ANALISIS KESUKAAN DAN PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MANFAAT PRODUK PROBIOTIK ACTIVIA Oleh: RETNO NURBAITI A54104034 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN RETNO NURBAITI. A54104034. Analisis Kesukaan dan Persepsi Konsumen tentang Manfaat Produk Probiotik Activia. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Budi Setiawan, MS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesukaan dan persepsi konsumen tentang produk probiotik. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui kebiasaan konsumsi produk susu fermentasi contoh, 2) mengetahui penilaian contoh terhadap mutu cita rasa dan tingkat kesukaan terhadap produk probiotik 3) mengetahui persepsi emosional dan kesehatan contoh berkaitan dengan masalah pencernaan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi, 4) mengetahui kebiasaan konsumsi produk probiotik setelah intervensi berakhir. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar yang berjudul “Studi Persepsi Konsumen tentang Penggunaan Activia”. Desain penelitian berupa Experimental Study yang dilakukan pada bulan Juni-Juli 2008 di Bantar Kemang (Bogor Timur), dengan pertimbangan tempat tersebut merupakan Perumahan Nasional (Perumnas) pertama di Bogor, sehingga masyarakatnya sebagian besar adalah pensiunan yang berumur lanjut usia (lansia) dan dewasa yang merupakan contoh penelitian. Contoh dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Perumahan Bantar Kemang baik pria maupun wanita berusia 30-55 tahun untuk dewasa lanjut atau > 55 tahun untuk lansia. Pemilihan contoh dilakukan secara purposive sampling, dengan kriteria: 1) tidak alergi terhadap produk susu, 2) besar keluarga ≤ 4 orang, 3) tidak puasa senin-kamis atau puasa sunah lainnya selama masa penelitian, 4) memiliki lemari es (kulkas), 5) bersedia mengonsumsi produk probiotik Activia selama 14 hari, dan 6) bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Saat tahap awal (baseline), diperoleh 90 contoh yang bersedia diwawancarai. Kepada setiap contoh diberikan 1 cup Activia untuk dikonsumsi langsung dihadapan enumerator/tenaga lapang, sekaligus untuk memastikan bahwa contoh tidak alergi produk susu atau bersedia mengonsumsi Activia. Dari baseline ini diperoleh 45 contoh yang memenuhi persyaratan. Pada akhir penelitian, sebanyak 41 orang dengan data yang lengkap dijadikan contoh. Berdasarkan kebiasaan konsumsi produk susu fermentasi, sebagian besar contoh (92,68%) tidak mengonsumsi produk susu fermentasi secara teratur. Dilihat dari kategori penilaian mutu cita rasa, sebagian besar contoh (85,36%) menilai warna Activia tergolong pas. Lebih dari separuh contoh (68,29%) menilai aroma buah Activia tergolong pas. Sebagian besar contoh (75,61%) menyatakan kekentalan Activia pas. Lebih dari separuh contoh (78,05%) menyatakan Activia rasa asamnya pas. Sebagian besar contoh (87,80%) menyatakan Activia rasa manisnya pas. Sebagian besar contoh (51,22%) menilai mutu cita rasa Activia (kesan keseluruhan) amat sangat enak. Dapat disimpulkan bahwa contoh memberikan kesan positif pada mutu cita rasa produk Activia. Berdasarkan kategori tingkat kesukaan terhadap produk Activia, sebagian besar contoh (53,66%) amat sangat suka dengan warna Activia. Sebanyak 48,78 persen contoh menyukai aroma buah Activia. Sebagian besar contoh (53,66%) amat sangat suka dengan kekentalan Activia. Sebanyak 46,34% contoh menyukai rasa asam Activia. Sebagian besar contoh (70,73%) menyatakan rasa manis Activia pas. Sebagian besar contoh (65,85%) menyatakan kesan cita rasa keseluruhan Activia amat sangat enak. Berdasarkan kategori persepsi emosional, variabel perut terasa nyaman, tidak mengalami stress akibat gangguan pencernaan, tidak mengalami gangguan pencernaan, tubuh terasa bertenaga, tubuh terasa ringan, merasa langsing, tubuh terasa rileks, merasa bahagia terkait dengan pencernaan, merasa bergengsi dengan pola makan yang sekarang, sering merasakan “mood” baik terkait dengan pencernaan, jika dibandingkan sebelum mengonsumsi Activia, keseluruhan hasilnya lebih baik setelah mengonsumsi Activia. Sebagian besar contoh (70,73%) tidak lagi mengonsumsi Activia sesudah intervensi berakhir. Sebagian besar contoh (87,8%) tidak lagi mengonsumsi produk probiotik lain sesudah intervensi berakhir. Sebagian besar contoh (82,93%) merasakan perbedaan selama intervensi dan sesudah intervensi Activia berakhir. Sebagian besar contoh (80,49%) masih merasakan manfaat Activia sesudah intervensi berakhir. Sebagian besar contoh (90,24%) tidak merasakan efek samping dari konsumsi Activia. ANALISIS KESUKAAN DAN PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MANFAAT PRODUK PROBIOTIK ACTIVIA Skripsi Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh: RETNO NURBAITI A54104034 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Judul : ANALISIS KESUKAAN DAN PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MANFAAT PRODUK PROBIOTIK ACTIVIA Nama : Retno Nurbaiti NRP : A54104034 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP 131 667 778 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP 131 124 019 Tanggal Lulus: KATA PENGANTAR Puji syukur atas segala rahmat dan karunia Allah SWT yang senantiasa dilimpahkanNya, shalawat dan salam senantiasa disanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Preferensi dan Persepsi Konsumen tentang Manfaat Produk Probiotik Activia. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Budi Setiawan, MS. selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis hingga skripsi ini tersusun dengan baik. Kepada teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan dorongan baik moral maupun material, semoga Allah SWT membalasnya dengan yang lebih baik. Bogor, Agustus 2008 Penulis UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur kehadirat Allah SWT dan Shalawat kepada Rasulullah SAW untuk semua kelancaran penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar, perhatian dan penuh kasih sayang. 2. Ir. Retnaningsih, MSi selaku pemandu seminar atas masukannya 3. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti selaku penguji skripsi atas pertanyaan, saran, dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Ahmad Wahyudin dan Arina Rizkiana selaku pembahas seminar. 5. All Gamasakers 41. Juga adik-adik angkatan 42, 43, 44, 45. HAMASAH! 6. Ayah dan Bunda tercinta atas limpahan kasih sayang dan kesabarannya dalam membesarkan dan mendidik (Mama dan Bapak yang saya banggakan) serta My Sister dan My Brother yang menghiasi kehidupan hingga saat ini. Mari kita berdo’a agar bersama-sama sampai ke Surga. Amin. 7. CPS of Activia Team, baik dosen maupun rekan-rekan terutama Mbak Iiq dan Kartika Hidayati yang sama-sama berjuang di Bantar Kemang. Juga untuk Keluarga Besar Bantar Kemang yang selalu “welcome” bagi penulis. 8. My Friend: Achi, Nchi, Eka WL, Resti, Salam ISC ‘06-‘08, Mb Nelly, Yuliya, K Asep, Bayu, Hanhan, K Dian (Alvo FM Crew), Infokomers 2007, Crew Emulsi, FKRD-ers, FSLDKI, Birena, Adhil syukron tumpangannya, Mb Arti (Matur Nuwun nemenin), PANATAYUDHA, APD-ers, KKP Cianjur ’07 (Desa Gekbrong), dan tempat awalku berpijak, Al-Hurriyyah. 9. Kost-kostan & Crew: Elegant, WJ, NJ, Putri 26, Vamdi, Etos (Makasih kulkasnya), P.Sugih, P. Jaika, As-Sakinah, Al-Iffah,& Asrama Al-Hurriyyah. 10. Semua pihak yang belum saya sebutkan, terima kasih atas bantuan, keceriaan, kesabaran, dan semangat. Jazakumullah Khairan Katsiran Bogor, Agustus 2008 Penulis RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Ir. Sukar dan Ibu Jauhariyah, BA yang dilahirkan di Bogor, 26 April 1987. Merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara, Kakak bernama Rika Latriningsih dan Adik bernama Ahmad Rahmanto. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN Sarimulya V Cikampek tahun 1992-1998, dilanjutkan ke SLTPN 1 Cikampek tahun 1998-2001 dan aktif di Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra). Tahun 2001-2003 melanjutkan ke SMAN 1 Cikampek (Sachie) dan aktif di OSIS divisi Pemuda dan Olahraga. Pada tahun 2004, penulis diterima melalui jalur USMI di jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Penulis aktif di berbagai organisasi kampus maupun di luar kampus antara lain: DKM Al-Hurriyyah divisi informasi dan Komunikasi (Infokom) 2004-2007, Penyiar Agri 107,7 FM tahun 2005-2006, Pembina Bimbingan Remaja dan Anak-Anak (BIRENA) 2006 dan 2008, Kru Majalah Emulsi tim Advertising, FKRD-A sebagai sekretaris administratif, Penyiar Alvo FM (Radio Al-Hurriyyah), dan diakhir studi (2008) mendapat kesempatan sebagai Tim Bina Latih SMAN 1 Dramaga hingga saat ini. Penulis berkesempatan mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan dua tahun berturut-turut (2006-2007) mendapat dana dari DIKTI. Tahun 2006, bersama tiga orang rekan dari GMSK, Achi, Edo, dan Firdaus membuat PKMK. Tahun 2007, tiga dari lima proposal yang diajukan, mendapat dana DIKTI. PKMM bersama rekan GMSK yang sama; PKMM bersama rekan Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) tim BGTS (Bakery Goes to School-Risma, Olif, Idham, Imam dan ITP & GM 44); PKMK bersama rekan GMSK Novita Melanda dan Novita Nining; Ilmu Ekonomi 41, Restu, dan Statistika 43, Shofi. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL...................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. viii PENDAHULUAN Latar Belakang............................................................................... 1 Perumusan Masalah....................................................................... 1 Tujuan............................................................................................ 2 Kegunaan....................................................................................... 2 TINJAUAN PUSTAKA Penilaian Kesukaan terhadap Produk Pangan............................... 3 Penilaian Persepsi......................................................................... 4 Pengetahuan Kebiasaan Makan..................................................... 4 Penilaian Konsumsi Pangan........................................................... 5 Manfaat Produk Probiotik............................................................. 5 Kebutuhan Gizi Dewasa............................................................... 9 Kebutuhan Gizi Lansia................................................................. 9 KERANGKA PEMIKIRAN.................................................................... 11 METODE PENELITIAN......................................................................... 13 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian........................................ 13 Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh............................................. 13 Jenis dan Cara Pengumpulan Data............................................... 14 Analisis Data................................................................................ 15 HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 16 Keadaan Umum Lokasi Penelitian................................................. 16 Deskripsi Produk........................................................................... 