STRATEGI HUMAS DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA RI MENGELOLA MEDIA RELATIONS UNTUK MENGINFORMASIKAN VISIT INDONESIA YEAR 2008 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S1) Ilmu Komunikasi Disusun Oleh : Nama : Christina N. Sinaga N.I.M : 04203-115 Jurusan : Public Relations FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI Judul Nama Nim Fakultas Jurusan : Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media Relations Untuk Menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 : Christina N. Sinaga : 04203-115 : Ilmu Komunikasi : Public Relations Mengetahui, Pembimbing I (Marhaeni F. Kurniawati,S.Sos, M.Si) Pembimbing II (Dra. Ispawati Asrie) Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI Nama Nim Fakultas Jurusan Judul : Christina N. Sinaga : 04203-115 : Ilmu Komunikasi : Public Relations : Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media Relations Untuk Menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 Jakarta, 9 Januari 2009 1. Ketua Sidang Irmulan Sati. T, SH. M.Si (.........................................) 2. Penguji Ahli Juwono Tri Atmojo, S.Sos. M.Si (.........................................) 3. Pembimbing I Marhaeni F. Kurniawati,S.Sos, M.Si (.........................................) 4. Pembimbing II Dra. Ispawati Asrie (.........................................) Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI Nama Nim Fakultas Jurusan Judul : Christina N. Sinaga : 04203-115 : Ilmu Komunikasi : Public Relations : Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media Relations Untuk Menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 Jakarta, 9 Januari 2009 Disetujui dan Diterima Oleh : Pembimbing I Marhaeni F. K,S.Sos, M.Si Pembimbing II Dra. Ispawati Asrie Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Ketua Bidang Studi Humas Dra Diah Wardhani, M.Si Marhaeni F.,S.Sos, M.Si KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul penelitian ”Strategi Humas Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata RI dalam Media Relations untuk Menginformasikan Visit Indonesia Year 2008”. Skripsi ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai strategi humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations yang terjadi di lingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, terlebih khusus lagi pada saat pihak humas hendak menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Topik ini menarik menurut penulis, karena humas suatu perusahaan baik swasta dan pemerintahan perlu sekali melakukan pembinaan hubungan yang baik dengan media dalam menginformasikan program kerja dan kebijakan pemerintahan, dalam hal ini Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukannya sebagai salah satu cara untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sektor pariwisata dengan mengajak seluruh komponen masyarakat berpartisipasi mensukseskan tahun kunjungan wisata, yaitu Visit Indonesia Year 2008. Pembuatan skripsi ini merupakan ujian terberat dibandingkan dengan mata kuliah yang telah ditempuh penulis sebelumnya. Namun penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa memberikan dukungan, dorongan dan doa yang tulus kepada penulis. Oleh karena itu, dengan kebanggaan hati dan tulus ikhlas penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Ibu Marhaeni F.K, S.Sos, M.Si, selaku pembimbing I, atas waktu yang selalu ia luangkan dalam membantu penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir untuk membimbing penulis. 2. Ibu Dra. Ispawati Asrie, selaku pembimbing II yang juga selalu memberikan dukungan dan waktunya untuk selalu membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. Ibu Diah Wardani M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 4. Bpk. Drs. Hardiyanto, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 5. Bapak Turman Siagian, selaku Kabid. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI 6. Bapak Yanto, selaku Kasubid. Humas bagian Media Relations Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. 7. Keseluruhan staff Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yang telah meluangkan waktunya juga untuk menjadi nara sumber dalam skripsi ini. 8. Untuk keluarga di rumah, ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan doa yang terbaik dan support kepada penulis dan menjadi inspirasi bagi penulis untuk selalu bersemangat dalam mengerjakan skripsi ini. Buat Blacky, Brownie, Berthy dan Blondie juga. 9. Untuk temanku Lisa, Nina dan Lili yang cantik serta centil, tak ada yang tak bisa daku lakukan karena dukungan yang selalu kalian berikan sebagai sahabat. Thank’s ya.... 10. Untuk angkatan Public Relations “C” angkatan 2003 yang masih berjuang, ayo...! jangan patah semangat ya.... 11. Untuk Dian Purnama, terima kasih buat supportnya dan rasa pengertian yang selalu diberikan setiap mengalami kesulitan dan juga setiap bersukaria. Dan dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, karenanya penulis memohon maaf dan menerima kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat dan menjadi dorongan semangat untuk rekan yang lain untuk segera meyelesaikan skripsinya. Jakarta, 9 Januari 2009 Christina N. Sinaga DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL................................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI................................................ ii TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI..................................................................iii LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI ........................................iv KATA PENGANTAR............................................................................................v DAFTAR ISI.......................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii ABSTRAKSI.......................................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7 1.4 Signifikansi Penelitian ..................................................................................... 7 1.4.1 Signifikansi Akademis............................................................................... 7 1.4.2 Siginifikansi Praktis .................................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi ....................................................................................................... 9 2.2 Humas..............................................................................................................14 2.3 Strategi Humas.................................................................................................24 2.4.Hubungan dengan Media.................................................................................37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian.................................................................................................44 3.2 Metode Penelitian............................................................................................45 3.3 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................46 3.3.1 Data Primer..............................................................................................46 3.3.2 Data Sekunder..........................................................................................47 3.4 Narasumber(Subyek Penelitian)......................................................................48 3.5 Definisi Konsep................................................................................................49 3.5.1 Strategi Humas.........................................................................................49 3.5.2 Hubungan dengan Media.........................................................................50 3.6 Fokus Penelitian...............................................................................................50 3.7 Teknik Analisa Data ........................................................................................51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.................................................................53 4.1.1 Sejarah Perusahaan...................................................................................53 4.1.2 Visi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI....................................54 4.1.3 Misi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI...................................54 4.1.4 Tujuan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI...............................55 4.1.5 Sasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI..............................55 4.1.6 Arah Kebijakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata......................56 4.1.7 Profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI..................................57 4.1.8 Tugas Pokok Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI..........62 4.1.8.1 Uraian Tugas Kepala Bagian Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI.......................................................................................62 4.1.8.2 Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Media Relations Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI..............................................64 4.1.8.3 Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Publikasi dan Informasi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI..............................................64 4.1.8.4 Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Hubungan Antar Lembaga Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI..............................................65 4.9 Hasil Penelitian..........................................................................................65 4.9.1 Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media Relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008.....66 4.10 Hasil Pembahasan ..................................................................................117 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...................................................................................................145 5.2 Saran...............................................................................................................151 5.2.1 Saran Akademis .....................................................................................151 5.2.2 Saran Praktis...........................................................................................151 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR Gambar I Logo Visit Indonesia Year 2008 Gambar II Salah satu taktik Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, dengan menggunakan Baliho DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Permohonan melakukan riset dari Fakultas. Lampiran 2 Surat persetujuan untuk melakukan riset dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Lampiran 3 Draft Wawancara untuk Bapak Turman Siagian, Kepala Bidang Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Lampiran 4 Draft Wawancara untuk Bapak Yanto, Kepala Bidang Media Relations Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Lampiran 5 Draft Wawancara untuk Pihak Media Lampiran 11 Transkip Wawancara dengan Bapak Turman Siagian, Kepala Bidang Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Lampiran 12 Transkip Wawancara dengan Bapak Yanto, Kepala Bidang Media Relations Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Lampiran 13 Transkip Wawancara dengan Ibu Herlina Djabir, Wartawan RRI Lampiran 14 Transkip Wawancara dengan Bpk Nur R Fajar, Wartawan Kantor Berita ANTARA Lampiran 15 Transkip Wawancara dengan Bapak Koko, anggota Forum Wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Lampiran 19 Struktur Organisasi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Lampiran 20 Struktur Organisasi Bidang Pusat Informasi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dan Humas Lampiran 22 Media Monitoring Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, edisi Januari 2008, hal. 1-5 Lampiran 23 Artikel Majalah Ragam Pesona, majalah internal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI terbitan No. 02/1-November 2007. Lampiran 24 Press Release Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dan Departemen Kehutanan, dari www.budpar.go.id. Lampiran 25 Guntingan Berita Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tanggal 18 Februari 2008. Lampiran 26 Tabloid Pariwisata Dwi Mingguan MICE, edisi No. 05 Tahun I tanggal 21 Mei-4 Juni 2008 Lampiran 27 Tabloid Pariwisata Dwi Mingguan MICE, edisi No. 06 Tahun I terbitan tangal 11 Juni-25 Juni 2008,.7 Lampiran 28 Sumber dari www.suarapembaruan.com, judul artikel “Visit Indonesia Year 2008” Upaya Menjaring Turis di tengah Bencana Alam, ditampilkan 26 Agustus 2008 Lampiran 29 Sumber dari www.kompas.com, judul artikel VIY 2008 kunjungan ‘turis bule’ meningkat, ditampilkan Jumat 1 Agustus 2008 UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS ABSTRAKSI Nama NIM Judul Skripsi : Christina N. Sinaga : 0420-115 : Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media Relations Untuk Menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 Bibliografi : xiii+147 hal+30 lampiran+2 gambar+ 30 Bibliografi (1992- 2008) Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations adalah cara yang digunakan untuk terciptanya hubungan yang baik dengan media dan kerja sama untuk kepentingan proses publikasi dan publisitas berbagai informasi mengenai program kerja nasionalnya Visit Indonesia Year 2008 dalam kepada masyarakat. Penelitian ini memiliki rumusan masalah yaitu bagaimana strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk untuk menjelaskan strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Strategi Humas menurut penjabaran Ronald D. Smith Ronald D Smith, terdiri dari 4 fase yang di dalamnya terdapat 9 step yang digunakan untuk menyusun strategi kehumasan. Fase tersebut yakni Formative Research, terdiri dari step analisa situasi, analisa organisasi, dan analisa publik. Fase kedua adalah Strategi, di dalamnya terdapat menentukan sasaran dan tujuan, formula aksi dan respon strategi, dan menggunakan komunikasi efektif. Yang ketiga adalah Fase Taktik, di dalamnya terdapat pemilihan taktik komunikasi dan implementasi rencana strategis. Fase yang terakhir adalah Riset Evaluasi, di dalamnya terdapat evaluasi perencanaan strategis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian studi kasus untuk menguraikan strategi humas menurut penjabaran oleh Ronald D. Smith yang digunakan dalam pelaksanaan media relations oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, dilengkapi dengan pendapat beberapa narasumber media tentang pelaksanaan Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, yang dilakukan dengan wawancara mendalam menggunakan teknik analisa data triangulasi. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Strategi Humas yang dibuat oleh Ronald D Smith telah diterapkan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Dari hasil penelitian, bahwa pelaksanaan Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 belum tepat sasaran disebabkan masalah kewenangan, dan salah satu akibat kurangnya pengalokasian anggaran menyebabkan pemberian informasi yang bergilir pada media dalam suatu event. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan mulai majunya perkembangan dunia karir humas di zaman yang modern ini, perlu juga untuk diketahui bagaimana sebenarnya perjalanan Humas itu sendiri hingga bisa eksis sampai sekarang. Sejarah humas tidak dapat diungkapkan hanya dengan mengatakan bahwa asal muasalnya adalah press agentry, walaupun memang benar adanya hubungan masyarakat adalah bentuk evolusi atau perubahan dari press agentry. Pengertian dari press agentry disini adalah, upaya menciptakan berita dan peristiwa yang bernilai berita untuk dapat menarik perhatian media dan publik terlepas dari apakah berita itu benar atau tidak, positif atau tidak, yang pada prinsipnya adalah bagaimana menciptakan populeritas.1 Namun jauh sebelum adanya perkembangan press agentry, intisari dari humas itu sudah ada sejak peradaban paling awal. Para arkeolog menemukan sebuah buletin pertanian di Irak yang memberitahukan para petani pada 1800 SM cara menabur benih, cara melakukan irigasi, cara mengatasi tikus ladang, dan cara memetik hasil panen, yang mana pendistribusian buletinnya tidak jauh berbeda dengan distribusi buletin pertanian oleh Departemen Pertanian AS.2 1 Krisyantono, Rachmat. Public Relations Writing, media public relations membangun citra korporat. Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008. 66-67 2 Cutlip, Scott M., Allen H. Center dan Glenn H. Broom. Effective Public Relations Merancang dan Melaksanakan kegiatan Kehumasan dengan Sukses. Alih bahasa Renate Pohan. Jakarta P.T Indeks, 2005. 84. Pengertian Humas yang diambil dan disesuaikan dengan konsep yang akan diteliti, yaitu pengertian Humas yang dikemukakan oleh Edward L. Bernays dalam buku Public Relations menyatakan Humas memiliki tiga macam arti, yaitu : 1. Memberikan informasi kepada masyarakat. 2. Persuasi yang dimaksudkan untuk mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat terhadap lembaga demi kepentingan kedua belah pihak. 3. Usaha untuk mengintregasikan sikap dan perbuatan antar lembaga dengan sikap perbuatan masyarakat dan sebaliknya.3 Dan hal diataslah yang dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang berdiri pada tahun 1983 sebagai salah satu upaya untuk menjaga corporate imagenya di mata para stakeholdernya. Upaya tersebut tercantum dengan jelas pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.07/HK.001/MKP-2007 tanggal 16 Januari 2007, yang menyebutkan bahwa: Bidang Hubungan Masyarakat, mempunyai tugas melaksanakan hubungan dan kerjasama kehumasan dengan Lembaga Pemerintah, Lembaga Non Pemerintah, Lembaga Tinggi Negara, dan Media4 Salah satunya terlihat jelas sekali bahwa Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mempunyai peranan dengan media, untuk melakukan tugas Departemen yang memerlukan langkah-langkah kebijakan komunikasi dan kehumasan. Kehumasan di sini adalah segala bentuk penyampaian pesan Departemen kepada publik internal dan eksternal (stakeholders) dengan tujuan mendapatkan pengertian dan pemahaman yang sama 3 Rachmadi,F. Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah. Jakarta, P.T Gramedia Pustaka 1992., 19 4 Salinan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.07/HK.001/MKP-2007, tanggal 16 Januari 2007 Untuk itu, lembaga atau Departemen membutuhkan media komunikasi. Media ini berbentuk media massa atau media lainnya yang dipergunakan sebagai sarana untuk menyampaikan suatu informasi lembaga atau Departemen kepada publik, maka lembaga atau Departemen membutuhkan perangkat-perangkat, diantaranya siaran pers (press release). Ini merupakan segala bentuk informasi secara tertulis yang disampaikan kepada wartawan atau publik dengan tujuan untuk dipublikasikan melalui media massa (cetak dan elektronik) Selain itu, lembaga atau Departemen dapat melakukan konferensi pers, dengan memberikan keterangan yang disampaikan kepada wartawan secara langsung (tatap muka) dan juga berupa talk show untuk menjelaskan kondisi lembaga atau Departemen, yang mana kegiatan ini dilakukan oleh seorang juru bicara yaitu pejabat yang mewakili lembaga atau Departemen untuk menyampaikan keterangan atau informasi yang harus disosialisasikan.5 Dalam rangka pembinaan hubungan dengan media massa, perlu mendapatkan perhatian yang istimewa karena media berfungsi sebagai sarana kontrol yang dalam pemberitaannya meliputi segala kehidupan rakyat. Hubungan dengan media dijelaskan oleh Frank Jefkins adalah suatu usaha untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi. Humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak, bagi organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.6 Karena pada dasarnya sebuah perusahaan membutuhkan pihak media untuk menyampaikan informasi-informasi tentang perusahaan guna menciptakan 5 Standard Operating Procedure (SOP) Strategi Komunikasi dan Kehumasan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tahun 2008. 6 Frank Jefkins, Public Relations, Edisi Kelima, Erlangga., 113 dukungan positif dan opini publik dari masyarakat melalui tulisan-tulisan yang di muat dalam media. Maka tanpa adanya hubungan baik, aktivitas Humas dikhawatirkan tidak akan berhasil. Sehingga diperlukan suatu strategi yang dilakukan oleh praktisi Humas dalam upaya menjalin hubungan yang harmonis dengan media merupakan bagian dari fungsi Humas, khususnya sebagai alat pendukung atau media kerjasama untuk kepentingan publikasi mengenai kegiatan atau program kerja Humas Strategi yang dilakukan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam membina hubungan baik dengan media, dilaksanakan sebagai upaya peningkatan pemahaman khalayak media akan kinerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Tujuan umum dari kegiatan ini tentu saja sebagai salah satu cara untuk membina hubungan baik dengan Media yang diharapkan dapat memberikan citra yang positif tentunya, tapi lebih khusus Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI ingin memberikan sesuatu berupa informasi mengenai program kerja dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI secara keseluruhan dengan lebih lengkap dan transparan, dan juga pemberian informasi yang mungkin saja terlewatkan atau kurang dipahami oleh pihak media. Penyampaian informasi yang dilakukan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI sebagai salah satu upaya dalam pembinaan hubungan baik dengan media ada yang dilakukan secara formal maupun non-formal, berdasarkan SOP (Standard Operating Procedur) dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI kegiatan yang dilakukan Humas antara lain Press Statement, Press Briefing, Press Release, Coffe Morning, dll.7 Yang diharapkan dapat membuat hubungan antara pihak Departemen dan Media jauh lebih bersahabat. Alasan penulis memilih Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, sebagai objek penelitian karena salah satu departemen dalam pemerintahan Indonesia yang mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan kepariwisataan yang selalu berusaha untuk mengelola reputasinya dengan baik salah satu program nasional yang sedang dilaksanakannya adalah Visit Indonesia Year 2008 yang dilakukan juga melalui media relations, dengan hasil yang diharapkan dapat menciptakan corporate image yang baik. Dan dengan latar belakang ini, akhirnya mendorong penulis sebagai peneliti untuk menyajikan judul “Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media Relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008”, dalam penelitian penulis. Penulis memilih judul ini, karena ingin mengetahui bagaimana Strategi yang dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, dan jangka waktu yang dipilih yaitu tahun 2008 karena penulis ingin melihat bagaimana kinerja Humas dalam menginformasikan mengenai persiapan dan perencanaan serta pengevaluasian dari Visit Indonesia Year 2008, yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sektor pariwisata dengan mengajak seluruh komponen masyarakat berpartisipasi mensukseskan 7 Standard Operating Procedur (SOP) Strategi Komunikasi dan Kehumasan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tahun 2008. tahun kunjungan wisata Indonesia 20088, sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia di tingkat nasional dan internasional dengan target dapat mendatangkan sebanyak-banyaknya kurang lebih 7 juta wisman. Namun bukan hanya wisatawan asing saja yang ditargetkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tapi juga wisatawan nusantara dengan target 118 juta wisatawan nusantara (wisnus). Dengan jumlah wisman sebesar itu, diharapkan pariwisata di Indonesia akan mendulang devisa sekitar US$ 6,4 miliar. 9 Dengan adanya devisa yang masuk ke dalam kas Negara Indonesia diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat yang mampu menyerap tenaga kerja dalam bidang kepariwisataan dan kebudayaan, dan dapat menggairahkan perekonomian masyarakat melalui usaha kecil menengah dari kedatangan para turis atau wisatawan baik asing maupun lokal. Dan hasil yang diharapkan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia dengan adanya media relations, selain dapat memperoleh hubungan kerjasama dan citra yang positif dengan insan media juga diharapkan dapat menggaungkan Visit Indonesia Year 2008 dengan lebih maksimal ke masyarakat sehingga mereka memilki keinginan untuk berwisata ke Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dari penelitan ini adalah “Bagaimana Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan 8 Majalah Ragam Pesona, majalah internal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI edisi No.02/I-November, hal. 24 9 Sumber dari: www.suarapembaruan.com, dengan artikel “Visit Indonesia Year 2008” Upaya menjaring turis ditengah bencana alam yang ditampilkan pada tanggal 26 Agustus 2008. Pariwisata RI dalam Media Relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008” 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, untuk menjelaskan Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media Relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. 1.4 Signifikansi Penelitian Selain didasarkan kepada sejumlah tujuan, hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif tidak saja bagi penulis sebagai peneliti, akan tetapi juga bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, adalah : a. Signifikansi Akademik. Dengan penelitian ini, peneliti berharap dapat menemukan cara-cara atau aktivitas Humas yang baru, dengan harapan hasil penelitian dapat menyumbangkan masukan baru untuk pengembangan keilmuan Humas mengenai permasalahan Strategi Humas dalam media relations. Selain itu hasil penelitian ini juga bisa dimanfaatkan sebagai referensi bagi mereka yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sama pada ruang lingkup yang lebih luas. b. Signifikansi Praktis. Diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan pemikiran dari peneliti, untuk memberikan masukan mengenai pengevaluasian bagi pihak Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI terhadap Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media Relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, supaya pelaksanaan kinerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, menjadi lebih efektif dan efesien. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Komunikasi merupakan sesuatu yang telah lazim ditengah-tengah kehidupan bersosialisasi dengan masyarakat, disadari atau tidak komunikasi sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada saat bermain, berdiskusi, bahkan di saat seorang diri juga melakukan komunikasi dengan diri sendiri seperti berpikir. Selain itu komunikasi sangat unik karena selalu diwarnai oleh berbagai latar belakang yang berbeda dari para pelakunya, seperti budaya, jenis kelamin, usia, dan masih banyak hal, yang membuat suatu komunikasi itu menjadi lebih berwarna. Dalam penulisan ini, penulis mengambil arti komunikasi menurut pendapat Bernard Berelson dan Garry A. Stainer yang berasal dari buku “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, yang mengatakan bahwa Komunikasi merupakan penyampaian informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang ber kata-kata, gambar, bilangan, grafik dan lainlain. Kegiatan atau proses penyampaiannya biasanya dinamakan komunikasi. 10 Berdasarkan pengertian komunikasi di atas unsur-unsur dari proses komunikasi terdiri dari 5 (lima) unsur yang saling bergantungan satu sama lain, yaitu : 10 Mulyana, Dedy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta P.T Remaja Rosdakarya 2002, 62. 1. Sumber (Source), adalah pihak yang berinsiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya (perasaan) atau pikiran tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal dan/atau non-verbal yang idealnya dipahami oleh penerima pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding). 2. Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal dan/atau non-verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen : makna, symbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Symbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan dan perasaan, baik ucapan ataupun tulisan. 3. Saluran atau Media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran non-verbal. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara meskipun kita bisa juga menggunakan kelima indera kita untuk menerima pesan dari orang lain. 4. Penerima (Receiver), sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikasi (communicate), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter) , yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaan, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat symbol verbal dan/atau non-verbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses ini disebut penyandian balik (decoding). 5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, dan sebagainya.11 Yang pada akhirnya komponen dari hal diatas akan menciptakan lingkaran komunikasi (communication loop), namun sering kali yang tidak muncul dan merupakan komponen terakhir dari communication loop adalah umpan balik, atau datangnya sebagian, dan kalaupun ada umpan balik tersebut tidak diketahui oleh si pengirim. Ini sulit, karena diam pun bias dianggap sebagai umpan balik dalam beberapa kondisi.12 Melalui proses penyampaian informasi ini, komunikasi yang berlangsung diharapkan akan mencapai saling pengertian diantara komunikator dan komunikan. Apabila tercipta saling pengertian, maka tujuan komunikasi sudah tercapai. Tujuan dari komunikasi berdasarkan pendapat Gordon I. Zimmerman terdiri dari dua kategori besar, yaitu: 1. Berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan, untuk memberi makan dan pakaian kepada diri-sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup. 11 Mulyana, Dedy. op.cit., 62-64 Davis, Anthony, Everything You Should Know About Public Relations, panduan lengkap tentang PR. Jakarta, P.T Elex Media Komputindo 2005., 69. 12 2. Berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain.13 Dan berdasarkan pendapat William I. Gorden, komunikasi memiliki empat fungsi, yaitu: 1. Komunikasi Sosial, mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. 2. Komunikasi Ekspresif, komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita). Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan non-verbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku non-verbal, seperti seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. 3. Komunikasi Ritual, komunikasi ini biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup mulai dari upacara kelahiran, upacara perkawinan hingga upacara kematian. Dalam acara-acara itu orang 13 Mulyana, Dedy.loc.cit., 4 mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa juga adalah komunikasi ritual. 4. Komunikasi Instrumental, komunikasi ini mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga untuk menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui.14 Tanpa komunikasi maka tidak adanya proses interaksi, saling tukar ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, informasi dan sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung dengan melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung makna yang dapat dimengerti atau dalam lambang yang sama. Pengertian pemakaian bahasa dapat bersifat kongkret atau abstrak.15 Kegiatan komunikasi internal meliputi berbagai cara yang dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu: Pertama komunikasi personal/pribadi adalah komunikasi antara dua orang yang berlangsung melalui dua cara dengan tatap muka yang berlangsung secara dialogis dan komunikasi lewat media dengan 14 Mulyana, Dedy. loc.cit., 5-30 Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta, P.T RajaGrafindo Persada, 2005., 80 15 menggunakan alat seperti telepon dan memorandum. Kedua komunikasi kelompok merupakan komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka, dimana kelompok tersebut bisa kecil dan bisa juga besar. Sedangkan kegiatan komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi secara timbal balik baik antara organisasi dengan khalayaknya, yang dilakukan menurut kelompok sasaran berdasarkan hubungan yang harus dibina, yaitu: a. Hubungan dalam lingkungan (community relations) b. Hubungan dengan instansi pemerintah (goverment relations) c. Hubungan dengan media (media relations)16 Berdasarkan hal di atas, maka komunikasi yang dilakukan lebih difokuskan kepada komunikasi dalam kegiatan humas yang dilakukan secara eksternal yaitu komunikasi antara organisasi dengan media dalam kegiatan media relations. 