Uploaded by User29735

K1-Askep Prematur

advertisement
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATAL PREMATUR
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 - A.2 / SEMESTER VII
1. MITA AYU UTAMI
( 041 STYC 15 )
2. RIWIATUL HASANAH
( 059 STYC 15 )
3. M. JEFRI
( 043 STYC 15 )
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang kita bisa beraktivitas
dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara menuntut ilmu.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan kepada tauladan semua
umat Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan
melalui Al-Qur’an dan Sunnah, serta semoga kesejahteraan tetap tercurahkan
kepada keluarga beliau, para sahabat-sahabatnya dan kaum muslimin yang tetap
berpegang teguh kepada agama Islam.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Ibu Fitri Rhomadonika, S.
Kep,.Ners. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Komperehensif yang telah
memberikan bimbingan dan masukan sehingga Makalah “Asuhan Keperawatan
Pada Neonatal Prematur” ini dapat tersusun sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan. Semoga amal baik yang beliau berikan akan mendapat balasan yang
setimpal dari Allah S.W.T.
Akhir kata semoga Makalah ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Mataram, 23 Desember 2018
Penulis,
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Pada Neonatal Prematur ................................................4
2.1.1 Pengertian ....................................................................................4
2.1.2 Etiologi ........................................................................................4
2.1.4 Klasifikasi ....................................................................................6
2.1.4 Manisfestasi Klinis .......................................................................7
2.1.5 Patofisiologi .................................................................................8
2.1.6 Pathway ........................................................................................9
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang .............................................................10
2.1.8 Komplikasi .................................................................................10
2.1.9 Penatalaksanaan .........................................................................11
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Neonatal Prematur .....................18
2.2.2 Pengkajian ..................................................................................18
2.2.2 Diagnosa.....................................................................................20
2.2.3 Intervensi ....................................................................................20
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan .........................................................................................22
4.2 Saran ....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................23
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang
normal (37 minggu) dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan
fisik.
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan,
terutama diantara bayi dengan badan 1500 gram atau kurang saat lahir,
sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan mordibitas dan
mortalitas neonatus dan sering di anggap sebagai periode kehamilan pendek
(Nelson 1988 dan Sacharin 1996).
Masalah
Kesehatan
pada
bayi
prematur,
membutuhkan
asuhan
keperawatan, dimana pada bayi prematur sebaiknya dirawat di rumah sakit
karena masih membutuhkan cairan-cairan dan pengobatan /serta pemeriksaan
Laboratorium yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan terapi
pada bayi dan anak yang meliputi peran perawat sebagai advokad, fasilitator,
pelaksanaan dan pemberi asuhan keperawatan kepada klien.
Tujuan pemberian pelayanan kesehatan pada bayi prematur dengan asuhan
keperawatan secara komprehensif adalah untuk menyelesaikan masalah
keperawatan
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagiamana Konsep Dasar Teori pada Neonatal Prematur?
1.2.1.1 Apa Pengertian Neonatal Prematur?
1.2.1.2 Apa Saja Klasifikasi Neonatal Prematur?
1.2.1.3 Apa Saja Etiologi Neonatal Prematur?
1.2.1.4 Bagaiamana Patofisiologi Neonatal Prematur?
1.2.1.5 Bagaimana Pathway Neonatal Prematur?
1.2.1.6 Bagaimana Manifestasi Klinis Neonatal Prematur?
1.2.1.7 Bagaiamana Pemeriksaan Diagnostik Neonatal Prematur?
1.2.1.8 Bagaiamana Penatalaksanaan Neonatal Prematur?
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
1
1.2.1.9 Bagaimana Komplikasi Neonatal Prematur?
1.2.2 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Neonatal Prematur?
1.2.2.1 Bagaimana Pengkajian Neonatal Prematur?
1.2.2.2 Bagaimana Diagnosa Neonatal Prematur?
1.2.2.3 Bagaimana Intervensi Neonatal Prematur?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk Mengetahui Bagiamana Konsep Dasar Teori Pada Neonatal
Prematur
1.3.1.1 Untuk Mengetahui Pengertian Neonatal Prematur.
1.3.1.2 Untuk Mengetahui dan Memahami Apa saja Klasifikasi
Neonatal Prematur.
1.3.1.3 Untuk Mengetahui dan Memahami Apa Saja Etiologi Neonatal
Prematur.
1.3.1.4 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaiamana Patofisiologi
Neonatal Prematur.
1.3.1.5 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Pathway
Neonatal Prematur.
1.3.1.6 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Manifestasi
Klinis Neonatal Prematur.
1.3.1.7 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaiamana Pemeriksaan
Diagnostik Neonatal Prematur.
1.3.1.8 Untuk
Mengetahui
dan
Memahami
Bagaiamana
Penatalaksanaan Neonatal Prematur.
1.3.1.9 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Komplikasi
Neonatal Prematur.
1.3.2 Untuk Mengetahui dan Memahami Konsep Asuhan Keperawatan
Neonatal Prematur
1.3.2.1 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Pengkajian
Neonatal Prematur.
1.3.2.2 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Diagnosa
Neonatal Prematur
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
2
1.3.2.3 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Intervensi
Neonatal Prematur
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan dibuatkannya makalah “Makalah Asuhan Keperawatan pada
Neonatal Prematur” ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca
dalam mengetahui dan memahami mengenai bagaimana Konsep dasar dan
konsep asuhan keperawatan pada Neonatal Prematur.
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Teori Prematur
2.1.1 Pengertian
Bayi prematur adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram. Bayi prematur adalah neonatus dengan Berat
Badan Lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (Tanto, 2014).
