Uploaded by User11300

PEMBAHASAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyebab kematian terbesar di dunia beberapa dekade terakhir ini
adalah
penyakit jantung dan pembuluh darah seperti gagal jantung, aritmia jantung, angina
pectoris dan hipertensi. Sistem sirkulasi tubuh manusia yang terdiri atas jantung dan
pembuluh darah disebut sistem kardiovaskuler.
Sistem kardiovaskuler adalah suatu sistem yang sangat dinamik,yang harus
mampu berdaptasi cepat terhadap perubahan mendadak seperti perubahan terkanan darah,
kerja dan frekuensi jantung serta komponen kardiovaskuler lain yang merupakan
resultante dari berbagai faktor pengatur yang bekerja secara serentak. Banyak obat yang
dapat mempengaruhi fungsi fisiologis dan biokimia kardiovaskuler seperti stimulansia
sistem saraf pusat, depresansia sistem saraf pusat dan obat otonom. Yang dimaksudkan
dengan obat kardiovaskuler ialah obat yang mempunyai efek utama pada jantung dan
pembuluh darah. Penggunaan obat-obat kardiovaskuler dengan terapi kombinasi rentan
terhadap salah satu masalah terkait obat (drug related problem) yaitu interaksi obat.
Interaksi obat diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat
mempengaruhi outcome klinis pasien. Interaksi obat dapat terjadi jika suatu obat
mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang
reaktif. Reaksi perorangan sangat beragam. Faktor yang dapat mempengaruhi antara lain
sifat keturunan, fungsi hati dan ginjal, usia, ada tidaknya penyakit penyerta, jumlah obat
yang digunakan, lama pengobatan, jarak waktu antara penggunaan lebih dari satu obat,
dan obat mana yang digunakan mula-mula. Karena itu efek yang terjadi mungkin saja
tidak berarti apa-apa bagi seseorang tetapi sangat berbahaya bagi orang lain.
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan
toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit. Hal mendasar ini yang diperlu
disadari untuk kemudian menjadi pertimbangan dalam penggunaan terapi kombinasi.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat?
2. Apa yang dimaksud dengan obat kardiovaskuler?
3. Obat apa saja yang dapat berinteraksi dengan obat kardiovaskuler?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah ada, maka tujuan penyusunan makalah
ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengertian interaksi obat.
2. Mengetahui pengertian obat kardiovaskuler.
3. Mengetahui jenis obat yang dapat berinteraksi dengan obat kardiovaskuler.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Interaksi Obat
2.1.1 Definisi
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat
(drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat
yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika
farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu
atau lebih zat yang berinteraksi (Piscitelli, 2005).
Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama dapat berubah
efeknya secara tidak langsung atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa bersifat
potensiasi atau antagonis efek satu obat oleh obat lainnya, atau adakalanya beberapa
efek lainnya (BNF 58, 2009).
Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain,
obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya.
Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan
yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan yang
lainnya (Stockley, 2008).
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan
toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah),
misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik (Setiawati, 2007).
2.1.2 Mekanisme
Secara umum, ada dua mekanisme interaksi obat :
1. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau
mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya
(BNF 58, 2009).
3
Menurut Stockley (2008), interaksi farmakokinetik terdiri dari beberapa
tipe :
a. Interaksi pada absorbsi obat
-
Efek perubahan pH gastrointestinal
Obat melintasi membran mukosa dengan difusi pasif tergantung pada
apakah obat terdapat dalam bentuk terlarut lemak yang tidak terionkan.
Absorpsi ditentukan oleh nilai pKa obat, kelarutannya dalam lemak, pH isi
usus dan sejumlah parameter yang terkait dengan formulasi obat.
-
Adsorpsi, khelasi, dan mekanisme pembentukan komplek
Arang aktif dimaksudkan bertindak sebagai agen penyerap di dalam usus
untuk pengobatan overdosis obat atau untuk menghilangkan bahan beracun
lainnya, tetapi dapat mempengaruhi penyerapan obat yang diberikan dalam
dosis terapetik. Antasida juga dapat menyerap sejumlah besar obat-obatan.
