strategi humas departemen kebudayaan dan pariwisata ri

advertisement
STRATEGI HUMAS DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN
PARIWISATA RI MENGELOLA MEDIA RELATIONS
UNTUK MENGINFORMASIKAN VISIT INDONESIA YEAR 2008
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Strata (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
Nama
: Christina N. Sinaga
N.I.M
: 04203-115
Jurusan
: Public Relations
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2009
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Mercu Buana
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Judul
Nama
Nim
Fakultas
Jurusan
: Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam
Media Relations Untuk Menginformasikan Visit Indonesia Year 2008
: Christina N. Sinaga
: 04203-115
: Ilmu Komunikasi
: Public Relations
Mengetahui,
Pembimbing I
(Marhaeni F. Kurniawati,S.Sos, M.Si)
Pembimbing II
(Dra. Ispawati Asrie)
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Mercu Buana
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
Nim
Fakultas
Jurusan
Judul
: Christina N. Sinaga
: 04203-115
: Ilmu Komunikasi
: Public Relations
: Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam
Media Relations Untuk Menginformasikan Visit Indonesia Year 2008
Jakarta, 9 Januari 2009
1. Ketua Sidang
Irmulan Sati. T, SH. M.Si
(.........................................)
2. Penguji Ahli
Juwono Tri Atmojo, S.Sos. M.Si
(.........................................)
3. Pembimbing I
Marhaeni F. Kurniawati,S.Sos, M.Si
(.........................................)
4. Pembimbing II
Dra. Ispawati Asrie
(.........................................)
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Mercu Buana
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
Nim
Fakultas
Jurusan
Judul
: Christina N. Sinaga
: 04203-115
: Ilmu Komunikasi
: Public Relations
: Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam
Media Relations Untuk Menginformasikan Visit Indonesia Year 2008
Jakarta, 9 Januari 2009
Disetujui dan Diterima Oleh :
Pembimbing I
Marhaeni F. K,S.Sos, M.Si
Pembimbing II
Dra. Ispawati Asrie
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Ketua Bidang Studi Humas
Dra Diah Wardhani, M.Si
Marhaeni F.,S.Sos, M.Si
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul penelitian ”Strategi
Humas Departemen Kebudayaan Dan
Pariwisata RI dalam Media Relations untuk Menginformasikan Visit Indonesia
Year 2008”.
Skripsi ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai strategi humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations yang terjadi di
lingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, terlebih khusus lagi pada
saat pihak humas hendak menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Topik ini
menarik menurut penulis, karena humas suatu perusahaan baik swasta dan
pemerintahan perlu sekali melakukan pembinaan hubungan yang baik dengan
media dalam menginformasikan program kerja dan kebijakan pemerintahan,
dalam hal ini Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukannya
sebagai salah satu cara untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan
sektor pariwisata dengan mengajak seluruh komponen masyarakat berpartisipasi
mensukseskan tahun kunjungan wisata, yaitu Visit Indonesia Year 2008.
Pembuatan skripsi ini merupakan ujian terberat dibandingkan dengan mata
kuliah yang telah ditempuh penulis sebelumnya. Namun penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa
memberikan dukungan, dorongan dan doa yang tulus kepada penulis. Oleh karena
itu, dengan kebanggaan hati dan tulus ikhlas penulis menyampaikan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1.
Ibu Marhaeni F.K, S.Sos, M.Si, selaku pembimbing I, atas waktu yang
selalu ia luangkan dalam membantu penulisan skripsi ini dari awal hingga
akhir untuk membimbing penulis.
2.
Ibu Dra. Ispawati Asrie, selaku pembimbing II yang juga selalu
memberikan dukungan dan waktunya untuk selalu membantu penulis
dalam penulisan skripsi ini.
3.
Ibu Diah Wardani M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Mercu Buana.
4.
Bpk. Drs. Hardiyanto, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Mercu Buana.
5.
Bapak Turman Siagian, selaku Kabid. Humas Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI
6.
Bapak Yanto, selaku Kasubid. Humas bagian Media Relations
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI.
7.
Keseluruhan staff Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI,
yang telah meluangkan waktunya juga untuk menjadi nara sumber dalam
skripsi ini.
8.
Untuk keluarga di rumah, ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan
doa yang terbaik dan support kepada penulis dan menjadi inspirasi bagi
penulis untuk selalu bersemangat dalam mengerjakan skripsi ini. Buat
Blacky, Brownie, Berthy dan Blondie juga.
9.
Untuk temanku Lisa, Nina dan Lili yang cantik serta centil, tak ada yang
tak bisa daku lakukan karena dukungan yang selalu kalian berikan sebagai
sahabat. Thank’s ya....
10.
Untuk angkatan Public Relations “C” angkatan 2003 yang masih berjuang,
ayo...! jangan patah semangat ya....
11.
Untuk Dian Purnama, terima kasih buat supportnya dan rasa pengertian
yang selalu diberikan setiap mengalami kesulitan dan juga setiap
bersukaria.
Dan dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam
skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, karenanya
penulis memohon maaf dan menerima kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan penulisan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat dan
menjadi dorongan semangat untuk rekan yang lain untuk segera meyelesaikan
skripsinya.
Jakarta, 9 Januari 2009
Christina N. Sinaga
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI................................................ ii
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI..................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI ........................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii
ABSTRAKSI.......................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7
1.4 Signifikansi Penelitian ..................................................................................... 7
1.4.1 Signifikansi Akademis............................................................................... 7
1.4.2 Siginifikansi Praktis .................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi ....................................................................................................... 9
2.2 Humas..............................................................................................................14
2.3 Strategi Humas.................................................................................................24
2.4.Hubungan dengan Media.................................................................................37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian.................................................................................................44
3.2 Metode Penelitian............................................................................................45
3.3 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................46
3.3.1 Data Primer..............................................................................................46
3.3.2 Data Sekunder..........................................................................................47
3.4 Narasumber(Subyek Penelitian)......................................................................48
3.5 Definisi Konsep................................................................................................49
3.5.1 Strategi Humas.........................................................................................49
3.5.2 Hubungan dengan Media.........................................................................50
3.6 Fokus Penelitian...............................................................................................50
3.7 Teknik Analisa Data ........................................................................................51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.................................................................53
4.1.1 Sejarah Perusahaan...................................................................................53
4.1.2 Visi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI....................................54
4.1.3 Misi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI...................................54
4.1.4 Tujuan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI...............................55
4.1.5 Sasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI..............................55
4.1.6 Arah Kebijakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata......................56
4.1.7 Profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI..................................57
4.1.8 Tugas Pokok Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI..........62
4.1.8.1 Uraian Tugas Kepala Bagian Humas Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI.......................................................................................62
4.1.8.2 Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Media Relations
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI..............................................64
4.1.8.3 Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Publikasi dan Informasi
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI..............................................64
4.1.8.4 Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Hubungan Antar Lembaga
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI..............................................65
4.9 Hasil Penelitian..........................................................................................65
4.9.1 Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam
Media Relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008.....66
4.10 Hasil Pembahasan ..................................................................................117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................145
5.2 Saran...............................................................................................................151
5.2.1 Saran Akademis .....................................................................................151
5.2.2 Saran Praktis...........................................................................................151
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar I
Logo Visit Indonesia Year 2008
Gambar II
Salah satu taktik Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
RI, dengan menggunakan Baliho
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Permohonan melakukan riset dari Fakultas.
Lampiran 2
Surat persetujuan untuk melakukan riset dari Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI
Lampiran 3
Draft Wawancara untuk Bapak Turman Siagian, Kepala Bidang
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Lampiran 4
Draft Wawancara untuk Bapak Yanto, Kepala Bidang Media
Relations Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Lampiran 5
Draft Wawancara untuk Pihak Media
Lampiran 11 Transkip Wawancara dengan Bapak Turman Siagian, Kepala
Bidang Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Lampiran 12 Transkip Wawancara dengan Bapak Yanto, Kepala Bidang Media
Relations Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Lampiran 13 Transkip Wawancara dengan Ibu Herlina Djabir, Wartawan RRI
Lampiran 14 Transkip Wawancara dengan Bpk Nur R Fajar, Wartawan Kantor
Berita ANTARA
Lampiran 15 Transkip Wawancara dengan Bapak Koko, anggota Forum
Wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Lampiran 19 Struktur Organisasi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Lampiran 20 Struktur
Organisasi
Bidang
Pusat
Informasi
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
dan
Humas
Lampiran 22 Media Monitoring Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI,
edisi Januari 2008, hal. 1-5
Lampiran 23 Artikel Majalah Ragam Pesona, majalah internal Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI terbitan No. 02/1-November 2007.
Lampiran 24 Press Release Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dan
Departemen Kehutanan, dari www.budpar.go.id.
Lampiran 25
Guntingan Berita Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI,
tanggal 18 Februari 2008.
Lampiran 26 Tabloid Pariwisata Dwi Mingguan MICE, edisi No. 05 Tahun I
tanggal 21 Mei-4 Juni 2008
Lampiran 27
Tabloid Pariwisata Dwi Mingguan MICE, edisi No. 06 Tahun I
terbitan tangal 11 Juni-25 Juni 2008,.7
Lampiran 28 Sumber dari www.suarapembaruan.com, judul artikel “Visit
Indonesia Year 2008” Upaya Menjaring Turis di tengah Bencana
Alam, ditampilkan 26 Agustus 2008
Lampiran 29 Sumber dari www.kompas.com, judul artikel VIY 2008 kunjungan
‘turis bule’ meningkat, ditampilkan Jumat 1 Agustus 2008
UNIVERSITAS MERCU BUANA
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PUBLIC RELATIONS
ABSTRAKSI
Nama
NIM
Judul Skripsi
: Christina N. Sinaga
: 0420-115
: Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
dalam Media Relations Untuk Menginformasikan
Visit Indonesia Year 2008
Bibliografi
: xiii+147 hal+30 lampiran+2 gambar+ 30 Bibliografi (1992- 2008)
Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media
relations adalah cara yang digunakan untuk terciptanya hubungan yang baik dengan
media dan kerja sama untuk kepentingan proses publikasi dan publisitas berbagai
informasi mengenai program kerja nasionalnya Visit Indonesia Year 2008 dalam kepada
masyarakat. Penelitian ini memiliki rumusan masalah yaitu bagaimana strategi Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah
untuk untuk menjelaskan strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008.
Strategi Humas menurut penjabaran Ronald D. Smith Ronald D Smith, terdiri
dari 4 fase yang di dalamnya terdapat 9 step yang digunakan untuk menyusun strategi
kehumasan. Fase tersebut yakni Formative Research, terdiri dari step analisa situasi,
analisa organisasi, dan analisa publik. Fase kedua adalah Strategi, di dalamnya terdapat
menentukan sasaran dan tujuan, formula aksi dan respon strategi, dan menggunakan
komunikasi efektif. Yang ketiga adalah Fase Taktik, di dalamnya terdapat pemilihan
taktik komunikasi dan implementasi rencana strategis. Fase yang terakhir adalah Riset
Evaluasi, di dalamnya terdapat evaluasi perencanaan strategis.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif
dengan metode penelitian studi kasus untuk menguraikan strategi humas menurut
penjabaran oleh Ronald D. Smith yang digunakan dalam pelaksanaan media relations
oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, dilengkapi dengan pendapat
beberapa narasumber media tentang pelaksanaan Strategi Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit
Indonesia Year 2008, yang dilakukan dengan wawancara mendalam menggunakan teknik
analisa data triangulasi.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Strategi Humas yang dibuat oleh
Ronald D Smith telah diterapkan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Dari hasil
penelitian, bahwa pelaksanaan Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 belum tepat
sasaran disebabkan masalah kewenangan, dan salah satu akibat kurangnya pengalokasian
anggaran menyebabkan pemberian informasi yang bergilir pada media dalam suatu event.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Dengan mulai majunya perkembangan dunia karir humas di zaman yang
modern ini, perlu juga untuk diketahui bagaimana sebenarnya perjalanan Humas
itu sendiri hingga bisa eksis sampai sekarang.
Sejarah humas tidak dapat diungkapkan hanya dengan mengatakan bahwa
asal muasalnya adalah press agentry, walaupun memang benar adanya hubungan
masyarakat adalah bentuk evolusi atau perubahan dari press agentry. Pengertian
dari press agentry disini adalah, upaya menciptakan berita dan peristiwa yang
bernilai berita untuk dapat menarik perhatian media dan publik terlepas dari
apakah berita itu benar atau tidak, positif atau tidak, yang pada prinsipnya adalah
bagaimana menciptakan populeritas.1
Namun jauh sebelum adanya perkembangan press agentry, intisari dari
humas itu sudah ada sejak peradaban paling awal. Para arkeolog menemukan
sebuah buletin pertanian di Irak yang memberitahukan para petani pada 1800 SM
cara menabur benih, cara melakukan irigasi, cara mengatasi tikus ladang, dan cara
memetik hasil panen, yang mana pendistribusian buletinnya tidak jauh berbeda
dengan distribusi buletin pertanian oleh Departemen Pertanian AS.2
1
Krisyantono, Rachmat. Public Relations Writing, media public relations membangun citra korporat.
Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008. 66-67
2
Cutlip, Scott M., Allen H. Center dan Glenn H. Broom. Effective Public Relations Merancang dan
Melaksanakan kegiatan Kehumasan dengan Sukses. Alih bahasa Renate Pohan. Jakarta P.T Indeks, 2005. 84.
Pengertian Humas yang diambil dan disesuaikan dengan konsep yang akan
diteliti, yaitu pengertian Humas yang dikemukakan oleh Edward L. Bernays
dalam buku Public Relations menyatakan Humas memiliki tiga macam arti, yaitu :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat.
2. Persuasi yang dimaksudkan untuk mengubah sikap dan tingkah laku
masyarakat terhadap lembaga demi kepentingan kedua belah pihak.
3. Usaha untuk mengintregasikan sikap dan perbuatan antar lembaga
dengan sikap perbuatan masyarakat dan sebaliknya.3
Dan hal diataslah yang dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI yang berdiri pada tahun 1983 sebagai salah satu upaya untuk
menjaga corporate imagenya di mata para stakeholdernya. Upaya tersebut
tercantum dengan jelas pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.
PM.07/HK.001/MKP-2007 tanggal 16 Januari 2007, yang menyebutkan bahwa:
Bidang Hubungan Masyarakat, mempunyai tugas melaksanakan hubungan
dan kerjasama kehumasan dengan Lembaga Pemerintah, Lembaga Non
Pemerintah, Lembaga Tinggi Negara, dan Media4
Salah satunya terlihat jelas sekali bahwa Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI mempunyai peranan dengan media, untuk melakukan tugas
Departemen yang memerlukan langkah-langkah kebijakan komunikasi dan
kehumasan. Kehumasan di sini adalah segala bentuk penyampaian pesan
Departemen kepada publik internal dan eksternal (stakeholders) dengan tujuan
mendapatkan pengertian dan pemahaman yang sama
3
Rachmadi,F. Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga
Pemerintah. Jakarta, P.T Gramedia Pustaka 1992., 19
4
Salinan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.07/HK.001/MKP-2007, tanggal 16
Januari 2007
Untuk itu, lembaga atau Departemen membutuhkan media komunikasi.
Media ini berbentuk media massa atau media lainnya yang dipergunakan sebagai
sarana untuk menyampaikan suatu informasi lembaga atau Departemen kepada
publik, maka lembaga atau Departemen membutuhkan perangkat-perangkat,
diantaranya siaran pers (press release). Ini merupakan segala bentuk informasi
secara tertulis yang disampaikan kepada wartawan atau publik dengan tujuan
untuk dipublikasikan melalui media massa (cetak dan elektronik)
Selain itu, lembaga atau Departemen dapat melakukan konferensi pers,
dengan memberikan keterangan yang disampaikan kepada wartawan secara
langsung (tatap muka) dan juga berupa talk show untuk menjelaskan kondisi
lembaga atau Departemen, yang mana kegiatan ini dilakukan oleh seorang juru
bicara yaitu pejabat yang mewakili lembaga atau Departemen untuk
menyampaikan keterangan atau informasi yang harus disosialisasikan.5
Dalam rangka pembinaan hubungan dengan media massa, perlu
mendapatkan perhatian yang istimewa karena media berfungsi sebagai sarana
kontrol yang dalam pemberitaannya meliputi segala kehidupan rakyat.
Hubungan dengan media dijelaskan oleh Frank Jefkins adalah suatu usaha
untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau
informasi. Humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi
khalayak, bagi organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.6
Karena pada dasarnya sebuah perusahaan membutuhkan pihak media
untuk menyampaikan informasi-informasi tentang perusahaan guna menciptakan
5
Standard Operating Procedure (SOP) Strategi Komunikasi dan Kehumasan, Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI, tahun 2008.
6
Frank Jefkins, Public Relations, Edisi Kelima, Erlangga., 113
dukungan positif dan opini publik dari masyarakat melalui tulisan-tulisan yang di
muat dalam media. Maka tanpa adanya hubungan baik, aktivitas Humas
dikhawatirkan tidak akan berhasil.
Sehingga diperlukan suatu strategi yang dilakukan oleh praktisi Humas
dalam upaya menjalin hubungan yang harmonis dengan media merupakan bagian
dari fungsi Humas, khususnya sebagai alat pendukung atau media kerjasama
untuk kepentingan publikasi mengenai kegiatan atau program kerja Humas
Strategi yang dilakukan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
dalam membina hubungan baik dengan media, dilaksanakan sebagai upaya
peningkatan pemahaman khalayak media akan kinerja Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI
Tujuan umum dari kegiatan ini tentu saja sebagai salah satu cara untuk
membina hubungan baik dengan Media yang diharapkan dapat memberikan citra
yang positif tentunya, tapi lebih khusus Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
RI ingin memberikan sesuatu berupa informasi mengenai program kerja dari
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI secara keseluruhan dengan lebih
lengkap dan transparan, dan juga pemberian informasi yang mungkin saja
terlewatkan atau kurang dipahami oleh pihak media.
Penyampaian informasi yang dilakukan oleh Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI sebagai salah satu upaya dalam pembinaan hubungan baik dengan
media ada yang dilakukan secara formal maupun non-formal, berdasarkan SOP
(Standard Operating Procedur) dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
kegiatan yang dilakukan Humas antara lain Press Statement, Press Briefing, Press
Release, Coffe Morning, dll.7 Yang diharapkan dapat membuat hubungan antara
pihak Departemen dan Media jauh lebih bersahabat.
Alasan penulis memilih Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI,
sebagai objek penelitian karena salah satu departemen dalam pemerintahan
Indonesia yang mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan
sebagian urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan kepariwisataan yang
selalu berusaha untuk mengelola reputasinya dengan baik salah satu program
nasional yang sedang dilaksanakannya adalah Visit Indonesia Year 2008 yang
dilakukan juga melalui media relations, dengan hasil yang diharapkan dapat
menciptakan corporate image yang baik.
Dan dengan latar belakang ini, akhirnya mendorong penulis sebagai
peneliti untuk menyajikan judul “Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI dalam Media Relations untuk menginformasikan Visit Indonesia
Year 2008”, dalam penelitian penulis.
Penulis memilih judul ini, karena ingin mengetahui bagaimana Strategi
yang dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam
media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, dan jangka
waktu yang dipilih yaitu tahun 2008 karena penulis ingin melihat bagaimana
kinerja Humas dalam menginformasikan mengenai persiapan dan perencanaan
serta pengevaluasian dari Visit Indonesia Year 2008, yang ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sektor pariwisata
dengan mengajak seluruh komponen masyarakat berpartisipasi mensukseskan
7
Standard Operating Procedur (SOP) Strategi Komunikasi dan Kehumasan Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI, tahun 2008.
tahun kunjungan wisata Indonesia 20088, sebagai upaya untuk meningkatkan daya
saing pariwisata Indonesia di tingkat nasional dan internasional dengan target
dapat mendatangkan sebanyak-banyaknya kurang lebih 7 juta wisman. Namun
bukan hanya wisatawan asing saja yang ditargetkan oleh Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI, tapi juga wisatawan nusantara dengan target 118 juta
wisatawan nusantara (wisnus). Dengan jumlah wisman sebesar itu, diharapkan
pariwisata di Indonesia akan mendulang devisa sekitar US$ 6,4 miliar. 9 Dengan
adanya devisa yang masuk ke dalam kas Negara Indonesia diharapkan dapat
mensejahterakan masyarakat yang mampu menyerap tenaga kerja dalam bidang
kepariwisataan dan kebudayaan, dan dapat menggairahkan perekonomian
masyarakat melalui usaha kecil menengah dari kedatangan para turis atau
wisatawan baik asing maupun lokal. Dan hasil yang diharapkan Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia dengan adanya media relations, selain
dapat memperoleh hubungan kerjasama dan citra yang positif dengan insan media
juga diharapkan dapat menggaungkan Visit Indonesia Year 2008 dengan lebih
maksimal ke masyarakat sehingga mereka memilki keinginan untuk berwisata ke
Indonesia.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dari
penelitan ini adalah “Bagaimana Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan
8
Majalah Ragam Pesona, majalah internal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI edisi
No.02/I-November, hal. 24
9
Sumber dari: www.suarapembaruan.com, dengan artikel “Visit Indonesia Year 2008” Upaya
menjaring turis ditengah bencana alam yang ditampilkan pada tanggal 26 Agustus 2008.
Pariwisata RI dalam Media Relations untuk menginformasikan Visit Indonesia
Year 2008”
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, untuk menjelaskan Strategi Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media Relations untuk menginformasikan
Visit Indonesia Year 2008.
1.4
Signifikansi Penelitian
Selain didasarkan kepada sejumlah tujuan, hasil dari penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif tidak saja bagi penulis sebagai
peneliti, akan tetapi juga bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, adalah :
a.
Signifikansi Akademik.
Dengan penelitian ini, peneliti berharap dapat menemukan cara-cara atau
aktivitas
Humas
yang
baru,
dengan
harapan
hasil
penelitian
dapat
menyumbangkan masukan baru untuk pengembangan keilmuan Humas mengenai
permasalahan Strategi Humas dalam media relations. Selain itu hasil penelitian ini
juga bisa dimanfaatkan sebagai referensi bagi mereka yang ingin melakukan
penelitian di bidang yang sama pada ruang lingkup yang lebih luas.
b.
Signifikansi Praktis.
Diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber
bahan
pemikiran
dari
peneliti,
untuk
memberikan
masukan
mengenai
pengevaluasian bagi pihak Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI terhadap
Strategi
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media
Relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, supaya
pelaksanaan kinerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, menjadi lebih
efektif dan efesien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi
Komunikasi merupakan sesuatu yang telah lazim ditengah-tengah
kehidupan bersosialisasi dengan masyarakat, disadari atau tidak komunikasi
sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada saat bermain,
berdiskusi, bahkan di saat seorang diri juga melakukan komunikasi dengan diri
sendiri seperti berpikir.
Selain itu komunikasi sangat unik karena selalu diwarnai oleh berbagai
latar belakang yang berbeda dari para pelakunya, seperti budaya, jenis kelamin,
usia, dan masih banyak hal, yang membuat suatu komunikasi itu menjadi lebih
berwarna.
Dalam penulisan ini, penulis mengambil arti komunikasi
menurut
pendapat Bernard Berelson dan Garry A. Stainer yang berasal dari buku “Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar”, yang mengatakan bahwa Komunikasi merupakan
penyampaian informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya dengan
menggunakan lambang-lambang ber kata-kata, gambar, bilangan, grafik dan lainlain. Kegiatan atau proses penyampaiannya biasanya dinamakan komunikasi. 10
Berdasarkan pengertian komunikasi di atas unsur-unsur dari proses
komunikasi terdiri dari 5 (lima) unsur yang saling bergantungan satu sama lain,
yaitu :
10
Mulyana, Dedy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta P.T Remaja Rosdakarya 2002, 62.
1.
Sumber (Source), adalah pihak yang berinsiatif
atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi. Untuk menyampaikan apa yang ada
dalam hatinya (perasaan) atau pikiran tersebut ke dalam seperangkat
simbol verbal dan/atau non-verbal yang idealnya dipahami oleh penerima
pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding).
2.
Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.
Pesan merupakan seperangkat symbol verbal dan/atau non-verbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan
mempunyai tiga komponen : makna, symbol yang digunakan untuk
menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Symbol
terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek
(benda), gagasan dan perasaan, baik ucapan ataupun tulisan.
3.
Saluran atau Media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk
pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran
verbal atau saluran non-verbal. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia
adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara meskipun kita bisa juga
menggunakan kelima indera kita untuk menerima pesan dari orang lain.
4.
Penerima (Receiver), sering juga disebut sasaran/tujuan (destination),
komunikasi (communicate), penyandi-balik (decoder) atau khalayak
(audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter) , yakni orang yang
menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan
nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaan, penerima pesan ini
menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat symbol verbal dan/atau
non-verbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses
ini disebut penyandian balik (decoding).
5.
Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi
tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju),
perubahan keyakinan, dan sebagainya.11
Yang pada akhirnya komponen dari hal diatas akan menciptakan lingkaran
komunikasi (communication loop), namun sering kali yang tidak muncul dan
merupakan komponen terakhir dari communication loop adalah umpan balik, atau
datangnya sebagian, dan kalaupun ada umpan balik tersebut tidak diketahui oleh
si pengirim. Ini sulit, karena diam pun bias dianggap sebagai umpan balik dalam
beberapa kondisi.12
Melalui proses penyampaian informasi ini, komunikasi yang berlangsung
diharapkan akan mencapai saling pengertian diantara komunikator dan
komunikan. Apabila tercipta saling pengertian, maka tujuan komunikasi sudah
tercapai.
Tujuan dari komunikasi berdasarkan pendapat Gordon I. Zimmerman
terdiri dari dua kategori besar, yaitu:
1.
Berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi
kebutuhan, untuk memberi makan dan pakaian kepada diri-sendiri,
memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup.
11
Mulyana, Dedy. op.cit., 62-64
Davis, Anthony, Everything You Should Know About Public Relations, panduan lengkap tentang PR.
Jakarta, P.T Elex Media Komputindo 2005., 69.
12
2.
Berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran
informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi
hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana
hubungan kita dengan orang lain.13
Dan berdasarkan pendapat William I. Gorden, komunikasi memiliki empat
fungsi, yaitu:
1.
Komunikasi Sosial, mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk
membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara
lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan
dengan orang lain.
2.
Komunikasi Ekspresif, komunikasi tersebut menjadi instrument untuk
menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita). Perasaan-perasaan tersebut
terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan non-verbal. Perasaan
sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan
benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku
non-verbal, seperti seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan
membelai kepala anaknya.
3.
Komunikasi Ritual, komunikasi ini biasanya dilakukan secara kolektif.
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang
tahun dan sepanjang hidup mulai dari upacara kelahiran, upacara
perkawinan hingga upacara kematian. Dalam acara-acara itu orang
13
Mulyana, Dedy.loc.cit., 4
mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang
bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa juga adalah komunikasi
ritual.
4.
Komunikasi Instrumental, komunikasi ini mempunyai beberapa tujuan
umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga
untuk menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat
disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi
memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan
persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya
mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan
layak untuk diketahui.14
Tanpa komunikasi maka tidak adanya proses interaksi, saling tukar ilmu
pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, informasi dan sebagainya. Proses
penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung dengan
melalui
suatu
media
komunikasi,
khususnya
bahasa
percakapan
yang
mengandung makna yang dapat dimengerti atau dalam lambang yang sama.
Pengertian pemakaian bahasa dapat bersifat kongkret atau abstrak.15
Kegiatan komunikasi internal meliputi berbagai cara yang dapat
diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu: Pertama komunikasi personal/pribadi
adalah komunikasi antara dua orang yang berlangsung melalui dua cara dengan
tatap muka yang berlangsung secara dialogis dan komunikasi lewat media dengan
14
Mulyana, Dedy. loc.cit., 5-30
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta, P.T
RajaGrafindo Persada, 2005., 80
15
menggunakan alat seperti telepon dan memorandum. Kedua komunikasi
kelompok merupakan komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang
dalam situasi tatap muka, dimana kelompok tersebut bisa kecil dan bisa juga
besar.
Sedangkan kegiatan komunikasi eksternal adalah komunikasi antara
pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi secara timbal balik baik
antara organisasi dengan khalayaknya, yang dilakukan menurut kelompok sasaran
berdasarkan hubungan yang harus dibina, yaitu:
a. Hubungan dalam lingkungan (community relations)
b. Hubungan dengan instansi pemerintah (goverment relations)
c. Hubungan dengan media (media relations)16
Berdasarkan hal di atas, maka komunikasi yang dilakukan lebih
difokuskan kepada komunikasi dalam kegiatan humas yang dilakukan secara
eksternal yaitu komunikasi antara organisasi dengan media dalam kegiatan media
relations.
2.2
Humas
Humas, adalah cabang utama dari kajian ilmu komunikasi. Keterampilan
berkomunikasi merupakan faktor pokok yang terus dikembangkan, baik secara
akademik maupun dalam kegiatan operasional. Kegiatan komunikasi dalam
Humas ditujukan kepada masyarakat yang ada dalam organisasi (internal) dan
masyarakat luar organisasi (eksternal). Pada hakikatnya kegiatan Humas adalah
16
Rachmadi,F. Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan
Lembaga Pemerintah. Jakarta, P.T Gramedia Pustaka 1992.,71-75
kegiatan komunikasi, tetapi berbeda dengan jenis kegiatan komunikasi lainnya,
kegiatan komunikasi dalam Humas mempunyai ciri-ciri tertentu, disebabkan
karena fungsi, sifat organisasi dari lembaga Humas itu berada dan berlangsung,
sifat-sifat manusia yang terlibat, terutama publik yang menjadi sasaran, faktorfaktor eksternal yang mempengaruhi dan sebagainya yang bersifat khas.
Ciri hakiki dari komunikasi dalam Humas, adalah komunikasi yang
bersifat timbal balik (two way traffic). Komunikasi yang bersifat timbal balik ini
sangat penting dan mutlak harus ada dalam kegiatan Humas, dan terciptanya
feedback merupakan prinsip pokok dalam Humas.17
Menurut F. Rachmadi dalam bukunya Public Relations dalam teori dan
praktek. Kunci sukses komunikasi dalam Humas, sangat tergantung pada prinsip
pelaksanaan komunikasi yang efektif. Dalam kaitan komunikasi yang efektif, halhal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Jenis Publik (khalayak) yang menjadi sasaran.
2. Susunan pesan bagaimana yang paling tepat dan mudah dipahami.
3. Saluran apa yang paling sesuai dengan sifat publik yang dituju.18
Setiap organisasi/perusahaan memiliki sendiri khalayak khususnya kepada
khalayak yang terbatas itulah organisasi senantiasa menjalin komunikasi, baik
internal maupun eksternal oleh karena itu, suatu organisasi atau perusahaan tidak
hanya menyelenggarakan komunikasi dengan staf atau konsumennya saja.19
17
Rachmadi,F. ibid.,6
Rachmadi,F. ibid.,7
19
Jefkins, Frank. Public Relations, disempurnakan oleh Daniel Yadin; alih bahasa, Haris Munandar. Jakarta,
P.T Erlangga 2003., 80
18
Seorang praktisi Humas dituntut untuk mampu mengerjakan banyak hal,
Ia harus bisa menjadi seorang komunikator, seorang penasehat dan sekaligus
seorang perencana kampanye yang baik. Di bidang Humas sumber-sumber
informasi, kreativitas dan produksi adalah perusahaan itu sendiri sehingga setiap
organisasi harus memiliki pejabat Humas yang tahu benar mengenai
organisasinya karena ia harus mampu bertindak sebagai juru bicaranya.20
Berkaitan dengan komunikasi, maka terdapat pesan yang disampaikan
dimana menurut May Lwin dan Jim Aitchison terdapat 4 (empat) jenis pesan yang
disampaikan organisasi, yaitu :
1.
Pesan yang direncanakan, meliputi siaran pers, annual report, logo,
promosi perdagangan, dan lain-lain.
2.
Pesan yang disimpulkan, sama seperti semua komunikasi antar
manusia lainnya orang akan menarik kesimpulan dan pendapatnya
sendiri tentang apa yang mereka lihat atau dengar, karena persepsi
konsumen itu sangat kuat, contoh citra dari gerai pengecer yang
menjual produk-produk perusahaan.
3.
Pesan pemeliharaan, pesan yang disampaikan oleh para pekerja
perusahaan
seperti
bagaimana
mereka
berurusan
dengan
pelanggan, bagaimana sekretaris menjawab panggilan telepon,
sikap apa yang mereka tampilkan, buku petunjuk dan selebaran
tentang produk perusahaan adalah bentuk lain pesan pemeliharaan.
4.
