Uploaded by User36106

BAB I aftr rev 1

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan industri yang dibarengi dengan peningkatan jumlah
penduduk akan meningkatkan konsumsi sumber daya alam dan energi yang
berakibat terciptanya beberapa masalah diantaranya adalah penumpukan sampah
dalam jumlah yang besar. Salah satu produk industri yang penggunanya
menembus seluruh aspek kehidupan manusia adalah plastik. Dalam era modern
ini, plastik menjadi bahan yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dalam penggunaanya plastik lebih diterima karena disamping harganya
yang murah, plastik dianggap lebih unggul dari media lainya seperti logam atau
kaca karena sifatnya jauh lebih ringan, dan tidak mudah pecah. Setiap tahunya,
produksi plastik dunia mencapai 100 juta ton pertahun (Setiawan et al, 2014).
Berdasarkan data INAPLAS (Indonesian Oleafin Aromatic Plastic Industry
Asociation, pada tahun 2015 pemakaian plastik di Indonesia mencapai 4,7 juta ton
dan diperkirakan akan meningkat mencapai 5 juta ton pada tahun 2016 (Supriadi,
2016). Di Indonesia konsumsi plastik mengalami pertumbuhan mencapai 6-7%
pertahunya (Lipi, 2016). Peningkatan yang cukup signifikan terhadap produksi
dan konsumsi plastik ini menjadi penyebab terjadinya penumpukan sampah
plastik.
Plastik Konvensional yang beredar dipasaran merupakan plastik yang
berbahan dasar minyak bumi (Atifah, 2010). Minyak bumi merupakan
sumberdaya alam yang sifatnya terbatas (unrenewable) dan tidak bisa
diperbaharui. Selain itu, plastik yang terbuat dari petroleum atau gas alam akan
sulit didaur ulang dan terurai oleh pengurai sehingga akan mengakibatkan
pencemaran lingkungan berupa pencemaran tanah, air, udara serta penumpukan
sampah plastik (Marbun, 2012). Hal tersebut memberi gambaran potensi
pengembangan kemasan plastik biodegredable yang mampu diuraikan oleh
mikroorganisme sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan (Setiawan,
et al, 2014).
2
Plastik biodegradable atau yang sering disebut dengan bioplastik,
merupakan plastik yang dapat digunakan seperti layaknya plastik konvensional
dan memiliki kemampuan yang mudah terdegradasi dilingkungan oleh
mikroorganisme seperti jamur dan bakteri (Avella, 2009).
Bahan baku yang
digunakan dalam membuat bioplastik sebagain besar merupakan bahan yang
dapat diperbaharui seperti pati, minyak nabati, dan mikrobiota. Bahan yang
sifatnya dapat diperbaharui memliki kemampuan biodegradabilitas yang tinggi
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan baku plastik yang bersifat ramah
lingkungan (Stevens, 2009).
Pembuatan bioplastik dengan memanfaatkan bahan baku yang dapat
diperbaharui dan relative mudah hancur dilingkungan memiliki manfaat positif
terhadap kelestarian lingkungan dibandingkan plastik konvensional. Salah satu
bahan baku bioplastik yang bersifat dapat diperbaharui dan mudah terurai oleh
mikroorganisme adalah
pati. Selain sifatnya yang mudah terurai dan dapat
diperharui, pati berasal dari sumber daya alam
memiliki harga yang terjangkau,
yang mudah didapat serta
sehingga pati menjadi material yang
menjanjikan untuk digabungkan dengan penguat dan pengisi membentuk
biokomposit polimer (Ma, Chang, Yang & Yu, 2009).
Potensi pati yang berasal dari ubi kayu atau yang lebih dikenal dengan
singkong (Manihot Esculenta Crantz) sebagai bahan plastik ramah lingkungan
sangat menjanjikan. Komponen utama yang terkandung didalam singkong adalah
pati sebesar 90% dengan kandungan kecil lainya seperti lipid, protein serat dan
abu (Liu, 2005). Singkong merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan
mudah sehingga tidak sulit untuk menjumpai tanaman ini khususnya di negaranegara berkembang seperti Indonesia. Menurut Kementerian Pertanian (2015),
perkembangan produktivitas ubi kayu di Indonesia selama dalam kurun waktu
1970-2015 mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar
2,70% pertahun. Berdasarkan kandungan pati yang tinggi, penanaman yang
mudah,
serta produktivitas yang cukup tinggi, tanaman singkong memiliki
potensi untuk dijadikan sebagai bahan baku bioplastik.
3
1.2
Rumusan Masalah
Plastik konvensional yang beredar saat ini berpotensi menimbulkan masalah
ekologis yang serius, hal ini dikarenakan plastik konvensional terbuat dari bahan
baku yang bersifat terbatas dan sulit untuk terdegradasi (Diez-Pascual and DiezVicente, 2014). Disamping itu, plastik berbahan baku petroleum dan gas alam
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia melalui migrasi residu monomer vinil
klorida yang bersifat karsinogenik (Siswono, 2008).
Plastik biodegradable atau bioplastik masih memiliki kekurangan
dibandingkan plastik konvensional yaitu sifat mekanik bioplastik yang mudah
robek dan tidak sekuat plastik konvensional. Hal ini membuat banyak peneliti
melakukan
pengembangan
terhadap
sifat
mekanik,
morfologi
dan
biodegradabilitas bioplastik sebagai plastik pengemasan menggantikan plastik
konvensional.
