BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metode Eksperimen Metode eksperimen menurut Djamarah (2002 : 95) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan. Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip dalam Palendeng (2003 : 81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan berkreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam dalam kehidupannya. Menurut Roestiyah ( 2001 :81 ) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatannya itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dan teori sesuatu yang sedang dipelajari. Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep sama halnya dengan seorang ilmuan. Siswa belajar secara aktif 4 5 dengan mengikuti tahap-tahap pembelajaranya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran. 2.1.2 Langkah-Langkah Metode Eksperimen Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003 : 82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : 1. Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasiakan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi wujud benda padat, cair dan gas yang akan dipelajari. 2. Pengamatan, merupakankegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. 3. Hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementar berdasarkan hasil pengamatannya. 4. Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dukaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat keksimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. 5. Aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemmukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. 6. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memehami konsep. Pemahaman honsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan. Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut : Kelebihan metode eksperimen : 1. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. 6 2. Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. 3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. Kekurangan metode eksperimen : 1. Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. 2. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. 3. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. 4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian. 2.1.3 Belajar 2.1.3.1 Pengertian Belajar Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar (Zainal Aqip, 2002 : 43) Menurut Cronbach ( dalam Agus Supriyono, 2009 : 2 ) learning is shown by a change in behavior as a result of experience. Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. John Dewey ( dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009 : 44 ) menyatakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah. Dari berbagai pendapat tentang belajar, semua dapat digunakan dalam pembelajaran karena belajar harus diterapkan dalam siswa untuk memperoleh perubahan siswa dalam hal perilaku siswa. 2.1.3.2 Hasil Belajar Menurut Agus Supriyono ( 2009 : 5 ) hasil belajar adalah: ” Pola-pola perbuatan, nilainilai pengertian, sikap, dan ketrampilan”. Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama 7 untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Menurut Dimyati dan Mudjiono ( 2009 : 17 ) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. 2.1.4 Pendidikan IPA Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan ( Agus S, 2003 : 11 ). Menurut Suyoso ( dalam Danang, 2011 : 11 ) IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobyek, bermetode, dan berlaku secara universal. Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mngembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk menemukan dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. 8 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukukan oleh Arista dengan judul Peningkatan kreativitas hasil belajar Matematika melalui metode eksperimen pada siswa kelas 5 SD Negeri Larangan Wetan Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati tahun 2012, dengan hasil terakhir pada siklus II dari 17 siswa semua tuntas atau 100% dengan nilai 71 sampai dengan 80 ada 4 siswa, nilai 81 sampai dengan 90 ada 9 siswa, nilai 91 sampai dengan 100 ada 4 siswa. Kesimpulan penelitian ini dapat memotivasi siswa, dan meningkatkan kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Penelitian yang dilakukan Agus Herian dengan judul Peningkatan hasil belajar IPA melalui metode eksperimen pada siswa kelas 4 SD Negeri Bendar Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tahun 2012, dengan hasil pada siklus II dari 33 siswa yang tuntas dengan nilai diatas75 ada 31 siswa atau 93,9% dan 2 siswa atau 6,1% belum tuntas dan nilai ratarata 87 dengan rincian nilai sebagai berikut: nilai 51 sampai dengan 60 ada 1 siswa, nilai 61 sampai dengan 70 ada 1 siswa, nilai 91 sampai dengan 100 ada 10 siswa. Kesimpulan hasil belajar bisa meningkat jika dilakukan dengan metode eksperimen. 2.3 Kerangka Pikir Dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif maka seorang siswa akan selalu terlibat secara langsung dalam pembelajaran, sehingga dengan keterlibatan ini materi yang dibahas akan selalu teringat dalam pemikiran dan konsep yang harus dikuasai siswa akan mudah diterimanya hal ini sesuai dengan prinsip learning by doing yang menyatakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai siswa dengan siswa tersebut ikut aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, maka pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode eksperimen pada dasarnya adalah untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode eksperimen terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa kelas 5 SD Negeri Gadingrejo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Adapun Bagan kerangka berpikir sebagai berikut: 9 Bagan Kerangka Pikir Kondisi awal Guru:Belum menggunakan metode eksperimen Siswa: Hasil belajar IPA rendah Tindakan Kondisi akhir Guru:Menggunakan metode eksperimen dalam KBM Siklus I: Hasil belajar siswa meningkat Diduga hasil belajar IPA meningkat dengan penggunaan metode eksperimen Siklus II: Hasil belajar siswa meningkat 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan pemahaman dan penerapan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Gadingrejo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Semester I 2012/2013 diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA khususnya materi perubahan sifat benda siswa kelas 5 SD Negeri Gadingrejo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Semester I SD Negeri Gadingrejo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.