-
Perubahan motilitas gastrointestinal
Karena kebanyakan obat sebagian besar diserap di bagian atas usus kecil,
obat-obatan
yang
mengubah
laju
pengosongan
lambung
dapat
mempengaruhi absorpsi.
-
Induksi atau inhibisi protein transporter obat
Ketersediaan hayati beberapa obat dibatasi oleh aksi protein transporter
obat. Saat ini, transporter obat yang terkarakteristik paling baik adalah Pglikoprotein. Digoksin adalah substrat P-glikoprotein, dan obat-obatan
yang menginduksi protein ini, seperti rifampisin, dapat mengurangi
ketersediaan hayati digoksin.
-
Malabsorbsi dikarenakan obat
Neomisin menyebabkan sindrom malabsorpsi dan dapat mengganggu
penyerapan sejumlah obat-obatan termasuk digoksin dan metotreksat.
b. Interaksi pada distribusi obat
-
Interaksi ikatan protein
Setelah absorpsi, obat dengan cepat didistribusikan ke seluruh tubuh oleh
sirkulasi. Beberapa obat secara total terlarut dalam cairan plasma, banyak
yang lainnya diangkut oleh beberapa proporsi molekul dalam larutan dan
sisanya terikat dengan protein plasma, terutama albumin. Ikatan obat
dengan protein plasma bersifat reversibel, kesetimbangan dibentuk antara
4
molekul-molekul yang terikat dan yang tidak. Hanya molekul tidak terikat
yang tetap bebas dan aktif secara farmakologi.
-
Induksi dan inhibisi protein transport obat
Distribusi obat ke otak, dan beberapa organ lain seperti testis, dibatasi oleh
aksi protein transporter obat seperti P-glikoprotein. Protein ini secara aktif
membawa obat keluar dari sel-sel ketika obat berdifusi secara pasif. Obat
yang termasuk inhibitor transporter dapat meningkatkan penyerapan
substrat obat ke dalam otak, yang dapat meningkatkan efek samping CNS.
c. Interaksi pada metabolisme obat
-
Perubahan pada metabolisme fase pertama
Beberapa metabolisme obat terjadi di dalam serum, ginjal, kulit dan usus,
tetapi proporsi terbesar dilakukan oleh enzim yang ditemukan di membran
retikulum endoplasma sel-sel hati. Ada dua jenis reaksi utama
metabolisme obat. Yang pertama, reaksi tahap I (melibatkan oksidasi,
reduksi atau hidrolisis) obat-obatan menjadi senyawa yang lebih polar.
Sedangkan reaksi tahap II melibatkan terikatnya obat dengan zat lain
(misalnya asam glukuronat, yang dikenal sebagai glukuronidasi) untuk
membuat senyawa yang tidak aktif. Mayoritas reaksi oksidasi fase I
dilakukan oleh enzim sitokrom P450.
-
Induksi Enzim
Ketika barbiturat secara luas digunakan sebagai hipnotik, perlu terus
dilakukan peningkatan dosis seiring waktu untuk mencapai efek hipnotik
yang sama, alasannya bahwa barbiturat meningkatkan aktivitas enzim
mikrosom sehingga meningkatkan laju metabolisme dan ekskresinya.
-
Inhibisi enzim
Inhibisi enzim menyebabkan berkurangnya metabolisme obat, sehingga
obat terakumulasi di dalam tubuh. Berbeda dengan induksi enzim, yang
mungkin memerlukan waktu beberapa hari atau bahkan minggu untuk
berkembang sepenuhnya, inhibisi enzim dapat terjadi dalam waktu 2
sampai 3 hari, sehingga terjadi perkembangan toksisitas yang cepat. Jalur
metabolisme yang paling sering dihambat adalah fase I oksidasi oleh
isoenzim sitokrom P450. Signifikansi klinis dari banyak interaksi inhibisi
enzim tergantung pada sejauh mana tingkat kenaikan serum obat. Jika
5
serum tetap berada dalam kisaran terapeutik interaksi tidak penting secara
klinis.