2.2 Humas Humas, adalah cabang utama dari kajian ilmu komunikasi. Keterampilan berkomunikasi merupakan faktor pokok yang terus dikembangkan, baik secara akademik maupun dalam kegiatan operasional. Kegiatan komunikasi dalam Humas ditujukan kepada masyarakat yang ada dalam organisasi (internal) dan masyarakat luar organisasi (eksternal). Pada hakikatnya kegiatan Humas adalah 16 Rachmadi,F. Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah. Jakarta, P.T Gramedia Pustaka 1992.,71-75 kegiatan komunikasi, tetapi berbeda dengan jenis kegiatan komunikasi lainnya, kegiatan komunikasi dalam Humas mempunyai ciri-ciri tertentu, disebabkan karena fungsi, sifat organisasi dari lembaga Humas itu berada dan berlangsung, sifat-sifat manusia yang terlibat, terutama publik yang menjadi sasaran, faktorfaktor eksternal yang mempengaruhi dan sebagainya yang bersifat khas. Ciri hakiki dari komunikasi dalam Humas, adalah komunikasi yang bersifat timbal balik (two way traffic). Komunikasi yang bersifat timbal balik ini sangat penting dan mutlak harus ada dalam kegiatan Humas, dan terciptanya feedback merupakan prinsip pokok dalam Humas.17 Menurut F. Rachmadi dalam bukunya Public Relations dalam teori dan praktek. Kunci sukses komunikasi dalam Humas, sangat tergantung pada prinsip pelaksanaan komunikasi yang efektif. Dalam kaitan komunikasi yang efektif, halhal yang perlu diperhatikan adalah : 1. Jenis Publik (khalayak) yang menjadi sasaran. 2. Susunan pesan bagaimana yang paling tepat dan mudah dipahami. 3. Saluran apa yang paling sesuai dengan sifat publik yang dituju.18 Setiap organisasi/perusahaan memiliki sendiri khalayak khususnya kepada khalayak yang terbatas itulah organisasi senantiasa menjalin komunikasi, baik internal maupun eksternal oleh karena itu, suatu organisasi atau perusahaan tidak hanya menyelenggarakan komunikasi dengan staf atau konsumennya saja.19 17 Rachmadi,F. ibid.,6 Rachmadi,F. ibid.,7 19 Jefkins, Frank. Public Relations, disempurnakan oleh Daniel Yadin; alih bahasa, Haris Munandar. Jakarta, P.T Erlangga 2003., 80 18 Seorang praktisi Humas dituntut untuk mampu mengerjakan banyak hal, Ia harus bisa menjadi seorang komunikator, seorang penasehat dan sekaligus seorang perencana kampanye yang baik. Di bidang Humas sumber-sumber informasi, kreativitas dan produksi adalah perusahaan itu sendiri sehingga setiap organisasi harus memiliki pejabat Humas yang tahu benar mengenai organisasinya karena ia harus mampu bertindak sebagai juru bicaranya.20 Berkaitan dengan komunikasi, maka terdapat pesan yang disampaikan dimana menurut May Lwin dan Jim Aitchison terdapat 4 (empat) jenis pesan yang disampaikan organisasi, yaitu : 1. Pesan yang direncanakan, meliputi siaran pers, annual report, logo, promosi perdagangan, dan lain-lain. 2. Pesan yang disimpulkan, sama seperti semua komunikasi antar manusia lainnya orang akan menarik kesimpulan dan pendapatnya sendiri tentang apa yang mereka lihat atau dengar, karena persepsi konsumen itu sangat kuat, contoh citra dari gerai pengecer yang menjual produk-produk perusahaan. 3. Pesan pemeliharaan, pesan yang disampaikan oleh para pekerja perusahaan seperti bagaimana mereka berurusan dengan pelanggan, bagaimana sekretaris menjawab panggilan telepon, sikap apa yang mereka tampilkan, buku petunjuk dan selebaran tentang produk perusahaan adalah bentuk lain pesan pemeliharaan. 4. Pesan yang tidak direncanakan, adalah kontak komunikasi dengan para pelanggan yang melampaui kendali perusahaan. Pemberitaan 20 Jefkins, Frank. ibid., 27. tentang perusahaan, pernyataan tentang perusahaan yang dibuat oleh kelompok lembaga konsumen, penarikan produk gagal, dan krisis perusahaan adalah bentuk tantangan yang harus dihadapi oleh para praktisi Humas.21 Dalam penulisan ini, penulis akan mengambil 2 (dua) definisi dari Humas. Pertama, menurut Edward L. Bernays dalam bukunya Public Relations, mengatakan Humas mempunyai tiga arti yaitu (1) Penerangan kepada masyarakat (2) Persuasi untuk mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat, dan (3) Usaha untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan dengan sikap perbuatan masyarakat dan sebaliknya.22 Kedua, menurut Frank Jefkins Humas adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.23 Dari kedua definisi di atas, ada beberapa kesamaan pokok pikiran, yakni : 1. Humas merupakan suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh goodwill, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik dari publik/masyarakat. 2. Sasaran Humas, adalah menciptakan opini publik yang favourable, menguntungkan semua pihak. 21 Lwin;Aitchison, Clueless in Public Relations/ May Lwin dan Jim Aitchison; pengalih bahasa, Paul A. Rajoe-Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2005., 14-15 22 Rachmadi,F. Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah. Jakarta, P.T Gramedia Pustaka 1992.,19 23 Jefkins, Frank. ibid.,10 3. Humas, merupakan unsur yang sangat penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik dari organisasi/perusahaan. 4. Humas adalah usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara satu badan/organisasi dengan masyarakat melalui suatu proses komunikasi timbal-balik atau dua arah. Yang didasari oleh mutual understanding, mutual confidence, dan image yang baik.24 Apabila dalam kesamaan pokok pikiran di atas dikatakan bahwa Humas merupakan unsur yang penting dalam manajemen suatu oganisasi, terdapat beberapa alasan pentingnya keberadaan Humas dalam suatu organisasi, yaitu : 1. Menciptakan reputasi para individual sebagai ahli di bidang yang dipilihnya. 2. Menciptakan reputasi bagi perusahaan-perusahaan dan organisasi. 3. Meningkatkan kesadaran terhadap produk dan layanan dan pada organisasi yang mengadakan mereka. 4. Mempertinggi nama baik dari suatu kedudukan masyarakat atau nama baik perusahaan. 5. Menyelengarakan kampanye untuk mencapai tujuan tertentu.25 Dengan melihat penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa baik pemerintah atau swasta, yang merasakan keperluan menyampaikan pandangan mereka sampai kepada masyarakat sangat memerlukan jasa tertentu dari Humas itu sendiri. Terdapat 3 (tiga) alasan utama mengapa sebuah organisasi memerlukan jasa Humas, yaitu : 24 Rachmadi,F. op.cit., 19 Greener Tony. Kiat sukses Public Relations dan Pembentukan Citra; alih bahasa Drs. Nurarki Azis. Jakarta P.T Bumi Aksara 1990., 4 25 1. Opini yang tidak memihak. Jika produk suatu perusahaan diulas media, masyarakat yakin bahwa pihak ketiga telah menguji, memahami dan yakin akan kewajaran harga produk tersebut. 2. Humas menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pertumbuhan bisnis secara keseluruhan. Saat ini, Humas menjadi bagian yang integral dari disiplin ilmu manapun, yang membentuk struktur organisasi swasta dan pemerintah yang baik. Beroperasi dalam tiga bidang klasik yaitu, produk, bisnis, dan urusan intern. Membuat Humas memberikan pelayanan yang melengkapi tujuan pertumbuhan dan keuntungan secara umum, dengan mengaitkan diri dengan bagian pemasaran, penjualan, personalia, manufacturing, pembelanjaan, pembiayaan, teknik, perencanaan bisnis dan bagian lain dari struktur bisnis modern yang terintegrasi.26 Berdasarkan pernyataan di atas Praktisi Humas bertujuan untuk membuat masyarakat berpikir lebih tinggi tentang praktisi Humas itu sendiri dan organisasi. Dan tujuan ini dapat dilaksanakan baik di kantor dengan staf sendiri atau dengan menggunakan jasa-jasa konsultan Humas. Dalam realitas praktik Humas di perusahaan, tujuan dari Humas, adalah : 1. Menciptakan Pemahaman (Mutual Understanding) antara Perusahaan dan Publiknya. Tujuan kegiatan Humas pertama kali adalah berupaya menciptakan saling pengertian antara perusahaan dan publiknya. Melalui kegiatan 26 Grenner, Tony. ibid.,16 komunikasi diharapkan terjadi kondisi kecukupan informasi (wellinformed) antara perusahaan dan publiknya. Kecukupan informasi ini merupakan dasar untuk mencegah kesalahan persepsi. Kesalahpahaman akibat salah persepsi atau kekurangan informasi merupakan kesalahan mendasar dalam kegiatan komunikasi (primery-breakdown of communication) 2. Membangun Citra Korporat Tujuan Humas adalah agar citra perusahaan positif di mata publiknya. Citra positif mengandung arti kredibilitas perusahaan di mata publik adalah baik (credible). Citra perusahaan bukan hanya dilakukan seorang public relations, tetapi perilaku seluruh unsur perusahaan (karyawan, manajer, dan lainnya) ikut andil dalam pembentukan citra ini, baik disadari atau tidak. Perilaku itu berkaitan dengan tugas pelayanan atau tidak. Misalnya, seorang karyawan hotel yang kecanduan narkotika dan tertangkap polisi sedang nyabu di rumahnya. Kemudian berita ini tersebar di masyarakat. Meskipun tidak ada kaitan dengan hotel tempatnya bekerja, peristiwa ini berpotensi membuat jelek nama hotel. 3. Membangun Opini Publik yang Favorable Citra perusahaan yang baik akan membuat keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Keuntungan tersebut adalah: peningkatan penjualan, mendukung pengembangan produk baru, memperkuat relasi keuangan, membuat harmoni hubungan dengan karyawan, mendukung program rekrutmen, dan membantu mengatasi krisis. 4. Membentuk Goodwill dan Kerja Sama Pada tahap ini, tujuan Humas sudah pada tahap tindakan nyata. Artinya, sudah tercipta jalinan kerjasama dalam bentuk perilaku tertentu yang mendukung keberhasilan perusahaan. Good will dan kerjasama dapat terwujud karena ada inisiatif yang dilakukan berulang-ulang oleh Humas suatu perusahaan untuk menanamkan saling pengertian dan kepercayaan kepada publiknya. Kemudian diikuti tindakan nyata perusahaan untuk komitmen mewujudkan kepentingan publik.27 Berdasarkan tujuan Humas diatas, maka dapat dikaitkan dengan fungsi dari Humas dimana seorang praktisi Humas mempunyai fungsi timbal-balik, ke luar dan ke dalam. Fungsi Humas ke luar, harus mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran (image) masyarakat yang positif terhadap segala tindakan dan kebijakan organisasi atau lembaganya. Sedangkan fungsi Humas ke dalam, adalah seorang praktisi Humas berusaha mengenali, mengidentifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan sikap dan gambaran yang negative (kurang menguntungkan) dalam masyarakat sebelum sesuatu tindakan atau kebijakan itu dijalankan. Itu berarti seorang praktisi Humas harus mengetahui dari dekat apa yang terjadi di dalam perusahaan atau lembaganya, termasuk ketentuan kebijakan dan perencanaan tindakan.28 Pada prinsipnya, fungsi Humas merupakan fungsi top-management. Oleh karena itu kehadirannya di dalam suatu organisasi dan lembaga selayaknya berada 27 Krisyantono, Rachmat. PR Writing: Media Public Relations Membangun Citra Korporat, cet. 1. Jakarta, Kencana, 2008., 5-17 28 Rachmadi,F. Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah. Jakarta, P.T Gramedia Pustaka 1992.,22 langsung di bawah pimpinan utama (top manager). Dengan posisi Humas yang demikian, diharapkan ia dapat lebih mudah melaksanakan tugasnya yang menuntut pengetahuan menyeluruh keadaan organisasi/perusahaan, dan kecepatan menyampaikan berita kepada pemimpin utama sebagai pengemban citra yang menentukan dalam organisasi.29 Untuk mengetahui tugas yang dilaksanakan oleh Humas itu sendiri, menurut Siska Widyawati selaku sumber cyberjob yang berpengalaman sebagai seorang Public Relations 5 (lima) tahun di sebuah agensi periklanan besar di Jakarta Pusat, memaparkan job description Humas yang disebutnya sebagai “nature of work” adalah: 1. Reputasi, bahkan eksistensi lanjutan dari sebuah perusahaan dapat bergantung dari keberhasilan Humas menafsirkan target publik untuk mendukung tujuan dan kebijakan perusahaan yang bersangkutan. Seorang Humas specialist menyajikan hal tersebut sebagaimana halnya seorang penasihat dalam bidang bisnis, asosiasi non profit, universitas, rumah sakit dan organisasi lain. Selain itu, mereka juga membangun dan memelihara hubungan positif dengan publik 2. Humas mengurus fungsi-fungsi organisasi, seperti menghadapi media, komunitas dan konsumen. Dalam hubungannya dengan pemerintahan mereka mengurus kampanye politik, representasi para intrest group, sebagai conflict mediation, atau mengurus hubungan antara perusahaan tempat mereka bekerja dengan para investor. 29 Rachmadi,F. ibid.,9 3. Humas menyampaikan informasi pada publik, interest group, pemegang saham, mengenai kebijakan, aktivitas dan prestasi dari sebuah organisasi. Tugas tersebut juga berhubungan dengan mengupayakan pihak-pihak manajemen untuk supaya tetap sadar terhadap tingkah laku publik dan menaruh perhatian terhadap group-group dan organisasi, dengan siapa mereka biasa berhubungan. 4. Humas menyiapkan press release dan menghubungi orang-orang di media yang sekiranya dapat menerbitkan atau menyiarkan material mereka. Banyak laporan khusus di radio atau televisi, berita di koran atau artikel di majalah, bermula dari meja seorang Humas. 5. Humas mengatur dan mengumpulkan program-program untuk memelihara dan mempertahankan kontak antara perwalian organisasi dan publik. Mereka mengatur speaking engagement, pidato untuk kepentingan sebuah perusahaan, membuat slide dalam meeting dan merencanakan konvensi. Sebagai tambahan, mereka juga bertanggungjawab dalam pembuatan annual reports dan menulis proposal untuk proyek-proyek yang beragam. 6. Dalam pemerintahan, Humas kemungkinan akan disebut sebagai “sekretaris pers”, “information centre”, “publik affair specialist” atau “communications specialist”, bertugas menginformasikan pada publik mengenai aktivitas yang dilakukan agen-agen pemerintahan dan pegawaipegawai resminya. Humas yang berurusan dengan publisitas untuk individual, atau mereka yang menangani Humas untuk organisasi kecil, kemungkinan akan berurusan dengan semua aspek pekerjaan. Mereka akan menghubungi orang-orang, merencanakan dan melakukan penelitian dan menyiapkan material untuk distribusinya. Mereka juga mengurusi pekerjaan advertising atau sales promotion untuk mendukung kegiatan marketing.30 2.3 Strategi Humas Strategi Humas harus mempertimbangkan cara-cara yang dapat mengintregasikan semua aktivitasnya, dan cara yang paling praktis serta definitif saat ini adalah mendasarkan program-program Humas pada stakeholders.31 Dengan kata lain strategi humas itu sendiri menurut Ahmad S. Adnanputra, Presiden Institut Bisnis dan Manajemen Jayakarta, adalah alternative optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan humas dalam kerangka suatu rencana humas (public relations plan).32 Berdasarkan pendapat Ronald Smith dalam bukunya “Strategic Planning For Public Relations” menawarkan strategi Humas dengan sembilan langkah disebut Nine Steps of Strategic PR, yang terbagi dalam empat bagian yaitu:33 30 www.cbn.net.id “Public Relations (I)”, dikutip dari berita CDC-Career Development Center Faculty of Engineering University of Indonesia. 31 Oliver, Sandra. Strategi Public Relations, alih bahasa Sigit Purwanto. Jakarta, P.T Erlangga 2001., 6 32 Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta, P.T RajaGrafindo Persada, 2005.,124 33 Smith, Ronald D. Strategic Planning For Public Relations. Lawrence Erlbaum Associates, 2002. United States of America., 9-11 Fase Formative Research Tahapan ini adalah riset formatif yang dilakukan sebelum memulai sebuah program, dan tahapan ini terdiri dari tiga bagian dimana perencana menggambarkan kondisi nyata organisasi saat program akan direncanakan. Riset program dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan untuk mengarahkan pengambilan keputusan dalam perencanaan, tahapan ini terdiri dari: Step 1: Analisis Situasi Menganalisis situasi adalah bagian terpenting dari awal suatu proses. Menganalisis suatu situasi meliputi analisa yang melibatkan perencana, dalam menggambarkan seluk beluk peluang dan kemungkinan rintangan progam yang akan dikembangkan dalam pelaksanaan program ini. Step 2: Analisis Organisasi Pada tahapan ini dalam melakukan pengamatan terhadap organisasi meliputi tiga tahapan yaitu: a. Menganalisa lingkungan internal suatu organisasi, seperti: misi dan visi yang dijalankan oleh organisasi, program kerja organisasi serta dukungan manajemen yang diberikan organisasi dalam pelaksanaan program strategi perencanaan. b. Menganalisa persepsi publik/opini publik terkait dengan reputasi organisasi. c. Menganalisa lingkungan eksternal, seperti pesaing perusahaan (kelompok penekan) maupun pendukung perusahaan. Step 3: Analisa Publik Pada langkah ini, mengidentifikasikan dan menganalisa publik kunci perusahaan, yaitu publik yang berinteraksi dengan perusahaan. Dalam tahapan ini, dianalisa apa yang diinginkan, diperlukan, diharapkan oleh suatu publik. Fase Strategi Strategi adalah perencanaan keseluruhan organisasi. Meliputi bagaimana organisasi menentukan apa yang ingin dicapai oleh organisasi dan bagaimana keinginan tersebut akan dicapai. Pada bagian kedua dari proses ini terdiri dari tiga langkah, yaitu: Step 4 : Menetapkan Tujuan dan Positioning serta Sasaran Tahapan ini fokus terhadap posisi akhir yang akan dicapai dari perusahaan dan produk atau pelayananannya. Dalam tahapan ini, menetapkan tujuan dan positioning serta sasaran yang jelas dan spesifik dalam menentukan apa yang ingin dicapai oleh perusahaan kepada publik dengan harapan dapat melihat kesadaran (awareness) dan penerimaan (acceptence) serta reaksi (action) publik terhadap perusahaan. Step 5: Memformulasikan Proactive dan Respons Strategi Dalam Strategi proactive, perusahaan dapat memperkenalkan sebuah program komunikasi yang membawahi kondisi dan sesuai dengan waktu yang tepat untuk melihat posisi terbaik dari kepentingan perusahaan. Strategi proactive dibagi dalam dua bagian yaitu: 1). Strategi aksi, yang terdiri: a. Performa Organisasi (Organizational Perfomance), Humas berusaha untuk meningkatkan nama baik suatu perusahaan dengan memberikan perfoma/kinerja yang baik, dan produk/jasa yang dapat merefleksikan level kualitas akan kehadiran, keinginan, ketertarikan, kebutuhan dan harapan dari publik kunci. b. Partisipasi Audiens (Audiens Participations), dapat dibangun dengan aktivitas yang diberikan oleh publik perusahaan dengan kontak langsung terhadap produk atau jasa perusahaan, seperti perusahaan kosmetik memberikan sample gratis, klub senam kebugaran memberikan penawaran diskon kepada member. c. Alliansi dan Koalisi (Alliances and Coalitions), pada saat dua organisasi atau lebih bergabung bersama dalam suatu tujuan maka terbentuklah suatu Alliansi dan Koalisi. Alliansi cenderung tidak formal, lebih tidak terstruktur dan mungkin lebih kecil dari koalisi, tetapi keduanya terlihat untuk menempa suatu hubungan, seringkali dengan pihak lain/baru dalam group yang mempunyai nilai dan tujuan yang sama. Pembawaan dari alliansi adalah mereka menghasilkan kegiatan dan kerjasama sekitar satu hal dan seringkali dengan issue yang tengah berlangsung. d. Pihak Sponsor (Sponsorships), memberikan langkah lain dalam proactive yang dapat membuat organisasi meningkatkan peluang dan kekaguman akan kualitas yang baik ditengahtengah publik kunci. Pihak sponsor melibatkan dua hal atau salah satunya, yaitu memperlengkapi program secara langsung dan memperlengkapi keuangan dan sumber daya yang ada terhadap program yang dikehendaki. e. Aktivitas aktivis (Activism), aktivitas ini secara umum terlibat dalam perubahan, seperti isu sosial (kejahatan, sistem hukuman, dll), masalah lingkungan (polusi, limbah nuklir, penyebaran penduduk, dll) mengenai kebijakan politik, dll. Dan para aktivis adalah orang yang lebih cenderung untuk bertindak dalam memberikan dukungan terhadap suatu masalah. Beberapa pelaksanaan dengan strategi aktivitas, adalah pemogokan, boikot, demo jalan, pertemuan, petisi (surat permohonan). Aktivitas Aktivis sering membuat keefektifan dengan menggunakan berita di media, karena taktik mereka melibatkan protes secara tindakan dan hal tersebut sangat nyata. 2). Strategi komunikasi, yang terbagi dalam dua hal, yaitu : a.Informasi Berita Penting Keberadaan informasi dalam berita yang bernilai adalah sebuah keharusan untuk semua organisasi berarti adanya harapan menggunakan media berita untuk membawa pesan dan menangkap daya tarik untuk publik. Nilai dari sebuah berita terdiri dari berberapa hal yang disingkat dalam akronim SiLoBaTi+UnFa, yaitu: Memiliki arti (Significance), berita harus memiliki arti untuk banyak orang meskipun bersebrangan dengan kepentingan organisasi; ini adalah berita yang penuh dengan pengaruh dan memiliki kepentingan. Berita juga melibatkan informasi yang relevan atau disesuaikan dengan wilayah setempat (Local area). Yang memberi tanda terhadap ruang penyiaran dari suatu berita sebagai perantara dalam memperkenalkan sebuah informasi. Berita juga merupakan informasi dengan keseimbangan dan berdasarkan kenyataan (Balance). Pada saat praktisi public relations menggunakan informasi untuk mempromosikan organisasi atau klien, hal tersebut seharusnya tidak digambarkan sebagai kegiatan promosi, akan lebih baik bila digambarkan dengan rupa sebuah kemurnian berita tanpa pengaruh pihak lain dan kenetralan akan suatu berita. Kunci terakhir dari berita adalah tepat waktu (Timely), maksudnya di sini adalah selalu terhubungkan dengan isu yang sedang hangat terlebih khusus yang banyak beredar di publik dan agenda para media. Akan tetapi, pentingnya suatu berita juga dapat dipengaruhi lagi dengan dua faktor lain. Daya tarik suatu berita menjadi tinggi pada saat suatu informasi dilibatkan dalam situasi yang tidak biasa (Unusual). Hal ini sering disebut oleh para penulis sebagai daya tarik seseorang (Human interest), hal tersebut susah untuk membatasi kulitasnya yang melibatkan nilai yang lebih dari suatu hal yang jarang (lain daripada yang lain), hal yang baru, dan keunikan. Daya tarik suatu berita juga ditambah pada saat informasi melibatkan ketenaran “sebuah nama yang dapat membuat berita” (Fame), hal tersebut bukan hal yang omong kosong. Orang yang terkenal atau orang penting dapat menambahkan daya tarik kepada situasi sebuah berita yang penting. Terkadang keterlibatan mereka dapat memberikan event rutin lainnya dan meningkatkan status suatu berita. b.Komunikasi yang Transparan Komunikasi yang transparan adalah ide penting dalam mengembangkan strategi proactive public relations. Hal ini dimulai dengan adanya kesadaran akan suatu fakta yang dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan. Pada saat organisasi melakukan komunikasi yang transparan mereka memperlengkapi suatu komunikasi dalam mengidentifikasikan suatu masalah, membuat orang/publik tertarik dengan suatu hal dan mengkreasikan iklim akan suatu pemahaman sebelum perencanaan tersebut dimulai yang dapat memberikan pengaruh kepada publik. Sebaliknya dalam Strategi Respons atau Reactive, merupakan strategi yang digunakan oleh organisasi dalam mengelola respons untuk menghadapi berbagai pertanyaan dan kritik serta tindakan yang melawan organisasi sehingga dapat mempengaruhi dan menciptakan peluang dari lingkungan organisasi tersebut, strategi ini terdiri dari: a. Strategi menyelesaikan suatu masalah dengan penolakan (preemptive action strategy) Strategi ini dilakukan dengan mengambil tindakan menolak respons yang diberikan publik terhadap organisasi pada saat mereka melakukan kritik atau masukan atau tindakan-tindakan lain yang bertentangan dengan organisasi. Salah satu tipe dari tindakan ini adalah Pre-buttal, yaitu strategi yang diambil sebelum pihak lawan atau yang melakukan perlawanan terhadap organisasi. Konsep dari pre-buttal didasari oleh pengawasan untuk menjadi yang pertama menceritakan suatu cerita dan menempatkannya sesuai dengan yang diharapkan organisasi, lalu menolak dengan berbagai versi alternatif yang harus menyaingi pihak lawan. b. Strategi respons yang menyerang (offensive response strategies) Para praktisi Humas terkadang menggunakan strategi ini, yang berpedoman bahwa organisasi sedang memperkuat memperkukuhkan pendapatnya terhadap pihak lawan dan dengan cara yang agresif atau cenderung kasar, seperti Menyerang (attack), Mempermalukan (embrrasment), Ancaman (threat). c. Strategi respons mempertahankan (defensive response strategies) Dalam strategi ini organisasi berusaha mempertahankan pendapatnya terhadap semua permasalahan yang mencakup organisasi dengan bereaksi sedikit agresif terhadap kritik yang dilontarkan, terbagi atas tiga bagian yaitu Mengingkari (denial), Memperjelas masalah (excuse), dan Pemberian Alasan yang Tepat (justification) d. Strategi respons pengelakan (diversionary response strategies) Strategi ini digunakan untuk mencoba mengubah pandangan publik terhadap suatu masalah yang berhubungan dengan organisasi, strategi ini terdiri dari Concession, Mengklarifikasikan kembali (relabeling). e. Strategi respons simpati (vocal commiseration strategies) Pada strategi ini, organisasi mengekspresikan empati dan memahami akan musibah dan penderitaan yang dialami oleh publiknya organisasi. Strategi ini terbagi atas Kecemasan (concern), Ikut Berduka Cita (condolence), Penyesalan (regret), Permintaan Maaf (apology). f. Strategi respons memperbaiki (rectifying behavior strategies) Strategi ini dilakukan pada saat organisasi melakukan sesuatu untuk memperbaiki kerusakan atau kerugian yang dialami oleh publiknya, tindakan ini terdiri dari Penyelidikan (investigation), dan Pemberian ganti rugi (restitution). g. Strategi respons tanpa mengambil tindakan sama sekali (Strategic inaction) Dalam strategi ini, organisasi yang berada di himpitan antara mempertimbangkan masalah dengan mempertimbangkan keputusan untuk tidak mengemukakan, tidak ada komentar yang sesungguhnya atau tidak membuat tindakan yang berterus terang. Bagian dari strategi ini adalah diam (silence), yaitu suatu strategi yang terdiri dari kesabaran dan ketenangan. Dengan cara tidak memberikan respons apapun terhadap kritik yang dilontarkan. Step 6: Menggunakan Komunikasi Efektif Tahapan ini mencari tahu bagaimana cara terbaik untuk berkomunikasi. Untuk berkomunikasi dengan publik perlu ditentukan siapa yang akan menyampaikan pesan, tampilan pesan seperti apa yang ingin disampaikan, bagaimana susunan pesan yang akan disampaikan, dan kalimat yang disampaikan dalam pesan tersebut menggunakan simbol yang seperti apa. Fase Taktik, taktik ini harus dipertimbangkan untuk memecahkan tujuan dan sasaran Humas dan memilih dengan satu mata ke arah waktu serta batasan anggaran, dan dalam pemilihannya dihubungkan kepada situasi yang sedang dihadapi, dalam tahapan taktik melibatkan pilihan tools yang akan digunakan, yaitu: Step 7: Pemilihan Taktik Komunikasi Perencana program dapat menentukan kategori tools. Smith membedakan kategori communications tools menjadi: 1. Taktik Interpersonal Communication, taktik yang memberikan peluang dalam berkomunikasi secara tatap muka dan menjalin interaksi yang lebih persusasif, terdiri dari beberapa tools yaitu: a. Personal Involvement, adalah peningkatan sejumlah aktivitas dalam melibatkan audiens yang membawa audiens kepada organisasi maupun audiens itu sendiri, karena organisasi menyadari pentingnya semakin banyak interaksi publik seperti: Plant Tours, Open House, Jumpa Fans, Penggalangan Dana. b. Information Exchange, merupakan bagian inti terhadap peluang untuk organisasi dan audiensnya untuk bertemu secara langsung untuk menukarkan informasi, menanyakan pertanyaan dan memperjelas permasalahan menjadi satu kesepahaman, kategori ini meliputi: Educational Gathering (Konferensi, Seminar, Workshop dan Training, serta Piknik), Product Exhibitions (Trade Shows), Meetings (Annual Meetings, Lobby), Demonstrations (Upacara), Pidato (Panels, Debates, Forum, Juru Bicara) c. Special Event, sebagai kategori paling umum dari taktik interpersonal communication, adalah aktivitas-aktivitas yang diciptakan oleh satu organisasi yang hal utamanya adalah untuk saling berhubungan dengan audiensnya, yang terdiri dari: Sporting Events, Holiday Events, Progress-Oriented Events, Historis Commerations, Social Events, Artistic Events, Fundraising Events. 2. Taktik Media Organisasi, yaitu diproduksi dan diterbitkan oleh organisasi, terdiri dari beberapa tools yaitu: a. Publikasi Umum, adalah meliputi berbagai bahan yang diterbitkan dan dicetak oleh satu organisasi. Distribusi mereka secara umum adalah ditangani oleh organisasi juga. Kategori ini meliputi publikasi berseri (newsletter, bulletin), stand-alone publications (brosur, flyers, booklet, pamflet), reprints (kliping), dan progress report (annual report). b. Direct mail, adalah kategori dari cetakan media organisasi yang ditujukan langsung, yang dapat menunjukkan penerimaan secara individual. Bagian dari direct mail bisa meliputi memo, katalog, telephone toll free. c. Audiovisual Media, teknologi modern telah menambahkan aneka pilihan baru kepada taktik yang digunakan untuk public relations menggunakan audio dan atau aspek visual dari komunikasi, seperti: video conference, slide shows, email, intranet (Web site), mailing list. 3. Taktik News Media, adalah wahana untuk menyajikan informasi yang patut dijadikan berita kepada para audiens dan membuka kesempatan bagi organisasi untuk menjangkau audiens secara lebih luas, toolsnya terdiri dari: a. Direct News Material, salah satu dari kategori dari taktik news media yang sering digunakan dan informasi yang disajikan kepada media kurang lebih siap untuk dipakai, seperti: news release, photo and caption, media kit, feature release, iklan layanan masyarakat. b. Indirect News Material, digunakan untuk berkomunikasi dengan wartawan, editor dan para direktur berita dimana berita yang diberikan tidak dimaksud untuk diterbitkan tetapi lebih ditujukan untuk menarik minat atau menginformasikan kepada media, seperti: media advisory c. Opinion Material, memberi peluang dalam menggunakan surat kabar, majalah dan radio serta stasiun televisi untuk menyajikan satu opini organisasi pada informasi berdasar fakta yang fokus, seperti: letter to editor d. Interactive News Opportunity, sebuah kategori yang menjadi peluang berita interaktif dimana praktisi public relations dan wartawan saling berhubungan satu sama lain, seperti: wawancara berita, konferensi pers, wawancara studio, editorial conference. 4. Taktik Advertising and Promotional Media, memang cenderung lebih untuk iklan tetapi dapat juga digunakan untuk mendukung tujuan Humas, toolsnya terdiri dari: a. Print Advertising Media, karena iklan cetakan bisa mencapai para audiens lokal dan yang lebih tersebar luas print advertising media digunakan oleh banyak organisasi, seperti: iklan dalam majalah, surat kabar, advetorial. b. Elektronic Advertising Media, iklan terhadap radio, televisi dan media memiliki biaya tinggi namun dapat mengjangkau para audiens besar seperti: commercial, advertising cable television. c. Out-of-Home Advertising, memfokuskan pada beberapa peluang berbeda untuk pesan yang membujuk kepada satu publik yang senantiasa bergerak, dan bisa menjadi satu tampilan menarik, seperti: poster, billboard, arena poster. d. Item promosi, untuk memberitahukan audiens bahwa harapan organisasi yang berkelanjutan terhadap produk atau layanannya, seperti: pakaian seragam, kalender, note pads. Step 8: Pelaksanaan Strategi Perencanaan Pada tahapan ini, merupakan pengembangan perencanaan dalam mempersiapkan dana yang diperlukan, jadwal serta hal lain yang diperlukan dalam pelaksanaan program. Fase Penelitian Evaluasi Tahapan terakhir meliputi evaluasi, dengan evaluasi dan penilaian untuk menentukan derajat keberhasilan program. Ukuran keberhasilan program adalah apabila hasil yang dicapai memenuhi tujuan yang telah direncanakan. Evaluasi ini juga dapat digunakan sebagai landasan modifikasi atau perubahan dan penyempurnaan bagi program. Tahapan ini terdiri dari satu langkah yaitu: Step 9: Evaluasi dari Strategi Perencanaan Dalam tahapan terakhir ini, menentukan metode pelaksanaan yang tepat untuk mengukur efektifitas tools yang direkomendasikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. 