16 Kondisi Kesehatan & Kebiasaan Konsumsi.................................. 17 Riwayat Kesehatan.................................................................. 17 Kebiasaan Konsumsi Susu Fermentasi dan Suplemen Serat... 17 Persepsi Contoh tentang Produk Activia....................................... 17 Penilaian Mutu Cita Rasa........................................................ 17 Warna................................................................................. 17 Aroma buah........................................................................ 18 Kekentalan.......................................................................... 18 Rasa asam........................................................................... 18 Rasa manis.......................................................................... 19 Kesan keseluruhan.............................................................. 19 Tingkat kesukaan terhadap produk Activia........................... 20 Warna............................................................................... 20 Aroma buah..................................................................... 20 Kekentalan...................................................................... 20 Rasa manis...................................................................... 21 Rasa asam....................................................................... 21 Kesan keseluruhan.......................................................... 22 Persepsi Emosional............................................................... 22 Perut terasa nyaman....................................................... 22 Tidak mengalami stress akibat gangguan pencernaan... 23 Tidak mengalami gangguan pencernaan....................... 23 Kesan emosional lain..................................................... 24 Persepsi Manfaat Kesehatan............................................... 26 Kebiasaan Konsumsi Probiotik Sesudah Intervensi Berakhir... 29 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 31 Kesimpulan............................................................................... 31 Saran......................................................................................... 31 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 32 LAMPIRAN........................................................................................ 34 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Ringkasan manfaat kesehatan susu fermentasi probiotik................ 8 2 Sebaran contoh berdasarkan penilaian warna.................................. 17 3 Sebaran contoh berdasarkan penilaian aroma buah......................... 18 4 Sebaran contoh berdasarkan penilaian kekentalan.......................... 19 5 Sebaran contoh berdasarkan penilaian rasa asam............................ 19 6 Sebaran contoh berdasarkan penilaian rasa manis.......................... 19 7 Sebaran contoh berdasarkan penilaian kesan keseluruhan.............. 19 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Skema Kerangka Penelitian.................................................................... 12 2 Persentase contoh yang menyukai warna Activia.................................. 20 3 Persentase contoh yang menyukai aroma buah Activia......................... 20 4 Persentase contoh yang menyukai kekentalan Activia.......................... 21 5 Persentase contoh yang menyukai rasa manis Activia ......................... 21 6 Persentase contoh yang menyukai rasa asam Activia........................... 22 7 Persentase contoh yang menyukai keseluruhan Activia....................... 22 8 Persepsi perut nyaman, stres akibat pencernaan & gg pencernaan...... 23 9 Persepsi tubuh terasa bertenaga, terasa ringan & merasa langsing...... 24 10 Persepsi tubuh rileks, bahagia, mood baik,& pola makan bergengsi... 25 11 26 Frekuensi BAB, feses lancar, wkt mengejan, & feses lembik............. DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Survei Pendahuluan................................................................................ 34 2 Pernyataan Kesediaan............................................................................. 36 3 Persepsi Emosional................................................................................. 37 4 Persepsi Kesehatan................................................................................. 38 5 Penilaian Mutu Hedonik......................................................................... 39 6 Penilaian Hedonik................................................................................... 40 7 Kebiasaan Konsumsi Sesudah Intervensi............................................... 41 PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi menuntut seseorang bekerja serba cepat. Gaya hidup tersebut, jika dikaitkan dengan konsumsi pangan, sering membuat seseorang mengonsumsi makanan yang praktis walaupun gizinya belum tentu baik. Nutrisi yang tidak seimbang sangat berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh kita. Pada akhirnya, frekuensi sakit meningkat, sehingga pekerjaan sehari-hari tertunda dan seseorang harus mengeluarkan ongkos ekstra untuk biaya pengobatan. Upaya untuk menjaga sistem kekebalan tubuh adalah minum air yang cukup agar tidak dehidrasi, menghirup udara segar, istirahat cukup, merilekskan tubuh, diet seimbang dengan tidak mengonsumsi makanan secara sembarangan. Tambahan vitamin, mineral, atau elemen lain, seperti vitamin A, C, B6, termasuk zinc, zat besi, juga akan mendukung kekebalan tubuh (Anonimous 2004). Sistem kekebalan tubuh mempunyai fungsi sebagai penjaga kesehatan tubuh. Sepanjang hari ia akan mengidentifikasi patogen berbahaya dan substansisubstansi asing lainnya yang ada dalam tubuh kita. Selama proses ini, sel kekebalan dan antibodi akan bekerja bersama dalam aliran darah untuk menghentikan sebaran virus dan bakteri jahat. Salah satu upaya untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh adalah dengan mengonsumsi probiotik. Tujuan menambahkan bakteri probiotik dalam makanan adalah untuk meningkatkan kesehatan. Upaya ini memperluas standar definisi atas fungsi makanan itu sendiri. Fungsi bakteri probiotik adalah mengurangi bakteri patogen dalam usus, menstimulasi respons kekebalan, dan untuk menjaga kesehatan. Perumusan Masalah Efek positif dari bakteri probiotik terutama untuk mengatasi masalah pencernaan. Jadi, sangatlah penting untuk memastikan bahwa probiotik dapat mencapai saluran pencernaan dalam jumlah yang memadai. Pemberian probiotik yang teratur dapat mempercepat penyembuhan diare yang disebabkan oleh infeksi kuman virus. Setiap orang memiliki daya tahan yang berbeda-beda terhadap produk probiotik. Terlebih pada orang-orang yang belum terbiasa mengonsumsi jenis produk turunan susu (dairy product). Hal ini tentunya terkait dengan pola konsumsi pangan seseorang yang akan sangat menentukan kerja terbaik sistem pencernaan apalagi bila dibantu dengan konsumsi probiotik. Tetapi, bagaimana jika sebuah produk probiotik baru hadir dengan klaim dapat melancarkan pencernaan dan langsung melakukan intervensi kepada konsumen? Apakah produk tersebut menjadi kegemaran baru atau sebaliknya, tidak disukai? Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui kaitan kebiasaan konsumsi produk probiotik dengan kecenderungan pemilihan terhadap produk probiotik baru. Tujuan Tujuan umum: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesukaan dan persepsi konsumen tentang produk probiotik. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. mengetahui kebiasaan konsumsi produk susu fermentasi contoh 2. mengetahui penilaian contoh terhadap mutu cita rasa dan tingkat kesukaan terhadap produk probiotik 3. mengetahui persepsi emosional dan kesehatan contoh berkaitan dengan masalah pencernaan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi 4. mengetahui kebiasaan konsumsi produk probiotik setelah intervensi berakhir Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya penelitian-penelitian tentang produk probiotik dan kaitannya dengan kebiasaan konsumsi seseorang. Diharapkan penelitian ini juga dapat menjadi acuan unruk melihat kecenderungan masyarakat terutama di Indonesia dengan hadirnya produk baru yang tentunya lebih baik. TINJAUAN PUSTAKA Kesukaan Kesukaan, pilihan, atau sesuatu hal yang lebih disukai oleh konsumen membentuk preferensi. Preferensi adalah suatu konsepsi abstrak yang menggambarkan peta peningkatan kepuasan yang diperoleh dari kombinasi barang dan jasa sebagai cermin dari selera pribadinya. Dengan kata lain, preferensi konsumen merupakan gambaran mengenai kombinasi barang dan jasa yang lebih disukai konsumen apabila ia memiliki kesempatan untuk memperolehnya. Menurut Sanjur 1982, preferensi terhadap pangan bersifat plastis pada orang yang berusia muda, akan tetapi bersifat permanen bagi mereka yang sudah berumur dan akhirnya menjadi gaya hidup. Pilihan jenis makanan dan minuman dalam jumlah yang beragam, akhirnya dapat mempengaruhi preferensi makan dan minum dari individu (Rahardjo 2007). Menurut Suhardjo 1989, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi selain dipengaruhi oleh hasil budaya setempat, juga dipengaruhi oleh preferensi terhadap makanan tersebut. Makanan dianggap memenuhi selera atau tidak, tergantung tidak hanya pada pengaruh sosial budaya sebagai sifat fisiknya. Reaksi indera terhadap pemilihan pangan, kesukaan pangan pribadi dipengaruhi oleh pendekatan melalui media massa, radio, TV, pamflet, dan iklan (Rahardjo 2007). Setiap konsumen pasti memiliki preferensi. Preferensi ini dapat diubah dan dipelajari sejak kecil. Nisemita 1981 diacu dalam Rahardjo 2007 menuliskan bahwa selera dan preferensi konsumen itu selalu berubah dan tidak terbatas baik waktu dan ruang. Preferensi terhadap makanan didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap makanan dan preferensi ini akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Fisiologi, perasaan, dan sikap terintegrasi membentuk preferensi terhadap pangan dan akhirnya akan membentuk perilaku konsumsi pangan. Selain pengaruh reaksi indera terhadap pemilihan pangan (warna/bentuk), kesukaan pribadi semakin terpengaruh oleh pendekatan melalui media radio, televisi, pamflet, iklan, dan bentuk media massa lain (Suhardjo 1989). Dalam melakukan pengukuran terhadap preferensi makanan dapat digunakan skala hedonik (sangat tidak suka, tidak suka, netral, suka, sangat suka) (Sanjur 1982). Persepsi Persepsi adalah proses dimana sensasi yang dirasakan oleh konsumen, dipilih, diorganisir, dan diinterpretasikan. Tiga tahap dari persepsi adalah pemaparan, perhatian, dan interpretasi (Salminen 2004). Dengan pengertian yang hampir sama, Tubbs dan Sylva 1996 mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses yang aktif berupa kegiatan memperhatikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan seluruh stimuli secara selektif. Pemilihan stimuli tersebut tergantung pada minat, motivasi, keinginan, dan harapan. Kesalahan dalam mempersepsikan sesuatu akan memberikan respon yang negatif terhadap stimuli (Rahardjo 2007). Persepsi dapat juga diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan seseorang dalam mengorganisasikan pikiran, menafsirkan, mengalami, dan mengolah tanda-tanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya (Sulistyorini 1995 diacu dalam Rahardjo 2007). Jadi jika segala sesuatu itu mempengaruhi persepsi seseorang maka nantinya akan mempengaruhi perilakunya juga. Pola perilaku konsumen pada dasarnya senantiasa mengalami perubahan walaupun hanya sedikit. Perusahaan-perusahaan sudah tentu berkeinginan untuk menimbulkan perubahan-perubahan dalam perilaku yang menyebabkan semakin membaiknya persepsi konsumen terhadap merek-merek tertentu yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda dalam menghadapi situasi yang sama, hal tersebut terjadi karena data atau informasi yang diterima melalui kelima indera yang diterjemahkan secara pribadi masing-masing. Menurut Assael 1992 diacu dalam Rahardjo 2007, membatasi persepsi sebagai perhatian kepada pesan yang mengarah terhadap pemahaman dan ingatan. Menurut Setiadi 2003 diacu dalam Nurmarchus 2006, terdapat dua faktor kunci yang akan berinteraksi dalam menentukan bagaimana stimuli akan dirasakan dan bagaimana stimuli itu dapat dipersepsikan, yaitu: 1) Karakteristik stimulus yang mempengaruhi persepsi berupa a) Elemen inderawi (Sensory Element): warna, bau, rasa, dan b) Elemen struktural (Structural Element): ukuran, posisi, warna, dan kontras yang biasanya terdapat dalam iklan media cetak; 2) Kemampuan konsumen untuk mendeteksi perbedaan suara, cahaya, bau, atau stimuli lainnya yang dideteksi oleh ambang batas. Walaupun stimulus yang diberikan sama, persepsi setiap orang berbeda. Hal ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan dalam perceptual selection, perceptual organization, dan perceptual interpretation. Perceptual selection adalah proses pemilihan stimuli apa yang akan diolah lebih lanjut oleh konsumen. Perceptual organization adalah pengorganisasian stimuli dalam benak konsumen, sementara perceptual interpretation adalah proses memberikan arti kepada suatu stimulus (Simamora 2004). Kebiasaan Makan Kebiasaan makan diartikan sebagai cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial, dan budaya (Suhardjo 1989). Menurut Sanjur 1982, terdapat dua dasar pemikiran tentang kebiasaan makan yang terdapat dalam diri seseorang, yaitu: (1) Kebiasaan makan secara budaya dipandang sebagai peubah tak bebas (dependent variable) yang terbentuk pada diri seseorang karena ia pelajari (learned) dan (2) Kebiasaan makan terdapat pada diri seseorang bukan karena proses pendidikan tertentu atau yang disengaja ia dipelajari (unlearned), lebih bersifat “inherited” (diturunkan dari orang tua dan nenek moyang) dan banyak ditemukan pada masyarakat yang terbelakang, terisolir, rendah pendidikannya serta tidak mampu. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Konsumsi pangan juga dapat diartikan jumlah dan jenis pangan yang dimakan seseorang dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah untuk memenuhi rasa lapar atau keinginan memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan untuk memenuhi kepuasan emosional ataupun selera individu dan tujuan sosiologis berhubungan dengan upaya pemeliharaan hubungan antar manusia dalam kelompok kecil maupun kelompok besar (Riyadi 1996). Pangan dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang karena disukai, tersedia, dan terjangkau, faktor sosial, dan alasan kesehatan. Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi adalah rasa lapar atau kenyang, selera atau reaksi cita rasa, motivasi, ketersediaan pangan, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi, dan pendidikan (Riyadi 1996). Manfaat Produk Probiotik Probiotik berasal dari bahasa Latin yang berarti “untuk kehidupan” (for life); disebut juga “bakteri bersahabat”, bakteri menguntungkan”, “bakteri baik” atau “bakteri sehat”. Apabila didefinisikan secara lengkap, probiotik adalah kultur tunggal atau campuran dari mikroorganisme hidup yang jika diberikan ke manusia atau hewan dapat mempengaruhi tingkat kesehatan karena beberapa probiotik dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen/bakteri jahat yang ada di dalam usus manusia dan hewan. Penemuan fungsi probiotik pertama kali ditemukan oleh seorang peneliti Rusia yang bernama Metchnikoff. Atas penemuannya tersebut, Metchnikoff memenangkan hadiah Nobel, kemudian teori yang dikembangkannya bahwa mengkonsumsi yoghurt dapat mencegah penuaan dikenal dengan Intoxication theory atau Eternal youth theory (Maulidya 2007). Tahun 1965, konsep probiotik sudah mulai dikenal pertama kali digunakan oleh Lily dan Stilwell (Surono 2004 diacu dalam Sobariah 2007). Pada mulanya probiotik dikembangkan sebagai tambahan pada pakan ternak untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan ternak. Definisi probiotik selanjutnya diperbaiki oleh Fuller 1989 yang mendefinisikan probiotik sebagai mikroba hidup yang disuplementasikan ke dalam makanan atau pakan dan memiliki efek menguntungkan bagi inang yang mengonsumsi melalui keseimbangan mikroflora saluran pencernaan (Farida 2007). Definisi probotik juga disampaikan oleh Havenar et al., 1992 yang mengartikan probiotik sebagai kultur mikroba tunggal atau campuran yang dapat diaplikasikan pada hewan atau manusia yang memiliki efek menguntungkan dengan cara memperbaiki sifat-sifat mikroflora indigenous pada saluran pencernaan (Farida 2007). Sebenarnya hingga tahun 1990, masih diperdebatkan apakah konsep probiotik itu fakta, fiksi, mitos, atau suatu realitas. Tahun 1995 diakui mulai memasuki era probiotik (Surono 2004 diacu dalam Sobariah 2007). Definisi umum probiotik, yang biasa digunakan, adalah preparat yang terdiri dari mikroba hidup yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia atau hewan secara oral. Mikroba hidup itu diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan manusia atau hewan dengan cara memperbaiki sifat-sifat yang dimiliki mikroba alami yang tinggal di dalam tubuh manusia atau hewan tersebut. Dr. Stephen Bymes, ND seorang ahli gizi klinis dan ahli naturopati dalam Health and Natural Journal menyebutkan bahwa dalam tubuh manusia normal kurang lebih terdapat 1800 g bakteri. Sebagian bakteri tersebut hidup di usus tetapi banyak pula yang hidup di kulit, mulut, tenggorokan dan lapisan bagian dalam vagina. Jenis spesies mencapai lebih dari 400 macam (Surono 2004 diacu dalam Sobariah 2007). Mikroba probiotik pada umumnya merupakan makanan fermentasi yang berbasis susu. Alasan pemilihan produk ini adalah bahwa susu yang sudah difermentasi (contohnya yoghurt) telah dikenal sebagai makanan yang menyehatkan. Makanan yang mengandung mikroba probiotik untuk konsumsi manusia tersebut telah dipasarkan di Jepang sejak tahun 1920. Bakteri yang pertama digunakan adalah Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus casei yang merupakan mikroba pada produk susu fermentasi. Saat ini jumlah spesies mikroba yang digunakan dalam makanan probiotik sudah meningkat dengan pesat, tetapi makanan pembawa kultur probiotik yang utama tetap susu fermentasi dengan berbagai variasi produk olahannya (Hartanti 2007). Hasil riset membuktikan bahwa bakteri probiotik mampu bertahan hidup dalam saluran pencernaan setelah dikonsumsi. Bakteri ini tahan terhadap lizozim (enzim pemecah dinding sel bakteri yang terdapat di air liur), asam lambung dan asam empedu sehingga mampu mencapai usus dalam keadaan hidup. Ia mampu melekat pada sel epithelial dan memproduksi zat metabolit yang berperan dalam menjaga dan mempertahankan keseimbangan mikroflora usus yang dalam kondisi seimbang memberikan aktivitas yang menguntungkan dan menghasilkan efek positif bagi kesehatan (Waspodo 2001 diacu dalam Daud 2005). Meski jumlah bakteri probiotik melimpah dalam saluran pencernaan, namun probiotik tidak membahayakan, bahkan sebaliknya karena probiotik tidak memakan sel-sel dinding pencernaan, baik yang masih hidup maupun sel yang sudah mati. Probiotik hanya memakan zat makanan yang tidak bisa dicerna manusia, seperti inulin. Tidak hanya sekedar tidak mengganggu, keberadaan probiotik ternyata menghadirkan manfaat besar bagi manusia maupun hewan. Pasalnya, probiotik mampu mencegah munculnya infeksi pada saluran pencernaan, terutama yang disebabkan oleh bakteri jahat. Tidak seperti probiotik, bakteri jahat memang potensial merugikan manusia maupun hewan. Ini disebabkan bakteri jahat hidupnya dengan cara memakan sel dinding pencernaan yang mati maupun yang masih hidup. Akibatnya, dinding saluran pencernaan bisa terinfeksi dan bocor (Siswono 2002 diacu dalam Daud 2005). Keuntungan bakteri yang bersahabat adalah (Waspodo 1997): 1) membantu pencernaan laktosa dan protein; 2) membersihkan saluran usus halus, usus besar, dan meningkatkan pergerakan pembuangan feses; 3) menciptakan asam laktat yang menyeimbangkan pH usus; memproduksi antibiotik alami dan mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur yang berbahaya; 5) berperan menghancurkan virus dan parasit; 6) melindungi dari racun, polusi, mengeluarkan sisa-sisa pembuangan yang beracun dari sel dan merangsang perbaikan sel; 7) menambah daya tahan tubuh; 8) sebagai penyedia vitamin B6, B12, K, asam folat, dan asam amino, 9) menolong pengaturan level kolesterol dan trigliserida. Mengonsumsi produk-produk susu fermentasi misalnya susu asidofilus, yogurt, yakult, dan sebagainya serta sel hidup dari bakteri asam laktat (BAL) telah terbukti mampu mengendalikan berbagai macam diare pada orang dewasa dan anak-anak. Sebagaimana yang dilaporkan oleh Vanderhoof et al. 1999 diacu dalam Wirawati 2002, yang memberikan terapi probiotik menggunakan Lactobacillus GG kepada anak-anak penderita diare akibat konsumsi antibiotik berkepanjangan dengan hasil yang memuaskan, yaitu 85% pasien tidak lagi menderita diare setelah pemberian Lactobacillus GG selama dua minggu. Infeksi usus yang menyebabkan diare ini disebabkan oleh bakteri enterik patogen yang masuk melalui makanan dan minuman atau tidak terkontrolnya bakteri indigenus yang terkait gejala-gejala terseut. Diduga bakteri ini dapat dikurangi keberadaannya karena sensitivitasnya terhadap metabolit antimikroba yang diproduksi oleh BAL. Keuntungan lain dari konsumsi bakteri asam laktat adalah peningkatan sistem kekebalan tubuh dengan mekanisme yang sampai saat ini tidak begitu jelas, tetapi diduga komponen khusus dinding sel atau lapisan sel menjadi prekursor dan meningkatkan respon sistem imunitas (Erikson dan Hubbard 2000 diacu dalam Wirawati 2002). Penurunan resiko kanker usus besar mungkin diperoleh melalui kontrol pertumbuhan bakteri patogen seperti E. coli, S. faecalis, dan Clostridium paraputrificum pada usus melalui kompetisi sisi penempelan dan nutrisi. Dinding sel bakteri asam laktat, menunjukkan kemampuannya menstimulir pagositosis dari makrofag sehingga menekan terbentuknya tumor dan kanker usus (Driessen dan Boer 1989; Ray 1996 diacu dalam Wirawati 2002). Hal ini sejalan dengan kesimpulan penelitian Rusilanti 2006 yang menyatakan bahwa pemberian susu plus probiotik (MEDP) dapat meningkatkan respon imun IgA (antibodi Imunoglobulin a) sehingga diharapkan dapat meningkatkan ketahanan tubuh khususnya pada lansia. Manfaat