Atas surat dakwaan Penuntut Umum, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa demi mewujudkan keadilan dalam beracara, akan menguraikan 2 (dua) kekeliruan yang terdapat dalam surat dakwaan yang mungkin terjadi karena khilafan atau karena tergesa-gesanya Saudara Penuntut Umum dalam menyusunnya, yang akan kami uraikan sebagai berikut: a. PENUNTUT UMUM TELAH SALAH MENETAPKAN TERDAKWA SEBAGAI SUBJEK YANG DIMINTAKAN PERTANGGUNGJAWABAN KARENA DALAM HAL INI YANG HARUS DIMINTAKAN PERTANGGUNGJAWABAN ADALAH TONY MUHAMMAD (ERROR IN PERSONA) Dalam perkara a quo, setelah mencermati Surat Dakwaan, dengan ini kami secara tegas mengatakan bahwa yang seharusnya dimintai pertanggunjawaban dalam hal tindak pidana dibidang penataan ruang adalah Tony Muhammad dan bukanlah TERDAKWA dengan merujuk uraian Surat Dakwaan sebagai berikut: - Surat Dakwaan menguraikan Bahwa pada tanggal 14 Februari 2016, bertempat di Hotel Citra Blanko, Kab. Bogor, Terdakwa melakukan pertemuan dengan Toni Muhammad dan Dharma Patriatama. Dalam pembagian tugas tersebut peran Terdakwa dalam perkara a quo adalah Terdakwa akan menyiapkan dana untuk pembelian lahan sebagai tempat pembangunan Perumahan tersebut dan menyiapkan dana untuk membiayai segala pembangunan lapangan (vide Surat Dakwaan hlm. 4); - Selanjutnya, Toni Muhammad akan mengarahkan PT nya yang bergerak di bidang konstruksi untuk membuat perjanjian dengan Terdakwa untuk membuat Perumahan dan membuat denah Perumahan . Dalam hal ini Lilik Mulyadi berpendapat apabila Penutut Umum tidak tepat dalam mengkualifikasikan pelaku tindak pidana maupun subjek yang harus dimintakan pertanggungjawaban atas suatu peristiwa pidana (Error in Persona) hal tersebut berdampak pada surat dakwaan batal demi hukum. Mengacu pada surat dakwaaan, Terdakwa tidak sedikit pun berkaitan dengan Tindak Pidana yang didakwakan oleh Penutut Umum karena tugas terdakwa hanya mendanai kegiatan pembangunan dan tidak mengetahui mengenai izin penataan ruang Kabupaten Bogor karena Toni Muhammad yang melakukan pembangunan Perumahan Hago di Kecamatan Parung Pendek, Kabupaten Bogor, sehingga Toni Muhammad yang seharusnya mengetahui mengenai perizinan penataan ruang wilayah Kabupaten Bogor. b. PERKARA A QUO BERGANTUNG PEMERIKSAANNYA PADA SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DALAM KASUS SENGKETA DENGAN NOMOR REGISTER PERKARA 127/G/K I/2019/PTUN.BDG (PREJUDICIEL GESCHIL) Bahwa sejatinya dalam perkara a quo, terdapat sengketa kepemilikan tanah antara TERDAKWA dengan seseorang bernama, Ahmad Baikhuni dalam kasus sengketa kepemilikan tanah dengan nomor register perkara 127/G/K I/2019/PTUN. Dalam kasus tersebut dikarenakan terdapat 2 Sertifikat Kepemilikan Tanah atas nama yang berbeda pada lokasi yang bertempat di Jalan Parung Ceria No. 2, Parung Pendek, Kab. Bogor. Bahwa atas hal tersebut kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa Ernesto Aditya mengajukan eksepsi tidak dapat diterima karena perkara yang didakwakan terdapat “Prae Judiciel Geschil” atau adanya unsur keperdataan yang harus memiliki kejelasan dalam sengketa kepemilikan tanah, sehingga tidak sepantasnya perkara pidana ditempuh terlebih dahulu. Berangkat dari uraian tersebut kami mohon kepada majelis hakim yang arif dan bijaksana untuk memutus : 1. Menerima dan Mengabulkan Keberatan Tim Penasihat Hukum Terdakwa.; 2. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum batal demi hukum atau setidaknya tidak dapat diterima; 3. Menyatakan bahwa pemeriksaan perkara a quo tidak dilanjutkan; 4. Memerintahkan agar Terdakwa dibebaskan dari tahanan; 5. Memulihkan segala hak terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, nama baik, harkat dan martabatnya; 6. Membebankan biaya pekara kepada Negara; Atau Ex Aequo Et Bono Ex Meritus Justitiae Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, maka kami mohon agar diberikan putusan yang seadil-adilnya.