A. Pemeriksaan laboratorium 1) Pemeriksaan darah lengkap :leukositosis, LED meningkat 2) Uji mantoux (+) TB 3) Uji kultur : biakan batkeri 4) Biopsi, jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional 5) Pemeriksaan hispatologis : dapat ditemukan tuberkel B. Pemeriksaan Radiologis a) Foto toraks / X – ray b) Pemeriksaan foto dengan zat kontras c) Foto polos vertebra d) Pemeriksaan mielografi e) CT scan atau CT dengan mielografi f) MRI . KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN II.I Pada Spondilitis Ankylosing I. Pengkajian a. Nyeri / ketidaknyamanan Nyeri pinggang bawah lebih dari 3 bulan, menjadi baik dengan latihan dan tidak hilang dengan istirahat. Nyeri pinggang biasanya tumpul dan sukar ditentukan lokasinya, dapat unilateral atau bilateral. Nyeri bilateral biasanya menetap, beberapa bulan kemudian daerah pinggang bawah menjadi kaku dan nyeri. Nyeri ini lebih terasa seperti nyeri bokong dan bertambah hebat bila batuk, bersin, atau pinggang mendadak terpuntir. Inaktivitas lama akan menambah gejala nyeri dan kaku b. Aktivitas / istrahat · Spasme otot-otot paravertebra dan hilangnya lordosis vertebra,Menurunnya mobilitas spinal ke arah anterior dan lateral,Pinggang bagian bawah sukar dibengkokkan bila membungkuk.Pada stadium lanjut ditemukan keterbatasan gerak vertebra ke semua arah yang dapat dinilai dengan gerak laterofleksi, hiperekstensi, anterofleksi, dan rotasi. · Pasien nampak berhati – hati dalam beraktifitas ,punggung selalu dijaga untuk tidak bergerak 2.Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi 2. Gangguan Mobilitas fisik b/d nyeri,kekakuan (ankilosis), spasme otot 3.Kurang pengetahuan berhubungan dengan tekhnik mekanika tubuh melindungi punggung 3.Intervensi Keperawatan 1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi Intervensi Keperawatan : Tindakan Mandiri Perawat : a.Bimbing pasien menjelaskan ketidaknyamanannnya mis, lokasi,beratnya,durasi,sifat, penjalaran nyeri, penjelasan mengenai bagaimana nyeri dengan tindakan tertentu mis membuka pintu garasi R/ Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi b. Pertahankan tirah baring dan mengubah posisi yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi lumbal dengan cara meletakkan pasien pada posisi semifowler dengan tulang spinal ,lutut dan pinggang dalam keadaan fleksi , posisi terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10 – 30 derajat atau pada posisi lateral. R/ Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot, menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadinya tonjolan diskus dan reduksi c. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai kebutuhan R/ menurunkan gaya ravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar diskus intervertebralis yang terkena. d. Gunakan logroll ( papan ,penopang ) dalam jangka waktu yag terbatas R/ Mengurangi fleksi, perputaran, desakan pada daerah belakang tubuh sehingga nyeri dan spasme otot dapat berkurang. e. Ajarkan pernafasan diafragma dan relaksasi f. Alihkan perhatian pasien dari nyeri pada aktifitas lain mis nonton TV,membaca, bercakap – cakap dll ) g. Ajarkan imajinasi berbibimbing dimana pasien yang telah relaks belajar memusatkan diri pada kejadian yang menyenangkan . Kolaborasi medis 1. Berikan tempat tidur ortopedik R/ memberikan sokongan dan menurunkan sokongan dan menurunkan fleksi spinal sehingga dapat menurunkan spasme. 2. Pemberian obat anti radang non – steroid ( NSAID) seperti Indometasin, Analgesik seperti asetaminofen dan relaksan otot R/ Indometasin memiliki kemampuan menghambat prostaglandin yang tinggi dan waktu paruh yang lama . 3. Konsultasikan ahli tarapi fisik R/ Program latihan/ peregangan yang spesifik dapat menghilangkan spasme otot dan menguatkan otot – otot punggung,ekstensor,atot abdomen,otot quadrisep untuk menigkatkan sokongan terhadap daerah lumbal. 2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dngan nyeri,kekakuan (ankilosis), spasme otot Intervensi Keperawatan : a. Pantau mobilitas fisik melalaui pengkajian kontinyu ,(bagaimana pasien bergerak dan berdiri). b. Bantu pasien dalam melakukan ambulasi progresif , perubahan posisi harus dilakukan dengan perlahan dan dilakukan dengan bantuan bila perlu R/ Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat ssuai toleransi . c. Dorong pasien mematuhi program latihan sesuai yang ditetapkan , pada kebanyakan proram latihan dianjurkan pasien melakukan latihan 2 kali sehari yang bertujuan untuk memperkuat otot abdominal dan batang tubuh, mengurangi lordosis,meningkatkan kelenturan dan mengurangi ketegangan pada punggung. R/ Latihan yang salah justru dapat memperberat keadaan/menambah spasme otot. 3. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan tekhnik mekanika tubuh melindungi punggung Intervensi Keperawatan : a. Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta mekanika tubuh yang baik untuk memperbaiki posisi tubuh. R/ Pengetahuan dasar yang memadai memungkinkan pasien untuk membuat pilihan yang tepat, dapat meningkatkan kerjasama pasien mengenai program pengobatan . b. Berikan informasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk melakukan perubahan ” makanika tubuh ” dengan melakukan latihan , termasuk informasi mengenai mekanika tubuh untuk berdiri, duduk,berbaring dan mengangkat barang yang benar. R/ Menurunkan resiko terjadinya trauma berulang dari leher / punggung dengan menggunakan otot – otot bokong. c. Penderita dianjurkan setiap saat tegak, seolah-olah tumit, bokong, pundak, bahu, dan belakang kepala selalu bersandar pada dinding. R/ Posisi yang benar dapat mempertahankan postur dan menghindari terjadinya kontraktur dalam posisi fleksi dari bahu dan lutut. I.2 Pada Spondilitis Tuberculosis