lain probiotik menurut Hoover 2000 diacu dalam Saputra 2007, yaitu: 1) memproduksi senyawa antimikroba (khususnya patogen) seperti asam laktat, asam asetat, karbondioksida, H2O2, bakteriosin, reuterin, dan senyawa penghambat pertumbuhan bakteri patogen lainnya, 2) Unggul dalam kompetisi penyerapan nutrien dan sisi penempelan pada sel epitel usus, 3) menstimulasi sistem imunitas dan mampu mengubah aktivitas metabolisme mikroba dalam saluran pencernaan. Hasil penelitian Swamilaksita 2008, alasan konsumsi minuman probiotik sebesar 54,3% adalah karena adanya manfaat bagi kesehatan yang dirasakan contoh. Populasi bakteri dalam ekosistem saluran pencernaan orang sehat yang mengkonsumsi diet berimbang umumnya stabil. Perubahan pola hidup, pola makan, dan kondisi sakit mengubah stabilitas ekosistem tersebut, sehingga perlu diupayakan suatu cara untuk menjaga keseimbangan mikroflora usus yaitu meningkatkan proporsi bakteri “baik” dan menekan jumlah bakteri jahat yaitu dengan cara mengkonsumsi probiotik dan menyediakan nutrisi sesuai untuk bakteri probiotik agar dalam usus berkembang lebih pesat (Surono 2004 diacu dalam Rusilanti 2006). Ringkasan manfaat kesehatan susu fermentasi probiotik pada saluran pencernaan, mikroba usus, diare, dan lainnya dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 1. Ringkasan manfaat kesehatan susu fermentasi probiotik Aktifitas/Efek Manfaat Kesehatan Saluran Pencernaan Aktif terhadap infeksi H. phylori, memperbaiki pencernaan laktosa, menstimulir imunitas saluran usus, menstimulir gerak peristaltik usus. Mikrobiota Usus Keseimbangan populasi mikrobiota, menurunkan aktivitas fekal enzim, kolonisasi pada saluran usus, menurunkan kesempatan infeksi Salmonella spp. Diare Pencegahan/penanganan diare akut dan rotavirus, mencegah diare akibat antibiotik, penanganan diare akibat Clostridium difficile. Efek lainnya Memperbaiki kekebalan terhadap penyakit, menekan terjadinya kanker, menurunkan serum kolesterol, menurunkan tekanan darah tinggi. Sumber: Surono 2004 diacu dalam Rusilanti 2006 Kebutuhan Gizi Dewasa Orang dewasa adalah orang yang berumur antara 18-65 tahun. Dewasa awal berusia antara 18-30 tahun, dewasa menengah antara 30-35 tahun. Dengan berhentinya pertumbuhan fisik pada dewasa awal, zat gizi yang diperlukan untuk pemeliharaan, mengalami penurunan. Kebutuhan dalam jumlah besar adalah untuk menjaga dan memperbaiki jaringan tubuh. Kebutuhan ini tetap sama selama usia dewasa, kecuali untuk energi dan zat besi. (Eschleman 1984 diacu dalam Chotimah 2003). RDA (Recommended Dietary Allowance) untuk orang dewasa dikelompokkan ke dalam tiga kelompok umur: 19-22 tahun, 23-50 tahun, dan ≥ 50 tahun. Perbedaan utama dari ketiga kelompok ini adalah berbedanya kebutuhan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan. Energi dasar untuk menjaga kesehatan dan memelihara semua jaringan yang ada dalam tubuh mulai menurun sekitar 2% setiap sepuluh tahun setelah berumur 23 tahun (Holman 1987 diacu dalam Chotimah 2003). Kebutuhan gizi dewasa pria umur 30-49 tahun yaitu: Energi 2350 Kkal, Protein 60 g, vitamin D 5 µg, Ca 800 mg, vitamin B12 (2,4 µg), dan asam folat 400 µg. Sedangkan Kebutuhan gizi dewasa wanita umur 30-49 tahun yaitu: Energi 1800 Kkal, Protein 50 g, vitamin D 5 µg, Ca 800 mg, vitamin B12 (2,4 µg), dan asam folat 400 µg (AKG 2004). Kebutuhan Gizi Lansia Penentuan masa usia lanjut merupakan hal yang tidak mudah. Di Indonesia, batas usia 60 tahun ditetapkan sebagai awal dari usia lanjut. Hal ini disesuaikan dengan kondisi Indonesia, dimana masa pensiun yang tergolong pada tahap dewasa akhir adalah 55 tahun, kecuali untuk orang dengan fungsi tertentu seperti profesor, ahli hukum, dokter atau profesional lain yang biasanya pensiun ketika berumur 65 tahun (Anitasari 1993 diacu dalam Nurlaela 2006). Pada masa kehidupan lanjut usia, biasanya seseorang mengalami banyak masalah yang berkaitan dengan kesehatannya. Berbagai macam masalah yang terjadi semakin bertambah dengan bertambahnya umur, kondisi ini berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi. Pada setiap individu, proses menjadi tua sangat bervariasi, tergantung dari kondisi fisik dan mentalnya sehingga sulit membuat patokan siapa yang disebut lanjut usia (lansia). Dalam kegiatan program, Departemen Kesehatan membuat patokan kelompok lansia berdasarkan usia kronologis yaitu seorang pria dan wanita yang berumur 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam pembangunan (Depkes 1998 diacu dalam Nurlaela 2006). Karena keterbatasan waktu dan wilayah, peneliti menggunakan kategori ≥ 55 tahun keatas sebagai lansia, dengan pertimbanagn definisi pertama. Konsumsi makanan yang lebih beragam dapat memperbaiki kecukupan akan zat-zat gizi dan menunjukkan perlindungan terhadap serangan berbagai penyakit kronik yang berhubungan dengan proses penuaan (Howarth, Blazos, Savige, &Wahlqvist 1999 diacu dalam Nadhira 2007). Konsumsi makanan sumber protein, vitamin, & mineral perlu ditingkatkan baik dari segi jumlah maupun mutunya. Sayuran dan buah-buahan dikonsumsi dalam jumlah cukup secara teratur dan bervariasi, karena keduanya merupakan sumber serat yang baik, yang berguna untuk mengatasi kesulitan buang air besar pada lansia. Selain itu, sebaiknya dipilih makanan yang lunak dan mudah dikunyah, sedangkan untuk meningkatkan selera makan, bumbu-bumbuan dapat ditambahkan ke dalam makanan. Pencernaan protein lansia semakin tidak efisien, kemungkinan disebabkan oleh menurunkan sekresi pepsin dan enzim proteolitik lain. Demikian pula penyerapan kalsium juga turut berkurang (Beal 1980 diacu dalam Nadhira 2007). Defisiensi vitamin/mineral yang sering dialami lansia tidak berarti bahwa mereka sebaiknya makan suplemen vitamin/mineral. Lebih baik disarankan agar mereka memperbaiki pola makannya. Makanan yang kaya vitamin biasanya juga kaya akan zat gizi lainnya, sementara suplemen vitamin hanya melulu memberikan vitamin (Khomsan 2002 diacu Nadhira 2007). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan malnutrisi protein dan energi berpengaruh terhadap lemahnya kekebalan tubuh khususnya sel yang bertanggung jawab terhadap sistem kekebalan tubuh. Dengan demikian perbaikan asupan gizi pada lansia dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuhnya. Penurunan sistem kekebalan menjadikan lansia rentan terhadap berbagai serangan penyakit infeksi. Pola penyakit yang menyerang lansia, erat hubungannya dengan penurunan fungsi kekebalan tubuh (Wirakusuma 2002 diacu dalam Rusilanti 2006). Kebutuhan gizi lansia pria umur 50-64 tahun yaitu: Energi 2250 Kkal, Protein 60 g, Vitamin D 10 µg, Ca 800 mg Vitamin B12 (2,4 µg), dan asam folat 400 µg. Sedangkan lansia pria umur ≥65 tahun yaitu Energi 2050 Kkal, Protein 60 g, Vitamin D 15 µg, Ca 800 mg, Vitamin B12 (2,4 µg), dan asam folat 400 µg. Untuk kebutuhan gizi lansia wanita umur 50-64 tahun yaitu: Energi 1750 Kkal, Protein 10 g, Vitamin D 10 µg, Ca 800 mg, Vitamin B12 (2,4 µg), dan asam folat 400 µg. Sedangkan lansia wanita umur ≥65 tahun yaitu Energi 1600 Kkal, Protein 45 g, Vitamin D 15 µg, Ca 800 mg, Vitamin B12 (2,4 µg), dan asam folat 400 µg (AKG 2004). KERANGKA PEMIKIRAN Kesadaran akan pentingnya kesehatan meningkat seiring dengan majunya tingkat pendidikan dan meningkatnya pendapatan masyarakat Indonesia secara umum. Saat ini, banyak upaya yang dilakukan masyarakat agar kondisi fisiknya tetap baik. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengkonsumsi produk probiotik seperti yoghurt yang sudah banyak tersedia di pasaran. Hal ini berpengaruh terhadap persepsi masyarakat tentang produk probiotik yang dinyatakan mengandung mikroba menguntungkan. Persepsi dapat diartikan sebagai tanggapan, pendapat, yang didalamnya terkandung unsur penilaian seseorang terhadap objek dan gejala berdasarkan pengalaman dan wawasan yang dimilikinya (Martias 1997 diacu dalam Rahardjo 2007). Jadi, apa yang dialami seseorang berpengaruh terhadap apa yang dilakukannya. Konsumen seringkali memutuskan untuk membeli suatu produk berdasarkan persepsi terhadap produk tersebut. Oleh sebab itu, persepsi dapat mempengaruhi konsumsi suatu produk. Persepsi dan kesukaan mempengaruhi konsumsi pangan. Semakin baik konsumsi pangan seseorang, diharapkan status gizinya semakin baik pula. Pada penelitian ini akan dilihat hubungan kebiasaan konsumsi produk probiotik dengan kesehatan pencernaan setelah intervensi produk probiotik Activia selama 14 hari dan kecenderungan pemilihan produk selanjutnya yang akan dilakukan konsumen. Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1. Intervensi Konsumsi produk produk probiotik probiotik Activia Activia 14 hari 14 hari Persepsi manfaat kesehatan yang dirasakan Kebiasaan konsumsi produk susu fermentasi Gambar 1. Skema Kerangka Penelitian Ket: Hub yang diteliti Variabel yang diteliti Kesukaan METODE PENELITIAN Desain, tempat, dan waktu penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar yang berjudul “Studi Persepsi Konsumen tentang Penggunaan Activia” hasil kerjasama PT Danone Indonesia dengan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB dan Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN) INDONESIA. Desain penelitian berupa Cross Sectional Study karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan karakteristik contoh dan hubungan antar variabel (Singarimbun dan Effendi 1989). Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2008. Tahapan penelitian terdiri dari: 1) pengambilan data awal (baseline), dilakukan minggu I bulan Juni 2008, 2) proses washing out pada minggu ke-2 bulan Juni 2008, 3) pemberian (distribusi) Activia dilakukan pada minggu ke-3 dan ke-4 bulan Juni 2008, 4) pengambilan data akhir (end-line) pada minggu ke-1 bulan Juli 2008, 5) pengolahan data dan pembuatan laporan pada minggu ke-2 & ke-3 bulan Juli 2008, 6) survei keloyalan contoh mengonsumsi produk Activia pada minggu ke-4 bulan Juli 2008. Penelitian dilaksanakan di kawasan perumahan Bogor, yaitu Perumahan Taman Yasmin (Bogor Barat), Kedung Badak (Tanah Sareal), Bukit Cimanggu City (Kecamatan Mekarwangi), dan Bantar Kemang (Bogor Timur). Demi kemudahan akses, peneliti memilih lokasi terakhir, Bantar Kemang (Bogor Timur) sebagai tempat penelitian, dengan pertimbangan tempat tersebut merupakan Perumahan Nasional (Perumnas) pertama di Bogor, sehingga masyarakatnya sebagian besar adalah pensiunan yang berumur lanjut usia (lansia) dan dewasa. Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Perumahan Bantar Kemang baik pria maupun wanita berusia 30-55 tahun untuk dewasa lanjut atau > 55 tahun untuk lansia. Pemilihan contoh dilakukan secara purposive sampling, dengan kriteria: 1) tidak alergi terhadap produk susu, 2) besar keluarga ≤ 4 orang, 3) tidak puasa senin-kamis atau puasa sunah lainnya selama masa penelitian, 4) memiliki lemari es (kulkas), 5) bersedia mengonsumsi produk probiotik Activia selama 14 hari, dan 6) bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Di samping itu terdapat beberapa kriteria yang tidak boleh dimiliki contoh (kriteria eksklusi), yaitu: 1) memiliki penyakit serius, 2) pernah menjalani operasi dalam 6 bulan terakhir, 3) berada dalam perawatan medis, 4) mengonsumsi suplemen serat secara teratur, dan 5) mengonsumsi produk pangan probiotik lain secara teratur Saat tahap awal (baseline), diperoleh 90 contoh yang bersedia diwawancarai. Kepada setiap contoh diberikan 1 cup Activia untuk dikonsumsi langsung dihadapan enumerator/tenaga lapang, sekaligus untuk memastikan bahwa contoh tidak alergi produk susu atau bersedia mengonsumsi Activia. Dari baseline ini diperoleh 45 contoh yang memenuhi persyaratan. Pada akhir penelitian, sebanyak 41 orang dengan data yang lengkap dijadikan contoh. Sejumlah contoh yang semula bersedia akan berpartisipasi penuh dalam penelitian, ternyata tidak bisa memenuhinya karena tugas atau kegiatan keluar kota (liburan anak sekolah), tidak sanggup mengonsumsi 2 cup setiap hari karena rasa asam dan tidak nyaman di perut, dan bagi beberapa lansia karena dilarang anggota keluarga yang menjadi tuan rumahnya. Untuk contoh terpilih, diberikan sosialisasi tentang studi dan diminta melakukan washing out, yaitu tidak mengonsumsi produk probiotik selama 1 minggu (7 hari). Pada tahap ini, contoh diminta untuk tidak mengonsumsi produkproduk suplemen (makanan/ minuman/ obat), produk susu fermentasi jenis dan merk apapun (termasuk Activia) selama satu minggu. Dengan demikian, diharapkan bahwa kesan dan/ atau manfaat yang dirasakan nantinya selama mengonsumsi Activia 14 hari adalah memang berasal dari Activia. Setelah menjalani masa washing out, setiap contoh diminta untuk mengonsumsi 2 cup Activia (masing-masing 80 gram) setiap hari selama 14 hari secara berturut-turut. Activia yang dikonsumsi contoh, didistribusikan sekali dalam 2 hari. Selain empat cup tersebut, kepada contoh juga diberikan 4 cup tambahan untuk dikonsumsi anggota keluarga lainnya untuk menjamin agar jumlah yang harus dimakan contoh tidak diberikan kepada anggota keluarga lainnya. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data awal dikumpulkan untuk memperoleh informasi tentang 1) Sosiodemografi, 2) Kebiasaan makan, 3) Konsumsi produk probiotik lain, 4) Konsumsi suplemen serat, 3) Frekuensi buang air besar. Yang tercakup dalam dua bagian besar, yatu 1) karakteristik individu meliputi jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, pengeluaran untuk makan per bulan dan jumlah anggota keluarga serta kepemilikan lemari es/kulkas, 2) kondisi kesehatan dan kebiasaan mengkonsumsi produk susu fermentasi. Data akhir dikumpulkan setelah dua minggu mengonsumsi produk Activia dengan memperoleh informasi: persepsi contoh tentang: 1) penerimaan pada kualitas sensori dari produk Activia, 2) penerimaan pada desain kemasan dan harga produk Activia, 3) manfaat kesehatan setelah mengonsumsi produk Activia yang tercakup dalam tiga macam kuesioner yaitu 1) kesan emosional dan kesehatan konsumen pre-test sebelum mengkonsumsi produk Activia, 2) persepsi konsumen tentang produk Activia, 3) kesan emosional dan kesehatan konsumen post-test sesudah mengkonsumsi produk Activia. Demi kesempurnaan, peneliti juga mengumpulkan data tentang kebiasaan konsumsi produk probiotik setelah dua minggu intervensi Activia berhenti. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perumahan Bantar Kemang merupakan perumahan nasional (Perumnas) pertama di Kota Bogor yang terletak di Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, dengan luas wilayah ±235 hektar. Kondisi Kelurahan Baranangsiang berlembah dan datar dengan ketinggian rata-rata 200-300 m diatas permukaan laut. Curah hujan rata-rata 3000-4000 mm dengan tingkat kesuburan tanah sangat subur. Sejarah singkat Perumahan Bantar Kemang diawali dari upaya sebuah partai yang ingin memenangkan suara di wilayah ini pada masa orde baru. Partai tersebut akhirnya membeli semua tanah di wilayah ini dan membangun perumahan untuk rakyat. Banyak orang yang menginginkan bertempat tinggal di perumahan ini karena letaknya yang strategis, sehingga dilakukan sistem undian khusus untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan para pendatang. Oleh karena itu, banyak warga pensiunan dan dewasa lanjut yang bukan penduduk asli bogor, bertempat tinggal di perumahan ini. Perumahan Bantar Kemang mendapat julukan “Etalase Kota Bogor” karena merupakan wilayah “Kesan Pertama” saat memasuki Kota Bogor, hingga muncul anggapan, jika Bantar Kemang bersih, maka Kota Bogor pasti bersih, demikian sebaliknya. Perumahan Bantar Kemang terdiri dari 14 RW dan 84 RT serta jumlah penduduk ± 26.000 orang. Hal ini juga dilengkapi dengan potensi wilayah yang mencakup air, gas alam, telepon, listrik dan kemudahan memperoleh angkutan umum. Deskripsi Produk Activia adalah suatu produk yoghurt diproduksi oleh PT. Danone Indonesia yang merupakan multinasional company berpusat di Perancis yang telah mendapat memiliki izin dari Badan POM dengan nomor pendaftaran MD205210086288 dan telah mendapat sertifikasi Halal MUI. Activia menggunakan bakteri Bifidus animalis DN-173010 yang berguna bagi pencernaan. Dalam setiap kemasan Activia ukuran saji 80 gram mengandung 108 probiotik/gr (sama dengan 80x108 probiotik/serving size). Kondisi Kesehatan dan Kebiasaan Konsumsi Produk Susu Fermentasi Riwayat Kesehatan Selama satu bulan terakhir, sebanyak 36,6 persen contoh mengalami diare. Frekuensinya berkisar 1-3 kali dalam satu bulan. Alasan contoh yang mengalami diare terutama berkaitan dengan makanan seperti makan makanan yang pedas (rujak), makan makanan bersantan, dan juga karena masuk angin. Sebanyak 19,51 persen contoh sedang menjalani masa perawatan/penyembuhan karena penyakit tertentu. Tidak ada contoh yang sedang menjalani masa perawatan pasca bedah. Sebanyak 19,51 persen contoh mengalami penyakit serius dalam enam bulan terakhir seperti paru-paru dan infeksi saluran pencernaan. Tidak ada contoh yang pernah menjalani operasi dalam enam bulan terakhir. Sebagian besar contoh (92,68%) tidak alergi atau mengalami diare sesudah konsumsi susu. Tidak ada contoh yang alergi atau mengalami diare sesudah konsumsi yoghurt. Sebagian besar contoh (60,98%) tidak teratur BAB setiap hari. Hal ini sesuai dengan kebutuhan penelitian untuk mendapatkan orang-orang yang tidak teratur BAB setiap hari. Dalam sebulan terakhir, sebanyak 23,53% contoh mengalami keluhan sulit buang air besar/sembelit. Sebanyak 17,64% contoh mengalami keluhan perut kembung dalam sebulan terakhir. Hal inilah yang menjadi pertimbangan orang-orang tersebut diambil sebagai contoh penelitian. Kebiasaan Konsumsi Produk Susu Fermentasi dan Suplemen Serat Sebagian besar contoh (92,68%) tidak mengonsumsi produk susu fermentasi secara teratur. Demikian juga, sebagian besar contoh (85,37%) tidak mengonsumsi produk suplemen serat secara teratur. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: pengetahuan gizi, pendapatan, kebiasaan makan sehari-hari, dan sebagainya. Persepsi Contoh tentang Produk Activia Penilaian Mutu Cita Rasa Warna. Penilaian seluruh contoh terhadap warna Activia berkisar antara 1 (amat sangat pucat) sampai 9 (amat sangat pekat), kebanyakan (modus) contoh (85,36%) memberikan penilaian warna produk Activia adalah 5 (pas). Sebaran contoh berdasarkan penilaian warna disajikan dalam Tabel 2. Dengan warna pink yang lembut, Activia dinilai mempunyai warna seperti es krim. Tabel 2. Sebaran contoh berdasarkan penilaian warna Kategori n % Amat sangat pucat 3 7,32 Pas 35 85,36 Amat sangat pekat 3 7,32 Total 41 100 Aroma buah. Penilaian seluruh contoh terhadap aroma buah Activia berkisar antara 1 (amat sangat tidak beraroma) sampai 9 (amat sangat beraroma), kebanyakan (modus) contoh (68,29%) memberikan penilaian aroma buah produk Activia adalah 5 (pas). Sebaran contoh berdasarkan penilaian aroma buah disajikan dalam Tabel 3. Aroma buah strawberry yang juga menyerupai es krim, menambah citarasa tersendiri bagi contoh. Tabel 3. Sebaran contoh berdasarkan penilaian aroma buah Kategori n % Amat sangat tidak beraroma 6 14,64 Pas 28 68,29 Amat sangat beraroma 7 17,07 Total 41 100 Kekentalan. Penilaian seluruh contoh terhadap kekentalan Activia berkisar antara 2 (sangat encer) sampai 9 (amat sangat kental), kebanyakan (modus) contoh (75,61%) memberikan penilaian kekentalan produk Activia adalah 5 (pas). Sebaran contoh berdasarkan penilaian kekentalan disajikan dalam Tabel 4. Kekentalan Activia yang juga menyerupai es krim, menyimpan keunikan tersendiri dibanding produk probiotik lainnya. Tabel 4. Sebaran contoh berdasarkan penilaian kekentalan Kategori n % Amat sangat encer 0 0 Pas 31 75,61 Amat sangat kental 10 24,39 Total 41 100 Rasa asam. Penilaian seluruh contoh terhadap rasa asam Activia berkisar antara 2 (sangat encer) sampai 9 (amat sangat kental), kebanyakan (modus) contoh (78,05%) memberikan penilaian rasa asam produk Activia adalah 5 (pas). Sebaran contoh berdasarkan penilaian rasa asam disajikan dalam Tabel 5. Rasa asam Activia yang pas, membuat contoh merasa aman untuk mengonsumsinya terkait dengan keluhan maag yang diderita beberapa contoh. Tabel 5. Sebaran contoh berdasarkan penilaian rasa asam Kategori n % Amat sangat tidak asam 0 0 Pas 32 78,05 Amat sangat asam 9 21,95 Total 41 100 Rasa manis. Penilaian seluruh contoh terhadap rasa asam Activia berkisar antara 1 (amat sangat tidak manis) sampai 9 (amat sangat manis), kebanyakan (modus) contoh (87,80%) memberikan penilaian rasa manis produk Activia adalah 5 (pas). Sebaran contoh berdasarkan penilaian rasa manis disajikan dalam Tabel 6. Rasa manis ini membuat contoh bertambah nikmat saat mengonsumsi Activia. Tabel 6. Sebaran contoh berdasarkan penilaian rasa manis Kategori n % Amat sangat tidak manis 4 9,76 Pas 36 87,80 Amat sangat manis 1 2,44 Total 41 100 Kesan keseluruhan. Penilaian seluruh contoh terhadap cita rasa produk Activia berkisar antara 1 (amat sangat tidak enak) sampai 9 (amat sangat enak), separuh contoh (51,22%) memberikan penilaian cita rasa keseluruhan produk Activia adalah 9 (amat sangat enak). Sebaran contoh berdasarkan kesan keseluruhan disajikan dalam Tabel 7. Hasil ini menunjukkan bahwa contoh memberikan kesan positif terhadap keseluruhan mutu cita rasa Activia. Tabel 7. Sebaran contoh berdasarkan kesan cita rasa keseluruhan Kategori n % Amat sangat tidak enak 1 2,44 Pas 19 46,34 Amat sangat enak 21 51,22 Total 41 100 Tingkat kesukaan terhadap produk Activia Warna. Tingkat kesukaan seluruh contoh terhadap warna produk Activia berkisar antara 3 (tidak suka) sampai 9 (amat sangat suka), separuh contoh (53,66%) memberikan penilaian tingkat kesukaan terhadap produk Activia adalah 9 (amat sangat suka). Hasil ini menunjukkan bahwa contoh sangat menyukai warna Activia. Dengan warna pink yang lembut, contoh mengibaratkan Activia % seperti es krim. 60 50 40 30 20 10 0 46,34 53,66 0 Amat sangat tidak suka Biasa Amat sangat suka Gambar 2. Persentase contoh yang menyukai warna produk Activia Aroma buah. Tingkat kesukaan seluruh contoh terhadap aroma buah produk Activia berkisar antara 1 (amat sangat tidak suka) sampai 9 (amat sangat suka), namun secara umum (modus) tingkat kesukaan terhadap aroma buah Activia adalah 5 (biasa). Persentase contoh yang menyukai aroma buah Activia (≥5) adalah sebanyak 48,78 persen. Aroma buah strawberry sangat menggugah contoh untuk dapat menikmati Activia dengan lezat. % 60 50 40 30 20 10 0 48,78 43,9 7,32 Amat sangat tidak suka Biasa Amat sangat suka Gambar 3. Persentase contoh yang menyukai aroma buah produk Activia Kekentalan. Tingkat kesukaan seluruh contoh terhadap kekentalan produk Activia berkisar antara 1 (amat sangat tidak suka) sampai 9 (amat sangat suka), namun secara umum (modus) tingkat kesukaan terhadap kekentalan Activia adalah 5 (biasa). Persentase contoh yang menyukai kekentalan Activia (≥5) adalah sebanyak 53,66 persen. Kekentalan Activia yang menyerupai es krim, menambah % daya tarik tersendiri bagi contoh untuk mengonsumsi Activia. 60 50 40 30 20 10 0 53,66 43,9 2,44 Amat sangat tidak suka Biasa Amat sangat suka Gambar 4. Persentase contoh yang menyukai kekentalan produk Activia Rasa manis. Tingkat kesukaan seluruh contoh terhadap rasa manis produk Activia berkisar antara 1 (amat sangat tidak suka) sampai 9 (amat sangat suka), namun secara umum (modus) tingkat kesukaan terhadap rasa manis Activia adalah 5 (biasa). Persentase contoh yang menyukai rasa manis Activia (≥5) adalah sebanyak 70,73 persen. Rasa manis Activia dianggap sesuai dengan selera contoh. Jika rasa manis ini dikurangi atau ditambah, dikuatirkan kelezatan Activia terasa berkurang. % 100 80 60 40 20 0 70,73 78 12,2 Amat sangat tidak suka Biasa Amat sangat suka Gambar 5. Persentase contoh yang menyukai rasa manis produk Activia Rasa asam. Tingkat kesukaan seluruh contoh terhadap rasa asam produk Activia berkisar antara 1 (amat sangat tidak suka) sampai 9 (amat sangat suka), namun secara umum (modus) tingkat kesukaan terhadap rasa asam Activia adalah 5 (biasa). Persentase contoh yang menyukai rasa asam Activia (≥5) adalah sebanyak 46,34 persen. Asamnya Activia yang segar, dinilai tidak mengganggu % bagi contoh yang memiliki keluhan sakit maag, 50 40 30 20 10 0 41,45 46,34 12,2 Amat sangat tidak suka Biasa Amat sangat suka Gambar 6. Persentase contoh yang menyukai rasa asam produk Activia Kesan keseluruhan. Tingkat kesukaan seluruh contoh terhadap cita rasa produk Activia secara keseluruhan berkisar antara 1 (amat sangat tidak suka) sampai 9 (amat sangat suka), secara umum tingkat kesukaan terhadap cita rasa Activia secara keseluruhan adalah 5 (biasa). Persentase contoh yang menyatakan suka terhadap cita rasa Activia (≥5) adalah sebanyak 65,85 persen. Dari hasil penelitian diketahui bahwa contoh sangat menyukai produk Activia. Hal ini merupakan respon positif untuk perkembangan Activia selanjutnya. 80 65,85 % 60 34,15 40 20 0 0 Amat sangat tidak suka Biasa Amat sangat suka Gambar 7. Persentase contoh yang menyukai keseluruhan produk Activia Persepsi Emosional dan Kesehatan Contoh Persepsi Emosional Perut terasa nyaman. Sebelum mengonsumsi Activia terdapat sekitar 22 % contoh yang merasa perutnya tidak nyaman, namun setelah 14 hari mengonsumsi Activia tinggal 2% yang merasakan demikian dan sisanya sebanyak 98% menyatakan perutnya terasa nyaman. Hal ini menunjukkan bahwa contoh merasakan manfaat Activia terhadap perut contoh sehingga bisa beraktivitas lebih lancar dan tenang. Tidak mengalami stress akibat gangguan pencernaan. Sebelum mengonsumsi Activia terdapat 12% contoh yang mengalami stres akibat gangguan pencernaan, namun setelah 14 hari mengonsumsi Activia tinggal 2% yang merasakan demikian dan sisanya sebanyak 98% menyatakan tidak lagi mengalami stress akibat gangguan pencernaan sesudah mengonsumsi Activia. Stress contoh terkait dengan pencernaan terutama dirasakan berupa perut serasa diaduk-aduk, feses sulit dikeluarkan, perut terasa penuh. Setelah mengonsumsi Activia, beberapa perasaan tersebut tidak lagi dirasakan contoh. Tidak mengalami gangguan pencernaan. Sebelum mengonsumsi Activia terdapat sekitar 22% contoh yang mengalami gangguan pencernaan, namun setelah 14 hari mengonsumsi Activia tinggal 2% yang merasakan demikian dan sisanya sebanyak 98% menyatakan tidak lagi mengalami gangguan pencernaan. Gangguan pencernaan berkurang karena adanya aktivitas bakteri probiotik yang terkandung dalam Activia, yang memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan manusia dengan cara memperbaiki sifat-sifat mikroba alami yang tinggal di dalam tubuh seseorang Sobariah 2007). Persepsi emosional contoh sebelum dan sesudah mengonsumsi Activia (perasaan perut nyaman, stres akibat gangguan pencernaan, dan gangguan pencernaan) disajikan pada gambar 8 berikut ini. 120 100 80 60 40 20 0 78 98 88 98 78 98 Sebelum Sesudah Perut terasa Tidak Tidak nyaman mengalami mengalami stres akibat gangguan pencernaan pencernaan Gambar 8. Persepsi emosional contoh sebelum dan sesudah mengonsumsi Activia (perut nyaman, stres akibat pencernaan, dan gangguan pencernaan) Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test, menunjukkan perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah konsumsi Activia terhadap variabel perut terasa nyaman, tidak mengalami stress akibat gangguan pencernaan, dan tidak mengalami gangguan pencernaan. Artinya, ketiga variabel tersebut memberikan hasil yang positif terhadap keadaan pencernaan contoh lebih baik dan sehat. Kesan emosional lain Kesan emosional lain yang ditanyakan ke responden setelah mengonsumsi Activia yaitu kesan tubuh terasa bertenaga, tubuh terasa ringan, dan kesan merasa langsing (Gambar 9). Hampir seluruh contoh (95%) menyatakan merasa tubuh bertenaga setelah mengonsumsi Activia. Jumlah ini meningkat dari 76 persen sebelum mengonsumsi Activia. Hampir seluruh contoh (90%) juga menyatakan tubuhnya terasa ringan setelah mengonsumsi Activia. Jumlah ini meningkat dari 73 persen yang merasakan tubuhnya ringan. Begitu pula sebanyak 80 persen contoh menyatakan lebih merasa langsing setelah mengonsumsi Activia, padahal sebelum mengonsumsi Activia hanya 59 persen yang merasa langsing. Persepsi emosional contoh sebelum dan sesudah mengonsumsi Activia (tubuh terasa bertenaga, terasa ringan, dan langsing) disajikan pada gambar 9 berikut ini. 76 100 95 73 90 59 80 50 0 Tubuh terasa bertenaga Tubuh terasa ringan Sebelum Merasa langsing Sesudah Gambar 9. Persepsi emosional contoh sebelum dan sesudah mengonsumsi Activia (tubuh terasa bertenaga, terasa ringan, dan langsing) Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test, menunjukkan perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah konsumsi Activia terhadap variabel tubuh terasa bertenaga, terasa ringan, merasa langsing (p<0,05). Artinya, Activia memberikan hasil lebih baik atau contoh merasa semakin bertenaga tubuhnya dan terasa ringan, setelah mengonsumsi Activia. Contoh merasa langsing karena berat badannya berkurang. Tubuh terasa rileks, perasaan bahagia terkait dengan pencernaan dan merasa bergengsi dengan pola makan yang sekarang serta sering merasakan mood baik terkait pencernaan merupakan kesan emosional lain yang dirasakan oleh contoh setelah mengonsumsi Activia selama 14 hari. Sebanyak 93 persen contoh menyatakan tubuh terasa rileks setelah mengonsumsi Activia, meningkat jumlahnya dari sebelum mengonsumsi Activia (59%). Sebanyak 95 persen contoh menyatakan merasa bahagia terkait dengan pencernaan setelah mengonsumsi Activia. Hal ini diduga berhubungan erat dengan mood baik yang sering dirasakan terkait pencernaan oleh hampir seluruh contoh (98%). Demikian juga sebanyak 85 persen contoh menyatakan merasa bergengsi dengan pola makan yang sekarang, setelah mengonsumsi Activia. Persepsi emosional contoh sebelum dan sesudah mengonsumsi Activia (tubuh terasa rileks, perasaan bahagia terkait dengan pencernaan dan merasa bergengsi dengan pola makan yang sekarang serta sering merasakan mood baik terkait pencernaan) disajikan pada gambar 10 berikut ini. 120 80 60 98 95 93 100 85 73 59 59 63 40 20 0 Tubuh terasa rileks Merasa bahagia terkait pencernaan Sebelum Merasa mood baik terkait pencernaan Bergengsi dengan pola makan sekarang Sesudah Gambar 10. Persepsi emosional contoh sebelum dan sesudah mengonsumsi Activia (tubuh terasa rileks, perasaan bahagia terkait dengan pencernaan dan merasa bergengsi dengan pola makan yang sekarang serta sering merasakan mood baik terkait pencernaan) Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test, menunjukkan perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah konsumsi Activia terhadap variabel tubuh terasa rileks, perasaan bahagia terkait dengan pencernaan dan merasa bergengsi dengan pola makan yang sekarang serta sering merasakan “mood” baik terkait dengan pencernaan (p<0,05). Persepsi Manfaat Kesehatan Sebelum dan Sesudah Mengonsumsi Activia Kondisi Kesehatan contoh dalam Hal Frekuensi BAB, Pengeluaran Feses, Waktu Mengejan dan Konsistensi Feses sebelum dan sesudah mengonsumsi Activia Sebanyak 85 persen menyatakan mengalami keteraturan BAB 1 kali/hari, terjadi peningkatan dari 68 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Seluruh contoh (100%) menyatakan pengeluaran fesesnya lancar, dimana terjadi peningkatan dari 78 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Hampir seluruh contoh (95%) menyatakan mengalami waktu mengejan BAB tidak lama, dimana meningkat dari 76 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Demikian juga, hampir seluruh contoh (93%) menyatakan mengalami konsistensi feses lembik, dimana meningkat dari 66 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Kondisi kesehatan contoh dalam hal Frekuensi BAB, Pengeluaran Feses, Waktu Mengejan dan Konsistensi Feses sebelum dan sesudah mengonsumsi Activia disajikan dalam gambar 11 berikut ini. 120 100 100 80 85 78 68 95 76 93 66 60 40 20 0 Frekuensi BAB teratur setiap hari Pengeluaran feses lancar Sebelum Waktu mengejan tidak lama Konsistensi feses lembik Sesudah Gambar 11. Kondisi kesehatan contoh dalam hal Frekuensi BAB, Pengeluaran Feses, Waktu Mengejan dan Konsistensi Feses sebelum dan sesudah mengonsumsi Activia Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test, menunjukkan hubungan yang nyata antara sebelum dan sesudah konsumsi Activia terhadap variabel frekuensi BAB teratur setiap hari, pengeluaran feses lancar, waktu mengejan, dan konsistensi feses lembik (p<0,05). Contoh merasa semakin lancar pengeluaran fesenya sesudah mengonsumsi Activia. Beberapa persepsi kesehatan lain dijabarkan sebagai berikut: Pengeluaran feses terasa tuntas dengan sekali ke toilet. Hampir seluruh contoh (98%) menyatakan pengeluaran feses terasa tuntas dengan sekali ke toilet dimana meningkat dari 73 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Tuntasnya seseorang mengeluarkan feses hanya dengan sekali ke toilet menandakan kesehatan pencernaan orang tersebut baik dan sehat. Perut terasa “plong” sesudah buang air besar (BAB). Seluruh contoh (100%) menyatakan perut terasa “plong” sesudah BAB, dimana terjadi peningkatan dari 85 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Contoh merasa lega sesudah buang air besar dengan lancar. Tidak merasa perut kembung. Sebanyak 90 persen contoh menyatakan tidak merasa perut kembung setelah mengonsumsi Activia dimana terjadi peningkatan dari 68 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Perasaan perut kembung contoh terkait dengan pencernaan teratasi setelah mengonsumsi Activia. Tidak perlu