Uploaded by riniwhy06

TETANUS

advertisement
TETANUS
Definisi: Suatu kelainan neurologis yang dicirikan dengan spasme dan rigiditas otot. Spasme ototnya
periodic dan berat, biasanya kut dan menimbulkan paralitik spastik yang disebabkan oleh
tetanospasmin. Tetanus juga disebut sebagai “Seven Days Disease”
Etiologi: Clostridium tetani (bakteri anaerob, basil Gram +), ditemukan di feses manusia dan hewa,
tanah. Spora dapat dorman selama bertahun-tahun tetapi jika terkena luka (luka pada kulit: terpotong,
tertusuk, luka bakar, infeksi tali pusat [tetanus neonatorum]), spora akan berubah menjadi bentuk
vegetative yang menghasilkan toksin. Sporanya juga ditemukan dalam tanah dan lingkungan yang
hangat.
Epidemiologi:
-
Detemui di seluruh dunia dan endemic di 9 negara berkembang
Bentuk paling sering pada anak tetanus neonatorum -> menyebabkan kematian sekitar
500.000 bayi tiap tahun karena para ibu tidak diimunisasi.
Tetanus pada anak juga sering berhubungan dengan luka (luka tusuk akibat objek kotor)
Patogenesis: Bakteri (spora) masuk melalui luka yang kotor dan terkontaminasi  bentuk vegetative
dari spora melepaskan toksin (tetanospasmin)  berikatan dengan ujung neuron motor perifer 
toksin masuki akson  ditransport retrograde ke inti sel saraf di batang otak dan medulla spinalis 
toksin migrasi ke ujung presinaps  memblok pelepasan glisin dan GABA yang bersifat inhibisi.
Hilangnya inhibisi:
-
resting fire rate alfa motor neuron meningkat  rigiditas
spasme
Toksin juga dapat bekerja secara langsung pada otot skeletal dimana akson membentuk ujung (pada
tetanus local). Toksin juga bekerja di korteks serebri dan system saraf simpatis, serta di hipotalamus.
Tambahan:
Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme, bakteria pada beberapa level SSP, dengan
cara:
-
Tobin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat pelepasa acethylcoline dari terminal nerve otot.
Karateristik spasme dari tetanus (seperti strichmine) terjadi karena toksin mengganggu fungsi
dari reflex synaptic di spinal cord
Kejang dari tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh cerebral ganglioside
Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous System (ANS) dengan gejala:
berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisiti takikardi, aritmia jantung, peninggian
cathecolamine dalam urin.
-
Kerja dari tetanospamin analog dengan strychninee, dimana ia mengintervensi fungsi dari arcus
refleks yaitu dengan cara menekan neuron spinal dan menginhibisi terhadap batang otak
Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal, yang menyebabkan meningkatnya aktifitas dari
neuron Yang mensarafi otot masetter sehingga terjadi trismus. Oleh karena otot masetter adalah otot
yang paling sensitif terhadap toksin tetanus tersebut. Stimuli terhadap afferen tidak hanya menimbulkan
kontraksi yang kuat, tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis sehingga timbul spasme
otot yang khas .
Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu:
-
-
Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dari melalui sumbu silindrik dibawa kekornu
anterior susunan syaraf pusat
Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk
kedalam susunan syaraf pusat.
Manifestasi klinis:
1. Tetanus generalisata: bentuk yang paling sering dijumpai. Awalnya dapat berupa tetanus local
yang berkembang luas setelah beberapa hari. Gejala:
- Hipertonus otot
- Spasme
- Trismus: perasaan kaku pada rahang dan leher, biasanya penderita sulit membuka mulutnya
- Kaku di lehet, bahu serta ekstremtas (biasanya terekstensi)
- Abdomen papan (keras dan rata)
- Risus sardonicus: kontraksi pada otot wajah (otot bibir mengalami retraksi, mata tertutup
parsial karena kontraksi M. orbicularis oculi, alis terelevasi karena spasme otot frontalis)
- Opistotonus: kontraksi pada otot punggung  perubahan bentuk menjadi melengkung
- Spasme pada otot-otot pernafasan
2. Tetanus local: yang paling ringan. Gejala biasanya muncul berupa rasa kaku, kencang dan nyeri
pada otot sekitar luka. Sering kali terjadi spasme dan twitching dari otot yangterkena.
3. Tetanus sefalik. Biasanya terjadi setelah ada luka pada kepala atau wajah. Periode inkubasi
biasanya pendek, hanya sekitar 1-2 hari. Terjadi kelemahan dan paralisis otot-otot wajah. Pada
periode spasme, otot wajah biasanya berkontraksi. Spasme dapat melibatkan lidah dan
tenggorokan sehingga terjadi disartria (ggn bicara), disfonia (gangguan suara: serak, hilang), dan
disfagia (gangguan menelan). Sering kali tetanus sefalik berkembang menjadi tetanus
generalisata.