Dalam hal ini dibedakan menjadi :
a. Prematuris murni yaitu bayi pada kehamilailan <37 minggu dengan
berat badan sesuai.
b. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR) yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia
kehamilan
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang
atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir.
(Donna L Wong 2004)
Prematoritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara
bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat
lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan
mortalitas neonatus.
2.1.2 Etiologi
Prematuris adalalah penyebab utama dari kematian perinatal di negara
idiopatik, meskipun pada beberapa kasus disebabkan oleh infeksi,
kelainan uterus, inkompetensia serviks dan kelainan plasenta. Etiologi
prematur adalah :
1) Demografi
a. Insidens bertambah
1. Batas usia teratas dadan terbawah mungkin berkaitan dengan
campuran faktor lainnya.
2. Status sosial ekonomi yang rendah
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
4
3. Prenatal care yang tidak adekuat.
4. Ras beberapa penelitian melaporkan kenaikan dua kali lipat
kulit hitam.
2) Gaya hidup dan pekerjaan
a. Terbukti menaikkan insidens
1. Merokok
2. Penggunaan obat-obatan (drug ust)
b. Mungkin insidens naik
1. Berdiri terlalu lama
2. Kelelahan kerja dan kerja terlalu lama
3. Kerja berat mengangkat berat pada pasien yang mempunyai
predisposisi melahirkan prematur.
3) Riwayat Reproduksi
Faktor utama dalam menetapkan resiko pada kehamilan yang sedang
berlangsung.
4) Anomali uterus
Lelomiomata pada uterus bisa juga meningkatkan insidens partus
prematurus.
5) Kenaikan berat badan
Berat badan yang rendah atau kenaikan berat badan yang sedikit bisa
meningkatkan resiko.
6) Anemia
a. Alat prediksi yang paling lemah.
b. Kemungkinan berkaitan dengan faktor resiko lainnya.
7) Ukuran uterus dan kelainan plasenta
Uterus
yang menggelembung
(distended)
bisa
memperbesar
perbentukan junction.
a. Kehamilan ganda
b. Polihramnnion
Faktor yang dapat mendorong timbulnya prematuritas adalah :
1) Faktor ibu adalah meliputi :
a. Usia dibawah 20 tahun atau di atas 35 tahun.
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
5
b. Penyakit yang diderita ibu, misalnya pendarahan antepartum,
trauma psikis, toksimia gravidarum.
c. Hipotensi tiba-tiba
d. Pre eklami dan eklamsi
e. Multigravida yang !arak kehamilannya terlalu dekat.
f. Keadaan sosial ekonomi rendah
g. Ibu perokok, peminum alkohol.
2) Faktor janin adalah :
a. Kehamilan ganda
b. Kelainan kromosom
c. Infeksi dalam kandungan
d. KPD
3) Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal
b. Radiasi
c. Zat – zat racun (Adnyanti, 2011).
2.1.3 Klasifikasi
a. Bayi prematur digaris batas
1) 37 mg, masa gestasi
2) 2500 gr, 3250 gr
3) 16 % seluruh kelahahiran hidup
4) Biasanya normal
5) Masalah : ketidak stabilan, kesulitan menyusui, ikterik, RDS
mungkin muncul.
6) Penampilan : Lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil,
lanugo banyak, genitalia kurang berkembang.
b. Bayi prematur sedang
1) 31 mg - 36 gestasi
2) 1500 gr - 2500 gram
3) 6 % - 7 % seluruh kelalahiran hidup
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
6
4) Masalah: Ketidak stabilan, pengaturan glukosa, RDS, ikterik,
anemia, infeksi, kesulitan menyusu.
5) Penampilan : Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi
lebih parah, kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang
tampak.
c. Bayi Sangat Prematatur
1) 24 mg - 30 mg gestasi
2) 500 gr - 1400 gr
3) seluruh kelahiran hidup
4) Masalah : semua
5) Penampilan : Kecil tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis,
kedua mata mungkin berdempetan (Tanto, 2014).
2.1.4 Manisfestasi Klinis
Karakteristik bayi prematur adalah :
1) Berat badan kurang dari 2500 gram
2) Panjang badan kurang dari 45 cm
3) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
4) Lingkar dada kurang dari 30 cm
5) Kepala lebih besar dari badan
6) Kulit tipis transparan
7) Lanugo (bulu-bulu) banyak terutama di dahi, pelipis dan telinga dan
tangan.
8) Lemak subkutan kurang.
9) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita). Pada laki-laki tester belum turun.
10) Rambut tipis, halus.
11) Tulang rawan di daun telinga masih kurang sempurna.
12) Putting susu belum terbentuk dengan baik.
13) Pergerakan kurang dan lemah.
14) Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnae.
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
7
15) Reflek tonus lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batul
belum sempurna.
16) Kulit tampak mengkilat dan licin (Adnyanti, 2011).
2.1.5 Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui
secara jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur
terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini
dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan
antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat
selama kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang
lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia
yang masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi
alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa
menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayi
untuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa
gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi
lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk
memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar. (Tanto, 2014).
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
8
2.1.6 Pathway/WOC
Etiologi
Faktor Plasenta
Faktor Ibu
Faktor Janin
Persalinan Preteren/Prematur
Penguapan
berlebihan
Pemaparan
dgn suhu luar
Kehilangan
cairan
Imaturitas
termoregulasi
Dehidras
i
Lemak
subkutan
kurang
Kulit tipis,
halus,
mudah lecet
Panas
tubuh
berkurang
Resiko
kerusakan
integritas
kulit
Kehilangan
panas
Resiko
kekurangan
volume
cairan
Respon
menggigil
Melalui kulit
Hipotermia
Imaturitas
organ-organ
Imaturitas integumen
Permukaan tubuh
relative lebih luas
Pembakaran
lemak
metabolisme
Resiko
infeksi
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Suplai O2
dalam darah
menurun
Malnutrisi
Pola nafas tidak efektif
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
Gangguan
pertukaran
gas
Resiko
infeksi
Sepsis
Hipoglikemi
Perfusi
O2 ke
jaringan
Penurunan
daya tahan
tubuh
Kekurangan
cadangan energi
Reflek menghisap
belum sempurna
Gangguan
aliran
darah
Sistem
kekebalan
tubuh
belum
sempurna
Hipoksia
Imaturitas
paru-paru
Tonus otot
menurun
Tidak
terbentuk
surfaktan
Intoleransi
aktifitas
Hipoksia
Volume paru
menurun
Ketidakefektifan
pola nafas
9
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Tergantung pada adanya masalah dan komplikasi sekunder
1) Darah lengkap untuk deteksi adanya penurunan atau peningkatan
kadar hemoglobin.
2) Kadar darah (BS) untuk menyatakan hipoglikemi atau hiperglikemia.
3) Kalsium serum mungkin rendah.
4) Serum elektrolit biasanya normal.
5) Golongan darah dapat menyatakan potensial inkompatibilitas ABO.
6) Gas darah uteri PO2 mungkn rendah, PCO2 mungkin meningkat dan
menunjukkan asidosis ringan / sedang, sepsis atau kesulitan napas
yang lama.
7) Laju sedimentasi eritrosit (ESR) meningkat, menunjukkan respons
inflamasi akut, penurunan ESR menunjukkan resdusi inflamasi.
8) Protein C reaktif (beta globulin) ada dalam serum sesuai dengan
proporsi beratnya proses radang infeksinus atau non infeksinus.
9) Jumlah trombosit : trombositopenia dapat menyertai sepsis.
10) Kadar fibrinogen : dapat menurun selama koagulasi intravascular
diseminata (KID) atau menjadi meningkat selama cidera atau
inflamasi.
11) Kultur
darah
:
mengidentifikasi
organisme
penyebab
yang
dihubungkan dengan sepsis.
12) Sinar x dada (Pa dan leteral) dengan bronkogram udara dapat
menunjukkan penampilan ground glass (RDS).
13) Sel ultrasonografi cranial : mendeteksi ada dan beratnya hemoragi
intraventrikuler (IVH).
2.1.8 Komplikasi
1) Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin.
2) Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35
minggu.
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
10
3) Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel
otak.
4) Hipotermia,
Hipoglikemia,
Hipokalsemia,
Anemi,
gangguan
pembekuan darah.
5) Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
6) Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal (Adnyanti,
2011).
2.1.9 Penatalaksanaan
1) Perawatan di rumah sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat 3 alat tubuh yang perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan
suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian
oksigen, mencgah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan
zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan
cepat
sekali
menderita
hipotermia bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan
panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relative lebih
luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya !aringan
lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat).
Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkungan yang
cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi
okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal.
Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi
dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 oC dan untuk bayi
dengan berat badan 2 - 2,5 kg adalah 34 oC agar ia dapat
mempertahankan suhu tubuh sekitar 37
o
C. Kelembapan
incubator berkisar antara 50%-60%. Kelembapan yang lebih
tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan
pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan 1oC perminggu
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
11
untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur 3
angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan
suhu lingkungan 27oC-29oC. Bila incubator tidak ada, pemanasan
dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol
3 botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu
petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36oC- 37oC adalah
dengan memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan
pada bayi
dalam
incubator. Alat
ini
digunakan untuk
menghilangkan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai
digunakan incubator yang dilengkapi dengan alat temperature
sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi.
Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara
ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah
ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi
dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini
mungkin
untuk
pengawasan
mengenai
keadaan
umum,
perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan
sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini
3 dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan
secepatnya.
b. Pemberian ASI pada bayi premature
Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat
diberikan oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature.
Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan premature
berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang
melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama
kurang lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir sangant premature
(<30).
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang
melahirkan premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres,
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
12
ada perasaan bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah
ASI pada bayi prematur refleks hisap dan menelan belum ada
atau kurang, energi untuk menghisap kurang, volume gaster
kurang, sering terjadi refluks, peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil
memberikan ASI perlu dukungan dari keluarga dan petugas,
diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan ASI perah dan cara
memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan sendok,
pipet ataupun pipa lambung.
1. Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (>34 minggu
gestasi) dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin
untuk hari 3 hari pertama kalau ASI belum mencukupi dapat
diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8-10 kali
sehari.
2. Bayi prematur dengan berat lahir 150-1800 gram (32-34
minggu), refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan
sudah ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 1012 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250-1500
gram (30-31minggu), refleks hisap dan menelan belum ada,
perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik 12× sehari.
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum
sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim
pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu
kebutuhan protein 3-5 gram/hari dan tinggi kalori (110 kal/
kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik 3 baiknya. Jumlah
ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan.
Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar
bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan
penghisapan cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada
tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
13
cairan lambung juga dilakukan setiap sebelum pemberian minum
berikutnya. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram
atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir
kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu
atau susu botol, terutama pada hari 3 hari pertama, maka bayi
diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1-5
ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap
12 jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 mg/kg/hari
dan setiap hari dinaikkan sampai 200 mg/kg/hari pada akhir
minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini
disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi
kurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya agositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh
karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai
pada masa perinatal memperbaiki keadaan sosial ekonomi,
program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan kesehatan, keluarga
berencana, perawatan antenatal dan post natal), screening
(TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat
kelahiran dan pera8atan yang terjamin kebersihannya. Tindakan
aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung
maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah
infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas
lain yang berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah itu maka
perlu dilakukan :
1. Tindakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan
bayi yang tidak terkena infeksi.
2. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang
bayi.
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
14
3. Membersihkan tempat tidur bayi segera setelah tidak dipakai
lagi (paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama
1 minggu untuk kemudian dibersihkan dengan cairan
antisptik).
4. Membersihkan ruangan pada waktu-waktu tertentu
5. Setiap bayi memiliki peralatan sendiri.
6. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian
yang telah disediakan.
7. Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat
bayi.
8. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik-baiknya.
9. Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang
kaca.
e. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi
mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum
bisa menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan
menggunakan pipet.
f. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan
pada bayinya. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan
ibu menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang
lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.
g. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS
bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan
barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan tidak ada in-eksi,
bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang. Namun ada juga
sejumlah RS yang menggunakan patokan berat badan. Misalnya
bayi baru boleh pulang kalau beratnya mencapai 2 kg kendati
sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi
kesehatan bayi secara umum (Adnyanti, 2011).
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
15
2) Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi.
Namun dengan kuasa Tuhan, ibu-ibu hamil yang melahirkan bayi
prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang
proteinnya
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
ibu
yang
melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu
memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung
didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat
mempercepat pertumbuhan berat anak.
b. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah
suhu tubuh yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus
mengusahakan supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu
kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan
menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.
c. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi.
Karenanya orang tua harus berhati-hati menjaga keadaan si kecil
supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan
terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum
memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau
setelah disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup.
Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus
BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali
segera membawanya ke dokter.
e. Berikan stimulus yang sesuai
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai,
memijat,
mengajak
bermain,
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
menimang,
menggendong,
16
menuujukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar-gambar
dan mainan berwarna cerah.
f. Lamanya Perawatan
Secara prinsip, semua rumah sakit di tanah air sudah bisa
merawat
bayi
dengan
BBLR
kecuali
yang
disertai
ketidakmatangan organ-organ vital seperti paru-paru dan jantung
yang hanya dapat ditangani oleh rumah sakit dengan fasilitas
NICU (Neonatal Intensive Care Unit). Ruang NICU adalah ruang
perawatan intensif untuk bayi baru lahir yang memerlukan
pengobatan dan pera8atan khusus, guna mencegah dan
mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. NICU sendiri
merupakan sarana terdapat pada level perawatan 3.
Untuk diketahui, level perawatan pasien di rumah sakit
dibagi tiga bagian. Level 1 merupakan perawatan biasa, pasien
dirawat di ruang atau kamar biasa dan tidak memerlukan alat
atau fasilitas khusus. Pada level 2, ruang perawatan memerlukan
monitor dan inkubator. Sedangkan di level 3, selain monitor dan
inkubator, ruangan juga mesti difasilitasi ventilator. Monitor
berfungsi untuk mengontrol detak jantung dan otak. Sedangkan
ventilator untuk membantu sistem pernapasan. Bayi BBLR
umumnya dirawat di level 2 dan 3. Dokter anak khususnya
bagian perinatologi sangat berperan dalam perawatan dan
pengobatan kasus-kasus seperti ini.
Soal lamanya waktu perawatan pasien bayi dengan BBLR
tentu tergantung kasus. Iamun biasanya mereka diperbolehkan
pulang jika sudah mendekati tanggal kelahiran idealnya. Contoh
bayi yang dilahirkan 6 minggu lebih dini dari seharusnya,
biasanya mesti menjalani perawatan di rumah sakit kurang lebih
4 minggu, atau lebih cepat dua minggu dari kelahiran idealnya.
Pertimbangan lainnya, bayi akan dipulangkan jika kondisi
tubuhnya sudah stabil, organ-organ vitalnya sudah berfungsi
baik, dan berbagai resiko yang mengancam sudah bisa dihindari.
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
17
Salah satu indikatornya adalah kemampuan bayi untuk mengisap
atau buang air besar dan kecil sudah baik.
Oleh sebab itu pemulangan paksa pasien bayi dengan
BBLR oleh orang tua/keluarga sangat tidak disarankan karena ia
dapat mengalami berbagai resiko kesehatan, seperti infeksi, gagal
napas, gagal !antung dan sebagainya (Tanto, 2014).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Neonatal Prematur
2.2.1 Pengkajian
a. Biodata
1) Umur kurang dari 16 tahun atau diatas 35 tahun.
2) Pekerjaan dan penghasilan sering kali dapat menggambarkan
status sosial ekonomi terutama dalam kecukupan gizi saat hamil
yang kurang.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada kelahiran premature dirasakan bayi lahir berat badan
kurang dari 2500 gram sesuai umur kehamilan. Sedangkan pada
dismatur berat bayi lahir kurang dari 2500 gram tetapi tidak sesuai
umur
kehamilan.
