Decision Support System Seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, bahwa DSS merupakan suatu sistem informasi yang diharapkan dapat membantu manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Dalam sistem informasi yang diterapkan oleh Bank BTN, bahwasanya decision support system dalam proses penentuan pemberian kredit ialah dengan cara proses BI checking atau pengecekan data calon nasabah yang dibantu oleh BI (Bank Indonesia) dalam penyediaan data. Data yang diterima oleh bank BTN dari BI berupa track record dari calon nasabah yang terdapat di bank-bank lain. Karena BI menyimpan semua transaksi yang terdapat di bank-bank seluruh indonesia, baik data debit maupun kredit. Penginputan data yang dilakukan oleh BI dan BTN agar salin terhubung ialah dengan menggunakan media online yaitu SID (Sistem Informasi Debitur). Saat ini, sistem informasi peminjaman yang dilakukan oleh Bank BTN sudah menggunakan sistem informasi berbasis E-Loan dengan beberapa penerapannya sudah dapat dilakukan secara mandiri oleh outlet-outlet KCP (Kantor Cabang Pembantu) yang memiliki informasi debitur. Penggunaan sistem informasi berbasis E-Loan memiliki beberapa tingkatan proses dalam menjalankan aktivitasnya (SOP - nya), diantaranya : 1. DEO ( Data Entry Operator ) DEO atau Data Entry Operator merupakan proses dari sistem informasi dalam manajemen yang dimana dilakukan oleh divisi loan di outlet KCP yang bersangkutan. Aktivitas DEO tersebut antara lain menginput data dan melakukan BI checking . Yang dimana hasil report tersebut dapat menentukan lolos atau tidaknya pemberian kredit. 2. Analisis Data Analisis data merupakan proses menganalisa data-data yang diberikan dari debitur tentunya setelah dijalankan oleh DEO, dengan aktivitas terkait diantaranya memverifikasi data dan memeriksa keabsahan dari data yang diberikan. Dalam proses pemeriksaan tersebut terkadang analis memerlukan kunjungan ke lokasi calon debitur. 3. Approval Approval merupakan tahapan persetujuan sebelum menentukan diterima atau tidaknya pengajuan kredit tersebut. Alur Sistem Pemberian Kredit bagi Nasabah di Bank BTN 1. Proses pengajuan pinjaman nasabah Calon debitur (pemohon kredit) dapat mengajukan permohonan kredit dengan sistem e-loan untuk persetujuan pemberian kredit baru. Nanti setiap formulir online yang diajukan akan diinput datanya oleh DEO (Data Entry Operator) dan untuk menganalisis BI Checking dari data debitur. Jika dalam BI Checking ditemukan bahwa kolektibilitas (umur tunggakan hutang) debitur adalah 1 dan 2, maka berkas yang diajukannya akan dilanjutkan. Sedangkan pengajuan berkas untuk data debitur dengan kolektibilitas 3,4, dan 5 akan ditolak. 2. Proses analisis kredit oleh pihak bank (proses) Setelah petugas kredit menginput data calon debitur, maka user loan akan menerima berkas dan kemudian menganalisis kelengkapan data dan menelusuri data pemohon kredit. Adapun tahapan langkah-langkah lengkapnya adalah sebagai berikut: 1. Validasi data ( lengkap/tidak) 2. Verifikasi keabsahan data debitur. Dalam tahap verifikasi ini, petugas loan bila perlu dapat melakukan kunjungan ke debitur untuk melihat usaha atau konfirmasi berbagai keterangan dari berkas yang telah diajukan. 3. Menginput data dari pengisian formulir permohonan kredit Keputusan pemberian kredit pinjaman (output) Setelah dianalisis oleh analis kreditnya, maka dalam tahap persetujuan ada pembagian kewenangan. Untuk dana pinjaman sebesar 0-350 juta adalah kewenangan Head Loan service , untuk dana pinjaman 350-750 juta adalah kewenangan Deputy Branch Manager , dana pinjaman sebesar 1 milyar ke atas adalah kewenangan Branch Risk Compliant Officer . Setelah pengajuan kredit diterima, maka untuk penerbitan SP3K (Surat Persetujuan Pemberian Kredit) atau melaksanakan Akad, maka berkas akan dikembalikan ke outlet asal, dimana debitur mengajukan berkas sebelumnya. Dalam proses penerbitan SP3K, BTN bersama dengan notaris dan debitur membuat perjanjian tentang peminjaman kredit. Untuk proses pencairan dana akan dilakukan di kantor cabang dan dana dicairkan ke rekening BTN debitur. Saran untuk Future Development dalam Implementasi SIM di Bank BTN Memang dari sisi Bank BTN, pengembangan aplikasi SIM di perusahaannya sudah cukup memadai, terutama dengan fasilitas e-loan dan e-coll sejak tahun 2010. Namun demikian, pengajuan kredit dengan e-loan ini mengandung beberapa resiko. Pertama , pengajuan berkas permohonan kredit secara online dan proses pemeriksaan melalui BI Checking masih memiliki beberapa masalah. Seperti halnya banyak data nama ganda di sistem BI Checking sehingga akhirnya dapat meloloskan calon debitur yang sebenarnya memiliki data kolektibilitas 3-5 atau sebaliknya membuat calon debitur yang namanya sama dengan data di Checking (padahal bukan dia) membuat pengajuan kreditnya ditolak oleh pihak Bank BTN. Kedua , tidak semua nasabah dan calon debitur di Bank BTN paham dengan penggunaan ini sehingga perlu untuk dilakukan sosialisasi kepada para nasabah dan debitur sehingga e-loan ini dapat beroperasi dengan semakin efektif. Ketiga , adalah keamanan data dengan sistem e-loan dan e-coll juga perlu untuk dilindungi dari pihak-pihak lain yang ingin mencuri atau membajak data pengajuan kredit lewat media online. Selain itu, dalam bekerjasama dengan vendor IT, pihak Bank BTN juga harus mengusahakan agar dana yang dikeluarkan untuk mengembangkan aplikasi SIM tersebut sesuai dengan kebutuhan dan rencana jangka pendek dan rencana jangka panjangnya, serta dapat terjadi transfer keahlian kepada karyawan tetap bidang TI di bank BTN (baik kantor pusat, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu).