Uploaded by difa9e09

LAPORAN SOAL HACCP PEPES AYAM BUMBU KUNING

advertisement
LAPORAN KEPANITERAAN UMUM
HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point)
Kelompok 3:
Difa Sabila Khaerani
(1607026009)
Laelatulfitri
(1607026010)
Wahyu Tri Agustina
(1607026011)
Mutia Virliana Hidayat
(1607026012)
Maharotul Faiqoh
(1607026047)
Nanda Nurul Chamida
(1607026048)
Veramia Ayu Windiyani
(1607026049)
Naily Fauziyah
(1607026050)
PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantinatikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan laporan sebagai tugas kepaniteraan umum HACCP (Hazard Analysis and Critical
Control Point).
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi
laporan yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
kami Ibu Dwi Hartanti, S. Gz., M. Gizi yang telah membimbing kami dan beberapa pihak yang
ikut mensukseskan pembuatan laporan ini
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrokatuh.
Semarang, 15 Juli 2019
ii
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN
KEPANITERAAN UMUM HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point)
1. Judul
: Laporan Kepaniteraan Umum HACCP (Hazard Analysis
and Critical Control Point)
2. Penyusun
Nama/NIM
Semester/Tahun
: Kelompok 3
:
Difa Sabila Khaerani
1607026009
Laelatul Fitri
1607026010
Wahyu Tri Agustina
1607026011
Mutia Virliana Hidayat
1607026012
Maharotul Faiqoh
1607026047
Nanda Nurul Chamidah
1607026048
Veramia Ayu Windiyani
1607026049
Naily Fauziyah
1607026050
: VI / 2018-2019
3. Program Studi
: Gizi
4. Lokasi Kegiatan
:
5. Waktu Kegiatan
:
Laporan Kepaniteraan Umum HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point)
telah dipresentasikan.
Semarang,
Juli 2019
Dosen Pembimbing
Dwi Hartanti, S. GZ, M. Giz
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2. Tujuan.............................................................................................................2
1.3. Manfaat ...........................................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HACCP ...........................................................................................................3
2.1.1 Pengertian HACCP................................................................................3
2.1.2 Prinsip HACCP .................................................................................... 4
2.1.3 Tujuan HACCP .....................................................................................4
2.1.4 Penerapan HACCP ................................................................................5
2.2. Tinjauan Bahan Makanan ...............................................................................10
BAB III
HASIL PENERAPAN HACCP
3.1 Analisa Masalah ..............................................................................................19
3.2 Penetapan Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis .............................19
3.2.1 Deskripsi Produk Pangan ......................................................................19
3.2.2 Identifikasi Penggunaan Produk ............................................................24
3.2.3 Bagan Alir Proses Produksi “Pepes Ayam Bumbu Kuning” ................26
3.2.4 Tahapan HACCP ...................................................................................28
3.2.4.1 Identifikasi Bahaya dan Analisis Bahay setiap Tahap Proses
Pembuatan .............................................................................................28
3.2.4.2 Decision Tree/Pohon Keputusan CCP Produk Pepes Ayam Bumbu
Kuning...................................................................................................30
3.2.5 Tabel Penerapan HACCP ......................................................................32
iv
BAB IV
PEMBAHASAN ...................................................................................................34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................39
5.2 Saran ................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................41
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak asasi
setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan adalah unsur terpenting
dalam menentukan derajat kesehatan seseorang, dan memenuhi kebutuhan hidup,
tetapi makanan juga dapat menjadi sumber penularan penyakit (Priyanto, 2008).
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem yang
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya-bahaya yang signifikan
dalam keamanan pangan. HACCP menjadi begitu penting sebagai suatu komponen
dari cara produksi.
Secara umum HACCP digunakan untuk menetapkan suatu
bingkai atau sistem untuk menjalankan bagaimana implementasi dari prosedur
HACCP di setiap sektor yang dapat digunakan untuk mengembangkan jaminan
setiap rantai penyediaan mulai dari prosedur penyediaan pangan mentah atau proses
penyediaan makanan sampai ke konsumen (Spiegel, 2003).
Pepes ayam merupakan produk olahan daging secara tradisional yang dibalur
dengan bumbu yang kemudian dibungkus daun pisang dan dikukus. Pepes menjadi
salah satu produk yang sehat karena diolah dengan cara pengukusan dan
menggunakan bumbu dari rempah-rempah. Pengukusan dilakukan untuk tujuan
menonaktifkan enzim tetapi tidak membunuh mikroba. Kondisi enzim yang tidak
aktif dapat mencegah perubahan warna, cita rasa, atau nilai gizi yang tidak
dikehendaki selama proses penyimpanan. Rempah-rempah dimanfaatkan sebagai
bahan pengawet makanan, termasuk untuk daging. Aktivitas rempah-rempah sebagai
pengawet disebabkan karena berfungsi sebagai antioksidan dan antimikroba,
misalnya bawang putih, dan daun jeruk dapat menekan pertumbuhan Escherichia
coli pada daging (Mely, 2015).
Dalam laporan ini akan disajikan tentang penerapan HACCP berupa penetapan
analisis bahaya dan pengendalian titik kritis pada proses produk “Pepes Ayam
Bumbu Kuning”.
1
1.2
Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi bahaya mikrobiologi, kimia, fisik pada pepes ayam bumbu
kuning melalui penerapan prinsip prinsip HACCP (Hazard Analysis and Critical
Control Point) di Instalasi Gizi Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi potensi bahaya mikrobiologi pada bahan baku pepes ayam
bumbu kuning.
b. Menentukan titik kendali kritis untuk bahaya mikrobiologi pada pengolahan
pepes ayam bumbu kuning.
c. Menentukan penetapan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point)
di Instalasi Gizi Rumah Sakit.
1.3
Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
a. Memberikan informasi mengenai evaluasi bahaya mikrobiologi pada pepes
ayam bumbu kuning melalui penerapan prinsip prinsip HACCP (Hazard
Analysis and Critical Control Point) di Instalasi Gizi Rumah Sakit
b. Sebagai pertimbangan untuk meningkatkan pengetahuan perilaku higiene
sanitasi penjamah makanan dalam mengolah makanan sehingga makanan
dijamin aman untuk dikonsumsi pasien
2. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan rekomendasi untuk
dikembangkan terkait pentingnya penerapan HACCP di Rumah Sakit untuk
mengurangi ancaman bahaya pada makanan sehingga aman untuk dikonsumsi
pasien.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi bahwa mikrobia dapat tumbuh dan berkembang biak di
banyak tempat dan kondisi sehingga dibutuhkan perlakuan khusus untuk
mengurangi ancaman bahaya mikrobiologi dengan pendekatan prinsip-prinsip
HACCP.
2
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
2.1 HACCP
2.1.1 Pengertian HACCP
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem
jaminan keamanan pangan yang mendasarkan kepada suatu kesadaran bahwa
bahaya (hazard) berpeluang timbul pada berbagai titik atau tahap produksi, dan
harus dikendalikan untuk mencegah terjadinya bahaya-bahaya tersebut. Kunci
utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan yang
mengutamakan kepada tindakan pencegahan dan tidak mengandalkan kepada
pengujian produk akhir.
Dengan demikian dalam sistem HACCP, bahan/materi yang dapat
membahayakan keselamatan manusia atau yang merugikan ataupun yang dapat
menyebabkan produk makanan menjadi tidak disukai; diidentifikasi dan diteliti
dimana kemungkinan besar terjadi kontaminasi/pencemaran atau kerusakan
produk makanan mulai dari penyediaan bahan baku, selama tahapan proses
pengolahan bahan sampai distribusi dan penggunaannya. Kunci utama HACCP
adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik kendali kritis.
Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan yang
tanpa
resiko
atau
zero-risk.
Akan
tetapi,
HACCP
dirancang
untuk
meminimumkan risiko bahaya keamanan pangan dalam suatu proses produksi
pangan. Sistem HACCP juga merupakan suatu alat manajemen risiko yang
digunakan untuk melindungi rantai pasokan pangan dan proses produksi terhadap
kontaminasi bahaya-bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik.
