di kawasan Kenjeran, Kota Surabaya, tepatnya di Jembatan
Suroboyo, Anda akan menemukan pemandangan luar biasa indah. Pemandangan yang sungguh
kontras dengan kondisi kawasan Kenjeran 2-3 tahun sebelumnya. Wilayah Kenjeran dulu dikenal
sebagai kampung-kamung nelayan yang kumuh, jorok, dan semrawut. Kini berubah menjadi
kawasan yang tertata rapi, indah, dipenuhi warna-warni, laksana pelangi. Sekarang kawasan
Kenjeran lebih dikenal dengan nama “Kampung Pelangi”. Konsep yang diterapkan pada kawasan ini
berupa penataan dan memperindah kawasan menjadi lebih menarik.
Gambar 2.8.2 Tampak sisi sungai dan aerial Kampung Pelangi Kenjeran, Surabaya
Sumber : Kotaku
29
Di sepanjang jalan tepi pantai, khususnya di RW 1-3 Kelurahan Sukolilo Baru, akan dijumpai
kawasan tepi pantai yang sudah dilengkapi dengan bronjong penahan pantai, tembok pembatas, jalan
inspeksi tepi pantai dengan paving warna-warni, taman tepi jalan dan pagar serta rumah warga yang
dihias dengan cat beraneka warna.
Di kawasan lingkungan permukiman, khususnya di gang-gang kampung, dibangun
infrastruktur permukiman yang sesuai dengan standar utilitas umum. Infrastruktur permukiman yang
dibangun dan ditata rapi adalah jalan paving blok, saluran drainase, pengadaan tanaman pot depan
rumah, PJU, jamban dan IPAL Komunal.
Dilakukan pula pengecatan rumah-rumah kampung nelayan, sehingga terlihat lebih menarik.
Bukan hanya rumah-rumah di pinggiran saja, juga rumah di dalam kampung, penuh dengan warnawarni. Rumah di kawasan pesisir yang dulunya kumuh, kini terhiasi warna cerah yang menarik
perhatian. Atap dan dinding rumah dicat mulai dari warna biru, merah, kuning, hijau, merah muda,
jingga, dan warna-warna cerah lainnya. Selain dicat, dinding rumah juga diberi tambahan corak agar
lebih unik.
Pemandangan Kampung Pelangi Kawasan Kenjeran Surabaya ini dapat disaksikan dari atas
Jembatan Suroboyo. Banyak pengunjung yang berfoto dari atas jembatan dengan latar belakang
Kampung Pelangi Kenjeran Surabaya. Jembatan Suroboyo sendiri dibangun oleh Pemkot Surabaya
dengan tujuan menjadi jalur transportasi yang memecah kemacetan kota. Jembatan Suroboyo menjadi
bagian dari obyek wisata baru di kawasan Kenjeran. Dalam hal ini, pembangunan Jembatan Suroboyo
sangat tepat, karena menjadi bagian penting dan melengkapi eksistensi kampung pelangi kawasan
Kenjeran.
Gambar 2.8.3 View Jembatan Suruboyo di malam hari
Sumber : Kompas
Pada malam hari Jembatan Suroboyo tampak indah dengan air mancur yang menari-nari mirip
seperti Wonder Full yang ada di Marina Bay Singapura. Di siang hari jembatan ini dihiasi tampilan
warna-warni dari rumah kampung nelayan. Pada akhir pekan, jumlah kunjungan ke lokasi jembatan ini
meningkat. Tidak heran jika pengunjung jembatan memakai Kampung Pelangi Kenjeran Surabaya ini
sebagai latar belakang foto selfie/wefie mereka.
30
2.
Pantai Losari Makassar
Pantai Losari Makassar, adalah sebuah pantai yang sangat terkenal yang terletak di
makassar. pantai
yang
sangat
indah
yang
berada Jalan
Penghibur
sebelah
barat
kota
Makassar. Pantai ini adalah sarana berkumpul dan hiburan bagi warga Makassar dan para
wisatawan untuk sekedar melepas penat dan sarana hiburan. Pantai ini ramai hampir di setiap
waktu pagi, sore dan malam hari.
Gambar 2.8.4 View Pantai Losari di malam hari
Sumber : Kompas
Pantai Losari merupakan pantai yang unik, karena wujud dari obyek wisata ini tidak seperti
pantai lain yang mempunyai hamparan pasir dan biota lain. Pemisah antara lautan dan daratan adalah
bebatuan di tepi pantai yang menjadi pemecah ombak.
Pembangunan anjungan-anjungan di tepi laut inilah yang menjadi fasilitas khas sebagai
ruang publik untuk dimanfaatkan oleh para pengunjung.
Anjungan di pantai diberi nama berdasarkan suku-suku yang ada di Makassar, seperti
Anjungan Bugis, Anjungan Makassar, Anjungan Toraja dan Anjungan Mandar.
Gambar 2.8.5 View Pantai Losari di waktu senja
Sumber : Kompas
31
Sunset pantai Losari yang begitu fenomenal adalah salah satu target bagi para wisatawan dan
para fotografer. Dengan posisi pantai yang agak menjorok, maka posisi matahari tenggelam pas berada
di laut, fenomena inilah yang menjadikan sunset di pantai losari begitu indah.
3.
San Antonio River Walk
Gambar 2.8.6 dan 2.8.7 San Antonio River Walk
Sumber : Freepik.com
Mereka mengatakan semuanya lebih besar di Texas dan ketika datang ke San Antonio River
Walk kami tentu tidak akan protes. Salah satu trotoar sungai yang paling indah di negara ini, juga
merupakan objek wisata nomor satu di negara bagian Texas. Tumbuh dan berkembang sejak konsepsi
pada tahun 1929 dan konstruksinya dimulai pada tahun 1939, rencana arsitek Robert Hugman untuk
membawa kehidupan ke Sungai San Antonio telah membuat lompatan dan batasan, membuka jalan
bagi perkembangan tepi sungai yang serupa.
Saat ini, San Antonio River Walk dikelilingi oleh sekitar lima mil dari bisnis komersial dan
terletak satu lantai di bawah permukaan jalan. Yang istimewa dari ini adalah memungkinkan pejalan
kaki yang berkunjung untuk memiliki River Walk dan semua jalurnya, jembatan dan tangga untuk
mereka sendiri, sedangkan mobil memiliki pintu masuk jalan sendiri ke bisnis. Kota San Antonio
menarik sekitar 26 juta pengunjung per tahun, dengan River Walk menjadi salah satu dari dua atraksi
utama. Daya tarik utama lainnya adalah Alamo, yang terletak tak jauh dari River Walk, yang
semuanya bersama-sama menciptakan satu tujuan utama bagi penduduk lokal dan turis.
Selain itu, hiburan di sungai jauh dari langka. Ada banyak klub malam, bar, teater, dan
tempat-tempat musik di sepanjang River Walk, tetapi ini adalah organisasi nirlaba, Asosiasi Paseo del
Rio terus menyelenggarakan program di situs dan di sungai. Mereka tidak hanya menawarkan wisata
sungai, mereka juga menyelenggarakan parade perahu, memamerkan musisi lokal, merayakan liburan,
dan mengadakan berbagai festival sepanjang tahun, memastikan bahwa budaya lokal tidak hilang pada
penduduk San Antonio atau mereka yang berkunjung. San Antonio Spurs bahkan merayakan gelar
NBA mereka dengan berparade menyusuri sungai.
32
BAB 3
TINJAUAN KAWASAN
3.1.
