EPIDEMIOLOGI “JENIS INVESTIGASI EPIDEMIOLOGI : EKSPERIMENTAL STUDI” OLEH : KELOMPOK IX ALIM NUR PATTAH (C12116034) ARFIANI JUHRAN (C12116034) NURUL HIDAYAH (C12116034) NURUL RAFIQA W. (C12116034) FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................... Ошибка! Закладка не определена. BAB I .................................................................................................................... Ошибка! Закладка не определена. PENDAHULUAN ................................................................................................ Ошибка! Закладка не определена. Latar Belakang .................................................. Ошибка! Закладка не определена. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4 BAB II ................................................................................................................... Ошибка! Закладка не определена. PEMBAHASAN ................................................................................................... Ошибка! Закладка не определена. Defenisi Studi Eksperimental ....................... Ошибка! Закладка не определена. Jenis Studi Eksperimental .................................................................................... ......................................................................................................................................... О шибка! Закладка не определена. Kelebihan dan Kekurangan Studi Eksperimen .................................................... 21 Langkah-Langkah Studi Eksperimen ................................................................... 21 Contoh Nyata Studi Eksperimen dalam Masyarakat ........................................... 22 BAB III ............................................................................................................................... О шибка! Закладка не определена. PENUTUP ............................................................................................................................... О шибка! Закладка не определена. Kesimpulan ............................................ .......... Ошибка! Закладка не определена. Saran ......................................................................................................................................... О шибка! Закладка не определена. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25 KATA PENGANTAR ِب ۡس ِم ه ٱلر ِح ِيم ٱلر ۡح َٰم ِن ه ٱَّللِ ه Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Tuhan Semesta Alam karena atas izin dan kehendak-Nya jualah tugas sederhana ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai “Jenis Investigasi Epidemiologi : Eksperimental Studi”. Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini dan juga berbagai sumber seperti buku,e-book dan lainnya. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah memberikan limpahan ilmu yang berguna bagi kami. Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih sedikit. Dalam makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar dapat menyempurnakan makalah ini.Harapan kami, makalah ini dapat menjadi referensi bagi kami untuk pembuatan makalah selanjutnya . Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya. Penulis BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam epidemiologi, teknik desain experimental dasar memiliki banyak nama. Beberapa istilah yang dipakai mencakup epidemiologi experimental, analitik, uji terapeutik, studi experimental, uji profilaktik, uji kontrol terandomisasi dan uji experimental. Istilah yang sering digunakan di bidang epidemiologi adalah studi experimental. Penulis lebih memilih menggunakan istilah desain studi experimental, suatu istilah yang sering digunkan dikebanyakan bidang penelitian. Epidemiologi sebagai salah satu disiplin ilmu kesehatan yang relatif masih baru bila dibandingkan dengan beberapa disiplin ilmu lain, pada saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Epidemiologi terbagi atas dua kelompok yaitu, kelompok epidemiologi deskriptif dan epidemiologi experimental. Dalam makalah ini akan dibahas tentang epidemiologi experimental. Epidemiologi experimental adalah ilmu yang mempelajari determinan yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan (Lapau, 2009). Epidemiologi experimental merupakan fase kedua dari fase pendekatan epidemiologi karena pada fase ini dicoba untuk menganalisis penyebab penyakit dengan cara menguji hipotesis untuk menjawab pertanyaan seperti bagaimana timbulnya dan berlanjutnya penyakit.Unit analisis dari studi epidemiologi adalah sekelompok masyarakat yang bertempat tinggal sama di suatu daerah batas negara, propinsi, kabupaten, kotamadya, kecamatan, desa, serta tempat lainnya dan merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara masalah-masalah kesehatan dengan distribusi dan frekuensi penyakit yang menimpa masyarakat yang disebut sebagai epidemiologi experimental. Epidemiologi experimental sering digunakan atau dipakai pada penelitian kesehatan untuk mengetahui dan mempelajari hubungan antara faktor risiko dan masalah-masalah kesehatan yang terjadi di dalam masyarakat (Chandra, 2009). 