-
Faktor genetik dalam metabolisme obat
Peningkatan pemahaman genetika telah menunjukkan bahwa beberapa
isoenzim sitokrom P450 memiliki polimorfisme genetik, yang berarti
bahwa beberapa dari populasi memiliki varian isoenzim yang berbeda
aktivitas. Kemampuan yang berbeda dalam metabolisme obat-obatan
tertentu dapat menjelaskan mengapa beberapa pasien berkembang
mengalami toksisitas ketika diberikan obat sementara yang lain bebas dari
gejala.
-
Interaksi isoenzim sitokrom P450 dan obat yang diprediksi
Siklosporin dimetabolisme oleh CYP3A4, rifampisin menginduksi
isoenzim ini, sedangkan ketokonazol menghambatnya, sehingga tidak
mengherankan bahwa rifampisin mengurangi efek siklosporin sementara
ketokonazol meningkatkannya.
d. Interaksi pada ekskresi obat
-
Perubahan pH urin
Pada nilai pH tinggi (basa), obat yang bersifat asam lemah (pKa 3-7,5)
sebagian besar terdapat sebagai molekul terionisasi larut lipid, yang tidak
dapat berdifusi ke dalam sel tubulus dan karenanya akan tetap dalam urin
dan dikeluarkan dari tubuh. Sebaliknya, basa lemah dengan nilai pKa 7,5
sampai 10,5. Dengan demikian, perubahan pH yang meningkatkan jumlah
obat dalam bentuk terionisasi, meningkatkan hilangnya obat.
-
Perubahan ekskresi aktif tubular renal
Obat yang menggunakan sistem transportasi aktif yang sama di tubulus
ginjal dapat bersaing satu sama lain dalam hal ekskresi.
-
Perubahan aliran darah renal
Aliran darah melalui ginjal dikendalikan oleh produksi vasodilator
prostaglandin ginjal. Jika sintesis prostaglandin ini dihambat, ekskresi
beberapa obat dari ginjal dapat berkurang.
2. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang
memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama.
Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat6
obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat
diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi
(BNF 58, 2009).
Menurut Stockley (2008), interaksi farmakodinamik terbagi atas :
a. Interaksi aditif atau sinergis
Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama diberikan
bersamaan efeknya bisa bersifat aditif. Sebagai contoh, alkohol menekan SSP,
jika diberikan dalam jumlah sedang dosis terapi normal sejumlah besar obat
(misalnya ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain), dapat menyebabkan mengantuk
berlebihan. Kadang-kadang efek aditif menyebabkan toksik (misalnya aditif
ototoksisitas, nefrotoksisitas, depresi sumsum tulang dan perpanjangan
interval QT).
b. Interaksi antagonis atau berlawanan
Berbeda dengan interaksi aditif, ada beberapa pasang obat dengan
kegiatan yang bertentangan satu sama lain. Misalnya kumarin dapat
memperpanjang waktu pembekuan darah yang secara kompetitif menghambat
efek vitamin K. Jika asupan vitamin K bertambah, efek dari antikoagulan oral
dihambat
dan
waktu
protrombin
dapat
kembali
normal,
sehingga
menggagalkan manfaat terapi pengobatan antikoagulan.
2.2 Obat Kardiovaskuler
2.2.1 Definisi
Obat kardiovaskuler merupakan obat yang digunakan untuk kelainan jantung
dan pembuluh darah (Suparyanto, 2010).
2.2.2 Klasifikasi
Menurut
Suparyanto
(2010),
yang
termasuk
dalam
golongan
obat
kardiovaskuler yaitu:
1. Obat Antiangina
2. Obat Antiaritmia
3. Obat Glikosida
4. Obat Antihipertensi
7
Dimana obat-obat yang umum digunakan, yaitu:
1. Golongan Nitrat organic
-
Contoh obat
Nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat, amil nitrit inhalasi, penta
eritritol tetranitrat.
-
Cara kerja obat
1) Setelah dimetabolisme nitrat organik menjadi aktif dan mengeluarkan
nitrogen monoksida (NO, endothelial derived relaxing factor/EDRF) yang
menstimulasi guanilat siklase menyebabkan kadar c-GMP meningkat
sehingga terjadi vasodilatasi yang bersifat non endothelium-dependent.