Wilayah Makro
Kecamatan Penjaringan terletak di Jakarta Utara. Penjaringan berbatasan dengan Laut Jawa
dan Kepulauan Seribu di sebelah utara, Kosambi di sebelah barat, Pademangan di sebelah timur,
dan Kalideres di sebelah selatan. Pelabuhan Muara Angke dan Pelabuhan Sunda Kelapa terletak di
Penjaringan. Penjaringan berisi sisa-sisa hutan bakau asli Jakarta, dilindungi oleh pemerintah yaitu
Suaka Margasatwa Muara Angke. Kecamatan Penjaringan yang saling silang dengan saluran air
pengeringan, kanal, dan waduk air untuk melindungi tanah dari banjir laut. Cengkareng, bagian dari
sistem pengendalian banjir Jakarta, mengalir ke laut melalui kecamatan ini.
Wilayah Kecamatan Penjaringan, terutama dalam Kelurahan Penjaringan Administrasi,
berisi beberapa bangunan bersejarah kolonial Belanda seperti sisa-sisa tembok kampung Batavia
dan gudang abad ke-17 (sekarang Museum Maritim). Luas wilayah Kecamatan Penjaringan adalah
3,9543 km2, memiliki
jumlah penduduk 105,203 jiwa dengan kepadatan penduduk 26,604
2
jiwa/km .
Gambar 3.1.1 Peta Kecamatan Penjaringan
Sumber: wikipedia.com
33
Gambar 3.1.2 Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kecamatan Penjaringan
Sumber: DCKTRP DKI Jakarta
3.2.
Wilayah Mikro
Kampung luar batang terletak di Jalan Gedong Panjang Kelurahan Penjaringan, Kecamatan
Penjaringan Jakarta Utara. Kependudukan Luar Batang terdapat 3 RW dan 37 RT. RW 01 terdiri
dari 11 RT dengan 750 KK, RW 02 terdiri dari 12 RT dengan 550 KK, dan RW 03 terdiri dari 14 RT
dengan 1220 KK, berikut adalah memperlihatkan pembagian wilayah rw pada kampung luar batang.
Gambar 3.2.1 Pembagian Wilayah Tingkat RW Kampung Luar Batang
Sumber: wikipedia.com
Kelekatan sejarah adalah sebuah kelekatan seseorang terhadap suatu objek baik benda mati
maupun benda hidup yang berkaitan dengan sejarah yang bersifat sebagaisebuah peristiwa yang
34
benar benar terjadi dengan bukti peninggalan peninggalan yang menguatkan sebuah kejadian dimasa
lalu atau sejarah kisah (cerita) yang berkembang di masyarakat tanpa adanya bukti peninggalaan
peninggalan yang dapat menguatkan bahwa sejarah itu benar benar ada dan terjadi.
Kelekatan sejarah dapat mempengaruhi aspek kehidupan yang terjadi dari kelekatan sejarah
yang meliputi: aspek sosisl,ekonomi dan budaya.
1.
Aspek Sosial
Kegiatan sosial yg terjadi di kampung luar batang sebagian besar adalahkegiatan sosial
yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan di masjid kampung luar batang ,
walaupun dalam kawasan ini ada masjid lain. hal ini di karenakan kegiatan kegiatan yang dilakukan
memiliki keterikatan dengan masjid luar batang sebagai tempat yang memiliki sejarah.
Contohnya: Haul alm. Habib Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus, Peringatan Maulud Nabi
Muhammad SAW , Isro Mi‟roj, dan kegiatan kegiatan keagamaan yang lainnya.
2.
Aspek Ekonomi
Keberadaan masjid dan makam kramat luar batang yang menjadi objek destinasi wisata
rohani yang mendatangkan banyak peziarah ataupun wisatawan ada beberapa pengaruhnya antara
lain:
a.
Munculnya kios kios di area sekitar Masjid Luar Batang.
b.
Banyaknya rumah rumah masyarakat yang dijadikan warung.
c.
Munculnya para pedagang kaki lima di luar kampung luar batang untuk berdagang
di area Masjid Luar Batang.
3.
Aspek Budaya
Keberadaan berbagai etnis yang ada pada kampung luar batang yang sebagian besar adalah
etnis betawi dan bugis makasar yang ada sejak terbentuknya kampung luar batang,mempengaruhi
kondisi budaya masyarakat kampung luar batang.keberadaan makam kramat habib sayid husein bin
abubakar alaydrus juga mempengaruhi kebudayaan masyarakat luar batang,apalagi ada keluarga
habib yang tinggal di area sekitar masjid,sehingga ada sedikit pengaruh budaya yang di bawa baik
dari habib sendiri
ataupun keberadaan keluarga
habib,beliau
yang membawa budaya
hadramaut,yaman selatan kedalam area masjid luar batang.
Contohnya: Setiap malam jumat para keluarga melakukan kegiatan ziarah, doa, silaturahmi
dengan masyarakat sekitar dan dilanjutkan dengan menyantap hidangan khas hadramaut yaman
selatan berupa nasi kebuli.
35
4.
Sirkulasi dan Parkir
Sirkulasi parkir pada sebuah kawasan adalah untuk menentukan struktur pola lingkungan
kawasan yang dapat membentuk, mengarahkan, dan mengontrol pola aktvitas kawasan sehingga
segala aktifitas yang terjadi dapat terakomodir dengan baik dan efektif.
Sirkulasi yang harus diperhatikan dalam sebuah kawasan terdiri dari 2 sirkulasi utama yaitu,
sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki.sirkulasi yang baik,tepat efektif dengan beberapa
kriteria:
a.
Memberikan kejelasan masing masing jalur sirkulasi dalam tapak baik bagi
pengunjung maupun penghuni dalam kawasan.
b.
Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi masing masing pengguna sirkulasi
yang melakukn kegiatan dalam kawasan.
c.
Memberikan kemudahan akses dan efektifitas jarak tempuh bagi masing masing
pengguna sirkulasi.
Untuk mencapai segala kriteria di atas ,maka perlu untuk mempertimbangkan kondisi
kelayakan jalur sirkulasi eksisting yang ada saat ini .
Banyaknya kendaraan para peziarah tidak sebanding dengan lahan parkir yang ada di area
Masjid Luar Batang, sehingga banyak kendaraan yng parkir di jalan jalan pemukiman warga bahkan
harus parkir di luar kawasan masjid luar batang,sehingga mengakibatkan ketidak nyamanan para
peziarah yang datang dan juga mengganggu aktifitas warga sekitar.
36
3.2.1
Kawasan Perancangan
Kawasan perancangan merupakan Kampung Nelayan Luar Batang, Penjaringan Jakarta
Utara dengan luas tapak sekitar 226.840 m².
Gambar 3.2.2 Kondisi Tapak dilihat dari Peta Citra Satelit
Sumber: maps.google.com
Adapun batasan-batasan pada kawasan adalah sebagai berikut :
e. Utara
: PT Satya Trinadi Komira Perkasa dan Apartemen Pluit
f.