Diagnosis:
Anamnesis:
-
-
Pertanyaan seputar luka sangat penting: waktu terkena luka, waktu sampai munculnya gejala,
lokasi luka, jenis luka (kotor atau bersih)
Port d’entrée lain seperti penggunaan jarum suntik, adanya otitis media supuratif kronis
berulang, dll
Riwayat imunisasi tetanus
-
Dapat dijumpai tanda dan gejala yang dituliskan dalam GK
-
Biasanya tidak menunjukan perubahan
Kultur: C. tetani: + (susah)
-
PF:
PP:
Tambahan:
Laboratorium:
-
-
Leukositosis ringan
Trombosit sedikit meningkat
Glukosa dan kalsium darah normal
CNS normal tetapi tekanan dapat meningkat
Ensim otot serum mungkin meningkat
EKG dan EEG bias any normal
Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopir nanah yang diambil dari luka dapat membantu,
tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh dan batang gram positif berbentuk tongkat penabum
drum sering tidak ditemukan.
Kreatinin fosfokinase dapat meningkat karena aktivitas kejang (> 3U\mL)
Diagnosis (singkat) PF seaktu istirahat:
SGOT, CPK meninggi serta myoglobinuria
Diagnosis Banding
-
Meningitis bakterialis-Rabies
Poliomielitis – epilepsy
Ensefalitis-Tetani
Keracunan striknin- Sindrom Shiffman
Efek samping fenotiazin-Peritonsiler abses
Penyakit
Gambaran Differential
INFEKSI
Meningoensefalitis
Polio
Rabies
Lesi orofaringeal
Peritonitis
KELAINAN METABOLIK
Tetany
Keracunan Strychine
Reaksi Fenotiazin
PENYAKIT CNS
Status Epileptikus
Hemorrhage atau tumor
KELAINAN PSYCHIATRIC
Hysteria
KELAINAN MUSKULOSKELETAL
trauma
Demam, trismus tidak ada, sensorium depresi, abnormal CSF
Trismus tidak ada, paralise tipe flaccid, abnormal CSF
Gigitan binatang, trismus tidak ada, hanya orofaringeal spasme
Hanya local, rigiditas seluruh tubuh atau spasme tidak ada
Trismus atau spasme seluruh tubuh tidak ada
Hanya carpopedal dan laryngeal spasme, hypocalcemia
Relaksasi komplet antara spasme
Distonia, respon dengan difenhidramin
Sensorium depresi
Trismus tidak ada, sensorium depresi
Trismus inkonstan, relaksasi komplet antara spasme
Hanya lokal
Tata Laksana:
Nonmedikamentosa:
-
Pembersihan dan debridemen luka yang kotor
Ruang rawat yang gelap (cahaya cenderung mencetuskan spasme dan kejang)
Diet diberikan melalui selang nasogastric bila diperlukan. Diberikan diet tinggi kalori.
Pencegahan ulkus decubitus.
Medikamentosa:
-
Human tetanus immunoglobulin (HTIG) 3000-6000 U secara intramuscular
Penicilin prokain 1,2 juta unit setiap hari diberikan selama 10 hari
Metronidazol 4x500mg atau tertrasiklin 2g\hari selama 10 hari
Antiepilepsi untuk mencegah spasme otot, dapat diberikan : Diazepam, Fenobarbital, MgCl2
Pemberian vitamin B12
Setiap pasien yang mengalami tetanus sebaiknuya mendapatkan vaksin tetanus yang lengkap. Untuk
dewasa vaksinasi dibagi dalam 3 dosis. Dosis pertama dan kedua diberikan dalam jarak 4-8 minggu.
Dosis ketiga diberikan 6-12 bulan setelah dosis ke dua. Diperlukan booster setiap 10 tahun.
Komplikasi: kematian biasanya diakibatkan asfiksia yang ditimbulkan spasme laring. Komplikasi lain:
pneumonia\ aspirasi pneumonia, patah tulang\ fraktur (akibat kejang yang berulang).
Prognosis:
-
Ringan: bila tidak ada generalisata spasme (kejang umum)
-
Sedang: bila sekali muncul kejang umum
Berat: bila kejang umum berat sering terjadi
Pada neonatal tetanus. Masa inkubasi neonatal tetanus 3-14 hari, tetapi bisa lebih pendek atau pun
lebih panjanh. Berat ringannya penyakit juga tergantung pada lamnya masa inkubasi. Makin pendek
masa inkubasi biasanya prognosa makin jelek. Prognosa neonatal tetanus jelek, jika:
-
Umur bayi kurang dari 7 hari
Masa inkubasi 7 hari atau kurang
Periode timbulnya gejala < 18 jam
Dijumpai muskulas spasme
Case fatality rate (CFR) tetanus berkisar 44-55%, sedangkan tetanus neonatorum: > 60%.
Download