LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA DISTILASI SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2015 MODUL PEMBIMBING : DISTILASI : Emma Hermawati,Ir, MT PEMBUATAN : 07 Oktober 2015 PENYERAHAN : 21 November 2015 Oleh : Asri Ambarwati Dahliana Alami Melani Ismayasari Muhammad Ardani 141424006 141424008 141424020 141424022 2 A- D4 Teknik Kimia Produksi Bersih Kelompok 3 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA KIMIA PRODUKSI BERSIH JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses produksi suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan perlu dilakukan. Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi. Untuk campuran yang tidak dapat dipisahkan melalui proses pemisahan secara mekanis, proses pemisahan kimiawi harus dilakukan salahsatunya proses distilasi. Distilasi adalah pemisahan campuran dalam fasa caircair berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Sehingga dengan dilakukannya proses distilasi diharapkan mampu menghasilkan senyawa kimia yang lebih murni. 1.2 Tujuan Mengenal dan dapat mengopersikan alat distilasi fraksionasi sistem batch. Memisahkan campuran biner air dan etanol dengn cara distilasi. Membuat kurva kalibrasi antara indeks bias dengan fraksi mol etanol. Memahami perhitungan neraca massa pada distilasi batch sistem campuran biner. Mengukur destilat (Xo) dan residu (Xw) dalam hal ini perubahan konsentrasi terhadap waktu. Menghitung etanol dalam sampel dengan menggunakan persamaan luas Rayleigh. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Destilasi Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran dalam fasa cair-cair berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam distilasi, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dimana zat yang mempunyai titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu, kemudian uap tadi akan mengalami proses pendinginan pada kondensor. Didalam kondensor akan terjadi proses perubahan fasa, uap akan berubah menjadi fasa cair yang akan mengalir keluar sebagai distilat. Model ideal destilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton. Operasi destilasi terjadi apabila campuran zat cair dalam keadaan setimbang uapnya, maka fasa uapnya akan lebih banyak mengandung komponen yang lebih mudah menguap, sedangkan fraksi cairnya mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap. Jika uap tersebut dikondensasikan maka akan didapatkan cairan yang berbeda komposisinya dengan cairan yang pertama karena lebih banyak mengandung komponen yang lebih mudah menguap (volatile) dibandingkan dengan cairan yang tidak teruapkan. Jika cairan yang berasal dari kondensasi diuapkan lagi sebagian maka akan didapatkan komponen volatile yang lebih tinggi. Keberhasilan suatu operasi destilasi tergantung pada keadaan setimbang yang terjadi antara fasa uap dan fasa cair dari suatu campuran biner yang terdiri dari komponen volatile dan non-volatile. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu. (Murni,2012). Pemisahan dengan cara distilasi tidak hanya berdasarkan pada titik didih dari komponen-komponennya saja, tetapi tergantung juga pada sifat dari campuran, karakteristik kolom serta besaran-besaran operasi. Karakteristik kolom dipengaruhi oleh jenis kolom (plate, packed, vigruez) serta panjang kolom. Sedangkan besaran-besaran operasi meliputi laju uap naik, laju cairan turun (refluks), luas permukaan kontak antara fasa gas dan cair, dan koefisien perpindahan massa. 