: Kali Krukut
Selatan
g. Barat
: PT Kemasindo Cepat Nusantara dan Permukiman
h. Timur
: Jalan Maritim Raya, Pelabuhan Sunda Kelapa
37
3.2.2
Kondisi Eksisting Kawasan Perancangan
Keterangan Zona :
Batas Kawasan
Zona Pemukiman
Zona Pemerintah Daerah
Zona Perdagangan
Zona Terbuka Hijau
Zona Terbuka Biru /Air
Zona Industri
Gambar 3.2.3 Peta Zonasi Eksisting Kawasan Perancangan
Sumber : Dokumentasi Penyusun
A. Kondisi Permukiman
Gambar 3.2.5 Hunian warga dalam
kawasan pada umumnya tidak
mengindahkan GSB dan dibangun dua
lantai
Gambar 3.2.6 Warga menempati hunian
relokasi oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta di Kampung Akuarium
Sumber :
38
Dokumentasi Penyusun
Gambar 3.2.7 Hunian disepanjang
pesisir tidak mengindahkan garis
sempadan pantai
Gambar
3.2.8
Penempatan
pemukiman padat dan tidak
beraturan sehingga terkesan kumuh
Gambar 3.2.9 Ruang terbuka hijau berada di area
tertutup yang tidak bisa dinikmati warga sekitar
B. Kondisi Ruang
Terbuka Hijau
Gambar 3.3.0 Berada di pinggir pesisir , namun
akses agak jauh dari pemukiman warga
C. Kondisi Sarana
Gambar 3.3.1 Masjid Jami Luar Batang
sekaligus Makam Habib Husein yang menjadi
destinasi utama wisata bagi sebagian umat
muslim di hari besar tertentu.
39
Gambar 3.3.2 Pelaku perdagangan
skala kecil banyak ditemui berbaur
dengan area pemukiman, baik penjual
buah, mini market pribadi, warung
Sumber : Dokumentasi Penyusun
Pelaku industri dan komersil juga ditemui berada
di Selatan yakni di Jl. Pakin
Salah satu utilitas yang ditemui adalah Gedung
pompa milik Suku Dinas Sumber Daya Air,
Jakut.
Gambar 3.3.3 Sarana kesehatan yang ditemui
hanyalah praktek dokter umum
Gambar 3.3.4 Sebagai destinasi wisata pendukung,
Museum Wisata Bahari Jakarta menyimpan nilai
historis pelabuhan Sunda Kelapa pada zaman VOC.
40
Gambar 3.3.5 Sarana parkir untuk pengunjung
Masjid & peziarah makam Habib Husein tidak
tertata rapi serta kapasitasnya kurang memadai.
Gambar 3.3.6 Sampah warga tidak dikelola
dengan baik, ditumpuk sangat dekat dengan
area pemukiman.
D. Ko
ndisi
Prasaran
a
Gambar 3.3.7 Di area pemukiman ditemui
beberapa gang sempit yang hanya bisa dilewati
dua sepeda motor
Gambar 3.3.8 Lebar jalan di area pemukiman
umumnya 4 m, dengan selokan dikedua sisi, maka
ROW jalan adalah 6 m.
Gambar 3.3.9 Namun juga banyak ditemui jalan yang
hanya cukup dilewati satu mobil dan satu motor.
Gambar 3.4.0 Jalan di depan Museum Bahari
cukup lebar untuk dilalui dua mobil, serta
terdapat lampu jalan.
Gambar 3.4.1 Sisi selatan kawasan
berbatas langsung dengan jalan utama
yakni Jl Pakin yang terdiri atas 4 lajur
jalan. Terdapat lampu jalan dan pedestrian
dikedua sisi jalan
41
3.2.3 Permasalahan Dan Potensi Kawasan
Berdasarkan hasil survei pada kawasan perancangan ditemukan beberapa masalah yang bisa
menjadi tantangan dan hambatan, maupun berbagai potensi yang bisa menjadi faktor utama untuk
merancang wilayah tersebut. Kedua hal tersebut saling berkaitan yang kemudian menjadi acuan dalam
merumuskan isu dan konsep perancangan. Permasalahan dan potensi dikawasan perancangan secara
umum bisa diklasifikasikan menjadi 4 kategori, yakni;
a.
Fisik Alami dan Guna Lahan
b.
Perekonomian
c.
Pemukiman
d.
Sarana & Prasarana
Kategori
Aspek
Keterangan
Umumnya disepanjang bibir pesisir/laut dibangun rumah
Masalah
permanen warga tanpa mengindahkan aturan GSP
Padatnya bangunan sangat mengurangi area resapan air
Fisik Alam dan
Guna Lahan
Sisi pesisir di timur sebagai kawasan Waterfront sangat
Potensi
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai wisata bahari serta
sarana komersial pendukung
Disekitar kawasan wisata religi Masjid Luar Batang didapati
sekelompok orang yang meminta-minta pada pengunjung
Masalah
wisata dengan dalih sebagai penjual bunga untuk ziarah
Pasar ikan yang sudah tidak beroperasi lagi cukup
Perekonomian
mempengaruhi pendapatan warga terutama pedagang pasar
Potensi wisata Masjid Luar Batang, Museum Bahari,
Potensi
Museum Pasar Ikan menciptakan peluang usaha bagi warga
sekitar
Kepadatan penduduk cukup tinggi berimbas pada kepadatan
area pemukiman
Rumah-rumah yang terbangun umumnya menggunakan
90% area tanahnya dengan tidak mengindahkan atura GSB
Pemukiman
Masalah
dan KDB
Bentuk dan ketinggian bangunan pada kawasan sangat
beragam namun berdempetan, sehingga terkesan tidak rapi
bahkan kumuh terutama pada sisi pesisir
Dampak lainnya adalah umumnya rumah tidak memiliki
carport mobil pribadi karena keterbatasan lahan, sehingga
42
mobil menginap disisi jalan
Tidak terdapat Ruang Terbuka Hijau atau taman untuk
berkumpul dan berkegiatan diluar ruangan
Sarana kesehatan seperti Puskesmas tidak ditemui
Distribusi dan pengelolaan sampah tidak terencana dengan
baik
Area komersil untuk jualan makanan dan minuman kurang
tertata rapi
Jalan-jalan dalam kawasan tidak optimal untuk dilalui mobil
dua arah, karena dengan lebar hanya ±4m, jalan sulit dilalui
Masalah
akibat motor yang diparkir sembarangan disisi jalan
Dampaknya adalah kecil kemungkinan akses dilalui Bus dan
Truk, baik untuk keperluan servis maupun keadaan darurat
Minim area parkir untuk umum baik untuk roda dua maupun
Sarana &
roda empat, terutama pada kawasan wisata Masjid Luar
Prasarana
Batang
Tidak tertatanya area penjual makanan dan minuman
disekitar kawasan wisata religi Masjid Luar Batang, hanya
diisi beberapa Pedagang kaki lima di depan area parkir
Tidak tersedia tempat yang layak untuk para pedagang
souvenir khas wisata religi
Dapat disediakan tempat yang layak untuk berjualan baik
untuk para penjual makanan & minuman, penjual bunga
ziarah, pedagang kecil seperti penjual souvenir menambah
Potensi
kenyamanan dan minat pengunjung
Menghidupkan area Museum Bahari dengan sarana/fasilitas
pendukung yang terintegrasi dengan wisata bahari disisi
pesisir
43
BAB 4
KONSEP PERANCANGAN KAWASAN
Konsep Green Waterfront ,menurut Kementerian Pekerjaan Umum melalui rumusan
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) terdiri dari 8 variabel konsep, yang selanjutnya
disesuaikan dengan hasil analisis data untuk menentukan indikator tiap variabel untuk
menyelesaikan permasalahan dan memaksimalkan potensi yang terdapat di lokasi penelitian.
Tabel 1. Indikator Variabel Konsep Green Waterfront
1.
