Uploaded by User32138

rinitis jurnal

advertisement
Bersin dan hidung berair: Haruskah tes alergi dilakukan rutin?
Abstrak
Kebutuan penentuan secara rutin dari subtipe rinitis dengan tes alergi dan kaitannya
dengan gejala alergi telah banyak dilakukan. Sebuah penelitian retrospektif pada
klinik THT rumah sakit tersier. 127 pasien dewasa dengan keluhan bersin dan
hidung berair minimal selama 6 bulan dalam 2 tahun teakhir berturut turut termasuk
dalam kriteria penelitian ini, kisaran usianya 16 sampai 60 tahun. Tes alergi hanya
ditemukan positif pada 43,4% pasien. Rinitis campuran, bersin persisten dan hidung
berair sebagian besar dihubungkan dengan deformitas anatomi terutama deviasi
septum yang diikuti dengan rinitis vasomotor tidak masuk dalam penelitian ini.
Bersin persisten dan hidung berair dapat disebabkan oleh etiologi lain selain selain
alergi. Penentuan subtipe rinitis penting untuk terapi yang akurat pada pasien
dengan gejala tersebut. Dengan mengetahui riwayat medis yang tepat dan
pemeriksaan fisik yang baik dengan tes alergi objektif sangat direkomendasikan.
Kata kunci : rinitis alergi, rinitis non alergi, bersin, hidung berair
Pendahuluan
Rinitis alergi adalah manifestasi paling sering pada penyakit alergi, yang
mempengaruhi hampir 10-25% populasi di dunia. Rinitis alergi ditandai dengan
bersin, rinorea, sekret hidung, hidung tersumbat, mata gatal atau berair dan nyeri
kepala. Gejala yang paling menggangu adalah bersin, hidung berair, gatal, dan
hidung tersumbat. Bagaimanapun setiap gejala rinitis kronis tidak selalu berarti
alergi. Ketika menemukan pasien dengan rinitis kronik, terutama dengan hidung
berair dan bersin, masalah diagnosis ditentukan etiologinya apakah karena alergi
atau non alergi atau kombinasi keduanya.
Dua gejala utama umunya yaitu bersin dan hidung berair dengan atau tanpa gatal,
terutama jika timbulnya persisten, dan terapi untuk alergi dapat langsung diberikan
pada pasien dengan gejala tersebut tanpa tes alergi lebih lanjut. Pendekatan ini
mungkin banyak memakan waktu, terapi berlebihan dengan obat anti alergi dan
memberikan beban ekonomi jika pasien sebenarnya tidak memiliki riwayat alergi.
Kebutuhan penentuan rutin sub tipe rinitis alergi dengan tes alergi dan kaitannya
dengan gejala dan alergi dievaluasi dengan penelitian ini.
Bahan dan metode
Dari september 2008 – 2009, 200 pasien dievalusi pada klinik rinitis alergi. 127
pasien dengan berin persiten dan hidung beair yang berlangsung minimal 6 bulan
pada 2 tahun berturut turut dan pasien yang belum dievaluasi dengan test alergi
termasuk dalam penelitian ini. Pasien berusia kurang dari 16 tahun dan lebih dari
60 than tidak termasuk dalam penelitian (rata rata usia ± standard error = 35,45 ±
1,109). Pasien usia kurang dari 16 tahun dievalusi oleh spesialis alegi pediatrik
pasien yang berusia lebih dari 60 tahun tidak disertakan karena respon kulit yang
buruk terhadap tes alergi. Presentase pasien perempuan dan laki laki beturut turut
68,5 dan 31,5 semua kasus pada penelitian ini dinilai memiliki rinitis alergi. Pasien
tersebut mendapatkan terapi alergi berkali kali sebelumnya. Riwayat spesifik
termasuk pengobatan yang didapat, kondisi emosional, penyakit sistemik dan status
hormonal telah didapatkan. Pemeriksaan THT spesifik, endoskopi, CT, rinometri
akustik, apusan hidung dan tes alergi seperti skin prick test atau tes in vitro telah
dilakukan. Gejala utama yaitu hidung berair, bersin dan pada beberapa hidung
tersembat ringan sampai sedang. Rinorea ditandai dengan khas encer dan bening.