2.2 Distilasi Batch Dalam operasi distilasi batch, sejumlah massa larutan dimasukkan ke dalam labu didih, kemudian dipanaskan. Selama proses berjalan, larutan akan menguap dan uap yang akan terbentuk, secara kontinyu meninggalkan labu didih untuk kemudian diembunkan. Salah satu ciri dari pemisahan dengan batch adalah bahwa laju alir maupun komposisi dari umpan, produk distilat berubah menurut waktu selama operasi pemisahan berlangsung. Pada distilasi batch, umpan berupa uap yang secara kontinyu masuk melalui dasar kolom, karena kolom distilasi batch dapat dipandang sebagai kolom yang tersusun dari enriching section. Distilasi batch juga memiliki kapasitas yang rendah. Hal-hal inilah yang menjadi perbedaan antara distilasi batch dengan distilasi kontinyu. 2.3 Persamaan Rayleigh Salah satu skema operasi distilasi batch ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 2.1 Skema Operasi Distilasi Batch Bila jumlah tahap keseimbangan adalah tunggal (single stage) dan pada setiap saat, penambahan jumlah distilat (dD) sama dengan pengurangan jumlah cairan di reboiler (dW), maka hubungan tersebut ditulis: -dW = dD (1) -yDdW = yDdD = -d (w.Xw) (2) yDdW = wdXw+ Xwdw (3) Hasil integrasi persamaan (3) diperoleh: 𝑿𝒘 𝒘 ln ( ) = ∫𝑿𝒘𝒐 𝒘𝒐 𝒅𝑿𝒘 𝒚𝑫−𝑿𝒘 (4) dengan: Xw = komposisi fasa cair di reboiler YD = komposisi fasa uap di distilat Wo = jumlah cairan pada saat awal W = jumlah cairan pada saat akhir operasi Persamaan (4) disebut persamaan Rayleigh dapat diselesaikan dengan salah satu cara, yaitu integrasi secara grafis, numerik, ataupun analitik. Selisih antara yD-Xw tergantung jumlah tahap, perbandingan refluks (R) dan hubungan kesetimbangan antara fasa uap-cair. Penyelesaian persamaan secara analitik dilakukan dengan menggunakan hubungan antara kesetimbangan fasa uap-cair yang dinyatakan dengan relative volatility, yang didefinisikan sebagai berikut: 𝑦∗ /(1−𝑦∗) α = 𝑥∗ /(1−𝑥∗) (5) atau 𝛼𝑋∗ y* = 1+(𝛼−1)𝑋∗ (6) dengan: y* = komposisi komponen yang relatif lebih volatile di fasa uap yang berada dalam kesetimbangan x* x* = komposisi komponen komponen yang lebih mudah menguap di fasa cair α = relative volatility Dengan menggunakan persamaan (4) dan (6) kemudian diselesaikan secara integrasi analitis diperoleh persamaan: 𝑤 1 𝑋𝑤 (1−𝑋𝑤) ln𝑤𝑜 = 𝛼−1[ln 𝑋𝑤𝑜 (1−𝑋𝑤) ] + ln 1−𝑋𝑤𝑜 1−𝑋𝑤 (7) Persamaan (4) atau (7) digunakan untuk menentukan jumlah produk atau distilat pada berbagai komposisi. Persamaan (4) diselesaikan dengan integrasi secara grafik dengan cara menghitung luas di bawah kurva antara 1/(yd-Xw) vs Xw, mulai dari Xwo sampai Xw. Komposisi distilat rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: wo Xwo−wXw ̅̅̅̅̅ 𝑦𝐷 = wo−𝑤 (8) 1 (𝑋𝐷 − 𝑋𝑤 ) Xw Xwa Xw0 Gambar 2.2 Kurva 1/(Xd-Xw) terhadap Xw Nilai dari 𝑙𝑛 𝑊0 𝑊 sama dengan luas di bawah kurva BAB III PERCOBAAN 3.1 3.2 Alat dan Bahan Seperangkat alat distilasi dan unit pengendali Refraktometer Stopwatch Gelas ukur 50 ml Botol semprot dan tissue Pipet tetes Gelas kimia Erlenmeyer 250 ml Bola isap Pipet ukur Aquades Ethanol Prosedur Kerja 3.