N
Variabel
o
V
a
r
iGreen Planning & Design
a
b
e
l
Indikator
Terciptanya struktur dan pola ruang kawasan yang
mengakomodasi ketersediaan RTH, pejalan kaki, dan pesepeda
Terciptanya intensitas ruang (KDB, KLB, KDH) kawasan
yang efisien terhadap penggunaan lahan
Terwujudnya bangunan-bangunan kawasan yang ramah
lingkungan
Tersedianya tata informasi, rambu-rambu lingkungan, street
furniture yang mencukupi dan berkarakter khas
Tersedianya RTH publik kawasan berupa taman yang
berfungsi sebagai rekreasi dan sarana resapan air
2.
Green Open Space
Tersedianya vegetasi kawasan yang mencukupi
Tersedianya jalur hijau sebagai area preservasi kawasan
Green Waste
Tersedianya kawasan khusus yang mewadahi kegiatan industri
rumah
Tersedianya
sistem
pengolah
limbah dan sanitasi yang baik
tangga perikanan
berskala
kawasan
Tersedianya fasilitas pengelolaan sampah di tiap RW
3.
Terciptanya sirkulasi kawasan yang baik
Tersedia tempat parkir sesuai kebutuhan
4.
Tersedia jalur pedestrian dan jalur sepeda yang terkoneksi ke
seluruh kawasan
Tersedianya jalur servis/pelayanan lingkungan berupa truk
Green
Transportation
sampah dan pemadam kebakaran
Tersedianya infrastruktur jalan yang memadai dan
meningkatkan aksesibilitas kawasan
44
Ruang jalan yang proporsional memenuhi kepentingan seluruh
pengguna jalan
5.
Green Building
Pola hunian menjadi hunian vertikal
Adanya aturan ketinggian bangunan dan garis sempadan
bangunan (GSB)
Adanya fasilitas strategis yang menjadi pusat kegiatan
perikanan kawasan
Tersedianya sistem air bersih dan MCK umum sesuai
kebutuhan penduduk
6.
Tersedianya sistem drainase yang terintegrasi dengan jaringan
Green Water
jalan
Terciptanya bangunan yang dilengkapi dengan teknologi
konservasi air
7.
Green Energy
hujan
dan sarana
tumbuh
vegetasi
Tersedianya
fasilitas
sumber
energi alternatif ramah
lingkungan dan fasilitas pendukungnya
8.
Green Disaster
Tersedianya sistem mitigasi bencana banjir rob yang efisien
dan ramah lingkungan
Management
45
BAB 5
ANALISIS PERANCANGAN KAWASAN
5.1
Analisis Aktivitas dan Kebutuhan Ruang, Penjabaran Aktivitas Utama, Penunjang
Serta Pelayanan
5.1.1 Analisis Karakteristik Aktivitas Dan Pengguna Kawasan
Tabel 5.1.1.
Analisis Jenis Aktivitas Kampung Luar Batang
46
5.1.2 Analisis Hubungan Antar Aktivitas Kawasan Wisata Pesisir
Wisata Sejarah
47
5.1.3 Analisis Kebutuhan Ruang
KEBUT
UHAN
RUAN
G
STUDY
ROOM
/
WORK
SHOP
PERSYARATAN
RUANG
KARAKTERIS
TIK RUANG
RUANG
YANG
DIGUNAKAN
SEBAGAI
TEMPAT
EDUKASI
PARA
PENGUNJUN
G
FASILITAS
TOILET BAGI
PENGUNJUN
G
LAVAT
ORY
PENGU
NJUNG
FISIK
-SKALA
WAJAR
NON
FISIK
MENCIP
TAKAN
SUASAN
A
EDUKAT
IF,
ATRAKTI
F, DAN
MEMBE
RIKAN
KENYA
MANAN
KAPASITAS
MANUSIA PERLENGKAPAN
& PERALATAN
-UNTUK 25
ORANG +
PERABOTAN
(@0.93m² +
0.325m² + 1.22m²
= 2.47m²)
PERHITUN
GAN
SIRKULASI
BESARAN
RUANG
25 X
2.475m² =
61.875m²
40%
JUMLAH
RUANG
LUAS
TOTAL
2
173.25
m²
DIBUL
ATKAN
173m²
-MUDAH
DIAKSES
-MUDAH
DIAKSES
-BERSIH
DAN
NYAMA
N
-LAVATORY PRIA
30%
→KAPS = 10
10 X 0.6m X
0.6m =
3.6m²
→CLOSED = 3
3 X 1.25m X
1.6m = 6m²
→URINAL = 3
→WASTAFEL = 2
34.476
m²
1
DIBULA
TKAN
35m²
3 X 0.8m X
0.8m =
1.92m²
2 X 1.5m X
0.9m =
2.7m²
-LAVATORY
WANITA
48
RUAN
G
INFOR
MASI
RUANG
YANG
BERFUNGSI
UNTUK
MEMBERIKA
N
INFORMASI
KEPADA
PARA
PENGUNJUN
G
-MEMILIKI
AKSES
YANG BAIK
KARENA
MENGHUB
UNGKAN
KE SEGALA
RUANG
→KAPS = 10
10 X 0.6m X
0.6m =
3.6m²
→CLOSED = 3
3 X 1.25m X
1.6m = 6m²
→WASTAFEL = 2
2 X 1.5m X
0.9m =
2.7m²
BERSIFA
T
INFORM 4 ORANG
ATIF
(@0.36m²)
DAN
INTERAK
TIF
4 X 0.36m²
= 1.44m²
MENJAD
I POIN
1 SET MEJA
OF
RESEPTIONIS
INTERES
T
2 X 0.6m X
0.8m =
0.96m²
40%
1
6.16m
²
DIBUL
ATKAN
7m²
1
238.70
35m²
DIBUL
ATKAN
239m²
1 X 0.8m X
2.5m = 2m²
CAFÉ
&
RESTA
URANT
MERUPAKAN
RETAIL
STORE YANG
MENGKHUS
USKAN PADA
AREA
MAKAN -
-AREA
BERADA
MENJADI
SATU
DENGAN
RETAIL
STORE
BERSIFA
T
TERBUK 60 ORANG
A AGAR
SELAIN
BERGUN
60 X 0.8m X
0.8m =
38.4m²
40%
49
MINUM,
TEMPAT
BERSANTAI,
NONGKRON
G, DSB.
LAINNYA
A
SEBAGAI
AREA
MAKAN
MINUM
TETAPI
JUGA
SEBAGAI
TEMPAT
YANG
SANTAI
UNTUK
MELIHA
T
PAMER
AN
15 X 4 X X
15 SET MEJA
0.8m X
KURSI MAKAN
0.8m =
38.4m²
15 X
(@4KURSI+1MEJA
0.7225m² =
(PXL=85cm))
10.8375m²
2 X 0.8m X
2 WASTAFEL
0.6m =
0.96m²
1 X 0.7m X
COUNTER
2.5m =
MAKANAN
1.75m²
2 X 1.5m X
1 KASIR
1.8m =
2.7m²
1 X 3.5m X
1 DAPUR
12.5m =
43.75m²
1 TOILET
PEGAWAI
1 X 1.25m X
1.6m = 2m²
1 GUDANG
PENYIMPANAN
1 X 3m X
3m = 9m²
→RUANG
PEGAWAI
KAPS 15 ORANG
PEGAWAI
RESTAURAN: 15
(LOCKER
DIASUMSIKAN
15:3)=5 BUAH
(ASUMSI 1
GUDANG
3m X 3m)
15 X 0.6m X
0.6m =
5.4m²
5 X 05m X
0.6m =
1.6m²
50
2 RUANG GANTI
2 X 1.2m X
1.5m
=3.6m²
1 KURSI PANJANG
(@2m)
1 X 0.5m X
2m = 1m²
→PENGELOLA
2 SET MEJA KURSI
KERJA
2 KURSI
TAMBAHAN
1 FILE CABINET
RETAIL
STORE
(BOOK
STORE,
MERC
HANDI
SE,
ETC.)