Riwayat keluarga terutama diagnosis klinis menunjukan positif pada sebagian besar
pasien. Semua pasien menunjukan menunjukan konka yang pucat dan edem yang
biasanya khas pada rinitis alergi meskipun bukan merupakan suatu diagnosis.
Konka, septum hidung, jalan napas dan nasofaring diperiksa untuk mengetahui
adanya hipertropi, deviasi perporasi, benda asing, massa, sekret dan lain lain. CTScan digunakan untuk menentukan infeksi sinus kronik, tumor dan struktur
patologis yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Rinometri akustik menunjukan
sumbatan yang reversibel seperti pada alergi, kasus vasomotor atau struktur
patologis pada deviasi septum, konka hipertropi. 11 pasien yang diuji dengan
ELISA karena kontra indikasi pada skin tes. Kontraindikasi pada skin test yaitu
pengguna beta bloker, penyakit jantung, hipertensi dan penyakit sistemik berat. 6
pasien dengan Ig E yang positif pada alergen rumput, 4 pasien positif lemah dan 1
pasien negaif. Total igE juga dicek pada pasien ini, menunjukan hasil yang
bervariasi beberapa pasien dengan total Ig E yang tinggi dan yang lainnya normal.
skin prick test yang digunakan menyertakan kontrol positif dan negatif,
dermatophagoides pteronysinus. D. farinae, tungau, epitel kucing, epite anjing,
campuran bulu bulu, tumbuhan, betulaceae, fagaceae, oleaceae, salicaceae, tree
polens mixture, 5 grass mix, chenopodiacea, compositaea, cockroach, latex,
aspergillus mix, helminthosporium, alternaria,mucor racemous, rhizopus nigricans,
stemphylium botyrosum, alfaalfa dan salsola kali. Jika ruang lebih besar 3 mm dari
kntrol negatif maka dikatakan positif.
Hasil
Tes alergi hanya positif pada 43,4 % pasien. Hampir 14 % hanya memiliki rinitis
alergi, 29,2 % diantaranya memiliki rinitis campuran. Lebih dari separuh pasien
tidak memiliki rinitis alergi miskipun mereka telah mendapat terapi alergi. Pada
25,2 % pasien deviasi septumnasi dan rinitis alergi didiagnosis secara bersamaan.
Pasien dengan septum deviasi murni (25,2%) merupakan penyakit yang paling
banyak didiagnosis diikuti dengan rinitis vasomotor (19,7%) dan rinitis alergi murni
(14,2%) tidak termasuk renitis campuran karena sebagai penyebab bersin persisten
dan hidung beair dalam penelitian ini. 13 Pasien (10,2 %) memiliki polip hidung. 3
pasien ( 2,3%) memiliki polip hidung dan rinitis alergi secara bersamaan.
Rata rata usia pada grup rinitis alergi positif (n = 23) adalah 35,06 ±1,65( rata rata
±standard error), sedangkan nilai pada grup rinitis alergi negatif (n=74) adalah
35,73 ± 1,501). Presentase alergi pada pasien perempuan adalah 41,4 % sedangkan
rasio pada pasien laiki laki yaitu 42,4%
Rinitis geriatri tidak termasuk karena usia pasien. Semua pasien berusia kurang dari
60 tahun kadar hormon tiroid diperiksa pada pasien yang dicurigai, semuanya
negatif. Menariknya, tidak ada apusan hidung yang menunjukan eosinofilia.
Diskusi
Pada penelitian ini kebutuhan pemeriksaan rutin sub tipe rinitis dengan tes alergi
dan kaitannya dengan gejala alergi telah dibahas. Gejala rinitis kronik merupakan
masalah paling banyak yang ditemui dokter. Saat melakukan pendekatan masalah,
tantanga diagnostik adalah untuk menetukan etiologi terutama apakah dari alergi,
non alergi, atau mungkin kombinasi kedua kondisi tersebut. Perkiraan prevalensi
rinitis alergi yaitu 9-42% pada penelitian sebelumnya. Gejalah rinitis kronik yaitu
bersin dan hidung beair drngan atau tanpa gatal dapat dihubungkan dengan faktor
etiologi alergi atau non alergi seperti kronik rinosinositis, rinitis vasomotor NARES
dan deformitas anatomi. Deformitas anatomi termasuk renitis non alergi. Masih
menjadi perdebatan haruskah dilakukan tes alergi secara rutin untuk membedakan
subtipe rinitis atau tidak.
