Pengaruh Komunikasi, Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Proyek Pondasi Tower di Timor Leste PT Cahaya Inspirasi Indonesia) Komunikasi yang baik tidak hanya berbicara ataupun surat-menyurat saja. Menurut Muhammad (2002:4) komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Disamping komunikasi pimpinan juga perlu meningkatkan aspek motivasi. Motivasi adalah kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan dan memenuhi kebutuhannya, sementara Hasibuan (2007), mengartikan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Namun kini mulai disadari bahawa selain komunikasi kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting yang sangat berperan untuk meningkatkan kinerja karyawan. Secara umum menurut Luthans (2005) terdapat tiga dimensi dalam kepuasan kerja yaitu: merupakan respon emosional terhadap situasi kerja, merupakan penilaian hasil kerja dan mewakili sikap yang saling berhubungan. Menurut Gibson (1995:56) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu faktor individu yang berasal dari dalam diri seseorang, faktor organisasi dan faktor psikologis. Model Penelitian Hipotesis yang telah dirumuskan akan di uji untuk mengetahui pengaruh langsung komunikasi terhadap kinerja dan pengaruh tidak langsung komunikasi terhadap kinerja melalui motivasi dan kepuasan kerja. Kerangka penelitiannya adalah sebagai berikut: METODE Data diperoleh secara langsung dari sumbernya (responden) karyawan dari Indonesia dan lokal (Timor Leste) yang berpendidikan setara SD, SMP dan SMA serta dengan masa kerja 1–2 tahun periode tahun 2010 – 2012 dengan berupa kata-kata atau pilihan yang diperoleh melalui kuesioner. Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah 380 karyawan terdiri dari karyawan Indonesia dan lokal masyarakat Timor Leste pada PT Cahaya Inspirasi Indonesia cabang Timor Leste periode tahun 2010–2012. Karena populasi penelitian pasti jumlahnya maka untuk menentukan sampel menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan rumus Slovin tersebut, maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah: 380 n = 1 + 380 (10 % )2 380 n = = 79 responden 4,8 Metode yang digunakan untuk menganalisis data yang dihasilkan dari kuesioner penelitian ini adalah analisis jalur (Path analysis). Penggunaan analisis jalur dalam menganalisis data disebabkan antara variabel independen yaitu komunikasi, motivasi, kepuasan kerja dan kinerja karyawan terjadi korelasi atau hubungan yang saling berkaitan. HASIL Karekteristik Responden Berdasarkan jawaban responden pada kuesioner yang disebarkan,maka dapat diketahui karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki,umur berkisar 20-50 tahun, jabatan,pendidikan terakhir, dan lama bekerja. Uji Validitas dan Reabilitas Uji Validitas dengan menggunakan korelasi produk momen pearson dikatakan valid apabila rhitung lebih besar rtabel.Sedangkan Uji Reabilitas dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi instrumen. Analisis Data Deskriptif Adapun dalam deskripsi data,data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 79 karyawan. Hasil Uji Asumsi Klasik • Multikolinieritas Pada penelitian ini diperoleh angka variance In flation Factor ada disekitar angka 1 dan 2 dengan demikian dapat disimpulkan pada model tersebut tidak ada multikolinieritas karena VIF 5. • Heterokedastisitas Pada penelitian ini diperoleh nilai t < ttabel dengan tingkat signifikansi uji t > probabilitas 5%,yang berarti tidak Heterokedastisitas. • Normalitas Pada penelitian ini model layak dipakai untuk memprediksi variabel berdasarkan masukan variabel independennya. Berdasarkan dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat kesimpukan sebagai berikut: • Item tertinggi dalam Komunikasi adalah penyampaian informasi