RUANG
YANG
DIGUNAKAN
SEBAGAI
AREA
KOMERSIAL
YANG
MELAYANI
JUAL - BELI
SEGALA
BARANG
DARI
MUSEUM
- MENJADI
SATU
DENGAN
RETAIL
STORE
LAINNYA
YAITU CAFÉ
&
RESTAURA
N
-MEMILIKI
GUDANG
PENYIMPA
NAN DAN
MEMILIKI
LETAK
YANG
SANGAT
STRATEGIS
DI
MUSEUM
OLAHRAGA
MEMBE
RIKAN
SEBUAH
AREA
YANG
INTERAK
TIF DAN
AKTRAK 30 ORANG
TIF
AGAR
MENARI
K
PERHATI
AN
PENGU
NJUNG
(1SET MEJA
KURSI
KERJA
7'X7')
2 X 2.15m X
2.15m =
9.24m²
2 X 0.6m X
0.8m =
0.96m²
1 X 0.6m X
1.5m =
0.9m²
30 X 0.8m X
0.8m =
19.2m²
1 KASIR
1 X 1.5m X
1.8m =
2.7m²
1 GUDANG
PENYIMPANAN
1 X 4m X
4m = 16m²
40%
137.9
m²
DIBUL
ATKAN
138m²
1
51
(ASUMSI)
AREA DISPLAY
ATM
CENTE
R
MERUPAKAN
FASILITAS
PENDUKUNG
BAGI
MUSEUM
OLAHRAGA
BERSIFA
T
PRIVAT
DAN
HARUS
DAPAT
MENJA
MINN
KEAMA
NAN
PENGG
UNA
30%
1
14.88
m²
DIBUL
ATKAN
15m²
-MUDAH
DIAKSES
DARI
ENTRANCE
TERJAMI
N
ASUMSI RASIO
LEAMA
KENDARAAN
NANNY
A
50%
1
2000m
²
-MUDAH
DIAKSES
MENGGUN
AKAN
SISTEM
PORTAL
MEMBE
RIKAN
RASA
AMAN
DAN
NYAMA
N
KEPADA
40%
2
14m²
-BERADA
PADA 1
RUANGAN
TERTENTU
-MEMILIKI
SEKAT
ANTARA 1
ATM DG
ATM YG
LAIN
SEBAGAI
SIRKULASI
AREA
KELUAR
KANTO MASUK
NG
KENDARAAN
PARKIR DARI LUAR
DAN DALAM
SITE
SARANA
PENDUKUNG
POS
DALAM
PARKIR
PENGAMAN
AN PARKIR
AREA
DISPLAY
DIASUMSIK
AN 10m X
10m =
100m²
4 MESIN ATM
4 X 2m X
2m =12m²
ASUMSI 8 ORANG
8 X 0.6m X
0.6m =
2.88m²
1 POS PARKIR
BERISI 2 ORANG +
1 KURSI
52
PEGUNJ
UNG
RUAN
G
UTILIT
AS
RUANG
KONTROL
ALAT - ALAT
UTILITAS
-BISA
DICAPAI
HIDRANT/
MOBIL
DAMKAR
MEMBE
RIKAN
RASA
NYAMA
N DAN
AMAN
BAGI
PENGG
UNA
3 ORANG
60%
1
17m²
1 SET TRAFO
2 LEMARI
INVENTER & AKI
2 LEMARI PANEL
LISTRIK
1 PANEL FIRE
ALARM
1 PANEL
JARINGAN
TELEPON
1 SET BOX
HYDRANT
Tabel 5.1.3.
Analisis Kebutuhan Ruang Kampung Luar Batang
53
5.2
Analisis Tapak
Analisis Tapak merupakan satu dari delapan tahap dalam perancangan sebuah tapak
menurut Kevin A. Lynch. Tahap ini merupakan tahap yang dini sebelum mendesain sebuah karya
lanskap, tahap ini sangat penting karena pada tahap ini kita menganalisa apa kelebihan dan
kekurangan tapak, apa yang perlu dipertahankan dan dihilangkan, apa yang harus ditambahkan dan
dikurangi, apa yang harus diperbaiki, dan lain lain.
Analisis tapak meliputi, penelitian (riset), analisis, dan sintesis terhadap tapak yang akan
kita olah. Penelitian dilakukan terhadap segala sesuatu yang berpengaruh bagi tapak seperti keadaan
alami tapak, aktivitas, social budaya, hingga mengenai ekonomi.
Tujuan akhir dari kegiatan analisis tapak ini adalah menghasilkan sebuah karya lanskap
yang tepat guna, fungsional dan estetis, dan juga agar karya lanskap kita bisa memberikan
kenyamanan, keindahan, dan rasional baik dari segi social maupun ekonomi.
5.2.1 Analisis Tautan Wilayah
Data dan analisis
Pada sebelah utara dan timur tapak berbatasan
dengan bibir pantai, akan tetapi kawasan tersebut
telah di bangun kawasan-kawasan hunian kumuh
yang mana tidak sesuai dengan aturan berlaku.
Sebelah barat dan selatan yang berbatan langsung
dengan jalan raya untuk area ini mempunyai tingkat
kebisingan sangat tinggi.
Respon
Pada kawasan sebelah utaran dan timur tapak
mengoptimalkan area penghijuan dan menyediakan
ruang terbuka hijau. Sebalah barat dan selatan
menerapkan buffer karena merupakan area kebisingan
sangat tinggi.
54
5.2.2 Analisis Topografi
Data dan Analisis
Daerah sekitar yang dekat pantai rawan sekali
terjadinya banjir rob atau sering terjadinya abrasi
oleh tenaga gelombang laut yang bersifat merusak
Respon
Daerah sekitar garis bibir pantai dijadika area
penghhijauan terutama ditanami pohon mangruf
untuk pemecah gelombang air laut dan dibuatkan
bendungan agar air laut tidak masuk ke daratan.
55
5.2.3 Analisis Aksesibilitas
Data dan Analisis
1. Akses masuk utama yang tersedia hanya di jalan
luar batang
2. Tidak tersedia akses untuk menuju ke pesisir
lautan
3. Tidak tersedianya jembatan penghubung untuk
mempermudah akses ke dalam museum.
4. Akses jalan masih terlalu kecil dan masih banyak
parker sembarangan sehingga mempersulit kendaraan
untuk keluar masuk
Respon
1. Di buat 2 akses masuk baik dari barat dan juga
selatan sehingga mempermudah masuknya
kendaraan dan berbagai arah.
2. di buatnya akses untuk menuju pesisir pantai agar
dapat dinikmati pengunjung wisata, dan di buatnya
jalur sepeda sepanjang pesisir pantai dan juga area
wisata.
3. memperluas jalan atau membuat jalan menjadi satu
arah untuk mempermudah masuk atau keluar nya
kendaraan dan juga pemadam kebakaran.
56
5.2.4 Analisis Drainase
Data dan Analisis
Respon
Pembangunan dan penataan drainase sesuai
dengan peraturan berlaku. Pembuatan drainase
saluran drainase di dalam pekarangan untuk
menghindari terjadinya genangan di dalam
pekarangan, yang sudah ditata dan mengalirkan
air hujan.
Kondisi drainase tapak tersebut sangat
memperhatikan. Airnya yang berwarna coklat dan
sampah-sampah yang berserakan di mana-mana.
