Analisis Kerawanan Banjir Kabupaten Lumajang Dionisius Alfa Amori Kusuma Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember e-mail: [email protected] ABSTRAK Dalam paper, dilakukan pembahasan mengenai mitigasi bencana banjir di Kabupaten Lumajang. Dimana sebelumnya telah terjadi banjir di Desa Sidorejo dan Desa Rowokangkung. Dimana untuk menindaklanjuti hal tersebut, dilakukan pemetaan kerawanan banjir sebagai langkah awal dalam mitigasi bencana di daerah Kabupaten Lumajang. Dalam pembuatan peta tersebut, dilakukan beberapa skoring 1-5 terhadap data dan parameter yang ada. Dimana parameter tersebut adalah litologi, populasi, curah hujan, DEM (Digital Elevation Model) dan penggunaan lahan. Dimana setelah dilakukan skoring dan union, didapatkan peta kerawanan banjir di Kabupaten Lumajang. Setelah pemetaan, didapatkan tingkat kerawanan banjir yang seimbang antara tingkat rawan dan tingkat tidak rawan. Sedangkan daerah yang paling rawan terhadap banjir ada pada Kabupaten Lumajang bagian Barat Daya. Kata kunci: banjir, Lumajang, parameter, skoring Bab 1. Pendahuluan Kabupaten Lumajang merupakan wilayah yang memiliki kerentanan terhadap banjir. Daerah tersebut merupakan daerah yang terbilang memiliki curah hujan yang tinggi dan penduduk yang banyak. Elevasi di daerah ini pula didominasi dengan dataran rendah yang membuat air tidak dapat teraliri dengan cepat. Belum lagi dipengaruhi oleh curah hujan di daerah tersebut. Salah satu peristiwa yang pernah terjadi adalah adanya banjir yang melanda Desa Sidorejo dan Desa Rowokangkung. Melalui kejadian banjir yang pernah terjadi tersebut, perlu diketahui bahwa mitigasi bencana banjir diperlukan guna mengetahui potensi bencana banjir yang mungkin terjadi di desa yang lain yang terdapat di Kabupaten Lumajang. Sehingga, dilakukanlah pembuatan peta kerawanan banjir di Kabupaten Lumajang sebagai salah satu langkah mitigasi bencana. Bab 2. Metodologi Pembuatan peta kerawanan banjir di Kabupaten Lumajang, diawali dengan melakukan riset dan mencari referensi mengenai parameter yang akan didapatkan nanti, dimana dengan pola pikir atau flowchart yang tertera di gambar 2.1. Gambar 2.1 Pola Pikir Dalam pembuatan peta kerawanan banjir ini, dilakukan beberapa analisa terlebih dahulu terhadap beberapa parameter. Beberaapa parameter tersebut diantaranya adalah DEM (Digital Elevation Model), penggunaan lahan, populasi daerah, curah hujan dan litologi. Dimana dalam setiap parameter dilakukan pembobotan yang dari 1-5 yang menyatakan infiltrasi daerah tersebut. DEM memiliki pengaruh terhadap aliran air, dimana semakin curam daerah, aliran air akan semakin cepat dan cenderung lambat di daerah yang rendah. Ketika di daerah yang rendah, maka potensi air untuk tergenang akan semakin tinggi. Dikarenakan oleh aliran air yang cenderung rendah. Dimana ditunjukkan pada tabel 2.1 Tabel 2.1 DEM (Digital Elevation Model) Elevasi Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat tinggi Skor 1 2 3 4 5 Aliran air Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat tinggi Selain DEM, penggunaan lahan juga mempengaruhi infiltrasi dari suatu tempat. Dimana ketika penggunaan lahan tersebut tergolong sangat besar, kemampuan menyerap air pada daerah tersebut semakin rendah. Dimana ditunjukkan pada tabel 2.2. Selain itu, banjir sangat dekat hubungannya dengan curah hujan. Dimana semakin tinggi curah hujan, debit air yang diterima oleh saerah tersebut akan semakin banyak. Tabel 2.4 Curah Hujan Curah Hujan > 6.000 4.500-6.000 3.000-4.500 1.500-3.000 < 1.500 Skor 1 2 3 4 5 Infiltrasi Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat tinggi Dalam suatu daerah tentunya, memiliki beragam litologi di dalamnya. Sebagai daerah yang merupakan daerah Zona Solo, Kabupaten Lumajang sangat didominasi oleh batuan beku, namun juga tidak menutup kemungkinan terdapat batuan sedimen yang merupakan batuan yang memiliki kemampuan menyerap air dengan baik. Tabel 2.2 Penggunaan Lahan Penggunaan Lahan Permukiman, bangunan, sawah, empang Danau, pasir, pesisir, rawa, sungai Ilalang, semak belukar Kebun, hutan kering Hutan basah Skor Infiltrasi 1 Sangat rendah 2 Rendah 3 Cukup 4 Tinggi 5 Sangat tinggi Setelah itu, populasi daerah juga mempengaruhi tingkat kerawanan banjir. Dimana semakin besar populasinya, kerentanan terhadap bencana akan semakin tinggi dikarenakan potensi korban pun semakin besar. Dimana populasi daerah tersebut dituliskan dalam tabel 2.3. Tabel 2.3 Populasi Daerah Populasi > 10.000 7.500-10.000 5.000-7.500 2.500-5.000 < 2.500 Skor 1 2 3 4 5 Kerentanan Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat tinggi Tabel 2.5 Litologi Litologi Batuan Intrusif, ekstrusif, lava, polymict Ekstrusif pyroclastic Sediment breccia, coarse Sediment alluvium Sediment sandstone Skor 1 Infiltrasi Sangat rendah 2 Rendah 3 Cukup 4 Tinggi 5 Sangat tinggi Melalui skoring tersebut, selanjutnya dilakukan pembuatan peta kerawanan bencana yang sebelumnya dilakukan pemetaan terhadap setiap parameter dengan menggunakan Arcgis. Dimana hasil pemetaan setiap parameter ditunjukkan pada gambar 2.2. a) Gambar 2.2 Litologi b) Curah Hujan c) Penggunaan Lahan d) DEM e) Populasi Dimana setelah dilakukan pemetaan pada masing-masing parameter, dilakukan pemetaan secara keseluruhan pada peta kerentanan bencana banjir. Dalam perlakuannya, digunakan prosentase pada masing-masing parameter sesuai tabel 2.6 sehingga dihasilkan peta kerentanan terhadap bencana banjir pada daerah Kabupaten Lumajang. Tabel 2.6 Prosentase Parameter Parameter DEM Penggunaan lahan Populasi daerah Curah hujan Litologi Prosentase (%) 30 10 10 30 20 Bab 3. Pembahasan Setelah dilakukan pemetaan dengan Arcgis, didapatkan peta kerentanan banjir yang dimana ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Peta Kerawanan Banjir Melalui proses pemetaan tersebut, didapatkan daerah yang memiliki potensi banjir, dimana daerah yang paling rawan terhadap banjir adalah daerah Kabupaten Lumajang bagian Barat Daya. Dimana daerah tersebut memiliki nilai populasi, curah hujan dan penggunaan lahan yang cenderung tinggi dan belum lagi didominasi oleh litologi batuan beku dan elevasi yang rendah. Selain itu, terdapat daerah rawan terhadap banjir dengan bagian yang berwarna kuning, dimana Desa Sidorejo dan Desa Rowokangkung berada. Sedangkan daerah yang tergolong tidak rawan masih dapat dibilang memiliki luasan yang hampir sama dengan daerah yang rawan. Dimana umumnya daerah yang tergolong tidak rawan adalah daerah Kabupaten Lumajang bagian utara yang dimana masih didominasi oleh hutan dan kebun dan elevasi yang terbilang tinggi. Agar tidak terjadi bencana banjir yang lebih lanjut pada daerah yang rawan atau bahwan yang tidak rawan, dapat dilakukan mitigasi untuk mencegah banjir atau mengurangi resiko yang mungkin terjadi ketika terjadi banjir. Mitigasi sebaiknya dilakukan di daerah yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi, agar korban dan kerugian yang ditimbulkan tidak terlalu besar. Bab 4. Kesimpulan Daerah Kabupaten Lumajang memiliki tingkat kerawanan banjir yang seimbang antara tingkat rawan dan tingkat tidak rawan. Sedangkan daerah yang paling rawan terhadap banjir ada pada Kabupaten Lumajang bagian Barat Daya. Namun tetap dibutuhkan suatu mitigasi guna mencegah atau mengurangi resiko yang mungkin terjadi banjir di Kabupaten Lumajang. DAFTAR PUSTAKA Guvil, Quinoza. Driptufany, Dwi. Ramadhan, Shayri. 2019. Analisis Potensi Daerah Resapan Air Kota Padang. Institut Teknologi Padang: Padang. Ningsih. Dewi. 2012. Metode Thiessen Polygon untuk Ramalan Sebaran Curah Hujan Periode Tertentu pada Wilayah yang Tidak Memiliki Data Curah Hujan”. Universitas Stikubank. LAMPIRAN