langsung atasan kepada bawahan. Komunikasi antara atasan dan bawahan sangatlah penting untuk meningkatkan kinerja karyawan. Dengan ditingkatkannya transparansi komunikasi dengan atasan akan bisa memberikan kontribusi pada kinerja karyawan. • Kebutuhan sosial merupakan salah satu item tertinggi dalam motivasi, sehingga motivasi secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Berkomunikasi dengan atasan salah satunya yaitu sharing mengenai kesulitankesulitan yang dihadapi karyawan, pemberian kompensasi upah jika bekerja melebihi jam kantor akan dapat menciptakan kepuasan kerja. • Pekerjaan merupakan salah satu item tertinggi dalam kepuasan, ini berarti bahwa pegawai bekerja sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki dapat berpengaruh terhadap kinerja karyawan. PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK PEKERJA BANGUNAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG BERTINGKAT DI SURAKARTA) 1. LATAR BELAKANG Produktivitas merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi performansi kemampuan bersaing dalam industri konstruksi. Peningkatan tingkat produktivitas berelasi terhadap waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan dan secara langsung akan mempengaruhi besarnya biaya yang dibutuhkan, khususnya berasal dari pengurangan biaya yang dikonsumsi oleh pekerja 2. PRODUKTIVITAS KERJA Secara umum produktivitas adalah perbandingan antara hasil kegiatan (output) dan masukan (input). Dalam konstruksi, pengertian produktivitas tersebut biasanya dihubungkan dengan produktivitas pekerja dan dapat dijabarkan sebagai perbandingan antara hasil kerja dan jam kerja. Produktivitas didefinisikan sebagai ratio antara output dengan input, atau ratio antara hasil produksi dengan total sumberdaya yang digunakan. Dalam proyek konstruksi ratio produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses konstruksi, dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, material, dan alat. 2.1. Peningkatan Produktivitas Kerja Kurang diperhatikannya produktifitas pekerja pada suatu proyek konstruksi dapat menghambat pekerjaan konstruksi. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas dalam proyek konstruksi, dimana salah satunya adalah faktor tenaga kerja yang berkaitan langsung dalam pembangunan konstruksi di lapangan. Produktivitas pekerja merupakan salah satu unsur utama dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu proyek konstruksi, tetapi seringkali penggunaan tenaga kerja tidak efektif, seperti menganggur, mengobrol, makan, minum dan merokok di luar jam istirahat. Untuk itu, manajemen harus dapat mengetahui cara-cara untuk mengukur produktivitas pekerja sebelum melakukan upaya peningkatan produktifitas. 2.2. Proyek Konstruksi vs Manufaktur Karakter industri jasa konstruksi tidak dapat disamakan dengan manufaktur, keduanya seolah-olah sama sehingga tidak jarang teknik dan cara-cara untuk meningkatkan produktivitas di manufaktur digunakan juga pada proyek konstruksi. Para pemimpin proyek kerap menemui kegagalan dalam usaha meningkatkan produktivitas pekerjanya manakala menerapkan konsepkonsep yang sering diaplikasikan dalam manufaktur. Pada kenyataannya, proyek konstruksi tidak dapat disamakan dengan manufaktur mengingat keunikan yang dimilikinya. Secara umum beberapa perbedaannya adalah sebagai berikut : 1) Proyek konstruksi terbatas waktu 2) Lokasi bekerja bersifat sementara 3) Hasil produksi selalu berbeda 4) Proyek konstruksi merupakan perintis 5) Dibutuhkan tenaga terlatih, pada umumnya pekerja yang dibutuhkan di proyek kontruksi sebagian besar adalah tenaga terlatih dan sebagian kecil adalah tenaga kasar 6) Terpengaruh cuaca, pada umumnya pekerjaan proyek konstruksi dilaksanakan diluar sehingga sangat dipengaruhi oleh cuaca, panas, hujan, dingin. 