Pada
ANC
adanya
riwayat
perdarahan
antepartum, pre eklampsia dan eklampsia, jarak kehamilan dan
bersalin terlalu dekat, adanya gangguan pembuluh darah, gangguan
insersi tali pusat, kelainan bentuk plasenta, kahamilan ganda, hamil
dengan hidramnion.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Adanya penyakit menahun pada ibu, hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah, penyakit paru dan penyakit gula, infeksi dalam
rahim.
d. Riwayat Obstetric
Riwayat menstruasi : ingat hari pertama menstruasi terakhir,
denyut jantung terdengar pada minggu ke 18 sampai 22.
e. Pola Aktivitas Sehari-hari
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
18
Kaji apakah ibu merokok atau minum alkohol, sebab rokok dan
alkohol merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
kelahiran dengan berat badan rendah.
f. Pemeriksaan Fisik (Doengoes, 2001)
1. Sirkulasi
Biasanya Nadi apikal mungkin cepa/tidak teratur dalam batas
normal (120 sampai 160 dpm) murmur jantung yang dapat
menandakan duktus arteriosus paten (PDA)
2. Makanan/cairan
Berat badan kurang dari 2500 g
3. Neurosensori
a) Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
b) Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh: sutura
mungkin
mudah
di
gerakan,
-ontanel
mungkin
besar/terbuka lebar
c) Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin
merapat reflek tergantung pada usia gestasi
4. Pernafasan
a) Apgar score mungkin rendah
b) Pernafasan dangkal, tidak teratur, perna-asan diafragmatik
intermiten (40-60×/mnt) mengorok, pernafasan cuping
hidung, retraksi suprasternal subternal, sianosis ada.
c) Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan
sindrom distres pernafasan (RDS)
5. Pencernaan
Destensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang,
volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan
lambung
bertambah,
daya
untuk
mencernakan
dan
mengabsorbsi lemak laktosa, kerja dari sfingter kardio esofagus
yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi
lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi.
6. Keamanan
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
19
a. Suhu berfluktuasi dengan mudah
b. Menangis mungkin lemah
c. Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum
d. Kulit transparan
e. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
f. Ekstremitas tampak edema
g. Garis telapak kaki terlihat
h. Kuku pendek
7. Imonologi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkuran karena rendahnya
kadar Ig gamma globulin, bayi premature relatif belum
sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap peradangan masih belum baik.
2.2.2 Diagnosa
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat
pernafasan perkembangan otot, penurunan energi/ kelelahan.
c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
imaturitas produksi enzim.
d. Resiko
terjadi
penurunan
hipotermia
berhubungan
dengan
perkembangan SSP imatur, ketidakmampuan merasakan dingin
berkeringat.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur
invasive
2.2.3 Intervensi
Intervensi 1
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan
pertukaran gas teratasi
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
20
Kriteria hasil :
- Mempertahankan kadar po2/pco2 dalam batas normal.
- Menderita RDS minimal, dengann penurunan kerja pernapasan dan
tidak ada morbiditas.
- Bebas dari displasia bronkopulmonal.
Intervensi
Rasional
- Kaji ulang informasi yang - Persalinan
yang
lama
berhubungan dengan kondisi
meningkatkan resiko hipoksa dan
bayi, seperti lama persalinan,
depresi pernapasan dapat terjadi
tipe kelahiran, apgar skor,
setelah
pemberian
atau
kebutuhan tindakan resusitasi
penggunaan obat oleh ibu. Selain
saat kelahiran, dan obatitu bayi yang memerlukan
obatan ibu yang digunakan
tindakan resusitatif pada kelahiran
selama
kehamilan
atau
atau apgar skornya rendah,
kelahiran
termasuk
memerlukan intervensi lebih
betametason
untuk menstabilkan gas darah dan
mungkin menderita cidera SSP
dengan kerusakan hipotalamus
yang
mengontrol
fungsi
pernapasan.
Pemberian
kortikosteroid pada ibu dalam 1
minggu sebelum lahir membantu
mengembangkan maturitas paru
bayi dan produksi surfaktan.
-
Kaji
status
pernapasan, perhatikan tanda-anda distress
pernapasan,
(misalnya
takipnea, pernapasan cuping
hidung, pernapasan dada,
ronchi atau krekels).
Takipnea menandakan distress
pernapasan,
khususnya
bila
pernapasan lebih besar 60X /
menit, setelah 5 jam pertama
kehidupan terdapat pernafasan
cuping hidung sebagai mekanisme
kompensasi untuk menambah
diameter
hidung
dan
meningkatkan masukan oksigen.
Krekels atau ronchi menandakan
vasokontriksi pulmonal yang
berhubungan dengan PDA.
-
Hisap hidung dan orofaring dengan hati-hati 5-10 detik,
observasi pemantauan oksigen
traskutan
atau
oksimeter
sebelum
dan
selama
penghisapan
Mungkin
perlu
untuk
mempertahankan kepatenan jalan
napas, khususnya pada bayi yang
menerima ventilasi terkontrol.
Penghisapan dapat merangsang
saraf
vagus,
menyebabkan
bradikardi
hipoksemia
atau
bronkospasme.
-
Tingkatkan
Menurunkan laju metabolik dan
istirahat
dan -
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
21
minimalkan rangsangan serta
penggunaan energi
Posisikan bayi pada abdomen bila mungkin berikan matras
tidak rata sesuai indikasi.
konsumsi oksigen.
-
Pantau terhadap tanda-tanda nekrosis
enterokoktis.
Hipoksi dapat menyebabkan pirau
darah
ke
otak
sehingga
menurunkan sirkulasi ke usus
dengan akibat lanjut kerusakan sel
usus dan invasi oleh bakteri
pembentuk gas.
-
Pantau pemeriksaan BGA secara berseri atau berkala
Hipoksemia, hiperkapnia dan
asidosis menurunkan produksi
surfaktan, kadar Pa O2 harus 50
sampai dengan 70 mmHg atau
lebih, kadar Pa CO2 harus 35
sampai 45 mmHg dan saturasi
oksigen 92 % sampai 94 %.