mengejan dengan kuat atau berkali-kali. Sebanyak 90 persen contoh menyatakan tidak perlu mengejan dengan kuat atau berkali-kali setelah mengonsumsi Activia dimana terjadi peningkatan dari 78 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Hal ini dikarenakan keinginan contoh untuk buang air besar diikuit pula dengan lancarnya pengeluaran feses. Jadi, contoh tidak perlu lagi mengejan dengan kuat atau berkali-kali. Merasa kelebihan berat badan. Sebanyak 56 persen contoh menyatakan merasa kelebihan berat badan setelah mengonsumsi Activia dimana terjadi penurunan dari 73 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Hal ini terjadi karena berat badan berkurang setelah mengonsumsi Activia. Kentut tidak berbau tajam. Sebanyak 93 persen contoh menyatakan kentut tidak berbau tajam setelah mengonsumsi Activia dimana terjadi peningkatan dari 76 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Kentut adalah gas sisa produk metabolisme makanan yang dihasilkan bakteri kolon (usus besar) (Almatsier 2003) yang merupakan salah satu tanda pencernaan seseorang berfungsi dengan baik. Bau atau tidaknya kentut, terkait dengan pangan yang dikonsumsi dan lamanya keberadaan kotoran di kolon. Bakteri probiotik yang terkandung dalam Activia mampu mempercepat tumbuhnya bakteri kolon yang dapat mempercepat pengeluaran feses. Kulit terasa halus. Sebanyak 93 persen contoh menyatakan kulit terasa halus setelah mengonsumsi Activia dimana terjadi peningkatan dari 78 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Kulit terasa halus merupakan hasil sampingan jika seseorang dapat mengonsumsi produk probiotik yang berbasis susu. Salah seorang contoh pun menggunakan sisa konsumsi Activia untuk masker 1 kali setiap hari yang dapat menambah kesegaran kulit. Tidak berjerawat. Sebanyak 93 persen contoh menyatakan tidak berjerawat setelah mengonsumsi Activia dimana terjadi peningkatan dari 85 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Jerawat muncul akibat tumpukan lemak dan kotoran. Activia yang lembut secara tidak langsung meluluhkan lemak dan kotoran terutama yang berkaitan dengan kulit sehingga keluhan jerawat berkurang. Tidak mengalami keluhan sakit maag. Sebanyak 88 persen contoh menyatakan tidak mengalami keluhan sakit maag setelah mengonsumsi Activia dimana terjadi peningkatan dari 68 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Penyakit maag terutama disebabkan oleh keadaan telat makan sehingga gas lambung meningkat. Activia mengandung unsur gula (glukosa) sehingga dapat menahan rasa lapar walaupun hanya sebentar. Perut tidak terasa kencang. Hampir seluruh contoh (98%) menyatakan perut tidak terasa kencang, dimana meningkat dari 76 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia. Perasaan perut penuh tidak lagi dirasakan karena contoh buang air besar dengan lancar. Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test, menunjukkan perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah konsumsi Activia terhadap variabel pengeluaran feses terasa tuntas dengan sekali ke toilet, perut terasa “plong” sesudah BAB, tidak mengalami keluhan sakit maag, tidak merasa perut kembung, tidak perlu mengejan dengan kuat atau berkali-kali, kulit terasa halus, tidak berjerawat, kentut tidak berbau tajam, merasa kelebihan berat badan, dan perut tidak terasa kencang (p<0,05). Artinya, variabel-variabel di atas, memberikan hasil positif (lebih baik) terutama terkait dengan pencernaan setelah mengosnsumsi Activia. Penggolongan Activia. Sebanyak 41 persen contoh menggolongkan Activia sebagai makanan/minuman fungsional sesudah mengonsumsi Activia, dimana 39 persen contoh sebelum mengonsumsi Activia juga menggolongkan Activia sebagai makanan/minuman fungsional. Sebaran contoh berdasarkan penggolongan Activia dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini Tabel 8. Sebaran contoh berdasarkan penggolongan Activia Kategori Pre-test Post-test n % n % Minuman/makanan biasa 1 2,44 0 0 Minuman/makanan penyegar/selingan 7 17,07 8 19,51 Makanan/minuman suplemen (food suplement) 15 36,59 13 31,71 Makanan/minuman fungsional 16 39,02 17 41,46 Obat 2 4,88 3 7,32 Total 41 100 41 100 Contoh menggolongkan Activia sebagai makanan/minuman fungsional karena mereka menganggap banyak manfaat yang diberikan Activia. Kebiasaan Konsumsi Probiotik sesudah Intervensi Berakhir Sebagian besar contoh (70,73%) tidak lagi mengonsumsi Activia sesudah intervensi berakhir. Sebagian besar contoh (87,8%) tidak lagi mengonsumsi produk probiotik lain sesudah intervensi berakhir. Sebagian besar contoh (82,93%) merasakan perbedaan selama intervensi dan sesudah intervensi Activia berakhir. Sebagian besar contoh (80,49%) masih merasakan manfaat Activia sesudah intervensi berakhir. Sebagian besar contoh (90,24%) tidak merasakan efek samping dari konsumsi Activia. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh: faktor ekonomi, pengetahuan (pendidikan), latar belakang budaya, dan lingkungan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan kebiasaan konsumsi produk susu fermentasi, sebagian besar contoh tidak mengonsumsi produk susu fermentasi secara teratur. Secara keseluruhan, mutu cita rasa produk Activia disukai sebagian besar contoh. Berdasarkan kategori tingkat kesukaan terhadap produk Activia, sebagian besar contoh menyukai produk Activia. Dilihat dari kategori persepsi emosional, keseluruhan hasil contoh merasa lebih baik setelah mengonsumsi Activia. Berdasarkan kategori kondisi kesehatan, seluruh variabel menunjukkan hasil positif atau kondisi kesehatan lebih baik setelah mengonsumsi Activia. Sedangkan variabel merasa kelebihan berat badan menunjukkan hasil negatif, artinya berat badan contoh justru berkurang setelah mengonsumsi Activia. Sebagian besar contoh baik sebelum dan sesudah konsumsi Activia, menggolongkan Activia sebagai makanan/minuman fungsional. Disimpulkan bahwa, kondisi kesehatan contoh lebih baik setelah mengonsumsi Activia. Berdasarkan kategori kebiasaan konsumsi probiotik setelah intervensi berakhir, sebagian besar contoh tidak lagi mengonsumsi Activia dan produk probiotik lain sesudah intervensi berakhir. Alasan utama contoh tidak lagi mengonsumsi probiotik terutama karena harga. Saran Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan kategori umur yang lebih beragam dan hubungannya dengan jenis penyakit yang diderita. Masyarakat perlu pengetahuan yang lebih baik agar lebih sehat pencernaannya salah satunya dengan pembuatan produk probiotik lain yang lebih terjangkau dan rasa lebih bervariasi. Masyarakat pun diharapkan lebih cermat memilih produk probiotik yang akan dikonsumsinya. DAFTAR PUSTAKA Adhitama, G. S. 2007. Kualitas Mikrobiologis Minuman Jelly Berbahan Baku Yoghurt Probiotik selama Penyimpanan pada Suhu 4-7oC [skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Anonimous. 2004. Probiotik. www.dairyreporter.com. 06 November 2004. Anugrah, S. T. 2005. Pengembangan Produk Kombucha Probiotik berbahan Baku The Htam (Camellia sinensis) [skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Fuller, Roy. 1992. Probiotic Scientific Basis. Chapman and Hall, London. Hardinsyah & D. Martianto. 1992. Gizi Terapan. Pusat Antar Universitas Pangan & Gizi. IPB. Bogor. Hartanti. A. W. Seleksi Bakteri Asam Laktat yang Berpotensi sebagai Probiotik dari Isolat Air Susu Ibu [skripsi] Bogor: Departemen Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Maulidya, A. 2007. Kajian Pembuatan Yoghurt Susu Jagung sebagai Minuman Probiotik menggunakan Campuran Kultur (Lactobacillus delbruekii subsp. Bilgaricus, Streptococcus salivarus subsp. thermophillus dan Lactobacillus casei subsp. rhamnossus.) [skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Nadhira. 2007. Keadaan Sosial Ekonomi, Pengetahuan Gizi, Gaya Hidup, Konsumsi Pangan, dan Status Gizi Lansia Laki-laki di Kecamtan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Phujiyanti, Y. 2004. Identifikasi Gaya Hidup dan Kebiasaan Makan Mahasiswa Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB Rahardjo, RP. 2007. Persepsi Konsumsi dan Preferensi Minuman Berenergi [skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Sarjana Fakultas Pertanian. IPB Rahmiwati, A. 2007. Pola Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Pengetahuan Reproduksi Remaja Putri [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rusilanti. 2006. Aspek Psikososial, Aktivitas Fisik, Konsumsi Makanan dan Status Gizi, dan Pengaruh Susu plus Probiotik Enterococcus faecium IS27526 (MEDP) terhadap Respon Imun IgA Lansia [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Salminen, S., Wright, A. V., Ouwehand, A. 2004. Lactic Acid Bacteria: Microbiology and Functional Aspectc. 3th edition. Revised and Expanded. Marcel Dekker, Inc., New York. Sanjur, D. 1982. Social dan Cultral Perspective in Nutrition. USA: Prentice Hall. Saputra, P. I. 2007. Sifat Kimia dan Viskositas Minuman Jelly Berbahan Baku Yoghurt Probiotik selama Penyimpanan pada Suhu 4-7oC [skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB Sediaoetama, AD. 1989. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat. Singarimbun M dan Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S Sobariah, E. 2007. Viabilitas Bakteri Probiotik In Vitro dan Pengaruh Pemberian air Oksigen terhadap Viabilitas Bakteri Probiotik secara In Vivo [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Supariasa, IDN, B. Bakri dan I. Fajar. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Waspodo, I. S. 1997. Probiotik Bakteri Pencegah Kanker. Intisari no 409. PT. Gramedia. Jakarta. Wirawati, C. U. 2002. Potensi BAL yang diisolasi dari Tempoyak sebagai Probiotik [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Lampiran 1 Survei Pendahuluan Kode : KUESIONER I SURVEI PENDAHULUAN Dengan hormat kami mohon kesediaan Anda meluangkan waktu sekitar 10 menit untuk mengisi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut Hari/tanggal wawancara : ....................................................................................... Nama Lengkap : ............................................................................ (P/L) Umur : ....................................................................................... Berat badan : ..................... kg Tinggi badan : ..................... cm Asal Daerah/Suku : ....................................................................................... No Telepon/HP : ....................................................................................... Alamat : ....................................................................................... I. Karakteristik Individu Pengeluaran untuk makan per bulan : Rp ...................................../bulan/keluarga* Jumlah anggota keluarga (termasuk ayah, ibu, anak) : ............ orang Memiliki lemari es/kulkas : Ya/tidak II. Kondisi Kesehatan dan Kebiasaan Mengkonsumsi Produk Susu Fermentasi (kriteria eksklusi) Beri tanda “√” pada kotak yang sesuai dengan pilihan Anda Ya 1. Apakah Anda biasa mengkonsumsi produk suplemen serat secara teratur? Jika ya, sebutkan: Nama/merk 1: ............................. frekuensi.......... kali/minggu Nama/merk 2. ............................. frekuensi.......... kali/minggu Nama/merk 3. ............................. frekuensi.......... kali/minggu 2. Apakah Anda biasa mengkonsumsi produk susu fermentasi seperti yoghurt atau yakult secara teratur? Jika ya, sebutkan: Nama/merk 1: .............................. frekuensi ........ kali/minggu Nama/merk 2. .............................. frekuensi ........ kali/minggu Nama/merk 3. .............................. frekuensi ........ kali/minggu 3. * Dalam satu bulan terakhir, apakah Anda pernah mengalami diare? Bagi lansia yang mengikuti keluarga anaknya gunakan data/informasi pengeluaran anaknya Tdk Ya Jika ya, berapa kali terjadi? ..........................................................kali/bulan Menurut Anda, apa penyebabnya?........................................................................................... 4. Apakah Anda sedang dalam masa perawatan atau penyembuhan karena penyakit tertentu? Jika ya, atas penyakit apa? ..................................................................................................... 5. Apakah Anda sedang dalam masa perawatan pasca bedah? Jika ya, sebutkan bedah apa? ................................................................................................ Apakah Anda pernah mengalami sakit serius atau menjalani operasi dalam 6 bl terakhir ini? 6. Jika ya, atas penyakit apa? a. Penyakit ........................................ Lama sakit...........................hari b. Penyakit........................................ Lama sakit...........................hari c. Penyakit ........................................ Lama sakit...........................hari d. Penyakit........................................ Lama sakit...........................hari 7. Apakah Anda alergi atau mengalami diare setelah mengkonsumsi susu ? 8. Apakah Anda alergi atau mengalami diare setelah mengkonsumsi yoghurt ? 9. Apakah Anda buang air besar secara teratur setiap hari (1 sampai 3 kali/hari) ? 10. Keluhan yang dirasakan berkaitan dengan pencernaan dalam sebulan terakhir (lingkari dan boleh lebih dari satu) 1. sulit buang air besar/sembelit 5. mulas/nyeri perut 9. lainnya, sebutkan ........ 2. feses/tinja keras 6. mencret 3. perut kembung 7. maag 4. mual/rasa ingin muntah 8. nyeri ulu hati 11. Apakah Anda bersedia mengkonsumsi 2 cup ACTIVIA1 setiap hari selama 2 minggu dan tidak mengkonsumsi produk yoghurt/produk susu fermentasi lain? (diberikan secara gratis) 12. Bila Anda bersedia mengkonsumsi ACTIVIA, apakah Anda bersedia diwawancara (mengisi kuesioner) sebelum dan selama studi ini (4 kali) ? * Apabila jawaban no 11 dan 12 adalah “ya” maka wawancara dilanjutkan dengan mengisi pernyataan kesediaan berikut. 1 Yoghurt Activia adalah suatu produk yoghurt yang diproduksi oleh PT. Danone Indonesia yang merupakan multinasional company berpusat di Perancis yang sudah beredar di pasaran. Tdk Lampiran 2 Pernyataan Kesediaan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM KEGIATAN SURVEI Dengan ini saya menyatakan bahwa informasi yang saya berikan di atas adalah benar; dan apabila saya memenuhi persyaratan yang ditetapkan peneliti, saya bersedia berpartisipasi dalam survei ini dan memenuhi kesepakatan berikut: 1. Mengkonsumsi ACTIVIA sebanyak 2 cup setiap hari (pagi dan sore/malam), selama 14 hari berturut-turut 2. Bersedia tidak melaksanakan puasa selama 14 hari tersebut 3. Bersedia tidak mengkonsumsi berbagai produk susu fermentasi/probiotik termasuk ACTIVIA dan suplemen serat seminggu sebelum survei dimulai 4. Bersedia tidak mengkonsumsi produk susu fermentasi/probiotik selain produk ACTIVIA selama pelaksanaan survei (Produk ACTIVIA diberikan secara gratis selama 14 hari survei dilaksanakan). 5. Bersedia menerima 4 cup produk ACTIVIA setiap 2 hari yang diantar oleh petugas survei 6. Bersedia mengumpulkan 4 buah cup bekas produk ACTIVIA dan mengembalikannya kepada petugas survei saat petugas datang mengantar produk ACTIVIA 7. Tidak merencanakan untuk bepergian selama lebih dari 24 jam selama survei dilaksanakan (14 hari). 8. Bersedia diwawancara di awal, setelah seminggu dan setelah survei dilaksanakan (14 hari). Bogor, ................. 2008 Yang membuat pernyataan (........................................) 1 Yoghurt Activia adalah suatu produk yoghurt yang diproduksi oleh PT. Danone Indonesia yang merupakan multinasional company berpusat di Perancis yang sudah beredar di pasaran. Lampiran 4 Persepsi Kesehatan PERSEPSI EMOSIONAL Kami ucapkan terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi mengkonsumsi ACTIVIA selama 14 hari ke depan. Sehubungan dengan itu, kami mohon kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu sekitar 15 menit untuk mengisi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Hari dan tanggal mengisi/ wawancara : ............................................................ I. Karakteristik Individu Nama Lengkap : ................................................. (P/L) Berat badan (sebelum mengkonsumsi ACTIVIA) : ...................... kg II. Persepsi emosional sebelum mengkonsumsi Activia Saat ini, Kami ingin memperoleh informasi tentang persepsi Bapak/Ibu mengenai kondisi emosional sebelum konsumsi ACTIVIA. (Beri nilai : “Sangat Setuju” = 5; “Setuju” = 4; Agak setuju =3; tidak setuju =2; sangat tidak setuju=1) 5 1. Perut terasa nyaman 2. Tidak mengalami stress akibat gangguan pencernaan 3. Tidak mengalami gangguan pencernaan 4. Tubuh terasa bertenaga (berenergi) 5. Tubuh terasa ringan 6. Merasa langsing 7. Tubuh terasa rileks 8. Merasa bahagia terkait dengan pencernaan 9. Merasa bergengsi dengan pola makan yang sekarang 4 10. Sering merasakan “mood” baik terkait dengan pencernaan 11. Kondisi emosional lainnya ........................................................... 12. Keluhan (bila ada), sebutkan ............................................................................ 3 2 1 Lampiran 4 Persepsi Kesehatan III. Kondisi kesehatan yang Anda rasakan sebelum mengkonsumsi ACTIVIA Saat ini, Kami ingin memperoleh informasi tentang persepsi Bapak/Ibu mengenai kondisi kesehatan sebelum konsumsi ACTIVIA. (Beri nilai : “5 = Sangat Setuju”; “4 = Setuju”; “3 = Agak setuju”; “2 = tidak setuju”; “1= sangat tidak setuju”) 5 1. Frekuensi buang air besar teratur setiap hari Sebutkan ................kali /minggu 2. Pengeluaran feses lancar 3. Waktu mengejan tidak lama 4. Konsistensi feses lembik 5. Pengeluaran feses terasa tuntas dengan sekali ke toilet 6. Perut terasa “plong” setelah buang air besar (BAB) 7. Tidak merasa perut kembung 8. Tidak perlu mengejan dengan kuat atau berkali-kali 9. Merasa kelebihan berat badan 10. Kentut tidak berbau tajam 11. Kulit terasa halus 12. Tidak berjerawat (saat tidak menstruasi bagi perempuan) 13. Tidak mengalami keluhan sakit maag 14. Perut tidak terasa kencang (saat tidak menstruasi bagi perempuan) 4 3 2 1 Lampiran 5 Penilaian Mutu Hedonik Kode : PERSEPSI KONSUMEN TENTANG PRODUK ACTIVIA Kami ucapkan terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara telah berkenan mengkonsumsi ACTIVIA selama 7 hari. Sehubungan dengan itu, kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara meluangkan waktu sekitar 15 menit untuk mengisi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut Hari/Tanggal wawancara : ....................................................................... : ............................................................ (P/L) I. Karakteristik Individu Nama Lengkap Berat badan (setelah mengkonsumsi ACTIVIA) : ...............kg II. Penilaian Bapak/Ibu/Saudara terhadap mutu citarasa ACTIVIA Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang mutu citarasa ACTIVIA. Beri tanda silang (X) pada posisi/garis yang sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu/Saudara (antara 1 sampai 9, tidak perlu tepat pada angka). 1. Bagaimana warna ACTIVIA menurut Bapak/Ibu/Saudara? 1 2 Amat sangat pucat 3 4 5 Pas 6 7 8 9 Amat sangat pekat 8 9 2. Bagaimana aroma buah ACTIVIA menurut Bapak/Ibu/Saudara? 1 2 3 4 Amat sangat tidak beraroma 5 6 7 Amat sangat beraroma Pas 3. Bagaimana kekentalan ACTIVIA menurut Bapak/Ibu/Saudara? 1 2 3 4 Amat sangat encer 5 6 8 7 9 Amat sangat kental Pas 4. Bagaimana rasa asam ACTIVIA menurut Bapak/Ibu/Saudara? 1 Amat sangat tidak asam 2 3 4 5 Pas 6 8 7 9 Amat sangat asam 5. Bagaimana rasa manis ACTIVIA menurut Bapak/Ibu/Saudara? 1 2 3 4 Amat sangat tidak manis 5 6 7 8 9 Amat sangat manis Pas 6. Bagaimana kesan cita rasa Bapak/Ibu/Saudara secara keseluruhan atas ACTIVIA? 1 2 Amat sangat tidak enak 3 4 5 Pas 6 7 8 9 Amat sangat enak Lampiran 6 Penilaian Hedonik III. Tingkat kesukaan Bapak/Ibu/Saudara terhadap produk ACTIVIA Setelah mengonsumsi ACTIVIA, bagaimana tingkat kesukaan Bapak/Ibu/Saudara terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan ACTIVIA. Beri tanda silang (X) pada posisi/garis yang sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu/Saudara (antara 1 sampai 9, tidak perlu tepat pada angka). 1. Bagaimana warna ACTIVIA menurut Bapak/Ibu/Saudara? 1 2 Amat sangat tidak suka 3 4 5 6 7 8 9 Amat sangat suka 8 9 Biasa 2. Bagaimana aroma buah ACTIVIA menurut Bapak/Ibu/Saudara? 1 2 3 4 Amat sangat tidak suka 5 6 7 Amat sangat suka Biasa 3. Bagaimana kekentalan ACTIVIA menurut Bapak/Ibu/Saudara? 1 2 3 4 Amat sangat tidak suka 5 6 7 8 9 Amat sangat suka Biasa 4. Bagaimana rasa asam ACTIVIA menurut Bapak/Ibu/Saudara? 1 2 3 4 Amat sangat tidak suka 5 6 7 8 9 Amat sangat suka Biasa 5. Bagaimana rasa manis ACTIVIA menurut Bapak/Ibu/Saudara? 1 2 3 4 Amat sangat tidak manis 5 6 7 8 9 Amat sangat manis Biasa 6. Bagaimana kesan cita rasa Bapak/Ibu/Saudara secara keseluruhan atas ACTIVIA? 1 Amat sangat Tidak enak 2 3 4 5 Biasa 6 7 8 9 Amat sangat enak Lampiran 7 Kebiasaan Konsumsi sesudah Intervensi Berakhir KUESIONER AKHIR KEBIASAAN KONSUMSI PRODUK PROBIOTIK SETELAH INTERVENSI BERAKHIR Kami ucapkan terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu yang telah berkenan mengonsumsi ACTIVIA selama 14 hari. Sehubungan dengan itu, kami mohon kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu sekitar 15 menit untuk mengisi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Hari dan tanggal mengisi/wawancara : I. Karakteristik Individu Nama Lengkap : Usia : Berat Badan : ………………………………………… ……………………………………(P/L) …………… tahun …………… kg II. Kebiasaan konsumsi probiotik setelah intervensi berakhir 1. Apakah Anda masih mengonsumsi produk probiotik? Jika ya, berapa kali (frekuensi) ………………………………………. alasan …………………………..……………………………. Jika tidak, apakah Anda mengonsumsi produk probiotik lain a) bila jawaban ya, sebutkan merek ….………………………………... frekuensi …...………………………………………………….. alasan .………..………………………………………………... b) bila jawaban tidak, alasan ………………………………………….. ……………………………………………………………………….... 2. Apakah Anda merasakan perbedaan selama Activia diberikan 14 hari dan sesudah tidak diberikan Activia lagi? a. Ya b. Tidak Jika ya, sebutkan………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………… 3. Apakah Anda masih merasakan manfaat kesehatan setelah pemberian produk Activia dihentikan? a. Ya b. Tidak alasan …………………………………………………………………………..