MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATAL PREMATUR DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 - A.2 / SEMESTER VII 1. MITA AYU UTAMI ( 041 STYC 15 ) 2. RIWIATUL HASANAH ( 059 STYC 15 ) 3. M. JEFRI ( 043 STYC 15 ) YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1 MATARAM 2018 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang kita bisa beraktivitas dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara menuntut ilmu. Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan kepada tauladan semua umat Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan melalui Al-Qur’an dan Sunnah, serta semoga kesejahteraan tetap tercurahkan kepada keluarga beliau, para sahabat-sahabatnya dan kaum muslimin yang tetap berpegang teguh kepada agama Islam. Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Ibu Fitri Rhomadonika, S. Kep,.Ners. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Komperehensif yang telah memberikan bimbingan dan masukan sehingga Makalah “Asuhan Keperawatan Pada Neonatal Prematur” ini dapat tersusun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Semoga amal baik yang beliau berikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T. Akhir kata semoga Makalah ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Mataram, 23 Desember 2018 Penulis, (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2 1.3 Tujuan ................................................................................................... 2 1.4 Manfaat ................................................................................................. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar Pada Neonatal Prematur ................................................4 2.1.1 Pengertian ....................................................................................4 2.1.2 Etiologi ........................................................................................4 2.1.4 Klasifikasi ....................................................................................6 2.1.4 Manisfestasi Klinis .......................................................................7 2.1.5 Patofisiologi .................................................................................8 2.1.6 Pathway ........................................................................................9 2.1.7 Pemeriksaan Penunjang .............................................................10 2.1.8 Komplikasi .................................................................................10 2.1.9 Penatalaksanaan .........................................................................11 2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Neonatal Prematur .....................18 2.2.2 Pengkajian ..................................................................................18 2.2.2 Diagnosa.....................................................................................20 2.2.3 Intervensi ....................................................................................20 BAB III PENUTUP 4.1 Kesimpulan .........................................................................................22 4.2 Saran ....................................................................................................22 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................23 (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang normal (37 minggu) dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan fisik. Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan badan 1500 gram atau kurang saat lahir, sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan sering di anggap sebagai periode kehamilan pendek (Nelson 1988 dan Sacharin 1996). Masalah Kesehatan pada bayi prematur, membutuhkan asuhan keperawatan, dimana pada bayi prematur sebaiknya dirawat di rumah sakit karena masih membutuhkan cairan-cairan dan pengobatan /serta pemeriksaan Laboratorium yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan terapi pada bayi dan anak yang meliputi peran perawat sebagai advokad, fasilitator, pelaksanaan dan pemberi asuhan keperawatan kepada klien. Tujuan pemberian pelayanan kesehatan pada bayi prematur dengan asuhan keperawatan secara komprehensif adalah untuk menyelesaikan masalah keperawatan 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagiamana Konsep Dasar Teori pada Neonatal Prematur? 1.2.1.1 Apa Pengertian Neonatal Prematur? 1.2.1.2 Apa Saja Klasifikasi Neonatal Prematur? 1.2.1.3 Apa Saja Etiologi Neonatal Prematur? 1.2.1.4 Bagaiamana Patofisiologi Neonatal Prematur? 1.2.1.5 Bagaimana Pathway Neonatal Prematur? 1.2.1.6 Bagaimana Manifestasi Klinis Neonatal Prematur? 1.2.1.7 Bagaiamana Pemeriksaan Diagnostik Neonatal Prematur? 1.2.1.8 Bagaiamana Penatalaksanaan Neonatal Prematur? (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 1 1.2.1.9 Bagaimana Komplikasi Neonatal Prematur? 1.2.2 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Neonatal Prematur? 1.2.2.1 Bagaimana Pengkajian Neonatal Prematur? 1.2.2.2 Bagaimana Diagnosa Neonatal Prematur? 1.2.2.3 Bagaimana Intervensi Neonatal Prematur? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Untuk Mengetahui Bagiamana Konsep Dasar Teori Pada Neonatal Prematur 1.3.1.1 Untuk Mengetahui Pengertian Neonatal Prematur. 1.3.1.2 Untuk Mengetahui dan Memahami Apa saja Klasifikasi Neonatal Prematur. 1.3.1.3 Untuk Mengetahui dan Memahami Apa Saja Etiologi Neonatal Prematur. 1.3.1.4 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaiamana Patofisiologi Neonatal Prematur. 1.3.1.5 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Pathway Neonatal Prematur. 1.3.1.6 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Manifestasi Klinis Neonatal Prematur. 1.3.1.7 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaiamana Pemeriksaan Diagnostik Neonatal Prematur. 1.3.1.8 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaiamana Penatalaksanaan Neonatal Prematur. 1.3.1.9 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Komplikasi Neonatal Prematur. 1.3.2 Untuk Mengetahui dan Memahami Konsep Asuhan Keperawatan Neonatal Prematur 1.3.2.1 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Pengkajian Neonatal Prematur. 1.3.2.2 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Diagnosa Neonatal Prematur (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 2 1.3.2.3 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Intervensi Neonatal Prematur 1.4 Manfaat Penulisan Dengan dibuatkannya makalah “Makalah Asuhan Keperawatan pada Neonatal Prematur” ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam mengetahui dan memahami mengenai bagaimana Konsep dasar dan konsep asuhan keperawatan pada Neonatal Prematur. (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar Teori Prematur 2.1.1 Pengertian Bayi prematur adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Bayi prematur adalah neonatus dengan Berat Badan Lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (Tanto, 2014). Dalam hal ini dibedakan menjadi : a. Prematuris murni yaitu bayi pada kehamilailan <37 minggu dengan berat badan sesuai. b. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004) Prematoritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus. 2.1.2 Etiologi Prematuris adalalah penyebab utama dari kematian perinatal di negara idiopatik, meskipun pada beberapa kasus disebabkan oleh infeksi, kelainan uterus, inkompetensia serviks dan kelainan plasenta. Etiologi prematur adalah : 1) Demografi a. Insidens bertambah 1. Batas usia teratas dadan terbawah mungkin berkaitan dengan campuran faktor lainnya. 2. Status sosial ekonomi yang rendah (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 4 3. Prenatal care yang tidak adekuat. 4. Ras beberapa penelitian melaporkan kenaikan dua kali lipat kulit hitam. 2) Gaya hidup dan pekerjaan a. Terbukti menaikkan insidens 1. Merokok 2. Penggunaan obat-obatan (drug ust) b. Mungkin insidens naik 1. Berdiri terlalu lama 2. Kelelahan kerja dan kerja terlalu lama 3. Kerja berat mengangkat berat pada pasien yang mempunyai predisposisi melahirkan prematur. 3) Riwayat Reproduksi Faktor utama dalam menetapkan resiko pada kehamilan yang sedang berlangsung. 4) Anomali uterus Lelomiomata pada uterus bisa juga meningkatkan insidens partus prematurus. 5) Kenaikan berat badan Berat badan yang rendah atau kenaikan berat badan yang sedikit bisa meningkatkan resiko. 6) Anemia a. Alat prediksi yang paling lemah. b. Kemungkinan berkaitan dengan faktor resiko lainnya. 7) Ukuran uterus dan kelainan plasenta Uterus yang menggelembung (distended) bisa memperbesar perbentukan junction. a. Kehamilan ganda b. Polihramnnion Faktor yang dapat mendorong timbulnya prematuritas adalah : 1) Faktor ibu adalah meliputi : a. Usia dibawah 20 tahun atau di atas 35 tahun. (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 5 b. Penyakit yang diderita ibu, misalnya pendarahan antepartum, trauma psikis, toksimia gravidarum. c. Hipotensi tiba-tiba d. Pre eklami dan eklamsi e. Multigravida yang !arak kehamilannya terlalu dekat. f. Keadaan sosial ekonomi rendah g. Ibu perokok, peminum alkohol. 2) Faktor janin adalah : a. Kehamilan ganda b. Kelainan kromosom c. Infeksi dalam kandungan d. KPD 3) Faktor lingkungan a. Tempat tinggal b. Radiasi c. Zat – zat racun (Adnyanti, 2011). 2.1.3 Klasifikasi a. Bayi prematur digaris batas 1) 37 mg, masa gestasi 2) 2500 gr, 3250 gr 3) 16 % seluruh kelahahiran hidup 4) Biasanya normal 5) Masalah : ketidak stabilan, kesulitan menyusui, ikterik, RDS mungkin muncul. 6) Penampilan : Lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo banyak, genitalia kurang berkembang. b. Bayi prematur sedang 1) 31 mg - 36 gestasi 2) 1500 gr - 2500 gram 3) 6 % - 7 % seluruh kelalahiran hidup (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 6 4) Masalah: Ketidak stabilan, pengaturan glukosa, RDS, ikterik, anemia, infeksi, kesulitan menyusu. 5) Penampilan : Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah, kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak. c. Bayi Sangat Prematatur 1) 24 mg - 30 mg gestasi 2) 500 gr - 1400 gr 3) seluruh kelahiran hidup 4) Masalah : semua 5) Penampilan : Kecil tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, kedua mata mungkin berdempetan (Tanto, 2014). 