-
Lakukan Thorak foto berseri
-
Untuk memantau atelektasis,
bronkogram udara menunjukkan
RDS.
-
Berikan
oksigen
kebutuhan
sesuai -
Hipoksia dan asidemia dapat
berlanjut menurunkan produksi
surfaktan, meningkatkan tahanan
vaskuler pulmonal dan vaso
kontriksi
dan
menyebabkan
daktus arteriosus tetap terbuka.
-
Lakukan drainase postural, fisioterapi dada atau vibrasi
lobus setiap 2 jam, sesuai
indikasi. Perhatikan toleransi
bayi terhadap prosedur.
Berikan obat sesuai indikasi natrium
bikarbonat
dan
surfaktan
Memudahkan
penghilangan
sekresi, waktu disesuaikan dengan
toleransi bayi
-
-
Memungkinkan ekspansi dada
optimal merangsang pernapasan
dan pertumbuhan ventrikel.
Penggunaan natrium bikarbonat
dapat membantu menaikkan PH
ke dalam rentang normal.
Surfaktan untuk menurunkan
beratnya kondisi dan komplikasi
yang berhubungan efek barakhir
sampai 72 jam.
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
22
Intervensi 2
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat
pernafasan perkembangan otot, penurunan energi/ kelelahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola napas
efektif.
Kriteria Hasil:
- Mempertahankan pola pernapasan (periodic apnoe 5 -10 detik)
- Membran mukosa merah
- Frekuensi jantung dalam batas normal (120-160 x / menit)
Intervensi
Rasional
- Kaji frekuensi pernapasan dan - Membantu dalam membedakan
pola pernapasan, perhatikan
periode perputaran pernapasan
adanya apnea dan perubahan
normal dari serangan apnoe sejati
frekuensi jantung, tonus otot
yang terutama sering terjadi
dan warna kulit, berkenaan
sebelum gestasi minggu ke 30.
dengan
prosedur
atau
perawatan.
-
Hisap jalan
kebutuhan.
napas
-
Posisikan bayi terlentang dengan bantal tipis di bawah
bahu untuk menghasilkan
sedikit hiperektensi.
Posisi
dapat
memudahkan
pernapasan dan menurunkan
episode apnoe khususnya pada
adanya
hipoksia,
asidosis
metabolik atau hiperkapnia.
-
Berikan rangsangan taktil bila apnea.
Merangsang
SSP
untuk
meningkatkan gerakan tubuh dan
kembalinya pernapasan spontan.
-
Lakukan pemeriksaan serum elektrolit, glukosa serum,
kultur darah sesuai indikasi.
Hipoksia, asidosis metabolik,
hiperkapnia,
hipoglikemia,
hipokalsemia dan sepsis dapat
memperberat serangan apnea.
-
Berikan
indikasi
sesuai -
Perbaikan kadar oksigen dan
karbon
dioksida
dapat
meningkatkan fungsi pernapasan.
-
Berikan
obat-obatan (antibiotic, calsium gulkonas,
aminofilin).
Antibiotik mengatasi infeksi
pernapasan
atau
sepsis
hipokalsemia mempredisposisikan
bayi pada apnea. Aminofilin dapat
meningkatkan aktivitas pusat
pernapasan dan menurunkan
oksigen
sesuai -
Menghilangkan mukus
menyumbat jalan napas.
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
yang
23
karbondioksida,
frekuensi apnea.
menurunkan
Intervensi 3
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
imaturitas produksi enzim.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi teratasi
Kriteria hasil :
- Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan BB dalam kurva
normal, dengan penambahan BB tetap sedikitnya 20-30 g/hari.
- Mempertahankan glukosa serum DBN dan keseimbangan nitrogen
positif.
Intervensi
Rasional
- Kaji
maturitas
refleks - Menentukan metode pemberian
berkenaan dengan pemberian
makan yang tepat untuk bayi.
makan
(mis,
menghisap,
menelan, gag, dan batuk).
- Auskultasi terhadap adanya - Pemberian makan pertama pada
bising usus. Kaji status fisik
bayi stabil yang memiliki
dan status pernapasan.
peristaltik dapat dimulai 6-12 jam
setelah kelahiran. Bila distress
pernapasan ada, cairan perenteral
diindikasikan, dan cairan peroral
harus ditunda.
- Mulai
pemberian
makan - Pemberian
makan
perselang
sementara
atau
dengan
mungkin perlu untuk memberikan
menggunakan selang sesuai
nutrisi yang adekuat pada bayi
indikasi
yang telah mengalami koordinasi
menghisap yang buruk dan refleks
menelan atau yang menjadi lebih
selama pemberian makan.
- Kaji pernapasan yang tepat - Pemasangan selang pada trakea
dari selang pemberian makan
yang
tidak
tepat
dapat
pada bayi, gunakan prosedur
menurunkan fungsi pernapasan.
pengkleman yang tepat untuk
Bila 1 ml atau kurang aspirasi dari
mencegah masuknya udara
lambung, penjumlahan ini harus
kedalam lambung
dikurangi dari makanan yang akan
diberi dan dimasukan kembali
kedalam selang. Bila > 2 ml
diaspirasi, jadwal pemberian
makan perlu diubah.
-
Masukan ASI/formula dengan -
Pemasukan
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
makanan
kedalam
24
perlahan selama 20 menit
pada kecepatan 1 ml/menit.
lambung yang terlalu cepat dapat
menyebabkan respons balik cepat
regurgitasi, peningkatan resiko
aspirasi, dan distensi abdomen,
semua ini menurunkan status
pernapasan.