2. Rumusan Masalah 1) Apa defenisi studi experimental ? 2) Apa saja Jenis studi experimental ? 3) Apa Kelebihan dan kekurangan studi experimental ? 4) Bagaimana Langkah-langkah investigasi studi experimental ? 5) Bagaimanakah contoh nyata dalam kasus epidemiologi? 3. Tujuan Masalah Mahasiswa Mampu Mengetahui : 1) Defenisi studi experimental 2) Jenis studi experimental 3) Kelebihan dan kekurangan studi experimental 4) Langkah-langkah investigasi studi experimental 5) Contoh nyata dalam kasus epidemiologi BAB II PEMBAHASAN 1. Defenisi Studi Experimental Eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan “jika kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di kontrol secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen. Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2011). Penelitian eksperimen merupakan metode yang paling kuat untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat. Penelitian ini telah dilakukan sejak lama seperti penelitian yang dilakukan oleh James Lind dan Goldberger walaupun jumlahnya sangat sedikit, Hambatan utama dalam penelitian eksperimen pada manusia adalah faktor etis nelitian eksperimen pada manusia baru berkembang pada beberapa dasawarsa terakhir ini dan berbagai metode dan analisis yang kita kenal saat ini pun berkembang pada saat itu. Hal ini menunjukkan bahwa eksperimen pada manusia dapat dikatakan merupakan hal baru. Karena kondisi tersebut maka penelitian hubungan sebab-akibat banyak dilakukan dengan pendekatan observasional atau dilakukan tanpa menggunakan kontrol atau sebagai pembandingnya digunakan pengalaman pengobatan penyakit pada masa sebelumnya dan hanya didasarkan pada memori saja. Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk mengukur efek dari suatu intervensi terhadap hasil tertentu yang diprediksi sebelumnya.Desain ini merupakan metode utama untuk menginvestigasi terapi baru.Misal, efek dari obat X dan obat Y terhadap kesembuhan penyakit Z atau efektivitas suatu program kesehatan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Beberapa contoh penelitian dengan desain eksperimental, seperti mengukur efektivitas penggunaan antibiotik terhadap perawatan wanita dengan gejala infeksi saluran urin dengan hasil tes urin negatif / negative urine dipstict testing dan efektivitas program MEND (Mind, Exercise, Nutrition, Do it) terhadap tingkat obesitas pada anak (Bonita, 2006). Penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat di definisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship). 2. Jenis Studi Experimental Menurut Sugiyono (2011) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitupre-experimental design, true experimental design, dan quasy experimental design. (1) Pre-Experimental Design Desain ini dikatakan sebagai Pre-experimental design karena belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh.Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Bentuk Pre-experimental design dibagi beberapa macam antara lain: a) One-Shoot Case Study Jenis one-shot case study dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. Adapun bagan dari oneshot case study adalah sebagai berikut: XO X O Perlakuan independen terhadap variabel Pengamatan (Treatment independent variable) of terhadap atau variabel (Observation or pengukuran dependen measurement of dependent variable) Dengan X: kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O: kejadian pengukuran atau pengamatan. Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O). b) The one group pretest-posttest design Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group pretestposttest design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan dapat diketahui dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Adapun desain eksperimen One Group Pre Test-Post Test Design sebagai berikut a) : Mengadakan Pre test Maksud dari pemberian pre test adalah untuk mengetahui kemampuan motorik halus sebelum diberikan intervensi. b) Memberikan Intervensi Memberikan intervensi peningkatan kemampuan motorik halus dengan penggunaan keterampilan kolase (menempelkan guntingan sedotan pada sebuah gambar) yang diberikan pada anak Tunagrahita Ringan.Adapun pemberian intervensi sebagai berikut : 1) Pelaksanaan intervensi di lakukan empat kali pertemuan selama dua minggu, dan setiap minggunya keterampilan kolase diterapkan dengan dua kali pertemuan. Waktu dari setiap pertemuan adalah antara 30 menit untuk menyelesaikan permainannya. Waktu yang diambil merupakan asumsi dari kepala sekolah yang ditempati untuk penelitian. 