2.4 Hubungan dengan Media Hubungan dengan media (media relations), yang semula merupakan hubungan sederhana antara petugas humas dengan beberapa rekan redaktur, telah menjadi semakin kompleks, karena meningkatnya jumlah media, karena mediamedia itu juga semakin terspesialisasi dan persaingan antar media semakin meningkat sehingga publisitas berperan lebih penting dalam humas.34 Hubungan dengan media merupakan sebagai alat, pendukung atau media kerja sama untuk kepentingan proses publikasi dan publisitas berbagai kegiatan program kerja atau untuk kelancaran aktivitas komunikasi Humas dengan pihak publik. Karena peranan hubungan media dalam keHumasan tersebut dapat sebagai saluran (channel) dalam penyampaian pesan maka upaya peningkatan pengenalan (awareness) dan informasi atau pemberitaan dari pihak publikasi Humas merupakan prioritas utama. Hal tersebut dikarenakan salah satu fungsi media adalah kekuatan pembentuk opini (power of opinion) yang sangat efektif melalui media massa.35 Definisi hubungan media, adalah hubungan organisasi dengan media massa sebagai usaha mencapai penyiaran yang maksimum atas suatu pesan Humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman publik. Inilah esensi dari hubungan media.36 Hubungan dengan media tidak terbatas hanya untuk mengadakan pendekatan-pendekatan baik secara fungsional maupun antar hubungan pribadi 34 Moore, Frazier. Humas, Membangun Citra Dengan Komunikasi, alih bahasa Lilawati Trimo. Jakarta, P.T Remaja Rosdakarya, 2004., 193 35 Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta, P.T RajaGrafindo Persada, 2005., 160 36 Krisyantono, Rachmat. Public Relations Writing, media public relations membangun citra korporat. Jakarta, P.T Kencana Prenada Media Group, 2008.,70 atau kontak dengan pihak media, melalui pimpinan redaksi, redaktur dan wartawan dalam arti subjektif, tetapi juga mencakup media massa dalam arti lebih luas. Maksudnya berhubungan dengan suatu lembaga (institusi), organisasi media massa seperti surat kabar harian, majalah berita, hiburan dan komersial lainnya, baik media elektronik dari stasiun milik pemerintah (TVRI), dan milik TV swasta komersial yaitu seperti RCTI, SCTV, Trans TV, dll.37 Dari hasil kerja sama yang baik inilah diharapkan akan tercipta suatu opini publik yang positif sekaligus memperoleh “citra yang baik” pula dari pihak publik sebagai khalayak sasarannya (target audience) dan masyarakat luas lainnya.38 Dan hubungan dengan media yang berhasil meningkatkan banyak potensi organisasi untut mencerminkan citra yang diinginkan. Tetapi disamping itu, petugas Humas dapat berlatih mengontrol kemunculan pesan-pesannya, melalui penyewaan waktu dan ruang. Selain itu, organisasi dapat melanggani media tertentu, yang bisa digunakan untuk mengontrol pemberitaan.39 Tujuan pokok diadakannya hubungan media adalah “menciptakan pengetahuan dan pemahaman”, jadi bukan semata-mata menyebarkan suatu pesan sesuai dengan keinginan perusahaan induk atau klien demi mendapatkan “suatu citra atau sosok yang lebih indah daripada aslinya di mata umum”. Tidak seorang pun yang berhak untuk mendikte apa yang harus diterbitkan atau disiarkan oleh media massa, setidak-tidaknya di suatu masyarakat yang demokratis.40 37 Ruslan, Rosady. ibid., 161 Ruslan, Rosady. ibid.,162 39 Moore, Frazier. ibid., 192 40 M. Linggar Anggoro. Teori dan Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia. Estu Rahayu. Ed.1,Cet.2, Jakarta:Bumi Aksara,2001.,153 38 Tujuan hubungan media tidak sekedar memberikan informasi semata, tetapi menciptakan citra positif bagi perusahaan yang bersangkutan. Semakin baik hubungan media yang dilakukan, semakin baik pula citra perusahaan, dan juga sebaliknya41 Karenanya Humas dalam suatu organisasi harus proaktif dalam menarik perhatian jurnalis tertentu dengan mengatakan hal yang menarik mereka. Hubungan seperti ini dipelihara, sehingga pada akhirnya jurnalis yang berinsiatif melakukan kontak, bukan organisasi. Humas itu memiliki banyak tujuan dan bersifat konstruktif dalam kerangka kebijaksanaan yang menentukan rentang jenis informasi yang tersedia saat organisasi ingin mengungkapkannya atau saat seseorang jurnalis menanyakannya.42 Salah satu cara untuk membuat suatu organisasi menjadi dekat dengan media, sekaligus “menguasai” media, harus terlebih dahulu memahami fungsi media. Sedikitnya ada enam fungsi media, yaitu: 1. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum. 2. Memberikan informasi, yakni menyampaikan berbagai informasi kepada para pembaca/pendengar/pemirsa tentang berbagai hal, baik yang positif maupun negatif. 3. Menyebarkan berbagai pengetahuan yang tentunya bermanfaat buat pembaca/pendengar/pemirsa. 41 Nurudin dan Muhammad Syaifullah. Media Relations, Panduan Praktis Praktisi Public Relations. Malang, P.T Cespur, 2004., 14 42 Davis, Anthony, Everything You Should Know About Public Relations, panduan lengkap tentang PR. Jakarta, P.T Elex Media Komputindo 2005., 56. 4. Memberikan pendidikan kepada masyarakat dan pemerintah. Sebagian dari isi media, berupa pembelajaran kepada pembaca. 5. Memiliki fungsi untuk menghibur, fungsi ini tidak kalah pentingnya dibanding fungsi-fungsi lainnya. 6. Untuk mempengaruhi, media adalah salah satu sarana yang efektif untuk mempengaruhi banyak orang, baik untuk kegiatan yang positif maupun negatif.43 Menurut Rosady Ruslan dalam bukunya Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, bentuk-bentuk hubungan media adalah sebagai berikut: a. Kontak pribadi (personal contact) Pada dasarnya, keberhasilan pelaksanaan hubungan media tergantung “apa dan bagaimana” kontak pribadi antara kedua belah pihak yang dijalin melalui hubungan informal seperti adanya kejujuran, saling pengertian dan saling menghormati serta kerjasama yang baik demi tercapainya tujuan atau publikasi yang positif. b. Pelayanan Informasi atau Berita (news Service) Pelayanan yang sebaik-baiknya yang diberikan oleh pihak Humas kepada pihak media dalam bentuk pemberian informasi, publikasi dan berita baik tertulis, tercetak (press release, news letter, photo pers) maupun yang terekam (video release, cassets recorded, slide film). 43 Nurhuda,...[et al.]. Perhumas dalam warna; menyusun strategi, membangun korporasi dan menjaga reputasi. Jakarta: BPP Perhumas bidang komunikasi, 2004., 87 c. Mengantisipasi kemungkinan hal darurat (contingency plan) Untuk mengantisipasi kemungkinan permintaan yang bersifat mendadak dari pihak media mengenai wawancara, konfirmasi dan sebagainya, pihak pejabat Humas harus siap melayaninya, demi menjaga hubungan baik yang selama ini telah terbina, dan citra serta nama baik bagi nara sumbernya.44 Beberapa alternative kegiatan yang bisa dilakukan sebagai upaya membina hubungan baik dengan media, yaitu: 1. Konferensi Pers (press conference) Biasanya pihak Humas berinsiatif untuk melakukan pertemuan dengan pihak media tentang suatu topik pembicaraan yang sedang hangat dibicarakan. Karena berhubungan dengan berita hangat, sering acara diadakan mendadak dan tempat yang digunakannya pun seadanya saja.45 2. Kunjungan Pers (facility visit) Seringkali sebuah perusahaan mengundang media untuk berkunjung ke perusahaannya. Misalnya, sedang diluncurkan produk baru atau pembuatan pabrik baru di suatu lokasi. Pihak media sering diperbolehkan untuk masuk ke setiap sisi ruangan yang ingin diperlihatkan dan menyaksikan proses pembuatan produk bahkan bisa mencicipinya jika produk tersebut berupa makanan dan minuman. Bahkan tak jarang dalam acara ini ada jamuan makan, ramah tamah sampai pemberian insentif transportasi dan akomodasi. 44 Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta, P.T RajaGrafindo Persada, 2005., 163 45 Nurudin dan Muhammad Syaifullah. op.cit., 26 3. Resepsi Pers (press reception) Acara ini adalah kumpul-kumpul kalangan media. Sifat kegiatannya lebih menyenangkan, terencana dan terorganisir. Salah satu tujuan acara ini adalah mendekatkan diri antara kalangan pers dengan pihak perusahaan. Dalam acara ini, pihak media diundang untuk meliputi suatu acara yang diselenggarakan perusahaan, mendengarkan keterangan resmi atau sekedar bercakap-cakap saja. Tetapi meskipun demikian, tetap ada informasi yang ingin disampaikan perusahaan.46 Dengan adanya beberapa alternative kegiatan di atas sebagai salah satu cara untuk menghibur media, maka Anthony Davis berpendapat dalam bukunya Everything You Should Know About Public Relations, media mempunyai sejumlah harapan yang ingin mereka dapatkan dari suatu perusahan/organisasi, yaitu jurnalis berharap untuk mendapatkan informasi lebih banyak, baik yang umum maupun spesifik, yang mungkin terlewatkan oleh mereka. Yang terdiri dari materi baru tertentu yang bisa mereka perlakukan sebagai berita47. 46 Nurudin dan Muhammad Syaifullah. op.cit., 31 Davis, Anthony, Everything You Should Know About Public Relations, panduan lengkap tentang PR. Jakarta, P.T Elex Media Komputindo 2005., 257. 47 BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah tipe kualitatif. Maksud dari kualitatif disini adalah penelitian yang data penelitian yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk nilai relative, dan pada umumnya dilakukan pada penelitian sosial serta mempunyai hasil yang bersifat obyektif, berlaku sesaat dan setempat.48 Prinsip penelitian kualitatif menekankan bahwa setiap temuan (sementara) dilandaskan pada data, sehingga temuan itu semakin tersahihkan sebelum dinobatkan sebagai teori.49 Dengan kata lain, penelitian kualitatif memiliki alasan yang sah untuk mengembangkan tolak ukurnya sendiri guna menaksir keberhasilan relative dari praktek empirisnya. Adapun kualitatif yang digunakan peneliti adalah kualitatif deskriptif. Yaitu metode yang hanya mengumpulkan informasi secara rinci dan berusaha memaparkan strategi saja. Penelitian deskriptif, hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.50 Tipe penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, 48 Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian, petunjuk praktis untuk peneliti pemula. Cetakan II. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 2004., 113. 49 Alwasilah, A. Chaedar. Pokoknya Kualitatif, dasar-dasar merancang dan melakukan penelitian kualitatif. Cetakan I. Jakarta. P.T Dunia Pustaka Jaya dan Pusat Studi Sunda. 2002., 102 50 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Editor : Tjun Surjaman, Edisi Kedua, Cetakan III. Bandung P.T Remaja Rosdakarya. 1993., 24. sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.51 Dan penelitian ini, penulis berusaha memberikan gambaran tentang strategi yang dilakukan praktisi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin mengenai data subyek yang diteliti.52 Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subyek yang diteliti. Kaitannya dengan permasalahan yang diteliti mengenai Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Berdasarkan pendapat Robert K. Yin, studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang: 1. Menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana; 2. Batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas; dan dimana; 51 Nazir, Mohammad. Metodologi Penelitian, cetakan 3. Jakarta, P.T Ghalia Indonesia, 1988., 63 Mulyana, Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif, paradigma baru ilmu komunikasi dan ilmu social lainnya, Cetakan III. Bandung. P.T Remaja Rosdakarya. 2003., 201. 52 3. Multi sumber bukti dimanfaatkan.53 Alasan pemilihan metode ini adalah adanya fenomena atau gejala yang bersifat kontemporer (aktual/kekinian), yaitu Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, aspek kontemporer tercermin dari kegiatan pembinaan hubungan baik dengan media yang sampai saat ini masih dilakukan. Selain itu dalam meneliti fenomena atau gejala strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam membina hubungan baik dengan media memerlukan multi sumber bukti yang dimanfaatkan, yaitu bukan dari Humas dan Staff Departemen Kebudayan dan Pariwisata RI saja, tapi juga dengan media yang merasakan dampak dan diikutsertakan dalam pembinaan hubungan baik dengan media. 3.3 Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).54 Adapun wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara tak terstruktur yang mirip dengan percakapan informal dan bertujuan memperoleh 53 54 Yin, Robert K. Studi kasus, desain dan metode. Jakarta, P.T Raja Grafindo Persada, 1996, .18. Nazir, Mohammad. Metodologi Penelitian, cetakan 3. Jakarta, P.T Ghalia Indonesia, 1988.,234. bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua responden.55Wawancara tak terstruktur disini adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, dan pewawancara ingin menanyakan sesuatu secara lebih mendalam lagi pada subyek tertentu.56 b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. 57 Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mengutip sumber-sumber melalui buku, dokumen, arsip, surat kabar, internet dan catatan lain yang relevan. a. Studi Kepustakaan Dengan membaca literatur kepustakaan yang berhubungan dan berkaitan dengan permasalahan pada penelitian serta membaca sumber-sumber informasi lainnya seperti: majalah, surat kabar, company profile Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang mendukung dalam memperoleh informasi / data mengenai penelitian yang dilakukan ini. 3.4 Nara sumber (Subyek Penelitian) Berjalannya sebuah penelitian tak dapat dilepaskan dari narasumber yang menjadi asal-muasal berjalannya suatu penelitian itu sendiri. Nara sumber yang digunakan penulis untuk memperoleh data yang relevan sebagai bahan penelitian, adalah: 55 Mulyana, Dedy.op.cit.,181. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Komunikasi, P.T Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.,138 57 Umar, Husein. Metode Penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis, edisi VI. Jakarta. P.T Raja Grafindo Persada, 2004., 42 56 1. Kabid. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, dikepalai oleh Bapak Turman Siagian. 2. Kasubid Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bagian Media Relations oleh Bapak Sutaryanto. Peneliti dapat berhubungan langsung dengan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI untuk mencari data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, selain itu juga peneliti bisa mewawancarai langsung staff Humas, untuk mendapatkan keterangan lebih banyak mengenai masalah penelitian. Penulis memilih Narasumber tersebut karena Kabid. Humas dan Kasubid Humas Media Relations, yang memiliki peran serta dalam membina hubungan baik dengan media untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Sedangkan untuk mengetahui bagaimana tanggapan pihak eksternal terhadap strategi yang dilakukan praktisi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, maka penulis akan melakukan wawancara dengan pihak eksternal yang terkait dengan kegiatan ini, yaitu wartawan dari: 1. Ibu Herlina Djabir, selaku wartawan Radio Republik Indonesia (RRI) 2. Bapak Nur R. Fajar, selaku wartawan Kantor Berita ANTARA, dan 3. Bapak Koko, selaku anggota dari Forum Wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Penulis beranggapan ketiga narasumber wartawan tersebut, mewakili beberapa media dalam kegiatan media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 yang dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. 3.5 Definisi Konsep dan Fokus Penelitian 3.5.1 Definisi Konsep Konsep yang dibuat penulis agar tidak membuat kesalahpahaman maka batasan-batasan konsep dari judul penelitian, adalah: 1. Strategi Humas Strategi humas adalah alternative optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan humas dalam kerangka suatu rencana humas (public relations plan). Strategi Humas dalam penulisan ini, terdiri dari sembilan langkah yang terbagi dalam empat bagian yaitu: Fase Formative Research, tahapan ini meliputi Analisis Situasi, Analisis Organisasi (menganalisa lingkungan internal, persepsi publik/opini publik ,lingkungan eksternal) dan Analisa Publik. Fase Strategi, bagian kedua dari proses perencanaan ini terdiri dari 3 langkah, yaitu Menetapkan Tujuan, Positioning, Sasaran yang akan dicapai, Memformulasikan Proactive dan Respon Strategi, dan Menggunakan Komunikasi Efektif. Fase Taktik, tahapan ini terdiri dari dua langkah, yaitu Memilih Taktik Komunikasi dan Pelaksanaan Strategi Perencanaan. Fase Penelitian Evaluasi, tahapan ini terdiri dari satu langkah yaitu Evaluasi dari Strategi Perencanaan 2. Hubungan dengan Media Hubungan dengan media, adalah adalah hubungan organisasi dengan media massa sebagai usaha mencapai penyiaran yang maksimum atas suatu pesan Humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman publik. Inilah esensi dari hubungan media. 3.5.2 Fokus Penelitian Berdasarkan judul penelitian yaitu Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, maka fokus penelitiannya adalah: Fase Formative Research Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI selaku perencana mencari gambaran mengenai kondisi nyata organisasi saat program akan dilaksanakan, yang berguna dalam mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan untuk mengarahkan pengambilan keputusan dalam strategi perencanaan hubungan baik dengan media, tahapan ini terdiri dari: Analisa Situasi, Analisa Organisasi (lingkungan internal, opini publik, lingkungan eksternal) dan Analisa Publik. Fase Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menentukan apa yang ingin dicapai oleh organisasi dan bagaimana keinginan tesebut akan dicapai. Terdiri dari tiga langkah, yaitu: Menetapkan Tujuan, Positioning dan Sasaran, Memformulasikan Komunikasi Efektif. Proactive dan Respons Strategi, serta Menggunakan Fase Taktik Dalam tahapan taktik melibatkan pilihan tools yang akan digunakan yang terbagi dalam dua bagian, yaitu: Pemilihan Taktik Komunikasi yang akan digunakan dan Pelaksanaan Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Fase Riset Evaluasi Tahapan terakhir meliputi Evaluasi Perencanaan Strategis, pada tahapan ini Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan pengevaluasian dan penilaian untuk menentukan derajat keberhasilan program. Ukuran keberhasilan program adalah apabila hasil yang dicapai memenuhi tujuan yang telah direncanakan. 3.6 Teknik Analisa Data Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara secara mendalam dengan narasumber, yaitu Kabag. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, dan Kasubag Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bagian Media Relations dideskripsikan dan dijabarkan secara kualitatif disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu menjelaskan strategi praktisi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Dalam menganalisa data, penulis menggunakan teknik analisa data triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfatkan sesuatu yang lain di luar teknik itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.58 Kaitan dengan penelitian ini, maka teknik yang akan digunakan adalah teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hasil ini dapat dicapai dengan membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Sehingga, teknik triangulasi adalah cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan susunan fakta yang ada sewaktu mengumpulkan data tentang kejadian dan hubungan berbagai pandangan.59 3.7 Teknik Analisa Data Dan teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penulisan ini adalah dengan mendasarkan pada prposisi teoretis yang mencerminkan serangkaian pertanyaan penelitian, tinjauan pustaka, dan pemahaman-pemahaman baru tentang hubungan-hubungan kausal – jawaban-jawaban terhadap pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa” – bisa sangat berguna untuk menuntun analisis studi kasus dalam penelitian ini.60 58 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Komunikasi, P.T Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.,178 Moleong, Lexy J. ibid.,179 60 Yin, Robert K. Studi kasus, desain dan metode. Jakarta, P.T Raja Grafindo Persada, 1996, .136-137 59 Dan kasus yang bersangkutan dalam hal ini adalah mengenai Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, yang pada akhirnya dapat menciptakan kerjasama yang baik dengan media dalam menggaungkan dan menyukseskan Visit Indonesia Year 2008. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI61 Pada awal berdirinya status Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) adalah Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel) 1983. Keberadaannya ini telah membawa angin baru terhadap penanganan bidang pariwisata, pos dan telekomunikasi yang semula setingkat Direktorat Jenderal pada Departemen Perhubungan yang diintregasikan menjadi Deparpostel. Deparpostel bertahan hingga tahun 1984, struktur organisasinya berubah tetapi masih dalam bentuk departemen yaitu Departemen Pariwisata Seni dan Budaya (Deparsenibud). Struktur organisasi Deparsenibud Budpar mengalami perubahan dari tahun 1984 hingga 1999. Deparsenibud berubah menjadi Kantor Menteri Negara Pariwisata dan Kesenian pada tahun 1999. Di tahun ini pula menyadari bahwa Menteri Negara (Meneg) mempunyai tugas pada penyusunan kebijakan saja, oleh karena itu diperlukan adanya lembaga yang bersifat operasional. Maka berdasarkan Kepres No. 136 tahun 1999 dibentuk Badan Pengembangan Pariwisata dan Kesenian. Pada tahun 2000 struktur organisasi mengalami perubahan kembali ke bentuk departemen, yaitu Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Status Departemen Kebudayaan dan Pariwisata juga tidak bertahan lama, pada tahun 2001 kembali terjadi perubahan menjadi Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata 61 Laporan Tahunan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tahun 2007 yang didukung oleh keberadaan Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata sebagai pelaksana operasional. Pada bulan Juni 2003 kembali terjadi perubahan struktur organisasi dengan nama yang sama, Kementrian Budpar. Perubahan yang terjadi yaitu adanya pengintregasian tugas dan fungsi Menteri Negara (Meneg) dengan Badan Pengembangan Budpar. Keberadaan Kementrian Budpar dikukuhkan dengan Kepres RI No: 228/M tahun 2001, kemudian ditetapkan Keputusan Meneg Budpar No: KM.21/OT.001/MKP/2003 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Kantor Meneg Budpar. Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas membantu presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi serta pengembangan di bidang kebudayaan dan pariwisata. 4.1.2 Visi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Adapun Visi yang dimiliki oleh Departemen Kebudayan dan Pariwisata dalam menjalankan tugasnya, adalah “Terwujudnya jati diri bangsa, persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka multikultural, kesejahteraan rakyat dan persahabatan antar bangsa.” 4.1.3 Misi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Dan Misi yang dimiliki oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, adalah: 1. Melakukan pelestarian dan pengembangan kebudayaan yang berlandaskan nilai luhur. 2. Mendukung pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata yang berdaya saing global. 3. Melakukan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata. 4. 4.1.4 Menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Tujuan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Tujuan yang ingin dicapai oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, ialah: 1. Meningkatkan dukungan penyelengaraan kebudayaan dan kepariwisataan. 2. Meningkatnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan. 3. Meningkatnya kapasitas sumber daya kebudayaan dan kepariwisataan. 4.1.5 Sasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Sasaran yang ingin dicapai oleh Dpeartemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, ialah: 1. Terwujudnya pedoman, norma, kriteria, standar dan prosedur untuk mendukung pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan. 2. Meningkatnya kegiatan perintisan, bimbingan dan supervisi pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan. 3. Meningkatnya pemberian peluang kemudahan dan bantuan dalam mendorong pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan. 4. Meningkatnya kerjasama dalam dan luar negeri di bidang kebudayaan dan Kepariwisataan. 5. Meningkatkannya kualitas, kuantitas dan manfaat penelitian dan pengembangan, sistem informasi serta dukungan ketersediaan sumber daya manusia. 6. Meningkatnya pengawasan, pengendalian, koordinasi dan kerjasama lintas sektor, wilayah dan lembaga. 4.1.6 Arah Kebijakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Arah kebijakan pembangunan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata sebagai salah satu stakeholders/pemangku pembangunan kebudayaan dan pariwisata nasional maka pada tahun 2005-2009 diarahkan untuk 4 kebijakan yaitu ; 1. Mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi pembangunan kebudayaan dan pariwisata. 2. Meningkatnya efektifitas peran sebagai regulator dan fasilitator dalam pembangunan kebudayaan dan pariwisata. 3. Memantapkan kerjasama dalam dan luar negeri di bidang kebudayaan dan pariwisata 4. 4.1.7 Memantapkan manajemen pembangunan kebudayaan dan pariwisata. Profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI beralamatkan di Jl. Medan Merdeka Barat no. 17 Jakarta pusat. Terdiri dari 23 lantai. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang kebudayaan dan pariwisata; 2. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya; 3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; 4. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata dibantu oleh : a. Sekretariat Menteri Negara, selanjutnya disebut Setmeneg b. Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan, selanjutnya disebut Deputi I c. Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala, selanjutnya disebut sebagai Deputi II d. Deputi Bidang Seni dan Film, selanjutnya disebut Deputi III e. Deputi Bidang Pengembangan Produk dan Usaha Pariwisata, selanjutnya disebut Deputi IV f. Deputi Bidang Pemasaran, selanjutnya disebut Deputi V g. Deputi Bidang Peningkatan Kapasitas dan Kerja sama Luar Negeri, selanjutnya disebut Deputi VI h. Deputi Bidang Akuntabilitas, selanjutnya disebut Deputi VII i. Staff Ahli Bidang Pranata Sosial j. Staff Ahli Bidang Nilai Budaya k. Staff Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga l. Staff Ahli Bidang Ekonomi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsinya tersebut ditetapkan Keputusan Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata”. Didalamnya diuraikan mengenai tugas dan fungsi serta tata kerja dari masing-masing jabatan eselon I sampai dengan eselon IV di lingkungan Kementrian Kebudayaan dan pariwisata. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata nomor: PM17/HK.001/MKP-2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kebudayana dan Pariwisata, Departemen Kebudayan dan Pariwisata merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh Menteri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden serta mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan pariwisata. Sekretaris Jenderal Dalam pelaksanaan tugasnya, yaitu melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi Departemen, Seketaris Jenderal menyelenggarakan beberapa fungsi yaitu: Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan departemen; Menyelenggarakan pengelolaan administrasi umum untuk mendukung kelancaran pelasanaan tugas dan fungsi departemen; Menyelenggarakan hubungan kerja di bidang administrasi dengan Kementrian Koordinator, Kementrian Negara, Departemen-departemen lain, lembaga pemerintahan non departemen, dan lembaga-lembaga lain terkait; serta Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Menteri. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai Sekretariat Jenderal dibantu oleh lima bidang yaitu: Bidang Perencanaan dan Hukum, Bidang Pengelolaan Data dan Jaringan, Bidang Informasi dan Humas, Bidang Kerjasama Luar Negeri, Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Bidang Kepegawaian, Bidang Keuangan, Bidang Umum Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film (NBSF) Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film memiliki tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan standardisasi teknis di bidang nilai budaya, seni, dan film. Dalam menyelenggarakan tugasnya, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film memiliki fungsi; Penyiapan perumusan kebijakan Departemen di bidang nilai budaya, seni dan film; Pelaksanaan kebijakan di bidang tradisi, pembangunan karakter dan pekerti bangsa, kepercayaan terhadap Tuhan YME, kesenian, serta film berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Penyusunan standard, norma, kriteria dan prosedur; Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi; Pelaksanaan Administrasi Direktorat Jenderal. Dirjen Sejarah dan Purbakala Program pembangunan bidang kebudayaan tahun 2007 yang berhubungan dengan bidang sejarah dan purbakala adalah: Program Pengelolaan Kekayaan Budaya. Program ini bertujuan untuk meningkatkan upaya-upaya penanaman nilai-nilai kekayaan budaya Indonesia dalam kerangka Negara Republik Indonesia, melalui kegiatan-kegiatan seperti: (1) Pengembangan Nilai Sejarah, (2) Pengembangan Geografi Sejarah, (3) Pengelolaan Peninggalan Bawah Air, (4) Pengelolaan Peninggalan Purbakala, (5) Pengelolaan Museum, (6) Pengembangan Pemahaman atas Kekayaan Kebudayaan, (7) Pendukungan Pengelolaan Museum, (8) Pendukungan Pengembangan Kekayaan Budaya Daerah dan (9) Pelaksanaan Koordinasi, Pelayanan Teknis, dan Administrasi Kekayaan Budaya Daerah. Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata memiliki tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan destinasi pariwisata. Dan fungsi adalah sebagai; Penyiapan rumusan kebijakan departemen di bidang pengembangan destinasi wisata; Pelaksanaan kebijakan di bidang produk pariwisata, usaha pariwisata, pemberdayaan masyarakat, dan standardisasi pariwisata berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku; Perumusan standar, norma, kriteria, dan prosedur di bidang produk pariwisata, usaha pariwisata, pemberdayaan masyarakat, dan standardisasi pariwisata; Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi; Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Dirjen Pemasaran Kontribusi yang diberikan Dirjen Pemasaran adalah mempercepat proses pemulihan dan peningkatan citra kepariwisataan nasional agar Indonesia kembali menjadi destinasi unggulan dengan citra aman, nyaman dan menarik untuk dikunjungi melalui berbagai upaya pemasaran. Dengan program yang bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar pariwisata Indonesia, baik di dalam negeri maupun luar negeri melalui berbagai strategi pemasaran dan promosi yang terpadu untuk memantapkan citra pariwisata Indonesia di dunia internasional melalui pengembangan kebijakan pemasaran, peningkatan luar negeri, pengembangan pasar, dan peningkatan sarana promosi. Inspektorat Jenderal Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan, tujuan utamanya adalah menjaga dan menjamin agar penyelenggaraan pemerintahan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien sesuai dengan peraturan perundangundangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan fungsi pengawasan harus dapat mendorong penyelenggaraan tata pemerintahan ke arah prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahann yang baik (good governance) Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Sesuai kebijakan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dalam Renstra 2005-2009, Badan Pengembangan Sumber Daya (PSD) melaksanakan program pengembangan kemitraan. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya melalui kegiatan penelitian dan pengembangan, pengembangan SDM, dan kerjasama kelembagaan di dalam dan luar negeri. Kegiatan-kegiatan pokok program pengembangan kemitraan adalah; a). Pengembangan kebijakan SDM Kebudayaan dan pariwisata nasional, b). Peningkatan profesionalisme dan daya saing SDM Kebudayaan dan Pariwisata, c). Peningakatan penelitian dan pengembangan kebudayaan dan pariwisata, d). Pengembangan Arkeologi Nasional, e). Pendukungan pengembangan kapasitas pengelolaan kebudayaan dan kepariwisataan daerah; dan f). Optimalisasi koordinasi kemitraan kebudayaan dan kepariwisataan. 4.1.8 Tugas Pokok Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI 4.1.8.1 Uraian Tugas Kepala Bagian Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Beberapa pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh Kepala Bagian Humas Departemen Kebudayan dan Pariwisata RI, adalah: 1. Melaksanakan koordinasi dengan pimpinan Unit Utama, Instansi terkait, Lembaga Tinggi Negara, Organisasi profesi pariwisata dalam menyusun rencana penyebarluasan informasi, menyusun substansi informasi yang berkaitan dengan kebijakan, program dan hasilnya serta upaya Depbudpar dalam menanggulangi masalah kebudayaan dan pariwisata. 