Sistem HACCP dapat dikatakan pula sebagai alat pengukur atau
pengendali yang memfokuskan perhatiannya pada jaminan keamanan pangan,
terutama sekali untuk mengeliminasi adanya bahaya (hazard) yang berasal dari
bahaya mikrobiologi (biologi), kimia dan fisika dengan cara mencegah dan
mengantisipasi terlebih dahulu daripada memeriksa/menginspeksi saja.
3
2.1.2 Prinsip HACCP
Sistem HACCP terdiri dari tujuh prinsip sebagai berikut :
Prinsip 1
Melaksanakan analisa bahaya
Prinsip 2
Menentukan Titik Kendali Kritis (CCPs)
Prinsip 3
Menetapkan batas kritis
Prinsip 4
Menetapkan sistem untuk memantau pengendalian TKK (CCP)
Prinsip 5
Menetapkan
tindakan
perbaikan untuk dilakukan jika hasil pematauan
menunjukkan bahwa suatu titik kendali kritis tertentu tidak dalam kendali.
Prinsip 6
Menetapkan prosedur verifikasi untuk memastikan bahwa sistem HACCP
bekerja secara efektif.
Prinsip 7
Menetapkan dokumentasi mengenai semua prosedur dan catatan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip sistem HACCP dan penerapannya.
2.1.3 Tujuan HACCP
Tujuan dan sasaran HACCP adalah memperkecil kemungkinan adanya
kontaminasi mikroba pathogen dan memperkecil potensi mereka untuk tumbuh
dan berkembang. Oleh karena itu, secara individu setiap produk dan sistem
pengolahannya dalam industri pangan harus mempertimbangkan rencana
pengembangan HACCP. Dengan demikian, setiap produk dalam industri pangan
yang dihasilkannya akan mempunyai konsep rencana penerapan HACCP-nya
masing-masing disesuaikan dengan sistem produksinya.
4
2.1.4 Penerapan HACCP
Sistem HACCP dapat diterapkan dalam rantai produksi pangan sejak
mulai dari produsen bahan baku utama pangan (pertanian, peternakan),
penanganan, pengolahan, distribusi, pemasaran hingga sampai kepada pengguna
akhir (konsumen). Keberhasilan dalam penerapan HACCP membutuhkan
tanggung jawab penuh dan keterlibatan manajemen serta tenaga kerja yang
terlibat dalam suatu rantai produksi pangan. Keberhasilan penerapan HACCP juga
membutuhkan pendekatan tim, tim ini harus terdiri dari tenaga ahli yang tepat.
Penerapan HACCP di industri pangan bersifat spesifik untuk setiap jenis
produk, setiap proses, dan setiap pabrik. Disamping itu diperlukan prasyarat dasar
berupa penerapan GMP (Good Manufacturing Practice) dan SSOP (Sanitation
Standard Operating Procedures). Faktor penting untuk suksesnya penerapan
HACCP dalam industri pangan adalah sangat ditentukan oleh komitmen
manajemen untuk menyediakan makanan aman.
Penerapan prinsip-prinsip HACCP terdiri dari tugas-tugas berikut
sebagaimana terlihat pada tahap-tahap penerapan HACCP sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim HACCP
Operasi pangan harus menjamin bahwa pengetahuan dan keahlian
spesifik produk tertentu tersedia untuk pengembangan rencana HACCP
yang efektif. Secara optimal, hal tersebut dapat dicapai dengan
pembentukan sebuah tim dari berbagai disiplin ilmu. Apabila beberapa
keahlian tidak tersedia, diperlukan konsultan dari pihak luar. Adapun
lingkup dari program HACCP harus diidentifikasi. Lingkup tersebut harus
menggambarkan segmen-segmen mana saja dari rantai pangan tersebut
yang terlibat dan penjenjangan secara umum bahaya-bahaya yang
dimaksudkan (yaitu meliputi semua jenjang bahaya atau hanya jenjang
tertentu).