Pesan yang tidak direncanakan, adalah kontak komunikasi dengan
para pelanggan yang melampaui kendali perusahaan. Pemberitaan
20
Jefkins, Frank. ibid., 27.
tentang perusahaan, pernyataan tentang perusahaan yang dibuat
oleh kelompok lembaga konsumen, penarikan produk gagal, dan
krisis perusahaan adalah bentuk tantangan yang harus dihadapi
oleh para praktisi Humas.21
Dalam penulisan ini, penulis akan mengambil 2 (dua) definisi dari Humas.
Pertama, menurut Edward L. Bernays dalam bukunya Public Relations,
mengatakan Humas mempunyai tiga arti yaitu (1) Penerangan kepada masyarakat
(2) Persuasi untuk mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat, dan (3) Usaha
untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan dengan sikap perbuatan
masyarakat dan sebaliknya.22
Kedua, menurut Frank Jefkins Humas adalah semua bentuk komunikasi
yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar antara suatu organisasi dengan
semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang
berlandaskan pada saling pengertian.23
Dari kedua definisi di atas, ada beberapa kesamaan pokok pikiran, yakni :
1.
Humas merupakan suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh
goodwill, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik dari
publik/masyarakat.
2.
Sasaran Humas, adalah menciptakan opini publik yang favourable,
menguntungkan semua pihak.
21
Lwin;Aitchison, Clueless in Public Relations/ May Lwin dan Jim Aitchison; pengalih bahasa, Paul A.
Rajoe-Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2005., 14-15
22
Rachmadi,F. Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga
Pemerintah. Jakarta, P.T Gramedia Pustaka 1992.,19
23
Jefkins, Frank. ibid.,10
3.
Humas, merupakan unsur yang sangat penting dalam manajemen
guna mencapai tujuan yang spesifik dari organisasi/perusahaan.
4.
Humas adalah usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis
antara satu badan/organisasi dengan masyarakat melalui suatu
proses komunikasi timbal-balik atau dua arah. Yang didasari oleh
mutual understanding, mutual confidence, dan image yang baik.24
Apabila dalam kesamaan pokok pikiran di atas dikatakan bahwa Humas
merupakan unsur yang penting dalam manajemen suatu oganisasi, terdapat
beberapa alasan pentingnya keberadaan Humas dalam suatu organisasi, yaitu :
1.
Menciptakan reputasi para individual sebagai ahli di bidang yang
dipilihnya.
2.
Menciptakan reputasi bagi perusahaan-perusahaan dan organisasi.
3.
Meningkatkan kesadaran terhadap produk dan layanan dan pada
organisasi yang mengadakan mereka.
4.
Mempertinggi nama baik dari suatu kedudukan masyarakat atau
nama baik perusahaan.
5.
Menyelengarakan kampanye untuk mencapai tujuan tertentu.25
Dengan melihat penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa baik pemerintah
atau swasta, yang merasakan keperluan menyampaikan pandangan mereka sampai
kepada masyarakat sangat memerlukan jasa tertentu dari Humas itu sendiri.
Terdapat 3 (tiga) alasan utama mengapa sebuah organisasi memerlukan jasa
Humas, yaitu :
24
Rachmadi,F. op.cit., 19
Greener Tony. Kiat sukses Public Relations dan Pembentukan Citra; alih bahasa Drs. Nurarki Azis. Jakarta
P.T Bumi Aksara 1990., 4
25
1.
Opini yang tidak memihak. Jika produk suatu perusahaan diulas
media, masyarakat yakin bahwa pihak ketiga telah menguji,
memahami dan yakin akan kewajaran harga produk tersebut.
2.
Humas menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pertumbuhan bisnis secara keseluruhan. Saat ini, Humas menjadi
bagian yang integral dari disiplin ilmu manapun, yang membentuk
struktur organisasi swasta dan pemerintah yang baik. Beroperasi
dalam tiga bidang klasik yaitu, produk, bisnis, dan urusan intern.
Membuat Humas memberikan pelayanan yang melengkapi tujuan
pertumbuhan dan keuntungan secara umum, dengan mengaitkan
diri
dengan
bagian
pemasaran,
penjualan,
personalia,
manufacturing, pembelanjaan, pembiayaan, teknik, perencanaan
bisnis dan bagian lain dari struktur bisnis modern yang
terintegrasi.26
Berdasarkan pernyataan di atas Praktisi Humas bertujuan untuk membuat
masyarakat berpikir lebih tinggi tentang praktisi Humas itu sendiri dan organisasi.
Dan tujuan ini dapat dilaksanakan baik di kantor dengan staf sendiri atau dengan
menggunakan jasa-jasa konsultan Humas. Dalam realitas praktik Humas di
perusahaan, tujuan dari Humas, adalah :
1.
Menciptakan
Pemahaman
(Mutual
Understanding)
antara
Perusahaan dan Publiknya.
Tujuan kegiatan Humas pertama kali adalah berupaya menciptakan
saling pengertian antara perusahaan dan publiknya. Melalui kegiatan
26
Grenner, Tony. ibid.,16
komunikasi diharapkan terjadi kondisi kecukupan informasi (wellinformed) antara perusahaan dan publiknya. Kecukupan informasi ini
merupakan dasar untuk mencegah kesalahan persepsi. Kesalahpahaman
akibat salah persepsi atau kekurangan informasi merupakan kesalahan
mendasar
dalam
kegiatan
komunikasi
(primery-breakdown
of
communication)
2.
Membangun Citra Korporat
Tujuan Humas adalah agar citra perusahaan positif di mata publiknya.
Citra positif mengandung arti kredibilitas perusahaan di mata publik
adalah baik (credible). Citra perusahaan bukan hanya dilakukan seorang
public relations, tetapi perilaku seluruh unsur perusahaan (karyawan,
manajer, dan lainnya) ikut andil dalam pembentukan citra ini, baik disadari
atau tidak. Perilaku itu berkaitan dengan tugas pelayanan atau tidak.
Misalnya, seorang karyawan hotel yang kecanduan narkotika dan
tertangkap polisi sedang nyabu di rumahnya. Kemudian berita ini tersebar
di masyarakat. Meskipun tidak ada kaitan dengan hotel tempatnya bekerja,
peristiwa ini berpotensi membuat jelek nama hotel.
3.
Membangun Opini Publik yang Favorable
Citra perusahaan yang baik akan membuat keuntungan kompetitif bagi
perusahaan.
Keuntungan
tersebut
adalah:
peningkatan
penjualan,
mendukung pengembangan produk baru, memperkuat relasi keuangan,
membuat harmoni hubungan dengan karyawan, mendukung program
rekrutmen, dan membantu mengatasi krisis.
4.
Membentuk Goodwill dan Kerja Sama
Pada tahap ini, tujuan Humas sudah pada tahap tindakan nyata.
Artinya, sudah tercipta jalinan kerjasama dalam bentuk perilaku tertentu
yang mendukung keberhasilan perusahaan. Good will dan kerjasama dapat
terwujud karena ada inisiatif yang dilakukan berulang-ulang oleh Humas
suatu perusahaan untuk menanamkan saling pengertian dan kepercayaan
kepada publiknya. Kemudian diikuti tindakan nyata perusahaan untuk
komitmen mewujudkan kepentingan publik.27
Berdasarkan tujuan Humas diatas, maka dapat dikaitkan dengan fungsi
dari Humas dimana seorang praktisi Humas mempunyai fungsi timbal-balik, ke
luar dan ke dalam. Fungsi Humas ke luar, harus mengusahakan tumbuhnya sikap
dan gambaran (image) masyarakat yang positif terhadap segala tindakan dan
kebijakan organisasi atau lembaganya.
Sedangkan fungsi Humas ke dalam, adalah seorang praktisi Humas
berusaha mengenali, mengidentifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan sikap dan
gambaran yang negative (kurang menguntungkan) dalam masyarakat sebelum
sesuatu tindakan atau kebijakan itu dijalankan. Itu berarti seorang praktisi Humas
harus mengetahui dari dekat apa yang terjadi di dalam perusahaan atau
lembaganya, termasuk ketentuan kebijakan dan perencanaan tindakan.28
Pada prinsipnya, fungsi Humas merupakan fungsi top-management. Oleh
karena itu kehadirannya di dalam suatu organisasi dan lembaga selayaknya berada
27
Krisyantono, Rachmat. PR Writing: Media Public Relations Membangun Citra Korporat, cet. 1. Jakarta,
Kencana, 2008., 5-17
28
Rachmadi,F. Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga
Pemerintah. Jakarta, P.T Gramedia Pustaka 1992.,22
langsung di bawah pimpinan utama (top manager). Dengan posisi Humas yang
demikian, diharapkan ia dapat lebih mudah melaksanakan tugasnya yang
menuntut pengetahuan menyeluruh keadaan organisasi/perusahaan, dan kecepatan
menyampaikan berita kepada pemimpin utama sebagai pengemban citra yang
menentukan dalam organisasi.29
Untuk mengetahui tugas yang dilaksanakan oleh Humas itu sendiri,
menurut Siska Widyawati selaku sumber cyberjob yang berpengalaman sebagai
seorang Public Relations 5 (lima) tahun di sebuah agensi periklanan besar di
Jakarta Pusat, memaparkan job description Humas yang disebutnya sebagai
“nature of work” adalah:
1.
Reputasi, bahkan eksistensi lanjutan dari sebuah perusahaan dapat
bergantung dari keberhasilan Humas menafsirkan target publik untuk
mendukung tujuan dan kebijakan perusahaan yang bersangkutan. Seorang
Humas specialist menyajikan hal tersebut sebagaimana halnya seorang
penasihat dalam bidang bisnis, asosiasi non profit, universitas, rumah sakit
dan organisasi lain. Selain itu, mereka juga membangun dan memelihara
hubungan positif dengan publik
2.
Humas mengurus fungsi-fungsi organisasi, seperti menghadapi media,
komunitas dan konsumen. Dalam hubungannya dengan pemerintahan
mereka mengurus kampanye politik, representasi para intrest group,
sebagai conflict mediation, atau mengurus hubungan antara perusahaan
tempat mereka bekerja dengan para investor.
29
Rachmadi,F. ibid.,9
3.
Humas menyampaikan informasi pada publik, interest group, pemegang
saham, mengenai kebijakan, aktivitas dan prestasi dari sebuah organisasi.
Tugas tersebut juga berhubungan dengan mengupayakan pihak-pihak
manajemen untuk supaya tetap sadar terhadap tingkah laku publik dan
menaruh perhatian terhadap group-group dan organisasi, dengan siapa
mereka biasa berhubungan.
4.
Humas menyiapkan press release dan menghubungi orang-orang di media
yang sekiranya dapat menerbitkan atau menyiarkan material mereka.
Banyak laporan khusus di radio atau televisi, berita di koran atau artikel di
majalah, bermula dari meja seorang Humas.
5.
Humas mengatur dan mengumpulkan program-program untuk memelihara
dan mempertahankan kontak antara perwalian organisasi dan publik.
Mereka mengatur speaking engagement, pidato untuk kepentingan sebuah
perusahaan, membuat slide dalam meeting dan merencanakan konvensi.
Sebagai tambahan, mereka juga bertanggungjawab dalam pembuatan
annual reports dan menulis proposal untuk proyek-proyek yang beragam.
6.
Dalam pemerintahan, Humas kemungkinan akan disebut sebagai
“sekretaris pers”, “information centre”, “publik affair specialist” atau
“communications specialist”, bertugas menginformasikan pada publik
mengenai aktivitas yang dilakukan agen-agen pemerintahan dan pegawaipegawai resminya.
Humas yang berurusan dengan publisitas untuk individual, atau mereka
yang menangani Humas untuk organisasi kecil, kemungkinan akan berurusan
dengan semua aspek pekerjaan. Mereka akan menghubungi orang-orang,
merencanakan dan melakukan penelitian dan menyiapkan material untuk
distribusinya. Mereka juga mengurusi pekerjaan advertising atau sales promotion
untuk mendukung kegiatan marketing.30
2.3
Strategi Humas
Strategi
Humas
harus
mempertimbangkan
cara-cara
yang
dapat
mengintregasikan semua aktivitasnya, dan cara yang paling praktis serta definitif
saat ini adalah mendasarkan program-program Humas pada stakeholders.31
Dengan kata lain strategi humas itu sendiri menurut Ahmad S.
Adnanputra, Presiden Institut Bisnis dan Manajemen Jayakarta, adalah alternative
optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan humas dalam
kerangka suatu rencana humas (public relations plan).32
Berdasarkan pendapat Ronald Smith dalam bukunya “Strategic Planning
For Public Relations” menawarkan strategi Humas dengan sembilan langkah
disebut Nine Steps of Strategic PR, yang terbagi dalam empat bagian yaitu:33
30
www.cbn.net.id “Public Relations (I)”, dikutip dari berita CDC-Career Development Center Faculty of
Engineering University of Indonesia.
31
Oliver, Sandra. Strategi Public Relations, alih bahasa Sigit Purwanto. Jakarta, P.T Erlangga 2001., 6
32
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta, P.T
RajaGrafindo Persada, 2005.,124
33
Smith, Ronald D. Strategic Planning For Public Relations. Lawrence Erlbaum Associates, 2002. United
States of America., 9-11
Fase Formative Research
Tahapan ini adalah riset formatif yang dilakukan sebelum memulai sebuah
program, dan tahapan ini terdiri dari tiga bagian dimana perencana
menggambarkan kondisi nyata organisasi saat program akan direncanakan. Riset
program dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan
untuk mengarahkan pengambilan keputusan dalam perencanaan, tahapan ini
terdiri dari:
Step 1: Analisis Situasi
Menganalisis situasi adalah bagian terpenting dari awal suatu proses.
Menganalisis suatu situasi meliputi analisa yang melibatkan perencana,
dalam menggambarkan seluk beluk peluang dan kemungkinan rintangan
progam yang akan dikembangkan dalam pelaksanaan program ini.
Step 2: Analisis Organisasi
Pada tahapan ini dalam melakukan pengamatan terhadap organisasi
meliputi tiga tahapan yaitu:
a.
Menganalisa lingkungan internal suatu organisasi, seperti: misi dan
visi yang dijalankan oleh organisasi, program kerja organisasi serta
dukungan manajemen yang diberikan organisasi dalam pelaksanaan
program strategi perencanaan.
b.
Menganalisa persepsi publik/opini publik terkait dengan reputasi
organisasi.
c.
Menganalisa lingkungan eksternal, seperti pesaing perusahaan
(kelompok penekan) maupun pendukung perusahaan.
Step 3: Analisa Publik
Pada langkah ini, mengidentifikasikan dan menganalisa publik kunci
perusahaan, yaitu publik yang berinteraksi dengan perusahaan. Dalam
tahapan ini, dianalisa apa yang diinginkan, diperlukan, diharapkan oleh
suatu publik.
Fase Strategi
Strategi adalah perencanaan keseluruhan organisasi. Meliputi bagaimana
organisasi menentukan apa yang ingin dicapai oleh organisasi dan bagaimana
keinginan tersebut akan dicapai. Pada bagian kedua dari proses ini terdiri dari tiga
langkah, yaitu:
Step 4 : Menetapkan Tujuan dan Positioning serta Sasaran
Tahapan ini fokus terhadap posisi akhir yang akan dicapai dari
perusahaan dan produk atau pelayananannya. Dalam tahapan ini,
menetapkan tujuan dan positioning serta sasaran yang jelas dan spesifik
dalam menentukan apa yang ingin dicapai oleh perusahaan kepada publik
dengan harapan dapat melihat kesadaran (awareness) dan penerimaan
(acceptence) serta reaksi (action) publik terhadap perusahaan.
Step 5: Memformulasikan Proactive dan Respons Strategi
Dalam Strategi proactive, perusahaan dapat memperkenalkan sebuah
program komunikasi yang membawahi kondisi dan sesuai dengan waktu
yang tepat untuk melihat posisi terbaik dari kepentingan perusahaan.
Strategi proactive dibagi dalam dua bagian yaitu:
1). Strategi aksi, yang terdiri:
a. Performa Organisasi (Organizational Perfomance), Humas
berusaha untuk meningkatkan nama baik suatu perusahaan
dengan
memberikan
perfoma/kinerja
yang
baik,
dan
produk/jasa yang dapat merefleksikan level kualitas akan
kehadiran, keinginan, ketertarikan, kebutuhan dan harapan dari
publik kunci.
b. Partisipasi Audiens (Audiens Participations), dapat dibangun
dengan aktivitas yang diberikan oleh publik perusahaan dengan
kontak langsung terhadap produk atau jasa perusahaan, seperti
perusahaan kosmetik memberikan sample gratis, klub senam
kebugaran memberikan penawaran diskon kepada member.
c. Alliansi dan Koalisi (Alliances and Coalitions), pada saat dua
organisasi atau lebih bergabung bersama dalam suatu tujuan
maka terbentuklah suatu Alliansi dan Koalisi. Alliansi
cenderung tidak formal, lebih tidak terstruktur dan mungkin
lebih kecil dari koalisi, tetapi keduanya terlihat untuk menempa
suatu hubungan, seringkali dengan pihak lain/baru dalam group
yang mempunyai nilai dan tujuan yang sama. Pembawaan dari
alliansi adalah mereka menghasilkan kegiatan dan kerjasama
sekitar satu hal dan seringkali dengan issue yang tengah
berlangsung.
d. Pihak Sponsor (Sponsorships), memberikan langkah lain dalam
proactive yang dapat membuat organisasi meningkatkan
peluang dan kekaguman akan kualitas yang baik ditengahtengah publik kunci. Pihak sponsor melibatkan dua hal atau
salah satunya, yaitu memperlengkapi program secara langsung
dan memperlengkapi keuangan dan sumber daya yang ada
terhadap program yang dikehendaki.
e. Aktivitas aktivis (Activism), aktivitas ini secara umum terlibat
dalam perubahan, seperti isu sosial (kejahatan, sistem
hukuman, dll), masalah lingkungan (polusi, limbah nuklir,
penyebaran penduduk, dll) mengenai kebijakan politik, dll.
Dan para aktivis adalah orang yang lebih cenderung untuk
bertindak dalam memberikan dukungan terhadap suatu
masalah. Beberapa pelaksanaan dengan strategi aktivitas,
adalah pemogokan, boikot, demo jalan, pertemuan, petisi (surat
permohonan). Aktivitas Aktivis sering membuat keefektifan
dengan menggunakan berita di media, karena taktik mereka
melibatkan protes secara tindakan dan hal tersebut sangat
nyata.
2). Strategi komunikasi, yang terbagi dalam dua hal, yaitu :
a.Informasi Berita Penting
Keberadaan informasi dalam berita yang bernilai adalah sebuah
keharusan
untuk
semua
organisasi
berarti
adanya
harapan
menggunakan media berita untuk membawa pesan dan menangkap
daya tarik untuk publik.
Nilai dari sebuah berita terdiri dari berberapa hal yang disingkat
dalam akronim SiLoBaTi+UnFa, yaitu:
Memiliki arti (Significance), berita harus memiliki arti untuk
banyak orang meskipun bersebrangan dengan kepentingan organisasi;
ini adalah berita yang penuh dengan pengaruh dan memiliki
kepentingan. Berita juga melibatkan informasi yang relevan atau
disesuaikan dengan wilayah setempat (Local area). Yang memberi
tanda terhadap ruang penyiaran dari suatu berita sebagai perantara
dalam memperkenalkan sebuah informasi. Berita juga merupakan
informasi dengan keseimbangan dan berdasarkan kenyataan (Balance).
Pada saat praktisi public relations menggunakan informasi untuk
mempromosikan organisasi atau klien, hal tersebut seharusnya tidak
digambarkan sebagai kegiatan promosi, akan lebih baik bila
digambarkan dengan rupa sebuah kemurnian berita tanpa pengaruh
pihak lain dan kenetralan akan suatu berita. Kunci terakhir dari berita
adalah tepat waktu (Timely), maksudnya di sini adalah selalu
terhubungkan dengan isu yang sedang hangat terlebih khusus yang
banyak beredar di publik dan agenda para media.
Akan tetapi, pentingnya suatu berita juga dapat dipengaruhi lagi
dengan dua faktor lain. Daya tarik suatu berita menjadi tinggi pada saat
suatu informasi dilibatkan dalam situasi yang tidak biasa (Unusual).
Hal ini sering disebut oleh para penulis sebagai daya tarik seseorang
(Human interest), hal tersebut susah untuk membatasi kulitasnya yang
melibatkan nilai yang lebih dari suatu hal yang jarang (lain daripada
yang lain), hal yang baru, dan keunikan. Daya tarik suatu berita juga
ditambah pada saat informasi melibatkan ketenaran “sebuah nama
yang dapat membuat berita” (Fame), hal tersebut bukan hal yang
omong kosong. Orang yang terkenal atau orang penting dapat
menambahkan daya tarik kepada situasi sebuah berita yang penting.
Terkadang keterlibatan mereka dapat memberikan event rutin lainnya
dan meningkatkan status suatu berita.
b.Komunikasi yang Transparan
Komunikasi
yang
transparan
adalah
ide
penting
dalam
mengembangkan strategi proactive public relations. Hal ini dimulai
dengan adanya kesadaran akan suatu fakta yang dapat meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan.
Pada saat organisasi melakukan komunikasi yang transparan
mereka memperlengkapi suatu komunikasi dalam mengidentifikasikan
suatu masalah, membuat orang/publik tertarik dengan suatu hal dan
mengkreasikan iklim akan suatu pemahaman sebelum perencanaan
tersebut dimulai yang dapat memberikan pengaruh kepada publik.
Sebaliknya dalam Strategi Respons atau Reactive, merupakan strategi
yang digunakan oleh organisasi dalam mengelola respons untuk menghadapi
berbagai pertanyaan dan kritik serta tindakan yang melawan organisasi sehingga
dapat mempengaruhi dan menciptakan peluang dari lingkungan organisasi
tersebut, strategi ini terdiri dari:
a. Strategi menyelesaikan suatu masalah dengan penolakan (preemptive action strategy)
Strategi ini dilakukan dengan mengambil tindakan menolak
respons yang diberikan publik terhadap organisasi pada saat mereka
melakukan kritik atau masukan atau tindakan-tindakan lain yang
bertentangan dengan organisasi. Salah satu tipe dari tindakan ini
adalah Pre-buttal, yaitu strategi yang diambil sebelum pihak lawan
atau yang melakukan perlawanan terhadap organisasi. Konsep dari
pre-buttal didasari oleh pengawasan untuk menjadi yang pertama
menceritakan suatu cerita dan menempatkannya sesuai dengan yang
diharapkan organisasi, lalu menolak dengan berbagai versi alternatif
yang harus menyaingi pihak lawan.
b. Strategi respons yang menyerang (offensive response strategies)
Para praktisi Humas terkadang menggunakan strategi ini, yang
berpedoman
bahwa
organisasi
sedang
memperkuat
memperkukuhkan pendapatnya terhadap pihak lawan
dan
dengan cara
yang agresif atau cenderung kasar, seperti Menyerang (attack),
Mempermalukan (embrrasment), Ancaman (threat).
c. Strategi respons mempertahankan (defensive response strategies)
Dalam
strategi
ini
organisasi
berusaha
mempertahankan
pendapatnya terhadap semua permasalahan yang mencakup organisasi
dengan bereaksi sedikit agresif terhadap kritik yang dilontarkan,
terbagi atas
tiga bagian yaitu Mengingkari (denial), Memperjelas
masalah (excuse), dan Pemberian Alasan yang Tepat (justification)
d. Strategi respons pengelakan (diversionary response strategies)
Strategi ini digunakan untuk mencoba mengubah pandangan publik
terhadap suatu masalah yang berhubungan dengan organisasi, strategi
ini terdiri dari Concession, Mengklarifikasikan kembali (relabeling).
e. Strategi respons simpati (vocal commiseration strategies)
Pada strategi ini, organisasi mengekspresikan empati dan
memahami akan musibah dan penderitaan yang dialami oleh publiknya
organisasi. Strategi ini terbagi atas Kecemasan (concern), Ikut Berduka
Cita (condolence),
Penyesalan
(regret),
Permintaan
Maaf
(apology).
f. Strategi respons memperbaiki (rectifying behavior strategies)
Strategi ini dilakukan pada saat organisasi melakukan sesuatu
untuk memperbaiki kerusakan atau kerugian yang dialami oleh
publiknya, tindakan ini terdiri dari Penyelidikan (investigation), dan
Pemberian ganti rugi (restitution).
g. Strategi respons tanpa mengambil tindakan sama sekali (Strategic
inaction)
Dalam strategi ini, organisasi yang berada di himpitan antara
mempertimbangkan masalah dengan mempertimbangkan keputusan
untuk tidak mengemukakan, tidak ada komentar yang sesungguhnya
atau tidak membuat tindakan yang berterus terang. Bagian dari strategi
ini adalah diam (silence), yaitu suatu strategi yang terdiri dari
kesabaran dan ketenangan. Dengan cara tidak memberikan respons
apapun terhadap kritik yang dilontarkan.
Step 6: Menggunakan Komunikasi Efektif
Tahapan
ini
mencari
tahu
bagaimana
cara
terbaik
untuk
berkomunikasi. Untuk berkomunikasi dengan publik perlu ditentukan
siapa yang akan menyampaikan pesan, tampilan pesan seperti apa yang
ingin disampaikan, bagaimana susunan pesan yang akan disampaikan, dan
kalimat yang disampaikan dalam pesan tersebut menggunakan simbol
yang seperti apa.
Fase Taktik, taktik ini harus dipertimbangkan untuk memecahkan tujuan
dan sasaran Humas dan memilih dengan satu mata ke arah waktu serta batasan
anggaran, dan dalam pemilihannya dihubungkan kepada situasi yang sedang
dihadapi, dalam tahapan taktik melibatkan pilihan tools yang akan digunakan,
yaitu:
Step 7: Pemilihan Taktik Komunikasi
Perencana
program
dapat
menentukan
kategori
tools.
Smith
membedakan kategori communications tools menjadi:
1. Taktik Interpersonal Communication, taktik yang memberikan peluang
dalam berkomunikasi secara tatap muka dan menjalin interaksi yang
lebih persusasif, terdiri dari beberapa tools yaitu:
a. Personal Involvement, adalah peningkatan sejumlah aktivitas
dalam melibatkan audiens yang membawa audiens kepada
organisasi maupun audiens itu sendiri, karena organisasi
menyadari pentingnya semakin banyak interaksi publik seperti:
Plant Tours, Open House, Jumpa Fans, Penggalangan Dana.
b. Information Exchange, merupakan bagian inti terhadap peluang
untuk organisasi dan audiensnya untuk bertemu secara langsung
untuk menukarkan informasi, menanyakan pertanyaan dan
memperjelas permasalahan menjadi satu kesepahaman, kategori ini
meliputi: Educational Gathering (Konferensi, Seminar, Workshop
dan Training, serta Piknik), Product Exhibitions (Trade Shows),
Meetings (Annual Meetings, Lobby), Demonstrations (Upacara),
Pidato (Panels, Debates, Forum, Juru Bicara)
c. Special Event, sebagai kategori paling umum dari taktik
interpersonal communication, adalah aktivitas-aktivitas yang
diciptakan oleh satu organisasi yang hal utamanya adalah untuk
saling berhubungan dengan audiensnya, yang terdiri dari:
Sporting Events, Holiday Events, Progress-Oriented Events,
Historis
Commerations,
Social
Events,
Artistic
Events,
Fundraising Events.
2. Taktik Media Organisasi, yaitu diproduksi dan diterbitkan oleh
organisasi, terdiri dari beberapa tools yaitu:
a. Publikasi Umum, adalah meliputi berbagai bahan yang diterbitkan
dan dicetak oleh satu organisasi. Distribusi mereka secara umum
adalah ditangani oleh organisasi juga. Kategori ini meliputi
publikasi berseri (newsletter, bulletin), stand-alone publications
(brosur, flyers, booklet, pamflet), reprints (kliping), dan progress
report (annual report).
b. Direct mail, adalah kategori dari cetakan media organisasi yang
ditujukan langsung, yang dapat menunjukkan penerimaan secara
individual. Bagian dari direct mail bisa meliputi memo, katalog,
telephone toll free.
c. Audiovisual Media, teknologi modern telah menambahkan aneka
pilihan baru kepada taktik yang digunakan untuk public relations
menggunakan audio dan atau aspek visual dari komunikasi, seperti:
video conference, slide shows, email, intranet (Web site), mailing
list.
3. Taktik News Media, adalah wahana untuk menyajikan informasi yang
patut dijadikan berita kepada para audiens dan membuka kesempatan
bagi organisasi untuk menjangkau audiens secara lebih luas, toolsnya
terdiri dari:
a. Direct News Material, salah satu dari kategori dari taktik news
media yang sering digunakan dan informasi yang disajikan kepada
media kurang lebih siap untuk dipakai, seperti: news release, photo
and caption, media kit, feature release, iklan layanan masyarakat.
b. Indirect News Material, digunakan untuk berkomunikasi dengan
wartawan, editor dan para direktur berita dimana berita yang
diberikan tidak dimaksud untuk diterbitkan tetapi lebih ditujukan
untuk menarik minat atau menginformasikan kepada media,
seperti: media advisory
c. Opinion Material, memberi peluang dalam menggunakan surat
kabar, majalah dan radio serta stasiun televisi untuk menyajikan
satu opini organisasi pada informasi berdasar fakta yang fokus,
seperti: letter to editor
d. Interactive News Opportunity, sebuah kategori yang menjadi
peluang berita interaktif dimana praktisi public relations dan
wartawan saling berhubungan satu sama lain, seperti: wawancara
berita, konferensi pers, wawancara studio, editorial conference.
4. Taktik Advertising and Promotional Media, memang cenderung lebih
untuk iklan tetapi dapat juga digunakan untuk mendukung tujuan
Humas, toolsnya terdiri dari:
a. Print Advertising Media, karena iklan cetakan bisa mencapai para
audiens lokal dan yang lebih tersebar luas print advertising media
digunakan oleh banyak organisasi, seperti: iklan dalam majalah,
surat kabar, advetorial.
b. Elektronic Advertising Media, iklan terhadap radio, televisi dan
media memiliki biaya tinggi namun dapat mengjangkau para
audiens besar seperti: commercial, advertising cable television.
c. Out-of-Home Advertising, memfokuskan pada beberapa peluang
berbeda untuk pesan yang membujuk kepada satu publik yang
senantiasa bergerak, dan bisa menjadi satu tampilan menarik,
seperti: poster, billboard, arena poster.
d. Item promosi, untuk memberitahukan audiens bahwa harapan
organisasi yang berkelanjutan terhadap produk atau layanannya,
seperti: pakaian seragam, kalender, note pads.
Step 8: Pelaksanaan Strategi Perencanaan
Pada tahapan ini, merupakan pengembangan perencanaan dalam
mempersiapkan dana yang diperlukan, jadwal serta hal lain yang
diperlukan dalam pelaksanaan program.
Fase Penelitian Evaluasi
Tahapan terakhir meliputi evaluasi, dengan evaluasi dan penilaian untuk
menentukan derajat keberhasilan program. Ukuran keberhasilan program adalah
apabila hasil yang dicapai memenuhi tujuan yang telah direncanakan. Evaluasi ini
juga dapat digunakan sebagai landasan modifikasi atau perubahan dan
penyempurnaan bagi program. Tahapan ini terdiri dari satu langkah yaitu:
Step 9: Evaluasi dari Strategi Perencanaan
Dalam tahapan terakhir ini, menentukan metode pelaksanaan yang
tepat untuk mengukur efektifitas tools yang direkomendasikan dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2.4
Hubungan dengan Media
Hubungan dengan media (media relations), yang semula merupakan
hubungan sederhana antara petugas humas dengan beberapa rekan redaktur, telah
menjadi semakin kompleks, karena meningkatnya jumlah media, karena mediamedia itu juga semakin terspesialisasi dan persaingan antar media semakin
meningkat sehingga publisitas berperan lebih penting dalam humas.34
Hubungan dengan media merupakan sebagai alat, pendukung atau media
kerja sama untuk kepentingan proses publikasi dan publisitas berbagai kegiatan
program kerja atau untuk kelancaran aktivitas komunikasi Humas dengan pihak
publik. Karena peranan hubungan media dalam keHumasan tersebut dapat sebagai
saluran (channel) dalam penyampaian pesan maka upaya peningkatan pengenalan
(awareness) dan informasi atau pemberitaan dari pihak publikasi Humas
merupakan prioritas utama. Hal tersebut dikarenakan salah satu fungsi media
adalah kekuatan pembentuk opini (power of opinion) yang sangat efektif melalui
media massa.35
Definisi hubungan media, adalah hubungan organisasi dengan media
massa sebagai usaha mencapai penyiaran yang maksimum atas suatu pesan
Humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman publik. Inilah
esensi dari hubungan media.36
Hubungan dengan media tidak terbatas hanya untuk mengadakan
pendekatan-pendekatan baik secara fungsional maupun antar hubungan pribadi
34
Moore, Frazier. Humas, Membangun Citra Dengan Komunikasi, alih bahasa Lilawati Trimo. Jakarta, P.T
Remaja Rosdakarya, 2004., 193
35
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta, P.T
RajaGrafindo Persada, 2005., 160
36
Krisyantono, Rachmat. Public Relations Writing, media public relations membangun citra korporat.