2.1.4 Manisfestasi Klinis Karakteristik bayi prematur adalah : 1) Berat badan kurang dari 2500 gram 2) Panjang badan kurang dari 45 cm 3) Lingkar kepala kurang dari 33 cm 4) Lingkar dada kurang dari 30 cm 5) Kepala lebih besar dari badan 6) Kulit tipis transparan 7) Lanugo (bulu-bulu) banyak terutama di dahi, pelipis dan telinga dan tangan. 8) Lemak subkutan kurang. 9) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita). Pada laki-laki tester belum turun. 10) Rambut tipis, halus. 11) Tulang rawan di daun telinga masih kurang sempurna. 12) Putting susu belum terbentuk dengan baik. 13) Pergerakan kurang dan lemah. 14) Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnae. (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 7 15) Reflek tonus lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batul belum sempurna. 16) Kulit tampak mengkilat dan licin (Adnyanti, 2011). 2.1.5 Patofisiologi Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui secara jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yang masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayi untuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar. (Tanto, 2014). (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 8 2.1.6 Pathway/WOC Etiologi Faktor Plasenta Faktor Ibu Faktor Janin Persalinan Preteren/Prematur Penguapan berlebihan Pemaparan dgn suhu luar Kehilangan cairan Imaturitas termoregulasi Dehidras i Lemak subkutan kurang Kulit tipis, halus, mudah lecet Panas tubuh berkurang Resiko kerusakan integritas kulit Kehilangan panas Resiko kekurangan volume cairan Respon menggigil Melalui kulit Hipotermia Imaturitas organ-organ Imaturitas integumen Permukaan tubuh relative lebih luas Pembakaran lemak metabolisme Resiko infeksi Nutrisi kurang dari kebutuhan Suplai O2 dalam darah menurun Malnutrisi Pola nafas tidak efektif (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) Gangguan pertukaran gas Resiko infeksi Sepsis Hipoglikemi Perfusi O2 ke jaringan Penurunan daya tahan tubuh Kekurangan cadangan energi Reflek menghisap belum sempurna Gangguan aliran darah Sistem kekebalan tubuh belum sempurna Hipoksia Imaturitas paru-paru Tonus otot menurun Tidak terbentuk surfaktan Intoleransi aktifitas Hipoksia Volume paru menurun Ketidakefektifan pola nafas 9 2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Tergantung pada adanya masalah dan komplikasi sekunder 1) Darah lengkap untuk deteksi adanya penurunan atau peningkatan kadar hemoglobin. 2) Kadar darah (BS) untuk menyatakan hipoglikemi atau hiperglikemia. 3) Kalsium serum mungkin rendah. 4) Serum elektrolit biasanya normal. 5) Golongan darah dapat menyatakan potensial inkompatibilitas ABO. 6) Gas darah uteri PO2 mungkn rendah, PCO2 mungkin meningkat dan menunjukkan asidosis ringan / sedang, sepsis atau kesulitan napas yang lama. 7) Laju sedimentasi eritrosit (ESR) meningkat, menunjukkan respons inflamasi akut, penurunan ESR menunjukkan resdusi inflamasi. 8) Protein C reaktif (beta globulin) ada dalam serum sesuai dengan proporsi beratnya proses radang infeksinus atau non infeksinus. 9) Jumlah trombosit : trombositopenia dapat menyertai sepsis. 10) Kadar fibrinogen : dapat menurun selama koagulasi intravascular diseminata (KID) atau menjadi meningkat selama cidera atau inflamasi. 11) Kultur darah : mengidentifikasi organisme penyebab yang dihubungkan dengan sepsis. 12) Sinar x dada (Pa dan leteral) dengan bronkogram udara dapat menunjukkan penampilan ground glass (RDS). 13) Sel ultrasonografi cranial : mendeteksi ada dan beratnya hemoragi intraventrikuler (IVH). 2.1.8 Komplikasi 1) Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin. 2) Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu. (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 10 3) Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak. 4) Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah. 5) Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC) 6) Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal (Adnyanti, 2011). 2.1.9 Penatalaksanaan 1) Perawatan di rumah sakit Mengingat belum sempurnanya kerja alat 3 alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencgah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. a. Pengaturan suhu Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya !aringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 oC dan untuk bayi dengan berat badan 2 - 2,5 kg adalah 34 oC agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 o C. Kelembapan incubator berkisar antara 50%-60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan 1oC perminggu (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 11 untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur 3 angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27oC-29oC. Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol 3 botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36oC- 37oC adalah dengan memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai digunakan incubator yang dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah. Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini 3 dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya. b. Pemberian ASI pada bayi premature Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama kurang lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir sangant premature (<30). Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 12 ada perasaan bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks, peristaltik lambat. Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung. 1. Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (>34 minggu gestasi) dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari 3 hari pertama kalau ASI belum mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8-10 kali sehari. 2. Bayi prematur dengan berat lahir 150-1800 gram (32-34 minggu), refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 1012 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250-1500 gram (30-31minggu), refleks hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik 12× sehari. c. Makanan bayi Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3-5 gram/hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik 3 baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 13 cairan lambung juga dilakukan setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari 3 hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik intubation). Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1-5 ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 mg/kg/hari dan setiap hari dinaikkan sampai 200 mg/kg/hari pada akhir minggu kedua. d. Mencegah infeksi Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya agositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat kelahiran dan pera8atan yang terjamin kebersihannya. Tindakan aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan : 1. Tindakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak terkena infeksi. 2. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi. (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 14 3. Membersihkan tempat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik). 4. Membersihkan ruangan pada waktu-waktu tertentu 5. Setiap bayi memiliki peralatan sendiri. 6. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah disediakan. 7. Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi. 8. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik-baiknya. 9. Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca. e. Minum cukup Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan pipet. f. Memberikan sentuhan Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh. g. Membantu beradaptasi Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan tidak ada in-eksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang. Namun ada juga sejumlah RS yang menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya mencapai 2 kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan bayi secara umum (Adnyanti, 2011). (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 15 2) Perawatan di rumah a. Minum susu Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa Tuhan, ibu-ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan berat anak. b. Jaga suhu tubuhnya Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin. c. Pastikan semuanya bersih Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhati-hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar. d. BAB dan BAK BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter. e. Berikan stimulus yang sesuai Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak bermain, (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) menimang, menggendong, 16 menuujukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar-gambar dan mainan berwarna cerah. f. Lamanya Perawatan Secara prinsip, semua rumah sakit di tanah air sudah bisa merawat bayi dengan BBLR kecuali yang disertai ketidakmatangan organ-organ vital seperti paru-paru dan jantung yang hanya dapat ditangani oleh rumah sakit dengan fasilitas NICU (Neonatal Intensive Care Unit). Ruang NICU adalah ruang perawatan intensif untuk bayi baru lahir yang memerlukan pengobatan dan pera8atan khusus, guna mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. NICU sendiri merupakan sarana terdapat pada level perawatan 3. Untuk diketahui, level perawatan pasien di rumah sakit dibagi tiga bagian. Level 1 merupakan perawatan biasa, pasien dirawat di ruang atau kamar biasa dan tidak memerlukan alat atau fasilitas khusus. Pada level 2, ruang perawatan memerlukan monitor dan inkubator. Sedangkan di level 3, selain monitor dan inkubator, ruangan juga mesti difasilitasi ventilator. Monitor berfungsi untuk mengontrol detak jantung dan otak. Sedangkan ventilator untuk membantu sistem pernapasan. Bayi BBLR umumnya dirawat di level 2 dan 3. Dokter anak khususnya bagian perinatologi sangat berperan dalam perawatan dan pengobatan kasus-kasus seperti ini. Soal lamanya waktu perawatan pasien bayi dengan BBLR tentu tergantung kasus. Iamun biasanya mereka diperbolehkan pulang jika sudah mendekati tanggal kelahiran idealnya. Contoh bayi yang dilahirkan 6 minggu lebih dini dari seharusnya, biasanya mesti menjalani perawatan di rumah sakit kurang lebih 4 minggu, atau lebih cepat dua minggu dari kelahiran idealnya. Pertimbangan lainnya, bayi akan dipulangkan jika kondisi tubuhnya sudah stabil, organ-organ vitalnya sudah berfungsi baik, dan berbagai resiko yang mengancam sudah bisa dihindari. (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 17 Salah satu indikatornya adalah kemampuan bayi untuk mengisap atau buang air besar dan kecil sudah baik. Oleh sebab itu pemulangan paksa pasien bayi dengan BBLR oleh orang tua/keluarga sangat tidak disarankan karena ia dapat mengalami berbagai resiko kesehatan, seperti infeksi, gagal napas, gagal !antung dan sebagainya (Tanto, 2014). 