5.2.5 Analisis Lingkungan
Data dan Analisis
Respon
Pembangunan dan penataan drainase sesuai
dengan peraturan berlaku. Pembuatan drainase
saluran drainase di dalam pekarangan untuk
menghindari terjadinya genangan di dalam
pekarangan, yang sudah ditata dan mengalirkan
air hujan.
Kondisi drainase tapak tersebut sangat
memperhatikan. Airnya yang berwarna coklat dan
sampah-sampah yang berserakan di mana-mana.
57
5.2.6 Analisis Kebisingan
Data dan Analisis
Salah satu permasalahn untuk area dengan
kebisingan tinggi yaitu sering terjadinya
kemacetan .
Respon
Salah satu solusi untuk mengurangi kebisingan
yaitu dengan ditempatkan sejumlah pohon
disisi tapak yang berbatasan langsung dengan
sumber kebisingan.
5.2.7 Analisis View
Data dan Analisis
a. Analisa view ke luar site
Respon
Menata ulang kawasan pemukiman sesuai dengan
konsep pemukiman yang humanis.
58
b. Analisa view ke dalam
site
View tapak luar maupun dalam tidak bagus, untuk
salah satu contohnya adalah view area pemukiman
termasuk katagori kumuh.
5.2.8 Analisis Iklim dan Lintasan matahari
Data dan Analisis
Respon
Agar semua hunian memperoleh matahari yang
sama, maka hunian yang ada harus ditata ulang
menghadap ke sisi utara dan selatan. Selain itu
wilayah tersebut harus tersedia ruang terbuka
hijau yang dilengkapi dengan vegetasi seperti
pepohonan, agar wilayah tersebut sejuk.
1. Hunian yang berada di wilayah studi arah
bangunannya tidak beraturan sehingga cahaya
matahari yang datang tidak dapat dirasakan oleh
semua bangunan yang ada di wilyah studi.
59
5.2.9 Analisis Vegetasi
Data dan Analisis
Belum adanya vegetasi untuk pengendalian abrasi
gelombang air laut.
Kondis eksisting tapak di pinggir pantai terdapat
pemukiman padat
Respon
Kawasan di pinggir pantai harus ditata ulang, agar
kawasan tersebut diperuntukan sebagai zona koridor
lahan penghijaun agar dapat dikembalikan sesuai
dengan fungsinya
60
5.3
Zoning Kawasan
1. Akses masuk utama yang tersedia hanya di jalan
luar batang
2. Tidak tersedia akses untuk menuju ke pesisir
lautan
3. Tidak tersedianya jembatan penghubung untuk
mempermudah akses ke dalam museum.
4. Akses jalan masih terlalu kecil dan masih banyak
parker sembarangan sehingga mempersulit kendaraan
untuk keluar masuk
2. Di buat 2 akses masuk baik dari barat dan juga
selatan sehingga mempermudah masuknya
kendaraan dan berbagai arah.
2. di buatnya akses untuk menuju pesisir pantai agar
dapat dinikmati pengunjung wisata, dan di buatnya
jalur sepeda sepanjang pesisir pantai dan juga area
wisata.
3. memperluas jalan atau membuat jalan menjadi satu
arah untuk mempermudah masuk atau keluar nya
kendaraan dan juga pemadam kebakaran.
61
5.4
Analisis Kriteria Tak Terukur
Kriteria tak terukur adalah kriteria yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, tetapi dapat
memberi persepsi yang sama bagi pengamat yang melihatnya. Oleh karena itu, kriteria tak terukur
lebih menekankan pada aspek kualitatif di lapangan. Menurut Hamid Shirvani: 1985, kriteria tak
terukur terdiri dari:
5.4.1 Access
Pencapaian dapat ditunjukkan dari kemudahan, kenyamanan, dan keamanan dalam
mencapai tujuan. Area makam Habieb husein di area luar batang memiiki acces untuk mencapai
tujuan yang terbilang masih kurang masih banyak permasalahan dalam hal akses seperti, kurang
lebarnya jalan, banyaknya orang yang parkir di pinggiran jalan sehingga membuat kurang nyaman.
Data dan Analisis
Respon
1. banyaknya masyarakat yang parkir di pinggiran
jalan
1.dibuatnya area parkir yang lebih luas untuk
masyarakat serta pendatang
2. Jalan akses yang masih terlalu sempit
2. Jalan akses diperlebar atau dibuat aturan untuk
menjadi satu jalur
3. Kurangnya rambu atau tanda yang tersedia di area
tersebut
4. Tidak tersedianya jembatan penghubung untuk ke
area museum
4. Tidak adanya akses untuk ke area perairan laut
3. Diberikan banyak rambu agar area wisata jadi
lebih terlihat serta aman untuk para pengunjung
4. Diberinya pepohonan disetiap sisi jalan untuk
memberikan keindahan serta kenyamanan
pengunjung
5. Diberinya akses untuk ke area pesisir
pantaipengunjung
62
5.4.2 Compatibility
Compatibility merupakan kecocokan tata letak dengan topografi, bentuk dan massa
bangunan, dan skala. Compatibility terfokus pada estetika dan arsitektural. Dengan konsep Green
waterfront maka compatibility yang cocok untuk area tersebut harus di pertimbangkan untuk
memberikan ciri khas.
Data dan Analisis
•
tidak sesuainya area wisata
dengan lingkungan sekitar
•
Komponen yang tersedia masih
kurang
•
masih banyaknya bangunan yang
berantakan sehingga tidak terlihat
seperti area wisata
Respon
•
•
•
Menyesuaikan area dengan konsep green
waterfront
Memperbanyak komponen yang tersedia
sesuai dengan konsep green waterfront
Membuat pemukiman menjadi lebih rapih
dengan konsep green waterfront
63
5.4.3 View
Views merupakan kejelasan yang dapat di lihat baik dari dalam kawasan maupun dari luar
kawasan yang dapat dilihat oleh kasat mata.
Data dan Analisis
b. Analisa view ke luar site
Respon
Menata ulang kawasan pemukiman sesuai dengan
konsep pemukiman yang humanis.
b. Analisa view ke dalam
site
View tapak luar maupun dalam tidak bagus, untuk
salah satu contohnya adalah view area pemukiman
termasuk katagori kumuh.
64
5.4.4 Identity
Identity merupakan suatu ciri yang dapat dikenali oleh pengamat (citra). Elemen ini dapat
dikenali melalui landmark dari suatu kawasan yang dapat mencirikan identitas dari kawasan
tersebut.
Data dan Analisis
•
area kawasan wisata tidak terlihat dari
jalan utama
•
Tidak jelasnya zoning di area tersebut
Respon
•
dibuatnya plang atau tanda yang dapat
memberikan informasi area wisata (seperti
bangunan ,tower dll)
•
Melakukan penzoningan pada area wisata
sehingga memberikan identitas pada area
tersebut
•
Memberikan suatu hal yang unik dalam
kawasan area untuk memberikan hal yang
unik contoh (landmark, maskot dll)
65
5.4.5 Sense
Sense adalah suasana yang ditimbulkan masih berhubungan dengan aspek budaya.
Kriteria ini dapat dicapai dengan disain bentuk yang khusus atau suatu kegiatan yanag dapat
menyentuh hati masyarakat, merupakan rangkaian ruang yang memiliki fungsi erat, dan berkaitan
dnegan kegiatan sosial maupun proses alami.