Jakarta, P.T Kencana Prenada Media Group, 2008.,70
atau kontak dengan pihak media, melalui pimpinan redaksi, redaktur dan
wartawan dalam arti subjektif, tetapi juga mencakup media massa dalam arti lebih
luas. Maksudnya berhubungan dengan suatu lembaga (institusi), organisasi media
massa seperti surat kabar harian, majalah berita, hiburan dan komersial lainnya,
baik media elektronik dari stasiun milik pemerintah (TVRI), dan milik TV swasta
komersial yaitu seperti RCTI, SCTV, Trans TV, dll.37
Dari hasil kerja sama yang baik inilah diharapkan akan tercipta suatu opini
publik yang positif sekaligus memperoleh “citra yang baik” pula dari pihak publik
sebagai khalayak sasarannya (target audience) dan masyarakat luas lainnya.38
Dan hubungan dengan media yang berhasil meningkatkan banyak potensi
organisasi untut mencerminkan citra yang diinginkan. Tetapi disamping itu,
petugas Humas dapat berlatih mengontrol kemunculan pesan-pesannya, melalui
penyewaan waktu dan ruang. Selain itu, organisasi dapat melanggani media
tertentu, yang bisa digunakan untuk mengontrol pemberitaan.39
Tujuan pokok diadakannya hubungan media adalah “menciptakan
pengetahuan dan pemahaman”, jadi bukan semata-mata menyebarkan suatu pesan
sesuai dengan keinginan perusahaan induk atau klien demi mendapatkan “suatu
citra atau sosok yang lebih indah daripada aslinya di mata umum”. Tidak seorang
pun yang berhak untuk mendikte apa yang harus diterbitkan atau disiarkan oleh
media massa, setidak-tidaknya di suatu masyarakat yang demokratis.40
37
Ruslan, Rosady. ibid., 161
Ruslan, Rosady. ibid.,162
39
Moore, Frazier. ibid., 192
40
M. Linggar Anggoro. Teori dan Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia. Estu Rahayu.
Ed.1,Cet.2, Jakarta:Bumi Aksara,2001.,153
38
Tujuan hubungan media tidak sekedar memberikan informasi semata,
tetapi menciptakan citra positif bagi perusahaan yang bersangkutan. Semakin baik
hubungan media yang dilakukan, semakin baik pula citra perusahaan, dan juga
sebaliknya41
Karenanya Humas dalam suatu organisasi harus proaktif dalam menarik
perhatian jurnalis tertentu dengan mengatakan hal yang menarik mereka.
Hubungan seperti ini dipelihara, sehingga pada akhirnya jurnalis yang berinsiatif
melakukan kontak, bukan organisasi. Humas itu memiliki banyak tujuan dan
bersifat konstruktif dalam kerangka kebijaksanaan yang menentukan rentang jenis
informasi yang tersedia saat organisasi ingin mengungkapkannya atau saat
seseorang jurnalis menanyakannya.42
Salah satu cara untuk membuat suatu organisasi menjadi dekat dengan
media, sekaligus “menguasai” media, harus terlebih dahulu memahami fungsi
media. Sedikitnya ada enam fungsi media, yaitu:
1.
Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kepentingan umum.
2.
Memberikan informasi, yakni menyampaikan berbagai informasi
kepada para pembaca/pendengar/pemirsa tentang berbagai hal,
baik yang positif maupun negatif.
3.
Menyebarkan berbagai pengetahuan yang tentunya bermanfaat
buat pembaca/pendengar/pemirsa.
41
Nurudin dan Muhammad Syaifullah. Media Relations, Panduan Praktis Praktisi Public Relations. Malang,
P.T Cespur, 2004., 14
42
Davis, Anthony, Everything You Should Know About Public Relations, panduan lengkap tentang PR.
Jakarta, P.T Elex Media Komputindo 2005., 56.
4.
Memberikan pendidikan kepada masyarakat dan pemerintah.
Sebagian dari isi media, berupa pembelajaran kepada pembaca.
5.
Memiliki fungsi untuk menghibur, fungsi ini tidak kalah
pentingnya dibanding fungsi-fungsi lainnya.
6.
Untuk mempengaruhi, media adalah salah satu sarana yang efektif
untuk mempengaruhi banyak orang, baik untuk kegiatan yang
positif maupun negatif.43
Menurut Rosady Ruslan dalam bukunya Manajemen Public Relations dan
Media Komunikasi, bentuk-bentuk hubungan media adalah sebagai berikut:
a.
Kontak pribadi (personal contact)
Pada dasarnya, keberhasilan pelaksanaan hubungan media tergantung “apa
dan bagaimana” kontak pribadi antara kedua belah pihak yang dijalin melalui
hubungan informal seperti adanya kejujuran, saling pengertian dan saling
menghormati serta kerjasama yang baik demi tercapainya tujuan atau publikasi
yang positif.
b.
Pelayanan Informasi atau Berita (news Service)
Pelayanan yang sebaik-baiknya yang diberikan oleh pihak Humas kepada
pihak media dalam bentuk pemberian informasi, publikasi dan berita baik tertulis,
tercetak (press release, news letter, photo pers) maupun yang terekam (video
release, cassets recorded, slide film).
43
Nurhuda,...[et al.]. Perhumas dalam warna; menyusun strategi, membangun korporasi dan menjaga
reputasi. Jakarta: BPP Perhumas bidang komunikasi, 2004., 87
c.
Mengantisipasi kemungkinan hal darurat (contingency plan)
Untuk mengantisipasi kemungkinan permintaan yang bersifat mendadak
dari pihak media mengenai wawancara, konfirmasi dan sebagainya, pihak pejabat
Humas harus siap melayaninya, demi menjaga hubungan baik yang selama ini
telah terbina, dan citra serta nama baik bagi nara sumbernya.44
Beberapa alternative kegiatan yang bisa dilakukan sebagai upaya membina
hubungan baik dengan media, yaitu:
1.
Konferensi Pers (press conference)
Biasanya pihak Humas berinsiatif untuk melakukan pertemuan dengan
pihak media tentang suatu topik pembicaraan yang sedang hangat dibicarakan.
Karena berhubungan dengan berita hangat, sering acara diadakan mendadak dan
tempat yang digunakannya pun seadanya saja.45
2.
Kunjungan Pers (facility visit)
Seringkali sebuah perusahaan mengundang media untuk berkunjung ke
perusahaannya. Misalnya, sedang diluncurkan produk baru atau pembuatan pabrik
baru di suatu lokasi. Pihak media sering diperbolehkan untuk masuk ke setiap sisi
ruangan yang ingin diperlihatkan dan menyaksikan proses pembuatan produk
bahkan bisa mencicipinya jika produk tersebut berupa makanan dan minuman.
Bahkan tak jarang dalam acara ini ada jamuan makan, ramah tamah sampai
pemberian insentif transportasi dan akomodasi.
44
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta, P.T
RajaGrafindo Persada, 2005., 163
45
Nurudin dan Muhammad Syaifullah. op.cit., 26
3.
Resepsi Pers (press reception)
Acara ini adalah kumpul-kumpul kalangan media. Sifat kegiatannya lebih
menyenangkan, terencana dan terorganisir. Salah satu tujuan acara ini adalah
mendekatkan diri antara kalangan pers dengan pihak perusahaan. Dalam acara ini,
pihak media diundang untuk meliputi suatu acara yang diselenggarakan
perusahaan, mendengarkan keterangan resmi atau sekedar bercakap-cakap saja.
Tetapi meskipun demikian, tetap ada informasi yang ingin disampaikan
perusahaan.46
Dengan adanya beberapa alternative kegiatan di atas sebagai salah satu
cara untuk menghibur media, maka Anthony Davis berpendapat dalam bukunya
Everything You Should Know About Public Relations, media mempunyai
sejumlah harapan yang ingin mereka dapatkan dari suatu perusahan/organisasi,
yaitu jurnalis berharap untuk mendapatkan informasi lebih banyak, baik yang
umum maupun spesifik, yang mungkin terlewatkan oleh mereka. Yang terdiri dari
materi baru tertentu yang bisa mereka perlakukan sebagai berita47.
46
Nurudin dan Muhammad Syaifullah. op.cit., 31
Davis, Anthony, Everything You Should Know About Public Relations, panduan lengkap tentang PR.
Jakarta, P.T Elex Media Komputindo 2005., 257.
47
BAB III
METODOLOGI
3.1
Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
tipe kualitatif. Maksud dari kualitatif disini adalah penelitian yang data penelitian
yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk nilai relative, dan pada umumnya
dilakukan pada penelitian sosial serta mempunyai hasil yang bersifat obyektif,
berlaku sesaat dan setempat.48
Prinsip penelitian kualitatif menekankan bahwa setiap temuan (sementara)
dilandaskan pada data, sehingga temuan itu semakin tersahihkan sebelum
dinobatkan sebagai teori.49 Dengan kata lain, penelitian kualitatif memiliki alasan
yang sah untuk mengembangkan tolak ukurnya sendiri guna menaksir
keberhasilan relative dari praktek empirisnya.
Adapun kualitatif yang digunakan peneliti adalah kualitatif deskriptif.
Yaitu metode yang hanya mengumpulkan informasi secara rinci dan berusaha
memaparkan strategi saja. Penelitian deskriptif, hanya memaparkan situasi atau
peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis
atau membuat prediksi.50
Tipe penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
48
Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian, petunjuk praktis untuk peneliti pemula. Cetakan II. Yogyakarta.
Gadjah Mada University Press. 2004., 113.
49
Alwasilah, A. Chaedar. Pokoknya Kualitatif, dasar-dasar merancang dan melakukan penelitian kualitatif.
Cetakan I. Jakarta. P.T Dunia Pustaka Jaya dan Pusat Studi Sunda. 2002., 102
50
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Editor : Tjun Surjaman, Edisi Kedua, Cetakan III.
Bandung P.T Remaja Rosdakarya. 1993., 24.
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.51 Dan penelitian ini,
penulis berusaha memberikan gambaran tentang strategi yang dilakukan praktisi
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008.
3.2
Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
penelitian studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif
mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi
(komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus
berupaya menelaah sebanyak mungkin mengenai data subyek yang diteliti.52
Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu
kelompok, atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang
lengkap dan mendalam mengenai subyek yang diteliti.
Kaitannya dengan
permasalahan yang diteliti mengenai Strategi Humas Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia
Year 2008.
Berdasarkan pendapat Robert K. Yin, studi kasus adalah suatu inkuiri
empiris yang:
1.
Menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana;
2.
Batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas; dan
dimana;
51
Nazir, Mohammad. Metodologi Penelitian, cetakan 3. Jakarta, P.T Ghalia Indonesia, 1988., 63
Mulyana, Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif, paradigma baru ilmu komunikasi dan ilmu social
lainnya, Cetakan III. Bandung. P.T Remaja Rosdakarya. 2003., 201.
52
3.
Multi sumber bukti dimanfaatkan.53
Alasan pemilihan metode ini adalah adanya fenomena atau gejala yang
bersifat kontemporer (aktual/kekinian), yaitu Strategi Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan
Visit Indonesia Year 2008, aspek kontemporer tercermin dari kegiatan pembinaan
hubungan baik dengan media yang sampai saat ini masih dilakukan.
Selain itu dalam meneliti fenomena atau gejala strategi Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam membina hubungan baik dengan
media memerlukan multi sumber bukti yang dimanfaatkan, yaitu bukan dari
Humas dan Staff Departemen Kebudayan dan Pariwisata RI saja, tapi juga dengan
media yang merasakan dampak dan diikutsertakan dalam pembinaan hubungan
baik dengan media.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
a.
Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, yaitu
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara).54
Adapun wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara tak
terstruktur yang mirip dengan percakapan informal dan bertujuan memperoleh
53
54
Yin, Robert K. Studi kasus, desain dan metode. Jakarta, P.T Raja Grafindo Persada, 1996, .18.
Nazir, Mohammad. Metodologi Penelitian, cetakan 3. Jakarta, P.T Ghalia Indonesia, 1988.,234.
bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua responden.55Wawancara tak
terstruktur disini adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri
masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, dan pewawancara ingin
menanyakan sesuatu secara lebih mendalam lagi pada subyek tertentu.56
b.
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. 57 Adalah
data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mengutip sumber-sumber
melalui buku, dokumen, arsip, surat kabar, internet dan catatan lain yang relevan.
a. Studi Kepustakaan
Dengan membaca literatur kepustakaan yang berhubungan dan berkaitan
dengan permasalahan pada penelitian serta membaca sumber-sumber informasi
lainnya seperti: majalah, surat kabar, company profile Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI yang mendukung dalam memperoleh informasi / data mengenai
penelitian yang dilakukan ini.
3.4
Nara sumber (Subyek Penelitian)
Berjalannya sebuah penelitian tak dapat dilepaskan dari narasumber yang
menjadi asal-muasal berjalannya suatu penelitian itu sendiri. Nara sumber yang
digunakan penulis untuk memperoleh data yang relevan sebagai bahan penelitian,
adalah:
55
Mulyana, Dedy.op.cit.,181.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Komunikasi, P.T Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.,138
57
Umar, Husein. Metode Penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis, edisi VI. Jakarta. P.T Raja Grafindo
Persada, 2004., 42
56
1.
Kabid. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, dikepalai oleh
Bapak Turman Siagian.
2.
Kasubid Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bagian Media
Relations oleh Bapak Sutaryanto.
Peneliti dapat berhubungan langsung dengan Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI untuk mencari data-data yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti, selain itu juga peneliti bisa mewawancarai langsung staff
Humas, untuk mendapatkan keterangan lebih banyak mengenai masalah
penelitian.
Penulis memilih Narasumber tersebut karena Kabid. Humas dan Kasubid
Humas Media Relations, yang memiliki peran serta dalam membina hubungan
baik dengan media untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008.
Sedangkan untuk mengetahui bagaimana tanggapan pihak eksternal
terhadap strategi yang dilakukan praktisi Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia
Year 2008, maka penulis akan melakukan wawancara dengan pihak eksternal
yang terkait dengan kegiatan ini, yaitu wartawan dari:
1.
Ibu Herlina Djabir, selaku wartawan Radio Republik Indonesia (RRI)
2.
Bapak Nur R. Fajar, selaku wartawan Kantor Berita ANTARA, dan
3.
Bapak Koko, selaku anggota dari Forum Wartawan Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI
Penulis beranggapan ketiga narasumber wartawan tersebut, mewakili
beberapa media dalam kegiatan media relations untuk menginformasikan Visit
Indonesia Year 2008 yang dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI.
3.5
Definisi Konsep dan Fokus Penelitian
3.5.1
Definisi Konsep
Konsep yang dibuat penulis agar tidak membuat kesalahpahaman maka
batasan-batasan konsep dari judul penelitian, adalah:
1. Strategi Humas
Strategi humas adalah alternative optimal yang dipilih untuk ditempuh
guna mencapai tujuan humas dalam kerangka suatu rencana humas (public
relations plan). Strategi Humas dalam penulisan ini, terdiri dari sembilan langkah
yang terbagi dalam empat bagian yaitu:
Fase Formative Research, tahapan ini meliputi Analisis Situasi, Analisis
Organisasi (menganalisa lingkungan internal, persepsi publik/opini publik
,lingkungan eksternal) dan Analisa Publik.
Fase Strategi, bagian kedua dari proses perencanaan ini terdiri dari 3 langkah,
yaitu
Menetapkan
Tujuan,
Positioning,
Sasaran
yang
akan
dicapai,
Memformulasikan Proactive dan Respon Strategi, dan Menggunakan Komunikasi
Efektif.
Fase Taktik, tahapan ini terdiri dari dua langkah, yaitu Memilih Taktik
Komunikasi dan Pelaksanaan Strategi Perencanaan.
Fase Penelitian Evaluasi, tahapan ini terdiri dari satu langkah yaitu Evaluasi dari
Strategi Perencanaan
2. Hubungan dengan Media
Hubungan dengan media, adalah adalah hubungan organisasi dengan
media massa sebagai usaha mencapai penyiaran yang maksimum atas suatu pesan
Humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman publik. Inilah
esensi dari hubungan media.
3.5.2
Fokus Penelitian
Berdasarkan judul penelitian yaitu Strategi
Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan
Visit Indonesia Year 2008, maka fokus penelitiannya adalah:
Fase Formative Research
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI selaku perencana
mencari gambaran mengenai kondisi nyata organisasi saat program akan
dilaksanakan, yang berguna dalam mendapatkan informasi tambahan yang
diperlukan
untuk
mengarahkan
pengambilan
keputusan
dalam
strategi
perencanaan hubungan baik dengan media, tahapan ini terdiri dari: Analisa
Situasi, Analisa Organisasi (lingkungan internal, opini publik, lingkungan
eksternal) dan Analisa Publik.
Fase Strategi
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menentukan apa yang
ingin dicapai oleh organisasi dan bagaimana keinginan tesebut akan dicapai.
Terdiri dari tiga langkah, yaitu: Menetapkan Tujuan, Positioning dan Sasaran,
Memformulasikan
Komunikasi Efektif.
Proactive
dan Respons
Strategi, serta Menggunakan
Fase Taktik
Dalam tahapan taktik melibatkan pilihan tools yang akan digunakan yang
terbagi dalam dua bagian, yaitu: Pemilihan Taktik Komunikasi yang akan
digunakan dan Pelaksanaan Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia
Year 2008.
Fase Riset Evaluasi
Tahapan terakhir meliputi Evaluasi Perencanaan Strategis, pada tahapan
ini Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan pengevaluasian
dan penilaian untuk menentukan derajat keberhasilan program. Ukuran
keberhasilan program adalah apabila hasil yang dicapai memenuhi tujuan yang
telah direncanakan.
3.6
Teknik Analisa Data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara secara mendalam
dengan narasumber, yaitu Kabag. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
RI, dan Kasubag Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bagian Media
Relations dideskripsikan dan dijabarkan secara kualitatif disesuaikan dengan
tujuan penelitian yaitu menjelaskan strategi praktisi Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan
Visit Indonesia Year 2008.
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan teknik analisa data
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfatkan sesuatu yang lain di luar teknik itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu.58
Kaitan dengan penelitian ini, maka teknik yang akan digunakan adalah
teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda
dalam
penelitian
kualitatif.
Hasil
ini
dapat
dicapai
dengan
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi dan membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatu dokumen yang berkaitan. Sehingga, teknik triangulasi adalah cara terbaik
untuk menghilangkan perbedaan susunan fakta yang ada sewaktu mengumpulkan
data tentang kejadian dan hubungan berbagai pandangan.59
3.7
Teknik Analisa Data
Dan teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penulisan ini adalah
dengan mendasarkan pada prposisi teoretis yang mencerminkan serangkaian
pertanyaan penelitian, tinjauan pustaka, dan pemahaman-pemahaman baru tentang
hubungan-hubungan kausal – jawaban-jawaban terhadap pertanyaan “bagaimana”
dan “mengapa” – bisa sangat berguna untuk menuntun analisis studi kasus dalam
penelitian ini.60
58
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Komunikasi, P.T Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.,178
Moleong, Lexy J. ibid.,179
60
Yin, Robert K. Studi kasus, desain dan metode. Jakarta, P.T Raja Grafindo Persada, 1996, .136-137
59
Dan kasus yang bersangkutan dalam hal ini adalah mengenai Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata dalam Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia
Year 2008, yang pada akhirnya dapat menciptakan kerjasama yang baik dengan
media dalam menggaungkan dan menyukseskan Visit Indonesia Year 2008.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1
Sejarah Singkat Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI61
Pada awal berdirinya status Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
(Budpar) adalah Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel)
1983. Keberadaannya ini telah membawa angin baru terhadap penanganan bidang
pariwisata, pos dan telekomunikasi yang semula setingkat Direktorat Jenderal
pada Departemen Perhubungan yang diintregasikan menjadi Deparpostel.
Deparpostel bertahan hingga tahun 1984, struktur organisasinya berubah
tetapi masih dalam bentuk departemen yaitu Departemen Pariwisata Seni dan
Budaya (Deparsenibud). Struktur organisasi Deparsenibud Budpar mengalami
perubahan dari tahun 1984 hingga 1999.
Deparsenibud berubah menjadi Kantor Menteri Negara Pariwisata dan
Kesenian pada tahun 1999. Di tahun ini pula menyadari bahwa Menteri Negara
(Meneg) mempunyai tugas pada penyusunan kebijakan saja, oleh karena itu
diperlukan adanya lembaga yang bersifat operasional. Maka berdasarkan Kepres
No. 136 tahun 1999 dibentuk Badan Pengembangan Pariwisata dan Kesenian.
Pada tahun 2000 struktur organisasi mengalami perubahan kembali ke
bentuk departemen, yaitu Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Status
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata juga tidak bertahan lama, pada tahun
2001 kembali terjadi perubahan menjadi Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
61
Laporan Tahunan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tahun 2007
yang didukung oleh keberadaan Badan Pengembangan Kebudayaan dan
Pariwisata sebagai pelaksana operasional.
Pada bulan Juni 2003 kembali terjadi perubahan struktur organisasi
dengan nama yang sama, Kementrian Budpar. Perubahan yang terjadi yaitu
adanya pengintregasian tugas dan fungsi Menteri Negara (Meneg) dengan Badan
Pengembangan Budpar.
Keberadaan Kementrian Budpar dikukuhkan dengan Kepres RI No:
228/M tahun 2001, kemudian ditetapkan Keputusan Meneg Budpar No:
KM.21/OT.001/MKP/2003 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Kantor Meneg
Budpar. Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas membantu
presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi serta pengembangan di
bidang kebudayaan dan pariwisata.
4.1.2
Visi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Adapun Visi yang dimiliki oleh Departemen Kebudayan dan Pariwisata
dalam menjalankan tugasnya, adalah “Terwujudnya jati diri bangsa, persatuan dan
kesatuan bangsa dalam kerangka multikultural, kesejahteraan rakyat dan
persahabatan antar bangsa.”
4.1.3
Misi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Dan Misi yang dimiliki oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,
adalah:
1.
Melakukan pelestarian dan pengembangan kebudayaan yang
berlandaskan nilai luhur.
2.
Mendukung
pengembangan
destinasi
dan
pemasaran
pariwisata yang berdaya saing global.
3.
Melakukan pengembangan sumber daya kebudayaan dan
pariwisata.
4.
4.1.4
Menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan akuntabel.
Tujuan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Tujuan yang ingin dicapai oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
RI, ialah:
1.
Meningkatkan
dukungan
penyelengaraan
kebudayaan
dan
kepariwisataan.
2.
Meningkatnya
keselarasan,
keserasian
dan
keseimbangan
pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan.
3.
Meningkatnya
kapasitas
sumber
daya
kebudayaan
dan
kepariwisataan.
4.1.5
Sasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Sasaran yang ingin dicapai oleh Dpeartemen Kebudayaan dan Pariwisata
RI, ialah:
1.
Terwujudnya pedoman, norma, kriteria, standar dan prosedur
untuk mendukung pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan.
2.
Meningkatnya kegiatan perintisan, bimbingan dan supervisi
pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan.
3.
Meningkatnya pemberian peluang kemudahan dan bantuan dalam
mendorong pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan.
4.
Meningkatnya kerjasama dalam dan luar negeri di bidang
kebudayaan dan Kepariwisataan.
5.
Meningkatkannya kualitas, kuantitas dan manfaat penelitian dan
pengembangan, sistem informasi serta dukungan ketersediaan
sumber daya manusia.
6.
Meningkatnya
pengawasan,
pengendalian,
koordinasi
dan
kerjasama lintas sektor, wilayah dan lembaga.
4.1.6
Arah Kebijakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Arah kebijakan pembangunan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
sebagai salah satu stakeholders/pemangku pembangunan kebudayaan dan
pariwisata nasional maka pada tahun 2005-2009 diarahkan untuk 4 kebijakan
yaitu ;
1.
Mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi pembangunan
kebudayaan dan pariwisata.
2.
Meningkatnya efektifitas peran sebagai regulator dan fasilitator dalam
pembangunan kebudayaan dan pariwisata.
3.
Memantapkan kerjasama dalam dan luar negeri di bidang kebudayaan
dan pariwisata
4.
4.1.7
Memantapkan manajemen pembangunan kebudayaan dan pariwisata.
Profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI beralamatkan di Jl. Medan
Merdeka Barat no. 17 Jakarta pusat. Terdiri dari 23 lantai. Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata memiliki fungsi sebagai berikut:
1.
Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan
kebijakan teknis di bidang kebudayaan dan pariwisata;
2.
Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya;
3.
Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya;
4.
Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di
bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.
Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Menteri Negara Kebudayaan dan
Pariwisata dibantu oleh :
a. Sekretariat Menteri Negara, selanjutnya disebut Setmeneg
b. Deputi
Bidang
Pelestarian
dan
Pengembangan
Kebudayaan,
selanjutnya disebut Deputi I
c. Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala, selanjutnya disebut sebagai
Deputi II
d. Deputi Bidang Seni dan Film, selanjutnya disebut Deputi III
e. Deputi Bidang Pengembangan Produk dan Usaha Pariwisata,
selanjutnya disebut Deputi IV
f. Deputi Bidang Pemasaran, selanjutnya disebut Deputi V
g. Deputi Bidang Peningkatan Kapasitas dan Kerja sama Luar Negeri,
selanjutnya disebut Deputi VI
h. Deputi Bidang Akuntabilitas, selanjutnya disebut Deputi VII
i. Staff Ahli Bidang Pranata Sosial
j. Staff Ahli Bidang Nilai Budaya
k. Staff Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga
l. Staff Ahli Bidang Ekonomi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsinya tersebut ditetapkan
Keputusan Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata tentang “Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata”. Didalamnya
diuraikan mengenai tugas dan fungsi serta tata kerja dari masing-masing jabatan
eselon I sampai dengan eselon IV di lingkungan Kementrian Kebudayaan dan
pariwisata.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata nomor:
PM17/HK.001/MKP-2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kebudayana dan Pariwisata, Departemen Kebudayan dan Pariwisata merupakan
unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh Menteri yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden serta mempunyai tugas membantu Presiden
dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kebudayaan
dan pariwisata.
Sekretaris Jenderal
Dalam pelaksanaan tugasnya, yaitu melaksanakan koordinasi pelaksanaan
tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi Departemen,
Seketaris Jenderal menyelenggarakan beberapa fungsi yaitu: Mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan departemen; Menyelenggarakan pengelolaan administrasi
umum untuk mendukung kelancaran pelasanaan tugas dan fungsi departemen;
Menyelenggarakan hubungan kerja di bidang administrasi dengan Kementrian
Koordinator,
Kementrian
Negara,
Departemen-departemen
lain,
lembaga
pemerintahan non departemen, dan lembaga-lembaga lain terkait; serta
Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Menteri.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai Sekretariat Jenderal
dibantu oleh lima bidang yaitu: Bidang Perencanaan dan Hukum, Bidang
Pengelolaan Data dan Jaringan, Bidang Informasi dan Humas, Bidang Kerjasama
Luar Negeri, Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Bidang Kepegawaian, Bidang
Keuangan, Bidang Umum
Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film (NBSF)
Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film memiliki tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan standardisasi teknis di bidang nilai budaya, seni, dan
film. Dalam menyelenggarakan tugasnya, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni,
dan Film memiliki fungsi; Penyiapan perumusan kebijakan Departemen di bidang
nilai budaya, seni dan film; Pelaksanaan kebijakan di bidang tradisi,
pembangunan karakter dan pekerti bangsa, kepercayaan terhadap Tuhan YME,
kesenian, serta film berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Penyusunan standard, norma, kriteria dan prosedur; Pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi; Pelaksanaan Administrasi Direktorat Jenderal.
Dirjen Sejarah dan Purbakala
Program pembangunan bidang kebudayaan tahun 2007 yang berhubungan
dengan bidang sejarah dan purbakala adalah: Program Pengelolaan Kekayaan
Budaya. Program ini bertujuan untuk meningkatkan upaya-upaya penanaman
nilai-nilai kekayaan budaya Indonesia dalam kerangka Negara Republik
Indonesia, melalui kegiatan-kegiatan seperti: (1) Pengembangan Nilai Sejarah, (2)
Pengembangan Geografi Sejarah, (3) Pengelolaan Peninggalan Bawah Air, (4)
Pengelolaan Peninggalan Purbakala, (5) Pengelolaan Museum, (6) Pengembangan
Pemahaman atas Kekayaan Kebudayaan, (7) Pendukungan Pengelolaan Museum,
(8) Pendukungan Pengembangan Kekayaan Budaya Daerah dan (9) Pelaksanaan
Koordinasi, Pelayanan Teknis, dan Administrasi Kekayaan Budaya Daerah.
Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata
Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata memiliki tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan
destinasi pariwisata. Dan fungsi adalah sebagai; Penyiapan rumusan kebijakan
departemen di bidang pengembangan destinasi wisata; Pelaksanaan kebijakan di
bidang produk pariwisata, usaha pariwisata, pemberdayaan masyarakat, dan
standardisasi pariwisata berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku; Perumusan standar, norma, kriteria, dan prosedur di bidang produk
pariwisata, usaha pariwisata, pemberdayaan masyarakat, dan standardisasi
pariwisata; Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi; Pelaksanaan administrasi
Direktorat Jenderal
Dirjen Pemasaran
Kontribusi yang diberikan Dirjen Pemasaran adalah mempercepat proses
pemulihan dan peningkatan citra kepariwisataan nasional agar Indonesia kembali
menjadi destinasi unggulan dengan citra aman, nyaman dan menarik untuk
dikunjungi melalui berbagai upaya pemasaran. Dengan program yang bertujuan
untuk meningkatkan pangsa pasar pariwisata Indonesia, baik di dalam negeri
maupun luar negeri melalui berbagai strategi pemasaran dan promosi yang
terpadu untuk memantapkan citra pariwisata Indonesia di dunia internasional
melalui
pengembangan
kebijakan
pemasaran,
peningkatan
luar
negeri,
pengembangan pasar, dan peningkatan sarana promosi.
Inspektorat Jenderal
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan, tujuan utamanya adalah menjaga dan menjamin
agar penyelenggaraan pemerintahan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan secara efektif dan efesien sesuai dengan peraturan perundangundangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan fungsi pengawasan harus
dapat mendorong penyelenggaraan tata pemerintahan ke arah prinsip-prinsip
penyelenggaraan pemerintahann yang baik (good governance)
Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata
Sesuai kebijakan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dalam Renstra
2005-2009, Badan Pengembangan Sumber Daya (PSD) melaksanakan program
pengembangan kemitraan. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas sumber daya melalui kegiatan penelitian dan pengembangan,
pengembangan SDM, dan kerjasama kelembagaan di dalam dan luar negeri.
Kegiatan-kegiatan pokok program pengembangan kemitraan adalah; a).
Pengembangan kebijakan SDM Kebudayaan dan pariwisata nasional, b).
Peningkatan profesionalisme dan daya saing SDM Kebudayaan dan Pariwisata,
c). Peningakatan penelitian dan pengembangan kebudayaan dan pariwisata, d).
Pengembangan Arkeologi Nasional, e). Pendukungan pengembangan kapasitas
pengelolaan kebudayaan dan kepariwisataan daerah; dan f). Optimalisasi
koordinasi kemitraan kebudayaan dan kepariwisataan.
4.1.8
Tugas Pokok Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
4.1.8.1 Uraian Tugas Kepala Bagian Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI
Beberapa pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh Kepala Bagian Humas
Departemen Kebudayan dan Pariwisata RI, adalah:
1.
Melaksanakan koordinasi dengan pimpinan Unit Utama, Instansi
terkait, Lembaga Tinggi Negara, Organisasi profesi pariwisata dalam
menyusun rencana penyebarluasan informasi, menyusun substansi
informasi yang berkaitan dengan kebijakan, program dan hasilnya serta
upaya Depbudpar dalam menanggulangi masalah kebudayaan dan
pariwisata.
2.
Melaksanakan koordinasi dengan pimpinan Unit Utama, Instansi
terkait, Lembaga Tinggi Negara, LSM dan organisasi profesi kesehatan
dalam melaksanakan penyebarluasan informasi
kepada masyarakat
melalui media massa seperti press release, jumpa pers, wawancara pers,
liputan berita dan lain-lain untuk memperoleh simpati dan dukungan
masyarakat luas.
3.
Melakukan
koordinasi
dengan
sekretariat
MPR/DPR
dalam
mempersiapkan dan mengikuti rapat paripurna MPR, Rapat Kerja
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dengan DPR dan Rapat Dengar
Pendapat (RDP) Eselon 1 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
dengan DPR, mengikuti acara-acara kenegaraan, mempersiapkan dan
mengikuti kunjungan kerja anggota DPR komisi 9 ke daerah-daerah
serta pertemuan Bakohumas serta menyusun notulen.
