Uploaded by Hajrah Ridha

apa itu radiologi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan Radiologi dimulai dengan penemuan sinar-X oleh William
Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3
tahun kemudian, penemuan sinar-X ini telah menimbulkan “demam penggunaan
radiasi pada masyarakat. Sejalan dengan perkembangan zaman, meskipun radiasi
menimbulkan efek yang negatif bagi tubuh manusia ternyata kemajuan teknologi
radiasi dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia terutama di dunia
kedokteran. Pemanfaatan radiasi ini meliputi tindakan radiodiagnostik, radioterapi
dan kedokteran nuklir. Pemanfaatan radiasi dilakukan secara tepat dan hati-hati
demi keselamatan, keamanan, ketentraman, kesehatan pekerja, maupun pasien.
Keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi pengion yang
selanjutnya disebut keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk
menciptakan kondisi yang sedemikian rupa agar efek radiasi pengion terhadap
manusia dan lingkungan tidak melampaui nilai batas yang di tentukan.
Efek Radiasi di bagian radiologi yaitu :
1. Efek Somatik Efek somatik adalah Efek yang radiasi yang dapat
langsung dirasakan oleh orang yang menerima radiasi tersebut.
a. Efek Stokastik Efek stokastik adalah efek yang peluang timbulnya
merupakan fungsi dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal
dosis ambang.
b. Efek Non Stokastik Efek Non Stokastik adalah efek yang kualitas
keparahannya bervariasi menurut dosis dan hanya timbul bila dosis
ambang dilampaui.
2. Efek Genetik Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang
belum lahir disebut efek genetik ini timbul karena kerusakan molekul
1
DNA pada sperma atau ovarium akibat radiasi. Penyakit akibat radiasi
yaitu :
1) Radiodermatitis Radiodermatitis adalah peradangan pada kulit yang
terjadi akibat penyinaran lokal dengan dosis tinggi.
2) Katarak Katarak terjadi pada penyinaran mata dengan dosis di atas
1,5 Gy, dengan masa tenang antara 5 – 10 tahun.
3) Sterilitas Sterilitas dapat terjadi karena akibat penyinaran pada
kelenjar kelamin dan efeknya berupa pengurangan kesuburan sampai
kemandulan.
Dan menjadi permasalahannya perkembangan radiologi itu masih bnyak
misteri di balik perkembangannya sejak awal di temukannya Sinar X. Dan di
makala ini saya membahas tentang perkembangan radiologi dari masa ke masa
dan awalmunculnya teknologi di biadang radiologi, dalam makalah saya yang
berjudul “KENALI RADIOLOGI”.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada makalah saya kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana perkembangan radiologi dari masa ke masa?
2. Bagaimana awal mula perkembangan digital radiologi?
3. Bagaimana perkembangan radiologi di Indonesia?
C. TUJUAN PENYUSUNAN
Adapun tujuan penyusunan pada makalah saya kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan radiologi dari masa ke masa.
2. Untuk mengetahui awal mula perkembangan digital radiologi.
3. Untuk mengetahui perkembangan radiologi di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN RADIOLOGI DARI MASA KE MASA
Awal tahun 1970-an: Di Universitas Arizona, Dr M. Paul CAPP dan Sol
Nudelman, PhD, mengorganisir sebuah kelompok pencitraan digital yang bekerja
untuk mengembangkan angiografi pengurangan digital pertama (DSA) aplikasi
perangkat-klinis pertama gambar digital berasal.
Pertengahan 1970-an: Profesor Jean-Raoul Scherrer pelopor tampilan
sistem informasi medis di Rumah Sakit Universitas Jenewa di Swiss, yang akan
memiliki implikasi luas untuk pengembangan PACS nanti. Sistem, yang disebut
DIOGENE, mengumpulkan dan menampilkan informasi pasien di monitor
komputer. Sebuah bank dari operator telepon akan jenis informasi yang akan
muncul di layar.