2. Deskripsi Produk
Penjelasan lengkap dari produk harus dibuat termasuk informasi
mengenai komposisi, struktur fisika/kimia (termasuk Aw, pH, dll.),
5
perlakuan-perlakuan mikrosidal/statis (seperti perlakuan pemanasan,
pembekuan, penggaraman, pengasapan, dll), pengemasan, kondisi
penyimpanan dan daya tahan serta metoda pendistribusiannya.
3. Identifikasi Rencana Penggunaan
Rencana penggunaan harus didasarkan pada kegunaan-kegunaan
yang diharapkan dari produk oleh pengguna produk atau konsumen.
Dalam hal-hal tertentu, kelompok-kelompok populasi yang rentan, seperti
yang menerima pangan dari institusi, mungkin perlu dipertimbangkan.
4. Penyusunan Bagan Alir
Bagan alir harus disusun oleh tim HACCP. Dalam diagram alir
harus memuat semua tahapan dalam operasional produksi. Bila HACCP
diterapkan pada suatu operasi tertentu, maka harus dipertimbangkan
tahapan sebelum dan sesudah operasi tersebut.
5. Konfirmasi Bagan Alir
Tim
HACCP
sebagai
penyusun
bagan
alir
harus
mengkonfirmasikan operasional produksi dengan semua tahapan dan jam
operasi serta bilamana perlu mengadakan perubahan bagan alir.
6. Pencatatan semua bahaya potensial yang berkaitan dengan setiap
tahapan, pengadaan suatu analisa bahaya dan menyarankan berbagai
pengukuran
untuk
mengendalikan
bahaya-bahaya
yang
teridentifikasi (lihat Prinsip 1)
Tim HACCP harus membuat daftar bahaya yang mungkin terdapat
pada tiap tahapan dari produksi utama, pengolahan, manufaktur dan
distribusi hingga sampai pada titik konsumen saat konsumsi.
Dalam mengadakan analisis bahaya, apabila mungkin seyogyanya
dicakup hal- hal sebagai berikut :
6
 kemungkinan timbulnya bahaya dan pengaruh yang merugikan
terhadap kesehatan;
 evaluasi secara kualitatif dan/atau kuantitatif dari keberadaan
bahaya;
 perkembangbiakan dan daya tahan hidup mikroorganismemikroorganisme tertentu;
 produksi terus menerus toksin-toksin pangan, unsur-unsur fisika
dan kimia; dan
 kondisi-kondisi yang memacu keadaan di atas.
Tim HACCP harus mempertimbangkan tindakan pengendalian,
jika ada yang dapat dilakukan untuk setiap bahaya.
7. Penentuan TKK (CCP) (Lihat Prinsip 2)
Untuk mengendalikan bahaya yang sama mungkin terdapat lebih
dari satu TKK pada saat pengendalian dilakukan. Penentuan dari TKK
pada sistem HACCP dapat dibantu dengan menggunakan Pohon
keputusan yang menyatakan pendekatan pemikiran yang logis (masuk
akal). Penerapan dari pohon keputusan harus fleksibel, tergantung apakah
operasi tersebut produksi, penyembelihan, pengolahan, penyimpanan,
distribusi atau lainnya. Pohon keputusan ini mungkin tidak dapat
diterapkan pada setiap TKK. Contoh-contoh pohon keputusan mungkin
tidak dapat diterapkan pada setiap situasi. Pendekatan-pendekatan lain
dapat digunakan. Dianjurkan untuk mengadakan pelatihan dalam
penggunaan pohon keputusan.
Jika suatu bahaya telah teridentifikasi pada suatu tahap dimana
pengendalian penting untuk keamanan, dan tanpa tindakan pengendalian
pada tahap tersebut, atau langkah lainnya, maka produk atau proses harus
dimodifikasi pada tahap tersebut, atau pada tahap sebelum atau
sesudahnya untuk memasukkan suatu tindakan pengendalian.