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi 1. Dibuat larutan antara etanol dengan air dengan menggunakan perbandingan volume etanol 10 ml dan air 0 ml, 9 ml dan 1 ml sampai perbandingan volume air 10 ml dan etanol 0 ml. 2. Larutan diukur indeks biasnya menggunakan Refraktometer. 3. Perbandingan volume di konversi ke dalam komposisi fraksi mol etanol. 4. Membuat kurva kalibrasi antara Indeks bias vs komposisi fraksi mol etanol. 3.2.2 Proses Distilasi Fraksionasi 1. Etanol dan aquadest masing-masing 1.5 L dimasukan ke dalam labu bulat. 2. Sampel feed diambil untuk diperiksa indeks biasnya. 3. Air pendingin dialirkan melalui kolom. 4. Temperatur pemanas diset 90 0C dan Temperatur distilat 800C. 5. Tombol nomor 1 ditekan sampai terdengar bunyi alarm. 6. Tombol start ditekan. 7. Tombol no. 10 ditekan untuk membuka aliran air pendingin. 8. Heater dinyalakan dengan menekan tombol no. 7 dan memutar tombol no. 9. 9. No. 8 ditekan sehingga sistem dalam keadaan internit. 10. Tombol normal ditekan untuk mengatur laju alir cairan dan uap dalam kolom 11. Reflux ratio diatur 6/3. 12. Indeks bias sample diukur setelah pencampuran, mendidih, tetes pertama distilat, kemudian sample selama 15 menit sekali. BAB IV xDATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Operasi Volume Umpan : 1,5 etanol dan 1,5 air Temperatur o Pemanas : 900C o Reboiler : 800C Waktu Operasi : 120 menit Refluks Rasio : 6/3 Tekanan : 1 atm Indeks bias etanol : 1.3609 Indeks bias air : 1.3325 Indeks bias umpan : 1.3573 4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Tabel 4.1 Data Pembuatan Kurva Kalibrasi Vetanol Vair mol air mol etanol mol air+etanol 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0,000 0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 0,172 0,154 0,137 0,120 0,103 0,086 0,069 0,051 0,034 0,017 0,000 0,000 0,056 0,111 0,167 0,222 0,278 0,333 0,389 0,444 0,500 0,556 0,172 0,210 0,248 0,287 0,325 0,364 0,402 0,440 0,479 0,517 0,556 Fraksi mol etanol 1,000 0,735 0,553 0,419 0,317 0,236 0,171 0,117 0,072 0,033 0,000 Indeks bias 1,361 1,361 1,360 1,359 1,358 1,355 1,351 1,345 1,341 1,334 1,333 Kurva Kalibrasi (Indeks Bias vs Fraksi Mol Etanol) 1,365 1,360 1,358 indeks bias 1,355 1,359 1,361 1,361 1,360 1,355 1,351 1,350 1,345 1,345 1,341 1,340 1,335 1,334 1,333 1,330 0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0,700 0,800 0,900 1,000 1,100 fraksi mol etanol Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi (Indeks Bias vs Fraksi Mol Etanol) 4.3 Data Percobaan (Indeks Bias Residu dan Distilat) Indeks Indeks 𝟏 bias bias Waktu Xd Xw Xd-Xw distilat residu 𝐗𝐝 − 𝐗𝐰 (Xd) (Xw) 28 15 1,3573 1,3533 0,3 0,21 0,09 11,11 23 30 1,3588 1,3539 0,42 0,21 0,21 4,76 21 45 1,3589 1,3485 0,42 0,14 0,28 3,57 22 60 1,3586 1,3517 0,42 0,17 0,25 4,00 20 75 1,3580 1,3524 0,33 0,18 0,15 6,67 20 90 1,3597 1,3511 0,64 0,17 0,47 2,13 21 105 1,3571 1,3519 0, 3 0,17 0,13 7,69 20 120 1,3572 1,3501 0,3 0,16 0,14 7,14 *fraksi mol destilat dan residu didapat dari interpolasi indeks bias destilat dan residu pada Volume distilat (mL) kurva kalibrasi Kurva Kalibrasi (Indeks Bias vs Fraksi Mol Etanol) 1,365 1,360 1,359 1,3581,358 1,357 indeks bias 1,355 1,361 1,361 1,360 1,355 1,351 1,350 1,345 1,345 1,341 1,340 1,335 1,360 1,359 1,334 1,333 1,330 