Penggunaan energi berlebihan
selama
makan
menurunkan
ketersediaan
kalori
untuk
pertumbuhan dan perkembangan
normal. Pengguanaan selang
secara total atau sementara
mungkin perlu untuk menurunkan
kelelahan. Pemberian makan
peroral tidak tepat bila frekuensi
pernapasan > 60/menit.
-
Kaji tingkat energi dan penggunaannya,
derajat
kelelahan,
frekuensi
pernapasan, dan lama waktu
yang diperlukan untuk makan.
-
Penuhi kebutuhan menghisap pada
bayi
dengan
menggunakan dot selama
pemberian makan perselang.
Bila bayi menjadi kadangkadang menyusu ASI, ibu
dapat menggosok dot pada
payudara, melembabkannya
dengan sedikit ASI untuk
memberi bau padanya. Ia
dapat juga menggendong bayi
selama pemberian makan.
Tunda
drainase
postural selama sedikitnya 1 jam
setelah pemberian makan.
Memberikan
kepuasaan
oral
sehingga bayi menghubungkan
kepuasaan diri dalam menghisap
dengan
kenyamanan
dari
pengisian lambung.
-
Perhatikan adanya diare, muntah, regurgitasi, residu
lambung berlebihan, atau hasil
positif dari tes guaiak. (Rujuk
pada DK: konstipasi, resiko
tinggi terhadap).
Menandakan kerusakan fungsi
lambung. Residu lambung > 2 ml
(diaspirasi
melalui
selang
nasogastrik[NG]
sebelum
pemberian makan) menunjukkan
kebutuhan untuk menurunkan
jumlah pemberian makan dan
dapat menandakan absorpsi buruk
atau enterokolitis nekrotisan.
-
Pantau kadar Dextrosix dan Clinitest perprotokol.
Karena hepar imatur tidak
menyimpan atau melepaskan
glikogen dengan baik, resiko
-
Memungkinkan
pencernaan
optimal
dan
absorpsi
dan
pemberian makan, membantu
mencegah regurgitasi berkenaan
dengan peningkatan penanganan.
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
25
hipoglikemia
meningkat.
Hipoglikemia dapat di diagnosa
dengan kadar Dextrostix < 45
mg/dl. (Catatan: Bayi mungkin
asimtomatik bahkan bila hasil
Dextrostix serendah 20 mg/dl).
-
Pertahankan
termonetral lingkungan dan oksigenasi
jaringan yang tepat. Gangguan
pada bayi harus seminimal
mungkin.
-
Pantau bayi terhadap reaksi lokal atau sistemik untuk
pemberian makan parenteral
(mis,
peningkatan
suhu,
trombosis pembuluh darah,
dispnea,
muntah,
atau
sianosis)
-
Catat pertumbuhan dengan membuat pengukuran BB
setiap hari dan setiap minggu
dari panjang badan dan
lingkar kepala.
-
Mulai
pemberian
makan dengan air steril, glukosa, dan
ASI atau formula, dengan
tepat
Beri makan sesering mungkin sesuai indikasi berdasarkan
BB bayi dan perkiraan
kapasitas lambung.
-
Stress dingin, hipoksia, dan
penanganan yang berlebihan
meningkatkan laju metabolisme
dan kebutuhan kalori bayi,
kemungkinan
mengorbankan
pertumbuhan dan peningkatan
BB.
Kira-kira 50% komplikasi yang
berhubungan
dengan
nutrisi
parenteral total (NPT) adalah
karena
sepsis,
biasanya
septikemia Candida. Komplikasi
lain meliputi kelebihan beban
cairan
dan
obstruksi
atau
perubahan posisi kateter.
Pertumbuhan dan peningkatan
BB
adalah
criteria
untuk
penentuan kebutuhan kalori,
untuk menyesuaikan formula dan
untuk menentukan frekuensi
pemberian makan. Pertumbuhan
mendorong
peningkatan
kebutuhan kalori dan kebutuhan
protein.
Pemberian makan dini mencegah
penurunan cadangan.
Bayi < 1250g (2 lb 12 oz) diberi
makan setiap 2 jam, bayi antara
1500 dan 1800 d (3 bl 8 oz – 4 lb)
diberi makan setipa 3 jam.
Intervensi 4
Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan
SSP imatur, ketidakmampuan merasakan dingin berkeringat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hipotermia
teratasi
Kriteria hasil :
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
26
-
Mempertahankan suhu kilt /aksila dalam 95,9-99,1 F(35,5-37,3F)
bebas dari tanda-tanda stres dingin.
Intervensi
Rasional
Tempatkan
bayi
pada - Mempertahankan
lingkungan
penghangat (inkubator).
termonetral,
membantu
mencegah stress dingin.
-
Gunakan lampu pemanas selama prosedur penyebab
hangat atau bayi dengan tutup
plastik atau kertas aluminium
bisa tepat, obyek panas
berkontak dengan tubuh bayi
seperti stetoskop, linen dan
pakaian.
Menurunkan kehilangan panas
pada lingkungan yang lebih
dingin dari ruangan
-
Kurangi pemajanan pada aliran
udara,
hindari
pembukaan jendela inkubator
yang
tidak
semestinya.
Menurunkan kehilangan panas
karena konveksi atau konduksi
membatasi kehilangan panas
melalui radiasi.
-
Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah.
Menurunkan kehilangan
melalui evaporasi.
-
Berikan
penghangatan bertahap pada bayi dengan
stress
dingin.