Pasien dengan rinitis alergi sering bersin, hidung berair dan dapat mengalami
hidung dan mata gatal, yang tidak sering dijumpai pada rinitis non alergi.meskipun
gejala utama pada pasien yaitu hidung berair dan bersin dengan sebagian besar
hidung gatal, rinitis alergi murni hanya menjadi penyebab ketiga dari rinitis pada
14,2% pasien. Yang paling penting deviasi septum merupakan penyebab utama
dengan presentase sebesar 25,2% dikuti rinitis vasomotor sebesar 19,7%. Pada
penelitian lainnya menunjukan kesadaran diri pasien terhadap rinitis alergi hanya
terdapat pada 19% subjek dasar diagnosis dokter terhadap rinitis alergi terdapat
pada 13 % subjek. Selanjutnya 725 pasien dilakukan diagnosis klinis ( dinilai
dengan kuisioner dan mengukur IgE spesifik). Pada total 411 pasien yang telah
diperiksa dinyataan memiliki rinitis alergi. Diantara pasien dengan rinitis alergi,
45% tidak pernah didiagnosis oleh dokter. Bagaimanapun penelitian tersebut
menunjukan bahwa rinitis alergi didiagnosis secara berlebihan dan pasien biasanya
mendapat terapi berlebihan pada alergi seperti gejala hidung. Jika mereka tidak
mendapatkan konfirmasi tes alergi. Satu alasan kenapa subtipe rinitis itu penting
yaitu pada kebanyakan kasus, klasifikasi pasien alergi atau non alergi dapat
mempengarui regiment terapi. Penelitian terbaru menunjukan klasifikasi ini tidak
dapat dibuat hanya berdasarkan kepada riwayat gejala alergi. Diagnosis pada
hampir 60% pasien di manipulasi agar memiliki alergi hanya berdasarkan gejala
yang ada. Meskipun terapi standar untuk rinitis alergi dan non alergi sama, subtipe
yang jelas pada penyakit tidak merespon baik pada lini pertama terapi untuk rinitis
alergi. Identifikasi dari subtipe dapat memiliki pengaruh penting terhadap pilihan
terapi
Penggunaan antihistamin oral atau leukotrin bloker secara rutin pada pasien rinitis
non alergi tidak direkomendasikan, regiment terapi biasanya mengadung
antihistamin tidak dapat mengendalikan gejal pasien secara efektif. Anti histmain
topikal atau kotikosteroid topikal dapat digunakan pada rinitis vasootor seperti pada
rentinitis alergi. Bagaimanapun hanya 33,9% (rinitis alergi murni dan rinitis
vasomotor) pasien termasuk dalam kategori tersebut pada penelitian terbaru.
Penting untuk mengidentifikasi tipe lain dar rinitis setelah adanya rekomendari
teraoi yang berbeda pada kasus renitis terutama akibat deformitas anatomi, yang
merupakan subtipe rinitis paling banyak pada penelitian terbaru, antihistamin dan
kortiko steroid topikal tidak efektif untuk rinitis hormonal atau rinitis akibat
pengobatan. Point penting lain yaitu presentase yang besar dari pasien elergi yang
menjalani terapi mungkin masih memiliki gejala yang mengganggu dan mereka
membutukan pengendalian khusus dan imunoterapi, yang membutuhkan tes alergi
25,2% pasien dengan rinitis campuran menderita deviasi septum dan rinitis alergi.
Pasien dengan rinitis campuran harus diberikan terapi pada kedua penyakit tersebut
jika pasien hanya diterapi berdasarkan gejala rinitis alergi mereka mungkin masih
memiliki gejal akibat deformitas anatomi.
Pesan kunci
Penentuan subtipe rinitis penting untuk diagnosis dan terapi yang akurat meskipun
tes alergi subjektif pada alergi murni dan rinitis campuran berguna, tetapi perlu
direkomendasikan dengan bijaksana. Mendapatkan riwayat medis yang sesuai dan
pemeriksaan fisik yang baik dengan tes alergi yang objeektif pasa pasien dengan
hidung berair dan bersin persisten sangatb direkomendasikan.
Download