4.
Melakukan kegiatan Hari Besar Kebudayaan dan Pariwisata, kunjungan
kerja, Lokakarya dan sebagainya.
5.
Melaksanakan penyebarluasan informasi program dan kebijakan
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata serta upaya Depbudpar dalam
menanggulangi masalah budaya dan pariwisata kepada masyarakat luas
utamanya karyawan dan jajaran kebudayaan dan pariwisata melalui
media cetak terbitan Depbudpar (Sindo, Kompas, Bali Post, Media
Indonesia, majalah dinding dan lain-lain).
4.1.8.2 Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Media Relations Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI
Secara intensif meningkatkan jalinan kerjasama dengan berbagai media
cetak, elektronik maupun media on-line yang menjadi mitra pemerintah. Kegiatan
Media Relations selama tahun 2007 meliputi Kliping Harian, Media Monitoring,
Apresiasi Media Cetak, Konferensi Pers, Peningkatan Pemahaman Bidang
Kebudayaan dan Pariwisata bagi para jurnalis dan wartawan, pendamping dan
penyediaan wartawan dalam meliputi tugas-tugas pimpinan departemen di
berbagai event penting, dan Konferensi Pers Akhir Tahun. Penyediaan Ruangan
Pers bagi para wartawan budaya dan pariwisata telah dilakukan dengan dilengkapi
berbagai fasilitas yang diperlukan dalam pengolahan berita dan penyebarannya.
4.1.8.3 Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Publikasi dan Informasi
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Meliputi penerbitan, publikasi, dokumentasi dan pelayanan informasi yang
mencakup aktifitas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. Kegiatan lainnya
yaitu mengembangkan majalah dinding sebagai media komunikasi internal.
Sedangkan, pelayanan informasi dan penjawaban surat-surat elektronik melalui
media internet yang terkait bidang kebudayaan dan pariwisata ditangani secara
rutin
setiap
hari.
Untuk
mendukung
tugas-tugas
publikasi,
aktifitas
pendokumentasian dan penyimpanan rekaman suara, gambar dan video secara
rutin juga dilaksanakan setiap hari. Kerjasama dengan media televisi melalui
pemanfaatan program-program seperti; Public Corner, Dialog Kita, Bincang-
Bincang Eksklusif, Archipelago dan Talkshow baik di stasiun televisi maupun
radio telah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan penting lainnya yaitu
mendampingi dan meliput kunjungan kerja pimpinan di berbagai kegiatan dan
aktifitas ke daerah-daerah.
4.1.8.4 Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Hubungan Antar Lembaga
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Mempersiapkan dan menyusun bahan rapat kerja dengan Komisi X DPRRI, serta melakukan pendampingan kunjungan kerja Anggota Komisi X DPR-RI
ke daerah-daerah. Kegiatan Hubungan Antar Lembaga selama tahun 2007
meliputi Rapat Kerja dengan DPR Komisi X sebanyak 10 kali dan pendampingan
kunjungan di 9 (sembilan) daerah dalam setahun.
4.9
Hasil Penelitian
Isi dari bagian ini berupa uraian penulis mengenai hasil dari penelitian
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Bagian Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yaitu Turman Siagian dan Kasubag.
Media Relations Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yaitu Sutaryanto
yang bertempat di Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI di Jalan Medan
Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 pada lantai 1, tiga orang wartawan
yang sering meliput berita mengenai kegiatan Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI, yaitu Herlina Djabir selaku wartawan dari RRI, Nur R. Fajar
selaku wartawan dari Kantor Berita Antara, dan satu orang dari Forum Wartawan
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yaitu Koko yang berlokasi di ruang
Press Room Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI lantai 1 (satu).
Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui Strategi Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media Relations untuk
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Penulis melakukan wawancara
secara mendalam (indepth interview) kepada narasumber untuk mendapatkan data
secara kualitatif sesuai metode penelitian studi kasus yang dapat diuraikan secara
deskriptif. Hasil wawancara yang diperoleh adalah sebagai berikut:
4.9.1
Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam
Media Relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008
Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai kebudayaan,
keanekaragaman flora dan fauna dan daerah tujuan wisata dapat menjadi salah
satu alternatif untuk menembus peringkat kepariwisatan kelas dunia, hal tersebut
sangat potensial untuk dijadikan sumber pemasukan bagi devisa negara dengan
meningkatkan industri sektor pariwisata dan kebudayaan melalui kedatangan para
wisatawan asing maupun wisatawan nusantara dan pada pada akhirnya juga akan
dinikmati oleh penduduk yang menetap di lokasi daerah tujuan wisata atau yang
kaya akan kebudayaannya seperti situs-situs bersejarah.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang berwenang dalam bidang
kebudayaan dan pariwisata yang ada dalam Negeri Indonesia ini mencanangkan
Visit Indonesia Year 2008, merupakan program kunjungan wisata untuk menarik
wisatawan asing maupun lokal mengunjungi daerah wisata di Indonesia. Program
dicanangkan untuk memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional.
Dan dalam program nasionalnya juga dijalankan oleh Pusat Informasi dan
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, sesuai dengan Peraturan
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI No. PM07/HK 001/MKP-2007, pasal 116
X dan 116 Y, yaitu:
a). Subbidang Pelayanan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan,
pengolahan, penyajian dan pelayanan informasi kebudayaan dan pariwisata.
b). Melaksanakan hubungan dan kerjasama keHumasan dengan Lembaga
Pemerintahan, Lembaga Non Pemerintahan, Lembaga Tinggi Negara dan Media.62
I. Formative Research
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI sebelum memulai
media relations melakukan riset survey yang dilakukan setiap hari selama
program kebudayaan dan pariwisata RI mengenai Visit Indonesia Year 2008
berlangsung, berdasarkan perkataan Turman Siagian bahwa:
“...Debudpar melalui pusat informasi dan humas senantiasa melakukan
yang namanya riset atau survey seperti apa citra departemen ini di mata
masyarakat, walaupun dilakukan oleh kita sendiri yang kita sebut dengan
melakukan media monitoring setiap hari, melalui media monitoring itu khususnya
berbagai media cetak kita melihat seperti apa dia memuat berita tentang
kebudayaan dan pariwisata, sisi negatif, sisi positifnya dan apakah ada hal yang
perlu dilakukan secara cepat jadi itu yang pertama...”63
Tujuan dari pelaksanaan Media Monitoring yang dilakukan oleh pihak
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, untuk:
62
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.07/HK001/MKP 2007, tanggal 16
Januari 2007 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.
63
Hasil wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 Juni 2008
1. Mengefektifkan beberapa pekerjaan kehumasan yang berkaitan dengan
media cetak, seperti penyusunan Executive Summary, News Release,
Tanggapan Pemerintah, Pesona Wisata, Majalah Dinding, Info Budpar,
dan Permintaan Berita Khusus.
2. Mengetahui pandangan media terhadap kinerja instansi, pejabat, atau pun
profil menteri.
3. Mengantisipasi persepsi yang terbentuk di masyarakat karena pemberitaan
yang memiliki kecenderungan positif, netral, atau negatif.
4. Memiliki instrumen pengendali yang objektif untuk mempererat hubungan
dengan media massa, khususnya media cetak.
Dan alur kegiatan Media Monitoring, adalah:
PEMILIHAN BERITA BUDPAR
MELALUI KLIPPING BERITA
INPUT DATA GUNTINGAN BERITA HARIAN
PEMBAGIAN BERITA BERDASARKAN
KATEGO RI DAN UNIT KERJA DEPBUDPAR
PEMILIHAN BERITA
IDENTIFIKASI BERITA
S EC ARA KUALITATIF
KLASIFIKAS I BERITA
MENURUT TREND
EXEC UTIVE REVIEW
MEDIA MO NITO RING
REVIEW KUANTITATIF
BERITA BULANAN
REVIEW KUALITATIF
BERITA BULANAN
Metode yang digunakan dalam Media Monitoring yaitu identifikasi
kuantitatif dan kualitatif sehingga menghasilkan sebuah review yang menjadi
dasar dalam merencanakan ataupun pengambilan keputusan yang lebih strategis
bidang kebudayaan dan pariwisata.64
Lain halnya dengan pendapat Sutaryanto yang mengemukakan tentang
riset formatif dalam program media relations untuk menginformasikan Visit
Indonesia Year 2008, bahwa riset memang diperlukan dalam mengawali suatu
program namun kurang tepat bila diterapkan dalam relations dengan pengertian
hubungan yang terjalin dengan media, yaitu:
“Kegiatan media relations!?, saya pikir riset itu perlu tapi kalo berkaitan
dengan hubungan antar media dengan instansi itu kita melakukan riset mesti
akademis praktis katakanlah menggunakan norma-norma atau idiom-idiom yang
keilmuan, belum tentu bisa menyentuh subtansi yang harus kita lakukan, kalo
media kan jelas, kalo kita coba menggunakan riset melakukan tatap muka,
memberikan press release ke semua kita berikan kadang-kadang tidak efektif dan
media belum tentu mau begitu-begitu, kalo saya lebih suka ke arah pada saat kita
membina hubungan itu dengan personality terhadap jurnalis”65
a. Step 1: Analisa Situasi
Dengan dilakukannya riset survey berupa media monitoring tersebut maka
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dapat menganalisa situasi
untuk melihat peluang dan hambatan yang akan dihadapi dalam pelaksanaan
program media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, dan
peluang yang diperoleh dalam pelaksanaan media relations ini terlebih khusus lagi
untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan penuturan dari
Turman Siagian adalah :
64
65
Media Monitoring Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI edisi Maret 2008
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008
“...salah satu hal yang paling penting di kehumasan itu namanya
publisitas artinya memberitahukan secara luas berita informasi tentang kita
kepada masyarakat, melalui media relations contoh yang konkrit adalah
melakukan jumpa pers atau melakukan visit ke media itu, banyak hal yang bisa
kita jadikan aktivitas dalam media relations, dengan melakukan media visit
misalnya maka kita bisa lebih mudah saling mengerti dan saling memahami dan
kita memiliki kesempatan dari sisi kita untuk menyampaikan begini program kita,
begini yang telah kita capai dan beginilah harapan kita ke depan, itu kalo
melakukan media visit, tetapi kalau melakukan press conference juga seperti itu
misalnya ada suatu event yang sangat strategis tentu perlu diketahui oleh
masyarakat luas kita melakukan jumpa pers mengenai event itu...”66
Dengan memberitahukan secara luas informasi mengenai Program
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yaitu Visit Indonesia Year 2008
peluang lain yang didapat dari media relations ini menurut Sutaryanto selaku
Kepala Sub Bagian Media Relations, bahwa:
“Peluangnya ya semakin meningkatkan kinerja ... soalnya gini kinerja
kita kan tambah mengarah kepada apa ya kepentingan umum karena kita
menginformasikan ini kan pekerjaan kita tapi hasilnya dinikmati oleh orang nih,
kalo hubungan itu baik kinerja kita tambah bagus, akhirnya penghargaan
kembali kepada apresiasi jadi apa tadi peluangnya adalah kita memperoleh
apresiasi dari masyarakat bahwa kinerja humas debudpar itu menginformasikan
dengan betul, ikut mempromosikan semua daerah misalnya kita mengajak
wartawan kalo ada festival di Bali di ajak..., akhirnya kinerja kita juga bagus di
mata wartawan karena selalu melibatkan mereka, kinerja kita terus berdampak
pada masyarakat karena daerah itu telah diinformasikan oleh media, banyak
dikunjungi orang”67
Disamping itu terdapat juga hambatan yang dihadapi oleh Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menjalankan program media
relations, berupa hal yang paling konvensional yaitu dana sebagai penunjang
pelaksanaan program media relations, hal ini berdasarkan penuturan yang
dilakukan oleh Turman, yaitu:
66
Hasil Wawancara dengan Turman, 26 Juni 2008.
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008
67
“Ya tentu humas itu kan hal yang paling konvensional yaitu masalah dana
ya, bagaimanapun memperkuat aktivitas untuk mendukung media relations itu
adalah dana...”68
Alasan yang terkait dengan permasalahan dana dalam melaksanakan
program media relations ini dikemukakan oleh Sutaryanto, mengatakan bahwa:
“...pemerintah itu sekarang yang ditekankan itu unsur kegiatan publikasi,
itu perlu tapi publikasi itu mengiringi kegiatan, jadi misalnya saja V.I.Y ...
kadang-kadang ia tidak bisa berdiri sendiri promosi V.I.Y, mahal itu pasang iklan
itu kan mahal tapi kalo V.I.Y dibarengi dengan kegiatan misalnya kita bikin
festival iyakan, trus ada wartawan kita ajak untuk meliput disitu disebutkan ini
bagian dari V.I.Y nah itukan media relations itu, nah kalo iklan tidak bagian dari
media relations nah kalo itu dikaitkan kenapa dana itu tidak mencukupi karna
kalo kita khusus promosi dalam V.I.Y berdiri sendiri itu kan bisa saja promosi
yang istilahnya PSA, atau iklan atau ya katakanlah misalnya branding-branding
ya itu kan tinggi sekali costnya nah itu terus terang mungkin negara tidak cover
itu ”69
Hal serupa juga dikatakan oleh
Koko dari pihak Forum Wartawan
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yang menyatakan:
“media ini kalo sudah menyangkut suatu program fokus pada V.I.Y
berarti kan menyangkut juga kampanye dan publikasi dan iklan itu harus kuat,
biasanya humas belum didukung oleh dana yang kuat untuk itu mungkin karena
terpecah-pecah ke satuan kerja lain atau humas dengan event yang besar itu
tidak dipersenjatai dengan dana yang kuat, gitu jadi hubungan dengan media
relations untuk mendukung V.I.Y ya belum optimal menurut saya begitu”70
b. Step 2: Analisa Organisasi
Setelah mengetahui peluang dan hambatan yang dialami Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dilihat dari tahapan menganalisa
situasi, diperlukan juga tahapan menganalisa organisasi dengan mengetahui
bagaimana dukungan manajemen yang diberikan kepada Humas Departemen
68
Hasil Wawancara dengan Turman , Ibid
Hasil Wawancara dengan , Ibid
70
Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008
69
Kebudayaan dan Pariwisata RI, visi dan misi untuk menjalankan strategi humas
dalam media relations untuk menginformasikan V.I.Y 2008.
Dukungan yang diberikan oleh pihak manajemen dalam kinerja Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI cukup bagus hal itu terbukti dengan
disusunnya buku sebagai landasan dari tugas, pokok dan fungsi kehumasan yang
baru yaitu strategi komunikasi kehumasan Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI sebagai landasan tugas dan fungsi kehumasan dalam melaksanakan
program media relations, hal ini diperkuat oleh pernyataan Sutaryanto, bahwa:
“Dukungan manajemen cukup bagus dengan disetujui membuat
penyusunan strategi-strategi komunikasi, itu kan merupakan salah satu
persetujuan manajemen pimpinan, bahwa bagaimana menyusun kehumasan yang
bagus di bidang pariwisataan, kita susun strategi penyusunan kehumasan71,
dirjen, direktur itu kalo ada kegiatan ya minta tolong ke humas kalo yang sifatnya
publikasi, sosialisasi sama itu ya harus ke humas72”
Namun dukungan tersebut dirasa hanya masih sebatas dari sisi moral
karena dalam menjalankan suatu program elemen penting yang menentukan
berjalan atau tidak berjalannya program tersebut yaitu menetapkan dana yang
mencukupi, seperti yang diungkapkan oleh Turman Siagian:
“...dari sisi moral dari sisi keinginan dukungan pemimpinan tinggi tetapi
ketika kita berbicara tolonglah dialokasikan yang lebih besar lagi nah kemudian
juga sulit karena semua mengatakan program-program lain ada juga yang lebih
penting disitu kelihatannya jadi masih pada posisi hanya bersifat keinginan
pimpinan yang besar tetapi di dalam pengimplementasiannya ketika kita
mengusulkan alokasi dana yang lebih tinggi ya itu belum tampak”73
Walaupun tidak ada penetapan visi dan misi Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI secara khusus dalam media relations untuk
71
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, op.cit
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008
73
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 Juni 2008
72
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan hasil wawancara
dengan Turman mengatakan:
“Untuk ke media relations secara khusus itu tidak ada, tetapi visi pusat
informasi dan humas dalam kaitannya dengan peran, fungsi dan tugasnya itu
memberikan pelayanan informasi dan jalinan hubungan yang optimal untuk
terbentuknya dan terpeliharanya citra budpar yang baik di mata masyarakat, itu
visi kita”74
Sedangkan misi yang dilaksanakan oleh Humas Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI melihat dari data sekunder yang diperoleh penulis berdasarkan
Laporan Tahunan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tahun 2007, adalah:
1. Melakukan
pelestarian
dan
pengembangan
kebudayaan
yang
berlandaskan nilai luhur.
2. Mendukung pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata yang
berdaya saing global.
3. Melakukan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata.
4. Menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan akuntabel.75
Walaupun objek yang diteliti oleh penulis, adalah Humas dalam Lembaga
Pemerintahan namun Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dapat
meraih prestasi yang membanggakan, seperti yang diterangkan oleh Turman
yaitu:
“...dari hal yang begitu teknis bahwa kami membuat yang namanya
berbagai produk salah satunya profil kebudayaan dan pariwisata pada tahun
2007 yang lalu mendapatkan sebagai dokumen profil instansi pemerintah yang
terbaik yang dilakukan penilaiannya oleh Badan Koordinasi Kehumasan Instansi
Pemerintah (Bakohumas) jadi kami, saya sendiri sebagai Kepala Bidang Humas
sangat bangga dengan apa yang kami lakukan untuk membuat suatu dokumen
74
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid
Laporan Tahunan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tahun 2007
75
profil budpar itu bisa menjadi yang terbaik diantara dokumen profil yang
dilakukan oleh instansi-instansi lainnya”76
Hal di atas dapat dibuktikan dengan data dari majalah Ragam Pesona
sebagai salah satu majalah internal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
dimana Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas) yang menetapkan profil
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Debudpar) sebagai Juara Pertama untuk
kategori audio visual dari 40 kategori yang dilombakan.77
Sementara itu menurut penulis berdasarkan hasil wawancara yang
diperoleh reputasi yang dicapai cukup baik terhadap pemberitaan kebudayaan dan
pariwisata di Indonesia, dan hal ini dikuatkan oleh penuturan Sutaryanto yang
mengatakan:
“...saya pikir...kinerjanya bisa dibuktikan dengan kliping, kliping setiap
hari itu memberitakan tentang kebudayaan dan pariwisata sangat intensitas
sekali...., artinya bisa satu hari kita berlangganan hampir 20 media itu berapa
puluh persen ia memuat kegiatan pariwisata artinya program kegiatan yang
selama ini menjadi liputan mereka, artinya sudah diapresiasikan oleh media
bahwa berarti kebudayaan dan pariwisata adalah berita yang dibaca orang.”78
Dengan reputasi yang diperoleh Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI , maka tidak terlepas dari opini dan penilaian media harus diketahui
juga oleh pihak Humasnya, Sutaryanto mengatakan bahwa penilaian media yang
selalu berinteraksi dengan pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
RI, bahwa:
“...macam-macam ada yang sifatnya mengkritisi untuk membangun
banyak, ada yang sifatnya investigasi, mencari sesuatu ada juga, ada yang
sifatnya ya mau menerima, biasa-biasa saja ada, ada yang koorporate bahwa
76
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, Ibid
Majalah Ragam Pesona, majalah internal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI terbitan
No. 02/1-November 2007, 22.
78
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008
77
kegiatan ini adalah bagian daripada mensejahterakan masyarakat ada juga,
sekarang media ini dengan moto masing-masing ya saya pikir disitu”79
Pada tahapan ketiga dalam strategi humas yaitu menganalisa lingkungan
eksternal yang selalu berinteraksi dengan organisasi. Setiap organisasi tidak
pernah terlepas dari pihak-pihak yang mendukung dan kelompok penekan
(pressure group) terhadap kinerja organisasi yang telah dan masih dilakukan,
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI memiliki beberapa kelompok penekan
(pressure group) tetapi pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
hanya fokus pada pihak eksternal yang selalu berkaitan dengan kegiatan
kebudayaan dan kepariwisataan, pihak-pihak kelompok penekan (pressure group)
yang sering berinteraksi dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
menurut Sutaryanto adalah:
“LSM kita libatkan khususnya LSM di bidang pariwisata misalnya
Tourism Care. LSM apa yang harus kita bantukan, ngga mungkin LSM Tenaga
Kerja trus kritik kita kan? Apa subtansinya gitu lho, ya kalo LSM kan harus LSM
yang mengkritisi, LSM yang berkaitan dengan bidangnya. Dan Tourism Care ini
saya artikan dalam arti masing-masing daerah ada Tourism Care jadi yayasan
peduli pariwisata misalnya yayasan peduli lingkungan pariwisata, LSM atau
Lembaga ini yang apa ya PESKA, Pengawasan Seks Komersial untuk anak itu,
jadi ini lho tu ada skarang sebuah sudah ada tapi peduli tentang PESKA kemarin
baru aja ada workshop disini itu tentang PESKA di situ ada keterlibatan
masyarakat lembaga LSM, begitulah istilahnya penanggulangan PESKA itu P-ES-K-A penanggulangan eksploitasi seks komersial pada anak di tempat-tempat
pariwisata nah ini di sini itu ada LSM sebagai pengawas jangan sampe anakanak ini kan menjadi oknum”80
Dalam pelaksanaan kinerjanya pihak Humas Debudpar cukup banyak
mendapatkan tuntutan-tuntutan berupa isu kebudayaan dan kepariwisataan yang
dilontarkan oleh kelompok penekan (pressure group), dan berdasarkan hasil
79
80
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, ibid.
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid.
wawancara yang dilakukan dengan Sutaryanto kelompok penekan (pressure
group) adalah:
“..., kepedulian jadi misalnya Tourism Care banyak kan sekarang kan
Tourism Care yang peduli dengan perkembangan pariwisata misalnya khususnya
wisata bahari, lingkungannya gitukan. Artinya kan antara pelestarian sama
dengan pengembangan itu menjadi yang harus diprogramkan tentu memang
artinya kan akhirnya mereka kan menjadi bagian daripada pelaku karena dia
yang ngawasin karena kembali kepada masalah pariwisata itu kan kembali pada
daerah kan destinasi itu indah, bagus, menarik itu kembali kepada pemdanya
sedangkan kita kan hanya asistensi, fasilitasi dan promosi”81
Dan berdasarkan hasil wawancara dengan
Turman mengatakan juga
bahwa kelompok penekan (pressure group) adalah pihak yang bergerak dalam
bidang kebudayaan dan pariwisata, yaitu:
“...yang namanya asosiasi kebudayaan dan pariwisata contoh masyarakat
aa... PARFI kalo di bidang film misalnya atau masyarakat sejarahwan indonesia
atau masyarakat arkeolog indonesia itu di bidang kebudayaan contoh-contoh
kemudian di bidang pariwisata seperti PHRI Perhimpunan Hotel RI atau ASITA
untuk travel agent atau HPI nah mereka itu sering menyatakan atau
menyampaikan usulan, rekomendasi, atau saran mengenai bidang-bidang mereka
kepada kita”82
Namun dari kesekian kelompok penekan (pressure group), terkadang ada
beberapa tuntutan yang salah mengalamatkan ke Humas Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI, karena merasa bukan tanggung jawab pihak Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI sepenuhnya melainkan tanggung
jawab pihak atau instansi lain, sesuai dengan penuturan dari Sutaryanto, bahwa:
“...kita bukan departemen yang membangun infrastuktur. Infrastruktur itu
maksudnya pembangunan fisik misalnya saja sebuah objek sebuah destinasi
misalnya dia tidak ada bandaranya wah untuk bandara ndak bagus LSM trus
mengkritik kita salah alamat kan, harusnya ke Departemen Perhubungan,
kemudian ada sebuah tempat tujuan wisata jalannya jelek kata orang-orang ...
81
82
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 Juni 2008
Departemen Pariwisata harus begini, salah kan?! Ya ini kan jalan infrastruktur
harusnya P.U.” 83
Sama halnya dengan penuturan dari Turman yang juga mengakui ada
beberapa kelompok penekan (pressure group) yang salah mengalamatkan tuntutan
mereka ke pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yaitu:
“...misalnya PHRI akibat lesunya wisatawan pada masa-masa lalu ketika
terjadinya bom misalnya nah mereka mengusulkan agar diberikan keringanan
pembangunan pajak dan listrik mereka misalnya seperti itu tapi kan itu
dialamatkan ke kita padahal kan kewenangan itu misalnya ada di Departemen
Keuangan, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata itu berupaya menyampaikan hal
itu dengan Menteri Keuangan bahwa ada tuntutan PHRI seperti ini tolong bisa
dijadikan perhatian barangkali bisa disikapi dengan bijak seperti itu”84
Pada tulisan di atas, telah dijelaskan tahapan menganalisa organisasi
terhadap kelompok penekan (presurre group) dengan tuntutan yang mereka
sampaikan kepada pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI,
selain kelompok penekan (pressure group) mereka juga mempunyai pihak yang
mendukung pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI maupun
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI secara keseluruhan, menurut
penuturan yang diberikan oleh Sutaryanto melalui wawancara, adalah:
“...khususnya oleh anggota DPR itu oleh anggota komisi X (sepuluh),
artinya untuk anggaran itu disetujui yang mendukung mengupayakan anggaran
trus misalnya asosiasi pariwisata”85
Walaupun begitu hal di atas tidak sependapat dengan Turman, dimana
pihak-pihak yang mendukung kebijakan Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI tidak selalu mendukung juga, yaitu:
“Yang selalu mendukung?, ngga ada yang selalu mendukung,
masyarakat sekarang bebas berdemokrasi kalo mereka melihat kebijakan
83
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, ibid
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid
85
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008
84
Debudpar itu kurang tepat mereka mengatakan kurang tepat. Sudah tepat pun
kadang-kadang mereka mengatakan tidak tepat itu biasa saja dalam hal
demokrasi, tidak selalu mendukung ...”86
Dan lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana dukungan yang akan
diberikan oleh pihak eksternal ini dalam pelaksanaan kinerja Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
secara keseluruhan, Sutaryanto mengatakan:
“Selagi program dan kegiatan Debudpar itu adalah untuk kesejahteraan
rakyat asosiasinya bahwa kegiatan itu ke dalam masyarakat, berpihak pada
masyarakat mana mungkin ngga mendukung, pertama kan opini dulu di DPR,
kalo pun posisi anggaran kita 30% untuk internal itu kan terkait gaji, 70% itu
untuk kegiatan mana ada trus masalah ini ditentang, ini masalah gaji termasuk
perawatan, sudah kewajiban. Selama masih program kegiatan untuk seperti situs,
pembangunan atau penataan situs peninggalan candi itu di daerah kan tapi
diperjuangkan di pusat misalnya restorasi, konservasi”87
Adanya dukungan dari berbagai pihak eksternal yang selalu berinteraksi
dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tentunya memberikasn
pengaruh kepada kinerja Pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Priwisata RI
secara lebih khusus, yang dinyatakan oleh Sutaryanto bahwa:
“Artinya dukungan semua masyarakat itu bagus, bagus dalam arti
membuat kita menjadi semangat untuk melaksanakan tugas kami, karna
Indonesia bukan hanya Jawa Barat, Jawa Tengah kan di seluruh propinsi juga
ada situs yang belum di bangun, ...dari situ kan bermanfaat kenapa tidak di
manfaatkan.”88
c. Step 3: Analisa Publik
Pada tahapan selanjutnya, pihak Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI menentukan media mana saja yang dapat digunakan untuk dapat
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 lebih efektif, pada dasarnya tujuan
86
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 Juni 2008
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008
88
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 18 Juli 2008
87
dari Visit Indonesia Year 2008 ini adalah untuk mendatangkan 7 (tujuh) juta
wisatawan asing ke Indonesia, maka pihak Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI juga menetapkan media luar negeri sebagai saluran informasi
mengenai Visit Indonesia Year 2008, dalam wawancara yang dilakukan Turman
mengatakan:
“...misalnya Amerika itu ada namanya World Report, ada apa namanya
British ada United World, ada ... macam-macam media di Eropa seperti CNN
apa National Geographic, kita sering menghandle mereka”89
Hanya saja untuk menginformasikan hal tersebut ke luar negeri mereka
hanya kepada beberapa media luar negeri dan tidak terlalu sering digunakan
dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 seperti yang telah disebutkan
di atas, hal ini bisa disebabkan karena hambatan yang dialami oleh pihak Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yaitu dana yang kurang mencukupi
jika dibandingkan dengan anggaran yang telah dipersiapkan oleh Malaysia yang
gencar memasang iklan di saluran televisi luar negeri, dan hal ini pun dipertegas
oleh pernyataan Jero Wacik Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam
majalah eksekutif terbitan Januari-Februari 2008, mengatakan:
“...untuk tahun ini dengan adanya Visit Indonesia Year kami ajukan Rp
200 milliar. Walau itu dua kali sebelumnuya tapi itu cuma $20 juta. Anggaran
Malaisya sebelum Visit Malaysia Year 2007 sekitar $70 juta. Dengan adanya
Visit Malaysia Year tahun lalu mereka tambahkan menjadi $80 juta. Kalau
dibandingkan itu kita kecil sehingga tidak bisa memasang iklan di TV sesering
Malaysia. Mereka bisa pasang iklan “Malaysia Truly Asia” di CNN sampai
setiap jam sekali, kita ngga bisa...”
Sedangkan media dalam negeri yang menjadi partner Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit Indonesia Year
89
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, Ibid
2008, berdasarkan data sekunder berupa media monitoring yang diperoleh penulis
dari Sutaryanto, bahwa:
Dari media cetak terbagi dalam 2 bagian media nasional dan media lokal,
media cetak nasional terdiri dari: Kompas, Media Indonesia, Seputar Indonesia,
The Jakarta Post, Koran Tempo, Bisnis Indonesia, Republika, Suara Pembaruan,
Investor Indonesia, Harian Ekonomi Neraca. Sedangkan media cetak lokal terdiri
dari: Bali Post, Kedaulatan Rakyat, Suara Karya, Rakyat Merdeka, Batak Post,
Malut Post, dan Ternate Post, serta 4 majalah, yaitu Majalah Tamasya, Majalah
Eksekutif, Majalah Gatra, dan Majalah Tempo. Untuk media audio yang dijadikan
saluran dalam penginformasian Visit Indonesia Year 2008, adalah RRI, Radio
Elshinta, dan Radio Tri Jaya FM. Media audio-visual terdiri dari: TVRI dan TPI.
Selain itu mereka juga mengikutsertakan Kantor Berita ANTARA sebagai partner,
dan dari media internet yaitu Surabaya Webs dan detik.com.90
Dari kesekian media yang berhubungan dengan pihak Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit Indonesia Year
2008, ditentukan pula media yang dijadikan prioritas utama, sesuai dengan
penuturan Turman bahwa:
“saya sebagai Kabid Humas melihat media itu memiliki peran, fungsi
secara umum adalah sama kemudian ketika kita melakukan analisis media baru
kita melihat dan mulai mengelompokan-lompokan media yang memiliki readers
pembaca yang lebih banyak biasanya itu yang kita tetapkan sebagai media
prioritas, tetapi ada media yang sangat segmented namanya segemented media
yaitu media yang secara khusus pembacanya adalah komunitas-komunitas khas
tertentu jadi tidak sangat umum itu juga pada kesempatan tertentu sangat kita
butuhkan untuk melakukan penetrasi eksklusif berita pada komunitas itu. Contoh
misalnya ada media di mana media itu hanya beredar di lingkungan legislatif dan
para pengambil keputusan di republik ini tidak lebih dari 15 ribu examplar,
tetapi karena itu dibaca oleh para legislatif dan para pengambil keputusan top di
90
Media Monitoring Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Januari 2008
negeri ini kita melakukan kerjasama dengan media itu, karena ingin masalah kita
itu diketahui dan di baca oleh kelompok tertentu itu, tetapi umumnya media yang
memiliki tingkat pembaca yang lebih besar itu yang merupakan prioritas
utama”91
Setelah menetapkan media mana saja yang diperkirakan oleh Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dapat menginformasikan Visit Indonesia
Year 2008 secara efesien dan efektif, mereka menganalisis juga apa keinginan dan
harapan media dalam program media relations ini sehingga dapat ditingkatkan
lagi kinerjanya dengan media untuk menjadi lebih baik, menurut Turman harapan
dan keinginan media adalah:
“Biasanya media itu sudah sangat senang kalo kita bersikap terbuka dan
transparan kemudian kita bisa rutin menyampaikan press release kepada mereka
karena itu merupakan tugas mereka mengejar berita itu aja kemudian, kita
melakukan visit kadang-kadang kepada mereka.”92
Sama halnya dengan penuturan dari Sutaryanto yang mengatakan:
“...Keinginan media kan tetap saja, apabila ini berhasil apabila ini
termasuk target 7 juta orang wisman dapat mengunjungi Indonesia dengan kita
melakukan promosi ke luar negeri berarti pada tahun ini terjadi pergerakkan
uang di Indonesia hampir lima puluh delapan triliun rupiah, bukan devisa tapi
devisa dalam arti pergerakan perekonomian karena duitnya langsung buat
pemerintah, nah media kan tetap kalo yang peduli pada rakyat kan media tetap
senang tetap artinya gembira gitu kan, keinginan media ya tetap ingin berhasil
walapun dia mengkritik ya mengkritiknya supaya kita nampaknya supaya oh ya
kan supaya departemen itu kan lebih meningkatkan promosi bahkan atau gaung
kan gitu kan.”93
II. Strategi
Pada tahapan ini merupakan perencanaan keseluruhan pihak Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam program media relationsnya
untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Meliputi bagaimana Humas
91
Hasil wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 Juni 2008
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, Ibid.