2) Pada setiap pertemuan, keterampilan kolase dengan media dan materi yang sama diberikan. Keterampilan kolase diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan. Setiap anak tentu akan berbeda dalam menjalani kegiatan dari keterampilan kolase, sesuai dengan apa yang dipilih. Setiap anak dalam setiap pertemuan mendapatkan media gambar yang berbeda. c) Mengadakan posttest Posttest diberikan kepada anak Tunagrahita ringan dengan tujuan untuk mengetahui perubahan yang dialami oleh subyek penelitian dalam hal kemampuan motorik halus melalui keterampilan kolase (menempelkan guntingan sedotan pada sebuah gambar), Posttest dilaksanakan setelah intervensi diberikan pada subyek Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut. O1 X O2 Pretest Treatment Posttest Keterangan : O1 : Pretest X : Treatment (perlakuan) O2 : Posttest Adapun penjelasannya sebagai berikut: (1) Memberikan O1, yaitu pretest untuk mengukur skor peningkatan kemampuan motorik halus anak Tunagrahita ringan sebelum melakukan keterampilan kolase. (2) Memberikan treatment keterampilan kolase (menempelkan guntingan sedotan pada sebuah gambar). (3) Memberikan O2, yaitu posttest untuk mengukur skor kemampuan motorik halus anak Tunagrahita ringan sesudah melakukan keterampilan kolase (menempelkan guntingan sedotan pada sebuah gambar). (4) Membandingkan O1 dan O2 untuk menentukan seberapa besar perbedaan yang timbul, sebelum dan sesudah menggunakan keterampilan kolase untuk mengukur kemampuan motorik halus anak Tunagrahita ringan. Adapun kelebihan dan kekurangan desain eksperimen (One Group PreTest-Post Test design) menurut Nazir (2003: 232) yaitu: Pre test sebelum dikenakan perlakuan, dan adanya post test sesudah perlakuan dikenakan, maka dapat dibuat perbandingan terhadap variabel terikat dari kelompok percobaan yang sama. Sedang bias pemilihan variabel mortalitas (hilang atau mati) dapat dihilangkan dengan menjamin bahwa kedua test tersebut adalah semua unit percobaan. Adapun Kelemahan validasi internal dirasakan kurang, hal ini dikarenakan tidak ada jaminan yang menyatakan bahwa perbedaan antara O1 dan O2 selalu disebabkan oleh perlakuan X (keterampilan kolase dengan kemampuan motorik halus). Desain ini juga menghasilkan error, antara lain: Efek testing : Error yang disebabkan oleh karena berubahnya mood seseorang dengan adanya pemberian pretest, sehingga akan mengubah sikap atau minat dalam bermain serta dapat mempengaruhi pada posttest. Jadi, perubahan ukuran pada hasil (nilai) bukan saja disebabkan oleh X tetapi juga dipengaruhi oleh O1. Pengaruh maturasi : Perubahan yang terjadi atas murid karena gerakan waktu, seperti lebih dewasa, menjadi lebih berminat dan lain-lain. Error regresi : Error statistik yang dapat dihindarkan jika kelompokkelompok ekstrem dibandingkan dalam pretest dan posttest. Subyek dengan skor tinggi pada uji awal cenderung akan turun skornya pada uji akhir, sebaliknya subyek dengan skor rendah pada uji awal akan cenderung naik pada uji akhir. Skor tinggi atau rendah pada uji awal (pretest) dapat terjadi karena factor kebetulan saja sehingga jika terjadi perubahan skor hasil tes pada uji kedua bukan karena perubahan yang sesungguhnya tetapi adanya efek regresi statistik ini. c) The static-group comparison Penelitian jenis ini menggunakan satu group yang dibagi menjadi dua, yang satu memperoleh stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang lain tidak mendapatkan stimulus apapun sebagai alat kontrol. Masalah yang akan muncul dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak. X O1 O2 O1 : Hasil pengukuran kelompok yang diberi perlakuan O2 : Hasil pengukuran kelompok yang tidak di beri perlakuaN Pengaruh perlakuan : O1 – O2 (2) True Experimental Design Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Jadi, validitas internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true experiments menurut Suryabrata (2011) adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan. True experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel secara random. Design ini terbagi atas: a) Pretest-posttes control group design R O1 X O2 R O3 O4 Dalam desain ini terdapat dua grup yang dipilih secara random kemudian diberi pretest untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara group eksperimen dan group kontrol.Hasil pretest yang baik adalah jika nilai group eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3) b) Posttest-only control group design Kelompok Eksperimen R X O1 Kelompok Kontrol R O2 Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing di pilih secara Random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang di beri perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang di tidak diberi perlakuan adalah kelompok kontrol. Dalam penelitian yang sesungguhnya pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang di berikan berpengaruh secara signifikan. (3) Factorial Design Factorial Design merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperlihatkan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan ( variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen). Design faktorial dapat digambarkan seperti berikut: R R O1 O3 X Y1 Y1 O2 O4 R R O5 O7 X Y2 Y2 O6 O8 Penelitian eksperimen dengan desain ini cara melakukannya adalah dengan memilih semua kelompok secara random kemudian diberikan pretest.. Sesuai paradigma penelitian yang seperti ada di atas, variabel moderatornya adalah Y1 dan Y2. Sebagai gambaran dari penelitian dengan desain ini adalah penelitian untuk mengukur pengaruh pelayanan akademik baru di suatu sekolah terhadap kepuasan siswa. Untuk itu, peneliti kemudian memilih empat kelompok yang diambil secara random dan diberiken pretest Peneliti menggunakan jenis kelamin sebagai variabel moderator yaitu laki-laki (Y1) dan perempuan (Y2). Perlakuan pelayanan akademik baru dicobakan pada kelompok eksperimen pertama yang sebelumnya telah diberikan pretest (O1 = Kelompok laki-laki), Kelompok eksperimen kedua (05 = Kelompok perempuan) yang sebelumnya telah diberikan pretest juga mendapat perlakuan yaitu pelayanan akademik baru. Untuk mengetahui besarnya pengaruh perlakuan terhadap kepuasan siswa di suatu sekolah untuk kelompok laki-laki dapat diperoleh dengan cara = (O2 - O1) - (O4 - O3). Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh perlakuan terhadap kepuasan siswa untuk kelompok perempuan dapat diperoleh dengan cara = (O6 - O5) - (O8 - O7). Kelompok yang baik untuk dijadikan penelitian adalah ketika memiliki hasil pretest yang sama yaitu antara O1 = O3 = O5 = O7 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, bila terdapat perbedaan pengaruh pelayanan akademik baru terhadap kepuasan siswa antara kelompok laki-laki dan perempuan. Maka penyebab utama kepuasan siswa bukan pada perlakuan yaitu pelayanan akademik baru, melainkan adalah jenis kelamin yang berperan sebagai variabel moderator. Hal ini dapat diketahui karena perlakuan yang diberikan sama, yaitu dengan cara yang sama, di tempat yang sama, pada kondisi yang sama, hanya yang membedakan adalah pihak-pihak yang memberikan pelayanan akademik baru berbeda yaitu antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Dengan menggunakann desain penelitian ini, peneliti menjadi tahu bahwa ada variabel moderator yang memiliki pengaruh besar terhadap kepuasan siswa. (3) Quasi Experimental Design Quasi experiments disebut juga dengan eksperimen semu. Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya.Dalam eksperimen ini, jika menggunakan random tidak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup kontrol (Fatoni, 2013). Tujuan penelitian experiment semu adalah untuk menjelaskan hubungan-hubungan, megklarifikasi penyebab terjadinya suatu peristiwa, atau keduanya.Desain penelitian quasi eksperimen sering digunakan pada penelitian lapangan (Riyanto, 2011). Bentuk-bentuk quasi experiments antara lain yaitu Time Series Design dan Nonequivalent Control Group Design a) Time Series Design Ciri desain ini adalah grup yang digunakan tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, grup diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan grup sebelum diberi perlakuan. Jika hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti grup tersebut dalam kondisi tidak stabil dan tidak konsisten. Setelah kondisi labil maka perlakuan dapat mulai diberikan. O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8 Hasil tes yang baik adalah O1 = O2 = O3 = O4 dan hasil perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7 = O8. Besarnya pengaruh perlakuan adalah = (O5 + O6 + O7 + O8) – (O1 + O2 + O3 + O4). Kemungkinan hasil penelitian dari desain ini apabila dilihat dalam bentuk grafik dapat terlihat seperti di bawah ini: Gambar 1 : Berbagai kemungkinan hasil penelitian menggunakan desain time series. Hasil penelitian paling baik ditunjukkan pada Grafik A. Hasil pretest menunjukkan kelompok stabil dan konsisten (O1=O2=O3=O4) setelah diberi perlakuan keadaannya meningkat secara konsisten (O5=O5=O7=O8). Grafik B memperlihatkan ada pengaruh perlakuan terhadap kelompok yang sedang di eksprimen, tetapi setelah itu kembali lagi pada posisi semula. Jadi pengaruh perlakuan hanya contoh. Pada waktu pelatihan, penataran kemampuannya meningkat tetapi setelah kembali ke tempat kerja kemampuannya kembali seperti semula. Grafik C memperlihatkan pengaruh luar berperan daripada pengaruh perlakuan sehingga grafiknya naik terus. Grafik D menunjukkan kelompok tidak menentu. b) Nonequivalent