Upaya Mengatasi Anxiety Disorder Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada Mahasiswa Annisa Salsabila Shofiyah Syarif Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia [email protected] Abstract. Nowadays, mental health is something common to talk about. There have been many studies that discuss mental health problems. One of the mental health disorders that is usually experienced by someone is anxiety disorder. Anxiety disorder can be one of the symptoms of depression so that this disorder must get the right treatment as early as possible to avoid worse conditions. If left unresolved, this anxiety disorder can interfere with someone’s performance in running their daily activities. There are two types of treatment that can be done to overcome anxiety disorder. First, patient won’t be needing a therapist. This treatment is suggested only for patient with mild anxiety disorder. Secondly, patient will be needing a therapist to perform this treatment called Cognitive Behavioral Therapy. This type of treatment is recommended for patient who has severe anxiety disorder. Keywords: anxiety, study, mental health, therapy 1. PENDAHULUAN Saat ini, kondisi kesehatan mental sudah menjadi hal yang biasa di dunia (Ahmedani, 2011). Sebagai tambahan, beban kondisi kesehatan mental ini diprediksi akan meningkat pada 20 tahun kedepan (Mathers & Loncar, 2006). Gangguan kesehatan mental menyumbangkan sekitar sepertiga dari gangguan kesehatan di dunia di kalangan orang dewasa. Akan tetapi, ada banyak intervensi yang dapat dilakukan pada pola pengasuhan anak, di sekolah, dan di kantor, yang dapat meningkatkan kondisi kesehatan mental dan produktivitas (Jane-Llopis et al., 2011). Dewasa ini, kesehatan mental di Indonesia sudah menjadi hal yang sudah cukup lazim untuk dibicarakan dan dianggap sebagai salah satu indikator kesehatan yang cukup serius. Para akademisi dari berbagai kalangan telah banyak yang berlomba-lomba untuk meneliti hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan mental. Kesehatan mental merupakan topik yang dapat diulas dari berbagai macam sudut pandang dan menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Perkembangan ilmu kesehatan mental membuka banyak tingkatan baru dari kesehatan mental seorang manusia. Seorang manusia merupakan individu yang sangat kompleks dan tidak bisa dipahami hanya dari satu sisi saja. Ada banyak faktor dari berbagai hal yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seorang individu dalam menjalani kehidupannya. Salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya masalah kesehatan mental adalah tekanan sosial dan akademik yang dirasakan seseorang terutama pada kalangan mahasiswa kedokteran. Mahasiswa kedokteran dikenal memiliki tuntutan yang sangat banyak terutama dalam kehidupan perkuliahannya di universitas. Hal ini terjadi karena mahasiswa kedokteran harus dapat menjadi seorang dokter yang memiliki kompetensi yang memadai dari berbagai aspek akademis maupun sosial. Mahasiswa kedokteran harus dapat memenuhi aspek-aspek yang dituntut tersebut. Beratnya tuntutan yang dihadapi mahasiswa kedokteran membuat mental para mahasiswa kedokteran tersebut menjadi sangat rentan untuk mengalami gangguan. Salah satu gangguan kesehatan mental yang memungkinkan untuk didapati pada mahasiswa kedokteran adalah gangguan kecemasan atau anxiety disorder. Anxiety disorder atau gangguan kecemasan merupakan gangguan kesehatan mental yang umum terjadi. Gangguan kecemasan ini biasa dikaitkan dengan perasaan takut, gugup, gelisah, panik, hingga melibatkan kesehatan sistem kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, maupun sistem saraf (Martin, 2003). Selain itu, gangguan kecemasan telah ditemukan sebagai gangguan kesehatan mental yang berkaitan dengan gejala depresi dan stress (Newman, Llera, Erickson, Przeworski, & Castonguay, 2011). Gangguan kecemasan juga dapat dicirikan dengan kecemasan atau kekhawatiran berlebihan pada beberapa aktivitas seperti performa di pekerjaan atau di sekolah yang sulit dikendalikan oleh seorang individu. Beberapa gejala yang dapat ditemukan yaitu merasa gelisah, mudah lelah, sulit berkonsentrasi, pikiran kosong, mudah marah, menegangnya otot, dan kesulitan untuk tidur (Patriquin & Mathew, 2017). Penderita gangguan