0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0,700 0,800 0,900 1,000 fraksi mol etanol Gambar 4.2 Interpolasi Indeks Bias Destilat Pada Kurva Kalibrasi untuk Mendapat Fraksi Mol Destilat 1,100 Kurva Kalibrasi (Indeks Bias vs Fraksi Mol Etanol) 1,365 1,360 1,358 indeks bias 1,355 1,361 1,361 1,360 1,355 1,351 1,350 1,345 1,345 1,341 1,340 1,335 1,359 1,334 1,333 1,330 0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0,700 0,800 0,900 1,000 1,100 fraksi mol etanol Gambar 4.3 Interpolasi Indeks Bias Destilat Pada Kurva Kalibrasi untuk Mendapat Fraksi Mol Residu Grafik 1/(Xd-Xw) vs Xw 12 10 1/(Xd-Xw) 8 6 4 2 0 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 fraksi etanol dalam residu (Xw) Gambar 4.4 Grafik 1⁄(𝑋𝑑 − 𝑋𝑤) vs Xw 0,18 0,2 0,22 0,24 Diambil dua titik agar bentuk grafik mendekati grafik secara teoritis Kurva 1/(Xd-Xw) vs Xw 8 7 1/(Xd-Xw) 6 5 4 a 3 b 2 1 t 0 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 fraksi etanol dalam residu (Xw) Gambar 4.5 Grafik 1⁄(𝑋𝑑 − 𝑋𝑤) vs Xw Dari grafik didapat: W = 19,3734 mol ; sehingga: ̅̅̅̅̅̅ 𝑦𝑎𝑣 = 0,4659 mol 4.4 Pembahasan Distilat yang diperoleh terbilang sedikit, karena operasi dilakukan dalam waktu yang singkat. Selain itu, volume residu tidak dapat dihitung secara akurat, karena peralatan sulit dibongkar dan volume umpan tidak diketahui. Seharusnya semakin lama operasi distilasi dilakukan, semakin tinggi konsentrasi etanol dalam distilat, sementara konsentrasi etanol dalam residu semakin sedikit. Hal ini dapat dikarenakan karena kesalahan dalam pembacaan indeks bias atau kondisi operasi yang kurang baik. Nilai indeks bias sample yang didapat turun naik, sehingga kurva 1⁄(𝑋𝑑 − 𝑋𝑤) 𝑣𝑠 𝑋𝑤 yang seharusnya menurun menjadi tidak sesuai (turun naik). Hal tersebut bisa saja diakibatkan oleh pengukuran indeks bias yang tidak dilakukan sesegera mungkin, pada saat praktikum tidak ada refraktometer yang dapat digunakan, sehingga pengukuran indeks bias sample yang didapat dilakukan pada hari berikutnya sehingga mungkin saja indeks bias yang didapat sudah tidak akurat karena larutan telah menguap. Untuk menghitung jumlah cairan pada akhir proses, digunakan persamaan Rayleigh, 𝑊𝑜 dimana nilai ln ( 𝑊 ) sama dengan luas di bawah kurva antara 1 (Xd−Xw) vx Xw. Luas di bawah kurva yang diperoleh 0,2975; sedangkan nilai Wo adalah 26,0869 mol. Sehingga nilai W (jumlah cairan pada akhir proses) adalah 19,3734 mol, dari data mol etanol awal dan mol etanol akhir dapat dilihat bahwa terjadi penurunan mol etanol, hal ini sesuai dengan teori bahwa komponen yang lebih mudah menguap dalam hal ini etanol semakin lama akan menguap kemudian didingikan di kondesor dan menjadi fraksi cair di destilat. Dari praktikum didapat ̅̅̅̅̅ 𝑦𝐷 = wo Xwo−wXw wo−𝑤 didapat komposisi distilat rata-rata sebesar 0,4659. Komposisi etanol yang berada di destilat lebih banyak daripada komposisi etanol sebelumnya di umpan, yaitu 0,2384. Hal ini telah sesuai, tetapi etanol-air belum terpisah secara optimal karena komposis air di destilat masih banyak, tetapi seperti yang telah disebutkan sebelumnya hasil praktikum yang didapat tidak sesuai dengan teori dapat disebabkan karena faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses distilasi diantaranya sifat campuran, karakteristik kolom (jenis kolom dan panjang kolom), temperatur, tinggi kolom, rasio refluks, luas permukaan kontak antara fasa gas dan cair, serta koefisien perpindahan massa, mungkin saja dengan pengaturan alat pada saat praktikum, kondisi optimal faktor-faktor yang telah disebutkan belum tercapai untuk memisahkan campuran etanol-air. BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Mol etanol awal = 26,0869 mol, sedangkan jumlah mol etanol akhir adalah 19,3734 mol. Pada destilasi komponen yang lebih mudah menguap (dalam hal ini etanol) akan menguap lebih dulu, kemudian uap tadi akan mengalami proses pendinginan pada kondensor. Didalam kondensor akan terjadi proses perubahan fasa, uap akan berubah menjadi fasa cair yang akan mengalir keluar sebagai distilat. Komposisi destilat rata-rata = 0,4659; komposisi etanol awal (umpan) = 0,2384; komposisi komponen yang lebih mudah menguap di destilat akan lebih besar dari komposisinya di umpan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. “Distilasi”. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung. Anonim. “Modul 2.05 Distilasi”. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB. LAMPIRAN Menentukan Fraksi Mol Etanol p = m =pxv 𝒎 𝒗 Dimana = m MR : Massa jenis etanol = 0.7893 g/mL Massa jenis air = 1 g/mL MR etanol = 46 g/mol MR air = 18 g/mol o n Volume Etanol : Volume Air = 10 : 0 metanol metanol metanol netanol = petanol x vetanol = 0,7893 g/mL x 10 mL = 7,893 gram m = MR netanol = mair = pair x vair mair = 1 g/mL x 0 mL mair = 0 nair = 0 7,893 gram 46 g/mol netanol = 0,1716 mol Fraksi mol etanol (Xetanol) mol etanol Xetanol = mol etanol+mol air 0,1716 mol Xetanol = 0,1716 mol Xetanol = 1 o Volume Etanol : Volume Air = 9 : 1 metanol metanol metanol netanol = petanol x vetanol = 0,7893 g/mL x 9 mL = 7,1037 gram m = MR netanol = 7,1037 gram 46 g/mol netanol = 0,15443 mol Fraksi mol etanol (Xetanol) mol etanol Xetanol = mol etanol+mol air 0,15443 mol Xetanol = (0,15443+0,05556) mol mair = pair x vair mair = 1g/mL x 1 mL mair = 1 gram m nair = MR nair = 1 gram 18 g/mol nair = 0,05556 mol Xetanol = 0,735 o Volume Etanol : Volume Air = 8 : 2 metanol = petanol x vetanol metanol = 0,7893 g/mL x 8 mL metanol = 6,3144 gram m netanol = MR netanol = 6,3144 gram 46 g/mol mair = pair x vair mair = 1 g/mL x 2 mL mair = 2 gram m nair = MR nair = 2 gram 18 g/mol nair = 0,11111 mol netanol = 0,13727 mol Fraksi mol etanol (Xetanol) mol etanol Xetanol = mol etanol+mol air 0,13727 mol Xetanol = (0,13727+0,11111) mol Xetanol = 0,553 o Volume Etanol : Volume Air = 7 : 3 metanol = petanol x vetanol metanol = 0,7893 g/mL x 7 mL metanol = 5,5251 gram m netanol = MR netanol = 5,5251 gram 46 g/mol netanol = 0,12011 mol mair = pair x vair mair = 1 g/mL x 3 mL mair = 3 gram m nair = MR nair = 3 gram 18 g/mol nair = 0,16667 mol Fraksi mol etanol (Xetanol) mol etanol Xetanol = mol etanol+mol air 0,12011 mol Xetanol = (0,12011+ 0,16667) mol Xetanol = 0,419 o Volume Etanol : Volume Air = 6 : 4 metanol = petanol x vetanol metanol = 0,7893 g/mL x 6 mL metanol = 4,7358 gram m netanol = MR netanol = 4,7358 gram 46 g/mol netanol = 0,10295 mol Fraksi mol etanol (Xetanol) mol etanol Xetanol = mol etanol+mol air mair = pair x vair mair = 1 g/mL x 4 mL mair = 4 gram m nair = MR nair = 4 gram 18 