7
8. Penentuan batas-batas kritis (critical limits) pada tiap TKK (CCP)
(lihat Prinsip 3)
Batas-batas limit harus ditetapkan secara spesifik dan divalidasi
apabila mungkin untuk setiap TKK. Dalam beberapa kasus lebih dari satu
batas kritis akan diuraikan pada suatu tahap khusus. Kriteria yang
seringkali digunakan mencakup pengukuran-penguluran terhadap suhu,
waktu, tingkat kelembaban, pH, Aw, keberadaan chlorine, dan parameterparameter sensori seperti kenampakan visual dan tekstur.
Batas kritis harus ditentukan untuk setiap PTK. Dalam beberapa
kasus batas kritis kriteria pengukurannya antara lain suhu, waktu, tingkat
kelembaban, pH, Aw dan ketersediaan chlorine dan parameter yang
berhubungan dengan panca indra (penampakan dan tekstur).
9. Penyusunan sistem pemantauan untuk setiap TKK (CCP) (lihat
Prinsip 4)
Pemantauan merupakan pengukuran atau pengamatan terjadwal
dari TKK yang dibandingkan terhadap batas kritisnya. Prosedur
pemantauan harus dapat menemukan kehilangan kendali pada TKK.
Selanjutnya pemantauan seyogianya secara ideal memberi informasi yang
tepat
waktu
untuk
mengadakn
penyesuaian
untuk
memastikan
pengendalian proses untuk mencegah pelanggaran dari batas kritis.
Dimana mungkin, penyesuaian proses harus dilaksanakan pada saat hasil
pemantauan menunjukkan kecenderungan kearah kehilangan kendali pada
suatu TKK. Penyesuaian seyogianya dilaksanakan sebelum terjadi
penyimpangan. Data yang diperoleh dari pemantauan harus dinilai oleh
orang yang diberi tugas, berpengetahuan dan berwewenang untuk
melaksanakan tindakan perbaikan yang diperlukan. Apabila pemantauan
tidak berkesinambungan, maka jumlah atau frekuensi pemantauan harus
cukup untuk menjamin agar TKK terkendali. Sebagian besar prosedur
pemantauan untuk TKK perlu dilaksanakan secara cepat, karena
berhubungan dengan proses yang berjalan dan tidak tersedia waktu lama
8
untuk melaksanakan pengujian analitis. Pengukuran fisik dan kimia
seringkali lebih disukai daripada pengujuan mikrobiologi, karena dapat
dilaksanakan dengan cepat dan sering menunjukkan pengendalian
mikrobiologi dari produk. Semua catatan dan dokumen yang terkait
dengan kegiatan pemantauan TKK harus ditanda tangani oleh orang yang
melakukan pengamatan dan oleh petuas yang bertanggung jawab
melakukan peninjauan kembali dalam perusahaan tersebut.
10. Penetapan tindakan perbaikan (lihat Prinsip 5)
Tindakan perbaikan yang spesifik harus dikembangkan untuk
setiap TKK dalam sistem HACCP agar dapat menangani penyimpangan
yang terjadi.
Tindakan-tindakan harus memastikan bahwa CCP telah berada
dibawah kendali. Tindakan-tindakan harus mencakup disposisi yang tepat
dari produk yang terpengaruh. Penyimpangan dan prosedur disposisi
produk harus didokumentasikan dalam catatan HACCP.
11. Penetapan prosedur verifikasi (lihat Prinsip 6)
Penetapan prosedur verifikasi. Metoda audit dan verifikasi,
prosedur dan pengujian, termasuk pengambilan contoh secara acak dan
analisa, dapat dipergunakan untuk menentukan apakah sistem HACCP
bekerja
secara
benar.
Frekuensi
verifikasi
harus
cukup
untuk
mengkonfirmasikan bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif. Contoh
kegiatan verifikasi mencakup :
 Peninjauan kembali sistem HACCP dan catatannya
 Peninjauan kembali penyimpangan dan disposisi produk
 Mengkonfirmasi apakah TKK dalam kendali
12. Penetapan dokumentasi dan pencatatan (lihat Prinsip 7)
Pencatatan dan pembukuan yang efisien serta akurat adalah
penting
dalam
penerapan
9
sistem
HACCP.