Teixeira et al, (2009) melakukan penelitian bioplastik berbasis pati ubi
singkong dengan menggunakan selulosa ampas ubi serta pemlastis gliserol dan
sorbitol. Variasi penelitian yaitu kadar selulosa ( 0, 5, 10, dan 20% ) dan gliserol
(10 dan 30%) dengan perbandingan campuran gliserol dan sorbitol 1:1. Hasil
terbaik didapatkan pada kadar selulosa 20% dengan kuat tarik 8,24 Mpa dan
water uptake 7,90 %. Bioplastik yang dihasilkan masih memiliki sifat mekanik
dibawah Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk plastik konvensional.
Ezeoha, (2013) telah melakukan penelitian dalam pembuatan bioplastik
dengan mencampurkan 1 kg tepung singkong dengan polimer biodegradable
sintetis (PVA) 2 kg, 100 gr talc powder, dan 100 gram urea. Film yang dihasilkan
memiliki biodegradabilitas 41,27 % dan kekuatan tarik 24,87 Mpa. Namun, masih
terdapat kelemahan, bioplastik memiliki permukaan yang kasar karena adanya
PVA yang tidak tercampur dengan komponen pati.
Yuniarti et al, (2014) melakukan penelitian sintesis bioplastik berbasis pati
sagu dengan melakukan variasi penambahan plasticizer gliserol yaitu 2 ml dan 3
ml dan asam asetat (7 ml, 8 ml, 9 ml, 10 ml) sebagai larutan penyusun bioplastik
yang mengandung ikatan senyawa alami yang mudah terurai tanpa adanya
penambahan filler. Hasil terbaik didapatkan dengan komposisi 10 gram pati, 3 ml
4
gliserol, dn 10 ml asam asetat dengan nilai karakterisasi bioplastik yaitu kuat tarik
sebesar 3,72 Mpa, elongasi 16,65% serta waktu biodegradasi selama 24 hari.
Bioplastik yang dihasilkan masih meliki sifat mekanik dibawah Standar Nasional
Indonesia (SNI) untuk plastik konvensional.
Putri, (2016) telah melakukan penelitian pembuatan bioplastik dari pati
singkong (Manihot Esculente) dengan menggunakan gliserol dan polivinil alkohol
(PVA) dengan variasi berat pati (4,6,8,10 dan 12 gram), variasi suhu (50, 55, 60,
65, 70 0C) dan variasi penambahan polivinil alkohol (5, 10,15, 20 san 25 %).
Hasil optimum yang didapatkan yaitu pada berat pati 10 gram, 20 % gliserol dan
20% PVA yang dibuat pada suhu 600C dengan nilai kuat tarik 49,17 Mpa. Uji
transparansi menunjukkan plastik dengan penambahan PVA lebih transparan. Uji
penyerapan air tanpa penambahan PVA adalah 27,86% selama 3 jam, sedangkan
dengan penambahan PVA memiliki persen penyerapan air lebih besar yaitu
35,77%. Bioplastik yang dihasilkan memiliki kuat tarik yang memenuhi Standar
Nasional Indonesia (SNI) untuk plastik. Namun, memiliki morfologi permukaan
bioplastik yang kasar karena adanya bagian yang tidak tercampur antara pati dan
PVA.
Secara umum, penelitian diatas bertujuan untuk melakukan pengembangan
terhadap sifat mekanik, morfologi, dan biodegradabilitas bioplastik yang tidak
konsisten seiring dengan perbedaan jenis serta komposisi bahan komposit dan
bahan baku yang digunakan. Sehingga hal ini menjadi perhatian utama peneliti
dalam menutupi kekurangan bioplastik yang dihasilkan. Pada penelitian ini akan
dilakukan inovasi dengan menambahkan graphene oxide. Graphene oxide
merupakan zat yang memiliki keunggulan dalam sifat elastisitas dan kekuatan
mekanis yang tinggi. Dengan memvariasikan komposisi graphene oxide dan
waktu pengadukan dalam pembuatan komposit bioplastik berbasis pati singkong
ini diharapkan dapat menutupi kelemahan terhadap bioplastik yang dihasilkan dari
penelitian sebelumnya.
5
1.3
Tujuan Penelitian
1. Menentukan sifat mekanik bioplastik berbasis pati singkong dengan
variasi penambahan graphene oxide dan waktu pengadukan.
2. Mempelajari biodegrabilitas bioplastik berbasis pati singkong dengan
variasi penambahan graphene oxide dan waktu pengadukan.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai pengaruh penambahan graphene oxide
terhadap sifat mekanik, sifat fisik serta biodegradasi yang akan terbentuk
dari bioplastik berbasis pati singkong.
2. Memberikan informasi mengenai komposisi terbaik antara graphene
oxide dan waktu pengadukan terhadap sifat yang akan terbentuk dari
bioplastik berbasis pati singkong.
3. Memberikan informasi mengenai penelitian bioplastik berbasis pati
singkong dan graphene oxide.
1.5
Waktu Dan Tempat Peneltian
Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu selama 3 bulan di Laboratorium
Material Dan Korosi, Fakultas Teknik . Universitas Riau.
1.6
Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan usulan penelitian ini mencakup tiga bab yang
berisikan pendahuluan, tinjauan pustaka dan metodologi penelitian.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian latar belakang masalah yang mendasari dilakukannya
penelitian ini, rumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta waktu dan tempat pelaksanaan penelitian.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tinjauan pustaka mengenai bahan dasar seperti pati
singkong, bioplastik, bahan komposit graphene oxide serta berbagai metode
pembuatan bioplastik.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi uraian tentang langkah-langkah penelitian yang akan
dilakukan meliputi bahan, alat yang digunakan, variabel tetap, variabel
berubah dan analisa-analisa yang dilakukan.
Download