7) Berskala besar, umumnya proyek konstruksi tidak praktis dan dibutuhkan peralatan berat yang membutuhkan waktu untuk memasang dan memindahkannya. 8) Pemilik terlibat dalam proses konstruksi 2.3. Produktivitas Dipandang Sebagai Sistem Untuk keperluan peningkatan produktivitas dalam proyek konstruksi tentunya harus direncanakan dan dirancang sistem yang mengaturnya. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas sebuah pekerjaan faktor manusia mengkontribusi terbesar dibanding faktor lainnya. 2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Faktor yang mempengaruhi produktivitas proyek diklasifikasikan menjadi empat kategori utama, yaitu : (1) Metoda dan teknologi, yang terdiri dari faktor : disain rekayasa, metoda konstruksi, urutan kerja, pengukuran kerja. (2) Manajemen lapangan, terdiri dari faktor : perencanaan dan penjadwalan, tata letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen material, manajemen peralatan, manajemen tenaga kerja. (3) Lingkungan kerja, terdiri dari faktor : keselamatan kerja, lingkungan fisik, kualitas pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja, partisipasi. (4) Faktor manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, insentif, pembagian keuntungan, hubungan kerja mandor-pekerja, hubungan kerja antar sejawat, kemangkiran. 3. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang berbasiskan data laporan harian dan diklarifikasi dengan data hasil pengamatan diperoleh hal-hal sebagai berikut: 1) Produktivitas pekerjaan pondasi plat adalah 0,067 m3/orang/jam 2) Produktivitas pekerjaan kolom adalah 0,074 m3/orang/jam 3) Produktivitas pekerjaan balok dan plat adalah 0,041 m3/orang/jam 4) Produktivitas pekerjaan pasangan batu kali adalah 0,191 m3/orang/jam Ratio kelompok pekerja adalah sebagai berikut : 1) Ratio pekerjaan pondasi plat adalah 1 mandor : 7 tukang : 9 pekerja 2) Ratio pekerjaan kolom adalah 1 mandor : 2 tukang : 4 pekerja 3) Ratio pekerjaan balok dan plat adalah 1 mandor : 3 tukang : 5 pekerja 4) Ratio pasangan batu kali adalah 1 mandor : 6 tukang : 5 pekerja KAJIAN VARIABEL MANAJEMEN KOMUNIKASI PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG TINGGI (STUDI KASUS DI PERUSAHAAN KONSTRUKSI PT. BS – JAKARTA). Analisis Permasalahan Penelitian 3 Dari hasil penyebaran kuisioner terhadap 3 pakar, untuk sementara didapatkan kesimpulan dari pakar yaitu pada tahap inisiasi proyek: agar jalur komunikasi baik secara vertikal dan horizontal harus menyusun struktur organisasi proyek dan menempatkan personil sesuai kualifikasi yang dibutuhkan proyek dimaksud. Pada tahap perencanaan proyek: sistem pengumpulan dan perolehan informasi kemajuan proyek (Progress Pekerjaan), kurang baik tidak sistematis akan menyebabkan keterlambatan informasi yang dibutuhkan dan dengan penetapan jadwal pelaksanaan proyek yang amat ketat akan menyebabkan kemungkinan kesalahan estimasi, perkiraan biaya dan perencanaan penjadwalan. Pada tahap pengadaan/procurement , akibat status Purchase Order yang diterima dari Purchasing tidak akurat (not updated) dapat menyebabkan kesalahan order dan pengadaan menjadi lama .Tahap eksekusi proyek: informasi tentang kesalahan konstruksi yang tidak up to date akan menyebabkan pengadaan tidak akurat dan pekerjaan ulang. a. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa alur manajamen komunikasi pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung tinggi di PT. BS dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: Persiapan yaitu penyusunan struktur organisasi proyek, perencanaan yaitu pengembangan desin konstruksi saat pelaksanaan proyek, pengadaan yaitu pengadaan material, bahan dan alat dan proses konstruski yaitu pelaksanaan. b. 4(empat) faktor utama manajamen komunikasi pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung tinggi ini mempunyai kurang lebih 51 variabel manajemen komunikasi pelaksanaanproyek konstruksi yang akan harus dikaji lebih mendalam mengingat dampak terhadap kegiatan pelaksanaan proyek. c.Didapatkan kesimpulanserta rekomendasi dari pakar yaitu pada tahap persiapan proyek: agar jalur komunikasi baik secara vertikal dan horizontal harus menyusun struktur organisasi proyek dan menempatkan personil sesuai kualifikasi yang dibutuhkan proyek dimaksud. Pada tahap perencanaan proyek: sistem pengumpulan dan perolehan informasi kemajuan proyek (Progress Pekerjaan), kurang baik tidak sistematis akan menyebabkan keterlambatan informasi yang dibutuhkan dan dengan penetapan jadwal pelaksanaan proyek yang amat ketat akan menyebabkan kemungkinan kesalahan estimasi, perkiraan biaya dan perencanaan penjadwalan. Pada tahap pengadaan/procurement , akibat status Purchase Order yang diterima dari Purchasing tidak akurat (not updated) dapat menyebabkan kesalahan order dan pengadaan menjadi lama.Tahap eksekusi proyek: informasi tentang kesalahan konstruksi yang tidak up to date akan menyebabkan pengadaan tidak akurat dan pekerjaan ulang. Kepala proyek harus dapat mengoptimalkan kinerja tim proyek, melakukan pengawasan proyek, melakukan kontrol terhadap perubahan rencana terhadap perencanaan komunikasi, distribusi komunikasi, pelaporan kinerja, kontrol waktu (schedule), sertapada tahap persiapan, desain saat konstruksi, pengadaan dan proses konstruksi, mengkoordinasi pelaksanaan proyek sesuai dengan rencana biaya, waktu, mutu , K3L dan sistem pelaksanaan proyek untuk mencapai sasaran yang ditetapkan, serta harus dilakukan evaluasi secara periodik terhadap semua tahapan kegiatan proyek untuk menghindari penyimpangan terhadap biaya, waktu, mutu dan K3L MODEL SUMBER DAN PENYEBAB REWORK PADA TAHAPAN PROYEK KONSTRUKSI 1. PENDAHULUAN Banyak hal yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya pada suatu proyek, misalnya terdapat suatu kesalahan gambar, kurang jelasnya komunikasi antar individu yang terlibat, sehingga mengakibatkan penafsiran yang salah, kurangnya pemahaman terhadap gambar, dan lain-lain. Hal seperti itu akan menyebabkan pekerjaan menjadi terhambat, dan sering juga menimbulkan kerugian yang besar pada perusahaan jasa konstruksi yang akan menimbulkan pekerjaan ulang (rework). 2. LANDASAN TEORI 2.1. Sumber Rework Dalam studi yang dilakukan oleh Love (2002) sumber rework dikategorikan dalam empat kategori yaitu change, error, omission, dan damage. Kategori ini sebelumnya telah digunakan oleh Farrington (1987), sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sommerville (2007) kategori omission dan damage memiliki kesamaan sehingga Sommerville mengkategorikannya menjadi tiga yakni change, error dan omission. Ketiga kategori ini dapat terjadi mulai dari pelaksanaan desain sampai dengan konstruksi berlangsung Perubahan (change) Tindakan yang dilakukan karena adanya perintah kerja. Perubahan bisa dikategorikan tidak termasuk rework apabila pengerjaan tersebut telah disetujui oleh owner. Biasanya yang termasuk change adalah penurunan kualitas (defect), tidak adanya pemberitahuan/persetujuan atas perubahan, kesalahan dan cacat pada saat pengerjaan. Kesalahan (error) Kegiatan dalam proses kerja yang dilakukan secara tidak benar sehingga mengakibatkan hasil kerja menyimpang dari rancangan awal. Kelalaian (ommision) Semua kegiatan yang termasuk penangguhan, ketidak sadaran, menelantarkan dan kelengahan yang menyebabkan terjadinya kerusakan/cacat Analisis Sumber Rework Pada pekerjaan struktur sumber rework dapat dikatakan jarang terjadi seperti penelitian yang dilakukan Panaleeswaran pada pekerjaan pondasi di Singapura dimana kesalahan