Prosedur
harus
didokumentasikan. Dokumentasi dan pencatatan harus cukup memadai
sesuai sifat dan besarnya operasi.
Contoh dokumentasi :
 Analisa Bahaya
 Penentuan TKK
 Penentuan Batas Kritis
Contoh pencatatan :
 Kegiatan pemantauan Titik Kendali Kritis/TKK (CCP)
 Penyimpangan dan Tindakan perbaikan yang terkait
 Perubahan pada sistem HACCP
2.2. Tinjauan Bahan Makanan
2.2.1 Fillet Dada Ayam
Ayam fillet adalah daging ayam yang dipisahkan dari tulangnya sehingga
hanya tersisa bagian empuk dagingnya berwarna putih tulang agak krem khas
warna dalam daging ayam. Saat disentuh tekstur ayam fillet akan terasa kenyal,
berisi dan sedikit lembek. Aroma ayam fillet sama seperti daging ayam pada
umumnya, yakni sedikit amis (Dede, 2010). Ayam fillet memiliki kandungan
yang sama baiknya seperti daging ayam pada umumnya. Ayam fillet memiliki
kandungan energi, air, protein, lemak jenuh, kalsium, magnesium, seng dan
natrium. Banyak mengkonsumsi ayam fillet akan dapat mengurangi resiko
diabetes dan mengntrol tekanan darah. Ayam fillet juga berkhasiat untuk
mengurangi tumpukan kolesterol dalam tubuh (Soeparno, 2011).
2.2.2 Jeruk Nipis
Jeruk nipis (Citrus aurantiifolia atau Christm.) terutama ditanam karena
diambil buahnya untuk proses penyiapan makanan dan bahan pembuat minuman.
Jeruk nipis dikenal mempunyai kandungan vitamin C yang bermanfaat untuk
kesehatan, dan digunakan untuk menghilangkan bau amis pada ikan dan sebagai
pengempuk daging sapi atau ayam.. Buah jeruk nipis mengandung asam sitrat,
limonen, linalin asetat, geranil asetat, fellandren, dan sitral. Aroma dan rasanya
10
dapat menyegarkan buah-buahan seperti papaya dan pisang, airnya juga
mencegah apel dan pisang berwarna kecoklatan. Kulit jeruk yang diiris tipis dapat
menambah saus/rasa es krim/es puter (Prihastuti, 2008).
2.2.3 Merica
Lada, atau merica (Piper nigrum), adalah salah satu rempah penting yang
pernah menjadi faktor penarik masyarakat Eropa menjelajahi nusantara. Lada
adalah tanaman yang tumbuh subur di daerah tropik. Piper nigrum, atau lada
hitan, adalah tumbuhan memanjat, termasuk dalam famili Piperaceae. Lada
dimanfaatkan sebagai bumbu masakan karena mempunyai sifat menghangatkan
dan melancarkan peredaran darah. Secara empirik, makanan pedas yang
mengandung lada baik digunakan untuk penderita influenza. Lada baik digunakan
untuk melonggarkan saluran pernafasan. Lada banyak dimanfaatkan sebagai
tanaman obat dan kuliner (Ayam lada hitam, Kepiting lada hitam, Daging Sapi
lada hitam) (Luchman, 2015).