kecemasan biasanya mengalami kekhawatiran berlebihan hingga enam bulan lamanya pada kegiatannya sehari-hari (Martin, 2003). Mahasiswa kedokteran yang mengalami gangguan kecemasan tentu akan sangat mengkhawatirkan, karena masalah pada kesehatan mental tentunya akan dapat menganggu kesehatan tubuh mahasiswa itu sendiri sehingga dapat menyebabkan menurunnya performa mahasiswa kedokteran dalam menjalani kehidupan perkuliahannya. Oleh karena itu, peneliti akan mengkaji lebih dalam tentang apa yang menjadi penyebabpenyebab utama mahasiswa kedokteran dalam mengalami gangguan kecemasan dan berusaha mencari upaya untuk mengatasi gangguan kecemasan tersebut berdasarkan penyebabnya melalui studi pustaka. 2. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi objek yang alami, peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, data yang dihasil kan bersifat deskriptif, analisis data di lakukan secara induktif, dan penelitian ini lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sedarmayanti dan Hidayat, 2011: 33). Peneliti akan melakukan wawancara kepada mahasiswa kedokteran dengan rentang usia 18 hingga 20 tahun dan menyimpulkan hasil penelitian dari wawancara tersebut. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari wawancara yang dilakukan kepada beberapa mahasiswa kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan rentang usia 18 hingga 20 tahun, peneliti mendapatkan hasil wawancara sebagai berikut. Narasumber pertama mengatakan bahwa dia sering mengalami kecemasan yang berlebihan. Dia mengatakan bahwa penyebab utama kecemasan berlebihan yang dia rasakan adalah tugas akademik. Kemudian, dia juga mengatakan bahwa penyebab lain dari kecemasan berlebihannya adalah kecemasan yang ia rasakan pada tujuan hidupnya. Dia juga menjelaskan bahwa caranya untuk mengatasi kecemasan berlebihan tersebut adalah dengan cara menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya dan memperbanyak ibadah. Narasumber kedua mengatakan bahwa dia tidak sering mengalami kecemasan yang berlebihan. Dia mengatakan bahwa penyebab utama kecemasan berlebihan yang dia rasakan adalah ketika dia harus melakukan public speaking. Dia juga menjelaskan bahwa kecemasan berlebihan yang dia rasakan saat melakukan public speaking belum bisa dia atasi. Narasumber ketiga mengatakan bahwa dia tidak sering mengalami kecemasan yang berlebihan. Dia mengatakan bahwa penyebab utama kecemasan berlebihan yang dia rasakan adalah ketika dia harus menghadapi ujian Objective Structured Clinical Examination atau biasa disingkat OSCE. Kemudian, dia juga mengatakan bahwa penyebab lain dari kecemasan berlebihannya adalah ketika dia melihat teman-temannya yang lain mendapatkan nilai-nilai yang bagus. Dia juga menjelaskan bahwa caranya untuk mengatasi kecemasan berlebihan tersebut adalah dengan berdoa, meminta doa pada orangtua, dan tidur. Narasumber keempat mengatakan bahwa dia tidak sering mengalami kecemasan yang berlebihan. Dia mengatakan bahwa penyebab utama kecemasan berlebihan yang dia rasakan adalah masalah akademik. Kemudian, dia juga mengatakan bahwa penyebab lain dari kecemasan berlebihannya adalah masalah kepanitiaan di kampus yang membuatnya pusing. Dia juga menjelaskan bahwa caranya untuk mengatasi kecemasan berlebihan tersebut adalah dengan tidur untuk melupakan masalah-masalah tersebut. Narasumber kelima mengatakan bahwa dia sering mengalami kecemasan yang berlebihan. Dia mengatakan bahwa penyebab utama kecemasan berlebihan yang dia rasakan adalah ketika dia akan menghadapi ujian. Kemudian, dia juga mengatakan bahwa penyebab lain dari kecemasan berlebihannya adalah nilai-nilai akademik yang dia dapatkan. Dia juga menjelaskan bahwa caranya untuk mengatasi kecemasan berlebihan tersebut adalah dengan beribadah. Berdasarkan hasil wawancara di atas, penyebab utama mahasiswa kedokteran Universitas Sebelas Maret mengalami kecemasan berlebihan adalah ketika mereka akan menghadapi ujian-ujian akademik. Kemudian, penyebab kedua mahasiswa kedokteran Universitas Sebelas Maret mengalami kecemasan yang berlebihan adalah nilai-nilai akademik mereka. Lalu, penyebab ketiga mahasiswa kedokteran Universitas Sebelas Maret mengalami kecemasan yang berlebihan adalah saat mereka akan melakukan public speaking. Kemudian, peneliti melakukan studi pustaka untuk menemukan upaya untuk mengatasi kecemasan berlebihan tersebut. Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah peneliti lakukan, didapatkan beberapa upaya untuk mengatasi kecemasan berlebihan seperti sebagai berikut. Semua pasien dengan gangguan kecemasan yang berlebihan membutuhkan pembicaraan yang suportif dan perhatian pada masalah emosional yang mereka rasakan. Pasien juga membutuhkan edukasi psikologis yang mencakup informasi tentang fisiologi tubuh dan gejala-gejala kecemasan berlebihan serta kemungkinan pengobatan yang tersedia. Pembicaraan yang suportif ini dapat dilakukan pasien dengan keluarga atau teman-teman terdekatnya. Banyak pasien gangguan kecemasan yang berlebihan yang memerlukan intervensi dari pihak medis sehingga pasien memerlukan rawat jalan (Zwanzger, 2018). Solusi berikutnya yang bisa dilakukan pasien dengan gangguan kecemasan yang berlebihan adalah dengan berolahraga, seperti olahraga aerobik yaitu dengan cara joging 5 kilometer sebanyak tiga kali dalam seminggu. Pasien juga dapat diminta melakukan hipnosis ataupun pengobatan tambahan seperti akupunktur (Zwanzger, 2018). Namun, ada solusi lainnya yang merupakan solusi yang dinilai efektif untuk mengatasi gangguan kecemasan yang berlebihan tersebut. Solusi ini bernama Cognitive Behavioral Therapy atau CBT. CBT membantu kita untuk lebih mengerti tentang bagaimana pikiran manusia berfungsi karena hal ini berdasar pada neuroscience, penelitian, dan psikologi sains. CBT adalah pengobatan yang efektif untuk anxiety disorder dan biasanya mengarahkan kita untuk menurunkan kecemasan. Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa terapi ini setara dengan pengobatan dengan obat-obatan dan lebih efektif dalam enam bulan setelah pemeriksaan berkala (Borza, 2017). CBT sebagai pengobatan untuk anxiety disorder meliputi pengembangan dari analisis fungsional, pemberian informasi melalui edukasi psikologi, dan penelitian yang akan menghasilkan sikap dan emosi yang baru (eksposisi dan relaksasi), serta pendekatan kognitif (Borza, 2017). Analisis fungsional memungkinkan kita untuk mengetahui tempat, waktu, frekuensi, intensitas, dan pada kondisi apa sebuah respon anxiety terpicu. Hal ini dilakukan dengan pasien dan digabungkan dengan faktor-faktor yang dapat mempersulit keadaan. Analisis fungsional ini sangat penting untuk mempermudah terapi karena hal ini dapat mempermudah pengenalan makna penting dari psikologi. Hal ini memungkinkan kita untuk memvisualisasikan keadaan mental dari seseorang (Borza, 2017). Kemudian, langkah berikutnya adalah edukasi psikologi. Langkah ini sangat penting untuk memungkinkan kita mengerti tentang apa yang akan menjadi instrumen-instumen terapi dan memfasilitasi peningkatan motivasi untuk berubah. Pasien mulai memiliki pemikiran yang baru akan sikap apa yang paling memungkinan untuk berguna baginya (Borza, 2017). Pendekatan emosional dan perilaku merupakan hal yang paling disukai oleh pasien. Ahli terapi mencoba untuk mengajarkan relaksasi yang berguna untuk menciptakan emosi yang positif, tetapi bukan untuk mengatur emosi yang negatif (Borza, 2017). Dimensi perilaku yang ada di dalam CBT merupakan hal yang paling penting. Pasien akan mampu menunjukkan diri mereka kepada emosi mereka sendiri. Pasien juga akan mampu untuk mempelajari cara untuk mengatasi faktor-faktor yang mempersulit mereka dan menghindari perilaku yang akan menguntungkan anxiety disorder mereka (Borza, 2017). 4. SIMPULAN Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa gangguan kecemasan yang berlebihan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang paling banyak menyebabkan gangguan kecemasan yang berlebihan pada mahasiswa kedokteran Universitas Sebelas Maret adalah masalah akademik dan nilai-nilai dari ujian yang mereka dapatkan. Kemudian, peneliti melakukan studi pustaka untuk mencari solusi untuk mengatasi gangguan kecemasan tersebut yaitu dengan cara berolahraga, hipnosis, dan terapi Cognitive Behavioral Therapy atau CBT. Terapi CBT ini sendiri dinilai sebagai solusi yang cukup efektif untuk mengatasi gangguan kecemasan yang berlebihan. 