93
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 18 Juli 2008
92
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menentukan apa yang ingin dicapai
oleh organisasi dan bagaimana keinginan tersebut akan dicapai
a. Step 4: Menentukan Tujuan, Positioning dan Sasaran
Suatu strategi tidak lepas dari suatu tujuan, pihak Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam pelaksanaan strategi media relation untuk
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 menurut penuturan
Turman
mempunyai tujuan untuk:
“...sebenarnya humas ini elemen kecilnya yang mau dicapai bersama
adalah Visit Indonesia Year, tapi yang lebih luas lagi adalah bagaimana
corporate image dari Debudpar ini bisa tercipta dan terpelihara dan betul-betul
di khalayak itu terbangun sedemikian, baik itu sebenarnya. Sekarang Visit
Indonesia Year untuk diketahui masyarakat salah satunya hal yang harus
dilakukan secara serius adalah bagaimana memanfaatkan media-media yang ada
baik yang elektronik maupun yang cetak untuk memuat, menggaungkan,
menghalo-halokan Visit Indonesia Year itu di medianya sehingga rakyat
menonton, rakyat membaca tentang Visit Indonesia Year itu”94
Hal di atas pun dapat dikatakan satu pendapat dengan
Sutaryanto
mengenai tujuan strategi humas dalam media relations ini, yang terlebih khusus
lagi untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, mengatakan:
“...yang utama corporate imagenya bahwa kita sedang melakukan
program nasional Debudpar, sedang melakukan program nasional dalam rangka
apa memeratakan pergerakan perekonomian melalui pariwisata dengan
menggerakan daerah untuk menyiapkan daya tarik, jadi corporate image pada
departemen itu sedang melakukan gaung nasional. Keduanya, menginformasikan
kepada masyarakat bahwa ini penting pariwisata, kebudayaan dan pariwisata itu
menjadi bidang yang strategis, ke budaya apabila dilestarikan bisa jadi produk
pariwisata dan pariwisata apabila dikembangkan bisa efek gandanya bermanfaat
bagi masyarakat, itu pentingnya kita”95
Dalam melaksanakan tujuan di atas, maka perlu dilakukan penetapan
positioning yang ingin dicapai dalam media relations ini, sehingga media sebagai
94
95
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, Ibid
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008
penyalur informasi tentang Visit Indonesia Year 2008 memiliki kesepahaman
pemikiran yang sama terhadap informasi yang diusung pihak Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI, menurut hasil wawancara yang dilakukan
terhadap Turman, bahwa positioning yang ditetapkan:
“...Pusat informasi dan humas itu akan melakukan pelayanan dengan
cepat, itu yang harus kita upayakan untuk bisa terlaksana dengan baik...tadi
kaitannya dengan strategi memang sekarang ini kita lebih mengutamakan
pertama itu pelayanan informasi iya kan itu, kemudian kedua media relations itu
kita tingkatkan lebih berkualitas lagi itu dua hal itu yang kita apa namanya
untuk mengacu kepada visi, misi itu ya yang saya sebut itu trus dilakukan”96
Dan menurut Sutaryanto menutur bahwa positioning yang ditetapkan
oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations
untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 adalah:
“...mindsetnya tentu saja harus menyukseskan karena sebuah program
sebuah kegiatan instansi apabila tidak dipublikasikan itu ya omong kosong
program itu nyampe gitu kan artinya program itu...,faktor yang sangat penting
dalam hal ini program V.I.Y adalah tidak sekedar bicara masalah rapat-rapat
atau koordinasi-koordinasi atau bahkan menyiapkan atraksi di daerah itu yang
dilakukan oleh Debudpar...”97
Setelah melihat positioning yang telah ditetapkan oleh pihak Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, maka sasaran yang ingin dicapai
dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dalam media relations,
menurut
Turman dari segi pemahaman (awareness) dan penerimaan
(acceptance) serta tindakan (action) terhadap Visit Indonesia Year 2008, adalah:
“...sudah pasti dan kita harapkan adalah bagaimana masyarakat bisa
mengerti pertama apa itu Visit Indonesia Year karena sebenarnya bukan hanya
kegiatan departemen itu sendiri, semua yang ikut terkait itu ikut terlibat
sebenarnya katakan komponen LSM, media sendiri, departemen-departemen lain
seperti Deplu, Kepolisian nah secara bersama-sama kita berupaya untuk
menempatkan Visit Indonesia Year agar bisa lebih dipahami oleh masyarakat
96
97
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, Ibid
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid
sehingga kalo udah diketahui masyarakat maka untuk menjalankannya kita lebih
mudah karena mereka sudah acceptance kemudian acceptance itu didukung oleh
support akhirnya ia tanpa disuruh tanpa di apa dia melaksanakan, konsep Visit
Indonesia Year itu basisnya sapta pesona itu mulai dari sadar wisata untuk
masyarakat mari kita aman, tertib, bersih, sejuk itu juga sebagai hasil
masyarakatnya untuk menerima tamu-tamu atau visiters, hal-hal seperti itu
tadinya dia tidak tahu menjadi tahu yang pertama kemudian setelah tahu dia
pahami kemudian aksinya dia bisa ikut terlibat untuk mendukung ini”98
Dan menurut Sutaryanto sasaran dari segi pemahaman (awareness) dan
penerimaan (acceptance) serta tindakan (action) terhadap Visit Indonesia Year
2008 dinilai sangat diperlukan, sebab:
“...awreness perlu kalau media tidak peduli, misalnya seharusnya ini ya
V.I.Y 2008, skarang 2008 lagi katakanlah sudah mau memasuki dunia politik,
persiapan pemilu, persiapan KPU dan sebagainya kalo media tidak awareness
terhadap program atau tidak paham program bahwa V.I.Y itu adalah untuk
memeratakan kunjungan wisata ke berbagai daerah dan daerah tersebut sudah
menyiapkan atraksi dan itu tidak diliput berarti tidak aware iya kan?, maka
diperlukanlah aware bahwa keseimbangan pemberitaan dunia politik dengan
pemberitaan yang sifatnya publikasi jasa ini dalam mempublikasikan daerah
wisata, itu sangat diperlukan awareness. Termasuk acceptance bahwa media
harus memberikan kontribusinya, artinya memberitakan dengan sungguhsungguh di yogya ada ini di bali ada ini, bahkan di cirebon ada atraksi ini yang
menarik seperti pesta rakyat nah kalau diberitakan kan acceptance dalam bentuk
kontribusi untuk bisa mencomot itu kegiatan, menjadi selling point terhadap
media itu untuk di beli orang dan bahwa media itu juga bisa mengarah kepada
kelokalan atau nasionalisme, lalu actionnya memuat berita”99
b. Memformulasikan Proactive dan Respons Strategi
Dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, pihak Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menggunakan strategi proactive yang
meliputi strategi aksi dengan meningkatkan kinerjanya dalam program yang
dilaksanakan yaitu media relations, seperti yang dikemukakan oleh
bahwa:
98
99
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, ibid
Turman
“Semakin banyak media menulis mengenai Visit Indonesia Year itulah
yang merupakan cita-cita kita, dari berbagai angle, aspek dan perspektif jadi
bukan hanya sekedar kalo kita panggil mereka untuk press conference baru
mereka muat, tetapi bagaimana media bergerak untuk bisa menulis,
menganalisis, mengupas, memberikan tentang Visit Indonesia Year dari berbagai
perspektif itu, kalo itu sudah berlangsung maka strategi yang sudah dahulu sudah
kita suguhkan laksanakan itu berhasil...”100
Hal serupa dinyatakan juga oleh Koko dari Forum Wartawan Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI, yang mengatakan:
“Kalo kegiatannya sih, saya ini aja cukup lumayan ya karena dari
aktivitasnya itu berhubungan dengan media juga cukup kuat terutama untuk fokus
kepada V.I.Y gitu...”101
Sama halnya dengan pendapat Herlina Djabir yang menilai bahwa kinerja
pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI sudah cukup maksimal,
yaitu:
“Kinerja untuk 2008 yang saya lihat ya cukup maksimal, artinya dalam
kondisi seperti ini anda tahu sendiri kan kondisi Indonesia seperti ini peristiwa
bom bali dan macam-macam tentang ketidakpercayaan mereka terhadap
mungkin kepada pemimpin kita gitu tetapi humas budpar sebagai tugasnya tetap
dijalankan nah Budpar itu dapat mempromosikan Indonesia apa pun kondisinya,
Humas itu tetap berusaha meningkatkan promo-promo ke mana-mana ke luar
negeri misalnya gitu, untuk bagaimana mendatangkan wisatawan 7 juta meskipun
ada beberapa kalangan pesimis dengan kondisi Indonesia yang saya lihat dan
pantau di humas itu bahwa ya tetap meskipun apapun kondisi Indonesia tetap kita
menceritakan yang sebenarnya gitu”102
Namun terdapat juga pihak lain yang menilai bahwa kinerja yang
dilakukan oleh pihak Humas Kebudayaan dan Pariwisata RI biasa saja, seperti
yang diungkapkan oleh Nur R Fajar bahwa:
“Biasa saja, artinya gini meskipun satu tahun ini adalah V.I.Y isu budpar
kan sangat jarang sangat kurang gitu lho, sangat kurang ee mungkin untuk
mensosialisasikan kegiatan departemen mungkin oke, untuk mengangkat isu-isu
V.I.Y kepada wartawan itu mungkin bukan kapasitas dia yang kedua mungkin
100
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid
Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008.
102
Hasil Wawancara dengan Herlina Djabir, pada tanggal 17 September 2008
101
bisa jadi berbenturan dengan visi misi atau instruksional dari departemen,
artinya melangkahi, melampui mungkin, saya juga mensosialisasikan saya cuma
misalnya ya saya ditugaskan untuk mempromosikan agenda kegiatan departemen
saya tidak mengurusi hubungan departemen dengan PHRI, hubungan
departemen dengan ASITA atau saya ngga ngurusin isu soal listrik yang
berdampak pada hotel-hotel, saya ngga ngurusin seperti itu, saya ngga tau dan
kalo saya ngurusin itu mungkin itu melampui dari tugas saya gitu kan contoh
seperti itu kamu ngga tahu, intinya adalah humas mungkin terkesan tidak
mengakomodir isu-isu di luar departemen saya kira seperti itu, dan kupikir juga
departemen sendiri dia juga dia sebenarnya V.I.Y ya ngga terlalu, yang aku ya itu
yang aku tegaskan dia hanya mensosialisasikan kegiatan-kegiatan
departemen”103
Selain berupaya untuk semakin banyak media yang memuat dan
menggaungkan tentang Visit Indonesia Year 2008, cara lain yang digunakan oleh
pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengupayakannya
dengan:
melibatkan
partisipasi
audiens
lain,
partisipasi
untuk
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan penuturan Sutaryanto
bahwa partisipasi audiens lain yang digunakan adalah partisipasi audiens berupa
partisipasi masyarakat, dimana:
“...sebuah lingkungan pariwisata itu apabila aman berarti memberikan
kenyamanan bagi wisatawan untuk tinggal, apabila masyarakat ini sudah
kondusif aman diberitakan oleh media trus informasikan bahwa katakanlah
misalnya di Jakarta sebuah kerusuhan tapi kerusuhannya hanya di sini media
mengatakan hanya di sini saja, di daerah ini aman, nyaman dan tidak
terganggu,...Kalo media juga peduli memberitakan bahwa peran serta
masyarakat sini adalah care terhadap kepariwisataan ...berarti masyarakat pun
menciptakan kondisi itu, kemudian masyarakat juga memberikan asistensiasistensi atau pemberdayaan kerajinan tangan, nah apabila media ini juga
menginformasikan bahwa daerah ini ini memiliki potensi kerajinan yang ini ini
ini, gitu kan berarti objektifitas yang dipercaya oleh wisman sebagai informasi
yang aktual dan faktual menjadi daya tarik juga, ... ada keikutsertaan masyarakat
itu diliput oleh media menjadi aset, dan nilai tambah daerah tujuan wisata dan
juga peran serta masyarakat perlu diliput oleh media sebagai informasi yang
aktual, faktual, obyektif ... juga menjadi daya tarik”104
103
104
Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, pada tanggal 23 September 2008
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008
Berdasarkan data sekunder yang didapat, penulis membagikan partisipasi
audiens ini dalam tiga hal yaitu partisipasi dengan pihak swasta dan pihak
pemerintahan serta partisipasi dengan pihak tokoh terkenal dalam rangka
menyukseskan Visit Indonesia Year 2008. Cara yang dilakukan dengan pihak
swasta sebagai partisipasi audiens untuk menginformasikan Visit Indonesia Year
2008 ke media yaitu partipasi yang dilakukan dengan beberapa maskapai
penerbangan, perhotelan, restoran maupun kantor biro perjalanan pariwisata yang
ada di Indonesia melalui Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero Wacik yang
mengeluarkan himbauan untuk memasang spanduk promosi Visit Indonesia Year
2008 “Saya meminta Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) maupun
Assosiasi Biro Perjalanan Wisata (ASITA) agar memerintahkan anggotanya
memasang spanduk maupun logo VIY 2008” penuturan Menbudpar Jero Wacik
selanjutnya ia juga mengatakan, permintaan juga dilakukan terhadap 12 maskapai
penerbangan nasional agar mereka segera memasang logo VIY 2008 di masingmasing pesawat terbang mereka. Kedua belas pimpinan maskapai penerbangan itu
telah bertemu saya di Bandung dan menyatakan segera memasang logo VIY 2008
di pesawat mereka” kata Menbudpar Jero Wacik105.
Sedangkan
partisipasi
audiens
yang
diikutsertakan
dalam
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dari pihak pemerintahan adalah
dengan pihak Departemen Kehutanan, dimana:
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik bersama
Menteri Kehutanan MS Kaban melakukan nota kesepahaman (Memorandum of
105
Majalah Ragam Pesona, majalah internal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI terbitan
No. 02/I-November 2007,. 24
Understanding/MoU) tentang kerjasama mempromosikan potensi wisata alam.
Penandatanganan MoU dilakukan di International IPB Convention Center
Baranangsiang, Bogor pada Kamis (26/6), sekaligus mengawali acara seminar
dan lokakarya yang digelar Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata
Alam Ditjen PHKA Departemen Kehutanan (Dephut) dengan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor (IPB). Seminar dan lokakarya yang mengambil tema
Promosi Pariwisata Alam di Kawasan Konservasi ini sebagai bagian dalam
memberikan dukungan terhadap program Visit Indonesia Year (VIY) 2008.106
Selain itu, partisipasi audiens dari pemerintahan juga melibatkan
Departemen Luar Negeri dengan melakukan langkah strategis untuk mendorong
kunjungan wisatawan asing (wisman), antara lain membantu mempromosikan
Visit Indonesia Year 2008 di 12 pasar atau kawasan utama yang selama ini
menjadi sumber wisatawan, yaitu Singapura, Malaisya, Tahiland, Jepang, Taiwan,
Korea Selatan, Australia, Amerika Serikat, China, Hongkong, India, Eropa, Rusia
dan Timur Tengah. Di 12 pasar utama itu Deplu menunjuk pejabat khusus untuk
bekerjasama dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam
menangani pariwisata, berdasarkan kesimpulan dari hasil evaluasi pelaksanaan
Inpres No. 16/2005 tentang Kebijakan Pembangunan Budpar. Deplu bersama
Debudpar memasang branding pariwisata di setiap kantor perwakilan RI di luar
negeri, serta menyediakan informasi terkini mengenai citra Indonesia antara lain
seputar bencana alam, terorisme dan wabah penyakit yang terjadi di tanah air.107
106
107
Sumber : www.budpar.go.id , press release Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
Guntingan Berita Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tanggal 18 Februari 2008.
Dan partisipasi audiens juga dilakukan dengan melibatkan tokoh terkenal,
dimana Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero Wacik menyematkan pin
emas Visit Indonesia Year (VIY) 2008 kepada Bill Gates, orang terkaya di dunia
pemilik perusahaan Microsoft, ketika datang ke Jakarta sebagai pembicara di
forum Goverment Leader Forum (GLF) Asia-Pasifik. Kedatangan tokoh seperti
Bill Gates ini memberikan arti penting terhadap pencitraan kepariwisataan
Indonesia di mata dunia, khususnya masyarakat Amerika Serikat.108
Dan bagian lain dari strategi proactive adalah strategi komunikasi meliputi
Informasi berita penting dan Komunikasi yang transparan. Dalam mengemas
informasi berita penting mengenai Visit Indonesia Year 2008, dalam
pelaksanaan media relations oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI, berdasarkan hasil wawancara yang di dapat elemen informasi yang
diberikan memiliki unsur maksimal bukan signifikan yang dimaksud di sini
adalah:
“Kita maksimal, kalo signifikan kaitannya dengan target lho, kita
hubungan dengan media tidak ada targetnya, pararel aja atau horizontal aja kan,
karena kalo udah signifikan itu kan larinya ke parameternya kan kalo dah
signifikan? Keberhasilan?, mana ada hubungan kita dengan media berhasil
karena pada satu saat ia memberitakan yang baik pada satu saat ia mengkritik
kita, nah itu tapi kritik itu juga ada untuk membangun aa..., itu kan jangan
menggunakan kalimat signifikan kalo begitu, karena ada parameternya ntar kalo
signifikan repot kita, tapi kalo maksimal kita nah itu lebih indah dia karena
masing-masing kan punya kepentingan kan media sebagai sarana informasi,
media sebagai sarana investigasi, media sebagai alat kontrol dia berjalan sendiri
iya kan trus kita sebagai pemberi informasi diterima tidaknya apabila itu ada apa
selling point yang bagus,..., soalnya kan koran trus objektifitas koran itu memuat
suatu berita itu berarti informasi kita itu diterima”109
108
109
Tabloid Pariwisata Dwi Mingguan MICE, edisi No. 05 Tahun I tanggal 21 Mei-4 Juni 2008.
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008
Informasi yang diberikan mengenai Visit Indonesia Year 2008 yang
disampaikan oleh pihak Humas mengikuti penyesuaian terhadap media (local
area) namun terkadang tidak juga dilaksanakan seperti itu, hal ini dibuktikan dari
dua pendapat berbeda yang disampaikan pertama oleh Turman, bahwa:
“Ya memang secara teoritis begitu, tapi membuatnya tidak mudah jadi
biasanya ya dan juga akan membuat bingung kalo misalnya ada kita siapin press
release ini press release untuk majalah yang segmented ini press release untuk
majalah yang teenager, ini press release untuk woman, ngga lah begitu biarlah
press release itu mereka tulis dari angle media mereka, satunya press release
ngga bermacam-macam cuman kadang-kadang dalam bahasa inggris, bahasa
arab, bahasa cina, bahasa indonesia, nah tetapi kalo kita menulis feature, artikel,
advetorial ya kita sesuaikan dengan majalahnya, kalo majalahnya itu lebih ke
ekonomic maka sisi ekonomic yang menjadi subtansinya itu brarti kita titik
beratkan, tapi kalo media itu misalnya lifestyle ya cara kita menulis pun
subtansinya kontennya lebih kepada lifestyle seperti itu kalo feature dan
advetorial ya, tapi kalo yag namanya siaran berita ya satu tapi satu itu dibuat
dalam bermacam-macam bahasa ”110
Sedangkan pendapat kedua, yang dimaksud dengan Sutaryanto bahwa
informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008 tidak harus disesuaikan dengan
media yang menjadi penyalur informasi dan juga diupayakan untuk up to date,
yang mengatakan:
“...kita sifatnya kan nasional jadi departemen itu melakukan program
V.I.Y khususnya informasikan sifatnya dah nasional, jadi informasi yang kita
keluarkan sifatnya nasional kemudian wartawan itu menganalisis berita lokal itu
dia tetap mengacu ke nasional, artinya misalnya begini kita informasikan
kunjungan wisatawan sampe gini juni katakanlah sampe 2,9 juta pada semester I
truss wartawan akan bertanya ke daerah ini berapa pak perinciannya iya kan
...tetap awalnya nasional dulu setelah ada pertanyaan menjadi lokal baru ada
klarifikasi lalu di up to date dengan informasi terbaru”111
Dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dilakukan dengan
cara selalu up to date ini dikatakan sependapat oleh Turman, bahwa:
110
111
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 juni 2008
Hasil Wawancara dengan , Ibid
“Udah harus up to date, mana mau media menerima itu kalo ngga up to
date makanya mereka selalu pertanyaannya seperti itu progress donk sampai
akhir semester I gimana sekarang dah bulan Juli dah ada data belum buat bulan
agustus itu yang kita jawab”112
Dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 kepada media,
informasi yang diberikan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI secara tidak langsung mengandung human interest, yang dikatakan
oleh Sutaryanto, yaitu:
“...human interest itu, kaitannya kalo dikatakan sebagai daya tarik kita
akan gunakan jadi ketertarikan ya masyarakat itu ya kita akan gunakan artinya
kan gini kita tetap menggunakan human interest artinya bahwa program ini tidak
untuk kepentingan pemerintah pusat. Ya..., secara langsung tidak ada, kita
sifatnya bahwa kita memberikan program, program ini kan program V.I.Y itu kan
sifatnya memacu, mendorong bahwa sebenarnya Indonesia itu punya potensi
sebagai daya tarik, Indonesia semuanya tidak hanya Bali, tapi seluruh Indonesia
punya daya tarik wisata untuk didatangi wisatawan baik nasional maupun
internasional nah di bikin program V.I.Y kan trus program ini kita lempar ke
daerah dan apa yang bisa menjadi atraksi sebagai daya tarik, nah itu memang
ada human interest tersendiri tapi kan tidak secara langsung, kita hanya
memberikan trager bahwa daerah ini tu ada ini nanti saya promosikan ke luar
negeri melalui media-media ini melalui ini, nah kembali ke sini kan human
interest kan?”113
Dari kesekian elemen informasi yang dikemas oleh pihak Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengenai Visit Indonesia Year 2008
kepada media, menurut Koko bahwa informasi yang diberikan belum optimal dan
tidak terlalu bagus, dimana:
“...kembali lagi kalo itu namanya sudah kampanye itu menyangkut
publikasi menyangkut media itu kembali kepada persoalan dana pastinya, jadi
yang dikerjakan oleh humas mungkin dananya tidak seberapa, tapi dia
menjalankan kehumasan ya istilahnya kalo nilai gitu ya tidak terlalu ini tidak
terlalu bagus...”114
112
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, ibid
114
Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008.
113
Sedangkan menurut
Nur R Fajar, mengatakan bahwa informasi yang
diberikan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI terkesan kaku,
yaitu:
“Standar khas bahasanya, gaya penulisannya subtansinya khas birokrat,
pasti pembawa visi misi mereka kan nantinya yang ditonjolkan adalah sisi
departemen, sisi Menteri Debudpar seperti itu nanti anglenya dia menteri
membuka kegiatan sosialisasi V.I.Y, menteri mendukung, nah kan ngga laku
beritanya seperti itu di kita apalagi tergantung media dia wartawan dari media
mana dan backgroundnya apa, misalnya saya ya aku adalah wartawan ekonomi
sebenarnya dan yang dituntut adalah angka kan apapun lah yang dengan angka
jumlah wisman, aa pendapatan dari wisman itu sendiri, berapa objek wisata
semua terkait dengan angka, maka aku ngejarnya ke situ pak jumlah wisman
berapa?, wisman dari mana aja ? gitu kan trus misalnya dia mengeluarkan
mengeluarkan budget untuk pariwisata berapa? Gitu kan beda mungkin dengan
majalah turis misalnya isunya maka akan kembali ke medianya, mereka
wartawan itu akan membawa isu apa mereka cenderungnya main angka ngga
terlalu tapi main kebijakan main destinasi gitu kan jadi sangat tergantung dari
masing-masing artinya adalah hanya berdasarkan release itu tidak cukup kita
pasti harus kalo kepengen puas apa yang kita inginkan berita apa yang kita
dapatkan ya kita harus datang ”115
Lain halnya dengan pendapat Herlina Djabir yang berpendapat informasi
yang diberikan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
cukup memadai, yaitu:
“Informasi cukup, tapi kalo saya rasa informasi tentang Visit Indonesia
Year 2008 itu tidak cukup dari budparnya saja, semua lini semua itu harus
mendukung misalnya penerbangan, itu juga sangat penting karena ya kita minta
wisatawan datang kalo wartawannya tidak ada ya gimana mau mencukupi 7 juta,
jadi kita harus sebagai aa... wartawan tidak harus dari budpar saja, ada
beberapa informasi-informasi lain misalnya Deplu, penerbangan gitu jadi kita
wartawan tidak hanya berpatokan sama budpar gitu, Visit Indonesia Year itu
adalah program dari Debudpar tetapi ada sektor-sektor lain yang harus juga
mendukung misalnya penerbangan ya kalo wisatawan banyak trus Budpar sudah
keluar mengatakan hai..., hai... datang ke Indonesia, Indonesia lagi program Visit
Indonesia Year ada pertunjukan, objek-objek wisata di buka gitu, tapi kalo
penerbangannya ngga ada ya ngga bisa juga, jadi semua bagi saya semua itu
harus mendukung, baik masyarakatnya juga bagaimana kita menerima tamu
115
Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, pada tanggal 23 September 2008
dengan baik, kalo wisatawan datang trus kita copet tidak akan tercapai target itu
gitu jadi semua baik dari anak-anak, dewasa, orang tua.”116
Dengan perumusan informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008 di atas,
maka Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
menyampaikannya
dengan komunikasi yang transparan kepada media dan diupayakan tidak
adanya berita off the record, hal ini dikatakan oleh Turman yang mengatakan:
“Iya, prinsip kehumasan itu transparan iya, kemudian tepat, original itu
dah prinsip-prinsip kita di sini ngga ada yang ditutup-tutupi di sini, tentu
melanggar aturan kalo gitu. Kita berupaya untuk selalu tidak mengatakan off the
record, makanya berita yang kita sampaikan itu berita yang sudah matang dan
terproses jangan kira-kira, kalo kira-kira susah nanti kita banyak off the
record”117
Hal serupa juga dikemukakan oleh Sutaryanto bahwa komunikasi yang
dilakukan dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dengan
transparan kepada semua media yang mencaritahu informasi tersebut, yang
berkata:
“Selama ini saya lihat para dirjen dan para humas khususnya informasi
yang kita sampaikan itu transparan artinya transparan baik dalam anggaran
yang kita gunakan maupun apa yang kerap dilakukan sudah transparan,
disampaikan oleh dirjen pemasaran juga transparan, dirjen destinasi transparan
apa yang sudah dilakukan dan di bangun di daerah-daerah, atau pembenahan
destinasi transparan makanya indikator yang ada sekarang walaupun masih ada
media yang memberitakan yang mengkritik tapi tidak memojok artinya apa tidak
memaki atau menyalahkan atau mereka sudah mendapat informasi yang
maksimal, transparan trus ada indikatornya ada peningkatan wisatawan secara
nyata tiap bulannya itu naik”118
Hal di atas dikatakan sependapat dengan pernyataan Koko dari Forum
wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yang mengatakan:
“...kalo transparan sudah ya, karena dari sisi ia membuat program itu
selalu menyertakan dengan forum-forum wartawan debudpar, sama-sama
116
Hasil Wawancara dengan Herlina Djabir, pada tanggal 17 September 2008
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 juni 2008
118
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, ibid
117
menggunakan momentum apa yang tepat untuk kehumasan maupun membina
hubungan dengan media itu dengan forum debudpar itu sudah dijalankan...”119
Sama halnya dengan pernyataan dari Herlina Djabir, yang menilai bahwa
komunikasi yang dilakukan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI dengan media dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008
cukup transparan, dimana:
“Off the record..., jarang sekali ya karena menurut saya kalo budpar ngga
ada yang perlu di off the record kan karena dia bukan politik, dia adalah suatu
bidang yang jauh dari politik, budpar itu tidak ada, kita akan membentuk
kebudayaan dan pariwisata ngga ada unsur politik yang ngga harus di buka ke
masyarakat, yang sering terjadi adalah politik yang tidak semudah itu, tapi kalo
Budpar itu dia harus bercerita program kebudayaan apa yang harus ia tonjolkan,
budaya mana yang harus ia angkat gitu kan, pariwisata... apa programnya, apa
daerahnya dan sebagainya seperti itu”120
Sama dengan pendapat Nur R. Fajar yang mengatakan komunikasi yang
dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam
menginformasikan Visit Indonesia Yeear 2008 transparan tanpa off the record,
dimana:
“...bukan kapasitasnya di humas untuk menentukan off the record atau
tidak saya pikir seperti itu karena itu pasti pada tingkat yang lebih tinggi dirjen
kupikir ya jadi bahan-bahan apa yang bisa disampaikan ke wartawan pasti di
filter di tingkat dirjen, humas hanya mendapatkan bahan kemudian diolah untuk
disampaikan ke wartawan, saya pikir begitu sejauh ini saya ngga ada off the
record ngga ada hal yang ditutup-tutupi”121
Terdapat beberapa strategi yang digunakan dalam merespons media dalam
mencari kebutuhannya akan informasi melalui Humas Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI, terlebih lagi informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008.
Dan respons yang diberikan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan
119
Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008.
Hasil wawancara dengan Herlina Djabir, pada tanggal 17 September 2008
121
Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, pada tanggal 23 September 2008
120
Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia
Year 2008 kepada media termasuk media tanpa sumber yang jelas menggunakan
respons pemberian alasan yang tepat (justification) dengan cara maksud baik
(good intentions) menurut pendapat Turman, bahwa:
“...kita layani semaksimal mungkin nah kalo kita merasa terbatas
pengetahuan kita tentang yang ditanyakan Visit Indonesia Year itu kita boleh
nawar ngga besok pagi kita akan hubungi pihak yang pas anda bisa langsung
menghubungi dia memberitahukan bahwa sudah melalui humas, cara-cara
seperti itu ya yang kita lakukan jadi kita memberikan pelayanan itu optimal dan
tidak pelit-pelit lah. Kami humas di sini kan punya yang namanya Forum
Wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, jadi eksekutif dailynya di
sini yang nongkrong di sini setiap hari yang di ruang press room, nah dia juga
bertugas juga untuk membatasi jangan sampai apa namanya wartawan apa itu
jangan sampe, memang dalam kehidupan itu ekses sosial itu selalu ada itu ngga
bisa di, dan itu sering juga datang ke sini tapi kita sikapi saja dengan
perkawanan, kalo dia ngga mau pergi kita ajak makan, ngobrol-ngobrol dah
dikasih buku dah selesai urusan”
Ada juga yang mengambil tindakan dengan merespons media yang ingin
mencari tahu informasi lebih mengenai Visit Indonesia Year 2008 dengan
menggunakan respons pengelakan (diversionary response strategies), yaitu
melalui cara dengan mengklarifikasikan kembali (relabeling) berita yang tidak
benar, dan mengambil sikap dengan respons tanpa mengambil tindakan sama
sekali (strategic inaction) dengan cara membuat tindakan yang tidak berterus
terang atau diam (silence), dimana sikap diam dilakukan dengan tidak melayani
media yang tidak jelas krediblenya, sesuai dengan pernyataan Sutaryanto yaitu:
“Selagi mereka mengkritik itu untuk membangun tapi dari narasumber
yang tidak betul akan kita klarifikasi, maksudnya begini ada wartawan
mewawancarai seseorang tokoh yang tidak suka dengan program yang melihat
hanya dari satu sisi saja misalnya begini mereka melihat banjir trus mereka
mewawancarai seseorang yang mengatakan dampak dari banjir itu terhadap
lingkungan terus si wartawan mengatakan gimana tentang citra ini terhadap
masyarakat internasional, kan bisa saja kaitannya dengan wah Indonesia
digenangi air semua, nanti bagaimana mau bikin V.I.Y kan?, nah wartawan itu
bisa saja kita klarifikasi, narasumbernya apa? Ok kita luruskan paling tidak dia
tulisan keduanya akan melihat sisi lain, bukan hanya dari sisi narasumber tapi
juga dari budparnya. Kita coba selagi wartawan dengan media yang tidak
kredible yang tidak apa ya..., yang diinformasikan medianya sudah di cap
sebagai aa..., ya katakanlah media yang nakal kita tidak layani, artinya tidak
ditanggapi secara berpolemik dengan media itu, silahkan membaca iya kan
mereferensi media lain itu saja, kan jadi lebih bagus”122
Sama halnya dengan
Koko yang merasakan respons yang diberikan
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan
Visit Indonesia Year 2008 dengan:
“cukup aktif ya, apalagi kan secara struktural sekarang sudah menjadi
eselon II pusat informasi dan kehumasan, kalo dulu eselon III masuk ke dalam
biro umum dulu kan hanya kabag humas saja sekarang kepala pusat humas dan
sudah mulai dirancang bagaimana informasi ini bisa lebih cepat sampai ke
media wartawan gitu”123
Penilaian yang sama juga dilontarkan oleh Herlina Djabir yang menilai
respons yang diberikan selama dalam mencari kebutuhan akan informasi sangat
baik, yaitu:
“Hmm, saya selama ini responnya dari Budpar itu sangat baik karena
setiap kali meminta konfirmasi ataupun apa mereka selalu siap. Karena
handphone pun gampang juga kita ke sana juga ya alhamdullilah sih sepanjang
itu baik ya itu akan aa..., sangat bagus ini responsnya untuk mencari berita dan
meningkatkan citra gitu”
Hal yang sama juga dirasakan oleh Nur R Fajar yang mengemukakan
bahwa respons yang diterima baik dan berteman, yaitu:
“Baik, berteman, mungkin karena karakterku juga yang berusaha untuk
dekat dengan orang tidak hanya secara profesional tapi bisa menjadi teman
gitukan ya kupikir asyik-asyik saja gitu ya dan tidak hanya secara profesional
dan tentunya mereka seperti itu, kita bisa sampai tahap berteman gitu lho gitu
aja”124
122
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008
Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008.