2) Terjadi vasodilatasi endothelium-dependent dimana akibat pemberian
nitrat organik dilepaskan prostasiklin dari endotelium yang bersifat sebagai
vasodilator.
-
Efek samping
Sakit kepala, hipotensi, meningkatnya daerah ischaemia.
-
Indikasi
Angina pectoris, gagal jantung kongestif, infark jantung.
2. Golongan Beta bloker
-
Contoh obat
Propanolol, alprenolol, oksprenolol, metoprolol, bisoprolol,
asebutolol,
pindolol, nadolol, atenolol.
-
Cara kerja obat
1) Menghambat pengaruh epinefrin yang menyebabkan frekuensi denyut
jantung menurun.
2) Meningkatkan supply oksigen miokard sehingga menyebabkan perfusi
subendokard meningkat.
3) Hambatan sekresi renin melalui hambatan reseptor beta-1 di ginjal.
-
Efek samping
Akibat efek farmakologisnya : bradikardi, blok AV, gagal jantung,
bronkospasme.
Saluran cerna : mual, muntah, diare, konstipasi.
Sentral : mimpi buruk, insomnia, halusinasi, rasa capai, pusing, depresi.
Alergi : rash, demam, purpura
Dosis lebih : hipotensi, bradikardi, kejang, depresi.
8
-
Indikasi
Angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, kardiomiopati obstruktif
hipertropik,
feokromositoma
(takikardi
dan
aritmia
akibat
tumor),
tirotoksikosis, migren, glaukoma, ansietas.
3. Golongan Calsium antagonis
-
Contoh obat
Dihidropiridin : nifedipin, nikardipin, felodipin, amlodipin.
Difenilalkilamin : verapamil, galopamil, tiapamil.
Benzotizepin: diltiazem.
Piperazin : sinarizin, flunarizin.
Lain-lain : prenilamin, perheksilin.
-
Cara kerja obat
1) Vasodilatasi koroner dan perifer.
2) Penurunan kontraktilitas jantung.
3) Penurunan automatisitas serta kecepatan konduksi pada nodus SA dan AV.
4) menghambat masuknya kalsium kedalam membran sel (sarkolema)
sehingga kontraksi menurun menyebabkan tekanan darah menurun.
-
Efek Samping
Nyeri kepala berdenyut, muka merah, pusing, edema perifer, hipotensi,
takikardia, kelemahan otot, mual, konstipasi, gagal jantung, syok kardiogenik.
4. Glikosida Jantung
-
Contoh obat
Lanatosid C (cedilanid), digoksin, beta-metildigoksin.
-
Cara kerja obat
1) Mempermudah masuknya kalsium dari tempat penyimpananya di
sarcolema kedalam sel sehingga mempermudah kontraksi.
2) Menghambat kerja Na-K-ATP-ase sehingga ion kalsium didalam sel
menurun menyebabkan aritmia.
-
Efek samping
-
Indikasi
5. Golongan Diuretik
-
Contoh obat
Diuretik tiazid : hidroklorotiazid, klortalidon, bendroflumetiazid, indapamid,
xipamid.
9
Diuretik kuat : furosemid.
Diuretik hemat kalium : amilorid, spironolakton.
-
Cara kerja
Meningkatkan ekskresi Na, Cl dan air sehingga mengurangi volume plasma
dan cairan ekstrasel menyebabkan tekanan darah menurun.
-
Efek samping
Hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia, hiperuresemia, hiperkalsemia,
hiperglikemia, hiperkolesterolemia, dan hipertrigliseridemia.
6. Golongan Alfa bloker
-
Contoh obat
Doxazosin, prazosin, terazosin, bunazosin.
-
Cara kerja obat
Menghambat reseptor alfa-1 di pembuluh darah terhadap efek vasokontriksi
nor-epinefrin dan epinefrin sehingga terjadi dilatasi arteriole dan vena
menyebabkan tekanan darah menurun.
-
Efek samping
Hipotensi ortostatik (pada dosis awal besar), sakit kepala, palpitasi, rasa lelah,
udem perifer, hidung tersumbat, nausea.