5. SARAN Gangguan kecemasan yang berlebihan tidak dapat dianggap remeh terutama oleh mahasiswa kedokteran Universitas Sebelas Maret yang memiliki banyak tuntutan dalam bidang akademiknya. Apabila gangguan kecemasan yang berlebihan ini menjadi semakin serius, pasien dapat menemui ahli terapi terdekat untuk mendapatkan terapi sesegera mungkin sebelum berubah menjadi gejala depresi dan gangguan kesehatan mental yang lebih fatal. . 6. DAFTAR PUSTAKA Ahmedani, B. K. (2011). Mental Health Stigma: Society, Individuals, and the Profession. Journal of Social Work Values Ethics, 8(2), 1–14. Borza, L. (2017). Cognitive-behavioral therapy for generalized anxiety. 203–208. Jane-Llopis, E., Anderson, P., Stewart-Brown, S., Weare, K., Wahlbeck, K., McDaid, D., … Litchfield, P. (2011). Reducing the silent burden of impaired mental health. Journal of Health Communication, 16(SUPPL. 2), 59–74. https://doi.org/10.1080/10810730.2011.601153 Martin, P. (2003). The epidemiology of anxiety disorders: a review. Dialogues in Clinical Neuroscience, 5(september), 281–298. Mathers, C. D., & Loncar, D. (2006). Projections of global mortality and burden of disease from 2002 to 2030. PLoS Medicine, 3(11), e442. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.0030442 Newman, M. G., Llera, S. J., Erickson, T. M., Przeworski, A., & Castonguay, L. G. (2011). Worry and Generalized Anxiety Disorder: A Review and Theoretical Synthesis of Evidence on Nature, Etiology, Mechanisms, and Treatment. (Barlow 1988), 275–297. https://doi.org/10.1146/annurev-clinpsy-050212-185544.Worry Patriquin, M. A., & Mathew, S. J. (2017). The Neurobiological Mechanisms of Generalized Anxiety Disorder and Chronic Stress. Chronic Stress, 1, 247054701770399. https://doi.org/10.1177/2470547017703993 Zwanzger, P. (2018). Treatment of anxiety disorders. MMW-Fortschritte Der Medizin, 160(17), 48– 54. https://doi.org/10.1007/s15006-018-0025-z 7. LAMPIRAN Narasumber 1 Nama: Aisyah Dhiya S NIM: G0018010 Umur: 18 tahun Asal: Karanganyar Apakah kamu pernah mengalami kecemasan yang berlebihan: Ya Seberapa sering kamu mengalami kecemasan yang berlebihan: Sering Biasanya, apa faktor utama/penyebab utama kamu mengalami kecemasan tersebut: Tugas Adakah faktor lainnya/penyebab lainnya kamu mengalami kecemasan tersebut: Tujuan hidup Ketika mengalami kecemasan tersebut, bagaimana cara kamu untuk menyikapi/mengatasinya: Buruan diselesaiin tugasnya, banyakin ibadah Narasumber 2 Nama: Aldona Akhira Susanto NIM: G0018012 Umur: 18 tahun Asal: Wonogiri Apakah kamu pernah mengalami kecemasan yang berlebihan: Ya Seberapa sering kamu mengalami kecemasan yang berlebihan: Tidak sering Biasanya, apa faktor utama/penyebab utama kamu mengalami kecemasan tersebut: Public speaking Adakah faktor lainnya/penyebab lainnya kamu mengalami kecemasan tersebut: Tidak ada Ketika mengalami kecemasan tersebut, bagaimana cara kamu untuk menyikapi/mengatasinya: Belum teratasi Narasumber 3 Nama: Adissa Dinda K NIM: G0018004 Umur: 18 tahun Asal: Cilacap Apakah kamu pernah mengalami kecemasan yang berlebihan: Ya Seberapa sering kamu mengalami kecemasan yang berlebihan: Tidak sering Biasanya, apa faktor utama/penyebab utama kamu mengalami kecemasan tersebut: Ujian OSCE Adakah faktor lainnya/penyebab lainnya kamu mengalami kecemasan tersebut: Temen-temen nilainya pada bagus Ketika mengalami kecemasan tersebut, bagaimana cara kamu untuk menyikapi/mengatasinya: Berdoa, minta doa sama orangtua, tidur Narasumber 4 Nama: Arianti Maisyaroh NIM: G0018026 Umur: 19 tahun Asal: Solo Apakah kamu pernah mengalami kecemasan yang berlebihan: Ya Seberapa sering kamu mengalami kecemasan yang berlebihan: Tidak sering Biasanya, apa faktor utama/penyebab utama kamu mengalami kecemasan tersebut: Akademik Adakah faktor lainnya/penyebab lainnya kamu mengalami kecemasan tersebut: Kepanitiaan yang membuatku pusing Ketika mengalami kecemasan tersebut, bagaimana cara kamu untuk menyikapi/mengatasinya: Tidur dan melupakan semua itu Narasumber 5 Nama: Almira Kirana NIM: G0018014 Umur: 18 tahun Asal: Malang Apakah kamu pernah mengalami kecemasan yang berlebihan: Ya Seberapa sering kamu mengalami kecemasan yang berlebihan: Sering Biasanya, apa faktor utama/penyebab utama kamu mengalami kecemasan tersebut: Mau ujian Adakah faktor lainnya/penyebab lainnya kamu mengalami kecemasan tersebut: Nilai Ketika mengalami kecemasan tersebut, bagaimana cara kamu untuk menyikapi/mengatasinya: Beribadah