2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Neonatal Prematur 2.2.1 Pengkajian a. Biodata 1) Umur kurang dari 16 tahun atau diatas 35 tahun. 2) Pekerjaan dan penghasilan sering kali dapat menggambarkan status sosial ekonomi terutama dalam kecukupan gizi saat hamil yang kurang. b. Riwayat Penyakit Sekarang Pada kelahiran premature dirasakan bayi lahir berat badan kurang dari 2500 gram sesuai umur kehamilan. Sedangkan pada dismatur berat bayi lahir kurang dari 2500 gram tetapi tidak sesuai umur kehamilan. Pada ANC adanya riwayat perdarahan antepartum, pre eklampsia dan eklampsia, jarak kehamilan dan bersalin terlalu dekat, adanya gangguan pembuluh darah, gangguan insersi tali pusat, kelainan bentuk plasenta, kahamilan ganda, hamil dengan hidramnion. c. Riwayat Penyakit Sebelumnya Adanya penyakit menahun pada ibu, hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, penyakit paru dan penyakit gula, infeksi dalam rahim. d. Riwayat Obstetric Riwayat menstruasi : ingat hari pertama menstruasi terakhir, denyut jantung terdengar pada minggu ke 18 sampai 22. e. Pola Aktivitas Sehari-hari (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 18 Kaji apakah ibu merokok atau minum alkohol, sebab rokok dan alkohol merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kelahiran dengan berat badan rendah. f. Pemeriksaan Fisik (Doengoes, 2001) 1. Sirkulasi Biasanya Nadi apikal mungkin cepa/tidak teratur dalam batas normal (120 sampai 160 dpm) murmur jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten (PDA) 2. Makanan/cairan Berat badan kurang dari 2500 g 3. Neurosensori a) Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut b) Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh: sutura mungkin mudah di gerakan, -ontanel mungkin besar/terbuka lebar c) Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat reflek tergantung pada usia gestasi 4. Pernafasan a) Apgar score mungkin rendah b) Pernafasan dangkal, tidak teratur, perna-asan diafragmatik intermiten (40-60×/mnt) mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal subternal, sianosis ada. c) Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres pernafasan (RDS) 5. Pencernaan Destensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi lemak laktosa, kerja dari sfingter kardio esofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi. 6. Keamanan (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 19 a. Suhu berfluktuasi dengan mudah b. Menangis mungkin lemah c. Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum d. Kulit transparan e. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh f. Ekstremitas tampak edema g. Garis telapak kaki terlihat h. Kuku pendek 7. Imonologi Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkuran karena rendahnya kadar Ig gamma globulin, bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik. 2.2.2 Diagnosa a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi. b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan perkembangan otot, penurunan energi/ kelelahan. c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas produksi enzim. d. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur, ketidakmampuan merasakan dingin berkeringat. e. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasive 2.2.3 Intervensi Intervensi 1 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 20 Kriteria hasil : - Mempertahankan kadar po2/pco2 dalam batas normal. - Menderita RDS minimal, dengann penurunan kerja pernapasan dan tidak ada morbiditas. - Bebas dari displasia bronkopulmonal. Intervensi Rasional - Kaji ulang informasi yang - Persalinan yang lama berhubungan dengan kondisi meningkatkan resiko hipoksa dan bayi, seperti lama persalinan, depresi pernapasan dapat terjadi tipe kelahiran, apgar skor, setelah pemberian atau kebutuhan tindakan resusitasi penggunaan obat oleh ibu. Selain saat kelahiran, dan obatitu bayi yang memerlukan obatan ibu yang digunakan tindakan resusitatif pada kelahiran selama kehamilan atau atau apgar skornya rendah, kelahiran termasuk memerlukan intervensi lebih betametason untuk menstabilkan gas darah dan mungkin menderita cidera SSP dengan kerusakan hipotalamus yang mengontrol fungsi pernapasan. Pemberian kortikosteroid pada ibu dalam 1 minggu sebelum lahir membantu mengembangkan maturitas paru bayi dan produksi surfaktan. - Kaji status pernapasan, perhatikan tanda-anda distress pernapasan, (misalnya takipnea, pernapasan