2. Melaksanakan koordinasi dengan pimpinan Unit Utama, Instansi terkait, Lembaga Tinggi Negara, LSM dan organisasi profesi kesehatan dalam melaksanakan penyebarluasan informasi kepada masyarakat melalui media massa seperti press release, jumpa pers, wawancara pers, liputan berita dan lain-lain untuk memperoleh simpati dan dukungan masyarakat luas. 3. Melakukan koordinasi dengan sekretariat MPR/DPR dalam mempersiapkan dan mengikuti rapat paripurna MPR, Rapat Kerja Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dengan DPR dan Rapat Dengar Pendapat (RDP) Eselon 1 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan DPR, mengikuti acara-acara kenegaraan, mempersiapkan dan mengikuti kunjungan kerja anggota DPR komisi 9 ke daerah-daerah serta pertemuan Bakohumas serta menyusun notulen. 4. Melakukan kegiatan Hari Besar Kebudayaan dan Pariwisata, kunjungan kerja, Lokakarya dan sebagainya. 5. Melaksanakan penyebarluasan informasi program dan kebijakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata serta upaya Depbudpar dalam menanggulangi masalah budaya dan pariwisata kepada masyarakat luas utamanya karyawan dan jajaran kebudayaan dan pariwisata melalui media cetak terbitan Depbudpar (Sindo, Kompas, Bali Post, Media Indonesia, majalah dinding dan lain-lain). 4.1.8.2 Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Media Relations Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Secara intensif meningkatkan jalinan kerjasama dengan berbagai media cetak, elektronik maupun media on-line yang menjadi mitra pemerintah. Kegiatan Media Relations selama tahun 2007 meliputi Kliping Harian, Media Monitoring, Apresiasi Media Cetak, Konferensi Pers, Peningkatan Pemahaman Bidang Kebudayaan dan Pariwisata bagi para jurnalis dan wartawan, pendamping dan penyediaan wartawan dalam meliputi tugas-tugas pimpinan departemen di berbagai event penting, dan Konferensi Pers Akhir Tahun. Penyediaan Ruangan Pers bagi para wartawan budaya dan pariwisata telah dilakukan dengan dilengkapi berbagai fasilitas yang diperlukan dalam pengolahan berita dan penyebarannya. 4.1.8.3 Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Publikasi dan Informasi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Meliputi penerbitan, publikasi, dokumentasi dan pelayanan informasi yang mencakup aktifitas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. Kegiatan lainnya yaitu mengembangkan majalah dinding sebagai media komunikasi internal. Sedangkan, pelayanan informasi dan penjawaban surat-surat elektronik melalui media internet yang terkait bidang kebudayaan dan pariwisata ditangani secara rutin setiap hari. Untuk mendukung tugas-tugas publikasi, aktifitas pendokumentasian dan penyimpanan rekaman suara, gambar dan video secara rutin juga dilaksanakan setiap hari. Kerjasama dengan media televisi melalui pemanfaatan program-program seperti; Public Corner, Dialog Kita, Bincang- Bincang Eksklusif, Archipelago dan Talkshow baik di stasiun televisi maupun radio telah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan penting lainnya yaitu mendampingi dan meliput kunjungan kerja pimpinan di berbagai kegiatan dan aktifitas ke daerah-daerah. 4.1.8.4 Uraian Tugas Kepala Sub Bagian Hubungan Antar Lembaga Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Mempersiapkan dan menyusun bahan rapat kerja dengan Komisi X DPRRI, serta melakukan pendampingan kunjungan kerja Anggota Komisi X DPR-RI ke daerah-daerah. Kegiatan Hubungan Antar Lembaga selama tahun 2007 meliputi Rapat Kerja dengan DPR Komisi X sebanyak 10 kali dan pendampingan kunjungan di 9 (sembilan) daerah dalam setahun. 4.9 Hasil Penelitian Isi dari bagian ini berupa uraian penulis mengenai hasil dari penelitian berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Bagian Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yaitu Turman Siagian dan Kasubag. Media Relations Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yaitu Sutaryanto yang bertempat di Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI di Jalan Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 pada lantai 1, tiga orang wartawan yang sering meliput berita mengenai kegiatan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yaitu Herlina Djabir selaku wartawan dari RRI, Nur R. Fajar selaku wartawan dari Kantor Berita Antara, dan satu orang dari Forum Wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yaitu Koko yang berlokasi di ruang Press Room Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI lantai 1 (satu). Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media Relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Penulis melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview) kepada narasumber untuk mendapatkan data secara kualitatif sesuai metode penelitian studi kasus yang dapat diuraikan secara deskriptif. Hasil wawancara yang diperoleh adalah sebagai berikut: 4.9.1 Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media Relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai kebudayaan, keanekaragaman flora dan fauna dan daerah tujuan wisata dapat menjadi salah satu alternatif untuk menembus peringkat kepariwisatan kelas dunia, hal tersebut sangat potensial untuk dijadikan sumber pemasukan bagi devisa negara dengan meningkatkan industri sektor pariwisata dan kebudayaan melalui kedatangan para wisatawan asing maupun wisatawan nusantara dan pada pada akhirnya juga akan dinikmati oleh penduduk yang menetap di lokasi daerah tujuan wisata atau yang kaya akan kebudayaannya seperti situs-situs bersejarah. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang berwenang dalam bidang kebudayaan dan pariwisata yang ada dalam Negeri Indonesia ini mencanangkan Visit Indonesia Year 2008, merupakan program kunjungan wisata untuk menarik wisatawan asing maupun lokal mengunjungi daerah wisata di Indonesia. Program dicanangkan untuk memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional. Dan dalam program nasionalnya juga dijalankan oleh Pusat Informasi dan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, sesuai dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI No. PM07/HK 001/MKP-2007, pasal 116 X dan 116 Y, yaitu: a). Subbidang Pelayanan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan pelayanan informasi kebudayaan dan pariwisata. b). Melaksanakan hubungan dan kerjasama keHumasan dengan Lembaga Pemerintahan, Lembaga Non Pemerintahan, Lembaga Tinggi Negara dan Media.62 I. Formative Research Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI sebelum memulai media relations melakukan riset survey yang dilakukan setiap hari selama program kebudayaan dan pariwisata RI mengenai Visit Indonesia Year 2008 berlangsung, berdasarkan perkataan Turman Siagian bahwa: “...Debudpar melalui pusat informasi dan humas senantiasa melakukan yang namanya riset atau survey seperti apa citra departemen ini di mata masyarakat, walaupun dilakukan oleh kita sendiri yang kita sebut dengan melakukan media monitoring setiap hari, melalui media monitoring itu khususnya berbagai media cetak kita melihat seperti apa dia memuat berita tentang kebudayaan dan pariwisata, sisi negatif, sisi positifnya dan apakah ada hal yang perlu dilakukan secara cepat jadi itu yang pertama...”63 Tujuan dari pelaksanaan Media Monitoring yang dilakukan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, untuk: 62 Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.07/HK001/MKP 2007, tanggal 16 Januari 2007 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. 63 Hasil wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 Juni 2008 1. Mengefektifkan beberapa pekerjaan kehumasan yang berkaitan dengan media cetak, seperti penyusunan Executive Summary, News Release, Tanggapan Pemerintah, Pesona Wisata, Majalah Dinding, Info Budpar, dan Permintaan Berita Khusus. 2. Mengetahui pandangan media terhadap kinerja instansi, pejabat, atau pun profil menteri. 3. Mengantisipasi persepsi yang terbentuk di masyarakat karena pemberitaan yang memiliki kecenderungan positif, netral, atau negatif. 4. Memiliki instrumen pengendali yang objektif untuk mempererat hubungan dengan media massa, khususnya media cetak. Dan alur kegiatan Media Monitoring, adalah: PEMILIHAN BERITA BUDPAR MELALUI KLIPPING BERITA INPUT DATA GUNTINGAN BERITA HARIAN PEMBAGIAN BERITA BERDASARKAN KATEGO RI DAN UNIT KERJA DEPBUDPAR PEMILIHAN BERITA IDENTIFIKASI BERITA S EC ARA KUALITATIF KLASIFIKAS I BERITA MENURUT TREND EXEC UTIVE REVIEW MEDIA MO NITO RING REVIEW KUANTITATIF BERITA BULANAN REVIEW KUALITATIF BERITA BULANAN Metode yang digunakan dalam Media Monitoring yaitu identifikasi kuantitatif dan kualitatif sehingga menghasilkan sebuah review yang menjadi dasar dalam merencanakan ataupun pengambilan keputusan yang lebih strategis bidang kebudayaan dan pariwisata.64 Lain halnya dengan pendapat Sutaryanto yang mengemukakan tentang riset formatif dalam program media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, bahwa riset memang diperlukan dalam mengawali suatu program namun kurang tepat bila diterapkan dalam relations dengan pengertian hubungan yang terjalin dengan media, yaitu: “Kegiatan media relations!?, saya pikir riset itu perlu tapi kalo berkaitan dengan hubungan antar media dengan instansi itu kita melakukan riset mesti akademis praktis katakanlah menggunakan norma-norma atau idiom-idiom yang keilmuan, belum tentu bisa menyentuh subtansi yang harus kita lakukan, kalo media kan jelas, kalo kita coba menggunakan riset melakukan tatap muka, memberikan press release ke semua kita berikan kadang-kadang tidak efektif dan media belum tentu mau begitu-begitu, kalo saya lebih suka ke arah pada saat kita membina hubungan itu dengan personality terhadap jurnalis”65 a. Step 1: Analisa Situasi Dengan dilakukannya riset survey berupa media monitoring tersebut maka Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dapat menganalisa situasi untuk melihat peluang dan hambatan yang akan dihadapi dalam pelaksanaan program media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, dan peluang yang diperoleh dalam pelaksanaan media relations ini terlebih khusus lagi untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan penuturan dari Turman Siagian adalah : 64 65 Media Monitoring Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI edisi Maret 2008 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008 “...salah satu hal yang paling penting di kehumasan itu namanya publisitas artinya memberitahukan secara luas berita informasi tentang kita kepada masyarakat, melalui media relations contoh yang konkrit adalah melakukan jumpa pers atau melakukan visit ke media itu, banyak hal yang bisa kita jadikan aktivitas dalam media relations, dengan melakukan media visit misalnya maka kita bisa lebih mudah saling mengerti dan saling memahami dan kita memiliki kesempatan dari sisi kita untuk menyampaikan begini program kita, begini yang telah kita capai dan beginilah harapan kita ke depan, itu kalo melakukan media visit, tetapi kalau melakukan press conference juga seperti itu misalnya ada suatu event yang sangat strategis tentu perlu diketahui oleh masyarakat luas kita melakukan jumpa pers mengenai event itu...”66 Dengan memberitahukan secara luas informasi mengenai Program Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yaitu Visit Indonesia Year 2008 peluang lain yang didapat dari media relations ini menurut Sutaryanto selaku Kepala Sub Bagian Media Relations, bahwa: “Peluangnya ya semakin meningkatkan kinerja ... soalnya gini kinerja kita kan tambah mengarah kepada apa ya kepentingan umum karena kita menginformasikan ini kan pekerjaan kita tapi hasilnya dinikmati oleh orang nih, kalo hubungan itu baik kinerja kita tambah bagus, akhirnya penghargaan kembali kepada apresiasi jadi apa tadi peluangnya adalah kita memperoleh apresiasi dari masyarakat bahwa kinerja humas debudpar itu menginformasikan dengan betul, ikut mempromosikan semua daerah misalnya kita mengajak wartawan kalo ada festival di Bali di ajak..., akhirnya kinerja kita juga bagus di mata wartawan karena selalu melibatkan mereka, kinerja kita terus berdampak pada masyarakat karena daerah itu telah diinformasikan oleh media, banyak dikunjungi orang”67 Disamping itu terdapat juga hambatan yang dihadapi oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menjalankan program media relations, berupa hal yang paling konvensional yaitu dana sebagai penunjang pelaksanaan program media relations, hal ini berdasarkan penuturan yang dilakukan oleh Turman, yaitu: 66 Hasil Wawancara dengan Turman, 26 Juni 2008. Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008 67 “Ya tentu humas itu kan hal yang paling konvensional yaitu masalah dana ya, bagaimanapun memperkuat aktivitas untuk mendukung media relations itu adalah dana...”68 Alasan yang terkait dengan permasalahan dana dalam melaksanakan program media relations ini dikemukakan oleh Sutaryanto, mengatakan bahwa: “...pemerintah itu sekarang yang ditekankan itu unsur kegiatan publikasi, itu perlu tapi publikasi itu mengiringi kegiatan, jadi misalnya saja V.I.Y ... kadang-kadang ia tidak bisa berdiri sendiri promosi V.I.Y, mahal itu pasang iklan itu kan mahal tapi kalo V.I.Y dibarengi dengan kegiatan misalnya kita bikin festival iyakan, trus ada wartawan kita ajak untuk meliput disitu disebutkan ini bagian dari V.I.Y nah itukan media relations itu, nah kalo iklan tidak bagian dari media relations nah kalo itu dikaitkan kenapa dana itu tidak mencukupi karna kalo kita khusus promosi dalam V.I.Y berdiri sendiri itu kan bisa saja promosi yang istilahnya PSA, atau iklan atau ya katakanlah misalnya branding-branding ya itu kan tinggi sekali costnya nah itu terus terang mungkin negara tidak cover itu ”69 Hal serupa juga dikatakan oleh Koko dari pihak Forum Wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yang menyatakan: “media ini kalo sudah menyangkut suatu program fokus pada V.I.Y berarti kan menyangkut juga kampanye dan publikasi dan iklan itu harus kuat, biasanya humas belum didukung oleh dana yang kuat untuk itu mungkin karena terpecah-pecah ke satuan kerja lain atau humas dengan event yang besar itu tidak dipersenjatai dengan dana yang kuat, gitu jadi hubungan dengan media relations untuk mendukung V.I.Y ya belum optimal menurut saya begitu”70 b. Step 2: Analisa Organisasi Setelah mengetahui peluang dan hambatan yang dialami Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dilihat dari tahapan menganalisa situasi, diperlukan juga tahapan menganalisa organisasi dengan mengetahui bagaimana dukungan manajemen yang diberikan kepada Humas Departemen 68 Hasil Wawancara dengan Turman , Ibid Hasil Wawancara dengan , Ibid 70 Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008 69 Kebudayaan dan Pariwisata RI, visi dan misi untuk menjalankan strategi humas dalam media relations untuk menginformasikan V.I.Y 2008. Dukungan yang diberikan oleh pihak manajemen dalam kinerja Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI cukup bagus hal itu terbukti dengan disusunnya buku sebagai landasan dari tugas, pokok dan fungsi kehumasan yang baru yaitu strategi komunikasi kehumasan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI sebagai landasan tugas dan fungsi kehumasan dalam melaksanakan program media relations, hal ini diperkuat oleh pernyataan Sutaryanto, bahwa: “Dukungan manajemen cukup bagus dengan disetujui membuat penyusunan strategi-strategi komunikasi, itu kan merupakan salah satu persetujuan manajemen pimpinan, bahwa bagaimana menyusun kehumasan yang bagus di bidang pariwisataan, kita susun strategi penyusunan kehumasan71, dirjen, direktur itu kalo ada kegiatan ya minta tolong ke humas kalo yang sifatnya publikasi, sosialisasi sama itu ya harus ke humas72” Namun dukungan tersebut dirasa hanya masih sebatas dari sisi moral karena dalam menjalankan suatu program elemen penting yang menentukan berjalan atau tidak berjalannya program tersebut yaitu menetapkan dana yang mencukupi, seperti yang diungkapkan oleh Turman Siagian: “...dari sisi moral dari sisi keinginan dukungan pemimpinan tinggi tetapi ketika kita berbicara tolonglah dialokasikan yang lebih besar lagi nah kemudian juga sulit karena semua mengatakan program-program lain ada juga yang lebih penting disitu kelihatannya jadi masih pada posisi hanya bersifat keinginan pimpinan yang besar tetapi di dalam pengimplementasiannya ketika kita mengusulkan alokasi dana yang lebih tinggi ya itu belum tampak”73 Walaupun tidak ada penetapan visi dan misi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI secara khusus dalam media relations untuk 71 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, op.cit Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008 73 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 Juni 2008 72 menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan hasil wawancara dengan Turman mengatakan: “Untuk ke media relations secara khusus itu tidak ada, tetapi visi pusat informasi dan humas dalam kaitannya dengan peran, fungsi dan tugasnya itu memberikan pelayanan informasi dan jalinan hubungan yang optimal untuk terbentuknya dan terpeliharanya citra budpar yang baik di mata masyarakat, itu visi kita”74 Sedangkan misi yang dilaksanakan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melihat dari data sekunder yang diperoleh penulis berdasarkan Laporan Tahunan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tahun 2007, adalah: 1. Melakukan pelestarian dan pengembangan kebudayaan yang berlandaskan nilai luhur. 2. Mendukung pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata yang berdaya saing global. 3. Melakukan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata. 4. Menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan akuntabel.75 Walaupun objek yang diteliti oleh penulis, adalah Humas dalam Lembaga Pemerintahan namun Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dapat meraih prestasi yang membanggakan, seperti yang diterangkan oleh Turman yaitu: “...dari hal yang begitu teknis bahwa kami membuat yang namanya berbagai produk salah satunya profil kebudayaan dan pariwisata pada tahun 2007 yang lalu mendapatkan sebagai dokumen profil instansi pemerintah yang terbaik yang dilakukan penilaiannya oleh Badan Koordinasi Kehumasan Instansi Pemerintah (Bakohumas) jadi kami, saya sendiri sebagai Kepala Bidang Humas sangat bangga dengan apa yang kami lakukan untuk membuat suatu dokumen 74 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid Laporan Tahunan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tahun 2007 75 profil budpar itu bisa menjadi yang terbaik diantara dokumen profil yang dilakukan oleh instansi-instansi lainnya”76 Hal di atas dapat dibuktikan dengan data dari majalah Ragam Pesona sebagai salah satu majalah internal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dimana Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas) yang menetapkan profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Debudpar) sebagai Juara Pertama untuk kategori audio visual dari 40 kategori yang dilombakan.77 Sementara itu menurut penulis berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh reputasi yang dicapai cukup baik terhadap pemberitaan kebudayaan dan pariwisata di Indonesia, dan hal ini dikuatkan oleh penuturan Sutaryanto yang mengatakan: “...saya pikir...kinerjanya bisa dibuktikan dengan kliping, kliping setiap hari itu memberitakan tentang kebudayaan dan pariwisata sangat intensitas sekali...., artinya bisa satu hari kita berlangganan hampir 20 media itu berapa puluh persen ia memuat kegiatan pariwisata artinya program kegiatan yang selama ini menjadi liputan mereka, artinya sudah diapresiasikan oleh media bahwa berarti kebudayaan dan pariwisata adalah berita yang dibaca orang.”78 Dengan reputasi yang diperoleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI , maka tidak terlepas dari opini dan penilaian media harus diketahui juga oleh pihak Humasnya, Sutaryanto mengatakan bahwa penilaian media yang selalu berinteraksi dengan pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, bahwa: “...macam-macam ada yang sifatnya mengkritisi untuk membangun banyak, ada yang sifatnya investigasi, mencari sesuatu ada juga, ada yang sifatnya ya mau menerima, biasa-biasa saja ada, ada yang koorporate bahwa 76 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, Ibid Majalah Ragam Pesona, majalah internal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI terbitan No. 02/1-November 2007, 22. 78 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008 77 kegiatan ini adalah bagian daripada mensejahterakan masyarakat ada juga, sekarang media ini dengan moto masing-masing ya saya pikir disitu”79 Pada tahapan ketiga dalam strategi humas yaitu menganalisa lingkungan eksternal yang selalu berinteraksi dengan organisasi. Setiap organisasi tidak pernah terlepas dari pihak-pihak yang mendukung dan kelompok penekan (pressure group) terhadap kinerja organisasi yang telah dan masih dilakukan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI memiliki beberapa kelompok penekan (pressure group) tetapi pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI hanya fokus pada pihak eksternal yang selalu berkaitan dengan kegiatan kebudayaan dan kepariwisataan, pihak-pihak kelompok penekan (pressure group) yang sering berinteraksi dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menurut Sutaryanto adalah: “LSM kita libatkan khususnya LSM di bidang pariwisata misalnya Tourism Care. LSM apa yang harus kita bantukan, ngga mungkin LSM Tenaga Kerja trus kritik kita kan? Apa subtansinya gitu lho, ya kalo LSM kan harus LSM yang mengkritisi, LSM yang berkaitan dengan bidangnya. Dan Tourism Care ini saya artikan dalam arti masing-masing daerah ada Tourism Care jadi yayasan peduli pariwisata misalnya yayasan peduli lingkungan pariwisata, LSM atau Lembaga ini yang apa ya PESKA, Pengawasan Seks Komersial untuk anak itu, jadi ini lho tu ada skarang sebuah sudah ada tapi peduli tentang PESKA kemarin baru aja ada workshop disini itu tentang PESKA di situ ada keterlibatan masyarakat lembaga LSM, begitulah istilahnya penanggulangan PESKA itu P-ES-K-A penanggulangan eksploitasi seks komersial pada anak di tempat-tempat pariwisata nah ini di sini itu ada LSM sebagai pengawas jangan sampe anakanak ini kan menjadi oknum”80 Dalam pelaksanaan kinerjanya pihak Humas Debudpar cukup banyak mendapatkan tuntutan-tuntutan berupa isu kebudayaan dan kepariwisataan yang dilontarkan oleh kelompok penekan (pressure group), dan berdasarkan hasil 79 80 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, ibid. Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid. wawancara yang dilakukan dengan Sutaryanto kelompok penekan (pressure group) adalah: “..., kepedulian jadi misalnya Tourism Care banyak kan sekarang kan Tourism Care yang peduli dengan perkembangan pariwisata misalnya khususnya wisata bahari, lingkungannya gitukan. Artinya kan antara pelestarian sama dengan pengembangan itu menjadi yang harus diprogramkan tentu memang artinya kan akhirnya mereka kan menjadi bagian daripada pelaku karena dia yang ngawasin karena kembali kepada masalah pariwisata itu kan kembali pada daerah kan destinasi itu indah, bagus, menarik itu kembali kepada pemdanya sedangkan kita kan hanya asistensi, fasilitasi dan promosi”81 Dan berdasarkan hasil wawancara dengan Turman mengatakan juga bahwa kelompok penekan (pressure group) adalah pihak yang bergerak dalam bidang kebudayaan dan pariwisata, yaitu: “...yang namanya asosiasi kebudayaan dan pariwisata contoh masyarakat aa... PARFI kalo di bidang film misalnya atau masyarakat sejarahwan indonesia atau masyarakat arkeolog indonesia itu di bidang kebudayaan contoh-contoh kemudian di bidang pariwisata seperti PHRI Perhimpunan Hotel RI atau ASITA untuk travel agent atau HPI nah mereka itu sering menyatakan atau menyampaikan usulan, rekomendasi, atau saran mengenai bidang-bidang mereka kepada kita”82 Namun dari kesekian kelompok penekan (pressure group), terkadang ada beberapa tuntutan yang salah mengalamatkan ke Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, karena merasa bukan tanggung jawab pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI sepenuhnya melainkan tanggung jawab pihak atau instansi lain, sesuai dengan penuturan dari Sutaryanto, bahwa: “...kita bukan departemen yang membangun infrastuktur. Infrastruktur itu maksudnya pembangunan fisik misalnya saja sebuah objek sebuah destinasi misalnya dia tidak ada bandaranya wah untuk bandara ndak bagus LSM trus mengkritik kita salah alamat kan, harusnya ke Departemen Perhubungan, kemudian ada sebuah tempat tujuan wisata jalannya jelek kata orang-orang ... 81 82 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 Juni 2008 Departemen Pariwisata harus begini, salah kan?! Ya ini kan jalan infrastruktur harusnya P.U.” 83 Sama halnya dengan penuturan dari Turman yang juga mengakui ada beberapa kelompok penekan (pressure group) yang salah mengalamatkan tuntutan mereka ke pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yaitu: “...misalnya PHRI akibat lesunya wisatawan pada masa-masa lalu ketika terjadinya bom misalnya nah mereka mengusulkan agar diberikan keringanan pembangunan pajak dan listrik mereka misalnya seperti itu tapi kan itu dialamatkan ke kita padahal kan kewenangan itu misalnya ada di Departemen Keuangan, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata itu berupaya menyampaikan hal itu dengan Menteri Keuangan bahwa ada tuntutan PHRI seperti ini tolong bisa dijadikan perhatian barangkali bisa disikapi dengan bijak seperti itu”84 Pada tulisan di atas, telah dijelaskan tahapan menganalisa organisasi terhadap kelompok penekan (presurre group) dengan tuntutan yang mereka sampaikan kepada pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, selain kelompok penekan (pressure group) mereka juga mempunyai pihak yang mendukung pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI maupun Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI secara keseluruhan, menurut penuturan yang diberikan oleh Sutaryanto melalui wawancara, adalah: “...khususnya oleh anggota DPR itu oleh anggota komisi X (sepuluh), artinya untuk anggaran itu disetujui yang mendukung mengupayakan anggaran trus misalnya asosiasi pariwisata”85 Walaupun begitu hal di atas tidak sependapat dengan Turman, dimana pihak-pihak yang mendukung kebijakan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tidak selalu mendukung juga, yaitu: “Yang selalu mendukung?, ngga ada yang selalu mendukung, masyarakat sekarang bebas berdemokrasi kalo mereka melihat kebijakan 83 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, ibid Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid 85 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008 84 Debudpar itu kurang tepat mereka mengatakan kurang tepat. Sudah tepat pun kadang-kadang mereka mengatakan tidak tepat itu biasa saja dalam hal demokrasi, tidak selalu mendukung ...”86 Dan lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana dukungan yang akan diberikan oleh pihak eksternal ini dalam pelaksanaan kinerja Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI secara keseluruhan, Sutaryanto mengatakan: “Selagi program dan kegiatan Debudpar itu adalah untuk kesejahteraan rakyat asosiasinya bahwa kegiatan itu ke dalam masyarakat, berpihak pada masyarakat mana mungkin ngga mendukung, pertama kan opini dulu di DPR, kalo pun posisi anggaran kita 30% untuk internal itu kan terkait gaji, 70% itu untuk kegiatan mana ada trus masalah ini ditentang, ini masalah gaji termasuk perawatan, sudah kewajiban. Selama masih program kegiatan untuk seperti situs, pembangunan atau penataan situs peninggalan candi itu di daerah kan tapi diperjuangkan di pusat misalnya restorasi, konservasi”87 Adanya dukungan dari berbagai pihak eksternal yang selalu berinteraksi dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tentunya memberikasn pengaruh kepada kinerja Pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Priwisata RI secara lebih khusus, yang dinyatakan oleh Sutaryanto bahwa: “Artinya dukungan semua masyarakat itu bagus, bagus dalam arti membuat kita menjadi semangat untuk melaksanakan tugas kami, karna Indonesia bukan hanya Jawa Barat, Jawa Tengah kan di seluruh propinsi juga ada situs yang belum di bangun, ...dari situ kan bermanfaat kenapa tidak di manfaatkan.”88 c. Step 3: Analisa Publik Pada tahapan selanjutnya, pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menentukan media mana saja yang dapat digunakan untuk dapat menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 lebih efektif, pada dasarnya tujuan 86 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 Juni 2008 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008 88 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 18 Juli 2008 87 dari Visit Indonesia Year 2008 ini adalah untuk mendatangkan 7 (tujuh) juta wisatawan asing ke Indonesia, maka pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI juga menetapkan media luar negeri sebagai saluran informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008, dalam wawancara yang dilakukan Turman mengatakan: “...misalnya Amerika itu ada namanya World Report, ada apa namanya British ada United World, ada ... macam-macam media di Eropa seperti CNN apa National Geographic, kita sering menghandle mereka”89 Hanya saja untuk menginformasikan hal tersebut ke luar negeri mereka hanya kepada beberapa media luar negeri dan tidak terlalu sering digunakan dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 seperti yang telah disebutkan di atas, hal ini bisa disebabkan karena hambatan yang dialami oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yaitu dana yang kurang mencukupi jika dibandingkan dengan anggaran yang telah dipersiapkan oleh Malaysia yang gencar memasang iklan di saluran televisi luar negeri, dan hal ini pun dipertegas oleh pernyataan Jero Wacik Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam majalah eksekutif terbitan Januari-Februari 2008, mengatakan: “...untuk tahun ini dengan adanya Visit Indonesia Year kami ajukan Rp 200 milliar. Walau itu dua kali sebelumnuya tapi itu cuma $20 juta. Anggaran Malaisya sebelum Visit Malaysia Year 2007 sekitar $70 juta. Dengan adanya Visit Malaysia Year tahun lalu mereka tambahkan menjadi $80 juta. Kalau dibandingkan itu kita kecil sehingga tidak bisa memasang iklan di TV sesering Malaysia. Mereka bisa pasang iklan “Malaysia Truly Asia” di CNN sampai setiap jam sekali, kita ngga bisa...” Sedangkan media dalam negeri yang menjadi partner Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 89 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, Ibid 2008, berdasarkan data sekunder berupa media monitoring yang diperoleh penulis dari Sutaryanto, bahwa: Dari media cetak terbagi dalam 2 bagian media nasional dan media lokal, media cetak nasional terdiri dari: Kompas, Media Indonesia, Seputar Indonesia, The Jakarta Post, Koran Tempo, Bisnis Indonesia, Republika, Suara Pembaruan, Investor Indonesia, Harian Ekonomi Neraca. Sedangkan media cetak lokal terdiri dari: Bali Post, Kedaulatan Rakyat, Suara Karya, Rakyat Merdeka, Batak Post, Malut Post, dan Ternate Post, serta 4 majalah, yaitu Majalah Tamasya, Majalah Eksekutif, Majalah Gatra, dan Majalah Tempo. Untuk media audio yang dijadikan saluran dalam penginformasian Visit Indonesia Year 2008, adalah RRI, Radio Elshinta, dan Radio Tri Jaya FM. Media audio-visual terdiri dari: TVRI dan TPI. Selain itu mereka juga mengikutsertakan Kantor Berita ANTARA sebagai partner, dan dari media internet yaitu Surabaya Webs dan detik.com.90 Dari kesekian media yang berhubungan dengan pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, ditentukan pula media yang dijadikan prioritas utama, sesuai dengan penuturan Turman bahwa: “saya sebagai Kabid Humas melihat media itu memiliki peran, fungsi secara umum adalah sama kemudian ketika kita melakukan analisis media baru kita melihat dan mulai mengelompokan-lompokan media yang memiliki readers pembaca yang lebih banyak biasanya itu yang kita tetapkan sebagai media prioritas, tetapi ada media yang sangat segmented namanya segemented media yaitu media yang secara khusus pembacanya adalah komunitas-komunitas khas tertentu jadi tidak sangat umum itu juga pada kesempatan tertentu sangat kita butuhkan untuk melakukan penetrasi eksklusif berita pada komunitas itu. Contoh misalnya ada media di mana media itu hanya beredar di lingkungan legislatif dan para pengambil keputusan di republik ini tidak lebih dari 15 ribu examplar, tetapi karena itu dibaca oleh para legislatif dan para pengambil keputusan top di 90 Media Monitoring Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Januari 2008 negeri ini kita melakukan kerjasama dengan media itu, karena ingin masalah kita itu diketahui dan di baca oleh kelompok tertentu itu, tetapi umumnya media yang memiliki tingkat pembaca yang lebih besar itu yang merupakan prioritas utama”91 Setelah menetapkan media mana saja yang diperkirakan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dapat menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 secara efesien dan efektif, mereka menganalisis juga apa keinginan dan harapan media dalam program media relations ini sehingga dapat ditingkatkan lagi kinerjanya dengan media untuk menjadi lebih baik, menurut Turman harapan dan keinginan media adalah: “Biasanya media itu sudah sangat senang kalo kita bersikap terbuka dan transparan kemudian kita bisa rutin menyampaikan press release kepada mereka karena itu merupakan tugas mereka mengejar berita itu aja kemudian, kita melakukan visit kadang-kadang kepada mereka.”92 Sama halnya dengan penuturan dari Sutaryanto yang mengatakan: “...Keinginan media kan tetap saja, apabila ini berhasil apabila ini termasuk target 7 juta orang wisman dapat mengunjungi Indonesia dengan kita melakukan promosi ke luar negeri berarti pada tahun ini terjadi pergerakkan uang di Indonesia hampir lima puluh delapan triliun rupiah, bukan devisa tapi devisa dalam arti pergerakan perekonomian karena duitnya langsung buat pemerintah, nah media kan tetap kalo yang peduli pada rakyat kan media tetap senang tetap artinya gembira gitu kan, keinginan media ya tetap ingin berhasil walapun dia mengkritik ya mengkritiknya supaya kita nampaknya supaya oh ya kan supaya departemen itu kan lebih meningkatkan promosi bahkan atau gaung kan gitu kan.”93 II. Strategi Pada tahapan ini merupakan perencanaan keseluruhan pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam program media relationsnya untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Meliputi bagaimana Humas 91 Hasil wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 Juni 2008 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, Ibid. 93 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 18 Juli 2008 92 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menentukan apa yang ingin dicapai oleh organisasi dan bagaimana keinginan tersebut akan dicapai a. Step 4: Menentukan Tujuan, Positioning dan Sasaran Suatu strategi tidak lepas dari suatu tujuan, pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam pelaksanaan strategi media relation untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 menurut penuturan Turman mempunyai tujuan untuk: “...sebenarnya humas ini elemen kecilnya yang mau dicapai bersama adalah Visit Indonesia Year, tapi yang lebih luas lagi adalah bagaimana corporate image dari Debudpar ini bisa tercipta dan terpelihara dan betul-betul di khalayak itu terbangun sedemikian, baik itu sebenarnya. Sekarang Visit Indonesia Year untuk diketahui masyarakat salah satunya hal yang harus dilakukan secara serius adalah bagaimana memanfaatkan media-media yang ada baik yang elektronik maupun yang cetak untuk memuat, menggaungkan, menghalo-halokan Visit Indonesia Year itu di medianya sehingga rakyat menonton, rakyat membaca tentang Visit Indonesia Year itu”94 Hal di atas pun dapat dikatakan satu pendapat dengan Sutaryanto mengenai tujuan strategi humas dalam media relations ini, yang terlebih khusus lagi untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, mengatakan: “...yang utama corporate imagenya bahwa kita sedang melakukan program nasional Debudpar, sedang melakukan program nasional dalam rangka apa memeratakan pergerakan perekonomian melalui pariwisata dengan menggerakan daerah untuk menyiapkan daya tarik, jadi corporate image pada departemen itu sedang melakukan gaung nasional. Keduanya, menginformasikan kepada masyarakat bahwa ini penting pariwisata, kebudayaan dan pariwisata itu menjadi bidang yang strategis, ke budaya apabila dilestarikan bisa jadi produk pariwisata dan pariwisata apabila dikembangkan bisa efek gandanya bermanfaat bagi masyarakat, itu pentingnya kita”95 Dalam melaksanakan tujuan di atas, maka perlu dilakukan penetapan positioning yang ingin dicapai dalam media relations ini, sehingga media sebagai 94 95 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, Ibid Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008 penyalur informasi tentang Visit Indonesia Year 2008 memiliki kesepahaman pemikiran yang sama terhadap informasi yang diusung pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, menurut hasil wawancara yang dilakukan terhadap Turman, bahwa positioning yang ditetapkan: “...Pusat informasi dan humas itu akan melakukan pelayanan dengan cepat, itu yang harus kita upayakan untuk bisa terlaksana dengan baik...tadi kaitannya dengan strategi memang sekarang ini kita lebih mengutamakan pertama itu pelayanan informasi iya kan itu, kemudian kedua media relations itu kita tingkatkan lebih berkualitas lagi itu dua hal itu yang kita apa namanya untuk mengacu kepada visi, misi itu ya yang saya sebut itu trus dilakukan”96 Dan menurut Sutaryanto menutur bahwa positioning yang ditetapkan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 adalah: “...mindsetnya tentu saja harus menyukseskan karena sebuah program sebuah kegiatan instansi apabila tidak dipublikasikan itu ya omong kosong program itu nyampe gitu kan artinya program itu...,faktor yang sangat penting dalam hal ini program V.I.Y adalah tidak sekedar bicara masalah rapat-rapat atau koordinasi-koordinasi atau bahkan menyiapkan atraksi di daerah itu yang dilakukan oleh Debudpar...”97 Setelah melihat positioning yang telah ditetapkan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, maka sasaran yang ingin dicapai dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dalam media relations, menurut Turman dari segi pemahaman (awareness) dan penerimaan (acceptance) serta tindakan (action) terhadap Visit Indonesia Year 2008, adalah: “...sudah pasti dan kita harapkan adalah bagaimana masyarakat bisa mengerti pertama apa itu Visit Indonesia Year karena sebenarnya bukan hanya kegiatan departemen itu sendiri, semua yang ikut terkait itu ikut terlibat sebenarnya katakan komponen LSM, media sendiri, departemen-departemen lain seperti Deplu, Kepolisian nah secara bersama-sama kita berupaya untuk menempatkan Visit Indonesia Year agar bisa lebih dipahami oleh masyarakat 96 97 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, Ibid Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid sehingga kalo udah diketahui masyarakat maka untuk menjalankannya kita lebih mudah karena mereka sudah acceptance kemudian acceptance itu didukung oleh support akhirnya ia tanpa disuruh tanpa di apa dia melaksanakan, konsep Visit Indonesia Year itu basisnya sapta pesona itu mulai dari sadar wisata untuk masyarakat mari kita aman, tertib, bersih, sejuk itu juga sebagai hasil masyarakatnya untuk menerima tamu-tamu atau visiters, hal-hal seperti itu tadinya dia tidak tahu menjadi tahu yang pertama kemudian setelah tahu dia pahami kemudian aksinya dia bisa ikut terlibat untuk mendukung ini”98 Dan menurut Sutaryanto sasaran dari segi pemahaman (awareness) dan penerimaan (acceptance) serta tindakan (action) terhadap Visit Indonesia Year 2008 dinilai sangat diperlukan, sebab: “...awreness perlu kalau media tidak peduli, misalnya seharusnya ini ya V.I.Y 2008, skarang 2008 lagi katakanlah sudah mau memasuki dunia politik, persiapan pemilu, persiapan KPU dan sebagainya kalo media tidak awareness terhadap program atau tidak paham program bahwa V.I.Y itu adalah untuk memeratakan kunjungan wisata ke berbagai daerah dan daerah tersebut sudah menyiapkan atraksi dan itu tidak diliput berarti tidak aware iya kan?, maka diperlukanlah aware bahwa keseimbangan pemberitaan dunia politik dengan pemberitaan yang sifatnya publikasi jasa ini dalam mempublikasikan daerah wisata, itu sangat diperlukan awareness. Termasuk acceptance bahwa media harus memberikan kontribusinya, artinya memberitakan dengan sungguhsungguh di yogya ada ini di bali ada ini, bahkan di cirebon ada atraksi ini yang menarik seperti pesta rakyat nah kalau diberitakan kan acceptance dalam bentuk kontribusi untuk bisa mencomot itu kegiatan, menjadi selling point terhadap media itu untuk di beli orang dan bahwa media itu juga bisa mengarah kepada kelokalan atau nasionalisme, lalu actionnya memuat berita”99 b. Memformulasikan Proactive dan Respons Strategi Dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menggunakan strategi proactive yang meliputi strategi aksi dengan meningkatkan kinerjanya dalam program yang dilaksanakan yaitu media relations, seperti yang dikemukakan oleh bahwa: 98 99 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, ibid Turman “Semakin banyak media menulis mengenai Visit Indonesia Year itulah yang merupakan cita-cita kita, dari berbagai angle, aspek dan perspektif jadi bukan hanya sekedar kalo kita panggil mereka untuk press conference baru mereka muat, tetapi bagaimana media bergerak untuk bisa menulis, menganalisis, mengupas, memberikan tentang Visit Indonesia Year dari berbagai perspektif itu, kalo itu sudah berlangsung maka strategi yang sudah dahulu sudah kita suguhkan laksanakan itu berhasil...”100 Hal serupa dinyatakan juga oleh Koko dari Forum Wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yang mengatakan: “Kalo kegiatannya sih, saya ini aja cukup lumayan ya karena dari aktivitasnya itu berhubungan dengan media juga cukup kuat terutama untuk fokus kepada V.I.Y gitu...”101 Sama halnya dengan pendapat Herlina Djabir yang menilai bahwa kinerja pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI sudah cukup maksimal, yaitu: “Kinerja untuk 2008 yang saya lihat ya cukup maksimal, artinya dalam kondisi seperti ini anda tahu sendiri kan kondisi Indonesia seperti ini peristiwa bom bali dan macam-macam tentang ketidakpercayaan mereka terhadap mungkin kepada pemimpin kita gitu tetapi humas budpar sebagai tugasnya tetap dijalankan nah Budpar itu dapat mempromosikan Indonesia apa pun kondisinya, Humas itu tetap berusaha meningkatkan promo-promo ke mana-mana ke luar negeri misalnya gitu, untuk bagaimana mendatangkan wisatawan 7 juta meskipun ada beberapa kalangan pesimis dengan kondisi Indonesia yang saya lihat dan pantau di humas itu bahwa ya tetap meskipun apapun kondisi Indonesia tetap kita menceritakan yang sebenarnya gitu”102 Namun terdapat juga pihak lain yang menilai bahwa kinerja yang dilakukan oleh pihak Humas Kebudayaan dan Pariwisata RI biasa saja, seperti yang diungkapkan oleh Nur R Fajar bahwa: “Biasa saja, artinya gini meskipun satu tahun ini adalah V.I.Y isu budpar kan sangat jarang sangat kurang gitu lho, sangat kurang ee mungkin untuk mensosialisasikan kegiatan departemen mungkin oke, untuk mengangkat isu-isu V.I.Y kepada wartawan itu mungkin bukan kapasitas dia yang kedua mungkin 100 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008. 102 Hasil Wawancara dengan Herlina Djabir, pada tanggal 17 September 2008 101 bisa jadi berbenturan dengan visi misi atau instruksional dari departemen, artinya melangkahi, melampui mungkin, saya juga mensosialisasikan saya cuma misalnya ya saya ditugaskan untuk mempromosikan agenda kegiatan departemen saya tidak mengurusi hubungan departemen dengan PHRI, hubungan departemen dengan ASITA atau saya ngga ngurusin isu soal listrik yang berdampak pada hotel-hotel, saya ngga ngurusin seperti itu, saya ngga tau dan kalo saya ngurusin itu mungkin itu melampui dari tugas saya gitu kan contoh seperti itu kamu ngga tahu, intinya adalah humas mungkin terkesan tidak mengakomodir isu-isu di luar departemen saya kira seperti itu, dan kupikir juga departemen sendiri dia juga dia sebenarnya V.I.Y ya ngga terlalu, yang aku ya itu yang aku tegaskan dia hanya mensosialisasikan kegiatan-kegiatan departemen”103 Selain berupaya untuk semakin banyak media yang memuat dan menggaungkan tentang Visit Indonesia Year 2008, cara lain yang digunakan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengupayakannya dengan: melibatkan partisipasi audiens lain, partisipasi untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan penuturan Sutaryanto bahwa partisipasi audiens lain yang digunakan adalah partisipasi audiens berupa partisipasi masyarakat, dimana: “...sebuah lingkungan pariwisata itu apabila aman berarti memberikan kenyamanan bagi wisatawan untuk tinggal, apabila masyarakat ini sudah kondusif aman diberitakan oleh media trus informasikan bahwa katakanlah misalnya di Jakarta sebuah kerusuhan tapi kerusuhannya hanya di sini media mengatakan hanya di sini saja, di daerah ini aman, nyaman dan tidak terganggu,...Kalo media juga peduli memberitakan bahwa peran serta masyarakat sini adalah care terhadap kepariwisataan ...berarti masyarakat pun menciptakan kondisi itu, kemudian masyarakat juga memberikan asistensiasistensi atau pemberdayaan kerajinan tangan, nah apabila media ini juga menginformasikan bahwa daerah ini ini memiliki potensi kerajinan yang ini ini ini, gitu kan berarti objektifitas yang dipercaya oleh wisman sebagai informasi yang aktual dan faktual menjadi daya tarik juga, ... ada keikutsertaan masyarakat itu diliput oleh media menjadi aset, dan nilai tambah daerah tujuan wisata dan juga peran serta masyarakat perlu diliput oleh media sebagai informasi yang aktual, faktual, obyektif ... juga menjadi daya tarik”104 103 104 Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, pada tanggal 23 September 2008 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008 Berdasarkan data sekunder yang didapat, penulis membagikan partisipasi audiens ini dalam tiga hal yaitu partisipasi dengan pihak swasta dan pihak pemerintahan serta partisipasi dengan pihak tokoh terkenal dalam rangka menyukseskan Visit Indonesia Year 2008. Cara yang dilakukan dengan pihak swasta sebagai partisipasi audiens untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 ke media yaitu partipasi yang dilakukan dengan beberapa maskapai penerbangan, perhotelan, restoran maupun kantor biro perjalanan pariwisata yang ada di Indonesia melalui Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero Wacik yang mengeluarkan himbauan untuk memasang spanduk promosi Visit Indonesia Year 2008 “Saya meminta Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) maupun Assosiasi Biro Perjalanan Wisata (ASITA) agar memerintahkan anggotanya memasang spanduk maupun logo VIY 2008” penuturan Menbudpar Jero Wacik selanjutnya ia juga mengatakan, permintaan juga dilakukan terhadap 12 maskapai penerbangan nasional agar mereka segera memasang logo VIY 2008 di masingmasing pesawat terbang mereka. Kedua belas pimpinan maskapai penerbangan itu telah bertemu saya di Bandung dan menyatakan segera memasang logo VIY 2008 di pesawat mereka” kata Menbudpar Jero Wacik105. Sedangkan partisipasi audiens yang diikutsertakan dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dari pihak pemerintahan adalah dengan pihak Departemen Kehutanan, dimana: Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik bersama Menteri Kehutanan MS Kaban melakukan nota kesepahaman (Memorandum of 105 Majalah Ragam Pesona, majalah internal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI terbitan No. 02/I-November 2007,. 24 Understanding/MoU) tentang kerjasama mempromosikan potensi wisata alam. Penandatanganan MoU dilakukan di International IPB Convention Center Baranangsiang, Bogor pada Kamis (26/6), sekaligus mengawali acara seminar dan lokakarya yang digelar Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Ditjen PHKA Departemen Kehutanan (Dephut) dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB). Seminar dan lokakarya yang mengambil tema Promosi Pariwisata Alam di Kawasan Konservasi ini sebagai bagian dalam memberikan dukungan terhadap program Visit Indonesia Year (VIY) 2008.106 Selain itu, partisipasi audiens dari pemerintahan juga melibatkan Departemen Luar Negeri dengan melakukan langkah strategis untuk mendorong kunjungan wisatawan asing (wisman), antara lain membantu mempromosikan Visit Indonesia Year 2008 di 12 pasar atau kawasan utama yang selama ini menjadi sumber wisatawan, yaitu Singapura, Malaisya, Tahiland, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Australia, Amerika Serikat, China, Hongkong, India, Eropa, Rusia dan Timur Tengah. Di 12 pasar utama itu Deplu menunjuk pejabat khusus untuk bekerjasama dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menangani pariwisata, berdasarkan kesimpulan dari hasil evaluasi pelaksanaan Inpres No. 16/2005 tentang Kebijakan Pembangunan Budpar. Deplu bersama Debudpar memasang branding pariwisata di setiap kantor perwakilan RI di luar negeri, serta menyediakan informasi terkini mengenai citra Indonesia antara lain seputar bencana alam, terorisme dan wabah penyakit yang terjadi di tanah air.107 106 107 Sumber : www.budpar.go.id , press release Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Guntingan Berita Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tanggal 18 Februari 2008. Dan partisipasi audiens juga dilakukan dengan melibatkan tokoh terkenal, dimana Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero Wacik menyematkan pin emas Visit Indonesia Year (VIY) 2008 kepada Bill Gates, orang terkaya di dunia pemilik perusahaan Microsoft, ketika datang ke Jakarta sebagai pembicara di forum Goverment Leader Forum (GLF) Asia-Pasifik. Kedatangan tokoh seperti Bill Gates ini memberikan arti penting terhadap pencitraan kepariwisataan Indonesia di mata dunia, khususnya masyarakat Amerika Serikat.108 Dan bagian lain dari strategi proactive adalah strategi komunikasi meliputi Informasi berita penting dan Komunikasi yang transparan. Dalam mengemas informasi berita penting mengenai Visit Indonesia Year 2008, dalam pelaksanaan media relations oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, berdasarkan hasil wawancara yang di dapat elemen informasi yang diberikan memiliki unsur maksimal bukan signifikan yang dimaksud di sini adalah: “Kita maksimal, kalo signifikan kaitannya dengan target lho, kita hubungan dengan media tidak ada targetnya, pararel aja atau horizontal aja kan, karena kalo udah signifikan itu kan larinya ke parameternya kan kalo dah signifikan? Keberhasilan?, mana ada hubungan kita dengan media berhasil karena pada satu saat ia memberitakan yang baik pada satu saat ia mengkritik kita, nah itu tapi kritik itu juga ada untuk membangun aa..., itu kan jangan menggunakan kalimat signifikan kalo begitu, karena ada parameternya ntar kalo signifikan repot kita, tapi kalo maksimal kita nah itu lebih indah dia karena masing-masing kan punya kepentingan kan media sebagai sarana informasi, media sebagai sarana investigasi, media sebagai alat kontrol dia berjalan sendiri iya kan trus kita sebagai pemberi informasi diterima tidaknya apabila itu ada apa selling point yang bagus,..., soalnya kan koran trus objektifitas koran itu memuat suatu berita itu berarti informasi kita itu diterima”109 108 109 Tabloid Pariwisata Dwi Mingguan MICE, edisi No. 05 Tahun I tanggal 21 Mei-4 Juni 2008. Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008 Informasi yang diberikan mengenai Visit Indonesia Year 2008 yang disampaikan oleh pihak Humas mengikuti penyesuaian terhadap media (local area) namun terkadang tidak juga dilaksanakan seperti itu, hal ini dibuktikan dari dua pendapat berbeda yang disampaikan pertama oleh Turman, bahwa: “Ya memang secara teoritis begitu, tapi membuatnya tidak mudah jadi biasanya ya dan juga akan membuat bingung kalo misalnya ada kita siapin press release ini press release untuk majalah yang segmented ini press release untuk majalah yang teenager, ini press release untuk woman, ngga lah begitu biarlah press release itu mereka tulis dari angle media mereka, satunya press release ngga bermacam-macam cuman kadang-kadang dalam bahasa inggris, bahasa arab, bahasa cina, bahasa indonesia, nah tetapi kalo kita menulis feature, artikel, advetorial ya kita sesuaikan dengan majalahnya, kalo majalahnya itu lebih ke ekonomic maka sisi ekonomic yang menjadi subtansinya itu brarti kita titik beratkan, tapi kalo media itu misalnya lifestyle ya cara kita menulis pun subtansinya kontennya lebih kepada lifestyle seperti itu kalo feature dan advetorial ya, tapi kalo yag namanya siaran berita ya satu tapi satu itu dibuat dalam bermacam-macam bahasa ”110 Sedangkan pendapat kedua, yang dimaksud dengan Sutaryanto bahwa informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008 tidak harus disesuaikan dengan media yang menjadi penyalur informasi dan juga diupayakan untuk up to date, yang mengatakan: “...kita sifatnya kan nasional jadi departemen itu melakukan program V.I.Y khususnya informasikan sifatnya dah nasional, jadi informasi yang kita keluarkan sifatnya nasional kemudian wartawan itu menganalisis berita lokal itu dia tetap mengacu ke nasional, artinya misalnya begini kita informasikan kunjungan wisatawan sampe gini juni katakanlah sampe 2,9 juta pada semester I truss wartawan akan bertanya ke daerah ini berapa pak perinciannya iya kan ...tetap awalnya nasional dulu setelah ada pertanyaan menjadi lokal baru ada klarifikasi lalu di up to date dengan informasi terbaru”111 Dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dilakukan dengan cara selalu up to date ini dikatakan sependapat oleh Turman, bahwa: 110 111 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 juni 2008 Hasil Wawancara dengan , Ibid “Udah harus up to date, mana mau media menerima itu kalo ngga up to date makanya mereka selalu pertanyaannya seperti itu progress donk sampai akhir semester I gimana sekarang dah bulan Juli dah ada data belum buat bulan agustus itu yang kita jawab”112 Dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 kepada media, informasi yang diberikan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI secara tidak langsung mengandung human interest, yang dikatakan oleh Sutaryanto, yaitu: “...human interest itu, kaitannya kalo dikatakan sebagai daya tarik kita akan gunakan jadi ketertarikan ya masyarakat itu ya kita akan gunakan artinya kan gini kita tetap menggunakan human interest artinya bahwa program ini tidak untuk kepentingan pemerintah pusat. Ya..., secara langsung tidak ada, kita sifatnya bahwa kita memberikan program, program ini kan program V.I.Y itu kan sifatnya memacu, mendorong bahwa sebenarnya Indonesia itu punya potensi sebagai daya tarik, Indonesia semuanya tidak hanya Bali, tapi seluruh Indonesia punya daya tarik wisata untuk didatangi wisatawan baik nasional maupun internasional nah di bikin program V.I.Y kan trus program ini kita lempar ke daerah dan apa yang bisa menjadi atraksi sebagai daya tarik, nah itu memang ada human interest tersendiri tapi kan tidak secara langsung, kita hanya memberikan trager bahwa daerah ini tu ada ini nanti saya promosikan ke luar negeri melalui media-media ini melalui ini, nah kembali ke sini kan human interest kan?”113 Dari kesekian elemen informasi yang dikemas oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengenai Visit Indonesia Year 2008 kepada media, menurut Koko bahwa informasi yang diberikan belum optimal dan tidak terlalu bagus, dimana: “...kembali lagi kalo itu namanya sudah kampanye itu menyangkut publikasi menyangkut media itu kembali kepada persoalan dana pastinya, jadi yang dikerjakan oleh humas mungkin dananya tidak seberapa, tapi dia menjalankan kehumasan ya istilahnya kalo nilai gitu ya tidak terlalu ini tidak terlalu bagus...”114 112 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, ibid 114 Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008. 113 Sedangkan menurut Nur R Fajar, mengatakan bahwa informasi yang diberikan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI terkesan kaku, yaitu: “Standar khas bahasanya, gaya penulisannya subtansinya khas birokrat, pasti pembawa visi misi mereka kan nantinya yang ditonjolkan adalah sisi departemen, sisi Menteri Debudpar seperti itu nanti anglenya dia menteri membuka kegiatan sosialisasi V.I.Y, menteri mendukung, nah kan ngga laku beritanya seperti itu di kita apalagi tergantung media dia wartawan dari media mana dan backgroundnya apa, misalnya saya ya aku adalah wartawan ekonomi sebenarnya dan yang dituntut adalah angka kan apapun lah yang dengan angka jumlah wisman, aa pendapatan dari wisman itu sendiri, berapa objek wisata semua terkait dengan angka, maka aku ngejarnya ke situ pak jumlah wisman berapa?, wisman dari mana aja ? gitu kan trus misalnya dia mengeluarkan mengeluarkan budget untuk pariwisata berapa? Gitu kan beda mungkin dengan majalah turis misalnya isunya maka akan kembali ke medianya, mereka wartawan itu akan membawa isu apa mereka cenderungnya main angka ngga terlalu tapi main kebijakan main destinasi gitu kan jadi sangat tergantung dari masing-masing artinya adalah hanya berdasarkan release itu tidak cukup kita pasti harus kalo kepengen puas apa yang kita inginkan berita apa yang kita dapatkan ya kita harus datang ”115 Lain halnya dengan pendapat Herlina Djabir yang berpendapat informasi yang diberikan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI cukup memadai, yaitu: “Informasi cukup, tapi kalo saya rasa informasi tentang Visit Indonesia Year 2008 itu tidak cukup dari budparnya saja, semua lini semua itu harus mendukung misalnya penerbangan, itu juga sangat penting karena ya kita minta wisatawan datang kalo wartawannya tidak ada ya gimana mau mencukupi 7 juta, jadi kita harus sebagai aa... wartawan tidak harus dari budpar saja, ada beberapa informasi-informasi lain misalnya Deplu, penerbangan gitu jadi kita wartawan tidak hanya berpatokan sama budpar gitu, Visit Indonesia Year itu adalah program dari Debudpar tetapi ada sektor-sektor lain yang harus juga mendukung misalnya penerbangan ya kalo wisatawan banyak trus Budpar sudah keluar mengatakan hai..., hai... datang ke Indonesia, Indonesia lagi program Visit Indonesia Year ada pertunjukan, objek-objek wisata di buka gitu, tapi kalo penerbangannya ngga ada ya ngga bisa juga, jadi semua bagi saya semua itu harus mendukung, baik masyarakatnya juga bagaimana kita menerima tamu 115 Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, pada tanggal 23 September 2008 dengan baik, kalo wisatawan datang trus kita copet tidak akan tercapai target itu gitu jadi semua baik dari anak-anak, dewasa, orang tua.”116 Dengan perumusan informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008 di atas, maka Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menyampaikannya dengan komunikasi yang transparan kepada media dan diupayakan tidak adanya berita off the record, hal ini dikatakan oleh Turman yang mengatakan: “Iya, prinsip kehumasan itu transparan iya, kemudian tepat, original itu dah prinsip-prinsip kita di sini ngga ada yang ditutup-tutupi di sini, tentu melanggar aturan kalo gitu. Kita berupaya untuk selalu tidak mengatakan off the record, makanya berita yang kita sampaikan itu berita yang sudah matang dan terproses jangan kira-kira, kalo kira-kira susah nanti kita banyak off the record”117 Hal serupa juga dikemukakan oleh Sutaryanto bahwa komunikasi yang dilakukan dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dengan transparan kepada semua media yang mencaritahu informasi tersebut, yang berkata: “Selama ini saya lihat para dirjen dan para humas khususnya informasi yang kita sampaikan itu transparan artinya transparan baik dalam anggaran yang kita gunakan maupun apa yang kerap dilakukan sudah transparan, disampaikan oleh dirjen pemasaran juga transparan, dirjen destinasi transparan apa yang sudah dilakukan dan di bangun di daerah-daerah, atau pembenahan destinasi transparan makanya indikator yang ada sekarang walaupun masih ada media yang memberitakan yang mengkritik tapi tidak memojok artinya apa tidak memaki atau menyalahkan atau mereka sudah mendapat informasi yang maksimal, transparan trus ada indikatornya ada peningkatan wisatawan secara nyata tiap bulannya itu naik”118 Hal di atas dikatakan sependapat dengan pernyataan Koko dari Forum wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yang mengatakan: “...kalo transparan sudah ya, karena dari sisi ia membuat program itu selalu menyertakan dengan forum-forum wartawan debudpar, sama-sama 116 Hasil Wawancara dengan Herlina Djabir, pada tanggal 17 September 2008 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 juni 2008 118 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, ibid 117 menggunakan momentum apa yang tepat untuk kehumasan maupun membina hubungan dengan media itu dengan forum debudpar itu sudah dijalankan...”119 Sama halnya dengan pernyataan dari Herlina Djabir, yang menilai bahwa komunikasi yang dilakukan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dengan media dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 cukup transparan, dimana: “Off the record..., jarang sekali ya karena menurut saya kalo budpar ngga ada yang perlu di off the record kan karena dia bukan politik, dia adalah suatu bidang yang jauh dari politik, budpar itu tidak ada, kita akan membentuk kebudayaan dan pariwisata ngga ada unsur politik yang ngga harus di buka ke masyarakat, yang sering terjadi adalah politik yang tidak semudah itu, tapi kalo Budpar itu dia harus bercerita program kebudayaan apa yang harus ia tonjolkan, budaya mana yang harus ia angkat gitu kan, pariwisata... apa programnya, apa daerahnya dan sebagainya seperti itu”120 Sama dengan pendapat Nur R. Fajar yang mengatakan komunikasi yang dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit Indonesia Yeear 2008 transparan tanpa off the record, dimana: “...bukan kapasitasnya di humas untuk menentukan off the record atau tidak saya pikir seperti itu karena itu pasti pada tingkat yang lebih tinggi dirjen kupikir ya jadi bahan-bahan apa yang bisa disampaikan ke wartawan pasti di filter di tingkat dirjen, humas hanya mendapatkan bahan kemudian diolah untuk disampaikan ke wartawan, saya pikir begitu sejauh ini saya ngga ada off the record ngga ada hal yang ditutup-tutupi”121 Terdapat beberapa strategi yang digunakan dalam merespons media dalam mencari kebutuhannya akan informasi melalui Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, terlebih lagi informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008. Dan respons yang diberikan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan 119 Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008. Hasil wawancara dengan Herlina Djabir, pada tanggal 17 September 2008 121 Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, pada tanggal 23 September 2008 120 Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 kepada media termasuk media tanpa sumber yang jelas menggunakan respons pemberian alasan yang tepat (justification) dengan cara maksud baik (good intentions) menurut pendapat Turman, bahwa: “...kita layani semaksimal mungkin nah kalo kita merasa terbatas pengetahuan kita tentang yang ditanyakan Visit Indonesia Year itu kita boleh nawar ngga besok pagi kita akan hubungi pihak yang pas anda bisa langsung menghubungi dia memberitahukan bahwa sudah melalui humas, cara-cara seperti itu ya yang kita lakukan jadi kita memberikan pelayanan itu optimal dan tidak pelit-pelit lah. Kami humas di sini kan punya yang namanya Forum Wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, jadi eksekutif dailynya di sini yang nongkrong di sini setiap hari yang di ruang press room, nah dia juga bertugas juga untuk membatasi jangan sampai apa namanya wartawan apa itu jangan sampe, memang dalam kehidupan itu ekses sosial itu selalu ada itu ngga bisa di, dan itu sering juga datang ke sini tapi kita sikapi saja dengan perkawanan, kalo dia ngga mau pergi kita ajak makan, ngobrol-ngobrol dah dikasih buku dah selesai urusan” Ada juga yang mengambil tindakan dengan merespons media yang ingin mencari tahu informasi lebih mengenai Visit Indonesia Year 2008 dengan menggunakan respons pengelakan (diversionary response strategies), yaitu melalui cara dengan mengklarifikasikan kembali (relabeling) berita yang tidak benar, dan mengambil sikap dengan respons tanpa mengambil tindakan sama sekali (strategic inaction) dengan cara membuat tindakan yang tidak berterus terang atau diam (silence), dimana sikap diam dilakukan dengan tidak melayani media yang tidak jelas krediblenya, sesuai dengan pernyataan Sutaryanto yaitu: “Selagi mereka mengkritik itu untuk membangun tapi dari narasumber yang tidak betul akan kita klarifikasi, maksudnya begini ada wartawan mewawancarai seseorang tokoh yang tidak suka dengan program yang melihat hanya dari satu sisi saja misalnya begini mereka melihat banjir trus mereka mewawancarai seseorang yang mengatakan dampak dari banjir itu terhadap lingkungan terus si wartawan mengatakan gimana tentang citra ini terhadap masyarakat internasional, kan bisa saja kaitannya dengan wah Indonesia digenangi air semua, nanti bagaimana mau bikin V.I.Y kan?, nah wartawan itu bisa saja kita klarifikasi, narasumbernya apa? Ok kita luruskan paling tidak dia tulisan keduanya akan melihat sisi lain, bukan hanya dari sisi narasumber tapi juga dari budparnya. Kita coba selagi wartawan dengan media yang tidak kredible yang tidak apa ya..., yang diinformasikan medianya sudah di cap sebagai aa..., ya katakanlah media yang nakal kita tidak layani, artinya tidak ditanggapi secara berpolemik dengan media itu, silahkan membaca iya kan mereferensi media lain itu saja, kan jadi lebih bagus”122 Sama halnya dengan Koko yang merasakan respons yang diberikan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dengan: “cukup aktif ya, apalagi kan secara struktural sekarang sudah menjadi eselon II pusat informasi dan kehumasan, kalo dulu eselon III masuk ke dalam biro umum dulu kan hanya kabag humas saja sekarang kepala pusat humas dan sudah mulai dirancang bagaimana informasi ini bisa lebih cepat sampai ke media wartawan gitu”123 Penilaian yang sama juga dilontarkan oleh Herlina Djabir yang menilai respons yang diberikan selama dalam mencari kebutuhan akan informasi sangat baik, yaitu: “Hmm, saya selama ini responnya dari Budpar itu sangat baik karena setiap kali meminta konfirmasi ataupun apa mereka selalu siap. Karena handphone pun gampang juga kita ke sana juga ya alhamdullilah sih sepanjang itu baik ya itu akan aa..., sangat bagus ini responsnya untuk mencari berita dan meningkatkan citra gitu” Hal yang sama juga dirasakan oleh Nur R Fajar yang mengemukakan bahwa respons yang diterima baik dan berteman, yaitu: “Baik, berteman, mungkin karena karakterku juga yang berusaha untuk dekat dengan orang tidak hanya secara profesional tapi bisa menjadi teman gitukan ya kupikir asyik-asyik saja gitu ya dan tidak hanya secara profesional dan tentunya mereka seperti itu, kita bisa sampai tahap berteman gitu lho gitu aja”124 122 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 22 Agustus 2008 Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008. 