7. Golongan ACE Inhibitor
-
Contoh obat
Kaptopril, lisinopril, enalapril, benazepril, delapril, fosinopril, kinapril,
perindopril, ramipril, silazapril.
-
Cara kerja obat
Menghambat
pembentukan angiotensin sehingga terjadi vasodilatasi dan
penurunan sekresi aldosteron, ekskresi natrium dan air serta retensi K dan
menyebabkan penurunan tekanan darah.
-
Efek samping
Batuk kering, rash, gangguan pengecap (disgeusia), hiperkalemia.
8. Golongan Adrenolitik Sentral
-
Contoh obat
Metildopa, klonidin, guanfasin.
-
Cara kerja obat
Menghambat perangsangan neuron adrenergik di SSP sehingga denyut jantung
menjadi lambat dan tekanan darah menurun.
10
-
Efek samping
Klonidin: mulut kering, sedasi.
Metildopa: mulut kering, sedasi, hipotensi postural, pusing, sakit kepala.
9. Golongan Penghambat Saraf Adrenergik
-
Contoh obat
Reserpin, rauwolfia (akar), guanetidin, guanadrel.
-
Cara kerja obat
Mengurangi resistensi perifer, denyut jantung dan curah jantung sehingga
menyebabkan tekanan darah turun.
-
Efek samping
Bradikardi, mulut kering, diare, mual, muntah, anoreksia, bertambahnya nafsu
makan, hiperasiditas lambung, mimpi buruk, depresi mental, disfungsi
seksual.
10. Golongan Vasodilator
-
Contoh obat
Hidralazin, minoksidil, diazoksid, Na nitroprusid.
-
Cara kerja obat
Merelaksasi otot polos sehingga terjadi vasodilatasi dan tekanan darah turun.
-
Efek samping
Retensi Na dan air, sakit kepala, takikardi.
2.3 Interaksi Obat Kardiovaskuler
Berikut ini adalah contoh obat-obat kardiovaskuler yang dapat berinteraksi
1. Obat Angina/aritmia - Beta bloker
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya
hipotensi postural dengan gejala : pusing, lemah, pingsan serta kejang atau syok. Obat
beta bloker diberikan pada pasien angina, untuk menormalkan kembali denyut jantung
dan untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
2. Obat angina/antiaritmia - Diuretika
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya :
pusing, lemah, pingsan serta kejang atau syok.
3. Obat angina/aritmia - Obat tekanan darah tinggi
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah terlalu rendah. Akibatnya : pusing,
lemah pingsan serta kejang atau syok.
11
4. Obat angina - Alkohol (bir, minuman keras, anggur, dll)
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya :
hipotensi postural dengan gejala yang menyertai : pusing, lemah, pingsan serta kejang
atau syok. Interaksi ini dapat diperkecil dengan mengurangi minum alkohol.
5. Obat angina - Vasodilator
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya :
hipotensi postural dengan gejala yang menyertainya : pusing, lemah, pingsan serta
kejang atau syok.
6. Antiaritmia - Antidepresan (jenis siklik)
Kombinasi ini dapat menimbulkan efek merugikan pada jantung. Akibatnya :
kemungkinan terjadi aritmia jantung.
Cat: antidepresan trazadon (Desyrel) tidak berinteraksi.
7. Disopiramida - Fenitoin
Efek disopiramida dapat berkurang. Akibatnya : denyut jantung yang tidak teratur dan
tidak dapat dikendalikan dengan baik.
8. Prokainamida - Antasida
Efek prokainamida dapat meningkat. Akibatnya : dapat menurunkan tekanan darah,
menyumbat jantung (mengurangi transmisi saraf yang dibutuhkan untuk denyut
jantung yang teratur), atau menyebabkan ketidakteraturan denyut jantung yang sangat
berbahaya (fibrilasi ventricular).
9. Kuinidin - Antasida
Efek kuinidin dapat meningkat. Akibatnya : dapat menurunkan tekanan darah,
menyumbat jantung (mengganggu transmisi saraf yang dibutuhkan untuk denyut
jantung yang teratur), atau menyebabkan ketidakteraturan denyut jantung yang sangat
berbahaya (fibrilasi ventricular).
10. Kinidin - Antikoagulan
Efek antikoagulan dapat meningkat. Antikoagulan digunakan untuk mengencerkan
serta mencegah pembekuan darah. Akibatnya : risiko perdarahan meningkat. Gejala
yang dilaporkan antara lain memar atau perdarahan pada bagian tubuh, tinja jitam
pekat.
11. Kuinidin - Barbiturat
Efek kinidin dapat meningkat. Akibatnya : denyut jantung yang tak teratur dan tak
dapat dikendalikan dengan baik.
12. Kinidin - Digoksin (Lanoxin)
12
Efek digoksin dapat meningkat. Digoksin digunakan untuk mengobati laju jantung
serta menormalkan kembali denyut jantung yang tidak teratur. Akibatnya : mungkin
terjadi efek samping merugikan akibat kadar digoksin yang terlalu tinggi. Gejala yang
dilaporkan adalah mual, gangguan penglihatan, sakit kepala, tidak bertenaga, kurang
nafsu makan, bingung, bradikardi atau takikardi, aritmia jantung.
13. Kuinidin - Fenitoin
Efek kinidin dapat berkurang. Akibatnya : denyut jantung yang tidak teratur dan tidak
dapat dikendalikan dengan baik.
14. Beta bloker - Alkohol
Kombinasi ini dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang drastis. Akibatnya :
hipotensi postural dengan gejala yang menyertai : pusing, lemah, pingsan serta kejang
atau syok. Interaksi ini dapat diperkecil dengan mengurangi minum alkohol.
15. Beta bloker - Amfetamin
Efek beta bloker dihambat. Akibatnya : kelainan yang dapat ditangani dengan beta
bloker tidak dapat dikendalikan dengan baik. Kombinasi ini dapat pula secara paradox
menaikkan tekanan darah yang membahayakan dengan gejala seperti demam, sakit
kepala dan gangguan penglihatan.
16. Beta bloker - Antasida
Efek beta bloker dapat berkurang. Akibatnya tidak tercapai efek terapi.
17. Beta bloker - Antidepresan (Jenis MAO)
Kombinasi ini dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang berarti. Gejala yang
dilaporkan adalah denyut jantung yang tidak beraturan, demam, sakit kepala,
gangguan penglihatan.
18. Beta bloker - Antidepresan (Jenis Siklik)
Efek beta bloker dapat berkurang. Akibatnya : kondisi jantung tidak dapat
dikendalikan dengan baik.
19. Beta bloker - Antipsikotik
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah dan efek beta
bloker meningkat. Gejala penurunan tekanan darah yang dilaporkan adalah pusing,
lemah, pingsan sementara gejala yang dilaporkan akibat peningkatan efek beta bloker
adalah bradikardi, lelah, aritmia jantung, napas berdengik seperti pada asma atau sulit
bernapas.
13
20. Beta bloker - Teofilin
Efek teofilin terhadap asma akan terhambat. Akibatnya : saluran bronkus tidak dapat
terbuka cukup lebar untuk penanggulangan serangan asma.
21. Beta bloker - Barbiturat
Efek beta bloker dapat berkurang. Akibatnya : tidak tercapai efek terapi.
22. Beta bloker - Sediaan flu/batuk yang mengandung pelega hidung
Efek beta bloker dihambat. Akibatnya : tidak tercapai efek terapi. Dalam hal ini
sediaan pelega hidung dapat diserap kedalam aliran darah dan menyebabkan interaksi.
23. Beta bloker - Obat Diabetes
Kombinasi ini dapat meningkatkan atau mengurangi efek obat diabetes. Akibatnya
jika efek obat meningkat yaitu kadar gula dalam darah dapat turun drastis, gejala
hipoglikemia yang dilaporkan : berkeringat, gelisah, pingsan, lelah, bingung, aritmia
jantung, takikardi, nanar dan gangguan penglihatan. Jika efek obat berkurang kadar
gula darah akan tetap tinggi dan gejala hiperglikemia yang dilaporkan : sering haus,
sering berkemih, berat badan berkurang, lapar, letargi, mengantuk dan nanar.