cuping hidung, pernapasan dada, ronchi atau krekels). Takipnea menandakan distress pernapasan, khususnya bila pernapasan lebih besar 60X / menit, setelah 5 jam pertama kehidupan terdapat pernafasan cuping hidung sebagai mekanisme kompensasi untuk menambah diameter hidung dan meningkatkan masukan oksigen. Krekels atau ronchi menandakan vasokontriksi pulmonal yang berhubungan dengan PDA. - Hisap hidung dan orofaring dengan hati-hati 5-10 detik, observasi pemantauan oksigen traskutan atau oksimeter sebelum dan selama penghisapan Mungkin perlu untuk mempertahankan kepatenan jalan napas, khususnya pada bayi yang menerima ventilasi terkontrol. Penghisapan dapat merangsang saraf vagus, menyebabkan bradikardi hipoksemia atau bronkospasme. - Tingkatkan Menurunkan laju metabolik dan istirahat dan - (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 21 minimalkan rangsangan serta penggunaan energi Posisikan bayi pada abdomen bila mungkin berikan matras tidak rata sesuai indikasi. konsumsi oksigen. - Pantau terhadap tanda-tanda nekrosis enterokoktis. Hipoksi dapat menyebabkan pirau darah ke otak sehingga menurunkan sirkulasi ke usus dengan akibat lanjut kerusakan sel usus dan invasi oleh bakteri pembentuk gas. - Pantau pemeriksaan BGA secara berseri atau berkala Hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis menurunkan produksi surfaktan, kadar Pa O2 harus 50 sampai dengan 70 mmHg atau lebih, kadar Pa CO2 harus 35 sampai 45 mmHg dan saturasi oksigen 92 % sampai 94 %. - Lakukan Thorak foto berseri - Untuk memantau atelektasis, bronkogram udara menunjukkan RDS. - Berikan oksigen kebutuhan sesuai - Hipoksia dan asidemia dapat berlanjut menurunkan produksi surfaktan, meningkatkan tahanan vaskuler pulmonal dan vaso kontriksi dan menyebabkan daktus arteriosus tetap terbuka. - Lakukan drainase postural, fisioterapi dada atau vibrasi lobus setiap 2 jam, sesuai indikasi. Perhatikan toleransi bayi terhadap prosedur. Berikan obat sesuai indikasi natrium bikarbonat dan surfaktan Memudahkan penghilangan sekresi, waktu disesuaikan dengan toleransi bayi - - Memungkinkan ekspansi dada optimal merangsang pernapasan dan pertumbuhan ventrikel. Penggunaan natrium bikarbonat dapat membantu menaikkan PH ke dalam rentang normal. Surfaktan untuk menurunkan beratnya kondisi dan komplikasi yang berhubungan efek barakhir sampai 72 jam. (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 22 Intervensi 2 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan perkembangan otot, penurunan energi/ kelelahan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola napas efektif. Kriteria Hasil: - Mempertahankan pola pernapasan (periodic apnoe 5 -10 detik) - Membran mukosa merah - Frekuensi jantung dalam batas normal (120-160 x / menit) Intervensi Rasional - Kaji frekuensi pernapasan dan - Membantu dalam membedakan pola pernapasan, perhatikan periode perputaran pernapasan adanya apnea dan perubahan normal dari serangan apnoe sejati frekuensi jantung, tonus otot yang terutama sering terjadi dan warna kulit, berkenaan sebelum gestasi minggu ke 30. dengan prosedur atau perawatan. - Hisap jalan kebutuhan. napas - Posisikan bayi terlentang dengan bantal tipis di bawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperektensi. Posisi dapat memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnoe khususnya pada adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnia. - Berikan rangsangan taktil bila apnea. Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernapasan spontan. - Lakukan pemeriksaan serum elektrolit, glukosa serum, kultur darah sesuai indikasi. Hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnia, hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis dapat memperberat serangan apnea. - Berikan indikasi sesuai - Perbaikan kadar oksigen dan karbon dioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan. - Berikan obat-obatan (antibiotic, calsium gulkonas, aminofilin). Antibiotik mengatasi infeksi pernapasan atau sepsis hipokalsemia mempredisposisikan bayi pada apnea. Aminofilin dapat meningkatkan aktivitas pusat pernapasan dan menurunkan oksigen sesuai - Menghilangkan mukus menyumbat jalan napas. (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) yang 23 karbondioksida, frekuensi apnea. menurunkan Intervensi 3 Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas produksi enzim. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi teratasi Kriteria hasil : - Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan BB dalam kurva normal, dengan penambahan BB tetap sedikitnya 20-30 g/hari. - Mempertahankan glukosa serum DBN dan keseimbangan nitrogen positif. Intervensi Rasional - Kaji maturitas refleks - Menentukan metode pemberian berkenaan dengan pemberian makan yang tepat untuk bayi. makan (mis, menghisap, menelan, gag, dan batuk). - Auskultasi terhadap adanya - Pemberian makan pertama pada bising usus. Kaji status fisik bayi stabil yang memiliki dan status pernapasan. peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distress pernapasan ada, cairan perenteral diindikasikan, dan cairan peroral harus ditunda. - Mulai pemberian makan - Pemberian makan perselang sementara atau dengan mungkin perlu untuk memberikan menggunakan selang sesuai nutrisi yang adekuat pada bayi indikasi yang telah mengalami koordinasi menghisap yang buruk dan refleks menelan atau yang menjadi lebih selama pemberian makan. - Kaji pernapasan yang tepat - Pemasangan selang pada trakea dari selang pemberian makan yang tidak tepat dapat pada bayi, gunakan prosedur menurunkan fungsi pernapasan. pengkleman yang tepat untuk Bila 1 ml atau kurang aspirasi dari mencegah masuknya udara lambung, penjumlahan ini harus kedalam lambung dikurangi dari makanan yang akan diberi dan dimasukan kembali kedalam selang. Bila > 2 ml diaspirasi, jadwal pemberian makan perlu diubah. - Masukan ASI/formula dengan - Pemasukan (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) makanan kedalam 24 perlahan selama 20 menit pada kecepatan 1 ml/menit. lambung yang terlalu cepat dapat menyebabkan respons balik cepat regurgitasi, peningkatan resiko aspirasi, dan distensi abdomen, semua ini menurunkan status pernapasan. Penggunaan energi berlebihan selama makan menurunkan ketersediaan kalori untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Pengguanaan selang secara total atau sementara mungkin perlu untuk menurunkan kelelahan. Pemberian makan peroral tidak tepat bila frekuensi pernapasan > 60/menit. - Kaji tingkat energi dan penggunaannya, derajat kelelahan, frekuensi pernapasan, dan lama waktu yang diperlukan untuk makan. - Penuhi kebutuhan menghisap pada bayi dengan menggunakan dot selama pemberian makan perselang. Bila bayi menjadi kadangkadang menyusu ASI, ibu dapat menggosok dot pada payudara, melembabkannya dengan sedikit ASI untuk memberi bau padanya. Ia dapat juga menggendong bayi selama pemberian makan. Tunda drainase postural selama sedikitnya 1 jam setelah pemberian makan. Memberikan kepuasaan oral sehingga bayi menghubungkan kepuasaan diri dalam menghisap dengan kenyamanan dari pengisian lambung. - Perhatikan adanya diare, muntah, regurgitasi, residu lambung berlebihan, atau hasil positif dari tes guaiak. (Rujuk pada DK: konstipasi, resiko tinggi terhadap). Menandakan kerusakan fungsi lambung. Residu lambung > 2 ml (diaspirasi melalui selang nasogastrik[NG] sebelum pemberian makan) menunjukkan kebutuhan untuk menurunkan jumlah pemberian makan dan dapat menandakan absorpsi buruk atau enterokolitis nekrotisan. - Pantau kadar Dextrosix dan Clinitest perprotokol. Karena hepar imatur tidak menyimpan atau melepaskan glikogen dengan baik, resiko - Memungkinkan pencernaan optimal dan absorpsi dan pemberian makan, membantu mencegah regurgitasi berkenaan dengan peningkatan penanganan. (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 25 hipoglikemia meningkat. Hipoglikemia dapat di diagnosa dengan kadar Dextrostix < 45 mg/dl. (Catatan: Bayi mungkin asimtomatik bahkan bila hasil Dextrostix serendah 20 mg/dl). - Pertahankan termonetral lingkungan dan oksigenasi jaringan yang tepat. Gangguan pada bayi harus seminimal mungkin. - Pantau bayi terhadap reaksi lokal atau sistemik untuk pemberian makan parenteral (mis, peningkatan suhu, trombosis pembuluh darah, dispnea, muntah, atau sianosis) - Catat pertumbuhan dengan membuat pengukuran BB setiap hari dan setiap minggu dari panjang badan dan lingkar kepala. - Mulai pemberian makan dengan air steril, glukosa, dan ASI atau formula, dengan tepat Beri makan sesering mungkin sesuai indikasi berdasarkan BB bayi dan perkiraan kapasitas lambung. - Stress dingin, hipoksia, dan penanganan yang berlebihan meningkatkan laju metabolisme dan kebutuhan kalori bayi, kemungkinan mengorbankan pertumbuhan dan peningkatan BB. Kira-kira 50% komplikasi yang berhubungan dengan nutrisi parenteral total (NPT) adalah karena sepsis, biasanya septikemia Candida. Komplikasi lain meliputi kelebihan beban cairan dan obstruksi atau perubahan posisi kateter. Pertumbuhan dan peningkatan BB adalah criteria untuk penentuan kebutuhan kalori, untuk menyesuaikan formula dan untuk menentukan frekuensi pemberian makan. Pertumbuhan mendorong peningkatan kebutuhan kalori dan kebutuhan protein. Pemberian makan dini mencegah penurunan cadangan. Bayi < 1250g (2 lb 12 oz) diberi makan setiap 2 jam, bayi antara 1500 dan 1800 d (3 bl 8 oz – 4 lb) diberi makan setipa 3 jam. Intervensi 4 Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur, ketidakmampuan merasakan dingin berkeringat Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hipotermia teratasi Kriteria hasil : (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 26 - Mempertahankan suhu kilt /aksila dalam 95,9-99,1 F(35,5-37,3F) bebas dari tanda-tanda stres dingin. Intervensi Rasional Tempatkan bayi pada - Mempertahankan lingkungan penghangat (inkubator). termonetral, membantu mencegah stress dingin. - Gunakan lampu pemanas selama prosedur penyebab hangat atau bayi dengan tutup plastik atau kertas aluminium bisa tepat, obyek panas berkontak dengan tubuh bayi seperti stetoskop, linen dan pakaian. Menurunkan kehilangan panas pada lingkungan yang lebih dingin dari ruangan - Kurangi pemajanan pada aliran udara, hindari pembukaan