124
Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, pada tanggal 23 September 2008
123
c. Menggunakan Komunikasi Efektif
Setelah mengetahui pemilihan strategi yang akan digunakan oleh pihak
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tahapan selanjutnya
merencanakan bagaimana menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dengan
efektif, langkah awal yang dilakukan adalah dengan menentukan siapa saja yang
akan menjadi opinion leader yang dibedakan dalam opinion leader formal dan non
formal, dan sumber pesannya yang akan digunakan dalam menginformasikan
Visit Indonesia Year 2008, menurut Sutaryanto opinion leader dan sumber
pesan yang bersifat formal, bahwa:
“...jadi di departemen ya apa tadi ya opinion leader, formalnya ya
Menteri kedua ya para Eselon I khususnya Eselon I yang membidangi teknis
seperti Dirjen Sejarah dan Purbakala, Dirjen Pemasaran, Dirjen NSBF, Dirjen
Pengembangan Destinasi, Kabad. Pengembangan Sumber Daya Budpar, sama
Ikjen dan Sekjen itu opinion leader kemudian kalo apabila di lapangan ya bisa
saja Eselon II tapi tidak opinion leader itu itu informations tapi sebagai sumber
pesan itu bisa Eselon II”125
Sedangkan sumber pesan non-formal yang digunakan oleh pihak Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit
Indonesia Year 2008, menurut Sutaryanto adalah:
“Ya, pertama stakeholder misalnya Ketua Asosiasi Perhotelan, Ketua
Asosiasi INAKA misalnya Asosiasi Konvensi Indonesia lah, trus misalnya ASITA
Asosiasi Travel Agent kemudian GAWISRI Gabungan Wisata Bahari iya kan,
PUTRI itu persatuan usaha taman hiburan dan rekreasi itu disingkat putri itu
ketuanya sebagai informations pariwisata”
Lalu berdasarkan data yang didapat penulis opinion leader non formal
yang digunakan dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 adalah
melalui Putri Pariwisata Indonesia yang terpilih dari ajang pemilihan duta wisata
dengan tujuan untuk memperkenalkan Indonesia ke dunia international dalam
125
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 18 Juli 2008
program Visit Indonesia Year 2008 dan menjalankan tugas untuk membantu
pemerintah mempromosikan dan memajukan industri pariwisata yang berorientasi
pada keunggulan dan keragaman budaya bangsa.126
Sebagai opinion leader baik itu formal maupun non formal dan sumber
pesan yang membicarakan informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008 kepada
media perlu diperhitungkan juga tingkat kredibilitas yang ada pada pihak opinion
leader (formal dan non formal) dan sumber pesan ini, sehingga dapat meyakinkan
kepercayaan dan membuat media tertarik untuk meliput informasi mengenai Visit
Indonesia Year 2008 ini, alasan pemilihan yang dilontarkan dalam menetapkan
opinion leader dan sumber pesan ini menurut Sutaryanto, bahwa:
“Ooh..., kalo formal jelas donk, kita kan birokrasi jelas, kalo informal kan
sesuai dengan produk kan misalnya saja ini berita tentang hotel mereka mencari
narasumber tentang itu ya ke asosiasi perhotelan kalo ini tentang penerbangan
ya mereka mencari informasi ke ASITA gitu lho jadinya”127
Selanjutnya Sutaryanto mengatakan mengenai opinion leader (formal dan
non formal) dan sumber pesan sebagai pihak yang berbicara mengenai Visit
Indonesia Year 2008 kepada media dalam program media relations ini,adalah:
“Saya pikir dari tingkat kepercayaan wartawan saat ini, karena ini
terarah ya V.I.Y jadi ngga ngelantur kemana-mana, ya tingkat kepercayaannya
cukup tinggi karena apabila seseorang itu sebagai narasumber iya kan
memberikan data salah ya, rugi sendiri dia artinya wartawan ya harus percaya
karena si narasumber juga memberikan berita secara objektif sama aktual, kalo
ngga obyektif ngga aktual resikonya tanggung sendiri gitu kan artinya begitu
suatu saat wartawan itu mengevaluasi terhadap sumber berita tadi akan betul,
jadi tindak langsung pada saat nanti ke sana akan percaya oh..., pak itu
ngomongnya bener donk, gitu..., jadi artinya di awal narasumber kita ini
memberikan sesuatu yang sifatnya objektif dan aktual dan faktual baru media
akan percaya resikonya kalo ngga aktual dan faktual rugi sendiri kita jadinya”128
126
Tabloid Pariwisata Dwi Mingguan MICE, edisi No. 06 Tahun I terbitan tangal 11 Juni-25 Juni
2008,.7
127
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 18 Juli 2008
128
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008
Sama halnya dengan pendapat yang di lontarkan oleh Turman mengenai
opinion leader baik formal dan non formal serta sumber pesan yang menjadi
narasumber informasi Visit Indonesia Year 2008, bahwa:
“Prinsipnya orang-orang di sini adalah orang-orang yang credible dan
kompoten tetapi kadang-kadang kan luasan-luasan yang akan diperbincangkan
itu berkembang ke mana-mana, nah cara kita apa cara kita adalah persiapkan
materi sebaik-baiknya materi sebaik-baiknya, komunikasi materi itu yang akan
kita jadikan narasumber supaya di dalam memberikan respons-respons
penjelasan itu betul-betul confidence dia, pas kepada apa yang dipermasalahkan
seperti itu, kalo kita sudah mau berperang ya ketika masuk ke media pasti segala
sesuatunya sudah kita persiapkan pun orang itu barangkali punya keterbatasan
di suatu hal pengetahuannya mungkin kurang luas, tapi kalo kita persiapkan
dengan matang, dengan materi dengan draft jawaban dengan apa namanya
macam-macam hal dia menjadi confidence untuk menghadapi media itu”129
Sementara itu pembawaan dan pendekatan yang dilakukan dan diterapkan
oleh pihak opinion leader formal dan sumber pesan yang ada di lingkup
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, dalam menyampaikan informasi
Visit Indonesia Year 2008 kepada media, menurut Turman bahwa :
“Skarang ini kan orang sudah lebih kepada profesionalisme ya jadi tidak
ada lagi kesan penuh kuasa, dan lain-lain jadi dah lebih kepada itu
profesionalisme, penguasaan bidang dan menyampaikannya itu secara jujur,
transparan, baik, dinamis seperti itu”130
Langkah
selanjutnya,
tampilan
pesan
yang
digunakan
dalam
penginformasian Visit Indonesia Year 2008 oleh pihak Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI kepada pihak media, menurut Sutaryanto adalah:
“Tampilan yang harus pertama itu yang saya tekankan V.I.Y itu kan
fungsinya adalah menarik wisatawan asing ke Indonesia dengan target 7 juta,
tampilan yang ada adalah image bahwa Indonesia itu aman, nyaman dan
menarik karena apa?, aman saja orang luar akan datang begitu dah sampe
bener-bener menarik, tapi yang penting tampilan pertama itu kita menciptakan
suasana aman dulu”
129
130
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 juni 2008
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, Ibid
Alasan penting yang mendasari tampilan pesan yang hendak disampaikan
ke media dalam hal Visit Indonesia Year 2008, hal ini terkait dengan peristiwa
teror yang melanda negara Indonesia yaitu Bom Bali I dan II yang memakan
korban jiwa dari wisatawan asing sehingga mencoreng citra negara Indonesia di
mata negara-negara lain yang ada dunia, Sutaryanto mengemukakan bahwa:
“Itu berpengaruh kalo itu tidak ada kejadian itu saja sekarang kalo di
genjot dengan tanpa adanya bom bali satu dan dua yang sampe dua kali itu kan,
saya yakin 8 juta tercapai tapi karena cuman perkara ini, dan menjadi berita
internasional dan ada wisatawan asing yang menjadi korban pula, sekarang
tampilan pertama itu kita ya ini membuat berita-berita atau memberikan
informasi dengan fakta yang sekarang di daerah ini aman, di daerah ini nyaman,
menariknya mungkin setelah orang datang baru menarik”131
Untuk memperkuat tampilan pesan yang dikemukan oleh pihak Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yaitu Negara Indonesia sebagai
daerah tujuan wisata yang aman, nyaman dan menarik, mereka lebih
menginformasikannya melalui pemberitaan public figure, seperti yang dikatakan
oleh Sutaryanto bahwa:
“Bill Gates kemaren tuh microsoft di sini wow itu kita blow up itu seorang
tokoh besar berani datang ke indonesia dengan nyaman kan berarti aman, itu
salah satunya jadi dengan mengundang tokoh-tokoh kita sedang mengupayakan,
itu sebenarnya minimal dia dikawal dengan media massa sendiri, kalo data atau
berupa statistik terlalu subyektif selama ini pimpinan kita lebih suka melakukan
upaya yang sifatnya public figure pencitraan melalui public figure, iya jadi orang
hasil public figure orang luar yang terkenal datang ke indonesia aman, ke media
televisi itu dah layak dijual keberadaan dia, itu kita blow up kemaren bill gates,
yang Pak Jero Wacik menyematkan pin V.I.Y ke dia lah itu artinya sebuah image
kan bahwa seorang tokoh bill gates jalan-jalan ke indonesia trus tidak ada apaapa yang negatif itu kan suatu selling point yang dapat dimanfaatkan”132
Dalam menginformasikan tampilan pesan yang telah ditetapkan Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menyertakannya dengan penggunaan
simbol atau logo Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan data sekunder yang
131
132
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid
diperoleh penulis, Konsep Logo Visit Indonesia Year mengambil bentuk logo
Garuda Pancasila sebagai dasar negara dan dengan pengolahan yang modern,
dimana kelima sila digambarkan berupa lima garis warna yang berbeda
merupakan simbol diversity Indonesia yang penuh dengan keanekaragaman, logo
diolah menjadi bentuk dan warna yang dinamis sebagai perwujudan dari
Dinamika Indonesia yang sedang berkembang, jenis Huruf dari logo mengambil
elemen otentik indonesia yang disempurnakan dengan sentuhan modern.133
III. Taktik
Dalam
menjalankan
strategi
yang
telah
ditetapkan
dan
mengkomunikasikan pesan yang telah dipersiapkan, pihak Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata memilih beberapa taktik untuk menyampaikan hal di
atas kepada media dalam program media relations untuk menginformasikan Visit
Indonesia Year 2008 dengan mengadakan:
1. Taktik Interpersonal Communication, taktik yang memberikan
peluang bagi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam
berkomunikasi secara tatap muka dan menjalin interaksi yang lebih persusasif,
dengan tools yang digunakan berupa:
133
Laporan Tahunan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI 2007
a. Information Exchange, melalui kegiatan educational gathering
dengan tools workshop yang diselenggarakan oleh pihak Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI, sesuai dengan pernyataan Sutaryanto bahwa:
“...kita melakukan kegiatan-kegiatan media relations yang lebih ke arah
apa ya sapa tahu media yang menulis berita itu tidak mengerti pariwisata kan,
jadi trus dilakukan misalnya kegiatan peningkatan pemahaman itu seminar
artinya bukan seminar sih workshop peningkatan dan pemahaman kebudayaan
dan pariwisata, artinya kan kita harus menjelaskan kepada mereka tentang hal
ini dan dilakukan berbarengan dengan outbond”134
Sama halnya dengan pernyataan dari Herlina Djabir yang diikutsertakan
dalam taktik Information Exchange, yaitu:
“...diskusi antara wartawan dan industri antara pemerintah dan industri
kan harus ini, jadi itu yang kita lakukan selama ini. Terakhir itu semalam juga
ada pertemuan dengan beberapa wartawan sekitar 60 an wartawan di Grand
Aulia ya, humas itu ya dengan strateginya bagaimana Visit Indonesia Year ini
kita lempar ke wartawan itu dilakukan dan ada pertemuan bulanan setiap dirjen
di lingkungan itu memberikan apa tentang Visit Indonesia Year tentang
bagaimana program Budpar untuk dilakukan. Selain itu humas Debudpar juga
mengadakan Forum Wartawan dimana humas itu aa..., membuka kesempatan
untuk siapa saja yang ingin mencari informasi itu ada di sana memberikan
kebebasan siapa pun itu, ya itu untuk kepentingan budpar atau kepentingan
masyarakat diketahui ada”135
Berdasarkan data sekunder yang didapat, salah satunya dilaksanakan pada
tanggal 2 Agustus 2007 dalam rangka peningkatan pemahaman Wartawan Unit
Kebudayaan dan Pariwisata terhadap Tourism Satelitte Account (TSA) dan Visit
Inddonesia Year (VIY) 2008.136
b. Special Event, yaitu Press Entertaiment Outbond ke daerah-daerah
tujuan wisata, seperti yang dikatakan Sutaryanto yaitu:
“press entertainment itu merupakan bagian daripada kita untuk
memberitahukan kepada pers bahwa ada obyek wisata yang dikatakan lah
134
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008
Hasil Wawancara dengan Herlina Djabir, pada tanggal 17 September 2008
136
Nota Dinas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI No: 19/ND/INPUB/VIII/07
135
spesifik katakan lah yang dia tidak pernah dia tulis misalnya desa wisata kita
outbound ke desa wisata jadikan kita coba memberikan pemahaman ke wartawan
bagaimana objek wisata desa wisata, desa wisata itu kan gini tempat-tempat
wisata yang lininya itu daya tariknya itu kehidupan sehari-hari masyarakat dia
ikut misalnya di sana ada pabrik gula mereka ikut liat pabrik gula misalnya
panen bertanam misalnya nangkap ikan itu desa wisata, itu outbound,
pelaksanaannya saat ini baru satu tahun sekali humas itu menyelenggarakan
nanti ini terakhir bulan oktober juga ini”137
Hal serupa juga dikatakan oleh Koko yang mengenai keikutsertaanya
dalam taktik special event ini, bahwa:
“itu juga merupakan bagian dari relations kehumasan dengan media, tapi
karena fokus tahun 2008 adalah V.I.Y selalu itu dipakai temanya itu seperti ya
media atau press gathering, mengadakan press tour, trus juga mengadakan apa
namanya outbond lah aktivitasnya outbond, tapi selalu workshop.Kemaren itu
juga ada workshop dan pertemuan-pertemuan tertentu dengan media digagas
selain dengan humas juga dengan forum serta buka puasa bersama yang memang
cukup efektif juga”
Sama halnya dengan penuturan Herlina Djabir yang mengatakan:
“Oh, banyak sekali ya ada beberapa kunjungan ke daerah trus, kita buat
diskusi-diskusi, lomba-lomba...”138
Dan sama pula dengan Nur R Fajar yang juga sering mengikuti kegiatan
yang diadakan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
dalam media gathering, dimana:
“Kalo seringnya kita pasti ikut terutama acara yang diundang oleh humas
misalnya media gathering acara-acara tertentu seperti dari jumpa pers atau
launcing apalah. Masalahnya tidak selalu diundang pada semua acara humas
mungkin, jadi kayaknya asumsiku karena keterbatasan dana mungkin atau apa,
sehingga mungkin ada instruksi dari atas juga jadi wartawan yang diundang
harus digilir misalnya ada yang intens meliput di pariwisata adalah 20-30 orang
tapi pada tiap event biasanya mereka hanya mengundang 10-15 itu undangan
yang kegiatan departemen apalagi kegiatan untuk keluar, ke luar kota ke luar
negeri itu sangat selektif, biasanya menterinya kemana, menteri mengikuti acara
waisak ke Borobudur misalnya ngga semua wartawan diundang cuman satu atau
dua yang diundang”139
137
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid
Hasil Wawancara dengan Herlina Djabir, pda tanggal 17 September 2008
139
Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, pada tanggal 23 September 2008
138
2. Taktik Media Organisasi, Pihak Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dengan menggunakan
tools berupa:
a. Publikasi Umum, melalui stand-alone publications sesuai dengan
pernyataan dari Turman bahwa:
“memang ada hal yang bisa kita lakukan dengan melakukan apa below
the line, itu adalah salah satu model tipe misalnya mencetak bahan-bahan
cetakan leaflet, booklet, flyers kemudian umbul-umbul, logo, sticker kemudian
seperti itu.”140
b. Audiovisual Media, berdasarkan hasil wawancara dengan
Koko
menuturkan bahwa ia sering dilibatkan dalam taktik Audio visual Media untuk
kegiatan media relationsa dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008
melalui tools berupa:
“yang sangat itu intens itu lewat media online internet yang ada di
www.budpar.go.id...”
3. Taktik News Media, pihak Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI juga menggunakan taktik ini dalam menginformasikan Visit
Indonesia Year 2008 kepada media dengan tools berupa:
a. Direct News Material, dengan menggunakan feature release dan news
release, sesuai dengan penuturan Turman bahwa:
“yang kedua misalnya memuat berbagai placement, feature, berita,
artikel di media yang subtansinya kontentnya itu adalah mengenai Visit Indonesia
Year 2008 seperti itu ”141
Berdasarkan data sekunder salah satu press release yang dimuat dalam
media cetak adalah mengenai Visit Indonesia Year 2008 dimana Departemen Luar
140
141
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 juni 2008
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid.
Negeri melakukan langkah strategis untuk dorong kunjungan wisman dengan
membantu mempromosikan Visit Indonesia Year 2008 di 12 pasar utama yang
selama ini menjadi sumber utama wisatawan.142
Sesuai juga dengan pendapat yang disampaikan oleh
Koko yang
mengatakan bahwa:
“...sebetulnya sudah ini ya tatanannya sudah dijalankan press release
yang selalu dibuat setiap ada aktivitas menteri ataupun eselon I diusahakan ada
release untuk membantu kepada teman-teman wartawan...”143
b. Interactive News Opportunity, dengan cara Press Conference dan
media visit serta partisipasi media, yang pertama seperti yang dituturkan oleh
Turman bahwa:
“yang kita lakukan pertama adalah secara konvensional yang kita sebut
sebagai press conference atau konfrensi pers, jadi selama tahun 2008, maka
tema-tema press conference kita senantiasa kita fokuskan pada Visit Indonesia
Year, ketika kita acarakan dia melakukan konferensi pers maka arahnya memang
harus ke Visit Indonesia Year, bagaimana misalnya Direktur Jenderal Sejarah
dan Purbakala memanfaatkan potensi-potensi situs, potensi-potensi lainnya
warisan-warisan leluhur budaya itu untuk mendukung program Visit Indonesia
Year seperti itu, demikian juga halnya Direktur Jenderal Nilai Seni Budaya Dan
Film seperti itu juga, untuk segala kegiatan program itu diarahkan juga untuk
mendukung program Visit Indonesia Year itu yang pertama adalah konferensi
pers”144
Dalam pelaksanaan konfrensi pers yang bertemakan Visit Indonesia Year
2008 dapat diadakan secara rutin sekali atau dua kali dalam sebulan terkadang
mengalami pembatalan hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sutaryanto yang
mengatakan:
“...kalo yang rutin sebulan bisa dua kali tapi kan dimana yang rutin itu
kan narasumbernya kan eselon 1 kalo mereka dah kita jadwalkan tapi ada tugas
mewakili menteri harus kita undur, langsung satu hari itu saya berusaha
142
Guntingan Berita Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI 18 Februari 2001
Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008.
144
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid.
143
menghubungi wartawan untuk mengatakan acara di undur, kalo menteri
konfrensi persnya kan tidak bisa rutin karena kan berdasarkan event dia itu
misalnya kalo menteri launching mau bikin festival danau sentani misalnya
kerjasama luar negeri itu dah tingkat menteri karena apa nilai atau valuenya
terhadap ketertarikan orang kan oh menteri yang akan hadir di sini itu salah
satu”145
Nur R Fajar juga selalu mengikuti kegiatan Press Conference yang
mengatakan:
“Setiap kali waktu itu. Tidak bisa diprediksi ya paling bisa satu bulan satu
kali dua kali bisa tapi pas lagi rame seminggu itu bisa sekali atau dua kali jadi
tergantung kegiatan mereka juga”
Dan yang kedua dalam interactive news opportunity, adalah Media Visit
serta Partisipasi Media, dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 ke
media yang dinilai cukup baik, sesuai dengan pernyataan
Turman yang
mengatakan:
“...kita berupaya untuk melakukan media visit artinya kita mengunjungi
beberapa media yang kita anggap strategis dan memang barangkali sudah lama
tidak kita kunjungi kemudian kita bikin gathering di situ bersama kumpul diskusi
tetapi sebenarnya konten diskusi itu lebih kepada Visit Indonesia Year, termasuk
partisipasi media itu kerjasama media istilahnya, Public Corner misalnya kalo
kita harus menyebut program-program yang ada di masing-masing stasiun TV
kemudian Padamu Negeri kita di Metro TV, di apa itu TVRI kemudian di apa
namanya variety show seperti program empat mata itu juga kita usung Visit
Indonesia Year ”146
Hal yang sama juga disampaikan oleh
Koko mengenai taktik yang
digunakan dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 kepada media
dalam program media relations, yaitu:
“...segala aktivitas menteri maupun eselon I trus diupayakan juga untuk
mengaungkan V.I.Y dan kehumasannya ya, juga dia mengadakan suatu
kerjasama dengan media-media baik itu media melakukan suatu dialog atau
media interaktif yang dijalankan oleh humas dan itu sangat efektif, persoalannya
kan media kan banyak yang bekerjasama ada sekitar 10 atau beberapa media
145
146
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid
elektronik dan media lainnya yang dipakai untuk mengkampanyekan dalam tanda
kutip untuk V.I.Y, jangkauannya juga sekarang kan ini, nah persoalannya tadi itu
kalo dia hanya menjalankan PR-ing dan apa kehumasan itu agar menggaung
seperti itu terbentur dalam hal anggaran, dia sudah menjalankan fungsi
kehumasan, tapi ya umpama sejauh mana jangkauannya tergantung itu”147
4. Taktik Advertising and Promotional Media, dengan tools yang
digunakan dengan dua cara yaitu melalui Print Advertising Media dan Out-ofHome Advertising, media yang dijadikan saluran informasi Visit Indonesia Year
2008 sebagai Print Advertising Media mengenai Iklan Visit Indonesia Year 2008,
adalah media luar negeri seperti CNN, Starworld dan CNBC. Selain itu juga iklan
VIY 2008 dapat ditemui di media asing seperti majalah Times, walaupun memang
penayangannya tidaklah secara maksimal tiap jam atau tiap hari.148 Selain itu
terdapat pula advetorial sesuai dengan penuturan Turman, yaitu:
“yang kedua misalnya memuat berbagai advetorial di media itu yang
subtansinya kontentnya itu adalah mengenai Visit Indonesia Year”149
Berdasarkan data sekunder advetorial mengenai Visit Indonesia Year 2008
yang dimuat oleh media cetak salah satunya di majalah venue pada tanggal 15
Oktober 2008 dengan topik “Mengejar untung Rp. 41.000 milliar”150
Sedangkan Taktik Advertising dan Promotional Media dengan tools Outof-Home Advertising adalah dengan pemasangan sebuah baliho raksasa bertema
Visit Indonesia Year 2008 terpampang di Bundaran Hotel Indonesia.151
147
Hasil Wawancara dengan Koko, ibid.
Sumber dari www.suarapembaruan.com, judul artikel “Visit Indonesia Year 2008” Upaya
Menjaring Turis di tengah Bencana Alam, ditampilkan 26 Agustus 2008
149
Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid
150
Sumber dari http://venuemagzn.com/index2php?option=com.
151
Sumber dari www.kompas.com, judul artikel VIY 2008 kunjungan ‘turis bule’ meningkat,
ditampilkan Jumat 1 Agustus 2008.
148
b. Step 8: Pelaksanaan Strategi Perencanaan
Setelah penetapan Taktik yang digunakan pihak Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit Indonesia Year
2008 dalam program media relations, maka tahapan berikutnya adalah
pelaksanaan
strategi
perencanaan.
Dalam
pelaksanaan
yang
dilakukan,
penyusunan jadwal yang dilakukan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI terkadang tidak dapat berjalan sesuai rencana, karena menurut
penuturan Sutaryanto bahwa:
“Secara khusus itu tidak ada, jadi saya pikir semua departemen tidak
mampu memberikan jadwal dalam mengschedule media relation karena kita
melakukan schedule kadang-kadang kita meleset, contoh kita media relations
kunjungan ke redaksi ya media visit itu kita dah jadwalkan tau-tau menterinya
dipanggil RI-1 maksud saya presiden kabinet kan ngga mungkin jalan, yang
penting figurenya kan ya menterinya itu yang harus berkunjung kan bukan dirjen,
dirjen kan tidak ini tapi secara politis media visit itu yang sangat yang punya key
menteri nah kalo menterinya berhalangan kan tidak mungkin dilanjutkan, jadi
schedule bisa dirancang tapi kan harus ada evaluasi gitu lho tidak harga mati lah
schedule itu”152
Awal pelaksanaan program media relations yang dilakukan oleh pihak
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI terlebih khusus lagi dalam
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, dilaksanakan pada pertengahan
tahun 2007 yaitu Agustus 2007, seperti yang dikatakan oleh Sutaryanto bahwa:
“V.I.Y itu persiapan memang pertengahan 2007 kira-kira
pencanangannya itu setelah agustus 2007, walaupun sebelumnya dah dirancangrancang karena begitu di evaluasi begitu diyakinkan oleh Jero Wacik bahwa
pada pertengahan 2007 persepsi dunia persepsi masyarakat internasional
terhadap Indonesia sudah semakin baik karena ada yang di bali warming global
konferensi nah itu salah satu yang isunya masalah pemanasan global yang
dilaksanakan di bali, jadi setelah dilaksanakan oh masyarakat internasional
percaya, langsung di launch ama RI-1”153
152
153
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid
Pelaksanaan program media relations dalam menginformasikan Visit
Indonesia Year 2008 masih berupa ancang-ancang pada tahun 2007 hal ini
berkaitan dengan pembukuan anggaran yang akan ditetapkan oleh pemerintah,
Sutaryanto mengemukakan bahwa alasannya adalah:
“Ya, karena melakukan kegiatan itu berkaitan dengan anggaran, begini
karena anggaran 2007 diputuskan tahun 2006 sementara kita tahun 2006 belum
punya gambaran mengenai V.I.Y tapi bukan melaksanakan V.I.Y 2007, setelah
melihat kondisi aman kan harus dipantau sedangkan pada tahun 2007 anggaran
sudah ditetapkan tahun 2006 makanya di coba 2008 dimasukkan, anggaran itu
tahun 2008 baru diusulkan, pada tahun 2007 mengusulkan tahun 2008 diadakan
V.I.Y”154
Program media relations yang dilaksanakan Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata dilaksanakan sejalan dengan program Visit Indonesia
Year 2008 sebagai agenda utama Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI,
sehingga pelaksanaannya mengikuti batas waktu terakhir pelaksanaan Visit
Indonesia Year 2008, menurut Sutaryanto:
“Begini..., namanya V.I.Y 2008 program selama 2008 kalo aa...pada saat
nanti bulan-bulan november atau pertengahan bulan desember itu target
kunjungan wisatawan belum menggembirakan ngga sampai target program itu
akan diundur artinya akan dievaluasi akan coba diperpanjang lah waktunya
menjadi 6 bulan tapi tidak untuk memenuhi target artinya untuk wisatawan yang
terlambat menerima informasi bahwa di kita ada tahun kunjungan wisata,
mungkin pada saat itu ia sedang berjalan ke mana gitu lah nah begitu ia dengar
oh di indonesia ada V.I.Y berarti di sana ada atraksi donk, banyak yang sudah
dipersiapkan tapi saya sudah ke sini nah begitu tahu diperpanjang jadi yah
mereka mau untuk datang”155
Setelah mengusulkan anggaran yang akan diberikan oleh pemerintah
kepada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menjalankan program
kerjanya yang utama yaitu Visit Indonesia Year 2008, maka pemberian anggaran
yang diperoleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam
154
155
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid.
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008
media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 menurut
Sutaryanto adalah:
“Sekarang baru 8 M, dan belum mencukupi bayangkan saja khusus untuk
peningkatan PR-ing 3M itu begitu kita melakukan kerjasama dengan TV yang
sifatnya publikasi cuman berapa TV!?, sama berapa media cetak!?, kadangkadang di TVRI kan ada dialog satu bulan sekali itu kan bayar, emang gratis lah
kita kan misalnya nih ada program V.I.Y iya kan kita mau mendengangdengungkan kan nah TVRI kan punya media punya anu apa ya kalo kamu mau
apa ya bayar ini bayangkan saja sekali 40 juta ayo 10 kali ya 400”156
Pihak staff Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang
bertanggungjawab
dalam
pelaksanaan
program
media
relations
untuk
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan penuturan Sutaryanto
adalah:
“Ya..., kita dalam Pusat Informasi dan Humas itu ada dua bidang
Publikasi Informasi ditangani oleh Pak Burhan dan Humas ditangani oleh Pak
Turman khusus media relations itu adanya di Humas, karena Humas itu ada dua
sub bidang yaitu Hubungan dengan Antar Kelembagaan sama Hubungan dengan
Media yang artinya melaksanakan tupoksinya untuk media relations ya Sub
Bidang Media Relations, ya staff-staffnya ada Mba Ratna Sri P ada Pak Acep
Suprapto S, sedangkan Mba Ratna sudah punya tanggungjawab dua masalah
kliping dan media monitoring, ya Pak Acep itu yang mengatur tentang konferensi
pers kalo kita yang kontak pada saat misalnya di lapangan”157
Dan dalam pelaksanaan special event untuk program media relations
seperti media gathering dan outbond dilakukan oleh staff Humas bagian media
relations dalam pengaturannya tapi persetujuannya diputuskan oleh Kepala
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, sesuai dengan penuturan
Sutaryanto bahwa:
“Ya kita, saya yang mengatur artinya kita melapor ke Pak Turman kan,
jadi kita susun pesertanya dari mana saja kan entar konfirmasinya kan bisa Pak
156
157
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid
Acep atau Mba Ratna kalo lokasi sih itu urusan pihak ketiga itu kita tinggal
setuju”158
IV. Riset Evaluasi
Pelaksanaan suatu kegiatan tidak lepas dari pengevaluasian, pihak Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menggunakan metode media
monitoring kembali untuk mengevaluasi media dalam pemberitaan mengenai
Visit Indonesia Year 2008 yang selama ini selalu diinformasikan oleh pihak
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, sesuai dengan perkataan
Sutaryanto bahwa:
“Begini kalo mengevaluasikan khususnya kalo media evaluasi kita
melalui media monitoring yang dikerjakan oleh mba Ratna Sri P. Media
monitoring lebih khusus terhadap suatu pemberitaan yang sifatnya presentase lah
kalo misalnya oh media ini mencaci maki V.I.Y nah kita taro sendiri nah entar
kita lihat presentasenya nah mana yang lebih banyak yang lebih mendukung
sama yang tidak mendukung itu media monitoring...”159
Berdasarkan data sekunder yang didapat penulis, dalam media monitoring
dapat diketahui media yang memuat berita mengenai kebudayaan dan pariwisata
berdasarkan sampel nama media cetak menggunakan kuantitatif review untuk
jangka waktu bulan Maret 2008, adalah:
A. Frekuensi Berita Berdasarkan Sampel Nama Media Cetak
Ditinjau dari frekuensi pemuatan berita yang dilakukan oleh Media Cetak
pada bulan Maret 2008, tercatat jumlah berita dengan rincian sebagai berikut:
158
159
1. Berita Pariwisata
:
550 berita
2. Berita Budaya
:
392 berita
3. Berita Umum terkait
:
83 berita
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, ibid
1025 berita
Selama bulan Maret 2008 tercatat 1025 berita yang dikliping oleh tim
Humas Depbudpar. Media cetak yang paling sering memuat berita pariwisata kali
ini adalah Bisnis Indonesia. Sedangkan Bali Post pada urutan ke-2, dan Media
Indonesia mengikuti di posisi ke-3.
