KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II ASKEP PPOK (PENYAKIT PERNAFASAN OBSTRUKSI KRONIK) KELOMPOK 6 SRIMUTIA RAHAYU 1210105081 SISILIA INTAN JUITA 12101050 SRI RAHAYU FATMA DEWINDA 1210105082 INDRA FERI 1210105059 TIKA FAITUR RAHMI 1210105091 FITRA DELA 11101050 Dosen : Ns. Zuriati, M. Kep, CBWT S1 KEPERAWATAN VB STIKes ALIFAH PADANG 2014/2015 KATA PENGANTAR Dengan rasa syukur ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kita kesehatan, sehingga kelompok kami bisa menyelesaiakan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dengan judul “Asuhan Keperawatan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)” Semoga makalah yang kami susun ini berguna dan bermanfaat bagi yang membacanya , kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca. Padang,November 2014 Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB I BAB II PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ............................................................................ 1 2. Rumusan Masalah ........................................................................ 2 3. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2 PEMBAHASAN A. Pengertian PPOK (Penyakit Pernafasan Obstruksi Kronik)……. 3 B. Klasifikasi ………………………………………………………. 3 1. Bronkitis Kronis……………………………………………….. 4 2. Emfisema ……………………………………………………… 5 3. Asma Bronkial…………………………………………………. 6 C. Etiologi………………………………………………………… 7 D. Patofisiologi……………………………………………………. 7 E. Pemeriksaan Penunjang………………………………………… 9 F. Komplikasi……………………………………………………… 10 G. Penatalaksanaan………………………………………………… 11 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PPOK A. Pengkajian……………………………………………………… 14 B. Diagnosa Keperawatan…………………………………………. 18 C. Intervensi Keperawatan………………………………………… 25 D. Implementasi…………………………………………………… 25 E. Evaluasi…………………………………………………………. 26 BAB IV BAB V LAPORAN KASUS PPOK 27 PENUTUP 1. Kesimpulan ................................................................................... 45 2. Saran ............................................................................................. 45 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ ii 46 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PPOK/PPOM/COPD (Cronic Obstruction Pulmonary Disease) merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price, Sylvia Anderson : 2005).PPOK atau penyakit paru obstruksi kronik adalah suatu penyakit yang merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang paling sering adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkial. (Suraditya, 2009). Pemakaian istilah penyakit obstruktif kronik (CPOD) menunjukkan dua gangguan yang secara umum terjadi bersamaan− bronkitis kronik dan emfisema.Walaupun asma bronkial termasuk dalam bagian ini karena komponen asma seringkali terdapat dua gangguan tersebut,namun asma biasanya dibicarakan sebagai penyakit tersendiri karena dapat timbul sendiri. COPD adalah penyebab kematian keempat di Amerika Serikat.Merokok sigaret adalah faktor risiko yang paling penting.COPD kira-kira dua kali lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan,namun angka kejadian pada perempuan cepat meningkat karena kebiasaaan merokok. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan meningkat sehingga sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya meningkat dari ke-12 menjadi ke-5 dan sebagai penyebab kematian tersering peringkatnya jugameningkat dari ke-6 menjadi ke-3. Di Eropa, tingkat kejadian PPOK tertinggi terdapat pada negara-negara Eropa Barat sepert Inggris dan Prancis, dan paling rendah pada negaranegara Eropa Selatan seperti Italia. Negara Asia Timur seperti Jepang dan China memiliki kejadian terendah PPOK, dengan jarak antara angka kejadian terendah dan tertinggi mencapai empat kali lipat. Pada 12 negara Asia Pasifik, WHO menyatakan angka prevalensi PPOK sedang-berat pada usia 30 tahun keatas, dengan tingkat sebesar 6,3%, dimana Hongkong dan Singapura dengan angka prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan Vietnam sebesar 6,7%. Indonesia sendiri belumlah memiliki data pasti mengenai PPOK ini sendiri, hanya Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI 1992 menyebutkan bahwa PPOK bersama-sama dengan asma bronchial menduduki peringkat ke-6 dari penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Makalah ini akan membahas Asuhan Keperawatan dari PPOK (Penyakit Pernafasan Obstruksi Kronik) beserta klasifikasi penyakit yang termasuk PPOK itu secara singkat dan padat yang di ringkas berdasarkan referensi buku kesehatan yang membahas tentang PPOK secara lengkap. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas ,maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa itu PPOK (Penyakit pernafasan Obstruksi Kronik)? 2. Bagaimana dengan klasifikasi dari PPOK? 3. Apa Saja Etiologi PPOK secara umum? 4. Bagaimana dengan patofisiologi dan WOC dari PPOK? 5. Apa saja pemeriksaan penunjang PPOK? 6. Bagaimana dengan penatalaksanaan PPOK? 7. Bagaimana Format Askep Teoritis PPOK? 8. Bagaimana contok kasus PPOK? C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu : 1. Mengetahui pengertian PPOK. 2. Memahami klasifikasi dari PPOK. 3. Mengetahui dan memahami apa saja etiologi secara umumdari PPOK. 4. Memahami patofisiologi dan WOC dari PPOK. 5. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari PPOK. 6. Mengetahui penatalaksanaan PPOK. 7. Memahami format Askep teoritis PPOK. 8. Dapat mengaplikasi format askep PPOK ke dalam kasus. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian PPOK (Penyakit Pernafasan Obstruksi Kronik) PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paruparu yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asthma bronkial (S Meltzer, 2001). Gangguan paru umum didiskusikan sebelumnya adalah potensial penyebab yang tak pulih kembali dari gangguan pernafasan ,tetapi banyak penyakit menyebabkan PPOK,yaitu meliputi Bronkitis kronik,emfisema,asma bronkial,dan bronkoekstasis.Hal penting utama untuk tim kesehatan adalah kenyataan bahwa PPOK adalah penyebab utama dan umun dari kegagalan pernafasan. B. KLASIFIKASI Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai berikut: Gambar 2. Bronkitis kronik dan Emfisema 1. Bronkitis Kronis a. Definisi Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut (Bruner & Suddarth, 2002). b. Etiologi Terdapat 3 jenis penyebab bronkitis yaitu: 1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, Pneumokokus spp., Haemophilus influenzae. 2) Alergi 3) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll c. 1) Manifestasi klinis Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang mana akan meningkatkan produksi mukus. 2) Mukus lebih kental 3) Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme pembersihan mukus. Oleh karena itu, "mucocilliary defence" dari paru mengalami kerusakan dan meningkatkan kecenderungan untuk terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat. 4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali ketebalan normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini bersama-sama dengan produksi mukus yang banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh saluran nafas akan terkena. 5) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan asidosis. 6) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi dapat juga meningkatkan nilai PaCO2. 7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonary. 8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hypoxemia akan timbul yang akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF. 2. Emfisema a. Definisi Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2002). Emfisema diklasifikasikan sebagai : Panlobular (panasinar) : ditandai dengan destruksi bronkiole pernafasan,duktus alveolar,dan alveoli ;spasium udara di dalam lobules lebih atau kurang membesar ,dengan sedikit penyakit inflasi.Sering disebut sebagai “pink puffer”’. Sentrilobular (sentriasinar) : menyebabkan kelainan patologis dalam bronkiolus,menghasilkan hipoksia kronis,hiperkapnea,positemia, dan episode gagal jantung sebelah kanan.Seringkali disebut “blue bloater” . b. Etiologi 1) Faktor tidak diketahui 2) Predisposisi genetik 3) Merokok 4) c. Polusi udara Manifestasi klinis 1) Dispnea 2) Takipnea 3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan 4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru 5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi 6) Hipoksemia 7) Hiperkapnia 8) Anoreksia 9) Penurunan BB 10) Kelemahan 3. Asma Bronkial a. Definisi Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas (Bruner & Suddarth, 2002). b. Etiologi 1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll) 2) Infeksi saluran nafas 3) Stress 4) Olahraga (kegiatan jasmani berat) 5) Obat-obatan 6) Polusi udara 7) Lingkungan kerja 8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet) c. 1) Manifestasi Klinis Dispnea 2) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat), 3) wheezing, 4) batuk non produktif 5) takikardi 6) takipnea C. ETIOLOGI Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk : 1. asap rokok a. perokok aktif b. perokok pasif 2. polusi udara a. polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap kompor b. polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotor- debu jalanan 3. polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun) a. infeksi saluran nafas bawah berulang D. PATOFISIOLOGI Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood, 2001). Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009). Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009). Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol (Chojnowski, 2003). Gambar 3. Patofosiologi PPOK E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan radiologi a. Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal. 2) Corak paru yang bertambah b. Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu: 1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer. 2) Corakan paru yang bertambah. 3) Pemeriksaan faal paru Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang. 2. Analisis gas darah Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan. 3. Pemeriksaan EKG Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet. 4. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi. 5. Laboratorium darah lengkap F. KOMPLIKASI 1. Hipoxemia Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis. 2. Asidosis Respiratory Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea. 3. Infeksi Respiratory Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus, peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea. mukosa. Terbatasnya aliran 4. Gagal jantung Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini. 5. Cardiac Disritmia Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratory. 6. Status Asmatikus Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa diberikan.Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali terlihat. G. PENATALAKSANAAN Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah: 1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga fase kronik. 2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian. 3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal. Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut: 1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok, menghindari polusi udara. 2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara. 3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik. 4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih kontroversial. 5. Pengobatan simtomatik. 6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul. 7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat 1 - 2 liter/menit. Tindakan rehabilitasi yang meliputi: 1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus. 2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang paling efektif. 3. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran jasmani. 4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula Pathogenesis Penatalaksanaan (Medis) 1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara 2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan : a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin 4×0.56/hari Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B. Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat. b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2 c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik. d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV secara perlahan. 3. Terapi jangka panjang di lakukan : a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4×0,25-0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut. b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru. c. Fisioterapi 4. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik 5. Mukolitik dan ekspektoran 6. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan PaO2 (7,3Pa (55 MMHg) Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PPOK A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi : 1. Identitas Pasien Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan Penyakit Paru Obstriksi Kronik (PPOK) didapatkan keluhan berupa sesak nafas. b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut. c. Riwayat Penyakit Dahulu Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan keluhan yang sama. d. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang sama. Riwayat Psikososial Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya. 3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual 1. Aktivitas dan Istirahat Gejala : · Keletihan, kelelahan, malaise, · Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas · Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi · Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan Tanda : · Keletihan · Gelisah, insomnia · Kelemahan umum/kehilangan massa otot 2. Sirkulasi Gejala :Pembengkakan pada ekstremitas bawah Tanda : · Peningkatan tekanan darah · Peningkatan frekuensi jantung · Distensi vena leher · Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung · Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameterAPdada) · Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh dansianosis perifer · Pucat dapat menunjukkan anemia. 3. Integritas Ego Gejala : · Peningkatan factor resiko · Perubahan pola hidup Tanda : · 4. Ansietas, ketakutan, peka rangsang Makanan/ cairan Gejala : · Mual/muntah · Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema) · ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan · penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan menunjukkan edema (bronchitis) Tanda : · Turgor kulit buruk · Edema dependen · Berkeringat 5. Hyigene Gejala : - Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitassehari-hari Tanda : · 6. Kebersihan buruk, bau badan Pernafasan Gejala : · Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode berulangnyasulit nafas (asma); rasa dada tertekan,m ketidakmampuan untuk bernafas(asma) · Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2tahun. Produksi sputum (hijau, puith, atau kuning) dapat banyak sekali(bronchitis kronis) · Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap dinimeskipun dapat menjadi produktif (emfisema) · Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasandalam jangka panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap (mis.asbes, debu batubara, rami katun, serbuk gergaji · Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus. Tanda : · Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjangdengan mendengkur, nafas bibir (emfisema) · Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan hidung. · Dada: gerakan diafragma minimal. · Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema);menyebar, lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis); ronki, mengisepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas (asma) · Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara denganemfisema); bunyi pekak pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan, mukosa) · Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus. · Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-abukeseluruhan; warna merah (bronchitis kronis, “biru mengembung”). Pasiendengan emfisema sedang sering disebut “pink puffer” karena warna kulitnormal meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernafasancepat. · 7. Tabuh pada jari-jari (emfisema) Keamanan Gejala : · Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan · Adanya/berulang infeksi · Kemerahan/berkeringat (asma) 8. Seksualitas Gejala : · 9. penurunan libido Interaksi Sosial Gejala : · Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung · Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat · Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik Tanda : · Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara karena distress pernafasan · Keterbatasan mobilitas fisik · Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal. 2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas. 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen. 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual muntah. 6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi. C. RENCANA KEPERAWATAN NO DIAGNOSA NOC NIC NOC : 1. KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d bronkokontriksi, Beri pasien 6 sampai 8 gelas Respiratory status : Ventilation cairan/hari kecuali peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, Respiratory status : Airway patency Aspiration Control kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal. Kriteria Hasil : terdapat kor pulmonal. 2. Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan diafragmatik Mendemonstrasikan dan batuk. batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak 3. ada sianosis dan pemberian tindakan dyspneu (mampu nebuliser, inhaler dosis mengeluarkan sputum, terukur mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien 4. Bantu dalam Lakukan drainage postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari dan malam hari sesuai yang diharuskan. tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi 5. Instruksikan pasien pernafasan dalam untuk menghindari iritan rentang normal, tidak seperti asap rokok, ada suara nafas aerosol, suhu yang abnormal) ekstrim, dan asap. Mampu 6. Ajarkan tentang mengidentifikasikan dan tanda-tanda dini infeksi mencegah factor yang yang harus dilaporkan dapat menghambat jalan pada dokter dengan nafas segera: peningkatan sputum, perubahan warna sputum, kekentalan sputum, peningkatan napas pendek, rasa sesak didada, keletihan. 7. Berikan antibiotik sesuai yang diharuskan. 8. Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan imunisasi terhadap influenzae dan streptococcus pneumoniae. 2. Pola napas tidak efektifberhubungan dengan napas pendek, mukus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas NOC : 1. Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Ajarkan klien latihan bernapas diafragmatik dan pernapasan bibir dirapatkan. Airway patency 2. Vital sign Status Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode Kriteria Hasil : istirahat. Mendemonstrasikan 3. batuk efektif dan suara membuat keputusan nafas yang bersih, tidak tentang perawatannya ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan Biarkan pasien berdasarkan tingkat toleransi pasien. sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada 4. Berikan dorongan pursed lips) penggunaan latihan otot- Menunjukkan jalan nafas otot pernapasan jika yang paten (klien tidak diharuskan. merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah (sistole 110-130mmHg dan diastole 70-90mmHg), nad (60-100x/menit)i, pernafasan (1824x/menit)) 3. Gangguan pertukaran gasberhubungan dengan Respiratory status : 1. Ventilation bronkospasme ketidaksamaan ventilasi perfusi Deteksi saatauskultasi . Kriteria Hasil : 2. Frkuensi nafas normal (16-24x/menit) Pantau klien terhadap dispnea dan hipoksia. Itmia Berikan obat-obatan Tidak terdapat disritmia 3. Melaporkan penurunan bronkodialtor dan dyspnea kortikosteroid dengan Menunjukkan perbaikan tepat dan waspada dalam laju aliran kemungkinan efek ekspirasi sampingnya. 4. Berikan terapi aerosol sebelum waktu makan, untuk membantu mengencerkan sekresi sehingga ventilasi paru mengalami perbaikan. 5. Pantau pemberian oksigen 4. Intoleransi aktivitasberhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen NOC : 1. individu terhadap Energy conservation Self Care : ADLs Kriteria Hasil : Kaji respon aktivitas; nadi, tekanan darah, pernapasan 2. Ukur tanda-tanda Berpartisipasi dalam vital segera setelah aktivitas fisik tanpa aktivitas, istirahatkan disertai peningkatan klien selama 3 menit tekanan darah, nadi dan kemudian ukur lagi RR tanda-tanda vital. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri 3. Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan treadmill dan exercycle, berjalan atau latihan lainnya yang sesuai, seperti berjalan perlahan. 4. Kaji tingkat fungsi pasien yang terakhir dan kembangkan rencana latihan berdasarkan pada status fungsi dasar. 5. Sarankan konsultasi dengan ahli terapi fisik untuk menentukan program latihan spesifik terhadap kemampuan pasien. 6. Sediakan oksigen sebagaiman diperlukan sebelum dan selama menjalankan aktivitas untuk berjaga-jaga. 7. Tingkatkan aktivitas secara bertahap; klien yang sedang atau tirah baring lama mulai melakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari. 8. Tingkatkan toleransi terhadap aktivitas dengan mendorong klien melakukan aktivitas lebih lambat, atau waktu yang lebih singkat, dengan istirahat yang lebih banyak atau dengan banyak bantuan. 9. Secara bertahap tingkatkan toleransi latihan dengan meningkatkan waktu diluar tempat tidur sampai 15 menit tiap hari sebanyak 3 kali sehari. 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan NOC : obat, produksi sputum dan anoreksia, mual Nutritional Status : food and Fluid Intake dengan dispnea, kelamahan, efek samping 1. Kriteria Hasil : muntah. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh. Adanya peningkatan berat badan sesuai 2. dengan tujuan usus Berat badan ideal sesuai dengan tinggi 3. Auskultasi bunyi Berikan perawatan oral sering, buang sekret. badan Mampu 4. mengidentifikasi istirahat I jam sebelum kebutuhan nutrisi dan sesudah makan. Tidak ada tanda tanda 5. malnutrisi lunak, porsi kecil sering, Tidak terjadi penurunan tidak perlu dikunyah berat badan yang berarti lama. 6. Dorong periode Pesankan diet Hindari makanan yang diperkirakan dapat menghasilkan gas. 7. Timbang berat badan tiap hari sesuai indikasi. 6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi NOC : Self care : Activity of Daily Living (ADLs) Kriteria Hasil : Klien terbebas dari bau badan Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs Dapat melakukan ADLS dengan bantuan 1. Ajarkan mengkoordinasikan pernapasan diafragmatik dengan aktivitas seperti berjalan, mandi, membungkuk, atau menaiki tangga 2. Dorong klien untuk mandi, berpakaian, dan berjalan dalam jarak dekat, istirahat sesuai kebutuhan untuk menghindari keletihan dan dispnea berlebihan. Bahas tindakan penghematan energi. 3. Ajarkan tentang postural drainage bila memungkinkan. D. IMPLEMENTASI Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya : Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien. Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4). E. EVALUASI Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya, Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989). BAB IV LAPORAN KASUS PPOK Kasus : Tn. J datang ke RS Dr. M jamil pada tanggal 17 oktober 2014 ,pasien mengeluh dadanya sesak dan akhirnya di opname ,keluhan bertambah parah dan tidak kunjung sembuh walau keluarga sudah membawa pasien kedokter dan sudah berlangsung sejak 29 september 2014 yang lalu ,istrinya mengatakan pasien memiliki riwayat hipertensi tetapi tidak pernah kontrol rutin ke rumah sakit,sejak muda pasien sering merokok dan pernah diopname pada tahun 2012 karena pembesaran prostate.Dokter mendiagnosa bahwa pasien mengalami PPOK (Penyakit Obstruksi Kronik).Melalui Pemeriksaan didapatkan S: 36,P: 80 x/menit,N: 32x/menit,TD: 150/90 mmHg. A. PENGKAJIAN 1. Anamnesa Identitas Pasien Nama : Tn J Agama : Islam Jenis kelamin : Laki-laki Status marital : Menikah Pendidikan : Tamat SMA Pekerjaan : Dagang Asuransi : Tidak Suku bangsa : Sunda Alamat : Padang Marapalam Tanggal masuk : 17/10/2014 Tanggal pengkajian : 21/10/2014 No Register : 478941 Diagnosa medis 2. : PPOK Identitas Penanggung jawab Nama penanggung : Ny A Hubungan dengan pasien : Istri Alamat : Padang Marapalam No.Telp :- Nomor Kartu Identitas :- Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : PNS 2.1.2 1. Riwayat kesehatan Keluhan utama Pasien mengatakan dada terasa sesak dan batuk. 2. Riwayat penyakit sekarang Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk-batuk tapi riak sulit keluar mulai tanggal 29 September 2014 keluhan bertambah parah dan tidak kunjung sembuh walau keluarga sudah membawa pasien kedokter. Sesak yang dirasakan pasien tidak berkurang bila untuk istirahat dan keluhan sesak meningkat pada malam hari disertai batuk-batuk tapi bila tidur dengan posisi duduk keluhan agak berkurang. 3. Riwayat kesehatan dahulu Pasien mengatakan punya riwayat hipertensi tapi tidak pengobatan rutin dan pernah diopname pada tahun 2012 di RS Dr. M. Jamil karena pembesaran prostate hingga dokter menyarankan untuk rencana operasi tapi pasien menolak dan menunda operasi hingga sekarang. 4. Riwayat kesehatan keluarga Pasien mengatakan riwayat keluarganya ada yang menderita penyakit hipertensi dan asma. Genogram X X X Tn. J Ny. A Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Keturunan (Anak Tn. J dan Ny. A) X : Meninggal : : Tinggal serumah 5. Riwayat sosiokultural Pasien mengatakan beragama islam dan rajin sholat waktu mudanya dulu, saat tua dan sakit- sakitan ini pasien mengatakan jarang sholat. 6. Review Pola sehat-sakit Sejak muda pasien sangat suka merokok begitu pula dengan lingkungan disekitar pasien adalah mayoritas perokok semua. Pasien mengatakan mengalami sakit sesak pada saat berumur 50 tahun hingga sekarang sakit sering kambuh-kambuh. 7. Pola fungsi kesehatan Gordon 1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan Pasien mengatakan dadanya sesak seperti dililit tali besar sehingga sulit bernafas. Bila keluhan datang pasien berobat kedokter umum dan Rumah sakit. 2) Pola Nutrisi Metabolik Dirumah : pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur dan lauk (tanpa daging dan ayam), makan habis 1/2 porsi Minum : ± 4-5 gelas/hari (teh, kopi air putih) Dirumah sakit : pasien makan lunak 3 kali sehari dengan diit rendah garam 0,8 gr makan habis ¼ porsi Minum : ± 4-5 gelas/hari (teh, syrup, air putih) 3) Pola Eliminasi BAK ± 3-4 kali/hari warna jernih, kencing keluar sedikit-sedikit, BAB ± 2 hari sekali. 4) Pola Aktivitas dan Latihan Pasien tidak bekerja, pasien lebih banyak menghabiskan waktu duduk dikursi dan tempat tidur karena sesak. Selama dirumah sakit pasien hanya tiduran ditempat tidur. 5) Pola Kognitif dan Persepsi Pasien mengatakan bahwa sakitnya karena pasien sudah tua dan saat diajak berkomunikasi pasien mampu mengingat kejadian di masa lalu dengan jelas. 6) Pola Persepsi-Konsep Diri Pasien mengatakan sangat terganggu dengan keluhan sesak. 7) Pola Tidur dan Istirahat Dirumah : pasien tidur dan istirahat kurang lebih selama 5 jam Dirumah sakit : Pasien beristirahat dan tidur selama 3-4 jam 8) Pola Peran-Hubungan Pasien dirumah berperan sebagai kepala rumah tangga. Dirumah sakit Tn J berperan sebagai pasien. Hubungan dengan keluarga baik dan dirumah sakit pasien dapat kooperatif dengan perawat, dokter dan petugas kesehatan lainya. 9) Pola Seksual-Reproduksi Semenjak pasien sakit, pasien tidak pernah melakukan hubungan intim 10) Pola Toleransi Stress-Koping Pasien mengatakan bila sakit keluarga membawa pasien kedokter umum dan bila tidak sembuh juga baru membawa pasien kerumah sakit 11) Pola Nilai-Kepercayaan Pasien mengatakan beragama Islam tetapi sekarang jarang sholat. Pasien percaya dengan berobat di Rumah Sakit RS. Dr. M jamil sakitnya akan sembuh. 2.1.3 Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum 2. Tanda vital S: 36 3. Kepala : Pasien tampak sesak dan gelisah : P: 80 x/menit N: 32x/menit TD: 150/90 mmHg Rambut putih, tipis dan rontok, tidak tampak ada ketombe Tidak teraba adanya benjolan dikepala, tidak nyeri tekan 4. Mata Simetris, konjungtiva sedikit anemis, sclera putih, sedikit cowong. 5. Hidung Simetris, tidak ada pengeluaran sekret dari hidung, tidak ada perdarahan, terpasang selang O2 3 liter permenit. 6. Telinga Bersih, tidak ada serumen pada lubang telinga, tidak ada nyeri tekan 7. Mulut :Pasien menggunakan gigi palsu, lidah sedikit kotor, mulut kering 8. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid di leher, tidak ada nyeri tekan 9. Dada dan punggung Inspeksi : Simetris : tidak ada bekas operasi, tidak ada kelainan bentuk dada Palapsi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa/tumor Perkusi : Auscultasi : terdengar wheezing disertai ronchi pada dada kanan dan kiri 10. Abdomen Tidak tampak acites, perut teraba kembung, bising usus 8-9 kali permenit, tidak teraba adanya massa atau benjolan, tidak tamapak adanya bekas operasi 11. Extremitas Siku tangan sebelah kanan nyeri sedangkan Ektremitas lain tidak ada kelemahan, tidak ada odema pada ekstremitas 12. Genetalia Tidak terkaji 13. Anus Tidak terkaji 2.1.4 Data penunjang ( Pemeriksaan diagnostik ) Tanggal 17/10/2014 TGL Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi 2/4 76-110 mg/dl DBN GDP 112 2/4 ¾ 2.1.5 WBC 11.4 k/ul 4.1-10.9 k/ul Meningkat LYM 2.6 27.7 % 0.6-4.1 DBN MID 0.8 81 %M 0.0-1.8 DBN GRAN 6.0 64%G 2.0-7.8 DBN RBC 5.51 M/UL 4.20-6.30 M/UL DBN HGB 16.0 12.0-18.0g/dl DBN HCT 45.3% 37.0-51.0 % DBN MCV 82.3 FL 80.0-97.0 FL DBN MCHC 35.3 g/dl 31-36 g/dl DBN RDW 14.05 14.05 11.5-14.5 % DBN PLT 242 140-440 K/UL DBN Creatinin 2.34 Urid acid 10.2 3.4-7.0 mg/dl Meningkat Data tambahan ( Penatalaksanaan ) Terapi Allopurinol 100 mg TID Aminophilyn 100 mg TID Halfilyn syp 10 cc TID ISDN 5 mg BID Pectocyl 1 tab TID Salbutamol 1 mg TID Tensivask 10 mg 1tab Q H Asthin F 1x1 Paracet 1 prn Lilac SR 100 mg Q H B. ANALISA DATA 1. Analisa Data Data DS:Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk tidak sembuh-sembuh Etiologi Ketidaknyamanan pada mulut DO: Masalah kolaboratif/keperawatan Inefektif bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan napas Pasien tampak gelisah Terpasang selang O2 karena mukus berlebihan Substansi vasoaktif canule 3 ltr/menit Riak kental Terdengar wheezing Merangsang sekresi mucus disertai ronchi pada paru kanan dan kiri RR 32x/menit produksi mucus bertambah Nutrisi DS:Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan DO: Obstruksi jalan nafas Reaksi antigen dan antibody Porsi makan habis ¼ porsi Kulit dan membran Bersihan jalan napas tidak efektif Nutrisi dari mukosa kering kebutuhan Pasien tampak lemah Perut kembung Bising usus 8-9 x/menit kurang kebutuhan tubuh dari B. DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD KEPERAWATAN Inefektif bersihan jalan Kepatenan nafas b/d obstruksi jalan nafas napas karena berlebihan dengan jalan 1. Ajarkan klien tentang metode 1 setelah yang tepat pengontrolan batuk mukus diberikan - :Pasien kriteria hasil : dan dan tidak efektif, tegak memindahkan organ- Klien - gelisah, Terpasang selang meningkatkan canule 3 ltr/menit, pertukaran melalui pada paru kanan dan kiri, mampu turun). RR 32x/menit - menyebutkan paru-paru, 5 gas keluarkan Klien bawah strategi pernapasan organ abdomen menjauh dari Tahan nafas selama 3 ekspansi sampai Terdengar pada paru wheezing disertai ronchi - Lakukan diafragma. sembuh, Pasien tampak batuk efektif dan - kental tidak terkontol adalah melelahkan mungkin dan batuk tidak sembuh- menunjukkan Riak dalam yang ditandai perawatan dengan perlahan saat duduk setegak menyebabkan frustasi Duduk mengatakan sesak nafas - O2 Napas Batuk lebih luas, detik kemudian ,Pernapasan diafragma sebanyak mungkin menurunkan frekuensi mulut dan (sangkar abdomen iga pernapasan dan meningkatkan harus ventilasi alveolar, Meningkatkan volume udara Lakukan napas kedua, dalam paru mempermudahkan untuk tahan, dan batukkan dari dada pengeluaran sekresi. menurunkan (bukan dari belakang mulut atau kekentalan sekresi tenggorok) dengan melakukan - memungkinkan Pergerakan dua batuk pendek dan kuat. sputum keluar dari 2. Ajarkan klien tindakan jalan nafas menurunkan - untuk vikositas Bebas dari sekresi:dengan miun air hangat 2 suara tambahan nafas sedikit tapi sering Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat seperti menyebabkan wheezingdan 3. ronchi. dan sesudah klien batuk Auskultasi paru sebelum mukus, yang mengarah pada atelektasis 3 4. sumbatan Pengkajian Dorong dan berikan membantu perawatan mulut yang baik ini mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien 4 Higiene mulut yang baik meningkatkan rasa sejahtera dan mencegah bau mulut. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO 2. DIAGNOSA TUJUAN Nutrisi kurang dari Klien akan 1. kebutuhan makan/masukan. Evaluasi BB berhubungan ketidakyamanan tubuh menunjukkan dengan kemajuan/penin pada gkatan status INTERVENSI Pantau kesulitan 1. RASIONAL Pasien distress pernafasan sering anoreksia. Dan juga sering mempunyai pola makan yang buruk. TTD mulut karena prosuksi nutrisi Sehingga sekret mengental, yang Kriteria hasil ditandai dengan: Pasien mengatakan nafsu tidak makan, 2. Berikan perawatan Klien sebelum dan sesudah makan ada tidak mengalami Porsi kehilangan BB dan membran - lemah, dan dan minuman karbohidrat Perut cairan Urine mulut dan rangsangan 3. Makanan gas yang dan dapat menimbulkan distensi abdomen dan meningkatkan Output 4. urine meningkat - bau berkarbonat tidak pekat - bakteri mengandung - oral Hindari makanan penghasil gas /nafsu makan kembung, Bising usus 8- meningkat 9 x/menit kebersihan meningkatkan mukosa kering, Pasien makanan tampak 2. penumbuh Masukan 3. Bb oral menurun menhilangkan makan habis ¼ porsi, lebih lanjut Kulit cenderung Sajikan menu dalam keadaan dispnea hangat 4. Membran Menu mempengaruhi hangat relaksasi mukosa lembab spingkter / saluran pencernaan - sehinga respon mual/muntah Kulit tidak kering - 5. Anjurkan makan sedikit tapi berkurang Tonus sering otot membaik 6. 5. Menegah perut penuh Kolaborasi ahli gizi untuk dan menurunkan resiko mual menentukan diit 6. kalori Mencukupi kebutuhan dan nutrisi sesuai dengan diit yang tepat sesuai perhitungan ahli gizi IMPLEMENTASI Nama :Tn J No NO 1 : 478941 DX IMPLEMENTASI 1 19.10.14 1. Mengajarkan klien napas dalam dan batuk efektif Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin Lakukan pernapasan diafragma. Tahan nafas selama 3 sampai 5 detik kemudian keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus turun). Lakukan napas kedua, tahan, dan batukkan dari dada (bukan dari belakang mulut atau tenggorok) dengan melakukan dua batuk pendek dan kuat. 2. Menganjurkan untuk minum air hangat sedikit tapi sering 3. Melakukan auscultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk 4. Membantu melakukan perawatan mulut 5. Mengobservasi warna dan karakeristik sputum; sputum kental warna putih kekuningkuningan Memberikan obat : Allopurinol 100 mg TID Aminophilyn 100 mg TID Halfilyn syp 10 cc TID Pectocyl 1 tab TID Salbutamol 1 mg TID KET IMPLEMENTASI Nama :Tn J No NO 1 : 478941 DX 2 19.10.14 IMPLEMENTASI 1. KET Mengobservasi porsi makanan yang dihabiskan klien; makan habis ¼ porsi 2. Membantu perawatan mulut sebelum dan sesudah makan 3. Anjurkan makan dalam porsi kecil sedikit tetapi sering 4. Anjurkan untuk menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbohidrat 5. Membantu menyajikan makanan 6. Membantu ahli gizi untuk menentukan diit: makan lunak rendah garam 0,8 IMPLEMENTASI Nama :Tn J. No : 478941 NO DX/TGL IMPLEMENTASI KET 1 1 20/10/14 1. Membantu memposisikan pasien dengan posisi semi fowler 2. Melakukan auscultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk 3. Membantu melakukan perawatan mulut 4. Mengobservasi warna dan karakeristik sputum; spuitm kental warna putih kekuningkuningan 5. Memberikan obat : Allopurinol 100 mg TID Aminophilyn 100 mg TID Halfilyn syp 10 cc TID Pectocyl 1 tab TID Salbutamol 1 mg TID 2 2 20.10.14 1. Mengobservasi porsi makanan yang dihabiskan klien; makan habis ¼ porsi 2. Membantu perawatan mulut sebelum dan sesudah makan 3. Menganjurkan makan dalam porsi kecil sedikit tetapi sering 4. Menganjurkan untuk membawakan makan yang disukai pasien sesuai dengan diit 5. Membantu menyajikan makanan EVALUASI Nama :Tn J. No NO 1 : 478941 DX/TGL 1 19.10.14 EVALUASI S: Pasien mengatakan dada terasa sesak O: - Pasien tampak lemah - Pasien tampak gelisah - Pasien tampak batuk-batuk - RR 32 X/menit - Tampak penggunaan otot-otot bantu pernapasan A: Tujuan belum tercapai P: Intervensi dilanjutkan Membantu memposisikan pasien dengan posisi semi fowler Melakukan auscultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk Membantu melakukan perawatan mulut Mengobservasi warna dan karakeristik sputum; spuitm kental warna putih kekuning-kuningan Memberikan obat sesuai dengan advis dokter 2 19.10.14 S: Pasien mengatakan mual O: Porsi makan habis ¼ porsi Membran mukosa dan kulit kering Konjungtiva anemis KET - Pasien tampak lemah A: Tujuan belum tercapai P: Intervensi dilanjutkan Mengobservasi porsi makanan yang dihabiskan klien; makan habis ¼ porsi - Membantu perawatan mulut sebelum dan sesudah makan - Menganjurkan makan dalam porsi kecil sedikit tetapi sering - Menganjurkan untuk membawakan makan yang disukai pasien sesuai dengan diit - Membantu menyajikan makanan EVALUASI Nama :Tn J No NO 1 : 478941 DX/TGL 1 20.10.14 EVALUASI S: Pasien mengatakan KET sesak agak berkurang tetapi batuk masih belum berkurang O: - Pasien tampak lemah - Pasien tampak gelisah - Pasien tampak batuk-batuk - RR 28 X/menit A: Tujuan belum tercapai P: Intervensi dilanjutkan Membantu memposisikan pasien dengan posisi semi fowler Melakukan auscultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk Membantu melakukan perawatan mulut Mengobservasi warna dan karakeristik sputum Memberikan obat sesuai dengan advis dokter 2 2 20.10.14 S: Pasien mengatakan sudah mau makan agak banyak O: Porsi makan habis ¼ porsi lebih Membran mukosa dan kulit kering Konjungtiva anemis - Pasien tampak lemah A: Tujuan belum tercapai P: Intervensi dilanjutkan Mengobservasi porsi makanan yang dihabiskan klien - Membantu perawatan mulut sebelum dan sesudah makan - Menganjurkan makan dalam porsi kecil sedikit tetapi sering - Menganjurkan untuk membawakan makan yang disukai pasien sesuai dengan diit - Membantu menyajikan makanan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penyakit paru obtruksi menahun (PPOK) adalah aliran udara mengalami obstruksi yang kronis dan pasien mengalami kesulitan dalam pernafasan. PPOK sesungguhnya merupakan kategori penyakit paru-paru yang utama dan bronkitis kronis, dimana keduanya menyebabkan perubahan pola pernafasan (Reeves, 2001 : 41). Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah: 1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga fase kronik. 2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian. 3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal. B. Saran Semoga dengan membaca dan memahami makalah ini,pembaca dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan pasien yang terdiagnosa PPOK dan juga memahami teoritis PPOK ini secara menyeluruh. DAFTAR PUSTAKA Baughman ,diane C. 2000.Keperawatan Medikal-Bedah : Buku Saku dari Brunner & Suddarth.Jakarta : EGC. Hudak,Carolyn M. 1997.Keperawatan Kritis : Pendekatan holistik.Jakarta : EGC. Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby. Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby. NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi Price, Sylvia. 2003. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC. Kato,mastur.2014.Askep Penyakit Paru Obstruktif.(http://masturkato.blogspot.com/2014/03/askep-penyakit-paru-obstruksikronis.html),diakses Sabtu 1 November 2014. Anonim.2014.LaporanPendahuluanPPOK.(http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/01/Laporan -pendahuluan-ppok.html#.VFLcSNhT7rQ), diakses Sabtu 1 November 2014.