jendela inkubator yang tidak semestinya. Menurunkan kehilangan panas karena konveksi atau konduksi membatasi kehilangan panas melalui radiasi. - Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah. Menurunkan kehilangan melalui evaporasi. - Berikan penghangatan bertahap pada bayi dengan stress dingin. Peningkatan suhu tubuh yang cepat dapat menyebabkan konsumsi oksigen berlebihan dan apnea. - Observasi suhu tubuh pada awal pengahangatan tiap 15 menit. Hipotermi membuat bayi cenderung pada stress dingin, penghangatan terlalu cepat akan menyebabkan abnea. - Kaji kemajuan kemampuan bayi untuk beradaptasi terhadap suhu rendah di dalam incubator. Bayi dapat mempertahankan suhu tubuh stabil dalam ruangan dan tetap meningkatkan berat badan. panas Intervensi 5 Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Kriteria hasil : - Mempertahankan serum negatif - CSS, urin dan kultur nasofarengeal dengan hitung darah lengkap trombosit, kadar PH. (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 27 - Intervensi Lakukan cici tangan pada orang tua, staf, dan tenaga kesehatan lain, gunakan antiseptic dalam membantu prosedur invansif. - Rasional Mencuci tangan adalah praktek yang paling penting untuk mencegah kontaminasi silang serta mengontrol infeksi dalam ruang perawatan - Berikan jalan yang adekuat antara bayi, gunakan ruangan isolasi terpisah dan tekhnik isolasi sesuai indikasi. - Memberikan jarak 4-6 x dengan bayi, membantu mencegah penyebaran droplet infection melalui udara. - Kaji bayi terhadap tanda infeksi (ketidakstabilan suhu, hipotermia atau hipotermi). Lakukan perawatan tali pusat sesuai protokol - Bermanfaat dalam mendiagnosa infeksi. - Penggunaan alcohol, tripel day dan berbagai antimikroba yang membantu mencegah kolonisasi. - Siapkan lokasi tempat prosedur invansif dengan alcohol 70 %. - Menurunkan kemungkinan bakteriemia. - Gunakan selama teknhik aseptic penghisapan. - Menurunkan kesempatan untuk masuknya bakteri yang dapat mengakibatkan infeksi pernapasan. - Observasi terhadap tanda syok atau koagulasi intravaskuler diseminata (KID) seperti bradikardi, penurunan TD, ketidakstabilan suhu, malas minum, edema dan eritema pada dinding abdomen. Berikan ASI untuk pemberian makan bila tersedia. - KID dapat terjadi dengan septic gram negatif. - ASI mengandung IgA, makrofak, limfosit dan netrofil yang memberikan beberapa perlindungan dari infeksi. - Berikan antibiotik intravena sesuai dengan laporan sensitivitas - Antibiotik spectrum luas meliputi ampisilin dan aminoglikosida biasanya diindikasikan, menunggu hasil test kultur dan sensitivitas. - Pantau - Prematuritas - - Pemeriksaan (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) insiden phlebitis atau menunjukkan 28 - laboratorium (jumlah trombosit, glukosa darah dan kadar Ph serum). respons imun pada infeksi. Sepsis menyebabkan jumlah trombosit menurun, hipoglikemi, hiperglikemi atau asidosis metabolic menandakan infeksi. Berikan imunoglobuliin intravena dengan tepat Penelitian menunjukkan Ig intravena dapat meningkatkan laju kehidupan pada bayi septic (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 29 BAB IV PENUTUP 3.1 Kesimpulan Prematur adalah bayi yang sebelum waktunya, biasanya < 37 minggu dengan berat badan antara 1000 – 2500 gram. Etiologi prematur yaitu faktor ibu yang meliputi penyakit, usia, keadaan sosial ekonomi, faktor kehamilan, faktor janin, faktor-faktor lain. Penanganan yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung O2 pada bayi prematur makin pendek masa kehamilan, makin sulit persoalan yang dihadapi dan makin tinggi angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh pernafasan, infeksi cacat bawaan dan trauma pada otak. Pengaturan suhu lingkungan seperti bayi dimasukkan dalam incubator dengan suhu yang diatur sekitar 24-37 0C. Makanan BBLR umumnya bayi prematur belum sempurna reflek menghisap dan batuknya, kapaistas lambung masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit demi sedikit namun sering. Dasar perawatannya seperti pengawasan dan perawatan selama kehamilan dan persalinan, pernafasan harus segera dibenahi, pertahankan suhu tubuh berikan nutrisi yang sesuai pencegahan infeksi. 3.2 Saran Alhamdulillah, makalah mengenai “Makalah Askep Pada Neonatal Prematur” ini dapat penulis selesaikan tanpa ada halangan suatu apapun. Penulis sadari dalam penyusunan masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan. (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 30 DAFTAR PUSTAKA 1. Adnyanti, Niti. 2011. Laporan Pendahuluan Pada Bayi Premature. Bali http://niti-adnyani.blogpost.co.id/201/09/laporan-pendahuluan-pada-pasiendengan 4945.html (diakses pada tanggal 13 Desember 2015). 2. Doenges,Marilyn.2001.Rencana Perawatan Maternal Bayi Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi2. Jakarta :EGC 3. Lia, Dewi VN. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jogjakarta : Salemba Medika. 4. Tanto, Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV. Jakarta : Media Aesculapius. 5. Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC. (Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1) 31