KEWAJIBAN KITA TERHADAP AL QUR’AN Dra.Hj. Siti Maryam Ahmad, M.Pd Disampaikan pada TOT Guru Al-Qur’an Kerjasama Wanita Islam dengan Direktorat Pontren dan Madin Kamis, 28 Nopember 2013 Secara kuantitas umat Islam di Indonesia ini masih menggembirakan, karena masih diatas 87% atau sekitar 237.641.326 jiwa. Seandainya kita pilah yang sudah mukallaf atau punya kewajiban terhadap pelaksanaan hukum ada 80 % maka masih ada sekitar 190 juta lebih. Ketika kita bertanya, dari 190 juta muslim Indonesia tersebut berapa orang yang memiliki Al-Qur’an? Mungkin masih banyak, apalagi masyarakat Indonesia begitu mensakralkan Al-Qur’an sebagai sesuatu yang ‘berharga’, sehingga banyak yang menjadikan Al-Qur’an sebagai mahar atau mas kawin ketika pernikahan. Pertanyaan berikutnya, dari yang memiliki Al-Qur’an itu berapa banyak yang dapat membaca Al-Qur’an, dan membacanya setiap hari? Dari yang membiasakan tilawah setiap hari itu, berapa banyak yang memahami dan menghayati isinya? Dan kemudian sudah berapa banyak umat Islam yang sudah mengamalkan Al-Qur’an? Pertanyaan ini kita coba ungkapkan karena menurut keyakinan kita, AlQur’an adalah Kitab suci Umat Islam, firman Allah yang harus dijadikan pedoman dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, hingga kita akan mendapat keselamatan, keberkahan dan keridhoan Allah di dunia maupun akherat. Allah berfirman dalam QS Al-Fathir (35):29-30 Artinya: 29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, 30. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Perdagangan yang tak pernah merugi, berarti selalu beruntung bagi merka yang membaca (mempelajari, memahami, meyakini dan mengamalkan) kitab Allah. Jal Daston selaku perdana menteri Inggris mengemukakan : “Selagi Al Qur`an masih di tangan umat Islam, Eropa tidak akan dapat mengusai negaranegara Timur. (Lihat buku Rencana Penghapusan Islam dan Pembantaian Kaum Muslimin di Abad Modern oleh Nabil Bin Abdurrahman Al Mahisy). Jauhnya umat terhadap Al Qur`an Al Karim merupakan suatu masalah besar yang sangat fundamental dalam tubuh kaum muslimin. Perkara untuk mempedomi petunjuk Allah melalui kitab-Nya, bukan sekedar perbuatan sunnah atau suatu pilihan. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala “Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata” (QS. 33:36) Sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah mengangkat beberapa kaum dengan Kitab (Al Qur`an) ini dan menghinakan yang lain dengannya pula” H.R. Muslim. Berarti kualitas umat Islam itu ditentukan sejauh mana mereka dekat dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Oleh karena itu sebagai Muslim yang ingin memiliki kualitas hidup yang baik, berkewajiban untuk menjaga diri selalu berdekatan dengan Al-Qur’an. APA KEWAJIBAN KITA TERHADAP AL-QUR’AN? 1. Tilawatuhu (Membaca) “Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi” (QS. Al Baqarah/ 2 ayat 121 Sahabat Rasulullah Abdullah bin Abbas RA: “membaca dengan benar dan benar-benar membaca” Rasulullah memotivasi kita untuk belajar dan mengajarkan AlQur’an dengan sabdanya: ْ َخيْرك ْمُُ َم ْنُُتَ َعلَّ َم ُعلَّ َمه َ آنَُُو َ ُُالق ْر “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al Qur’an dan mengajarkannya”. Tidak ada yang sia-sia membaca Al-Qur’an bagi yang sedang belajar maupun sudah mahir. ْ ُوالَّذِيُيَ ْق َرأ ْ ُال ِك َر ِام ْ ِسفَ َرة ُان َُ ُعُلَ ْي ِه َّ آنُ َم َعُال َ ُُوه َو ِ َا ٌُّلَهُأَْْ َر ِ ْال َما ِهرُبِ ْالق ْر َ ُويَتَت َ ْعت َعُفِي ِه َ َُالق ْرآن َ ُِالبَ َر َرة Artinya: “Orang yang mahir membaca Al-Qur`an, maka kedudukannya di akhirat bersama para malaikat yang mulia lagi baik. Sementara orang yang membaca Al-Qur`an dengan tertatah-tatah dan dia sulit dalam membacanya, maka dia mendapatkan dua pahala.” (HR. Muslim) Begitu mulianya orang yang membaca Al-Qur’an, sampai Rasul menggambarkan perbedaan antara orang mukmin yang membaca Al-Qur’an dengan yang tidak membacanya. َ ُط ْعم َها َ ط ِيِّبُُ َو َ ُلُ ْاْلتْر َّْ ُِةُ ِريح َها ُنُالَّ ُِذي ُِ ط ِيِّبُُ َو َمثَلُُ ْالمؤْ ِم ُِ َ نُالَّذِيُيَ ْق َرأُُ ْالق ْرآنَُُ َك َمث ُِ َمثَلُُ ْالمؤْ ِم َ حُلَ َهاُ َو ط ْعم َهاُح ْل ُو َُ لُ ِري ُ َ ُُِلُالت َّ ْم َرة ُِ َ لُيَ ْق َرأُُ ْالق ْرآنَُُ َك َمث َُ “Perumpamaan seorang muslim yang membaca al Qur’an adalah seperti buah Utrujah, baunya enak dan rasanya juga enak. Adapun perumpamaan seorang muslim yang tidak membaca al Qur’an adalah seperti buah Kurma, tidak ada baunya dan rasanya manis”. Disamping itu, Al-Qur’an akan menjadi Syafaat bagi pembacanya ketika di akherat kelak. Betapa al-Qur’an banyak mendatangkan kebaikan, karena setiap huruf yang dibaca, dia akan mendatangkan kebaikan bagi pembacanya. 