Control Group Design Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, tetapi pada desain ini group eksperimen maupun group kontrol tidak dipilih secara random. O1 X O2 O3 O4 Sebagai contoh dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap derajat prestasi siswa sebuah sekolah. Desain penelitian dipilih satu kelompok kelas, selanjutnya kelas tersebut diberi perlakuan senam pagi setiap hari dan kelompok kelas yang lain tidak. O1 dan O3 merupakan derajat prestasi siswa sebelum ada perlakuan senam pagi. O2 adalah derajat prestasi siswa setelah diberi treatment senam pagi selama 1 tahun. O4 adalah derajat prestasi siswa yang tidak diberi perlakuan senam pagi. Pengaruh senam pagi terhadap derajat prestasi siswa adalah (02 – O1) – (O4 – 03). Dalam buku Konsep dasar Epidemiologi menjelaskan bahwa studi experimental dibagi menjadi dua yaitu Acak (Randomized Controlled Trial atau RCT) dan Uji Klinik. c) Randomized Controlled Trial Populasi Sumber Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Menolak Berpartisipasi Setuju Berpartisipasi Randomisasi Perlakuan Kontrol Randomized Controlled Trial atau RCT adalah studi eksperimen yang menggunakan prosedur acak untuk mengalokasikan berbagai level faktor penelitian kepada subjek penelitian. Peneliti mengikuti subjek penelitian untuk melihat beberapa banyak subjek menunujukkan perbaikan dalamkelompok perlakuan maupun kontrol.jika perbaikan hasillebih banyak dijumpai pada kelompok perlakuan daripada kontrol maka disimpulkan terapi baru memang lebih baik. Kelompok kontrol dalamRCT dapat berupa plasebo,terapi kini, atau no treatment (True Experiment) Semua subjek dari populasi studi langsung dialokasikan secara acak kedalam kelompok perlakuan dan kontrol. Random bertujuan agar semua variabel independen yang potensial perancu akan tersebar merata ke dalam kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan menggunakan studi eksperimen RCT adalah : a) Kelebihan RCT Memungkinkan evaluasi perlakuan dalam situasi terkontrol (Randomisasi) untuk memberikan bukti-bukti kuat inferensi kausal Arah pengusutanprospektif Dapat dilakukan validasi data Berpotensi mengurangi bias dengan jalan membandingkan dua kelompok identik Memungkinkan dilakukan meta-analisis (memadukan hasil-hasil kuantitatif sejumlah uji klinis serupa dikemudian hari) b) Kekurangan RCT Membutuhkan banyak biaya dan waktu BanyakRCT dilakukan dengan terlalu sedikit sampel, sehingga tujuan randomisasi membuat keseimbangan distribusi faktor perancu dalam kelompok studi tidaktercapai dan presisi estimasi rendah Banyak RCT dilakukan dalam waktu terlalu singkat Kegagalan melakukan randomisasi kepada semua sampel yang memenuhi syarat Sebagian besar didanai badan riset besar yang akhirnya mendikte agenda riset. d) Uji Klinik (Clinical Trial) Uji klinik (Clinical Trial) adalah studi eksperimen dengan sampel yaitu individu yang sakit. Tujuan melakukan uji klinik adalah untuk menilai efekprifilaktik suatu faktor atau efikasi terapi terhadap suatu penyakit. Cara melakukan uji klinik adalah : 1. Tentukan latar belakang masalah. 2. Tentukan pertanyaan penelitian dan rumuskan tujuan penelitian dengan sejelas-jelasnya. 3. Variabel Dependen. Tentukan populasi studi dan kriteria subjek studi. 4. Rumuskan hipotesis penelitian dengan jelas tentang variabel independen dan variabel dependen. 5. Tentukan pemeriksaan hasil yang dikehendaki. 6. Tentukan populasi studi dan kriteria subjek studi. 7. Tentukan cara dan perkiraan besarnya sampel yang digunakan. 8. Tentukan apakah uji klinis dilakukan dengan penyamaran atau tidak dan bila dilkukan penyamaran apakah samar tunggal, samar ganda, atau samar tripel. 9. Tentukan rancangan analisis 10. Penarikan kesimpulan hasil penelitian Sakit X Individu Sakit Sakit Penelitian yang dilakukan dengan rancangan eksperimen mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut. Uji klinis dapat digunakan untuk mencari efisiensi dan efektivitas obat atau prosedur pengobatan. Penelitian dengan eksperimen digunakan sebagai penelitian lanjutan setelah keberhasilan pada percoban hewan sebelum obat atau prosedur pengobatan digunakan secara luas. Dengan uji klinis, peneliti dapat mengendalikan intervensi yang diberikan. Di samping keuntungan yang telah disebutkan, uji kinik memiliki kelemahan atau kekurangan sebagai berikut. Tidak semua masalah dapat dilakukan dengan penelitian uji klinis karena adanya hambatan dalam faktor etis. Semua penelitian eksperimen yang dilakukan pada manusia harus mendapatkan persetujuan dari penilai faktor etis. Pada penelitian ini sering ditemukan kesulitan dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan uji klinis. Jenis studi eksperimen dalam buku konsep dasar juga membagi menjadi ekperimen laboratorium, ,eksperimen lapangan dan intervensi