g/mol nair = 0,22222 mol 0,10295 mol Xetanol = (0,10295+ 0,22222)mol Xetanol = 0,317 o Volume Etanol : Volume Air = 5 : 5 metanol = petanol x vetanol metanol = 0,7893 g/mL x 5 mL metanol = 3,9465 gram m netanol = MR netanol = 3,9465 gram 46 g/mol mair = pair x vair mair = 1 g/mL x 5 mL mair = 5 gram m nair = MR nair = 5 gram 18 g/mol nair = 0,27778 mol netanol = 0,08579 mol Fraksi mol etanol (Xetanol) mol etanol Xetanol = mol etanol+mol air 0,08579 mol Xetanol = (0,08579 + 0,27778)mol Xetanol = 0,236 o Volume Etanol : Volume Air = 4 : 6 metanol = petanol x vetanol metanol = 0,7893 g/mL x 4 mL metanol = 3,1572 gram m netanol = MR netanol = 3,9465 gram 46 g/mol netanol = 0,06863 mol mair = pair x vair mair = 1 g/mL x 6 mL mair = 6 gram m nair = MR nair = 6 gram 18 g/mol nair = 0,33333 mol Fraksi mol etanol (Xetanol) mol etanol Xetanol = mol etanol+mol air 0,06863 mol Xetanol = (0,06863 + 0,33333)mol Xetanol = 0,171 o Volume Etanol : Volume Air = 3 : 7 metanol = petanol x vetanol metanol = 0,7893 g/mL x 3 mL metanol = 2,3679 gram m netanol = MR netanol = 2,3679 gram 46 g/mol netanol = 0,05148 mol Fraksi mol etanol (Xetanol) mair = pair x vair mair = 1 g/mL x 7 mL mair = 7 gram m nair = MR nair = 7 gram 18 g/mol nair = 0,38889 mol mol etanol Xetanol = mol etanol+mol air 0,05148 mol Xetanol = (0,05148 + 0,38889)mol Xetanol = 0,117 o Volume Etanol : Volume Air = 2 : 8 metanol = petanol x vetanol metanol = 0,7893 g/mL x 2 mL metanol = 1,5786 gram m netanol = MR netanol = 1,5786 gram 46 g/mol mair = pair x vair mair = 1 g/mL x 8 mL mair = 8 gram m nair = MR nair = 8 gram 18 g/mol nair = 0,44444 mol netanol = 0,03432 mol Fraksi mol etanol (Xetanol) mol etanol Xetanol = mol etanol+mol air 0,03432 mol Xetanol = (0,03432 + 0,44444)mol Xetanol = 0,072 o Volume Etanol : Volume Air = 1 : 9 metanol = petanol x vetanol metanol = 0,7893 g/mL x 1 mL metanol = 0,7893 gram m netanol = MR netanol = 0,7893 gram 46 g/mol netanol = 0,01716 mol mair = pair x vair mair = 1 g/mL x 9 mL mair = 9 gram m nair = MR nair = 9 gram 18 g/mol nair = 0,5 mol Fraksi mol etanol (Xetanol) mol etanol Xetanol = mol etanol+mol air 0,01716 mol Xetanol = (0,01716 + 0,5)mol Xetanol = 0,033 o Volume Etanol : Volume Air = 0 : 10 metanol = petanol x vetanol metanol = 0,7893 g/mL x 0 mL metanol = 0 gram m netanol = MR netanol = 0 mair = pair x vair mair = 1 g/mL x 10 mL mair = 10 gram m nair = MR nair = 10 gram 18 g/mol nair = 0,55556 mol Fraksi mol etanol (Xetanol) mol etanol Xetanol = mol etanol+mol air Xetanol = 0 Perhitungan Luas di Bawah Kurva 𝟏⁄(𝑿𝒅 − 𝑿𝒘) vs Xw Luas dibawah kurva = 𝑎+𝑏 𝑥𝑡 2 Luas dibawah kurva = Luas dibawah kurva = 0,2975 Menghitung Wo : ρ x v = 0,8 gr/ml x 1500 ml = 1200 gr Massa etanol Mol etanol (Wo) : 7,14+4,76 𝑥 0,05 2 𝑔𝑟 𝑀𝑟 = 1200 46 = 26,0869 mol Menghitung W dengan Persamaan Rayleigh Persamaan Rayleigh: ln Wo = Luas di bawah kurva W ln 𝑊𝑜 − ln 𝑊 = Luas di bawah kurva ln(26,0869) − ln 𝑊 = 0,2975 3,2614 − ln 𝑊 = 0,2975 ln W = 2,9639 W = 19,3734 mol Menghitung ̅̅̅̅̅̅ 𝒚𝒂𝒗 Wo = 26,0869 mol W = 19,3733 mol XWo = XW = 0,16 ̅̅̅̅̅̅ 𝑦𝑎𝑣 = ̅̅̅̅̅̅ 𝑦𝑎𝑣 = ̅̅̅̅̅̅ 𝒚𝒂𝒗 = 0,4659 mol 𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 26,0869 = 26,0869+83,3333 = 0,2384 wo Xwo−wXw wo−𝑤 (26,0869 x 0,2384)−(19,3734 x 0,16) (26,0869−19,3734)