Peningkatan suhu tubuh yang
cepat
dapat
menyebabkan
konsumsi oksigen berlebihan dan
apnea.
-
Observasi suhu tubuh pada awal pengahangatan tiap 15
menit.
Hipotermi
membuat
bayi
cenderung pada stress dingin,
penghangatan terlalu cepat akan
menyebabkan abnea.
-
Kaji kemajuan kemampuan bayi
untuk
beradaptasi
terhadap suhu rendah di dalam
incubator.
Bayi dapat mempertahankan suhu
tubuh stabil dalam ruangan dan
tetap meningkatkan berat badan.
panas
Intervensi 5
Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Kriteria hasil :
- Mempertahankan serum negatif
- CSS, urin dan kultur nasofarengeal dengan hitung darah lengkap
trombosit, kadar PH.
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
27
-
Intervensi
Lakukan cici tangan pada
orang tua, staf, dan tenaga
kesehatan
lain,
gunakan
antiseptic dalam membantu
prosedur invansif.
-
Rasional
Mencuci tangan adalah praktek
yang paling penting untuk
mencegah kontaminasi silang
serta mengontrol infeksi dalam
ruang perawatan
-
Berikan jalan yang adekuat
antara bayi, gunakan ruangan
isolasi terpisah dan tekhnik
isolasi sesuai indikasi.
-
Memberikan jarak 4-6 x dengan
bayi, membantu mencegah
penyebaran droplet infection
melalui udara.
-
Kaji bayi terhadap tanda
infeksi (ketidakstabilan suhu,
hipotermia atau hipotermi).
Lakukan perawatan tali pusat
sesuai protokol
-
Bermanfaat dalam mendiagnosa
infeksi.
-
Penggunaan alcohol, tripel day
dan berbagai antimikroba yang
membantu
mencegah
kolonisasi.
-
Siapkan lokasi tempat prosedur
invansif dengan alcohol 70 %.
-
Menurunkan
kemungkinan
bakteriemia.
-
Gunakan
selama
teknhik
aseptic
penghisapan.
-
Menurunkan kesempatan untuk
masuknya bakteri yang dapat
mengakibatkan
infeksi
pernapasan.
-
Observasi terhadap tanda syok
atau koagulasi intravaskuler
diseminata
(KID)
seperti
bradikardi, penurunan TD,
ketidakstabilan suhu, malas
minum, edema dan eritema
pada dinding abdomen.
Berikan ASI untuk pemberian
makan
bila
tersedia.
-
KID dapat terjadi dengan septic
gram negatif.
-
ASI
mengandung
IgA,
makrofak, limfosit dan netrofil
yang memberikan beberapa
perlindungan dari infeksi.
-
Berikan antibiotik intravena
sesuai
dengan
laporan
sensitivitas
-
Antibiotik
spectrum
luas
meliputi
ampisilin
dan
aminoglikosida
biasanya
diindikasikan, menunggu hasil
test kultur dan sensitivitas.
-
Pantau
-
Prematuritas
-
-
Pemeriksaan
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
insiden
phlebitis atau
menunjukkan
28
-
laboratorium
(jumlah
trombosit, glukosa darah dan
kadar
Ph
serum).
respons imun pada infeksi.
Sepsis menyebabkan jumlah
trombosit menurun, hipoglikemi,
hiperglikemi
atau
asidosis
metabolic menandakan infeksi.
Berikan
imunoglobuliin intravena dengan tepat
Penelitian
menunjukkan
Ig
intravena dapat meningkatkan
laju kehidupan pada bayi septic
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
29
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prematur adalah bayi yang sebelum waktunya, biasanya < 37 minggu
dengan berat badan antara 1000 – 2500 gram. Etiologi prematur yaitu faktor
ibu yang meliputi penyakit, usia, keadaan sosial ekonomi, faktor kehamilan,
faktor janin, faktor-faktor lain.
Penanganan yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan
pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung O2 pada bayi prematur
makin pendek masa kehamilan, makin sulit persoalan yang dihadapi dan
makin tinggi angka kematian perinatal.
Biasanya kematian disebabkan oleh pernafasan, infeksi cacat bawaan dan
trauma pada otak. Pengaturan suhu lingkungan seperti bayi dimasukkan dalam
incubator dengan suhu yang diatur sekitar 24-37 0C. Makanan BBLR
umumnya bayi prematur belum sempurna reflek menghisap dan batuknya,
kapaistas lambung masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet
sedikit demi sedikit namun sering.
Dasar perawatannya seperti pengawasan dan perawatan selama kehamilan
dan persalinan, pernafasan harus segera dibenahi, pertahankan suhu tubuh
berikan nutrisi yang sesuai pencegahan infeksi.
3.2 Saran
Alhamdulillah, makalah mengenai “Makalah Askep Pada Neonatal
Prematur” ini dapat penulis selesaikan tanpa ada halangan suatu apapun.
Penulis sadari dalam penyusunan masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan.
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Adnyanti, Niti. 2011. Laporan Pendahuluan Pada Bayi Premature. Bali
http://niti-adnyani.blogpost.co.id/201/09/laporan-pendahuluan-pada-pasiendengan 4945.html (diakses pada tanggal 13 Desember 2015).
2. Doenges,Marilyn.2001.Rencana Perawatan Maternal Bayi Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi2. Jakarta :EGC
3. Lia, Dewi VN. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jogjakarta :
Salemba Medika.
4. Tanto, Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV. Jakarta : Media
Aesculapius.
5. Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta :
EGC.
(Askep Pada Neonatal : Prematuris– Kelompok 1)
31
Download