Data dan Analisis
•
Panas dari sinar matahari sangat menyengat
•
Ada beberapa aktifitas masyarakat yang
membuat kurang nyaman
•
Area pasar yang banyak dengan sampah
Respon
•
Memperbanyak area hijau untuk
mengurangi panas serta polusi yang ada
•
Diadakannya peraturan untuk
membatasi kegiatan masyarakat di area
wisata.
•
Membersihkan dan disediakannya bank
sampah.
66
5.4.6 Livability
Merupakan kenyamanan untuk tinggal di dalamnya bagi banyak orang yang masuk di
dalamnya. Untuk mengetahui tingkat kenyamanan tinngal di dalamnya, dibutuhkan indikator
kenyamanan agar memiliki persepsi yang sama.
Data dan Analisis
•
•
kenyamanan pada malam hari masih terlalu
kurang dikarenakan penerangan lampu
masih menggunakan penerangan rumah
warga.
Respon
•
Perbanyak lampu penerangan dimalam hari
•
Dibuatnya RTH agar kawasan tidak terlalu
panas
Area di sekitar masih terlalu panas
dikarenakan tidak adanya area terbuka
hijau untuk peredam panas
67
5.5
Analisis Kriteria Terukur Kawasan Pariwisata
5.5.1 KDB , KLB dan KLH
Gambar 5.5.1 Peta Rencana Detail Tata Ruang
Wilayah Kampung Luar Batang
Sumber: dcktrp DKI Jakarta
Keterangan:
Kode ID
Subblok
008.C.1
Zona
KDB
KLB
KDH
CAMPURAN
50
2
30
-
-
-
013.S.3.g
PERUMAHAN
KAMPUNG
PELAYANAN UMUM DAN SOSIAL
40
0,8
30
015.H.4.g
JALUR HIJAU
0
0
0
018.P.3.g
PEMERINTAHAN DAERAH
50
2
30
019.K.1.g
PERKANTORAN/PERDAGANGAN/JASA 55
3
30
042.K.1.g
PERKANTORAN/PERDAGANGAN/JASA 50
2
30
020.H.4.g
JALUR HIJAU
0
0
012.R.1.g
0
68
5.5.2 Amplop Bangunan
5.5.2.1 Amplop Bangunan Parsial A
5.5.2.2 Amplop Bangunan Parsial B
69
5.5.2.3 Amplop Bangunan Parsial C
5.5.2.4 Amplop Bangunan Parsial D
70
5.6 Analisis Elemen Perancangan Kota
5.6.1 Penggunaan Lahan (Land Use)
Data dan Analisis
Respon
5
.
6
.
2
B
e
n
t
u
k
1.Terdapat ketidaksesuaian penggunaaan lahan
d area pesisir
terutama
3. Mengembalikan lahan sesuai dengan RDTR.
Area pesisir akan dibuat ruang terbuka hijau
a
n permukiman penduduk yang kurang tertata
2. Area
M
a
s
s
a
2. Menata dan mendesain permukiman penduduk
agar lebih tertata dengan baik.
71
5.6.2 Bentuk dan Masa Bangunan
5
.
6
.
2
B
e
n
t
u
k
1. Bentuk bangunan rumah-rumah penduduk yang
kurang estetis dan tidak tertata dengan baik
d
a
2. Orientasi
bangunan rumah-rumah penduduk yang
n beraturan
tidak
1.
Mendesain rumah penduduk dengan
mengedepankan nilai-nilai budaya lokal
2. Mengatur arah hadap bangunan sesuai dengan
orientasi lintasan matahari agar mendapatkan
pencahayaan alami dengan cukup.
M
a
s
s
a
72
5.6.3 Sirkulasi dan Parkir
5
.
6
.
2
B
e
n
t
u
k
1. Tidak adanya lahan parkir. Sehingga banyak warga
dan pengunjung yang memarkirkan kendaraannya di
d jalan
pinggir
a
n
2. Tidak tersedianya jembatan penghubung untuk
mempermudah akses dari museum menuju Masjid
LuarM
Batang dan sebaliknya.
a jalan masih terlalu sempit sehingga
3. Akses
menimbulkan
penumpukan arus kendaraan
s
s
a
1.
Membuat kantong-kantong parkir, system
drop off , dan kawasan park and ride di dalam
tapak.
2. Perlunya jembatan yang menghubungkan dua area
tersebut agar akses menjadi mudah.
3. Memperluas jalan atau membuat jalan menjadi
satu arah untuk mempermudah masuk atau keluar
nya kendaraan dan juga pemadam kebakaran.
73
5.6.4 Ruang Terbuka
5
.
6
.
2
B
e
n
t
u
k
1. Kurangnya ruang terbuka hijau di dalam tapak.
d
a tersedianya ruang bermain anak
2. Tidak
n
1.
Merancang ruang terbuka hijau sebagai
penerapan green waterfront
2. Merancang ruang bermain anak yang mudah
dijangkau oleh warga sekitar
3. Tidak tersedianya ruang terbuka untuk berkumpul
M
warga dan sebagai mitigasi bencana
a
s
s
a
3. Merancang ruang terbuka untuk berkumpul warga
dan sebagai mitigasi bencana
74
5.6.5 Jalur Pedestrian
5
.
6
.
2
B
e
n
t
u
k
1. Akses pejalan kaki yang kurang aman dari
kendaraan bermotor
d
a tersedia jalur sepeda
2. Tidak
n
3. Tidak tersedianya jalur jogging track
M
a
s
s
a
1. Merancang pedestrian walkway yang aman
nyaman dan ramah disabilitas
2. Merancang jalur sepeda untuk memfasilitasi
penggunaan sepeda dan meminimalisisr penggunaaan
kendraan bermotor
3. Merancang Jogging Track sebagai wadah aktivitas
berolahraga warga dan pengunjung
75
5.6.6 Aktivitas Pendukung
5
.
6
.
2
B
e
n
t
u
k
1. Aktivitas pendukung seperti food court, toko
cinderamata masih kurang layak
d
a
n
1.
Menata dan merancang food court dan pusat
cinderamata yang layak, menarik dan mudah
diakses.
M
a
s
s
a
76
5.6.7 Penandaan
5
.
6
.
2
B
e
n
t
u
k
1.
Tidak terdapat penandaan dan papan
petunjuk pada tapak
d
a tersedia papan informasi mengenai objek
2. Tidak
wisata
n Luar Batang
1.
Memasang papan petunjuk yang informatif
pada lokasi-lokasi yang strategis
2. Membuat papan informasi yang informative di
setiap objek wisata.
3. Tidak tersedianya papan nama dan peta wilayah
M
objek wisata
a
s
s
a
3. Membuat papan nama dan peta wilayah objek
wisata
77
5.6.8 Preservasi
5
.
6
.
2
B
e
n
t
u
k
1. Bangunan Cagar Budaya seperti Masjid Luar
Batang belum dikelola dengan maksimal
4. Perlunya pengelolaan yang baik pada Bangunan
Cagar Budaya Masjid Luar Batang.
d
a
n
M
a
s
s
a
78
5.7 Analisis Elemen Estetika
5.7.1 Sumbu
Sumbu merupakan garis maya yang terbentuk oleh dua titik dalam sebuah ruang
terhadap bentuk-bentuk dan ruang-ruang yang tersusun. Garis maya tersebut tidak selalu
berbentuk jalan, tetapi dapat berupa ruang terbuka hijau juga. Sumbu juga dapat terbentuk
karena tata massa bangunan di sekitarnya. Sumbu dalam perancangan Green waterfront ini
adalah pinggiran laut itu sendiri, sebagai sumbu utama yang direncanakan sebagai media
transportasi air.