komunitas. a) Eksperimen Laboratorium Eksperimen labolatorium adalah kajian penelitian dimana varian dari semua variabel bebas yang variabel bebas yang berpengaruh yang mungkin ada, namun tidak relevan dengan masalah yang sedang diselidiki. Penelitian dilakukan di laboratorium dengan unit eksperimen adalah individu dan atau sediaan. Eksperimen labolatorium bertujuan untukmenaksir pengaruh faktor biologis atau perilakuyang dicurigaimerupakan faktor risiko suatu penyakit. Misalnya, peneliti berminta mempelajari stresorakut tertentu dalam meningkatkan kadar katekolamin dalam darah diantara subjek yang sehat. Kelebihan eksperimen labolatorium, yaitu : Kemungkinan untuk pelaksanaan kontrol yang relatif sempurna Dapat menggunakan pembagian acak dan dapat pula memanipulasi satu atau bebrapa variabel bebas Tingkat ketelitian (presisi) hasil penelitian yang umumnya tinggi. Kelemahan eksperimen labolatorium adalah : Kurangnya kekuatan variabel bebas menyebabkan efek dari manipulasi eksperimental biasanya lemah Kesemuan situasi penelitian eksperimen b) Eksperimen Lapangan Eksperimen lapangan adalah studi eksperimen yang dilakukan dilapangan dengan individu yang belum sakit sebagai sampel. Cara melakukan eksperimen lapangan adalah dengan memilih subjek yang belum sakit, kemudian dibagi dalam kelompok eksperimen dan kontrol,lalu diikuti perkembangannya apakah sampel mengalami penyakit yang diteliti atau tidak. Kelebihan penelitian eksperimen lapangan adalah : Bersifat realistik dan variabelnya mempunyai efek yang lebih besar daripada efek variabel dalam penelitian eksperimen labolatorium Sesuai untuk mengkaji pengaruh,proses dan perubahan sosial seta psikologis yang kompleks dalam situasi yang mirip kenyataan kehidupan Sesuai untuk menguji teori maupun untuk mendapatkan jawab terhadap pertanyaan-pertanyaan praktis. Kelemahan penelitian eksperimen lapangan adalah : Lingkungan yang sulit atau tidak tekontrol Desain yang kurang ideal Kurang atau rendahnya presisi atau ketepatan hasil penelitian Tidak Sakit X Individu Tidak Sakit c) Tidak Sakit Intervensi Komunitas Intervensi komunitas adalah studi eksperimen dengan intervensi dialokasikan kepada komunitas, bukan kepada individu. Intervensi komunitas dipilih karena alokasi intervensi tidak mungkin atau tidak praktis dilakukan pada individu. Misalnya, riset tentang efektivitas fluoridasi air minum untuk mencegah karies gigi pada masyarakat. Komunitas X Intervensi Komunitas Komunitas 3. Kelebihan dan Kekurangan Studi Eksperimental a) Kelebihan Memungkinkan untuk dilakukan randomisasi dan melakukanpenilaian penelitian dengan double blind. Dengan teknik randomisasi, peneliti bisa mengalokasikan sampel penelitian kedalam dua atau lebih kelompok berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti lalu diikuti ke depan. Bisa meminimalisir faktor perancu yang dapat menyebabkan bias dalam hasil penelitian. b) Kelemahan Menurut Cambell dan Stanley dalam Ross dan Morrison (2003 : 1024) ada beberapa kelemahan antara lain : history, maturation, testing, instrumentation, selection, statistical regretion, experiment mortality, dissfusion of treatment. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : History. Banyak kejadian dimasa lampau yang dapat mempengaruhi validitas penelitian eksperimen yang disebabkan oleh adanya interaksi antar individu. Maturation. Beberapa perubahan dapat terjadi pada dependent variable yang berfungsi dalam kurun waktu dan bukan kejadian yang spesifik ataupun kondisi tertentu. Testing. Proses pengujian juga dapat menimbulkan distorsi yang akan mempengaruhi hasil-hasil eksperimen. Instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian eksperimen kadang kala sudah tidak sesuai lagi dengan standart yang berlaku. Selection. Peneliti kadang masih menggunakan unsur subjektifitas dalam memilih orang yang akan dijadikan objek eksperimen yang baik. Stastistical regretion. Peneliti kadang kala dihadapkan pada kesulitan apabila hasil yang diperoleh dalam penelitian menghasilkan skor yang ekstrim. Experiment mortality. Dalam penelitian ekperimen sering kali terjadi perubahan komposisi kelompok yang diobservasi. Ada anggota kelompok yang harus di drop karena tidak sesuai dengan situasi pengetesan saat tertentu. Berkaitan dengan masalah etika, waktu dan masalah pengorganisasian penelitian. 4. Langkah-Langkah Investigasi Studi Eksperimental Pada umumnya, penelitian eksperimental dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut, yaitu: 1. Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah. 2. Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah. 3. Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan a) Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, : tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen. b) Menentukan cara mengontrol. c) Memilih rancangan penelitian yang tepat. d) Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian. e) Membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. f) Membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan. g) Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menentukan hipotesis 4. Melaksanakan eksperimen. 5. Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen. 6. Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan vaniabel yang telah ditentukan. 7. Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya. 8. Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan. 5. Contoh Nyata dalam kasus epidemiologi Seorang dokter anak mengamati bahwa sebagian besar pasien yang telah menunjukkan gejala asma sebelum berumur 1 tahun, pada anamnesis ternyata diberi susu formua pada masa neonatus. Diperkirakan dalam populasi persentase bayi yang mendapat formula pada masa neonatus adalah 50%. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa pemberian formula pada neonatus yang rentanakan mempercepat timbulnya manifestasi asma. Studi literature menunjukkan terdapatnya dugaan bahwa pemberian protein asing dini (susu formula) pada bayi baru lahir yang rentan akan mempercepat terjadinya manifestasi alergi pada bayi tersebut. Untuk masalah penelitian tersebut peneliti dapat merumuskan hipotesis berikut: Pemberian susu formula pada masa neonatus (formula dini) berkaitan dengan peningkatan kejadian asma di bawah usia 1 tahun (asma dini). Untuk menguji kesahihan hipotesis tersebut, dapat digunakan pelbagai jenis desain, yakni: Studi cross-sectional, yakni dapat melakukan pemeriksaan satu kali pada sekelompok bayi dengan atau tanpa asma. Studi kasus-kontrol, dengan mencari bayi dengan asma dan membentuk kelompok kontrol bayi tanpa asma. Studi kohort, yakni dengan mengamati bayi baru lahir, mencatat yang diberi formula dini dan yang tidak. Uji klinis, dengan mengalokasikan bayi yang mendapat formula dan yang tidak I. Desain yang paling sederhana adalah studi cross-sectional. Selama periode tertentu, misalnya selama 6 bulan, diperiksa semua bayi yang berumur di bawah 1 tahun pada satu komunitas. Misalnya terdapat 1000 bayi, 100 diantaranya memberi gejala asma (dengan kriteria yang ditetapkan). Dan ke-100 bayi tersebut, ternyata 80 mendapat formula dini, yang 20 lainnya mendapat ASI ekslusif. Pada 900 bayi tanpa gejala asma, 300 bayi diberikan formula dini, 600 lainnya tidak. Dengan demikian maka dapat dihitung rasio prevalensi, yaitu perbandingan prevalensi bayi dengan asma yang mendapat formula ( 80 380 ) dengan prevalensi 20 bayi tanpa asma yang mendapat formula (620) . Rasio prevalensi dapat dihitung = 80 : 20 380 260 = 6,53 (interval kepercayaan 95% antara 4,07 sampai 10,47). Asma Dini YA TIDAK JUMLAH YA 80 300 380 TIDAK 20 600 620 JUMLAH 100 900 1000 Tabel 2x2 menunjukkan hasil observasi pada studi cross-sectional terhadap 1000 bayi untuk menentukan hubungan antara pemberian susu formula dini dengan terjadinya manifestasi asma dini. Pada contoh ini resiko relative pemberian formula dini pada bayi yang diberi susu formula dini dengan prevalensi asma dini pada bayi tanpa susu formula dini = 80 380 : 20 620 = 6,53. Artinya bayi yang diberikan susu formula dini lebih dari 6 kali kemungkinannya menderita asma dini daripada yang tidak diberikan susu formula dini. II. Desain lain yang dapat dipergunakan adalah studi kasus-kontrol, misal dapat dikumpulkan 50 bayi yang menunjukkan manifestasi asma pada umur kurang dari 1 tahun, kelompok ini merupakan kelompok kasus (mengalami efek). Sebagai symbol dicari 50 bayi kurang dari 1 tahun tanpa asma. Pada kedua kelompok ditelusuri secara retrospektif dengan wawancara yang teliti, apakah bayi diberi formula pada masa neonatus, untuk mengetahui proporsi subyek yang diberi formula sebelum beruur 1 bulan pada kelompok kasus dan kontrol. Data tersebut dianalisis dengan menghitung ratio odds. Bila dari 50 bayi asma terdapat 37 yang diberikan formula dini, maka odds pada kelompok formula = 37 18 sedangkan odds pada kelompok tanpa formula dini = odds pada studi ini adalah 37 18 ∶ 13 32 = 37 ×32 18 ×13 13 32 . Rasio = 5,06 (IK 95% antara 1,98 sampai 13,13). Asma Dini YA TIDAK JUMLAH YA 37 18 55 TIDAK 13 32 45 JUMLAH 50 50 100 Tabel 2x2 menunjukkan hasil observasi pada studi kasus-kontrol. Resiko relative (dinyatakan sebagai ratio odds) dihitung sebagai berikut: RO = (37 X 32) : ( 18 13 ) = 5,1. III. Desain lain kohort prospektif dapat pula digunakan. Misalnya diamati 1000 bayi baru lahir. Sebagian (300 bayi) secara alamiah diberikan susu formula sebelum usia 1 bulan, sisanya (700 bayi) tidak. Kedua kelompok tersebut diamati 1 tahun, dan ditentukan apakah terdapat manifestasi asma sebelum usia 1 tahun. Asma Dini YA TIDAK JUMLAH YA 100 200 300 TIDAK 