Berita Budaya, paling banyak dimuat oleh Kompas, diikuti oleh Jurnal
Nasional pada urutan kedua, dan di posisi ketiga adalah Media Indonesia.
Untuk berita Umum Terkait Budpar, Media Indonesia merupakan media
cetak yang lebih sering memuat berita dibanding media cetak lainnya dalam
sampel media cetak yang dikumpulkan oleh Humas Depbudpar.
1. BERITA STRATEGIS BUDPAR
Yang dimaksud dengan berita strategis Budpar adalah berita yang
mencakup kegiatan, profil pejabat, atau Budpar sebagai institusi pemerintah, yang
dimuat di media.
Dilihat dari strategis atau tidaknya, tercatat sebanyak 64 berita strategis
pariwisata dan 20 strategis budaya, dan 6 berita strategis bidang umum sehingga
memberikan total jumlah 90 berita strategis. Bahasan yang lebih detail tentang isi
dari berita strategis ini dapat dilihat dalam ulasan eksekutif/executive review pada
data tabel.
2. KATEGORI BERITA
Dilihat dari kategori yang tercatat dalam pemuatan berita bulan Maret
2008, untuk bidang pariwisata dapat diketahui bahwa berita mengenai Disbudpar
– Pemda menempati prosentase yang paling tinggi sebanyak 119 berita.
Sedangkan berita menyangkut Ragam Budaya masih menjadi topik utama bidang
kebudayaan yang pada bulan Maret 2008, yaitu sebanyak 83 berita oleh berbagai
media cetak.160
Dan dalam pengevaluasiannya sasaran yang ingin di dapat dalam program
media relations ini untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 menurut
Sutaryanto belum tepat sasaran karena hal ini terkait dengan peran Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI adalah bagian dari fasilitator terhadap
media relations dalam rangka menjembatani narasumber utama departemen yaitu
Menteri dan Eselon I untuk berbicara tentang program dan kegiatan, selengkapnya
yaitu:
“Tepat sasaran?, masih belum lah ya karena perangkat juga sih yang
mempengaruhi dalam arti humas belum diberikan wewenang sebagai juru bicara,
humas hanya sebagai mungkin fasilitator untuk sementara ini fasilitator
penyelenggaran media relations kalo dia di kasih wewenang untuk melakukan
juru bicara setidaknya seorang kepala humas dan seorang kepala pusat informasi
akan selalu mencari bahan gitu akan meneliti, fact finding nah itu sangat leluasa
untuk kita menjelaskan kepada media ini kan rada-rada ada hambatan peran.
Dalam arti sebagai fasilitator, dia hanya mefasilitisasi saja pertemuan antara
media ini dengan pejabat ini itu perangkat kan artinya kewenangan itu adalah
perangkat kita coba salah satunya sebagai juru bicara ada corong keluar paling
tidak kan banyak sekali bahan yang harus kita publish gitukan misalnya kalo kita
masang spanduk ya teranggaran sendiri, nah itulah masalahnya karena sekarang
ini belum di kasih perangkat itu, kan kembali kepada birokrasi kalo di pegawai
negeri kan birokrasi kalo tidak sesuai dengan maunya pimpinan kan berarti salah
melangkahi tapi kalo dari awal sudah dikasih perangkat untuk menjadi juru
bicara dia akan cari mati-matian materi atau sumber data atau sumber berita
yang bisa diberikan kepada media kan lah ini akan bisa berdampak bagus
terhadap corporate image nya budpar, karena nanti semua orang kalo salah kan
humasnya yang gimana, nah itulah kelemahan jadi kalo kita mau mengevaluasi
sebuah keberhasilan media relations dari tugas-tugas yang telah dilaksanakan
masih belum tercapai belum terjangkau”161
160
Media Monitoring Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI edisi Maret 2008
Hasil Wawancara dengan Sutaryanto Kepala Sub Bagian Media Relations Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI, Ibid
161
Hal di atas juga dikatakan selaras dengan pernyataan Koko mengenai
beberapa hal yang membuat sasaran Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI dan hubungan dengan media belum tepat sasaran, yaitu:
“Belum lama ini kita juga semacam apa namanya lihat misalkan sebagai
perbandingan dengan Departemen Perdagangan yang saya tahu, Departemen
Perdagangan itu sejak lama kehumasan itu berjalan baik gitu ternyata paling
tidak diberikan standar kehumasan, meskipun sama instansinya ya tapi di sini
keliahatannya belum optimal dalam arti, ya seperti persyaratan-persyaratan
kehumasan, contohnya bagaimana membangun hubungan dengan pers yang lebih
ideal masih ada beberapa point yang belum dipenuhi oleh pihak sini contohnya
pertemuan rutin antara wartawan ya dari sisi kuantitasnya gitu ya itu masih
relatif jarang gitu, seperti kalo kita bandingkan di Departemen Perdagangan itu
hampir tiap minggu minimal seminggu sekali di sini belum sampe itu jadi di sini
baru ada acara baru temen-temen kemari. Mengapa begitu? Mungkin dari sisi
media nilai berita yang ada di sini masih kurang apa namanya ratingnya masih
di bawah Departemen Perdagangan, karena dari sisi unsur kebutuhan
masyarakat isu Departemen Perdagangan lebih kuat daripada Departemen
Pariwisata, karena kebutuhan yang diawasi Departemen Perdagangan itu kan
adalah kebutuhan pokok ya, sehingga ada isu sedikit aja harga naik lebih
menarik dibandingkan isu yang ada di pariwisata atau kebudayaan, paling kalo
kebudayaan itu seperti contoh kasus soal ribut-ribut antara indonesia dan
malaysia soal karya kreatif, kalau di ini pariwisatanya masalah flu burung,
masalah apa namanya tsunami, masalah juga travel warning jadi dah bisa
diprediksi seperti itu dan terulang-ulang, tapi kan kalo di perdagangan kan
banyak kaitannya dengan apa kelangkaan pangan, ini perdagangan nya, barang
yang kadaluarsa”162
Terdapat beberapa kekurangan yang harus diperbaiki oleh pihak Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yang menurut Koko adalah:
“Kekurangannya ya ini kali ya intensitas pertemuan media, ya
dicontohkan Departemen Perdagangan ya dia bisa hubungan dengan suatu
media itu kuat, pertemuan dengan media itu seminggu sekali, dan juga bisa
merangsang media itu untuk datang ke press room nah ini kan masih kosong ya
jadi ngga terlalu rame lah gitu, ya tadi memang mungkin dari nilai beritanya
mungkin ngga terlalu ini lah, ya tapi ini merupakan tantangan dari Humas untuk
mengcreate itu karena kan banyak persoalannya terkait dengan pariwisata
maupun budaya,lalu humas itu secara struktural sudah ada jauh kemajuannya,
tapi infrastrukturnya kan harus dilengkapi berarti menyangkut anggaran, jadi
162
Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008
humas itu harus mempunyai anggaran yang kuat untuk mendukung program yang
sangat strategis difokuskan yaitu ke V.I.Y”163
Hal serupa juga disampaikan oleh Nur R Fajar, bahwa ada beberapa point
yang harus ditingkatkan dalam kinerja pihak Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI, yaitu:
“Koordinasi dengan pimpinannya dirjen atau pak menteri, mungkin juga
koordinasi juga untuk dalam arti menyangkut isu dalam arti jangan hanya
menyangkut isu kegiatan-kegiatan departemen misalnya secara keseluruhan
instansi pemerintah terkait dalam hal V.I.Y juga dengan saosiasi pariwisata jadi
tidak hanya sebagai corong gitu ya tidak hanya sebagai alat humasnya saja
seperti itu bisa diberdayakan lebih lah seperti itu”164
Namun dari segi hubungan relasi kerja yang terbina dan terjalin yang lebih
bersifat personal antara pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
dengan pihak media selama ini dinilai cukup baik. Pendapat yang dilontarkan oleh
Herlina Djabir dalam menilai hubungan yang terjalin dengan pihak Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yaitu:
“Menurut saya secara pribadi, hubungan dengan humas cukup baik karna
kita wartawan apa yang kita inginkan dari humas itu adalah informasi dan
respons dari mereka itu untuk kebutuhan kami sebagai wartawan itu ya selama
ini dapat terpenuhi dengan baik”165
Hal yang sama juga dirasakan oleh Nur R. Fajar selaku wartawan dari
ANTARA bahwa:
“sudah tercipta dengan baik antara Humas Debudpar dengan wartawan,
artinya dua pihak itu saling aktif untuk berkomunikasi ya, saling aktif untuk...
untuk berinteraksi gitu jadi pastilah kita sebagai wartawan tugasnya adalah
untuk mencari berita mencari data dan sebagainya sehingga kita akan aktif dan
pertama yang dituju pasti humaslah untuk bisa ke narasumbernya ke dirjen ke
ara menteri ke sekjen trus demikian dari sisi humasnya sendiri ternyata apalagi
ya apalagi dengan kepimpinan Pak Turman ya orangnya ya dia mengerti peran,
fungsi dan bagaimana tugas dari seorang wartawan ya dia aktif untuk
163
Hasil Wawancara dengan Koko, ibid
Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, pada tanggal 23 September 2008
165
Hasil Wawancara dengan Herlina Djabir, pada tanggal 17 September 2008
164
menyediakan apa yang dibutuhkan oleh wartawan artinya dulu ujung tombaknya
adalah pimpinannya divisi humas, semua orang di humas baik kita senang gitu
aja cuman lebih aktif Pak Turman ya kalo saya lihat, dia berusaha untuk
memenuhi kebutuhan wartawan sering dia memerintahkan anak buahnya untuk
mempersiapkan release, apalah seperti itu”166
4.10
Hasil Pembahasan
Proses menganalisa hasil penelitian yang dilakukan adalah untuk mencari
hubungan antara teori atau konsep yang ada dengan hasil penelitian yang
diperoleh. Dari hasil penelitian yang diperoleh, peneliti melakukan analisa untuk
mengetahui Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam
Media Relations untuk Menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Analisa
penelitian dengan menggunakan metode triangulasi, yaitu wawancara yang
dilakukan pada narasumber utama yaitu Turman Siagian selaku Kepala Biro
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dan Sutaryanto selaku Kepala
Bagian Media Relations, dengan narasumber pembanding yaitu Herlina Djabir
perwakilan dari RRI, Nur R Fajar perwakilan dari Kantor Berita ANTARA, dan
Koko sebagai perwakilan dari Forum Wartawan Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI.
Berdasarkan hasil penelitian, dalam menjalankan tugasnya untuk
menyukseskan Visit Indonesia Year 2008 oleh Pusat Informasi dan Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, sesuai dengan Peraturan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata RI No. PM07/HK 001/MKP-2007, pasal 116 X dan
116 Y, yaitu:
166
Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, ibid
a). Subbidang Pelayanan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan,
pengolahan, penyajian dan pelayanan informasi kebudayaan dan pariwisata.
b). Melaksanakan hubungan dan kerjasama keHumasan dengan Lembaga
Pemerintahan, Lembaga Non Pemerintahan, Lembaga Tinggi Negara dan Media..
Dan tugas Humas yang dilakukan sesuai dengan teori yang digunakan
yaitu, meningkatkan reputasi untuk mendukung tujuan dan kebijakan perusahaan,
membangun dan memelihara hubungan positif dengan publik, menyampaikan
informasi pada publik, interest group, pemegang saham, mengenai kebijakan,
aktivitas dan prestasi dari sebuah organisasi, menyiapkan press release dan
menghubungi orang-orang di media untuk menerbitkan atau menyiarkan material
humas, mengatur dan mengumpulkan program-program untuk memelihara dan
mempertahankan kontak organisasi dan publik, mengatur speaking engagement,
pidato untuk kepentingan sebuah perusahaan, membuat slide atau presentasi
visual dalam meeting dan merencanakan konvensi, bertanggungjawab dalam
pembuatan annual reports, bertugas menginformasikan pada publik mengenai
aktivitas yang dilakukan pegawai-pegawai resminya.
Dalam menyukseskan Visit Indonesia Year 2008 dalam media relations,
diperlukan strategi Humas yang efektif. Suatu teori yang disusun melalui 4
(empat) fase yang masing-masing di dalamnya terdapat 9 (sembilan) tahapan
bertujuan untuk membantu tugas Humas untuk menyukseskan program.
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menerapkan empat fase
dengan di dalamnya terdapat sembilan step berdasarkan teori Ronald D Smith
yang disebut “Strategic Planning For Public Relations.”
Fase
Pertama
adalah
Formative
Research
dimana
perencana
menggambarkan kondisi nyata organisasi saat program akan direncanakan untuk
mendapatkan
informasi
tambahan
yang
diperlukan
dalam
perencanaan.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melalui Pusat Informasi dan Humas
melakukan riset survey terhadap citra departemen di mata masyarakat dengan
melakukan media monitoring setiap hari kepada media yang memuat berita
tentang kebudayaan dan pariwisata, khususnya media cetak. Namun berdasarkan
hasil penelitian langkah awal untuk membina hubungan media tidak hanya dengan
menggunakan riset tersebut tapi juga dengan hal yang lebih bersifat personality.
Hal yang melatarbelakangi dilakukannya media monitoring untuk melihat
bagaimana media memuat berita tentang kebudayaan dan pariwisata baik dari sisi
negatif dan sisi positifnya sedangkan tujuan dari pelaksanaan media monitoring
untuk mengefektifkan beberapa pekerjaan kehumasan yang berkaitan dengan
media cetak, mengetahui pandangan media terhadap kinerja instansi, pejabat,
ataupun profil menteri, mengantisipasi persepsi masyarakat yaitu positif, netral,
atau negatif, memiliki instrumen pengendali yang objektif untuk mempererat
hubungan dengan media massa, khususnya media cetak.
Dalam Fase Formative Research, terdapat tiga step. Yang pertama adalah
Analisa Situasi berdasarkan teori dilakukan untuk melihat peluang dan hambatan
yang akan dihadapi oleh organisasi dalam melaksanakan program. Dalam
melaksanakan strategi humas dalam media relations untuk menginformasikan
Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan hasil penelitian memiliki peluang, yaitu:
Pertama, terciptanya hubungan yang lebih saling mengerti, saling
memahami dan memiliki kesempatan untuk menyampaikan program Visit
Indonesia Year 2008 mengenai hasil yang telah dicapai dan harapan ke depan.
Kedua, meningkatkan kinerja karena Visit Indonesia Year 2008 mengarah
kepada kepentingan umum untuk memperoleh apresiasi dari masyarakat bahwa
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menginformasikan dengan baik
terhadap pariwisata dan kebudayaan yang dimiliki daerah tujuan wisata sehingga
banyak dikunjungi orang,
Ketiga, memberikan nilai baik akan kinerja Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI di mata media karena selalu melibatkan pihak media dalam
peliputan daerah tujuan wisata.
Selain itu untuk melihat hambatan Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI dalam menjalankan kinerjanya, yaitu mengenai permasalahan
penganggaran dana. Alasan yang melatarbelakangi adalah pemerintah lebih
menginginkan penekanan terhadap unsur kegiatan publikasi, namun dalam
menginformasikan program Visit Indonesia Year 2008 tidak cukup dengan unsur
tersebut diperlukan kegiatan lain yang mengiringi program seperti pemasangan
iklan layanan masyarakat dengan menggunakan biaya yang telah ditetapkan tidak
mencukupi karena biaya yang mahal, dan hal tersebut yang tidak diperhitungkan
oleh pemerintah.
Tahapan kedua adalah Analisa Organisasi, adalah untuk melakukan
pengamatan terhadap lingkungan internal (berkaitan dengan misi dan visi
organisasi, program kerja serta dukungan manajemen), opini publik terkait dengan
reputasi organisasi, dan lingkungan eksternal (berkaitan dengan kelompok
penekan dan pendukung organisasi). Berdasarkan hasil penelitian, Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan penetapan misi yang
sesuai dalam menjalankan strateginya, yaitu melakukan pelestarian dan
pengembangan
kebudayaan
yang
berlandaskan
nilai
luhur,
mendukung
pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata yang berdaya saing global,
melakukan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata, serta
menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Sedangkan visi yang
ditetapkan walaupun tidak secara khusus terkait dengan peran, fungsi dan
tugasnya, adalah memberikan pelayanan informasi dan jalinan hubungan yang
optimal untuk terbentuknya dan terpeliharanya citra Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI yang baik di mata masyarakat.
Mengenai program kerja yang selama ini dilaksanakan oleh Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI meraih prestasi yang sangat baik dan dapat
dibuktikan dengan penetapan profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
(Debudpar) sebagai dokumen profil instansi pemerintah yang terbaik yang
dilakukan penilaiannya oleh Badan Koordinasi Kehumasan Instansi Pemerintah
(Bakohumas) sebagai Juara Pertama untuk kategori audio visual pada tahun 2007.
Selain itu, dapat dilihat dari sisi kinerja Humas Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI melalui kliping berita yang setiap hari memberitakan tentang
kebudayaan dan pariwisata dengan sangat intensitas sekali, maksudnya dari
beberapa media yang menjadi langganan Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI memuat berbagai kegiatan pariwisata dan kebudayaan.
Dukungan manajemen Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang
diberikan terhadap Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam
menjalankan strateginya dirasakan cukup bagus dalam arti telah disetujui
pembuatan pernyusunan strategi penyusunan komunikasi kehumasan. Namun,
terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa dukungan manajemen yang
diberikan masih kurang karena hanya dari sisi moral dukungan pemimpin tinggi
tetapi di dalam pengimplementasiannya ketika pihak Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI mengusulkan alokasi dana yang lebih tinggi dinilai
belum maksimal.
Selanjutnya Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI,
menganalisa bagaimana persepsi dan opini media terhadap program kerja yang
selama ini selalu dilakukan dan juga terhadap reputasi yang dimiliki oleh pihak
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, persepsi atau opini media
berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan ada pihak media yang mengkritisi
untuk membangun, memberikan opini untuk menginvestigasi, memberikan opini
dengan biasa-biasa saja, dan memberikan opini bahwa kegiatan ini adalah untuk
mensejahterakan masyarakat.
Dalam
menganalisa
lingkungan
eksternal,
Humas
Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI memiliki pihak pesaing (pressure group) adalah
asosiasi yang bergerak di bidang kebudayaan dan pariwisata diantaranya adalah
Tourism Care, PESKA, PARFI di bidang perfilman, PHRI untuk Perhimpunan
Hotel RI, ASITA untuk travel agent. Dan salah satu tuntutan yang diberikan oleh
asosiasi kebudayaan dan pariwisata seperti Tourisms Care adalah untuk
kepedulian perkembangan pariwisata misalnya khususnya wisata bahari,
lingkungannya. Maksudnya antara pelestarian dengan pengembangan pariwisata
dan kebudayaan harus diprogramkan.
Namun terdapat juga asosiasi yang menjadi kelompok penekan atau
(pressure group), salah mengalamatkan tuntutannya kepada pihak Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata karena bukan kewenangannya di
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, seperti pihak PHRI akibat lesunya
wisatawan pada peristiwa Bom Bali meinta keringanan terhadap pembangunan
pajak dan listrik, namun mereka salah mengalamatkan tuntutannya karena
seharusnya ke Departemen Keuangan, tetapi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
berupaya menyampaikan tuntutan dari PHRI kepada Menteri Keuangan bahwa
ada tuntutan PHRI yang perlu disikapi dengan bijak.
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI memiliki pihak yang
mendukung pelaksanaan kewenangannya, salah satunya adalah pihak DPR dari
anggota komisi X (sepuluh) yang berupaya mendukung dalam hal penetapan
anggaran. Terdapat pendapat lain bahwa tidak ada yang selalu mendukung
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menjalankan kewenangannya,
alasannya karena apabila dilihat kebijakan Dapartemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI kurang tepat akan dikatakan kurang tepat, walaupun kebijakan yang
dirumuskan sudah tepat terkadang dinyatakan tidak tepat.
Berdasarkan data yang diperoleh penulis, dukungan yang diberikan oleh
asosiasi-asosiasi yang berinteraksi dengan Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI akan terus diberikan selama program dan kegiatan departemen
adalah untuk kesejahteraan rakyat, maksudnya adalah bahwa kegiatan itu berpihak
pada masyarakat. Dan hal tersebut memberikan hal positif bagi Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI untuk lebih meningkatkan kinerjanya.
Tahapan ketiga adalah Analisa Publik dengan mengidentifikasikan publik
yang berinteraksi dengan perusahaan dan menganalisa keinginan, harapan suatu
publik. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menentukan media
mana saja yang lebih efektif menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, yaitu
media luar negeri, seperti World Report dari Amerika, United World dari Inggris,
CNN dan National Geographic dari Eropa. Dan media dari dalam negeri yang
digunakan terbagi dalam bagian yaitu media nasional dan media lokal. Dari media
nasional, media cetak yang digunakan adalah Kompas, Media Indonesia, Seputar
Indonesia, The Jakarta Post, Koran Tempo, Bisnis Indonesia, Republika, Suara
Pembaruan, Investor Indonesia, Harian Ekonomi Neraca, dari media audio adalah
RRI, Radio Elshinta, dan Radio Tri Jaya FM, sedangkan dari media audio-visual
adalah TVRI dan TPI. Untuk media lokal, media cetak yang sering berinteraksi
dengan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI adalah Bali Post,
Kedaulatan Rakyat, Suara Karya, Rakyat Merdeka, Batak Post, Malut Post, dan
Ternate Post. Selain itu terdapat juga beberapa majalah yang dijadikan sebagai
wahana informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008, yaitu Majalah Tamasya,
Majalah Eksekutif, Majalah Gatra, dan Majalah Tempo. Dari media internet juga
menghandle surabaya webs dan detik.com. Kantor Berita ANTARA juga
diikutsertakan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008.
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menganalisa keinginan
dan harapan media, adalah bersikap terbuka dan transparan, rutin menyampaikan
press release kepada media, melakukan visit ke media, menyukseskan Visit
Indonesia Year 2008 sebagai pergerakkan perekonomian di masyarakat.
Fase kedua adalah Fase Strategi, yang merupakan perencanaan
keseluruhan organisasi dalam menentukan apa yang ingin dicapai oleh organisasi
dan bagaimana keinginan tersebut akan dicapai, dengan mengambil tiga tahapan.
Yang pertama adalah step keempat, yaitu menentukan tujuan, positioning dan
sasaran yang ingin dicapai.
Tujuan yang hendak dicapai dari Strategi Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan
Visit Indonesia Year 2008, adalah membuat corporate image dari Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI dapat tercipta dan terpelihara dan terbangun
sedemikian baik pada publiknya, yaitu sedang melaksanakan program nasional
dalam rangka memeratakan pergerakan perekonomian melalui pariwisata dengan
menggerakan daerah untuk menyiapkan daya tarik. Dan untuk Visit Indonesia
Year 2008 bertujuan memanfaatkan media elektronik dan cetak untuk memuat dan
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 kepada masyarakat bahwa budaya
apabila dilestarikan dapat menjadi produk pariwisata dan pariwisata apabila
dikembangkan bermanfaat bagi masyarakat sehingga rakyat menonton dan
membaca tentang Visit Indonesia Year 2008.
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menentukan
positioning sehingga memiliki kesepahaman pemikiran yang sama terhadap
informasi yang diusung pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
dengan media, yaitu pelayanan dengan cepat yang harus diupayakan untuk bisa
terlaksana dengan baik, meningkatkan program media relations menjadi lebih
berkualitas yang mengacu kepada misi dan visi yang telah ditetapkan,
menyukseskan program instansi karena apabila program dipublikasikan maka
dapat program yang dilaksanakan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
RI menjadi sukses.
Sasaran yang ingin dicapai dari positioning yang telah ditetapkan Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI secara luas kepada masyarakat terdiri
dalam tiga bagian yaitu sasaran dari segi awareness adalah bagaimana masyarakat
bisa mengerti bahwa Visit Indonesia Year 2008 bukan hanya sebagai kegiatan
departemen, dengan mengikutsertakan LSM, Media, departemen lain seperti
Deplu, Kepolisian secara bersama-sama berupaya untuk menempatkan Visit
Indonesia Year 2008 bisa lebih dipahami oleh masyarakat. Selain itu terdapatnya
keseimbangan pemberitaan dunia politik mengenai persiapan KPU terhadap
pemilu 2009 dengan pemberitaan dalam mempublikasikan daerah tujuan wisata
yang telah mempersiapkan atraksi budaya dan objek wisata yang menarik.
Sedangkan sasaran dari segi acceptance didukung oleh support yang
akhirnya masyarakat tanpa disuruh melaksanakan konsep Visit Indonesia Year
2008,
dengan basisnya sapta pesona sebagai sadar wisata untuk masyarakat
menjadikan lingkungan pariwisata yang aman, tertib, bersih, sejuk. Selain itu,
media memberikan kontribusinya, artinya memberitakan dengan sungguh-
sungguh daerah-daerah yang dijadikan daerah tujuan wisata dalam rangka Visit
Indonesia Year 2008 yang dapat menjadi selling point terhadap media.
Dan dari segi action masyarakatnya bisa ikut terlibat untuk mendukung
Visit Indonesia Year 2008 dapat menerima wisatawan atau visiters dengan baik
tanpa mengganggu kenyamanan visiters yang mendatangi lokasi wisata. Dan
dapat memuat berita tentang kebudayaan dan pariwisata dan mengarah kepada
kelokalan atau nasionalisme.
Yang termasuk dalam step kelima adalah Memformulasikan Proactive
dan Respons Strategi. Strategi proactive yang digunakan meliputi strategi aksi
(meningkatkan kinerja, melibatkan partisipasi audiens, alliansi dan koalisi, serta
pihak sponsor) dan strategi komunikasi (meliputi informasi berita dan komunikasi
yang transparan) dan Strategi respon yang digunakan meliputi strategi
menyelesaikan suatu masalah dengan penolakan, menyerang, mempertahankan,
pengelakan, simpati, memperbaiki, tanpa mengambil tindakan sama sekali.
Berdasarkan hasil penelitian, strategi aksi yang dilakukan oleh Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, diantaranya meningkatkan
kinerjanya dalam pelaksanaan program media relations, dengan mengupayakan
semakin banyak media menulis mengenai Visit Indonesia Year 2008 dari berbagai
angle, aspek, perspektif dan dapat tergerak untuk bisa menulis, menganalisis,
mengupas, memberitakan tentang Visit Indonesia Year 2008.
Hal serupa juga dikemukakan oleh beberapa media yang berinteraksi
dengan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, menyatakan bahwa
kinerja untuk 2008 cukup maksimal, artinya dalam kondisi ketidakpercayaan
terhadap situasi Indonesia seperti peristiwa Bom Bali, Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI tetap berusaha meningkatkan promo ke luar negeri
untuk bagaimana mendatangkan wisatawan 7 juta, selain itu kegiatan Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, untuk berhubungan dengan media
cukup kuat dan fokus kepada Visit Indonesia Year 2008.
Terdapat pendapat berbeda dalam penilaian kinerja Humas Kebudayaan
dan Pariwisata RI yaitu biasa saja, artinya mengangkat Visit Indonesia Year 2008
sebagai isu Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI kepada wartawan sangat
jarang dan sangat kurang, Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
hanya mensosialisasikan kegiatan departemen dengan baik.
Berdasarkan data sekunder, strategi aksi dalam melibatkan partisipasi
audiens terbagi dalam tiga hal yaitu partisipasi dengan pihak swasta dan pihak
pemerintahan serta partisipasi dengan pihak tokoh terkenal dalam rangka
menyukseskan Visit Indonesia Year 2008. Cara yang dilakukan dengan pihak
swasta yaitu partipasi yang dilakukan dengan beberapa maskapai penerbangan,
perhotelan, maupun kantor biro perjalanan pariwisata yang ada di Indonesia
melalui himbauan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero untuk memasang
spanduk promosi Visit Indonesia Year 2008.
Sedangkan dari pihak pemerintahan untuk menginformasikan Visit
Indonesia Year 2008 dengan pihak Departemen Kehutanan, dimana Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik bersama Menteri Kehutanan
MS Kaban melakukan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU)
tentang kerjasama mempromosikan potensi wisata alam.
Partisipasi audiens selanjutnya, melibatkan Departemen Luar Negeri
melalui pejabat khusus bekerjasama dengan Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI dalam membantu mempromosikan Visit Indonesia Year (VIY) 2008
di 12 pasar atau kawasan utama yang selama ini menjadi sumber wisatawan,
berdasarkan pelaksanaan Inpres No. 16/2005 tentang Kebijakan Pembangunan
Budaya dan Pariwisata.
Partisipasi audiens melalui tokoh terkenal, yaitu Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata RI Jero Wacik menyematkan pin emas Visit Indonesia Year (VIY)
2008 kepada Bill Gates pemilik perusahaan Microsoft, ketika datang ke Jakarta
sebagai pembicara di forum Goverment Leader Forum (GLF) Asia-Pasifik.
Strategi komunikasi yang dilakukan adalah bagaimana mengemas
informasi berita penting dalam media relations, berdasarkan hasil wawancara
elemen informasi Visit Indonesia Year 2008 memiliki unsur maksimal bukan
signifikan maksudnya memberikan informasi yang semaksimal mungkin terhadap
kepentingan media sebagai sarana informasi, sarana investigasi, dan sebagai alat
kontrol dengan selling point yang bagus.
Terdapat dua pendapat yang berbeda mengenai informasi Visit Indonesia
Year 2008 yang disampaikan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
dalam konsep penyesuaian terhadap media (local area) pertama dalam
penulisan feature, artikel dan advetorial disesuaikan dengan majalahnya, apabila
majalahnya lebih ke ekonomi maka sisi ekonomi yang menjadi subtansinya dan
bila media lifestyle kontennya lebih kepada lifestyle. Hanya untuk penulisan
press release tidak disesuaikan dengan subtansi medianya melainkan dibuat
beragam sesuai dengan bahasa yang digunakan media tersebut.
Kedua, mengenai informasi Visit Indonesia Year 2008 tidak harus
disesuaikan dengan media yang menjadi penyalur informasi karena Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata melakukan program Visit Indonesia Year 2008
informasi yang kita keluarkan sifatnya nasional, kemudian wartawan itu
menganalisis walaupun menjadi berita lokal tetap mengacu ke nasional.
Dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dilakukan dengan
cara selalu up to date dimana pihak Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata selalu memberikan informasi terbaru mengenai data-data kebudayaan
dan pariwisata dan kunjungan wisatawan ke daerah tujuan wisata.
Dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 kepada media,
informasi yang diberikan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI secara tidak langsung mengandung human interest, karena lebih
kepada interesting tourism (daya tarik wisata) maksudnya daya tarik yang akan
digunakan menjadi ketertarikan adalah masyarakat artinya bahwa program ini
tidak untuk kepentingan pemerintah pusat, tetapi sifatnya memacu, mendorong
bahwa Indonesia memiliki potensi sebagai daya tarik wisata dan daerah
mempersiapkan atraksi budaya dan objek wisata yang menarik untuk didatangi
wisatawan baik nasional maupun internasional.
Informasi yang dikemas oleh Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI mengenai Visit Indonesia Year 2008 kepada media, dinilai oleh
responden belum optimal dan tidak terlalu bagus, karena menyangkut publikasi
dan media kembali kepada persoalan dana yang dimiliki tidak seberapa.
Pendapat yang serupa menyatakan informasi yang diberikan oleh Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI memiliki bahasa terkesan kaku dan
standard, subtansi gaya penulisan khas birokrat yang menonjolkan sisi Menteri
dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, sehingga terkadang tidak sesuai
dengan background media tertentu.
Terdapat pendapat lain yang menilai informasi Visit Indonesia Year 2008
yang diberikan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
cukup memadai. Namun wartawan tidak cukup mencari informasi Visit Indonesia
Year 2008 hanya dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tetapi ada
sektor-sektor lain yang harus juga mendukung misalnya penerbangan yang turut
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008.
Bagian lain dari stategi komunikasi adalah komunikasi yang transparan.
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengkomunikasikan Visit
Indonesia Year 2008 kepada media dengan transparan baik dalam anggaran
maupun pelaksanaan keseluruhan program departemen dan diupayakan tidak
adanya berita off the record sehingga berita yang disampaikan para dirjen dan
para humas khususnya adalah berita yang sudah matang dan terproses tanpa
perkiraan.