24. Beta bloker - Pil pelangsing (obat bebas) yang mengandung fenilpropanolamin
Efek beta bloker mungkin akan dihambat. Akibatnya : kondisi yang dapat ditangani
oleh beta bloker tidak dapat dikendalikan dengan baik. Fenilpropanolamin adalah
pelega hidung yang merupakan komponen utama dalam pil pelangsing yang dijual
bebas karena efek sampingnya yang dapat menekan nafsu makan.
25. Beta bloker - Vasodilator
Kombinasi ini dapat menyebabkan penurun tekanan darah yang drastis. Akibatnya :
hipotensi postural dengan gejala yang menyertai : pusing, lemah, pingsan serta kejang
atau syok.
26. Obat Digitalis - Amfetamin
Kombinasi ini dapat menimbulkan aritmia jantung.
27. Obat Digitalis - Obat asma (Golongan Epinefrin)
Kombinasi ini dapat menimbulkan aritmia jantung.
28. Obat Digitalis - Sediaan flu/batuk yang mengandung pelega hidung
Kombinasi ini dapat menimbulkan aritmia jantung. Sediaan pelega hidung dapat
diserap kedalam aliran darah dan menyebabkan interaksi.
29. Obat Digitalis - Diuretik
Kombinasi ini dapat merugikan jantung. Diuretik mengurangi kelebihan cairan tubuh
dan digunakan pada laju jantung dan tekanan darah tinggi. Umumnya diuretik
14
mengurangi kadar kalium dalam tubuh. Kurangnya kalium menyebabkan jantung
menjadi sensitif terhadap digitalis dan resiko keracunan digitalis dapat meningkat
dengan gejala : mual, bingung, gangguan penglihatan, sakit kepala, kurang nafsu
makan, bradikardi, takikardi dan aritmia jantung.
30. Obat Digitalis - Pencahar
Kombinasi ini dapat merugikan jantung. Pencahar mengurangi kelebihan cairan tubuh
dan digunakan pada laju jantung dan tekanan darah tinggi. Umumnya diuretik
mengurangi kadar kalium dalam tubuh. Kurangnya kalium menyebabkan jantung
menjadi sensitif terhadap digitalis dan resiko keracunan digitalis dapat meningkat
dengan gejala : mual, bingung, gangguan penglihatan, sakit kepala, kurang nafsu
makan, bradikardi, takikardi dan aritmia jantung.
31. Digitoksin - Barbiturat
Efek digitoksin dapat berkurang. Akibatnya kondisi jantung yang ditangani dengan
digitoksin tidak dapat dikendalikan dengan baik.
32. Digoksin (Lanoxin) - Antasida
Efek digoksin dapat berkurang. Akibatnya kondisi jantung yang ditangani dengan
digitoksin tidak dapat dikendalikan dengan baik.
33. Digoksin (Lanoxin) - Metildopa
Kombinasi ini dapat merugikan jantung.
34. Digoksin (Lanoxin) - Antibiotik Tetrasiklin
Efek digoksin dapat meningkat. Akibatnya resiko terjadinya efek samping menjadi
lebih besar. Gejala yang dilaporkan : mual, bingung, gangguan penglihatan, sakit
kepala, lesu, kurang nafsu makan, bradikardi, takikardi dan aritmia jantung.
35. Obat jantung pemblok kalsium - Beta bloker
Kombinasi ini dapat merugikan jantung. Penggunaan secara bersamaan harus
dimonitoring.
36. Digoksin - Beta Bloker
Efek digoksin dapat meningkat.
37. Digoksin - Pemblok Kalsium
Efek digoksin dapat meningkat (Medicafarma, 2011).
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu :
1. Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drugrelated problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang
dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika
farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu
atau lebih zat yang berinteraksi.
2. Obat kardiovaskuler merupakan obat yang digunakan untuk kelainan jantung dan
pembuluh darah.
3. Obat-obat yang dapat berinteraksi dengan obat kardiovaskuler yakni obat yang
termasuk sesama golongan obat kardiovaskuler maupun obat-obatan lain, seperti: obat
yang bekerja di sistem saraf pusat, obat gastritis, obat pencahar, antibiotik, obat
diabetes mellitus serta obat asma.
16
Download