50 650 700 JUMLAH 150 850 1000 Tabel 2x2 menunjukkan hasil observasi pada studi kohort. Resiko relative (RR) dihitung dengan membandingkan insiden efek (asma dini) pada kelompok dengan faktor resiko (formula dini) dengan insiden efek pada kelompok tanpa faktor resiko. RR = 100 300 : 50 700 = 4,7. Bila dari 300 bayi yang diberi formula dini 100 menderita asma (insiden=100/300), dan dari 700 yang tidak diberi formula 50 menderita asma (insiden 50/700), dapat dihitung relatif (RR) pemberian formula yakni (100/300 : 50/700 = 4,67 (IK 95% 3,42 sampai 6,37). IV. Jika faktor etika diabaikan (tentu saja tidak dibenarkan),desain eksperimental dapat digunakan untuk menguji sahih atau tidaknya hipotesis tersebut. Pada 100 bayi baru lahir dilakukan alokasi acak; 50 diberikan susuformula dini, 50 lainnya tidak. Kemudian efeknys dilihat sampai bayi berusia 1 tahun. Jadi yang membedakan studi kohort dengan studi eksperimental adalah adanya intervensi dari peneliti, siapa yang diberi fornula dan siapa yang tidak. Pada studi kohort peneliti mengelompokkan subyek yang secara alamiah diberi formula dini dan yang tidak. Bila dini, dan dari 50 bayi tanpaformula dini 10 menderita asma dini, dan dari 50 bayi tanpa formula dini 6 menderita asma dini, maka dapat dilakukan uji hipotesis, dalam hal ini adalah uji x2. Asma Dini YA TIDAK JUMLAH YA 40 10 50 TIDAK 6 44 50 JUMLAH 46 54 100 Tabel 2x2 menunjukkan hasil uji klinis yag mencari hubungan antara pemberian formula dini dengan terjadinya asma dini. Dalam desain ini dilakukan uji hipotesis dengan x2 untuk 2 kelompok independen; x2 = 4,245; df = 1; p = 0,039. Nilai rasio prevalens pada studi cross-sectional, rasio oods pada penelitian kasus kontrol, maupun resiko relatif pada studi kohort menunjukkan beberapa kali resiko terjadinya efek pada kelompok dengan faktor resiko disbanding pada kelompok kontrol. Misalnya, rasio oods sebesar 5,06 berarti bahwa bayi yang diberi formula dini mempunyai resiko untuk terjadinya asma dini sekitar lima kali lebih besar ketimbang yang tidak diberi formula dini. Rasio odds sebesar 5,01 ini mempunyai interval kepercayaannya; bila interval kepercayaan 95% antara 1,98 sampai 13,13 berarti pada populasi yang diwakilkan oleh sampel, resiko pemberian formula dinipada neonatusuntuk kejadian asma dini 95% terletak antara 2 sampai 13. Apabila rasio odds < 1 maka faktor yang diteliti justru merupakan faktor protektif. Baik faktor resiko maupun faktor protektif, bila interval kepercayaannya mencakup angka 1 berarti dapat dikatakan sampel bukan merupakan faktor resiko / protektif yang sebenarnya,; apabila pada data yang sama dilakukan uji hipotesis maka akandiperoleh nilai p > 0,05 – artinya hasil yang diperoleh tersebut cukup besar kemungkinannya semata-mata disebabkan oleh faktor peluang. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan “jika kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di kontrol secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen. Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2011).Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk mengukur efek dari suatu intervensi terhadap hasil tertentu yang diprediksi sebelumnya. Menurut Sugiyono (2011) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitupre-experimental design, true experimental design, dan quasy experimental design. Menurut Kunthi dalam bukuya Konsep dasar Epidemiologi menjelaskan bahwa studi experimental dibagi menjadi dua yaitu Acak (Randomized Controlled Trial atau RCT) dan Uji Klinik dan adapun Jenis studi eksperimen yaitu ekperimen laboratorium, ,eksperimen lapangan dan intervensi komunitas 2. Saran Dengan adanya makalah ini semoga dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan. Serta dengan adanya makalah ini dapat di gunakan sebagai bahan referensi untuk pembuatan dan menyempurnakan pembuatan makalah sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Budiarto.,Eko.Pengantar Epidemiologi.2002. Jakarta; EGC Dewanto., Wahyu. Metodologi Penelitian Eksperimen. Diakses tanggal 16 Oktober 2018. Dipostkan tanggal 28 Januari 2015. http://wahyudewanto.blogspot.com/2015/01/metodologi-penelitian-eksprimen.html Kunthi.,D.2012.Konsep Dasar Epidemiologi.Jakarta;EGC Sukardi.2011.Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sugiyono.2011. Metode Penelitian Bisnis.Bandung: Alfabeta Sugiyono.2010.Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung: Alfabeta. Sukardi.2011.Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara. Timmreck,Thomas C.2004.Epidemiologi suatu Pengantar.Jakarta ; EGC Yulistiani.,M.Tugas Terstruktur Mata Kuliah Epidemiologi Pengantar Epidemiologi Analitik. Dipostkan tanggal 27 Desember 2016. Diakses tanggal 16 Oktober 2018.http://mairinaylstn96.blogspot.com/2016/12/ pengantar-epidemiologi-analitik.html