Menurut responden, bahwa dalam mengkomunikasikan informasi Visit
Indonesia Year 2008 sudah transparan karena dalam membuat program, membina
hubungan dengan media dan menentukan momentum yang tepat untuk
kehumasan selalu menyertakan Forum Wartawan Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI.
Selain itu, responden berpendapat Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
RI tidak mengandung unsur politik, melainkan mengandung informasi mengenai
berbagai program kebudayaan dan pariwisata yang harus disampaikan kepada
publik. Dan informasi yang disampaikan ke wartawan sudah di filter di tingkat
dirjen, Humas hanya mendapatkan informasi kemudian diolah untuk disampaikan
ke wartawan.
Strategi Respons atau Reactive merupakan strategi yang digunakan oleh
organisasi dalam mengelola respons untuk menghadapi berbagai pertanyaan dan
kritik serta tindakan yang melawan organisasi. Berdasarkan hasil penelitian
strategi respon yang diberikan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia
Year 2008 kepada media termasuk respons yang diberikan kepada media tanpa
sumber yang jelas menggunakan respons pemberian alasan yang tepat
(justification) dengan cara maksud baik (good intentions) yaitu melakukan
pelayanan informasi dengan maksimal dan optimal, apabila informasi yang
ditanyakan mengenai Visit Indonesia Year 2008 kurang akan disalurkan kepada
pihak yang lebih memahami permasalahan yang ditanyakan. Selain itu
dibentuknya Forum Wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yang
bertugas untuk membatasi media tanpa sumber yang jelas dan bila pihak tersebut
mendatangi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI disikapi dengan
bersahabat.
Terdapat tindakan lain yang diambil dalam merespons media yang ingin
mencari tahu informasi lebih mengenai Visit Indonesia Year 2008 dengan
menggunakan respons pengelakan (diversionary response strategies), yaitu
melalui cara dengan mengklarifikasikan kembali (relabeling) informasi dalam
berita kebudayaan dan pariwisata yang tidak benar, dan mengambil sikap dengan
respons tanpa mengambil tindakan sama sekali (strategic inaction) dengan cara
membuat tindakan yang tidak berterus terang atau diam (silence), dimana
sikap diam dilakukan dengan tidak melayani media dan tidak menanggapi media
yang tidak jelas krediblenya.
Berdasarkan data yang didapat media menilai respons yang diberikan
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan
Visit Indonesia Year 2008 cukup aktif dilihat dari struktur organisasinya yang
berdiri sendiri menjadi Pusat Informasi dan Humas. Selain itu, ketika media
mencari kebutuhan akan informasi direspons dengan sangat baik dan setiap kali
meminta konfirmasi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI selalu
siap, mudah dihubungi, profesional, baik serta bersahabat.
Step
keenam
adalah
menggunakan
komunikasi
efektif
untuk
merencanakan bagaimana cara terbaik untuk berkomunikasi dengan menentukan
siapa yang menyampaikan pesan, tampilan pesan yang ingin disampaikan,
bagaimana susunan pesan yang akan disampaikan, dan kalimat yang disampaikan
dalam pesan tersebut menggunakan simbol seperti apa.
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI untuk menentukan
siapa yang menyampaikan pesan Visit Indonesia Year 2008 dengan efektif
menggunakan opinion leader formal terdiri dari Menteri, Pejabat Eselon I yang
membidangi teknis seperti Dirjen Sejarah dan Purbakala, Dirjen Pemasaran,
Dirjen NSBF, Dirjen Pengembangan Destinasi, Kabad. Pengembangan Sumber
Daya Budpar, Ikjen dan Sekjen. Sumber pesan formal yang digunakan adalah
Pejabat Eselon II dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 .
Sedangkan sumber pesan non-formal yang digunakan oleh pihak Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit
Indonesia Year 2008, adalah asosiasi-asosiasi yang bergerak di bidang
kebudayaan dan pariwisata diantaranya Ketua Asosiasi PHRI, Ketua GAWISRI,
dan Ketua PUTRI
Berdasarkan data yang didapat penulis, opinion leader non formal yang
digunakan dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 adalah melalui
Putri Pariwisata Indonesia yang bertugas untuk membantu pemerintah
mempromosikan dan memajukan industri pariwisata yang berorientasi pada
keunggulan dan keragaman budaya bangsa.
Alasan yang digunakan dalam pemilihan opinion leader dan sumber pesan
baik yang formal maupun non formal dinilai berasal dari pihak yang menangani
dan terkait secara langsung terhadap program yang diusung yaitu Visit Indonesia
Year 2008. Dan dari tingkat kredibilitas cukup tinggi di mata wartawan karena
apabila narasumber memberikan data yang sifatnya objektif dan aktual dan faktual
media akan percaya, resikonya apabila informasi yang diberikan tidak aktual dan
faktual merugikan pihak opinion leader dan sumber pesan tersebut baik yang
formal maupun non formal.
Sementara itu pembawaan dan pendekatan yang dilakukan dan diterapkan
oleh pihak opinion leader formal dan sumber pesan yang ada di lingkup
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, dalam menyampaikan informasi
Visit Indonesia Year 2008 kepada media lebih kepada profesionalisme,
penguasaan bidang dan menyampaikan informasi secara jujur, transparan, baik,
dan dinamis.
Langkah selanjutnya, tampilan pesan yang digunakan oleh Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI kepada media, adalah tampilan
berupa image dengan fakta bahwa Indonesia itu aman, nyaman dan menarik
karena apabila suatu daerah tujuan wisata aman saja maka wisatawan akan datang,
alasan penting yang mendasari tampilan pesan tersebut terkait dengan peristiwa
teror yang melanda Negara Indonesia yaitu peristiwa Bom Bali I dan II yang
memakan korban jiwa dari wisatawan asing sehingga mencoreng citra Negara
Indonesia di mata negara lain yang ada dunia.
Untuk memperkuat tampilan pesan, dengan menginformasikannya melalui
pemberitaan public figure, yaitu Bill Gates seorang tokoh besar dari Microsoft
berani datang ke Indonesia dengan nyaman berarti aman, dan tidak ada hal yang
negatif dalam perjalanannya dapat menjadi suatu selling point sehingga pada
kesempatan tersebut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero Wacik
menyematkan pin Visit Indonesia Year 2008, sebagai upaya yang sifatnya
pencitraan melalui public figure.
Dalam menginformasikan tampilan pesan yang telah ditetapkan Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menyertakannya dengan penggunaan
simbol atau logo Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan data sekunder yang
diperoleh penulis, Konsep Logo Visit Indonesia Year 2008 diambil dari bentuk
logo Garuda Pancasila dengan pengolahan modern
Dalam Fase Taktik, digunakan untuk memecahkan tujuan dan sasaran
public relations dan memilih dengan batasan anggaran yang tersedia. Fase ini
terdiri dalam dua tahapan yaitu pemilihan taktik komunikasi dan pelaksanaan
strategi
Dalam step ketujuh yaitu pemilihan taktik komunikasi, Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan taktiknya dengan
menggunakan beberapa tools yaitu:
1.
Taktik
Interpersonal
Communication,
dilakukan
dengan
berkomunikasi secara tatap muka dan menjalin interaksi yang lebih persusasif,
dan tools yang digunakan:
a. Information Exchange, melalui kegiatan educational gathering
dengan tools workshop yang diselenggarakan oleh pihak Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI, yaitu kegiatan peningkatan dan pemahaman
kebudayaan dan pariwisata untuk menjelaskan kepada media tentang hal-hal yang
kurang dipahami dalam kebudayaan dan pariwisata dan dilakukan bersamaan
dengan kegiatan outbond.
Berdasarikan
hasil
penelitian
satu
responden
menyatakan
selalu
diikutsertakan dalam taktik Information Exchange, melalui pelaksanaan diskusi
antara beberapa wartawan di Grand Aulia pada tanggal 16 September 2008,
dimana Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI membahas Visit
Indonesia Year 2008. Selain itu Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
RI membentuk Forum Wartawan dalam mencari informasi selama ditujukan
kepada kepentingan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dan kepentingan
masyarakat.
b. Special Event, yaitu Press Entertaiment dengan Outbond ke daerahdaerah tujuan wisata yang dilakukan satu tahun sekali oleh Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI, untuk memberitahukan kepada media bahwa ada
obyek wisata yang spesifik dan tidak pernah diulas dan diperlihatkan daya tarik
yang dimiliki, sehingga dapat menarik minat wisatawan.
Responden berpendapat mengiyakan keikutsertaannya dalam taktik
special event ini, dalam media gathering, dan pelaksanaan press tour atau aktivitas
outbond, yang dinilai fokus Visit Indonesia Year 2008 dan cukup efektif .
Pendapat berbeda dari salah satu responden menyatakan bahwa walaupun
sering mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pihak Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI seperti media gathering, masalahnya tidak selalu
diundang pada semua acara, disinyalir karena keterbatasan dana, sehingga ada
instruksi dari pimpinan bahwa wartawan yang diundang harus bergilir dan
selektif.
2. Taktik Media Organisasi, yaitu diproduksi dan diterbitkan oleh
organisasi.
Pihak
Humas
Departemen
Kebudayaan
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dengan cara:
dan
Pariwisata
RI
a. Publikasi Umum, melalui stand-alone publications dengan mencetak
leaflet, booklet, flyers kemudian umbul-umbul, logo, dan sticker Visit Indonesia
Year 2008.
b. Audiovisual Media, dalam taktik ini salah satu responden menyatakan
sering dilibatkan untuk kegiatan media relations dalam menginformasikan Visit
Indonesia Year 2008 melalui tools berupa media online internet yang ada di
www.budpar.go.id.
3. Taktik News Media, adalah wahana untuk menyajikan informasi dan
membuka kesempatan bagi organisasi untuk menjangkau audiens secara lebih
luas. pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI juga menggunakan
taktik ini dengan tools berupa:
a. Direct News Material, menggunakan feature release dan news release,
di media yang subtansinya kontentnya itu adalah mengenai Visit Indonesia Year
2008. Dan sesuai dengan pendapat salah satu responden yang mengatakan press
release selalu dibuat setiap aktivitas Menteri ataupun Eselon I Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI.
b. Interactive News Opportunity, dengan cara:
Press Conference selama tahun 2008 secara rutin yaitu sekali atau dua kali
dalam sebulan, dan tema yang digunakan fokus pada Visit Indonesia Year 2008,
misalnya Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala memanfaatkan potensi-potensi
situs untuk mendukung program Visit Indonesia Year 2008, hanya saja dalam
pelaksanannya terkadang mengalami pembatalan apabila narasumber dalam Press
Conference tidak dapat hadir, karena mendapat panggilan tugas yang lebih
penting.
Dan salah satu responden mengiyakan selalu mengikuti kegiatan Press
Conference yang mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya tidak bisa diprediksi
maksudnya sekitar satu atau dua kali dalam sebulan dan terkadang seminggu
sekali atau dua kali jadi tergantung kegiatan departemen.
Dan yang kedua dalam interactive news opportunity, adalah Media Visit
artinya Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengunjungi beberapa
media yang dianggap strategis dan sudah lama tidak dikunjungi kemudian
diadakan gathering dan berdiskusi dengan konten Visit Indonesia Year 2008, serta
Partisipasi Media melalui program-program yang disiarkan oleh stasiun TV dalam
Public Corner dan Padamu Negeri di Metro TV, Variety Show di TVRI dan
Program Empat Mata di Trans 7 dalam menginformasikan Visit Indonesia Year
2008.
Hal tersebut dikatakan sependapat oleh salah satu responden mengenai
taktik interactive news opportunity dalam menginformasikan Visit Indonesia Year
2008 yang dijalankan dengan efektif.
4. Taktik Advertising and Promotional Media, lebih untuk iklan tetapi
dapat juga digunakan untuk mendukung tujuan Humas. Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI menggunakan tools Print Advertising Media
dalam Iklan Visit Indonesia Year 2008, di media luar negeri seperti CNN,
Starworld dan CNBC. Selain itu iklan Visit Indonesia Year 2008 dapat ditemui di
media cetak asing seperti majalah Times, walaupun penayangannya tidak secara
maksimal tiap jam atau tiap hari. Selain itu membuat advetorial dengan konsep
Visit Indonesia Year 2008 di media.
Sedangkan Taktik Advertising dan Promotional Media dengan tools Outof-Home Advertising adalah dengan pemasangan sebuah baliho raksasa bertema
Visit Indonesia Year 2008 terpampang di Bundaran Hotel Indonesia.
Step selanjutnya yang termasuk dalam fase ketiga adalah Step kedelapan
Pelaksanaan Strategi Perencanaan, pada langkah ini merupakan pengembangan
perencanaan dalam mempersiapkan dana yang diperlukan, dan jadwal dalam
pelaksanaan program.
Dalam pelaksanaan strategi perencanaan, Humas Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI melakukan penyusunan jadwal walaupun terkadang tidak dapat
berjalan sesuai rencana, maksudnya dalam beberapa penetapan jadwal kegiatan
media relations seperti media visit terkadang dilakukan pembatalan acara perihal
Menteri Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dipanggil oleh RI-1 atau
Presiden Kabinet.
Awal pelaksanaan program media relations yang dilakukan Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam mengusungkan informasi Visit
Indonesia Year 2008, dilaksanakan pada pertengahan tahun 2007 yaitu September
2007, ketika melihat bahwa persepsi masyarakat internasional terhadap Indonesia
sudah
semakin
baik.
Pelaksanaan
program
media
relations
dalam
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 masih berupa ancang-ancang pada
tahun 2007, hal ini berkaitan dengan pembukuan anggaran yang akan ditetapkan
oleh pemerintah, maksudnya pelaksanaan pembukuan anggaran untuk tahun 2008
diusulkan pada tahun 2007 untuk diadakannya Visit Indonesia Year 2008.
Program media relations yang dilakukan oleh Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI berakhir bersamaan dengan berakhirnya Program
Visit Indonesia Year 2008 bulan November atau pertengahan bulan Desember,
namun apabila kunjungan wisatawan tidak sesuai dengan targetnya akan diundur
waktunya menjadi 6 bulan untuk wisatawan yang terlambat menerima informasi
bahwa di Imdonesia ada tahun kunjungan wisata.
Pemberian anggaran yang diperoleh Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia
Year 2008 khusus untuk peningkatan PR-ing sekitar Rp 3 Milyar.
Pihak staff Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang
bertanggungjawab
dalam
pelaksanaan
program
media
menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, adalah
relations
untuk
Burhan selaku Kepala
Bidang Publikasi Informasi, Turman selaku Kepala Bidang Humas, Sutaryanto
selaku Kepala Sub Bidang Media Relations, dari pihak staff Ratna Sri P yang
bertugas dalam pembuatan kliping dan media monitoring, Acep Suprapto S yang
bertugas mengatur pelaksanaan konferensi pers atau kegiatan lapangan lainnya.
Dan dalam pelaksanaan special event untuk program media relations
seperti media gathering dan outbond dilakukan oleh keseluruhan staff Humas
bagian media relations dalam pengaturannya, namun persetujuannya diputuskan
oleh Kepala Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Fase terakhir dari kesembilan langkah “Strategic Planning for Public
Relations” adalah Fase Penelitian Evaluasi, dimana evaluasi dan penilaian untuk
menentukan derajat keberhasilan program, dengan ukuran keberhasilan program
hasil yang dicapai memenuhi tujuan yang direncanakan. Fase ini terdiri dari satu
langkah yaitu step kesembilan Riset Evaluasi, yaitu menentukan metode yang
tepat untuk mengukur efektifitas tools dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengevaluasi
strateginya dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year
2008 dengan menggunakan metode media monitoring yang lebih khusus terhadap
suatu pemberitaan mengenai Visit Indonesia Year 2008, dan dilihat dari frekuensi
berita berdasarkan sampel nama media cetak pada bulan Maret 2008, tercatat
jumlah 1025 berita yang dikliping oleh tim Humas Depbudpar.
Media cetak yang paling sering memuat berita pariwisata kali ini adalah
Bisnis Indonesia. Sedangkan Bali Post pada urutan ke-2, dan Media Indonesia
mengikuti di posisi ke-3. Berita Budaya, paling banyak dimuat oleh Kompas,
diikuti oleh Jurnal Nasional pada urutan kedua, dan di posisi ketiga adalah Media
Indonesia. Untuk berita Umum Terkait Budpar, Media Indonesia merupakan
media cetak yang lebih sering memuat berita dibanding media cetak lainnya
dalam sampel media cetak yang dikumpulkan oleh Humas Depbudpar.
Dan dalam pengevaluasian sebuah keberhasilan media relations dari tugastugas yang telah dilaksanakan untuk saat ini, sasaran yang ingin di capai belum
tepat sasaran karena hal ini terkait dengan peran Humas Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI bagian dari fasilitator terhadap media relations, seharusnya
diberi kewenangan untuk menjadi juru bicara maka seorang kepala humas dan
seorang kepala pusat informasi akan selalu mencari informasi dan leluasa untuk
menjelaskan kepada.
Hal di atas juga dikatakan selaras dengan pernyataan responden, bahwa
jika dibandingkan dengan departemen lain seperti Departemen Perdagangan,
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI belum diberikan standar
kehumasan dan tidak optimal, pertemuan rutin dengan wartawan dari sisi
kuantitasnya masih relatif jarang dan dari sisi media nilai berita yang ada di sini
masih kurang.
Namun pendapat lain menilai dalam hal untuk hubungan yang terjalin
antara Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dengan Media cukup
baik, dimana respons Humas untuk memenuhi kebutuhan informasi sebagai
wartawan dapat terpenuhi dengan baik, dan dua pihak saling aktif untuk
berkomunikasi, saling aktif berinteraksi dalam hal melayani wartawan untuk
memperoleh informasi.
Beberapa kekurangan yang harus diperbaiki Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI, menurut responden adalah intensitas pertemuan
dengan media diupayakan minimal seminggu sekali, dapat merangsang media
untuk selalu datang ke press room, membuat berita dengan nilai yang tinggi di
mata media, mempunyai anggaran yang kuat untuk mendukung program
difokuskan yaitu ke Visit Indonesia Year 2008
Selain itu, koordinasi dengan pimpinan dalam menyangkut isu kegiatankegiatan departemen misalnya secara keseluruhan instansi pemerintah terkait Visit
Indonesia Year 2008, tidak hanya sebagai corong atau sebagai alat humasnya saja
dalam memberikan informasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian di Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI, mengenai Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008,
dapat ditarik kesimpulan :
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI telah menerapkan Strategi
Public Relations dengan 4 fase yang terdiri dari 9 step untuk menyukseskan Visit
Indonesia Year 2008, yaitu :
1. Formative Research
:
Dalam fase pertama, Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
melakukan riset dengan riset survey melalui media monitoring kepada media yang
memuat berita mengenai kebudayaan dan pariwisata khususnya media cetak,
untuk melihat bagaimana berita yang dimuat dari sisi positif dan sisi negatifnya.
a. Step 1: Analisa Situasi
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan analisa
situasi dalam melihat peluang dan hambatan yang dimiliki dalam perencanaan.
Peluang yang dimiliki adalah terciptanya hubungan yang lebih saling mengerti,
menyampaikan hasil yang telah dicapai dan harapan ke depan mengenai Visit
Indonesia Year 2008, meningkatkan kinerja dan memberikan nilai baik akan
kinerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI di mata media. Dan hambatan
yang dimiliki adalah anggaran dana yang dimiliki tidak mencukupi.
b. Step 2: Analisa Organisasi
Melakukan analisa terhadap lingkungan internal (misi dan visi, program
kerja dan dukungan manajemen), persepsi dan opini publik dan lingkungan
eksternal (kelompok penekan dan pendukung organisasi). Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI telah menetapkan misi dan visi yang sesuai dengan
pelaksanaan media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008.
Program kerja Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI meningkat
terbukti dengan penetapan profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
(Debudpar) sebagai dokumen profil instansi pemerintah yang terbaik oleh Badan
Koordinasi Kehumasan Instansi Pemerintah (Bakohumas) sebagai Juara Pertama
untuk kategori audio visual pertama pada tahun 2007. Dukungan manajemen yang
diberikan cukup bagus walaupun masih dalam sisi moral untuk pengalokasian
dana.
Persepsi atau opini media terhadap program kerja Humas Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI sangat beragam yaitu mengkritisi, memberikan
opini untuk menginvestigasi, biasa-biasa saja, dan memberikan opini untuk
mensejahterakan masyarakat.
Lingkungan eksternal seperti kelompok penekan (pressure group) adalah
yang bergerak di bidang kepariwisataan dan kebudayaan dan tuntutan yng
diberikan selalu menyangkut kepentingan asosiasi yang berkaitan dengan
kebudayaan dan pariwisata. Pihak pendukung adalah dari anggota komisi X DPR
yang membantu pengalokasian dana, dan dukungan manajemen yang diberikan
bervariasi.
c. Step 3: Analisa Publik
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengidentifikasikan
media yang lebih efektif dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008,
baik media luar negeri maupun media dalam negeri dan menganalisa keinginan
serta harapan media kepada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI.
2. Strategi
Humas
:
Departemen
Kebudayaan
dan
Pariwisata
RI
melakukan
perencanaan dalam menentukan keinginan yang ingin dicapai dan bagaimana
mencapai keinginan tersebut yang dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu:
d. Step 4 Menentukan Tujuan, Positining dan Sasaran yang ingin dicapai.
Tujuan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media
relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, adalah tercipta dan
terpeliharanya corporate image dengan baik serta dapat memanfaatkan media
untuk memuat dan menginformasikan Visit Indonesia Year 2008.
Positioning yang ditetapkan Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI adalah pelayanan informasi dengan cepat, meningkatkan program
lebih berkualitas, dan kesuksesan Visit Indonesia Year 2008.
Sasaran yang ingin dicapai dari segi awareness adalah bagaimana
masyarakat mengerti dan memahami Visit Indonesia Year 2008 adalah untuk
kepentingan masyarakat dan keseimbangan berita dari media terhadap
pemberitaan yang menjadi topik hangat persiapan Pemilu dan Visit Indonesia
Year dari segi budaya dan pariwisata di tahun 2008.
e. Memformulasikan Proactive dan Respons Strategi.
Strategi Proactive yang dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata RI terbagi dalam 2 (dua) hal yaitu strategi aksi dan strategi
komunikasi. Dalam strategi aksi yang dilakukan adalah meningkatkan kinerja
kehumasan dan melibatkan partisipasi audiens dari pihak swasta, pihak
pemerintah dan pihak perorangan dari tokoh terkenal. Strategi komunikasi yang
dilakukan meliputi Informasi berita penting dengan elemen informasi yang
maksimal, melakukan penyesuaian terhadap media (local area), up to date,
interesting tourism (daya tarik wisata), dan Komunikasi yang transparan telah
dilakukan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI kepada media
dengan tidak menyertakan berita off the record.
Strategi respons yang dilakukan adalah dengan pemberian alasan yang
tepat (justification) melalui cara maksud baik (good intentions) dan respons
pengelakan (diversionary response strategies) melalui cara mengklarifikasikan
kembali (relabeling).
f. Menggunakan komunikasi yang efektif
Dalam melakukan komunikasi yang efektif, Humas Departemen dan
Kebudayaan dan Pariwisata RI menentukan siapa yang menyampaikan informasi
Visit Indonesia Year 2008 yaitu semua pihak yang ada di jajaran departemen dan
asosiasi yang berkaitan dengan kebudayaan dan pariwisata, tampilan pesan yang
digunakan adalah image Indonesia yang aman, nyaman dan menarik. Dan dalam
pesan yang disampaikan juga menyertakan penggunaan simbol yaitu Logo Visit
Indonesia Year 2008 yang mengambil konsep dasar negara Garuda Pancasila,
yang bentuknya dibuat modern
3. Taktik
:
Dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI untuk
memecahkan tujuan dan sasaran public relations dan memilih dengan batasan
anggaran yang tersedia. Fase ini terdiri dalam dua tahapan yaitu:
g. Pemilihan Taktik Komunikasi
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Taktik
Interpersonal Communication mengadakan workshop dan outbond ke daerah
tujuan wisata, dan dalam Taktik Media Organisasi mencetak leaflet, booklet,
flyers kemudian umbul-umbul, logo, dan sticker Visit Indonesia Year 2008 dan
membuat media online internet www.budpar.go.id, dalam Taktik News Media
melakukan feature release dan news release, Press Conference serta Media Visit.
Dan pada Taktik Advertising and Promotional Media melakukan pemasangan
iklan dan advetorial di media dan pemasangan baliho raksasa Visit Indonesia Year
2008 yang terpampang di Bundaran Hotel Indonesia.
h. Pelaksanaan Strategi Perencanaan.
Humas
Departemen
Kebudayaan
dan
Pariwisata
RI
melakukan
pelaksanaan strategi perencanaan dengan membuat penyusunan jadwal terhadap
program media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008,
walaupun terkadang dalam pelaksanannya mengalami pembatalan acara karena
narasumber yang berhalangan akibat pemangilan tugas yang lebih penting.
Ancang-ancang pelaksanaan program media relations sejalan dengan program
Visit Indonesia Year yaitu pertengahan 2007 pada bulan September 2007
walaupun direncanakan berakhir pada Desember 2008 namun apabila target
belum maksimal akan diundur enam bulan ke depan. Sumber keuangan yang
digunakan adalah dari Pusat Informasi dan Humas sendiri dan keseluruhan staff
yang ada di bagian Pusat Informasi dan Humas ikut serta dalam pelaksanaan
Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI.
4. Penelitian Evaluasi
:
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan evaluasi
dan penilaian untuk melihat keberhasilan program dari hasil yang dicapai
memenuhi tujuan yang direncanakan, yang terdiri dari satu tahapan yaitu Riset
Evaluasi dengan menggunakan metode media monitoring terhadap pemberitaan
mengenai Visit Indonesia Year 2008 dan dilihat dari pemberitaan yang diperoleh
frekuensi berita berdasarkan sampel nama media cetak tercatat 1025 berita yang
dikliping oleh tim Humas Depbudpar.
Media cetak yang paling sering memuat berita pariwisata kali ini adalah
Bisnis Indonesia, Bali Post dan Media Indonesia. Berita Budaya, paling banyak
dimuat oleh Kompas, Jurnal Nasional dan Media Indonesia.
Untuk berita Umum Terkait Budpar, Media Indonesia merupakan media
cetak yang lebih sering memuat berita dibanding media cetak lainnya dalam
sampel media cetak yang dikumpulkan oleh Humas Depbudpar.
Dan dalam pengevaluasiannya sasaran yang ingin dicapai belum tepat
sasaran karena hal ini terkait dengan peran Humas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI adalah fasilitator terhadap media relations, seharusnya memilki
kewenangan untuk menjadi juru bicara sehingga dapat selalu mencari informasi
yang lengkap dan leluasa untuk menjelaskan kepada media.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mencoba memberikan
saran-saran yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan khususnya bagi
Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations di
masa-masa mendatang, yaitu:
5.2.1Saran Akademis
Penulis mengharapkan untuk penelitian lanjutan, peneliti lainnya dapat
menggunakan pendekatan penelitian yang berbeda agar untuk melihat
perbandingan permbuatan dan pelaksanaan strategi humas dalam media relations
sehingga hasilnya dapat saling melengkapi dan diharapkan adanya temuan baru.
5.2.2Saran Praktis
1. Sebaiknya Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tidak
hanya sebagai fasilitator antara media dengan pihak pejabat di
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, namun seharusnya juga
bertindak sebagai sumber informasi dan dapat mencari seleluasa
mungkin untuk mencari informasi yang lebih mengenai Visit
Indonesia Year 2008 bagi media.
2. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI harus didukung
dengan adanya anggaran dana yang kuat, dan apabila memang tidak
mencukupi dapat bertindak sekreatif mungkin memanfaatkan anggaran
yang tersedia, sehingga informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008
dari awal pelaksanaan hingga akhir program dapat merata dan fokus ke
setiap media.
3. Dalam pelaksanaan kegiatan media relations ada baiknya dalam
pelaksanaan kegiatan kunjungan yang bersifat kunjungan daerah tidak
mengikutsertakan media secara bergilir, namun apabila hal tersebut
memang dikarenakan adanya keterbatasan anggran akan lebih baik
apabila mengikutsertakan media berdasarkan latar belakangnya yang
dapat menjaring media atau pembaca lebih banyak.
4. Tetap pertahankan hubungan yang telah terjalin dengan baik dengan
media, karena media sangat mendukung keberhasilan setiap aktivitas
kehumasan, dan media sendiri sangat memerlukan peran aktif Humas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam pemenuhan
pencarian berita mengenai kebudayaan dan pariwisata Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Afdhal, Ahmad Fuad. Tips & Trik Public Relations. Jakarta P.T Grasindo, 2004
Alwasilah, A. Chaedar. Pokoknya Kualitatif, dasar-dasar merancang dan
melakukan penelitian kualitatif. Cetakan I. Jakarta. P.T Dunia Pustaka Jaya dan
Pusat Studi Sunda. 2002.
Bonar, S.K. Hubungan Masyarakat Modern (Public Relations) cet. 3. Jakarta P.T
Bina Aksara 1981
Cutlip, Scott M. Center, Allen H dan Broom, Glenn H. Effective Public Relations
Merancang dan Melaksanakan kegiatan Kehumasan dengan Sukses. Alih bahasa
Renate Pohan. Jakarta P.T Indeks, 2005.
Davis, Anthony, Everything You Should Know About Public Relations, panduan
lengkap tentang PR. Jakarta, P.T Elex Media Komputindo 2005
Effendy, Onong Uchana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, P.T
Remaja Rosdakarya. 2003
Greener Tony. Kiat sukses Public Relations dan Pembentukan Citra; alih bahasa
Drs. Nurarki Azis. Jakarta P.T Bumi Aksara 1990.
http: www.cbn.net.id “Public Relations (I), dikutip dari berita CDC-Career
Development Center Faculty of Engineering University of Indonesia”
http : //icmimudabanten.org “Pers dan Praktisi Humas Sebuah Mutualisme, oleh
: Eka S dan Ika S”, tanggal 22 September 2006
http://jalanbareng.sistasista.net/2007/12/27/visit-indonesia-year-2008/
direkam pada 25 Juni 2008 09:36:18 GMT.
http ://rumakom.wordpress.com/
September 2007”
yang
“Perspektif Dasar Public Realtions (1) 27
http: www.uny.co.id “Berita mengenai : Pelatihan Press Relations : ‘Public
Relations bukan Wartawan, di Ruang Sidang Utama Rektorat Universitas Negeri
Yogyakarta”
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Editor : Tjun Surjaman, Edisi
Kedua, Cetakan III. Bandung P.T Remaja Rosdakarya. 1993.
Jefkins, Frank. Public Relations, disempurnakan oleh Daniel Yadin; alih bahasa,
Haris Munandar. Jakarta, P.T Erlangga 2003.
Krisyantono, Rachmat. Public Relations Writing, media public relations
membangun citra korporat. Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008
Lwin;Aitchison, Clueless in Public Relations/ May Lwin dan Jim Aitchison;
pengalih bahasa, Paul A. Rajoe-Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2005.
M. Linggar Anggoro. Teori dan Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di
Indonesia. Estu Rahayu. Ed.1,Cet.2, Jakarta:Bumi Aksara,2001
Moore, Frazier. Humas, Membangun Citra Dengan Komunikasi, alih bahasa
Lilawati Trimo. Jakarta, P.T Remaja Rosdakarya, 2004
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Komunikasi, P.T Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2000
Mulyana, Dedy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta P.T Remaja
Rosdakarya 2002.
Nazir, Mohammad. Metodologi Penelitian, cetakan 3. Jakarta, P.T Ghalia
Indonesia, 1988
Nurhuda,...[et al.]. Perhumas dalam warna; menyusun strategi, membangun
korporasi dan menjaga reputasi. Jakarta: BPP Perhumas bidang komunikasi,
2004.
Nurudin dan Muhammad Syaifullah. Media Relations, Panduan Praktis Praktisi
Public Relations. Malang, P.T Cespur, 2004
Oliver, Sandra. Strategi Public Relations, alih bahasa Sigit Purwanto. Jakarta, P.T
Erlangga 2001
Rachmadi,F. Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan
Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah. Jakarta, P.T Gramedia Pustaka 1992.
Ruslan, Rosady. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Edisi Revisi.
Jakarta P.T Raja Grafindo Persada, 2002.
Salinan
Peraturan
Menteri
Kebudayaan
dan
PM.07/HK.001/MKP-2007, tanggal 16 Januari 2007
Pariwisata
Nomor
Smith, Ronald D. Strategic Planning For Public Relations. United States of
America, Lawrence Erlbaum Associates, 2002.
Standard Operating Procedure (SOP) Strategi Komunikasi dan Kehumasan,
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tahun 2008.
Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian, petunjuk praktis untuk peneliti pemula.
Cetakan II. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 2004.
Umar, Husein. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis, edisi VI. Jakarta.
P.T Raja Grafindo Persada, 2004
Yin, Robert K. Studi kasus, desain dan metode. Jakarta, P.T Raja Grafindo
Persada, 2004.
Download