1976: Universitas Arizona kelompok pencitraan medis memperkenalkan
perangkat digital imaging nya. Sebuah perusahaan Perancis menyediakan
3
dukungan untuk membangun prototipe komersial, yang memakan waktu 2-3
tahun.
1979: Profesor Heinz Lamke, PhD, di Technical University of Berlin
menerbitkan sebuah makalah tentang pengolahan citra diterapkan dan metode
komputer grafis dalam studi CT scan kepala. Dalam tulisan itu, ia
menggambarkan PACS modern, dengan semua komponen termasuk interface ke
sistem informasi rumah sakit.
1982: Dr Andre Duerinckx dan Samuel J. Dwyer III, PhD, mengorganisir
sebuah konferensi tengara PACS di Los Angeles, yang dihadiri oleh lebih dari
400 ahli radiologi, peneliti dan vendor. Di antara topik yang dibahas adalah
gagasan menghubungkan semua modalitas ke jaringan single digital imaging.
1982-1983: Di Universitas Kansas, Dwyer mengawasi apa yang mungkin
telah pembangunan PACS pertama. Sistem ini meliputi CT, USG dan digitizer
film untuk film biasa. Workstation yang lambat dan resolusi rendah, tetapi
memiliki kemampuan untuk memperoleh, mengirimkan dan arsip.
1989-1990: Pada UCLA, H.K. "Bernie" Huang membentuk divisi
pencitraan medis di bawah departemen ilmu radiologi untuk melihat ke dalam
PACS. Tim ini menciptakan dan menyebarkan sebuah PACS di radiologi
pediatrik yang didasarkan pada penggunaan CR piring untuk mendigitalkan
gambar. Papan komputer decode informasi digital di kaset CR, yang
memungkinkan sinar-X untuk ditampilkan pada monitor PACS.
Awal tahun 1990-an Mid: Produsen bekerja dengan tekun untuk
mengembangkan perangkat keras dan perangkat lunak komersial PACS.
Hari ini : PACS meningkatkan alur kerja dan produktivitas di dalam dan
antar departemen radiologi dan jantung, dan menghilangkan hambatan
komunikasi antara departemen dan fasilitas. sistem modern menyediakan alat-alat
perusahaan akses dan pemanfaatan yang merupakan tulang punggung dari
departemen pencitraan. Rumah sakit mulus mengintegrasikan mamografi digital
dan Sistem Informasi Radiologi (RIS) ke dalam PACS mereka.
4
B. PERKEMBANGAN DIGITAL RADIOLOGI
Meskipun sinar-X telah ada sejak awal 1900-an, digital radiografi hanya
telah
ada
sejak
1970.
Namun,
sejak
saat
itu, radiografi
digital telah
diimplementasikan ke rumah sakit lebih banyak dan lebih besar dan kecil, pusat
pencitraan dan fasilitas medis yang dalam banyak bidang spesialisasi. Sistem
pencitraan populer digunakan saat ini termasuk CR dan DR sistem. CR, atau
dihitung radiografi, menggunakan kaset pencitraan fosfor untuk menciptakan
gambar digital, dan sistem DR, atau radiografi digital langsung, menggunakan
koleksi piring untuk pengambilan gambar. DR sistem sedang digunakan sebagai
DR perawatan mendesak, hewan DR, chiropractic dan DR DR podiatri unit.
Kedua sistem, bersama dengan perangkat keras yang berhubungan dan unit
software seperti DICOM format digital, PACS dan RIS, telah membawa banyak
fasilitas medis hingga usia modern dengan negara-of-the-art kemampuan digital
radiografi.
Sebagian besar penemuan medis awal radiografi digital dan aplikasi terjadi
pada sekitar waktu yang sama sebagai komputer pribadi menjadi lebih terjangkau
dan dengan demikian lebih umum. Yang pertama digital imaging aplikasi adalah
penemuan CT, atau computed tomography scanner, pada tahun 1967, dan yang
menjadi prototipe pada tahun 1971. Penemunya, Godfrey Hounsfield dan Allan
McLeod Cormack, memenangkan Hadiah Nobel dalam Kedokteran untuk
penemuan mereka pada tahun 1979. Teknologi televisi juga disejajarkan inovasi
teknologi medis dengan beralih dari analog ke digital kemampuan. MRI, atau
Magnetic Resonance Imaging, berasal pada tahun 1950. Awal penelitian tentang
metode dilakukan pada tahun 1970 dan akhirnya dibuka untuk digunakan pada
manusia pada tahun 1984. Pada 1990-an, pergeseran dalam radiografi digital
dibuat. Gambar sinar-X, ditemukan, dapat disimpan pada layar fosfor, dan ini
membentuk dasar saat ini sistem pencitraan CR.
Tambahan sistem PACS telah debut mereka pada tahun 1982, meskipun
ide yang telah disusun lebih dari dua puluh tahun sebelumnya. Ketika internet
menjadi aktualitas seluruh dunia pada pertengahan 1980-an, itu juga memiliki
dampak besar pada radiografi digital. Gambar digital saat ini medis yang disimpan
5
dalam format pencitraan DICOM, mirip dengan format JPEG umum, dapat
disimpan pada server untuk keperluan arsip, dapat dilihat pada komputer
pribadi dilengkapi dengan perangkat lunak PACS dan monitor diagnostik yang
mengubahnya menjadi sebuah workstation klinis, dan dapat dikirim dan diterima
melalui World Wide Web. Dalam dekade terakhir, harga komputer pribadi dan
perangkat elektronik lainnya telah menurun secara signifikan, dan demikian juga
memiliki efektivitas biaya pencitraan medis digital meningkat, membuat
radiografi digital alternatif yang terjangkau dan modern dari awal yang sederhana
dalam film berbasis X- sistem ray.
C. PERKEMBANGAN RADIOLOGI DI INDONESIA
Di Indonesia, penggunaan Sinar Roentgen sudah terjadi cukup lama,
bahkan sebelum dr. Knoch berkarier di tempat yang dahulunya bernama Hindia
Belanda ini. Menurut laporan, alat Roentgen sudah dipakai sejak tahun 1898 oleh
Tentara Kolonial / KNIL dalam perang di Aceh dan Lombok. Selanjutnya pada
awal abad ke-20 ini, sinar Roentgen terutama digunakan di Rumah Sakit Militer
dan Rumah Sakit Pendidikan Dokter di Jakarta dan Surabaya. Ahli Radiologi
Belanda yang bekerja pada fakultas kedokteran di Jakarta pada tahun-tahun
sebelum meletusnya Perang Dunia II adalah Prof. B.J. Van Der Plaats yang juga
mulai melakukan radioterapi di samping radiodiagnostik ; di masa pendudukan
Jepang beliau diinternir. Orang Indonesia pertama yang telah menggunakan Sinar
X pada masa itu adalah R.M. Notokworo, seorang jebolan Universitas Leiden
Belanda tahun 1912. Beliau mula-mula bekerja di Semarang, lalu di saat awal
mula pendudukan Jepang, beliau dipindahkan ke Surabaya. Tahun 1944, R.M.
Notokworo meninggal secara misterius di tangan Jepang.
Seolah sebuah kebetulan yang sangat persis, pada tahun ditemukannya
Sinar X oleh Roentgen, 1895, di Pulau Rote (Nusa Tenggara Timur) Hindia
Belanda, lahirlah seorang bayi yang mempunyai nama menyerupai nama awal
Roentgen, yaitu Wilhelmus Zacharias Johannes, kemudian hari beliau banyak
berkecimpung dalam dunia Radiologi selama paruh besar kehidupannya. W.Z.