Data dan Analisis
Respon
•
Membersihkan area yang akan di
jadikan wisata air
•
Mempercantik area air dengan
memberikan RTH di pinggiran
(Sesuai dengan konsep
•
•
Masih banyakanya perahu yang
bersandar di area dermaga
•
Area di pinggiran laut belum
adanya RTH
79
5.7.2 Hirarki
Hirarki adalah penyusunan tata massa bangunan yang menunjukkan derajat kepentingan
dari bentuk dan ruang serta peran-peran fungsional, formal, dan simbolis. Hirarki dapat
ditunjukkan melalui perbedaan ukuran, betuk bangunan, maupun lokasi yang strategis.
Perancangan hirarki bertujuan agar pengunjung di suatu kawasan dapat mengenali posisi
mereka dengan jelas karena adanya bentuk atau massa bangunan yang mencolok
dibandingkan bangunan lain.
5.7.3 Irama
Data dan Analisis
•
Tidak tertatanya area perumahan
sehingga tidak memberikan irama
pada kawasan.
•
RTH dan pepohonan di pinggiran
jalan masih terlalu kurang.
Respon
•
Ditatanya area perumahan yang tersedia
•
Perbanyak dan di perluas area RTH dan juga
pepohonan .
80
5.7.4 Skala dan Proporsi
Aspek proporsi dalam elemen estetika merupakan perbandingan antara bentuk
bangunan dengan ruang. Proporsi mencakup perbandingan panjang, lebar, dan tinggi, serta
massa bangunan. Proporsi perbandingan massa bangunan adalah perbandingan antara building
coverage (luas bangunan yang menutupi lahan) dan ruang terbuka pada suatu kavling.
Data dan Analisis
Respon
1.menyelaraskan kawasan dengan objek wisata
sehingga objek wisata sesuai dengan proporsi yang
ada.
2. memperbanyak elemen yang dapat meningkatkan
keindahan dalam kawassan tersebut
1.Proporsi antara kawasan dan area wisata masih
belum lengkap dan juga cocok
81
5.8 Analisis Elemen Citra Kota
5.8.1 Landmark
Gambar 5.8.2 Masjid Luar Batang
Sumber: maps.google.com
Gambar 5.8.1 Peta Citra Satelit
Gambar 5.8.3 Museum Bahari
Sumber: maps.google.com
Sumber: dokumentasi penyusun
Masjid Luar Batang : Keberadaan Masjid Luar Batang adalah salah satu tempat ibadah umat
muslim yang terkenal keramat di kawasan sunda kelapa dari zaman abad ke
18 M. masjid ini sering di kunjungi para peziarah dari seluruh penjeluruh
daerah, di karenakan terdapat makam Habib Husein, sebagai pemuka
agama dari salah satu pahlawan nusantara. Lokasi masjid berada di Jl. Luar
batang 5 no. 1 penjaringan, Jakarta Utara. Kawasan tersebut berada di
sebelah barat pelabuhan sunda kelapa dan sebelah utara tempat wisata kota
Tua. Selain itu terdapat tempat wisata yang berdekatan dengan masjid Luar
Batang Yaitu Museum Bahari.
Museum Bahari
: Dari beberapa museum di daerah jakarta, terdapat satu tempat unik yang
tedekat dan berada di kawasan kampung nelayan yaitu Museum Bahari
Jakarta dengan memiliki 126 koleksi sejarah kelautan, khususnya kapalkapal dagang tradisional yang telah mengarungi samudera dunia. Terdapat
19 koleksi perahu yang masih asli dan 7 buah miniatur, photo serta biota
laut yang biasa di tangkap para nelayan.
82
Lokasi Museum Bahari ini berada di sebelah kiri pelabuhan sunda kelapa
dan termasuk dalam kawasan tempat wisata kota Tua.
5.8.2 District
Merupakan suatu bagian kota mempunyai karakter atau aktivitas khusus yang dapat
dikenali oleh pengamatnya. District memiliki bentuk pola dan wujud yang khas begitu juga
pada batas district sehingga orang tahu akhir atau awal kawasan tersebut. District memiliki
ciri dan karakteristik kawasan yang berbeda dengan kawasan disekitarnya. District juga
mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan
dapat dilihat homogen, serta fungsi dan komposisinya jelas.
Gambar 5.8.4 Gerbang Masuk Masjid Luar Batang
Sumber: dokumentasi penyusun
Masjid Luar Batang : Untuk kawasan ini memiliki ciri khas warga lokal yang berdagang
berjejer sepanjang akses menuju lokasi dan pintu gerbang yang ber ciri khas islami sehingga
nuansa islam yang kental di kawasan ini.
Gambar 5.8.5 Museum Bahari
Sumber: dokumentasi penyusun
83
Museum Bahari : kawasan museum bahari akan sangat terasa berbeda ketika memasuki
kawasan ini, nuansa penjajahan kolonial Belanda akan sangat terasa ketika melewati akses
jalan yang berada tepat di sebelah museum ini. Nuansa ini yang menandakan bahwa kita
sudah memasuki Kawasan Sejarah Museum Bahari.
5.8.3 Path
Merupakan suatu jalur yang digunakan oleh pengamat untuk bergerak atau berpindah
tempat. Menjadi elemen utama karena pengamat bergerak melaluinya pada saat mengamati
kota dan disepanjang jalur tersebut elemen-elemen lingkungan lainnya tersusun dan
dihubungkan. Path merupakan
elemen yang paling penting dalam image kota yang
menunjukkan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan
secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api, saluran dan
sebagainya. Path mempunyai identitas yang lebih baik kalau memiliki identitas yang besar
(misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun,dan lain-lain), serta ada/ penampakan yang kuat
(misalnya fasade, pohon, dan lain-lain), atau belokan yang jelas.
Gambar 5.8.6 Persimpangan Jalan Pakin
Sumber: maps.google.com
Persimpangan ini menjadi tanda sudah meninggalkan kawasan museum bahari
dan akan memasuki kawasan masjid luar batang. Persimpangan yang ramai akan
menjadi tanda bagi orang yang melewati kawasan ini untuk masuk dan keluar kawasan.
84
5.8.4 Nodes
Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya
saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain, misalnya persimpangan lalu
lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar,
pasar, taman, square, tempat suatu bentuk perputaran pergerakan, dan sebagainya. Node juga
merupakan suatu tempat di mana orang mempunyai perasaan „masuk‟ dan „keluar‟ dalam
tempat yang sama.
Node mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas
(karena lebih mudah diingat), serta tampilan berbeda dari lingkungannya (fungsi, bentuk).
Gambar 5.8.7 Apartemen di Jalan Gedong Panjang
Sumber: maps.google.com
Di dekat apartemen dan sekitarnya di kawasan ini banyak aktivitas ekonomi masyarakat
sekitar dan gedung apartemen yang tinggi menjadi tanda kawasan ini .
85
5.8.5 Edges
Merupakan batas, dapat berupa suatu desain, jalan, sungai, gunung. Edgememiliki
identitas yang kuat karena tampak visualnya yang jelas. Edge merupakan penghalang
walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk yang merupakan pengakhiran dari sebuah
district atau batasan sebuah district dengan yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih
baik jika kontinuitas tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas :
membagi atau menyatukan.
Gambar 5.8.8 Aliran Sungai di sekitar
kampong Luar Batang
Sumber: maps.google.com
Sungai dan persimpangan jalan antara masjid luar batang dan museum bahari yang
menjadi edge atau batas kawasan. Dan kawasan pemukiman yang menuju ke kawasan masjid
luar batang.
86
Download