Tinjauan Filsafat Hukum Menyelesaikan implementasi Abuse of Powers Pemerintah Dalam Demokrasi M Fahrel AJ 201610110311236 Surya dirgantara 201610110311249 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2018/2019 Kata pengantar Dalam kosa kata bahasa latin di kenal perbedaan antara istilah ius dan lex. Secara serampangan keduanya dapat di terjemahkan dengan kata hukum namun ada perbedaan mendasar antara keduanya. Istilah ius mengungkapkan visi lebih tinggi tentang hukum: bahwa hukum dan kehidupan bersama di dasarkan pada kebaikan. Dalam gagasan itu terlibat suatu cita-cita agar segala aturan hukum (lex) di dasarkan kepada kebenaran moral, dan itulah arti “negara hukum” (rechtstaat). Antara aturan hukum dan aturan moral. Filsuf hart menulis: “ ada berbagai kaitan antara hukum dan moralitas dan hubungan keduanya begitu kaya untuk di pelajari tidak mungkinlah menyangkal bahwa perkembangan hukum di segala zaman dan tempat di pengaruhi sedemikian mendalam oleh kelompok-kelompok sosial tertentu. Juga perkembangan hukum secara mendalam telah di pengaruhi oleh berbagai kritik moral jitu yang di ajukan para pemikir dengan horizon moral yang melampaui gagasan moral serta lebih maju yang berlaku dalam periode sejarah tertentu” Apa yang mengejutkan dari pemikiran hart adalah bahwa pembedaan hukum dan moralitas di ajukan dari posisis positifisme hukum yang membabi buta tapi persis dari moralis kiritis yang bertujuan menyelamatkan hukum dan moralitas dari kebusukan yang di akibatkan dari kemungkinan keduanya saling memenjarakan.1 Sebagai negara hukum das sollen (seharusnya) semua bentuk kekuasaan dan plaksanaanya bersumber dan berdasar pada hukum artinya, formal authority di batasi oleh per uuan jika terdapat abuse of power oleh pemegang kekuasaan, berarti, menempatkan kekuasaan di atas hukum , kekuasaan mengendalikan hukum, seperti contoh beberapa mahasiswa yang berdemo menolak rkuhp tewas diterkena peluru atau juga sekelompok rakyat yang berdemo menentang banyak kecurangan saat pengumuman pilpres tetapi pemerintah cenderung diam dan menuduh mereka makar, bagaimana metode filsafat dalam menyelesaikan abus of power? Semua akan terjawab dalam rangkuman pemikiran penulis di bawah ini Selamat membaca sayang 1 Herry-priyono, “HUKUM DAN MORALITAS TINJAUAN FILSAFAT HUKUM”,(JAKARTA:ERLANGGA,2012), HAL3 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Kuasa merupakan kekuasaan untuk mengurus , memerintah,, kesanggupan, kemampuan menguasai orang atau golongan lain dalam fungsi menciptakan kesejahteraan, keadilan serta mencegah pelanggaran keadilan, Liberalisasi merupakan ruh utama dalam demokrasi. Karena itu seharusnya tidak boleh ada kekuasaan yang bersifat otoritarian. Presiden baik Militer –baik polisi, tentara, satuan keamanan, penjaga perbatasan dan sebagainya- dianggap memiliki peluang untuk bertindak otoriter. Dalam kamus demokrasi, rakyat/ mahasiswa dianggap sebagai penjaga liberasi untuk menghalangi pihak-pihak yang berpeluang memanfaatkan supremasinya demi tujuan politik. Namun di dalam kekuasaan. Penguasa banyak cara untuk menyalahgunakan kekuasaan yang telah di amanahkan rakyat kepadanya untuk memperkaya diri sehingga demokrasi bukan satu-satunya jalan yang mereka tempuh melainkan mereka lebih menggunakan cara otoriternya untuk melakukan kekuasaan secara otoriter sebenarnya cara otoriter pernah di alami rakyat Indonesia pada jaman presiden soekarno orde lama (di saat orde lama terjadinya abuse of power terjadi karena di terapkannya demokrasi terpimpin) Artinya demokrasi dikelola agar kebijakan-kebijakan pemerintah tidak berubah, statusquo. Ciri lainnya terlihat dari melemahnya peran partai politik. Dalam rentang 1959-1966 demokrasi terpimpin diterapkan, pimpinan partai politik yang berbeda pandangan dengan pemerintah banyak yang dibui.dan pada orde baru yaitu presiden soeharto Hal yang sama juga terjadi pada pemerintahan orde baru. Partai politik dan legilatif menjadi omong kosong. Hal tersebut terjadi karena Pemilu yang harusnya bersifat jujur, adil, dan bersih telah dikangkangi untuk memenangkan satu peserta. Tindakan represif kala itu juga memuncak. Pihak yang bertentang dengan pemerintah dengan amat mudah digelandang ke penjara. Akhirnya, pelanggaran HAM pun menyeruak dan media sebagai pilar demokrasi disetir oleh penguasa kala itu., Kekhawatiran akan kembali munculnya abuse of power tersebut kembali terjadi di era kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi). Indikasi dan cikal bakal ke ara itu mulai tercium dan terendus. Ini berbahaya jika dibiarkan, Indikasi pertama abuse of power Jokowi adalah dengan membawa narasi dan agenda politik ke dalam ruang kerja pemerintahan. Undangan Jokowi dan KSP kepada sejumlah tokoh partai politik untuk membicarakan agenda politik berindikasi menyalahi kewenangan, Apakah negara membayar uang makan-makan partai politik di ruang kerja pemerintahan untuk kepentingan sekelompok orang?2 Bukankah pemerintah itu bekerja untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia, bukan untuk “mengenyangkan” sekelompok orang saja?, 2 Hara syifa, “Abuse of Power” Kembali Terulang, Jokowi Tumbal Sejarah Berikutnya?, https://chirpstory.com/li/405191, di akses pada tanggal 23 desember 2019 Masuknya intervensi politik presiden dalam dunia pendidikan juga merupakan kegagalan demokrasi era Jokowi. Dengan abuse of power, Jokowi mungkin mencoba memainkan politik doktrinisasi kepada civitas akademika. Mungkin, menurut Jokowi hal tersebut dinilai ampuh untuk meredam gejolak dan kritisnya mahasiswa., Dukungan pemerintah daerah secara terang-terangan kepada Jokowi di Pilpres 2019 juga merupakan kegagalan demokrasi. raihan singgasana raja-raja daerah (walikota/bupati) bukan dijadikan ladang pengabdian untuk mensejahterakan rakyat, tapi dijadikan ruang pelayanan “petugas partai” kepada majikannya. Demokrasi yang seharusnya dilandaskan pada nilai-nilai etika dirampas dengan keterbukaan dan kebablasan. Kalaupun ada orang per orang yang memperjuangkan etika sebagai landasan demokrasi kerap dicap lebay atau baperan., Inilah dampak dari abuse of power, demokrasi sekehendak dan sesuai keinginan pemerintah, atau dalam literatur sejarah disebut dengan demokrasi terpimpin. Berkacalah. Itulah kata yang tepat untuk pemerintahan hari ini. Sejarah telah membuktikan, kekuasaan yang melampui wewenangnya akan dihukum oleh sejarah Rumusan masalah: 1. Bagaimana metode filsafat menyelesaikan implementasi abuse of power pemerintah dalam demokrasi?