6
Johannes dikenal sebagai seorang yang memiliki otak cemerlang. Dari kelas 3
Sekolah Dasar, beliau mampu loncat ke kelas 5. Pendidikan STOVIA yang
semestinya ditempuh selama 9 tahun, diselesaikannya selama 8 tahun, yaitu 1920.
Beliau bertugas di Rumah Sakit Semarang kemudian berpindah-pindah ke
beberapa tempat di Sumatera. Tahun 1939, W.Z. Johannes mendapatkan Brevet
Ahli Radiologi dari Prof. Van Der Plaats. Pada akhir tahun 1920-an, waktu
berkedudukan di Kota Palembang, W.Z. Johannes jatuh sakit cukup berat
sehingga dianggap perlu dirawat unruk waktu yang lama di Rumah Sakit CBZ
Jakarta. Penyakit yang dideritanya adalah sakit lutut kanan yang akhirnya menjadi
kaku (‘Ankilosis’) dan sejak saat itu W.Z. Johannes berjalan pincang. Selama
berobat di CBZ Jakarta, beliau sering diperiksa dengan Sinar Roentgen dan mulai
tertarik pada bidang Radiologi. Setelah sembuh, maka beliau diterima sebagai
asisten oleh Prof. Van Der Plaats yang saat itu memimpin Bagian Radiologi,
demikianlah itu beliau mendapatkan Brevet ‘Roentgenoloog’.
Selain di bidang kedokteran, beliau turut giat dalam bidang lainnya. Di
zaman Jepang, bersama dengan dr. Sam Ratulangi, dr. Sitanala, dan teman-teman
lainnya, W.Z. Johannes mendirikan Badan Persiapan Persatuan Kristen, yang
setelah Indonesia merdeka berubah menjadi Partai Kristen Nasional dan lalu
berubah lagi menjadi Partai Kristen Indonesia (PARKINDO). Johannes diangkat
juga menjadi anggota Badan Pekerja Kominte Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Selama perang kemerdekaan, W.Z. Johannes tetap bekerja di bidang Radiologi,
Rumah Sakit Umum Pusat Jakarta. Rumahnya seringkali digeledah oleh tentara
Belanda, sebab disitu sering menjadi tempat berkumpulnya para pejuang.
Beberapa kali juga beliau diancam akan ditembak karena mengibarkan bendera
Merah Putih. Barulah setelah Jakarta dikuasai secara penuh oleh Belanda, Sang
Saka Indonesia itu tiada boleh berkibar lagi. Rumah Sakit Pusat di Jakarta itu turut
menjadi penampungan bagi para Republikein yang tinggal di dalam kota. Belanda
mengajak beliau untuk “Bekerjasama” dengan iming-iming posisi yang tinggi dan
gaji yang lebih dari cukup, W.Z. Johannes tetap menolak : beliau tetap sedia
berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia. W.Z. Johannes wafat
7
pada tahun 1952, mendapatkan gelar pahlawan sejak 1968, dan tahun 1978
jenazahnya dipindahkan ke TMP Kalibata.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penyusunan makalah saya kali ini adalah radiologi sangat
membantu dalam mendiagnosa penyakit seorang pasien. Dan perkembangannya
tidak berhenti hingga saat ini, dan akan terus berkembang seiring perkembangan
teknologi. Dan di Indonesia, Radiologi juga berkembang pesat bahkan sebelum
kemerdekaan Indonesia.
B. SARAN
Jangan main-main dengan namanya sinar X, karena sinar X merupakan
senyawa radioaktif yang memiliki efek yang sangat besar jika tidak menggunakan
pengaman, salah satu efek dari sinar X adalah kanker kulit dan berujung pada
kematian.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-762-babI.pdf
http://medixsoft.co.id/NewsArticles/newsArticles.aspx?id=A010711003
http://malfatih8.blogspot.com/2013/10/sejarah-radiografi-digital.html
http://prosesss.blogspot.com/2016/12/sejarah-radiologi-dan-forensik-yang.html
10
Download