yang terjadi untuk pekerjaan pondasi lebih dikarenakan karena kesalahan penyampaian metode kerja. Nilai mean sumber rework disini berturut dari change, error dan omission adalah 3.36; 3.05; 2.7. Untuk pekerjaan arsitektural sumber rework yang dapat dikategorikan jarang terjadi adalah omission sedangkan untuk change dan error sering terjadi. Dalam penelitian yang dilakukan Alwi dengan cara mewawancara sepuluh pimpanan proyek faktor change dan error memang sering ditemukan karena perubahan gambar, terjadinya desain ulang sampai dengan kurangnya pengawasan. Sedangkan pada pekerjaan M/E Winata menemukan bahwa M/E merupakan pekerjaan kedua yang sering terjadi rework setelah pekerjaan finishing. Nilai mean yang diperoleh menunjukkan bahwa kecenderungan ini sampai sekarang tidak berubah. Intensitas terjadinya sumber rework yang paling tinggi adalah saat pekerjaan finishing, sumber rework yang menyebabkan adalah change. Analisis Penyebab Rework Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan intensitas penyebab rework. Berikut dapat dilihat peringkat berdasarkan mean mengenai intensitas penyebab rework (Gambar 5). Secara umum dapat dilihat bahwa sumber dari penyebab rework dengan nilai tertinggi adalah kesalahan (error) akibat faktor kepemimpinan dan komunikasi (3.92) diikuti oleh omission pada kemampuan sumber daya manusia (3.91) dan faktor kepemimpinan dan komunikasi (3.78). Analisis Indikator Penyebab Rework Indikator yang digunakan untuk analisis ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari penyebab terjadinya rework. Jika ditinjau kepada penyebab rework, peringkat penyebab rework yang paling sering adalah sumber daya manusia dengan nilai mean 3.43 diikuti oleh engineering dan peninjauan ulang dengan nilai mean 3.27, sedangkan indikator yang telah dipilih mewakili penyebab dari rework dapat dilihat pada Tabel 1. KESIMPULAN Dari analisis yang telah dilakukan mengenai sumber dan penyebab rework pada tahapan konstruksi secara umum pekerjaan finishing dan arsitektural memerlukan perhatian khusus. Sumber rework yang sering terjadi adalah change (59.00%) sedangkan penyebabnya adalah kepemimpinan dan komunikasi (67.75%). Pada bangunan rumah tinggal, gedung dan industri sumber rework yang sering terjadi adalah change. Penyebab rework untuk bangunan rumah tinggal, gedung dan industri sama dengan penyebab rework secara umum yaitu kemampuan sumber daya manusia serta kepemimpinan dan komunikasi. Dari model persentase mean secara umum pada pekerjaan konstruksi yang harus diperhatikan adalah change, namun pada pekerjaan arsitektural bangunan gedung (66.25%) dan industri (50.00%) sumber rework yang harus diperhatikan adalah error. Untuk pekerjaan M/E pada bangunan industri sumber rework selain change yang harus diperhatikan adalah omission (48.00%). Untuk faktor change pada penyebab rework untuk pekerjaan rumah tinggal dan gedung adalah kepemimpinan dan komunikasi (71.25%) tetapi untuk bangunan industri yang harus diperhatikan adalah engineering dan peninjauan ulang (67.50%). Begitu juga untuk faktor error pada bangunan rumah tinggal dan gedung adalah kepemimpinan dan komunikasi sedangkan pada bangunan industri adalah kemampuan SDM (72.50%). Untuk faktor omission pada bangunan rumah tinggal dan gedung penyebab rework yang harus diperhatikan adalah kemampuan SDM (74.00%) sedangkan pada bangunan industri yang harus diperhatikan adalah kepemimpinan dan komunikasi (72.50%). Menurut responden, indikator penyebab rework yang sering terjadi adalah sistem komunikasi proyek yang buruk diikuti dengan kurangnya pengawasan dan rencana kerja serta perintah kerja yang tidak jelas kepada pekerja. Ketiga hal ini mewakili faktor penyebab rework untuk kemampuan SDM serta kepemimpinan dan komunikasi.