124 Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, pada tanggal 23 September 2008 123 c. Menggunakan Komunikasi Efektif Setelah mengetahui pemilihan strategi yang akan digunakan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tahapan selanjutnya merencanakan bagaimana menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dengan efektif, langkah awal yang dilakukan adalah dengan menentukan siapa saja yang akan menjadi opinion leader yang dibedakan dalam opinion leader formal dan non formal, dan sumber pesannya yang akan digunakan dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, menurut Sutaryanto opinion leader dan sumber pesan yang bersifat formal, bahwa: “...jadi di departemen ya apa tadi ya opinion leader, formalnya ya Menteri kedua ya para Eselon I khususnya Eselon I yang membidangi teknis seperti Dirjen Sejarah dan Purbakala, Dirjen Pemasaran, Dirjen NSBF, Dirjen Pengembangan Destinasi, Kabad. Pengembangan Sumber Daya Budpar, sama Ikjen dan Sekjen itu opinion leader kemudian kalo apabila di lapangan ya bisa saja Eselon II tapi tidak opinion leader itu itu informations tapi sebagai sumber pesan itu bisa Eselon II”125 Sedangkan sumber pesan non-formal yang digunakan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, menurut Sutaryanto adalah: “Ya, pertama stakeholder misalnya Ketua Asosiasi Perhotelan, Ketua Asosiasi INAKA misalnya Asosiasi Konvensi Indonesia lah, trus misalnya ASITA Asosiasi Travel Agent kemudian GAWISRI Gabungan Wisata Bahari iya kan, PUTRI itu persatuan usaha taman hiburan dan rekreasi itu disingkat putri itu ketuanya sebagai informations pariwisata” Lalu berdasarkan data yang didapat penulis opinion leader non formal yang digunakan dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 adalah melalui Putri Pariwisata Indonesia yang terpilih dari ajang pemilihan duta wisata dengan tujuan untuk memperkenalkan Indonesia ke dunia international dalam 125 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 18 Juli 2008 program Visit Indonesia Year 2008 dan menjalankan tugas untuk membantu pemerintah mempromosikan dan memajukan industri pariwisata yang berorientasi pada keunggulan dan keragaman budaya bangsa.126 Sebagai opinion leader baik itu formal maupun non formal dan sumber pesan yang membicarakan informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008 kepada media perlu diperhitungkan juga tingkat kredibilitas yang ada pada pihak opinion leader (formal dan non formal) dan sumber pesan ini, sehingga dapat meyakinkan kepercayaan dan membuat media tertarik untuk meliput informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008 ini, alasan pemilihan yang dilontarkan dalam menetapkan opinion leader dan sumber pesan ini menurut Sutaryanto, bahwa: “Ooh..., kalo formal jelas donk, kita kan birokrasi jelas, kalo informal kan sesuai dengan produk kan misalnya saja ini berita tentang hotel mereka mencari narasumber tentang itu ya ke asosiasi perhotelan kalo ini tentang penerbangan ya mereka mencari informasi ke ASITA gitu lho jadinya”127 Selanjutnya Sutaryanto mengatakan mengenai opinion leader (formal dan non formal) dan sumber pesan sebagai pihak yang berbicara mengenai Visit Indonesia Year 2008 kepada media dalam program media relations ini,adalah: “Saya pikir dari tingkat kepercayaan wartawan saat ini, karena ini terarah ya V.I.Y jadi ngga ngelantur kemana-mana, ya tingkat kepercayaannya cukup tinggi karena apabila seseorang itu sebagai narasumber iya kan memberikan data salah ya, rugi sendiri dia artinya wartawan ya harus percaya karena si narasumber juga memberikan berita secara objektif sama aktual, kalo ngga obyektif ngga aktual resikonya tanggung sendiri gitu kan artinya begitu suatu saat wartawan itu mengevaluasi terhadap sumber berita tadi akan betul, jadi tindak langsung pada saat nanti ke sana akan percaya oh..., pak itu ngomongnya bener donk, gitu..., jadi artinya di awal narasumber kita ini memberikan sesuatu yang sifatnya objektif dan aktual dan faktual baru media akan percaya resikonya kalo ngga aktual dan faktual rugi sendiri kita jadinya”128 126 Tabloid Pariwisata Dwi Mingguan MICE, edisi No. 06 Tahun I terbitan tangal 11 Juni-25 Juni 2008,.7 127 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 18 Juli 2008 128 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008 Sama halnya dengan pendapat yang di lontarkan oleh Turman mengenai opinion leader baik formal dan non formal serta sumber pesan yang menjadi narasumber informasi Visit Indonesia Year 2008, bahwa: “Prinsipnya orang-orang di sini adalah orang-orang yang credible dan kompoten tetapi kadang-kadang kan luasan-luasan yang akan diperbincangkan itu berkembang ke mana-mana, nah cara kita apa cara kita adalah persiapkan materi sebaik-baiknya materi sebaik-baiknya, komunikasi materi itu yang akan kita jadikan narasumber supaya di dalam memberikan respons-respons penjelasan itu betul-betul confidence dia, pas kepada apa yang dipermasalahkan seperti itu, kalo kita sudah mau berperang ya ketika masuk ke media pasti segala sesuatunya sudah kita persiapkan pun orang itu barangkali punya keterbatasan di suatu hal pengetahuannya mungkin kurang luas, tapi kalo kita persiapkan dengan matang, dengan materi dengan draft jawaban dengan apa namanya macam-macam hal dia menjadi confidence untuk menghadapi media itu”129 Sementara itu pembawaan dan pendekatan yang dilakukan dan diterapkan oleh pihak opinion leader formal dan sumber pesan yang ada di lingkup Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, dalam menyampaikan informasi Visit Indonesia Year 2008 kepada media, menurut Turman bahwa : “Skarang ini kan orang sudah lebih kepada profesionalisme ya jadi tidak ada lagi kesan penuh kuasa, dan lain-lain jadi dah lebih kepada itu profesionalisme, penguasaan bidang dan menyampaikannya itu secara jujur, transparan, baik, dinamis seperti itu”130 Langkah selanjutnya, tampilan pesan yang digunakan dalam penginformasian Visit Indonesia Year 2008 oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI kepada pihak media, menurut Sutaryanto adalah: “Tampilan yang harus pertama itu yang saya tekankan V.I.Y itu kan fungsinya adalah menarik wisatawan asing ke Indonesia dengan target 7 juta, tampilan yang ada adalah image bahwa Indonesia itu aman, nyaman dan menarik karena apa?, aman saja orang luar akan datang begitu dah sampe bener-bener menarik, tapi yang penting tampilan pertama itu kita menciptakan suasana aman dulu” 129 130 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 juni 2008 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, Ibid Alasan penting yang mendasari tampilan pesan yang hendak disampaikan ke media dalam hal Visit Indonesia Year 2008, hal ini terkait dengan peristiwa teror yang melanda negara Indonesia yaitu Bom Bali I dan II yang memakan korban jiwa dari wisatawan asing sehingga mencoreng citra negara Indonesia di mata negara-negara lain yang ada dunia, Sutaryanto mengemukakan bahwa: “Itu berpengaruh kalo itu tidak ada kejadian itu saja sekarang kalo di genjot dengan tanpa adanya bom bali satu dan dua yang sampe dua kali itu kan, saya yakin 8 juta tercapai tapi karena cuman perkara ini, dan menjadi berita internasional dan ada wisatawan asing yang menjadi korban pula, sekarang tampilan pertama itu kita ya ini membuat berita-berita atau memberikan informasi dengan fakta yang sekarang di daerah ini aman, di daerah ini nyaman, menariknya mungkin setelah orang datang baru menarik”131 Untuk memperkuat tampilan pesan yang dikemukan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yaitu Negara Indonesia sebagai daerah tujuan wisata yang aman, nyaman dan menarik, mereka lebih menginformasikannya melalui pemberitaan public figure, seperti yang dikatakan oleh Sutaryanto bahwa: “Bill Gates kemaren tuh microsoft di sini wow itu kita blow up itu seorang tokoh besar berani datang ke indonesia dengan nyaman kan berarti aman, itu salah satunya jadi dengan mengundang tokoh-tokoh kita sedang mengupayakan, itu sebenarnya minimal dia dikawal dengan media massa sendiri, kalo data atau berupa statistik terlalu subyektif selama ini pimpinan kita lebih suka melakukan upaya yang sifatnya public figure pencitraan melalui public figure, iya jadi orang hasil public figure orang luar yang terkenal datang ke indonesia aman, ke media televisi itu dah layak dijual keberadaan dia, itu kita blow up kemaren bill gates, yang Pak Jero Wacik menyematkan pin V.I.Y ke dia lah itu artinya sebuah image kan bahwa seorang tokoh bill gates jalan-jalan ke indonesia trus tidak ada apaapa yang negatif itu kan suatu selling point yang dapat dimanfaatkan”132 Dalam menginformasikan tampilan pesan yang telah ditetapkan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menyertakannya dengan penggunaan simbol atau logo Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan data sekunder yang 131 132 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid diperoleh penulis, Konsep Logo Visit Indonesia Year mengambil bentuk logo Garuda Pancasila sebagai dasar negara dan dengan pengolahan yang modern, dimana kelima sila digambarkan berupa lima garis warna yang berbeda merupakan simbol diversity Indonesia yang penuh dengan keanekaragaman, logo diolah menjadi bentuk dan warna yang dinamis sebagai perwujudan dari Dinamika Indonesia yang sedang berkembang, jenis Huruf dari logo mengambil elemen otentik indonesia yang disempurnakan dengan sentuhan modern.133 III. Taktik Dalam menjalankan strategi yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan pesan yang telah dipersiapkan, pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata memilih beberapa taktik untuk menyampaikan hal di atas kepada media dalam program media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dengan mengadakan: 1. Taktik Interpersonal Communication, taktik yang memberikan peluang bagi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam berkomunikasi secara tatap muka dan menjalin interaksi yang lebih persusasif, dengan tools yang digunakan berupa: 133 Laporan Tahunan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI 2007 a. Information Exchange, melalui kegiatan educational gathering dengan tools workshop yang diselenggarakan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, sesuai dengan pernyataan Sutaryanto bahwa: “...kita melakukan kegiatan-kegiatan media relations yang lebih ke arah apa ya sapa tahu media yang menulis berita itu tidak mengerti pariwisata kan, jadi trus dilakukan misalnya kegiatan peningkatan pemahaman itu seminar artinya bukan seminar sih workshop peningkatan dan pemahaman kebudayaan dan pariwisata, artinya kan kita harus menjelaskan kepada mereka tentang hal ini dan dilakukan berbarengan dengan outbond”134 Sama halnya dengan pernyataan dari Herlina Djabir yang diikutsertakan dalam taktik Information Exchange, yaitu: “...diskusi antara wartawan dan industri antara pemerintah dan industri kan harus ini, jadi itu yang kita lakukan selama ini. Terakhir itu semalam juga ada pertemuan dengan beberapa wartawan sekitar 60 an wartawan di Grand Aulia ya, humas itu ya dengan strateginya bagaimana Visit Indonesia Year ini kita lempar ke wartawan itu dilakukan dan ada pertemuan bulanan setiap dirjen di lingkungan itu memberikan apa tentang Visit Indonesia Year tentang bagaimana program Budpar untuk dilakukan. Selain itu humas Debudpar juga mengadakan Forum Wartawan dimana humas itu aa..., membuka kesempatan untuk siapa saja yang ingin mencari informasi itu ada di sana memberikan kebebasan siapa pun itu, ya itu untuk kepentingan budpar atau kepentingan masyarakat diketahui ada”135 Berdasarkan data sekunder yang didapat, salah satunya dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2007 dalam rangka peningkatan pemahaman Wartawan Unit Kebudayaan dan Pariwisata terhadap Tourism Satelitte Account (TSA) dan Visit Inddonesia Year (VIY) 2008.136 b. Special Event, yaitu Press Entertaiment Outbond ke daerah-daerah tujuan wisata, seperti yang dikatakan Sutaryanto yaitu: “press entertainment itu merupakan bagian daripada kita untuk memberitahukan kepada pers bahwa ada obyek wisata yang dikatakan lah 134 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008 Hasil Wawancara dengan Herlina Djabir, pada tanggal 17 September 2008 136 Nota Dinas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI No: 19/ND/INPUB/VIII/07 135 spesifik katakan lah yang dia tidak pernah dia tulis misalnya desa wisata kita outbound ke desa wisata jadikan kita coba memberikan pemahaman ke wartawan bagaimana objek wisata desa wisata, desa wisata itu kan gini tempat-tempat wisata yang lininya itu daya tariknya itu kehidupan sehari-hari masyarakat dia ikut misalnya di sana ada pabrik gula mereka ikut liat pabrik gula misalnya panen bertanam misalnya nangkap ikan itu desa wisata, itu outbound, pelaksanaannya saat ini baru satu tahun sekali humas itu menyelenggarakan nanti ini terakhir bulan oktober juga ini”137 Hal serupa juga dikatakan oleh Koko yang mengenai keikutsertaanya dalam taktik special event ini, bahwa: “itu juga merupakan bagian dari relations kehumasan dengan media, tapi karena fokus tahun 2008 adalah V.I.Y selalu itu dipakai temanya itu seperti ya media atau press gathering, mengadakan press tour, trus juga mengadakan apa namanya outbond lah aktivitasnya outbond, tapi selalu workshop.Kemaren itu juga ada workshop dan pertemuan-pertemuan tertentu dengan media digagas selain dengan humas juga dengan forum serta buka puasa bersama yang memang cukup efektif juga” Sama halnya dengan penuturan Herlina Djabir yang mengatakan: “Oh, banyak sekali ya ada beberapa kunjungan ke daerah trus, kita buat diskusi-diskusi, lomba-lomba...”138 Dan sama pula dengan Nur R Fajar yang juga sering mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media gathering, dimana: “Kalo seringnya kita pasti ikut terutama acara yang diundang oleh humas misalnya media gathering acara-acara tertentu seperti dari jumpa pers atau launcing apalah. Masalahnya tidak selalu diundang pada semua acara humas mungkin, jadi kayaknya asumsiku karena keterbatasan dana mungkin atau apa, sehingga mungkin ada instruksi dari atas juga jadi wartawan yang diundang harus digilir misalnya ada yang intens meliput di pariwisata adalah 20-30 orang tapi pada tiap event biasanya mereka hanya mengundang 10-15 itu undangan yang kegiatan departemen apalagi kegiatan untuk keluar, ke luar kota ke luar negeri itu sangat selektif, biasanya menterinya kemana, menteri mengikuti acara waisak ke Borobudur misalnya ngga semua wartawan diundang cuman satu atau dua yang diundang”139 137 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid Hasil Wawancara dengan Herlina Djabir, pda tanggal 17 September 2008 139 Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, pada tanggal 23 September 2008 138 2. Taktik Media Organisasi, Pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dengan menggunakan tools berupa: a. Publikasi Umum, melalui stand-alone publications sesuai dengan pernyataan dari Turman bahwa: “memang ada hal yang bisa kita lakukan dengan melakukan apa below the line, itu adalah salah satu model tipe misalnya mencetak bahan-bahan cetakan leaflet, booklet, flyers kemudian umbul-umbul, logo, sticker kemudian seperti itu.”140 b. Audiovisual Media, berdasarkan hasil wawancara dengan Koko menuturkan bahwa ia sering dilibatkan dalam taktik Audio visual Media untuk kegiatan media relationsa dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 melalui tools berupa: “yang sangat itu intens itu lewat media online internet yang ada di www.budpar.go.id...” 3. Taktik News Media, pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI juga menggunakan taktik ini dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 kepada media dengan tools berupa: a. Direct News Material, dengan menggunakan feature release dan news release, sesuai dengan penuturan Turman bahwa: “yang kedua misalnya memuat berbagai placement, feature, berita, artikel di media yang subtansinya kontentnya itu adalah mengenai Visit Indonesia Year 2008 seperti itu ”141 Berdasarkan data sekunder salah satu press release yang dimuat dalam media cetak adalah mengenai Visit Indonesia Year 2008 dimana Departemen Luar 140 141 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, pada tanggal 26 juni 2008 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid. Negeri melakukan langkah strategis untuk dorong kunjungan wisman dengan membantu mempromosikan Visit Indonesia Year 2008 di 12 pasar utama yang selama ini menjadi sumber utama wisatawan.142 Sesuai juga dengan pendapat yang disampaikan oleh Koko yang mengatakan bahwa: “...sebetulnya sudah ini ya tatanannya sudah dijalankan press release yang selalu dibuat setiap ada aktivitas menteri ataupun eselon I diusahakan ada release untuk membantu kepada teman-teman wartawan...”143 b. Interactive News Opportunity, dengan cara Press Conference dan media visit serta partisipasi media, yang pertama seperti yang dituturkan oleh Turman bahwa: “yang kita lakukan pertama adalah secara konvensional yang kita sebut sebagai press conference atau konfrensi pers, jadi selama tahun 2008, maka tema-tema press conference kita senantiasa kita fokuskan pada Visit Indonesia Year, ketika kita acarakan dia melakukan konferensi pers maka arahnya memang harus ke Visit Indonesia Year, bagaimana misalnya Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala memanfaatkan potensi-potensi situs, potensi-potensi lainnya warisan-warisan leluhur budaya itu untuk mendukung program Visit Indonesia Year seperti itu, demikian juga halnya Direktur Jenderal Nilai Seni Budaya Dan Film seperti itu juga, untuk segala kegiatan program itu diarahkan juga untuk mendukung program Visit Indonesia Year itu yang pertama adalah konferensi pers”144 Dalam pelaksanaan konfrensi pers yang bertemakan Visit Indonesia Year 2008 dapat diadakan secara rutin sekali atau dua kali dalam sebulan terkadang mengalami pembatalan hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sutaryanto yang mengatakan: “...kalo yang rutin sebulan bisa dua kali tapi kan dimana yang rutin itu kan narasumbernya kan eselon 1 kalo mereka dah kita jadwalkan tapi ada tugas mewakili menteri harus kita undur, langsung satu hari itu saya berusaha 142 Guntingan Berita Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI 18 Februari 2001 Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008. 144 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid. 143 menghubungi wartawan untuk mengatakan acara di undur, kalo menteri konfrensi persnya kan tidak bisa rutin karena kan berdasarkan event dia itu misalnya kalo menteri launching mau bikin festival danau sentani misalnya kerjasama luar negeri itu dah tingkat menteri karena apa nilai atau valuenya terhadap ketertarikan orang kan oh menteri yang akan hadir di sini itu salah satu”145 Nur R Fajar juga selalu mengikuti kegiatan Press Conference yang mengatakan: “Setiap kali waktu itu. Tidak bisa diprediksi ya paling bisa satu bulan satu kali dua kali bisa tapi pas lagi rame seminggu itu bisa sekali atau dua kali jadi tergantung kegiatan mereka juga” Dan yang kedua dalam interactive news opportunity, adalah Media Visit serta Partisipasi Media, dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 ke media yang dinilai cukup baik, sesuai dengan pernyataan Turman yang mengatakan: “...kita berupaya untuk melakukan media visit artinya kita mengunjungi beberapa media yang kita anggap strategis dan memang barangkali sudah lama tidak kita kunjungi kemudian kita bikin gathering di situ bersama kumpul diskusi tetapi sebenarnya konten diskusi itu lebih kepada Visit Indonesia Year, termasuk partisipasi media itu kerjasama media istilahnya, Public Corner misalnya kalo kita harus menyebut program-program yang ada di masing-masing stasiun TV kemudian Padamu Negeri kita di Metro TV, di apa itu TVRI kemudian di apa namanya variety show seperti program empat mata itu juga kita usung Visit Indonesia Year ”146 Hal yang sama juga disampaikan oleh Koko mengenai taktik yang digunakan dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 kepada media dalam program media relations, yaitu: “...segala aktivitas menteri maupun eselon I trus diupayakan juga untuk mengaungkan V.I.Y dan kehumasannya ya, juga dia mengadakan suatu kerjasama dengan media-media baik itu media melakukan suatu dialog atau media interaktif yang dijalankan oleh humas dan itu sangat efektif, persoalannya kan media kan banyak yang bekerjasama ada sekitar 10 atau beberapa media 145 146 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid elektronik dan media lainnya yang dipakai untuk mengkampanyekan dalam tanda kutip untuk V.I.Y, jangkauannya juga sekarang kan ini, nah persoalannya tadi itu kalo dia hanya menjalankan PR-ing dan apa kehumasan itu agar menggaung seperti itu terbentur dalam hal anggaran, dia sudah menjalankan fungsi kehumasan, tapi ya umpama sejauh mana jangkauannya tergantung itu”147 4. Taktik Advertising and Promotional Media, dengan tools yang digunakan dengan dua cara yaitu melalui Print Advertising Media dan Out-ofHome Advertising, media yang dijadikan saluran informasi Visit Indonesia Year 2008 sebagai Print Advertising Media mengenai Iklan Visit Indonesia Year 2008, adalah media luar negeri seperti CNN, Starworld dan CNBC. Selain itu juga iklan VIY 2008 dapat ditemui di media asing seperti majalah Times, walaupun memang penayangannya tidaklah secara maksimal tiap jam atau tiap hari.148 Selain itu terdapat pula advetorial sesuai dengan penuturan Turman, yaitu: “yang kedua misalnya memuat berbagai advetorial di media itu yang subtansinya kontentnya itu adalah mengenai Visit Indonesia Year”149 Berdasarkan data sekunder advetorial mengenai Visit Indonesia Year 2008 yang dimuat oleh media cetak salah satunya di majalah venue pada tanggal 15 Oktober 2008 dengan topik “Mengejar untung Rp. 41.000 milliar”150 Sedangkan Taktik Advertising dan Promotional Media dengan tools Outof-Home Advertising adalah dengan pemasangan sebuah baliho raksasa bertema Visit Indonesia Year 2008 terpampang di Bundaran Hotel Indonesia.151 147 Hasil Wawancara dengan Koko, ibid. Sumber dari www.suarapembaruan.com, judul artikel “Visit Indonesia Year 2008” Upaya Menjaring Turis di tengah Bencana Alam, ditampilkan 26 Agustus 2008 149 Hasil Wawancara dengan Turman Siagian, ibid 150 Sumber dari http://venuemagzn.com/index2php?option=com. 151 Sumber dari www.kompas.com, judul artikel VIY 2008 kunjungan ‘turis bule’ meningkat, ditampilkan Jumat 1 Agustus 2008. 148 b. Step 8: Pelaksanaan Strategi Perencanaan Setelah penetapan Taktik yang digunakan pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dalam program media relations, maka tahapan berikutnya adalah pelaksanaan strategi perencanaan. Dalam pelaksanaan yang dilakukan, penyusunan jadwal yang dilakukan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI terkadang tidak dapat berjalan sesuai rencana, karena menurut penuturan Sutaryanto bahwa: “Secara khusus itu tidak ada, jadi saya pikir semua departemen tidak mampu memberikan jadwal dalam mengschedule media relation karena kita melakukan schedule kadang-kadang kita meleset, contoh kita media relations kunjungan ke redaksi ya media visit itu kita dah jadwalkan tau-tau menterinya dipanggil RI-1 maksud saya presiden kabinet kan ngga mungkin jalan, yang penting figurenya kan ya menterinya itu yang harus berkunjung kan bukan dirjen, dirjen kan tidak ini tapi secara politis media visit itu yang sangat yang punya key menteri nah kalo menterinya berhalangan kan tidak mungkin dilanjutkan, jadi schedule bisa dirancang tapi kan harus ada evaluasi gitu lho tidak harga mati lah schedule itu”152 Awal pelaksanaan program media relations yang dilakukan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI terlebih khusus lagi dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, dilaksanakan pada pertengahan tahun 2007 yaitu Agustus 2007, seperti yang dikatakan oleh Sutaryanto bahwa: “V.I.Y itu persiapan memang pertengahan 2007 kira-kira pencanangannya itu setelah agustus 2007, walaupun sebelumnya dah dirancangrancang karena begitu di evaluasi begitu diyakinkan oleh Jero Wacik bahwa pada pertengahan 2007 persepsi dunia persepsi masyarakat internasional terhadap Indonesia sudah semakin baik karena ada yang di bali warming global konferensi nah itu salah satu yang isunya masalah pemanasan global yang dilaksanakan di bali, jadi setelah dilaksanakan oh masyarakat internasional percaya, langsung di launch ama RI-1”153 152 153 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid Pelaksanaan program media relations dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 masih berupa ancang-ancang pada tahun 2007 hal ini berkaitan dengan pembukuan anggaran yang akan ditetapkan oleh pemerintah, Sutaryanto mengemukakan bahwa alasannya adalah: “Ya, karena melakukan kegiatan itu berkaitan dengan anggaran, begini karena anggaran 2007 diputuskan tahun 2006 sementara kita tahun 2006 belum punya gambaran mengenai V.I.Y tapi bukan melaksanakan V.I.Y 2007, setelah melihat kondisi aman kan harus dipantau sedangkan pada tahun 2007 anggaran sudah ditetapkan tahun 2006 makanya di coba 2008 dimasukkan, anggaran itu tahun 2008 baru diusulkan, pada tahun 2007 mengusulkan tahun 2008 diadakan V.I.Y”154 Program media relations yang dilaksanakan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dilaksanakan sejalan dengan program Visit Indonesia Year 2008 sebagai agenda utama Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, sehingga pelaksanaannya mengikuti batas waktu terakhir pelaksanaan Visit Indonesia Year 2008, menurut Sutaryanto: “Begini..., namanya V.I.Y 2008 program selama 2008 kalo aa...pada saat nanti bulan-bulan november atau pertengahan bulan desember itu target kunjungan wisatawan belum menggembirakan ngga sampai target program itu akan diundur artinya akan dievaluasi akan coba diperpanjang lah waktunya menjadi 6 bulan tapi tidak untuk memenuhi target artinya untuk wisatawan yang terlambat menerima informasi bahwa di kita ada tahun kunjungan wisata, mungkin pada saat itu ia sedang berjalan ke mana gitu lah nah begitu ia dengar oh di indonesia ada V.I.Y berarti di sana ada atraksi donk, banyak yang sudah dipersiapkan tapi saya sudah ke sini nah begitu tahu diperpanjang jadi yah mereka mau untuk datang”155 Setelah mengusulkan anggaran yang akan diberikan oleh pemerintah kepada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menjalankan program kerjanya yang utama yaitu Visit Indonesia Year 2008, maka pemberian anggaran yang diperoleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam 154 155 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid. Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, pada tanggal 29 Agustus 2008 media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 menurut Sutaryanto adalah: “Sekarang baru 8 M, dan belum mencukupi bayangkan saja khusus untuk peningkatan PR-ing 3M itu begitu kita melakukan kerjasama dengan TV yang sifatnya publikasi cuman berapa TV!?, sama berapa media cetak!?, kadangkadang di TVRI kan ada dialog satu bulan sekali itu kan bayar, emang gratis lah kita kan misalnya nih ada program V.I.Y iya kan kita mau mendengangdengungkan kan nah TVRI kan punya media punya anu apa ya kalo kamu mau apa ya bayar ini bayangkan saja sekali 40 juta ayo 10 kali ya 400”156 Pihak staff Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan program media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan penuturan Sutaryanto adalah: “Ya..., kita dalam Pusat Informasi dan Humas itu ada dua bidang Publikasi Informasi ditangani oleh Pak Burhan dan Humas ditangani oleh Pak Turman khusus media relations itu adanya di Humas, karena Humas itu ada dua sub bidang yaitu Hubungan dengan Antar Kelembagaan sama Hubungan dengan Media yang artinya melaksanakan tupoksinya untuk media relations ya Sub Bidang Media Relations, ya staff-staffnya ada Mba Ratna Sri P ada Pak Acep Suprapto S, sedangkan Mba Ratna sudah punya tanggungjawab dua masalah kliping dan media monitoring, ya Pak Acep itu yang mengatur tentang konferensi pers kalo kita yang kontak pada saat misalnya di lapangan”157 Dan dalam pelaksanaan special event untuk program media relations seperti media gathering dan outbond dilakukan oleh staff Humas bagian media relations dalam pengaturannya tapi persetujuannya diputuskan oleh Kepala Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, sesuai dengan penuturan Sutaryanto bahwa: “Ya kita, saya yang mengatur artinya kita melapor ke Pak Turman kan, jadi kita susun pesertanya dari mana saja kan entar konfirmasinya kan bisa Pak 156 157 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid Acep atau Mba Ratna kalo lokasi sih itu urusan pihak ketiga itu kita tinggal setuju”158 IV. Riset Evaluasi Pelaksanaan suatu kegiatan tidak lepas dari pengevaluasian, pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menggunakan metode media monitoring kembali untuk mengevaluasi media dalam pemberitaan mengenai Visit Indonesia Year 2008 yang selama ini selalu diinformasikan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, sesuai dengan perkataan Sutaryanto bahwa: “Begini kalo mengevaluasikan khususnya kalo media evaluasi kita melalui media monitoring yang dikerjakan oleh mba Ratna Sri P. Media monitoring lebih khusus terhadap suatu pemberitaan yang sifatnya presentase lah kalo misalnya oh media ini mencaci maki V.I.Y nah kita taro sendiri nah entar kita lihat presentasenya nah mana yang lebih banyak yang lebih mendukung sama yang tidak mendukung itu media monitoring...”159 Berdasarkan data sekunder yang didapat penulis, dalam media monitoring dapat diketahui media yang memuat berita mengenai kebudayaan dan pariwisata berdasarkan sampel nama media cetak menggunakan kuantitatif review untuk jangka waktu bulan Maret 2008, adalah: A. Frekuensi Berita Berdasarkan Sampel Nama Media Cetak Ditinjau dari frekuensi pemuatan berita yang dilakukan oleh Media Cetak pada bulan Maret 2008, tercatat jumlah berita dengan rincian sebagai berikut: 158 159 1. Berita Pariwisata : 550 berita 2. Berita Budaya : 392 berita 3. Berita Umum terkait : 83 berita Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, Ibid Hasil Wawancara dengan Sutaryanto, ibid 1025 berita Selama bulan Maret 2008 tercatat 1025 berita yang dikliping oleh tim Humas Depbudpar. Media cetak yang paling sering memuat berita pariwisata kali ini adalah Bisnis Indonesia. Sedangkan Bali Post pada urutan ke-2, dan Media Indonesia mengikuti di posisi ke-3. Berita Budaya, paling banyak dimuat oleh Kompas, diikuti oleh Jurnal Nasional pada urutan kedua, dan di posisi ketiga adalah Media Indonesia. Untuk berita Umum Terkait Budpar, Media Indonesia merupakan media cetak yang lebih sering memuat berita dibanding media cetak lainnya dalam sampel media cetak yang dikumpulkan oleh Humas Depbudpar. 