2. Tadabburuhu (Mentadaburinya) Asy-Syaikh Ibnu Katsir mendefinisikan tadabbur sebagai berikut: Memahami makna lafal-lafal Al-Qur’an, dan memikirkan apa yang ayat-ayat Al-Qur’an tunjukkan tatkala tersusun, dan apa yang terkandung di dalamnya, serta apa yang menjadikan makna-makna Al-Qur’an itu sempurna, dari segala isyarat dan peringatan yang tidak tampak dalam lafal Al-Qur’an, serta pengambilan manfaat oleh hati dengan tunduk di hadapan nasehat-nasehat Al- Qur’an, patuh terhadap perintah-perintahnya, serta pengambilan ibrah darinya. Sedang ulama kontemporer memberikan pengertian Tadabbur adalah berfikir dengan menggunakan seluruh kemampuan akal dan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang logis untuk mencapai pengertian yang baru, yang terkandung dalam nash Al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, baik yang menghubungkan antara kalimat-kalimat di dalam Al-Qur’an, maupun yang menghubungkan antara surat-surat di dalam Al-Qur’an Kuncinya: tartil, membaca dengan perlahan, sesuai kaidah tajwid, memahami arti, memahami bahwa al Quran ditujukan kepada kita. ً علَىُم ْكثُُ َون ََّز ْلنَاهُُت َ ْن ِز ُيل ُ ِ َّعلَىُالن َ ُاس َ َُُوق ْرآنًاُفَ َر ْقنَاهُُ ِلت َ ْق َرأَه Dan Al-Qur’an itu Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap. (QS. Al-Isra’ [17]: 106) Dalil syar’i lainnya tentang tata cara membaca Al-Qur’an adalah firman Allah Ta’ala ً ل ُ ْالق ْرآنَُ ُت َْر ِت ُيل ُِ ِّ ُ َُو َر ِت Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil. (QS. Al- Muzammil [73]: 4). Demikian juga difirmankan dalam QS. Al-Qiyamah (75): 16-19 3. Tahfizhuhu (menghafalkannya) Rasulullah saw bersabda, “Man laisa fii qalbihi syaiun minal Qur’an kal baitil kharb (Barangsiapa yang didalam hatinya tidak ada sesuatupun dari AlQur’an ibarat rumah yang rusak).” (HR At-Tirmidzi) Apakah kita mau memiliki hati yang keadaanya seperti rumah yang rusak? Tentunya tidak. Untuk itu marilah kita berusaha sesuai dengan kesempatan dan kemampuan yang kita miliki untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. 4. Tanfidzuhu (mengamalkannya) Inilah kewajiban yang paling penting, sekaligus yang paling berat. Membumikan Al-Qur’an dalam kehidupan, dengan cara mengamalkannya dalam kehidupan, inilah yang paling sulit. Betapa tidak sulit, karena bahkan dalam kenyataannya justru “kam min qaari-il Qur’an wal Qur’an yal’anuhu (betapa banyak orang yang membaca Al-Qur’an namun pada saat yang justru Al-Qur’an melaknatnya).” Siapakah mereka? Tidak lain adalah orangorang yang membaca Al-Qur’an, namun dalam kehidupan sehari-hari justru melanggar nilai-nilai dan ajaran Al-Qur’an. 5. Ta’allamahu wa ‘allamahu (terus belajar dan mengajarkannya) Al Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127 berkata: [Maksud dari sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam "Sebaikbaik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkan kepada orang lain" adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain. DariAbdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: Bacakan Alquran kepadaku. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, aku harus membacakan Al-Quran kepada baginda, sedangkan kepada bagindalah AlQuran diturunkan? Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku senang bila mendengarkan dari orang selainku. Kemudian aku membaca surat An-Nisa'. Ketika sampai pada ayat yang berbunyi: {Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiaptiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu).} Aku angkat kepalaku atau secara mendadak ada seseorang berada di sampingku. Dan ketika aku angkat kepalaku, aku melihat beliau mencucurkan air mata. (Sahih Muslim No: 1332) Imam Nawawi berkata [Ada beberapa hal yang dapat dipetik dari hadis ini, di antaranya: sunat hukumnya mendengarkan bacaan Alquran, merenungi, dan menangis ketika mendengarnya, dan sunat hukumnya seseorang meminta kepada orang lain untuk membaca Al Quran agar dia mendengarkannya, dan cara ini lebih mantap untuk memahami dan mentadabburi Al Quran, dibandingkan dengan membaca sendiri]. Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “ Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia.’ Beliau saw ditanya,’Siapa mereka wahai Rasulullah.’ Beliau SAW menjawab,’mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) Semoga kaum muslimin yang dapat mengamalkan dari lima kewajiban kita terhadap Al-Qur’an akan termasuk penjaga Al-Qur’an, bahkan akan menjadi Keluarga Allah. Amin Yaa Mujibassaailin.