1. BERITA STRATEGIS BUDPAR Yang dimaksud dengan berita strategis Budpar adalah berita yang mencakup kegiatan, profil pejabat, atau Budpar sebagai institusi pemerintah, yang dimuat di media. Dilihat dari strategis atau tidaknya, tercatat sebanyak 64 berita strategis pariwisata dan 20 strategis budaya, dan 6 berita strategis bidang umum sehingga memberikan total jumlah 90 berita strategis. Bahasan yang lebih detail tentang isi dari berita strategis ini dapat dilihat dalam ulasan eksekutif/executive review pada data tabel. 2. KATEGORI BERITA Dilihat dari kategori yang tercatat dalam pemuatan berita bulan Maret 2008, untuk bidang pariwisata dapat diketahui bahwa berita mengenai Disbudpar – Pemda menempati prosentase yang paling tinggi sebanyak 119 berita. Sedangkan berita menyangkut Ragam Budaya masih menjadi topik utama bidang kebudayaan yang pada bulan Maret 2008, yaitu sebanyak 83 berita oleh berbagai media cetak.160 Dan dalam pengevaluasiannya sasaran yang ingin di dapat dalam program media relations ini untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 menurut Sutaryanto belum tepat sasaran karena hal ini terkait dengan peran Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI adalah bagian dari fasilitator terhadap media relations dalam rangka menjembatani narasumber utama departemen yaitu Menteri dan Eselon I untuk berbicara tentang program dan kegiatan, selengkapnya yaitu: “Tepat sasaran?, masih belum lah ya karena perangkat juga sih yang mempengaruhi dalam arti humas belum diberikan wewenang sebagai juru bicara, humas hanya sebagai mungkin fasilitator untuk sementara ini fasilitator penyelenggaran media relations kalo dia di kasih wewenang untuk melakukan juru bicara setidaknya seorang kepala humas dan seorang kepala pusat informasi akan selalu mencari bahan gitu akan meneliti, fact finding nah itu sangat leluasa untuk kita menjelaskan kepada media ini kan rada-rada ada hambatan peran. Dalam arti sebagai fasilitator, dia hanya mefasilitisasi saja pertemuan antara media ini dengan pejabat ini itu perangkat kan artinya kewenangan itu adalah perangkat kita coba salah satunya sebagai juru bicara ada corong keluar paling tidak kan banyak sekali bahan yang harus kita publish gitukan misalnya kalo kita masang spanduk ya teranggaran sendiri, nah itulah masalahnya karena sekarang ini belum di kasih perangkat itu, kan kembali kepada birokrasi kalo di pegawai negeri kan birokrasi kalo tidak sesuai dengan maunya pimpinan kan berarti salah melangkahi tapi kalo dari awal sudah dikasih perangkat untuk menjadi juru bicara dia akan cari mati-matian materi atau sumber data atau sumber berita yang bisa diberikan kepada media kan lah ini akan bisa berdampak bagus terhadap corporate image nya budpar, karena nanti semua orang kalo salah kan humasnya yang gimana, nah itulah kelemahan jadi kalo kita mau mengevaluasi sebuah keberhasilan media relations dari tugas-tugas yang telah dilaksanakan masih belum tercapai belum terjangkau”161 160 Media Monitoring Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI edisi Maret 2008 Hasil Wawancara dengan Sutaryanto Kepala Sub Bagian Media Relations Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, Ibid 161 Hal di atas juga dikatakan selaras dengan pernyataan Koko mengenai beberapa hal yang membuat sasaran Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dan hubungan dengan media belum tepat sasaran, yaitu: “Belum lama ini kita juga semacam apa namanya lihat misalkan sebagai perbandingan dengan Departemen Perdagangan yang saya tahu, Departemen Perdagangan itu sejak lama kehumasan itu berjalan baik gitu ternyata paling tidak diberikan standar kehumasan, meskipun sama instansinya ya tapi di sini keliahatannya belum optimal dalam arti, ya seperti persyaratan-persyaratan kehumasan, contohnya bagaimana membangun hubungan dengan pers yang lebih ideal masih ada beberapa point yang belum dipenuhi oleh pihak sini contohnya pertemuan rutin antara wartawan ya dari sisi kuantitasnya gitu ya itu masih relatif jarang gitu, seperti kalo kita bandingkan di Departemen Perdagangan itu hampir tiap minggu minimal seminggu sekali di sini belum sampe itu jadi di sini baru ada acara baru temen-temen kemari. Mengapa begitu? Mungkin dari sisi media nilai berita yang ada di sini masih kurang apa namanya ratingnya masih di bawah Departemen Perdagangan, karena dari sisi unsur kebutuhan masyarakat isu Departemen Perdagangan lebih kuat daripada Departemen Pariwisata, karena kebutuhan yang diawasi Departemen Perdagangan itu kan adalah kebutuhan pokok ya, sehingga ada isu sedikit aja harga naik lebih menarik dibandingkan isu yang ada di pariwisata atau kebudayaan, paling kalo kebudayaan itu seperti contoh kasus soal ribut-ribut antara indonesia dan malaysia soal karya kreatif, kalau di ini pariwisatanya masalah flu burung, masalah apa namanya tsunami, masalah juga travel warning jadi dah bisa diprediksi seperti itu dan terulang-ulang, tapi kan kalo di perdagangan kan banyak kaitannya dengan apa kelangkaan pangan, ini perdagangan nya, barang yang kadaluarsa”162 Terdapat beberapa kekurangan yang harus diperbaiki oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yang menurut Koko adalah: “Kekurangannya ya ini kali ya intensitas pertemuan media, ya dicontohkan Departemen Perdagangan ya dia bisa hubungan dengan suatu media itu kuat, pertemuan dengan media itu seminggu sekali, dan juga bisa merangsang media itu untuk datang ke press room nah ini kan masih kosong ya jadi ngga terlalu rame lah gitu, ya tadi memang mungkin dari nilai beritanya mungkin ngga terlalu ini lah, ya tapi ini merupakan tantangan dari Humas untuk mengcreate itu karena kan banyak persoalannya terkait dengan pariwisata maupun budaya,lalu humas itu secara struktural sudah ada jauh kemajuannya, tapi infrastrukturnya kan harus dilengkapi berarti menyangkut anggaran, jadi 162 Hasil Wawancara dengan Koko, pada tanggal 19 September 2008 humas itu harus mempunyai anggaran yang kuat untuk mendukung program yang sangat strategis difokuskan yaitu ke V.I.Y”163 Hal serupa juga disampaikan oleh Nur R Fajar, bahwa ada beberapa point yang harus ditingkatkan dalam kinerja pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yaitu: “Koordinasi dengan pimpinannya dirjen atau pak menteri, mungkin juga koordinasi juga untuk dalam arti menyangkut isu dalam arti jangan hanya menyangkut isu kegiatan-kegiatan departemen misalnya secara keseluruhan instansi pemerintah terkait dalam hal V.I.Y juga dengan saosiasi pariwisata jadi tidak hanya sebagai corong gitu ya tidak hanya sebagai alat humasnya saja seperti itu bisa diberdayakan lebih lah seperti itu”164 Namun dari segi hubungan relasi kerja yang terbina dan terjalin yang lebih bersifat personal antara pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dengan pihak media selama ini dinilai cukup baik. Pendapat yang dilontarkan oleh Herlina Djabir dalam menilai hubungan yang terjalin dengan pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yaitu: “Menurut saya secara pribadi, hubungan dengan humas cukup baik karna kita wartawan apa yang kita inginkan dari humas itu adalah informasi dan respons dari mereka itu untuk kebutuhan kami sebagai wartawan itu ya selama ini dapat terpenuhi dengan baik”165 Hal yang sama juga dirasakan oleh Nur R. Fajar selaku wartawan dari ANTARA bahwa: “sudah tercipta dengan baik antara Humas Debudpar dengan wartawan, artinya dua pihak itu saling aktif untuk berkomunikasi ya, saling aktif untuk... untuk berinteraksi gitu jadi pastilah kita sebagai wartawan tugasnya adalah untuk mencari berita mencari data dan sebagainya sehingga kita akan aktif dan pertama yang dituju pasti humaslah untuk bisa ke narasumbernya ke dirjen ke ara menteri ke sekjen trus demikian dari sisi humasnya sendiri ternyata apalagi ya apalagi dengan kepimpinan Pak Turman ya orangnya ya dia mengerti peran, fungsi dan bagaimana tugas dari seorang wartawan ya dia aktif untuk 163 Hasil Wawancara dengan Koko, ibid Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, pada tanggal 23 September 2008 165 Hasil Wawancara dengan Herlina Djabir, pada tanggal 17 September 2008 164 menyediakan apa yang dibutuhkan oleh wartawan artinya dulu ujung tombaknya adalah pimpinannya divisi humas, semua orang di humas baik kita senang gitu aja cuman lebih aktif Pak Turman ya kalo saya lihat, dia berusaha untuk memenuhi kebutuhan wartawan sering dia memerintahkan anak buahnya untuk mempersiapkan release, apalah seperti itu”166 4.10 Hasil Pembahasan Proses menganalisa hasil penelitian yang dilakukan adalah untuk mencari hubungan antara teori atau konsep yang ada dengan hasil penelitian yang diperoleh. Dari hasil penelitian yang diperoleh, peneliti melakukan analisa untuk mengetahui Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Media Relations untuk Menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Analisa penelitian dengan menggunakan metode triangulasi, yaitu wawancara yang dilakukan pada narasumber utama yaitu Turman Siagian selaku Kepala Biro Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dan Sutaryanto selaku Kepala Bagian Media Relations, dengan narasumber pembanding yaitu Herlina Djabir perwakilan dari RRI, Nur R Fajar perwakilan dari Kantor Berita ANTARA, dan Koko sebagai perwakilan dari Forum Wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. Berdasarkan hasil penelitian, dalam menjalankan tugasnya untuk menyukseskan Visit Indonesia Year 2008 oleh Pusat Informasi dan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, sesuai dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI No. PM07/HK 001/MKP-2007, pasal 116 X dan 116 Y, yaitu: 166 Hasil Wawancara dengan Nur R Fajar, ibid a). Subbidang Pelayanan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan pelayanan informasi kebudayaan dan pariwisata. b). Melaksanakan hubungan dan kerjasama keHumasan dengan Lembaga Pemerintahan, Lembaga Non Pemerintahan, Lembaga Tinggi Negara dan Media.. Dan tugas Humas yang dilakukan sesuai dengan teori yang digunakan yaitu, meningkatkan reputasi untuk mendukung tujuan dan kebijakan perusahaan, membangun dan memelihara hubungan positif dengan publik, menyampaikan informasi pada publik, interest group, pemegang saham, mengenai kebijakan, aktivitas dan prestasi dari sebuah organisasi, menyiapkan press release dan menghubungi orang-orang di media untuk menerbitkan atau menyiarkan material humas, mengatur dan mengumpulkan program-program untuk memelihara dan mempertahankan kontak organisasi dan publik, mengatur speaking engagement, pidato untuk kepentingan sebuah perusahaan, membuat slide atau presentasi visual dalam meeting dan merencanakan konvensi, bertanggungjawab dalam pembuatan annual reports, bertugas menginformasikan pada publik mengenai aktivitas yang dilakukan pegawai-pegawai resminya. Dalam menyukseskan Visit Indonesia Year 2008 dalam media relations, diperlukan strategi Humas yang efektif. Suatu teori yang disusun melalui 4 (empat) fase yang masing-masing di dalamnya terdapat 9 (sembilan) tahapan bertujuan untuk membantu tugas Humas untuk menyukseskan program. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menerapkan empat fase dengan di dalamnya terdapat sembilan step berdasarkan teori Ronald D Smith yang disebut “Strategic Planning For Public Relations.” Fase Pertama adalah Formative Research dimana perencana menggambarkan kondisi nyata organisasi saat program akan direncanakan untuk mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan dalam perencanaan. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melalui Pusat Informasi dan Humas melakukan riset survey terhadap citra departemen di mata masyarakat dengan melakukan media monitoring setiap hari kepada media yang memuat berita tentang kebudayaan dan pariwisata, khususnya media cetak. Namun berdasarkan hasil penelitian langkah awal untuk membina hubungan media tidak hanya dengan menggunakan riset tersebut tapi juga dengan hal yang lebih bersifat personality. Hal yang melatarbelakangi dilakukannya media monitoring untuk melihat bagaimana media memuat berita tentang kebudayaan dan pariwisata baik dari sisi negatif dan sisi positifnya sedangkan tujuan dari pelaksanaan media monitoring untuk mengefektifkan beberapa pekerjaan kehumasan yang berkaitan dengan media cetak, mengetahui pandangan media terhadap kinerja instansi, pejabat, ataupun profil menteri, mengantisipasi persepsi masyarakat yaitu positif, netral, atau negatif, memiliki instrumen pengendali yang objektif untuk mempererat hubungan dengan media massa, khususnya media cetak. Dalam Fase Formative Research, terdapat tiga step. Yang pertama adalah Analisa Situasi berdasarkan teori dilakukan untuk melihat peluang dan hambatan yang akan dihadapi oleh organisasi dalam melaksanakan program. Dalam melaksanakan strategi humas dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan hasil penelitian memiliki peluang, yaitu: Pertama, terciptanya hubungan yang lebih saling mengerti, saling memahami dan memiliki kesempatan untuk menyampaikan program Visit Indonesia Year 2008 mengenai hasil yang telah dicapai dan harapan ke depan. Kedua, meningkatkan kinerja karena Visit Indonesia Year 2008 mengarah kepada kepentingan umum untuk memperoleh apresiasi dari masyarakat bahwa Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menginformasikan dengan baik terhadap pariwisata dan kebudayaan yang dimiliki daerah tujuan wisata sehingga banyak dikunjungi orang, Ketiga, memberikan nilai baik akan kinerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI di mata media karena selalu melibatkan pihak media dalam peliputan daerah tujuan wisata. Selain itu untuk melihat hambatan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menjalankan kinerjanya, yaitu mengenai permasalahan penganggaran dana. Alasan yang melatarbelakangi adalah pemerintah lebih menginginkan penekanan terhadap unsur kegiatan publikasi, namun dalam menginformasikan program Visit Indonesia Year 2008 tidak cukup dengan unsur tersebut diperlukan kegiatan lain yang mengiringi program seperti pemasangan iklan layanan masyarakat dengan menggunakan biaya yang telah ditetapkan tidak mencukupi karena biaya yang mahal, dan hal tersebut yang tidak diperhitungkan oleh pemerintah. Tahapan kedua adalah Analisa Organisasi, adalah untuk melakukan pengamatan terhadap lingkungan internal (berkaitan dengan misi dan visi organisasi, program kerja serta dukungan manajemen), opini publik terkait dengan reputasi organisasi, dan lingkungan eksternal (berkaitan dengan kelompok penekan dan pendukung organisasi). Berdasarkan hasil penelitian, Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan penetapan misi yang sesuai dalam menjalankan strateginya, yaitu melakukan pelestarian dan pengembangan kebudayaan yang berlandaskan nilai luhur, mendukung pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata yang berdaya saing global, melakukan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata, serta menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Sedangkan visi yang ditetapkan walaupun tidak secara khusus terkait dengan peran, fungsi dan tugasnya, adalah memberikan pelayanan informasi dan jalinan hubungan yang optimal untuk terbentuknya dan terpeliharanya citra Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang baik di mata masyarakat. Mengenai program kerja yang selama ini dilaksanakan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI meraih prestasi yang sangat baik dan dapat dibuktikan dengan penetapan profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Debudpar) sebagai dokumen profil instansi pemerintah yang terbaik yang dilakukan penilaiannya oleh Badan Koordinasi Kehumasan Instansi Pemerintah (Bakohumas) sebagai Juara Pertama untuk kategori audio visual pada tahun 2007. Selain itu, dapat dilihat dari sisi kinerja Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melalui kliping berita yang setiap hari memberitakan tentang kebudayaan dan pariwisata dengan sangat intensitas sekali, maksudnya dari beberapa media yang menjadi langganan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI memuat berbagai kegiatan pariwisata dan kebudayaan. Dukungan manajemen Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang diberikan terhadap Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menjalankan strateginya dirasakan cukup bagus dalam arti telah disetujui pembuatan pernyusunan strategi penyusunan komunikasi kehumasan. Namun, terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa dukungan manajemen yang diberikan masih kurang karena hanya dari sisi moral dukungan pemimpin tinggi tetapi di dalam pengimplementasiannya ketika pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengusulkan alokasi dana yang lebih tinggi dinilai belum maksimal. Selanjutnya Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, menganalisa bagaimana persepsi dan opini media terhadap program kerja yang selama ini selalu dilakukan dan juga terhadap reputasi yang dimiliki oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, persepsi atau opini media berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan ada pihak media yang mengkritisi untuk membangun, memberikan opini untuk menginvestigasi, memberikan opini dengan biasa-biasa saja, dan memberikan opini bahwa kegiatan ini adalah untuk mensejahterakan masyarakat. Dalam menganalisa lingkungan eksternal, Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI memiliki pihak pesaing (pressure group) adalah asosiasi yang bergerak di bidang kebudayaan dan pariwisata diantaranya adalah Tourism Care, PESKA, PARFI di bidang perfilman, PHRI untuk Perhimpunan Hotel RI, ASITA untuk travel agent. Dan salah satu tuntutan yang diberikan oleh asosiasi kebudayaan dan pariwisata seperti Tourisms Care adalah untuk kepedulian perkembangan pariwisata misalnya khususnya wisata bahari, lingkungannya. Maksudnya antara pelestarian dengan pengembangan pariwisata dan kebudayaan harus diprogramkan. Namun terdapat juga asosiasi yang menjadi kelompok penekan atau (pressure group), salah mengalamatkan tuntutannya kepada pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata karena bukan kewenangannya di Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, seperti pihak PHRI akibat lesunya wisatawan pada peristiwa Bom Bali meinta keringanan terhadap pembangunan pajak dan listrik, namun mereka salah mengalamatkan tuntutannya karena seharusnya ke Departemen Keuangan, tetapi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata berupaya menyampaikan tuntutan dari PHRI kepada Menteri Keuangan bahwa ada tuntutan PHRI yang perlu disikapi dengan bijak. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI memiliki pihak yang mendukung pelaksanaan kewenangannya, salah satunya adalah pihak DPR dari anggota komisi X (sepuluh) yang berupaya mendukung dalam hal penetapan anggaran. Terdapat pendapat lain bahwa tidak ada yang selalu mendukung Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menjalankan kewenangannya, alasannya karena apabila dilihat kebijakan Dapartemen Kebudayaan dan Pariwisata RI kurang tepat akan dikatakan kurang tepat, walaupun kebijakan yang dirumuskan sudah tepat terkadang dinyatakan tidak tepat. Berdasarkan data yang diperoleh penulis, dukungan yang diberikan oleh asosiasi-asosiasi yang berinteraksi dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI akan terus diberikan selama program dan kegiatan departemen adalah untuk kesejahteraan rakyat, maksudnya adalah bahwa kegiatan itu berpihak pada masyarakat. Dan hal tersebut memberikan hal positif bagi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Tahapan ketiga adalah Analisa Publik dengan mengidentifikasikan publik yang berinteraksi dengan perusahaan dan menganalisa keinginan, harapan suatu publik. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menentukan media mana saja yang lebih efektif menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, yaitu media luar negeri, seperti World Report dari Amerika, United World dari Inggris, CNN dan National Geographic dari Eropa. Dan media dari dalam negeri yang digunakan terbagi dalam bagian yaitu media nasional dan media lokal. Dari media nasional, media cetak yang digunakan adalah Kompas, Media Indonesia, Seputar Indonesia, The Jakarta Post, Koran Tempo, Bisnis Indonesia, Republika, Suara Pembaruan, Investor Indonesia, Harian Ekonomi Neraca, dari media audio adalah RRI, Radio Elshinta, dan Radio Tri Jaya FM, sedangkan dari media audio-visual adalah TVRI dan TPI. Untuk media lokal, media cetak yang sering berinteraksi dengan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI adalah Bali Post, Kedaulatan Rakyat, Suara Karya, Rakyat Merdeka, Batak Post, Malut Post, dan Ternate Post. Selain itu terdapat juga beberapa majalah yang dijadikan sebagai wahana informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008, yaitu Majalah Tamasya, Majalah Eksekutif, Majalah Gatra, dan Majalah Tempo. Dari media internet juga menghandle surabaya webs dan detik.com. Kantor Berita ANTARA juga diikutsertakan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menganalisa keinginan dan harapan media, adalah bersikap terbuka dan transparan, rutin menyampaikan press release kepada media, melakukan visit ke media, menyukseskan Visit Indonesia Year 2008 sebagai pergerakkan perekonomian di masyarakat. Fase kedua adalah Fase Strategi, yang merupakan perencanaan keseluruhan organisasi dalam menentukan apa yang ingin dicapai oleh organisasi dan bagaimana keinginan tersebut akan dicapai, dengan mengambil tiga tahapan. Yang pertama adalah step keempat, yaitu menentukan tujuan, positioning dan sasaran yang ingin dicapai. Tujuan yang hendak dicapai dari Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, adalah membuat corporate image dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dapat tercipta dan terpelihara dan terbangun sedemikian baik pada publiknya, yaitu sedang melaksanakan program nasional dalam rangka memeratakan pergerakan perekonomian melalui pariwisata dengan menggerakan daerah untuk menyiapkan daya tarik. Dan untuk Visit Indonesia Year 2008 bertujuan memanfaatkan media elektronik dan cetak untuk memuat dan menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 kepada masyarakat bahwa budaya apabila dilestarikan dapat menjadi produk pariwisata dan pariwisata apabila dikembangkan bermanfaat bagi masyarakat sehingga rakyat menonton dan membaca tentang Visit Indonesia Year 2008. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menentukan positioning sehingga memiliki kesepahaman pemikiran yang sama terhadap informasi yang diusung pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dengan media, yaitu pelayanan dengan cepat yang harus diupayakan untuk bisa terlaksana dengan baik, meningkatkan program media relations menjadi lebih berkualitas yang mengacu kepada misi dan visi yang telah ditetapkan, menyukseskan program instansi karena apabila program dipublikasikan maka dapat program yang dilaksanakan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menjadi sukses. Sasaran yang ingin dicapai dari positioning yang telah ditetapkan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI secara luas kepada masyarakat terdiri dalam tiga bagian yaitu sasaran dari segi awareness adalah bagaimana masyarakat bisa mengerti bahwa Visit Indonesia Year 2008 bukan hanya sebagai kegiatan departemen, dengan mengikutsertakan LSM, Media, departemen lain seperti Deplu, Kepolisian secara bersama-sama berupaya untuk menempatkan Visit Indonesia Year 2008 bisa lebih dipahami oleh masyarakat. Selain itu terdapatnya keseimbangan pemberitaan dunia politik mengenai persiapan KPU terhadap pemilu 2009 dengan pemberitaan dalam mempublikasikan daerah tujuan wisata yang telah mempersiapkan atraksi budaya dan objek wisata yang menarik. Sedangkan sasaran dari segi acceptance didukung oleh support yang akhirnya masyarakat tanpa disuruh melaksanakan konsep Visit Indonesia Year 2008, dengan basisnya sapta pesona sebagai sadar wisata untuk masyarakat menjadikan lingkungan pariwisata yang aman, tertib, bersih, sejuk. Selain itu, media memberikan kontribusinya, artinya memberitakan dengan sungguh- sungguh daerah-daerah yang dijadikan daerah tujuan wisata dalam rangka Visit Indonesia Year 2008 yang dapat menjadi selling point terhadap media. Dan dari segi action masyarakatnya bisa ikut terlibat untuk mendukung Visit Indonesia Year 2008 dapat menerima wisatawan atau visiters dengan baik tanpa mengganggu kenyamanan visiters yang mendatangi lokasi wisata. Dan dapat memuat berita tentang kebudayaan dan pariwisata dan mengarah kepada kelokalan atau nasionalisme. Yang termasuk dalam step kelima adalah Memformulasikan Proactive dan Respons Strategi. Strategi proactive yang digunakan meliputi strategi aksi (meningkatkan kinerja, melibatkan partisipasi audiens, alliansi dan koalisi, serta pihak sponsor) dan strategi komunikasi (meliputi informasi berita dan komunikasi yang transparan) dan Strategi respon yang digunakan meliputi strategi menyelesaikan suatu masalah dengan penolakan, menyerang, mempertahankan, pengelakan, simpati, memperbaiki, tanpa mengambil tindakan sama sekali. Berdasarkan hasil penelitian, strategi aksi yang dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, diantaranya meningkatkan kinerjanya dalam pelaksanaan program media relations, dengan mengupayakan semakin banyak media menulis mengenai Visit Indonesia Year 2008 dari berbagai angle, aspek, perspektif dan dapat tergerak untuk bisa menulis, menganalisis, mengupas, memberitakan tentang Visit Indonesia Year 2008. Hal serupa juga dikemukakan oleh beberapa media yang berinteraksi dengan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, menyatakan bahwa kinerja untuk 2008 cukup maksimal, artinya dalam kondisi ketidakpercayaan terhadap situasi Indonesia seperti peristiwa Bom Bali, Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tetap berusaha meningkatkan promo ke luar negeri untuk bagaimana mendatangkan wisatawan 7 juta, selain itu kegiatan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, untuk berhubungan dengan media cukup kuat dan fokus kepada Visit Indonesia Year 2008. Terdapat pendapat berbeda dalam penilaian kinerja Humas Kebudayaan dan Pariwisata RI yaitu biasa saja, artinya mengangkat Visit Indonesia Year 2008 sebagai isu Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI kepada wartawan sangat jarang dan sangat kurang, Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI hanya mensosialisasikan kegiatan departemen dengan baik. Berdasarkan data sekunder, strategi aksi dalam melibatkan partisipasi audiens terbagi dalam tiga hal yaitu partisipasi dengan pihak swasta dan pihak pemerintahan serta partisipasi dengan pihak tokoh terkenal dalam rangka menyukseskan Visit Indonesia Year 2008. Cara yang dilakukan dengan pihak swasta yaitu partipasi yang dilakukan dengan beberapa maskapai penerbangan, perhotelan, maupun kantor biro perjalanan pariwisata yang ada di Indonesia melalui himbauan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero untuk memasang spanduk promosi Visit Indonesia Year 2008. Sedangkan dari pihak pemerintahan untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dengan pihak Departemen Kehutanan, dimana Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik bersama Menteri Kehutanan MS Kaban melakukan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) tentang kerjasama mempromosikan potensi wisata alam. Partisipasi audiens selanjutnya, melibatkan Departemen Luar Negeri melalui pejabat khusus bekerjasama dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam membantu mempromosikan Visit Indonesia Year (VIY) 2008 di 12 pasar atau kawasan utama yang selama ini menjadi sumber wisatawan, berdasarkan pelaksanaan Inpres No. 16/2005 tentang Kebijakan Pembangunan Budaya dan Pariwisata. Partisipasi audiens melalui tokoh terkenal, yaitu Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero Wacik menyematkan pin emas Visit Indonesia Year (VIY) 2008 kepada Bill Gates pemilik perusahaan Microsoft, ketika datang ke Jakarta sebagai pembicara di forum Goverment Leader Forum (GLF) Asia-Pasifik. Strategi komunikasi yang dilakukan adalah bagaimana mengemas informasi berita penting dalam media relations, berdasarkan hasil wawancara elemen informasi Visit Indonesia Year 2008 memiliki unsur maksimal bukan signifikan maksudnya memberikan informasi yang semaksimal mungkin terhadap kepentingan media sebagai sarana informasi, sarana investigasi, dan sebagai alat kontrol dengan selling point yang bagus. Terdapat dua pendapat yang berbeda mengenai informasi Visit Indonesia Year 2008 yang disampaikan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam konsep penyesuaian terhadap media (local area) pertama dalam penulisan feature, artikel dan advetorial disesuaikan dengan majalahnya, apabila majalahnya lebih ke ekonomi maka sisi ekonomi yang menjadi subtansinya dan bila media lifestyle kontennya lebih kepada lifestyle. Hanya untuk penulisan press release tidak disesuaikan dengan subtansi medianya melainkan dibuat beragam sesuai dengan bahasa yang digunakan media tersebut. Kedua, mengenai informasi Visit Indonesia Year 2008 tidak harus disesuaikan dengan media yang menjadi penyalur informasi karena Departemen Kebudayaan dan Pariwisata melakukan program Visit Indonesia Year 2008 informasi yang kita keluarkan sifatnya nasional, kemudian wartawan itu menganalisis walaupun menjadi berita lokal tetap mengacu ke nasional. Dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dilakukan dengan cara selalu up to date dimana pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata selalu memberikan informasi terbaru mengenai data-data kebudayaan dan pariwisata dan kunjungan wisatawan ke daerah tujuan wisata. Dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 kepada media, informasi yang diberikan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI secara tidak langsung mengandung human interest, karena lebih kepada interesting tourism (daya tarik wisata) maksudnya daya tarik yang akan digunakan menjadi ketertarikan adalah masyarakat artinya bahwa program ini tidak untuk kepentingan pemerintah pusat, tetapi sifatnya memacu, mendorong bahwa Indonesia memiliki potensi sebagai daya tarik wisata dan daerah mempersiapkan atraksi budaya dan objek wisata yang menarik untuk didatangi wisatawan baik nasional maupun internasional. Informasi yang dikemas oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengenai Visit Indonesia Year 2008 kepada media, dinilai oleh responden belum optimal dan tidak terlalu bagus, karena menyangkut publikasi dan media kembali kepada persoalan dana yang dimiliki tidak seberapa. Pendapat yang serupa menyatakan informasi yang diberikan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI memiliki bahasa terkesan kaku dan standard, subtansi gaya penulisan khas birokrat yang menonjolkan sisi Menteri dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, sehingga terkadang tidak sesuai dengan background media tertentu. Terdapat pendapat lain yang menilai informasi Visit Indonesia Year 2008 yang diberikan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI cukup memadai. Namun wartawan tidak cukup mencari informasi Visit Indonesia Year 2008 hanya dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tetapi ada sektor-sektor lain yang harus juga mendukung misalnya penerbangan yang turut menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Bagian lain dari stategi komunikasi adalah komunikasi yang transparan. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengkomunikasikan Visit Indonesia Year 2008 kepada media dengan transparan baik dalam anggaran maupun pelaksanaan keseluruhan program departemen dan diupayakan tidak adanya berita off the record sehingga berita yang disampaikan para dirjen dan para humas khususnya adalah berita yang sudah matang dan terproses tanpa perkiraan. Menurut responden, bahwa dalam mengkomunikasikan informasi Visit Indonesia Year 2008 sudah transparan karena dalam membuat program, membina hubungan dengan media dan menentukan momentum yang tepat untuk kehumasan selalu menyertakan Forum Wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. Selain itu, responden berpendapat Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tidak mengandung unsur politik, melainkan mengandung informasi mengenai berbagai program kebudayaan dan pariwisata yang harus disampaikan kepada publik. Dan informasi yang disampaikan ke wartawan sudah di filter di tingkat dirjen, Humas hanya mendapatkan informasi kemudian diolah untuk disampaikan ke wartawan. Strategi Respons atau Reactive merupakan strategi yang digunakan oleh organisasi dalam mengelola respons untuk menghadapi berbagai pertanyaan dan kritik serta tindakan yang melawan organisasi. Berdasarkan hasil penelitian strategi respon yang diberikan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 kepada media termasuk respons yang diberikan kepada media tanpa sumber yang jelas menggunakan respons pemberian alasan yang tepat (justification) dengan cara maksud baik (good intentions) yaitu melakukan pelayanan informasi dengan maksimal dan optimal, apabila informasi yang ditanyakan mengenai Visit Indonesia Year 2008 kurang akan disalurkan kepada pihak yang lebih memahami permasalahan yang ditanyakan. Selain itu dibentuknya Forum Wartawan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yang bertugas untuk membatasi media tanpa sumber yang jelas dan bila pihak tersebut mendatangi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI disikapi dengan bersahabat. Terdapat tindakan lain yang diambil dalam merespons media yang ingin mencari tahu informasi lebih mengenai Visit Indonesia Year 2008 dengan menggunakan respons pengelakan (diversionary response strategies), yaitu melalui cara dengan mengklarifikasikan kembali (relabeling) informasi dalam berita kebudayaan dan pariwisata yang tidak benar, dan mengambil sikap dengan respons tanpa mengambil tindakan sama sekali (strategic inaction) dengan cara membuat tindakan yang tidak berterus terang atau diam (silence), dimana sikap diam dilakukan dengan tidak melayani media dan tidak menanggapi media yang tidak jelas krediblenya. Berdasarkan data yang didapat media menilai respons yang diberikan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 cukup aktif dilihat dari struktur organisasinya yang berdiri sendiri menjadi Pusat Informasi dan Humas. Selain itu, ketika media mencari kebutuhan akan informasi direspons dengan sangat baik dan setiap kali meminta konfirmasi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI selalu siap, mudah dihubungi, profesional, baik serta bersahabat. Step keenam adalah menggunakan komunikasi efektif untuk merencanakan bagaimana cara terbaik untuk berkomunikasi dengan menentukan siapa yang menyampaikan pesan, tampilan pesan yang ingin disampaikan, bagaimana susunan pesan yang akan disampaikan, dan kalimat yang disampaikan dalam pesan tersebut menggunakan simbol seperti apa. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI untuk menentukan siapa yang menyampaikan pesan Visit Indonesia Year 2008 dengan efektif menggunakan opinion leader formal terdiri dari Menteri, Pejabat Eselon I yang membidangi teknis seperti Dirjen Sejarah dan Purbakala, Dirjen Pemasaran, Dirjen NSBF, Dirjen Pengembangan Destinasi, Kabad. Pengembangan Sumber Daya Budpar, Ikjen dan Sekjen. Sumber pesan formal yang digunakan adalah Pejabat Eselon II dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 . Sedangkan sumber pesan non-formal yang digunakan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, adalah asosiasi-asosiasi yang bergerak di bidang kebudayaan dan pariwisata diantaranya Ketua Asosiasi PHRI, Ketua GAWISRI, dan Ketua PUTRI Berdasarkan data yang didapat penulis, opinion leader non formal yang digunakan dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 adalah melalui Putri Pariwisata Indonesia yang bertugas untuk membantu pemerintah mempromosikan dan memajukan industri pariwisata yang berorientasi pada keunggulan dan keragaman budaya bangsa. Alasan yang digunakan dalam pemilihan opinion leader dan sumber pesan baik yang formal maupun non formal dinilai berasal dari pihak yang menangani dan terkait secara langsung terhadap program yang diusung yaitu Visit Indonesia Year 2008. Dan dari tingkat kredibilitas cukup tinggi di mata wartawan karena apabila narasumber memberikan data yang sifatnya objektif dan aktual dan faktual media akan percaya, resikonya apabila informasi yang diberikan tidak aktual dan faktual merugikan pihak opinion leader dan sumber pesan tersebut baik yang formal maupun non formal. Sementara itu pembawaan dan pendekatan yang dilakukan dan diterapkan oleh pihak opinion leader formal dan sumber pesan yang ada di lingkup Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, dalam menyampaikan informasi Visit Indonesia Year 2008 kepada media lebih kepada profesionalisme, penguasaan bidang dan menyampaikan informasi secara jujur, transparan, baik, dan dinamis. Langkah selanjutnya, tampilan pesan yang digunakan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI kepada media, adalah tampilan berupa image dengan fakta bahwa Indonesia itu aman, nyaman dan menarik karena apabila suatu daerah tujuan wisata aman saja maka wisatawan akan datang, alasan penting yang mendasari tampilan pesan tersebut terkait dengan peristiwa teror yang melanda Negara Indonesia yaitu peristiwa Bom Bali I dan II yang memakan korban jiwa dari wisatawan asing sehingga mencoreng citra Negara Indonesia di mata negara lain yang ada dunia. Untuk memperkuat tampilan pesan, dengan menginformasikannya melalui pemberitaan public figure, yaitu Bill Gates seorang tokoh besar dari Microsoft berani datang ke Indonesia dengan nyaman berarti aman, dan tidak ada hal yang negatif dalam perjalanannya dapat menjadi suatu selling point sehingga pada kesempatan tersebut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero Wacik menyematkan pin Visit Indonesia Year 2008, sebagai upaya yang sifatnya pencitraan melalui public figure. Dalam menginformasikan tampilan pesan yang telah ditetapkan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menyertakannya dengan penggunaan simbol atau logo Visit Indonesia Year 2008, berdasarkan data sekunder yang diperoleh penulis, Konsep Logo Visit Indonesia Year 2008 diambil dari bentuk logo Garuda Pancasila dengan pengolahan modern Dalam Fase Taktik, digunakan untuk memecahkan tujuan dan sasaran public relations dan memilih dengan batasan anggaran yang tersedia. Fase ini terdiri dalam dua tahapan yaitu pemilihan taktik komunikasi dan pelaksanaan strategi Dalam step ketujuh yaitu pemilihan taktik komunikasi, Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan taktiknya dengan menggunakan beberapa tools yaitu: 1. Taktik Interpersonal Communication, dilakukan dengan berkomunikasi secara tatap muka dan menjalin interaksi yang lebih persusasif, dan tools yang digunakan: a. Information Exchange, melalui kegiatan educational gathering dengan tools workshop yang diselenggarakan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, yaitu kegiatan peningkatan dan pemahaman kebudayaan dan pariwisata untuk menjelaskan kepada media tentang hal-hal yang kurang dipahami dalam kebudayaan dan pariwisata dan dilakukan bersamaan dengan kegiatan outbond. Berdasarikan hasil penelitian satu responden menyatakan selalu diikutsertakan dalam taktik Information Exchange, melalui pelaksanaan diskusi antara beberapa wartawan di Grand Aulia pada tanggal 16 September 2008, dimana Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI membahas Visit Indonesia Year 2008. Selain itu Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI membentuk Forum Wartawan dalam mencari informasi selama ditujukan kepada kepentingan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dan kepentingan masyarakat. b. Special Event, yaitu Press Entertaiment dengan Outbond ke daerahdaerah tujuan wisata yang dilakukan satu tahun sekali oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, untuk memberitahukan kepada media bahwa ada obyek wisata yang spesifik dan tidak pernah diulas dan diperlihatkan daya tarik yang dimiliki, sehingga dapat menarik minat wisatawan. Responden berpendapat mengiyakan keikutsertaannya dalam taktik special event ini, dalam media gathering, dan pelaksanaan press tour atau aktivitas outbond, yang dinilai fokus Visit Indonesia Year 2008 dan cukup efektif . Pendapat berbeda dari salah satu responden menyatakan bahwa walaupun sering mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI seperti media gathering, masalahnya tidak selalu diundang pada semua acara, disinyalir karena keterbatasan dana, sehingga ada instruksi dari pimpinan bahwa wartawan yang diundang harus bergilir dan selektif. 2. Taktik Media Organisasi, yaitu diproduksi dan diterbitkan oleh organisasi. Pihak Humas Departemen Kebudayaan menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dengan cara: dan Pariwisata RI a. Publikasi Umum, melalui stand-alone publications dengan mencetak leaflet, booklet, flyers kemudian umbul-umbul, logo, dan sticker Visit Indonesia Year 2008. b. Audiovisual Media, dalam taktik ini salah satu responden menyatakan sering dilibatkan untuk kegiatan media relations dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 melalui tools berupa media online internet yang ada di www.budpar.go.id. 3. Taktik News Media, adalah wahana untuk menyajikan informasi dan membuka kesempatan bagi organisasi untuk menjangkau audiens secara lebih luas. pihak Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI juga menggunakan taktik ini dengan tools berupa: a. Direct News Material, menggunakan feature release dan news release, di media yang subtansinya kontentnya itu adalah mengenai Visit Indonesia Year 2008. Dan sesuai dengan pendapat salah satu responden yang mengatakan press release selalu dibuat setiap aktivitas Menteri ataupun Eselon I Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. b. Interactive News Opportunity, dengan cara: Press Conference selama tahun 2008 secara rutin yaitu sekali atau dua kali dalam sebulan, dan tema yang digunakan fokus pada Visit Indonesia Year 2008, misalnya Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala memanfaatkan potensi-potensi situs untuk mendukung program Visit Indonesia Year 2008, hanya saja dalam pelaksanannya terkadang mengalami pembatalan apabila narasumber dalam Press Conference tidak dapat hadir, karena mendapat panggilan tugas yang lebih penting. Dan salah satu responden mengiyakan selalu mengikuti kegiatan Press Conference yang mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya tidak bisa diprediksi maksudnya sekitar satu atau dua kali dalam sebulan dan terkadang seminggu sekali atau dua kali jadi tergantung kegiatan departemen. Dan yang kedua dalam interactive news opportunity, adalah Media Visit artinya Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengunjungi beberapa media yang dianggap strategis dan sudah lama tidak dikunjungi kemudian diadakan gathering dan berdiskusi dengan konten Visit Indonesia Year 2008, serta Partisipasi Media melalui program-program yang disiarkan oleh stasiun TV dalam Public Corner dan Padamu Negeri di Metro TV, Variety Show di TVRI dan Program Empat Mata di Trans 7 dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Hal tersebut dikatakan sependapat oleh salah satu responden mengenai taktik interactive news opportunity dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 yang dijalankan dengan efektif. 4. Taktik Advertising and Promotional Media, lebih untuk iklan tetapi dapat juga digunakan untuk mendukung tujuan Humas. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menggunakan tools Print Advertising Media dalam Iklan Visit Indonesia Year 2008, di media luar negeri seperti CNN, Starworld dan CNBC. Selain itu iklan Visit Indonesia Year 2008 dapat ditemui di media cetak asing seperti majalah Times, walaupun penayangannya tidak secara maksimal tiap jam atau tiap hari. Selain itu membuat advetorial dengan konsep Visit Indonesia Year 2008 di media. Sedangkan Taktik Advertising dan Promotional Media dengan tools Outof-Home Advertising adalah dengan pemasangan sebuah baliho raksasa bertema Visit Indonesia Year 2008 terpampang di Bundaran Hotel Indonesia. Step selanjutnya yang termasuk dalam fase ketiga adalah Step kedelapan Pelaksanaan Strategi Perencanaan, pada langkah ini merupakan pengembangan perencanaan dalam mempersiapkan dana yang diperlukan, dan jadwal dalam pelaksanaan program. Dalam pelaksanaan strategi perencanaan, Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan penyusunan jadwal walaupun terkadang tidak dapat berjalan sesuai rencana, maksudnya dalam beberapa penetapan jadwal kegiatan media relations seperti media visit terkadang dilakukan pembatalan acara perihal Menteri Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dipanggil oleh RI-1 atau Presiden Kabinet. Awal pelaksanaan program media relations yang dilakukan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam mengusungkan informasi Visit Indonesia Year 2008, dilaksanakan pada pertengahan tahun 2007 yaitu September 2007, ketika melihat bahwa persepsi masyarakat internasional terhadap Indonesia sudah semakin baik. Pelaksanaan program media relations dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 masih berupa ancang-ancang pada tahun 2007, hal ini berkaitan dengan pembukuan anggaran yang akan ditetapkan oleh pemerintah, maksudnya pelaksanaan pembukuan anggaran untuk tahun 2008 diusulkan pada tahun 2007 untuk diadakannya Visit Indonesia Year 2008. Program media relations yang dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI berakhir bersamaan dengan berakhirnya Program Visit Indonesia Year 2008 bulan November atau pertengahan bulan Desember, namun apabila kunjungan wisatawan tidak sesuai dengan targetnya akan diundur waktunya menjadi 6 bulan untuk wisatawan yang terlambat menerima informasi bahwa di Imdonesia ada tahun kunjungan wisata. Pemberian anggaran yang diperoleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 khusus untuk peningkatan PR-ing sekitar Rp 3 Milyar. Pihak staff Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan program media menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, adalah relations untuk Burhan selaku Kepala Bidang Publikasi Informasi, Turman selaku Kepala Bidang Humas, Sutaryanto selaku Kepala Sub Bidang Media Relations, dari pihak staff Ratna Sri P yang bertugas dalam pembuatan kliping dan media monitoring, Acep Suprapto S yang bertugas mengatur pelaksanaan konferensi pers atau kegiatan lapangan lainnya. Dan dalam pelaksanaan special event untuk program media relations seperti media gathering dan outbond dilakukan oleh keseluruhan staff Humas bagian media relations dalam pengaturannya, namun persetujuannya diputuskan oleh Kepala Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. Fase terakhir dari kesembilan langkah “Strategic Planning for Public Relations” adalah Fase Penelitian Evaluasi, dimana evaluasi dan penilaian untuk menentukan derajat keberhasilan program, dengan ukuran keberhasilan program hasil yang dicapai memenuhi tujuan yang direncanakan. Fase ini terdiri dari satu langkah yaitu step kesembilan Riset Evaluasi, yaitu menentukan metode yang tepat untuk mengukur efektifitas tools dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengevaluasi strateginya dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008 dengan menggunakan metode media monitoring yang lebih khusus terhadap suatu pemberitaan mengenai Visit Indonesia Year 2008, dan dilihat dari frekuensi berita berdasarkan sampel nama media cetak pada bulan Maret 2008, tercatat jumlah 1025 berita yang dikliping oleh tim Humas Depbudpar. Media cetak yang paling sering memuat berita pariwisata kali ini adalah Bisnis Indonesia. Sedangkan Bali Post pada urutan ke-2, dan Media Indonesia mengikuti di posisi ke-3. Berita Budaya, paling banyak dimuat oleh Kompas, diikuti oleh Jurnal Nasional pada urutan kedua, dan di posisi ketiga adalah Media Indonesia. Untuk berita Umum Terkait Budpar, Media Indonesia merupakan media cetak yang lebih sering memuat berita dibanding media cetak lainnya dalam sampel media cetak yang dikumpulkan oleh Humas Depbudpar. Dan dalam pengevaluasian sebuah keberhasilan media relations dari tugastugas yang telah dilaksanakan untuk saat ini, sasaran yang ingin di capai belum tepat sasaran karena hal ini terkait dengan peran Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI bagian dari fasilitator terhadap media relations, seharusnya diberi kewenangan untuk menjadi juru bicara maka seorang kepala humas dan seorang kepala pusat informasi akan selalu mencari informasi dan leluasa untuk menjelaskan kepada. Hal di atas juga dikatakan selaras dengan pernyataan responden, bahwa jika dibandingkan dengan departemen lain seperti Departemen Perdagangan, Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI belum diberikan standar kehumasan dan tidak optimal, pertemuan rutin dengan wartawan dari sisi kuantitasnya masih relatif jarang dan dari sisi media nilai berita yang ada di sini masih kurang. Namun pendapat lain menilai dalam hal untuk hubungan yang terjalin antara Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dengan Media cukup baik, dimana respons Humas untuk memenuhi kebutuhan informasi sebagai wartawan dapat terpenuhi dengan baik, dan dua pihak saling aktif untuk berkomunikasi, saling aktif berinteraksi dalam hal melayani wartawan untuk memperoleh informasi. Beberapa kekurangan yang harus diperbaiki Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, menurut responden adalah intensitas pertemuan dengan media diupayakan minimal seminggu sekali, dapat merangsang media untuk selalu datang ke press room, membuat berita dengan nilai yang tinggi di mata media, mempunyai anggaran yang kuat untuk mendukung program difokuskan yaitu ke Visit Indonesia Year 2008 Selain itu, koordinasi dengan pimpinan dalam menyangkut isu kegiatankegiatan departemen misalnya secara keseluruhan instansi pemerintah terkait Visit Indonesia Year 2008, tidak hanya sebagai corong atau sebagai alat humasnya saja dalam memberikan informasi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian di Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, mengenai Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, dapat ditarik kesimpulan : Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI telah menerapkan Strategi Public Relations dengan 4 fase yang terdiri dari 9 step untuk menyukseskan Visit Indonesia Year 2008, yaitu : 1. Formative Research : Dalam fase pertama, Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan riset dengan riset survey melalui media monitoring kepada media yang memuat berita mengenai kebudayaan dan pariwisata khususnya media cetak, untuk melihat bagaimana berita yang dimuat dari sisi positif dan sisi negatifnya. a. Step 1: Analisa Situasi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan analisa situasi dalam melihat peluang dan hambatan yang dimiliki dalam perencanaan. Peluang yang dimiliki adalah terciptanya hubungan yang lebih saling mengerti, menyampaikan hasil yang telah dicapai dan harapan ke depan mengenai Visit Indonesia Year 2008, meningkatkan kinerja dan memberikan nilai baik akan kinerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI di mata media. Dan hambatan yang dimiliki adalah anggaran dana yang dimiliki tidak mencukupi. b. Step 2: Analisa Organisasi Melakukan analisa terhadap lingkungan internal (misi dan visi, program kerja dan dukungan manajemen), persepsi dan opini publik dan lingkungan eksternal (kelompok penekan dan pendukung organisasi). Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI telah menetapkan misi dan visi yang sesuai dengan pelaksanaan media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Program kerja Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI meningkat terbukti dengan penetapan profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Debudpar) sebagai dokumen profil instansi pemerintah yang terbaik oleh Badan Koordinasi Kehumasan Instansi Pemerintah (Bakohumas) sebagai Juara Pertama untuk kategori audio visual pertama pada tahun 2007. Dukungan manajemen yang diberikan cukup bagus walaupun masih dalam sisi moral untuk pengalokasian dana. Persepsi atau opini media terhadap program kerja Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI sangat beragam yaitu mengkritisi, memberikan opini untuk menginvestigasi, biasa-biasa saja, dan memberikan opini untuk mensejahterakan masyarakat. Lingkungan eksternal seperti kelompok penekan (pressure group) adalah yang bergerak di bidang kepariwisataan dan kebudayaan dan tuntutan yng diberikan selalu menyangkut kepentingan asosiasi yang berkaitan dengan kebudayaan dan pariwisata. Pihak pendukung adalah dari anggota komisi X DPR yang membantu pengalokasian dana, dan dukungan manajemen yang diberikan bervariasi. c. Step 3: Analisa Publik Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengidentifikasikan media yang lebih efektif dalam menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, baik media luar negeri maupun media dalam negeri dan menganalisa keinginan serta harapan media kepada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. 2. Strategi Humas : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan perencanaan dalam menentukan keinginan yang ingin dicapai dan bagaimana mencapai keinginan tersebut yang dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: d. Step 4 Menentukan Tujuan, Positining dan Sasaran yang ingin dicapai. Tujuan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, adalah tercipta dan terpeliharanya corporate image dengan baik serta dapat memanfaatkan media untuk memuat dan menginformasikan Visit Indonesia Year 2008. Positioning yang ditetapkan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI adalah pelayanan informasi dengan cepat, meningkatkan program lebih berkualitas, dan kesuksesan Visit Indonesia Year 2008. Sasaran yang ingin dicapai dari segi awareness adalah bagaimana masyarakat mengerti dan memahami Visit Indonesia Year 2008 adalah untuk kepentingan masyarakat dan keseimbangan berita dari media terhadap pemberitaan yang menjadi topik hangat persiapan Pemilu dan Visit Indonesia Year dari segi budaya dan pariwisata di tahun 2008. e. Memformulasikan Proactive dan Respons Strategi. Strategi Proactive yang dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI terbagi dalam 2 (dua) hal yaitu strategi aksi dan strategi komunikasi. Dalam strategi aksi yang dilakukan adalah meningkatkan kinerja kehumasan dan melibatkan partisipasi audiens dari pihak swasta, pihak pemerintah dan pihak perorangan dari tokoh terkenal. Strategi komunikasi yang dilakukan meliputi Informasi berita penting dengan elemen informasi yang maksimal, melakukan penyesuaian terhadap media (local area), up to date, interesting tourism (daya tarik wisata), dan Komunikasi yang transparan telah dilakukan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI kepada media dengan tidak menyertakan berita off the record. Strategi respons yang dilakukan adalah dengan pemberian alasan yang tepat (justification) melalui cara maksud baik (good intentions) dan respons pengelakan (diversionary response strategies) melalui cara mengklarifikasikan kembali (relabeling). f. Menggunakan komunikasi yang efektif Dalam melakukan komunikasi yang efektif, Humas Departemen dan Kebudayaan dan Pariwisata RI menentukan siapa yang menyampaikan informasi Visit Indonesia Year 2008 yaitu semua pihak yang ada di jajaran departemen dan asosiasi yang berkaitan dengan kebudayaan dan pariwisata, tampilan pesan yang digunakan adalah image Indonesia yang aman, nyaman dan menarik. Dan dalam pesan yang disampaikan juga menyertakan penggunaan simbol yaitu Logo Visit Indonesia Year 2008 yang mengambil konsep dasar negara Garuda Pancasila, yang bentuknya dibuat modern 3. Taktik : Dilakukan oleh Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI untuk memecahkan tujuan dan sasaran public relations dan memilih dengan batasan anggaran yang tersedia. Fase ini terdiri dalam dua tahapan yaitu: g. Pemilihan Taktik Komunikasi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam Taktik Interpersonal Communication mengadakan workshop dan outbond ke daerah tujuan wisata, dan dalam Taktik Media Organisasi mencetak leaflet, booklet, flyers kemudian umbul-umbul, logo, dan sticker Visit Indonesia Year 2008 dan membuat media online internet www.budpar.go.id, dalam Taktik News Media melakukan feature release dan news release, Press Conference serta Media Visit. Dan pada Taktik Advertising and Promotional Media melakukan pemasangan iklan dan advetorial di media dan pemasangan baliho raksasa Visit Indonesia Year 2008 yang terpampang di Bundaran Hotel Indonesia. h. Pelaksanaan Strategi Perencanaan. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan pelaksanaan strategi perencanaan dengan membuat penyusunan jadwal terhadap program media relations untuk menginformasikan Visit Indonesia Year 2008, walaupun terkadang dalam pelaksanannya mengalami pembatalan acara karena narasumber yang berhalangan akibat pemangilan tugas yang lebih penting. Ancang-ancang pelaksanaan program media relations sejalan dengan program Visit Indonesia Year yaitu pertengahan 2007 pada bulan September 2007 walaupun direncanakan berakhir pada Desember 2008 namun apabila target belum maksimal akan diundur enam bulan ke depan. Sumber keuangan yang digunakan adalah dari Pusat Informasi dan Humas sendiri dan keseluruhan staff yang ada di bagian Pusat Informasi dan Humas ikut serta dalam pelaksanaan Strategi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. 4. Penelitian Evaluasi : Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI melakukan evaluasi dan penilaian untuk melihat keberhasilan program dari hasil yang dicapai memenuhi tujuan yang direncanakan, yang terdiri dari satu tahapan yaitu Riset Evaluasi dengan menggunakan metode media monitoring terhadap pemberitaan mengenai Visit Indonesia Year 2008 dan dilihat dari pemberitaan yang diperoleh frekuensi berita berdasarkan sampel nama media cetak tercatat 1025 berita yang dikliping oleh tim Humas Depbudpar. Media cetak yang paling sering memuat berita pariwisata kali ini adalah Bisnis Indonesia, Bali Post dan Media Indonesia. Berita Budaya, paling banyak dimuat oleh Kompas, Jurnal Nasional dan Media Indonesia. Untuk berita Umum Terkait Budpar, Media Indonesia merupakan media cetak yang lebih sering memuat berita dibanding media cetak lainnya dalam sampel media cetak yang dikumpulkan oleh Humas Depbudpar. Dan dalam pengevaluasiannya sasaran yang ingin dicapai belum tepat sasaran karena hal ini terkait dengan peran Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI adalah fasilitator terhadap media relations, seharusnya memilki kewenangan untuk menjadi juru bicara sehingga dapat selalu mencari informasi yang lengkap dan leluasa untuk menjelaskan kepada media. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan khususnya bagi Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam media relations di masa-masa mendatang, yaitu: 5.2.1Saran Akademis Penulis mengharapkan untuk penelitian lanjutan, peneliti lainnya dapat menggunakan pendekatan penelitian yang berbeda agar untuk melihat perbandingan permbuatan dan pelaksanaan strategi humas dalam media relations sehingga hasilnya dapat saling melengkapi dan diharapkan adanya temuan baru. 5.2.2Saran Praktis 1. Sebaiknya Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tidak hanya sebagai fasilitator antara media dengan pihak pejabat di Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, namun seharusnya juga bertindak sebagai sumber informasi dan dapat mencari seleluasa mungkin untuk mencari informasi yang lebih mengenai Visit Indonesia Year 2008 bagi media. 2. Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI harus didukung dengan adanya anggaran dana yang kuat, dan apabila memang tidak mencukupi dapat bertindak sekreatif mungkin memanfaatkan anggaran yang tersedia, sehingga informasi mengenai Visit Indonesia Year 2008 dari awal pelaksanaan hingga akhir program dapat merata dan fokus ke setiap media. 3. Dalam pelaksanaan kegiatan media relations ada baiknya dalam pelaksanaan kegiatan kunjungan yang bersifat kunjungan daerah tidak mengikutsertakan media secara bergilir, namun apabila hal tersebut memang dikarenakan adanya keterbatasan anggran akan lebih baik apabila mengikutsertakan media berdasarkan latar belakangnya yang dapat menjaring media atau pembaca lebih banyak. 4. Tetap pertahankan hubungan yang telah terjalin dengan baik dengan media, karena media sangat mendukung keberhasilan setiap aktivitas kehumasan, dan media sendiri sangat memerlukan peran aktif Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dalam pemenuhan pencarian berita mengenai kebudayaan dan pariwisata Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Afdhal, Ahmad Fuad. Tips & Trik Public Relations. Jakarta P.T Grasindo, 2004 Alwasilah, A. Chaedar. Pokoknya Kualitatif, dasar-dasar merancang dan melakukan penelitian kualitatif. Cetakan I. Jakarta. P.T Dunia Pustaka Jaya dan Pusat Studi Sunda. 2002. Bonar, S.K. Hubungan Masyarakat Modern (Public Relations) cet. 3. Jakarta P.T Bina Aksara 1981 Cutlip, Scott M. Center, Allen H dan Broom, Glenn H. Effective Public Relations Merancang dan Melaksanakan kegiatan Kehumasan dengan Sukses. Alih bahasa Renate Pohan. Jakarta P.T Indeks, 2005. Davis, Anthony, Everything You Should Know About Public Relations, panduan lengkap tentang PR. Jakarta, P.T Elex Media Komputindo 2005 Effendy, Onong Uchana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, P.T Remaja Rosdakarya. 2003 Greener Tony. Kiat sukses Public Relations dan Pembentukan Citra; alih bahasa Drs. Nurarki Azis. Jakarta P.T Bumi Aksara 1990. http: www.cbn.net.id “Public Relations (I), dikutip dari berita CDC-Career Development Center Faculty of Engineering University of Indonesia” http : //icmimudabanten.org “Pers dan Praktisi Humas Sebuah Mutualisme, oleh : Eka S dan Ika S”, tanggal 22 September 2006 http://jalanbareng.sistasista.net/2007/12/27/visit-indonesia-year-2008/ direkam pada 25 Juni 2008 09:36:18 GMT. http ://rumakom.wordpress.com/ September 2007” yang “Perspektif Dasar Public Realtions (1) 27 http: www.uny.co.id “Berita mengenai : Pelatihan Press Relations : ‘Public Relations bukan Wartawan, di Ruang Sidang Utama Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta” Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Editor : Tjun Surjaman, Edisi Kedua, Cetakan III. Bandung P.T Remaja Rosdakarya. 1993. Jefkins, Frank. Public Relations, disempurnakan oleh Daniel Yadin; alih bahasa, Haris Munandar. Jakarta, P.T Erlangga 2003. Krisyantono, Rachmat. Public Relations Writing, media public relations membangun citra korporat. Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008 Lwin;Aitchison, Clueless in Public Relations/ May Lwin dan Jim Aitchison; pengalih bahasa, Paul A. Rajoe-Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2005. M. Linggar Anggoro. Teori dan Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia. Estu Rahayu. Ed.1,Cet.2, Jakarta:Bumi Aksara,2001 Moore, Frazier. Humas, Membangun Citra Dengan Komunikasi, alih bahasa Lilawati Trimo. Jakarta, P.T Remaja Rosdakarya, 2004 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Komunikasi, P.T Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000 Mulyana, Dedy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta P.T Remaja Rosdakarya 2002. Nazir, Mohammad. Metodologi Penelitian, cetakan 3. Jakarta, P.T Ghalia Indonesia, 1988 Nurhuda,...[et al.]. Perhumas dalam warna; menyusun strategi, membangun korporasi dan menjaga reputasi. Jakarta: BPP Perhumas bidang komunikasi, 2004. Nurudin dan Muhammad Syaifullah. Media Relations, Panduan Praktis Praktisi Public Relations. Malang, P.T Cespur, 2004 Oliver, Sandra. Strategi Public Relations, alih bahasa Sigit Purwanto. Jakarta, P.T Erlangga 2001 Rachmadi,F. Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah. Jakarta, P.T Gramedia Pustaka 1992. Ruslan, Rosady. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Edisi Revisi. Jakarta P.T Raja Grafindo Persada, 2002. Salinan Peraturan Menteri Kebudayaan dan PM.07/HK.001/MKP-2007, tanggal 16 Januari 2007 Pariwisata Nomor Smith, Ronald D. Strategic Planning For Public Relations. United States of America, Lawrence Erlbaum Associates, 2002. Standard Operating Procedure (SOP) Strategi Komunikasi dan Kehumasan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, tahun 2008. Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian, petunjuk praktis untuk peneliti pemula. Cetakan II. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 2004. Umar, Husein. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis, edisi VI. Jakarta. P.T Raja Grafindo Persada, 2004 Yin, Robert K. Studi kasus, desain dan metode. Jakarta, P.T Raja Grafindo Persada, 2004.