Kandungan nutrisi Black peppers (Piper nigrum) per 100 g
Komponen
Nilai nutrisi Persentase RDA
Energi
255 kkal
13%
Karbohidrat
64,81 g
49%
Protein
10,95 g
19.5%
Total lemak
3,26 g
11%
Kolesterol
0 mg
0%
Serat
26,5 g
69%
Choline
11,3 mg
2%
Folic acid
10 mcg
2.5%
Niacin
1,142 mg
7%
Pyridoxine
0,340 mg
26%
Riboflavin
0,240 mg
18%
Thiamin
0,109 mg
9%
11
Vitamin A
299 IU
10%
Vitamin C
21 mg
35%
Vitamin E-γ 4,56 mg
30%
Vitamin K
163,7 mcg
136%
Natrium
44 mg
3%
Kalium
1,259 mg
27%
Kalsium
437 mg
44%
Tembaga
1,127 mg
122%
Besi
28,86 mg
360%
Magnesium
194 mg
48.5%
Mangan
5,625 mg
244.5%
Fosfor
173 mg
25%
Seng
1,42 mg
13%
USDA National Nutrient data base
2.2.4 Gula Pasir
Gula merupakan bumbu dapur yang dapat memberikan rasa manis dan
bisa digunakan untuk pengawet makanan. Gula pasir diperoleh dari batang tebu,
warnanya putih dan butiran kasar. Gula pasir berwarna kecoklatan dikenal dengan
istilah demerara banyak digunkan untuk cake buah. Gula pasir dengan butiran
halus (Granulated sugar. Biasanya digunakan dalam masakan dan kue. Gula
pasir dengan butiran sangat halus sering disebut dengan caster sugar. Biasa
dipakai untuk kue yang dipanggang seperti cake atau pastry (Prihastuti, 2008).
2.2.5 Jahe
Jahe adalah herbal menahun yang ditanam untuk diambil rimpangnya. Di
Indonesia, petani mengenal tiga jenis jahe, yaitu jahe emprit (jahe putih/kuning
kecil), jahe merah dan jahe gajah (Jahe putih/kuning besar) (Rostiana et al., 2005).
Rimpang jahe sudah digunakan oleh manusia sejak lama sebagai antiinflamantori, peluruh kentut (carminative) dan mempunyai daya anti-mikrobial.
Total kekuatan antioksidan sebagaimana diukur dalam oxygen radical absorbance
12
capacity (ORAC) dari rimpang jahe adalah sebesar 14840 µmol TE/100 g. Hal ini
menjadikan jahe sebagai herba penting dalam kesehatan. Jahe merah mempunyai
kandungan minyak atsiri tertinggi dan digunakan untuk berbagai macam
pengobatan, antara lain adalah rematik, influenza, asma, masuk angin, dan radang
tenggorokan. Gingerol yang terdapat dalam rimpang jahe dapat membantu
meningkatkan motilitas intestinal dan diketahui berperan sebagai agen antiinflammatory, meredakan nyeri (analgesic), anti-piretik dan anti-bakterial.
Berbagai studi melaporkan bahwa gingerol dapat meredakan rasa mual dan dapat
menyembuhkan sakit kepala dan migraine (Thomas, 1989; Shukla & Singh,
2007).
Kandungan nutrisi rimpang Jahe (Zingiber officinale) segar per 100 g
Jenis
Nilai nutrisi Persen RDA
Energi
80 kkal
4%
Karbohidrat
17,77 g
13,5%
Protein
1,82 g
3%
Total lemak
0,75 g
3%
Kolesterol
0 mg
0%
Serat
2,0 g
5%
Folates
11 µg
3%
Niasin
0,750 mg
4,5%
Asam pantotenat 0,203 mg
4%
Piridoksin
0,160 mg
12%
Vitamin A
0 IU
0%
Vitamin C
5 mg
8%
Vitamin E
0,26 mg
1,5%
Vitamin K
0,1 µg
0%
Natrium
13 mg
1%
Kalium
415 mg
9%
Kalsium
16 mg
1,6%
Tembaga
0,226 mg
25%
13
Besi
0,60 mg
7,5%
Magnesium
43 mg
11%
Mangan
0,229 mg
10%
Fosfor
34 mg
5%
Seng
0,34 mg
3%
Sumber: USDA National Nutrient data base
2.2.6 Garam
Garam adalah kunci utama dalam masakan. Tanpa garam masakan akan
terasa hambar. Garam yang diperoleh dari hasil penguapan air laut di tambaktambak mengandung senyawa kimia Natrium Chlorida (NaCl). Garam berfungsi
sebagai penyeimbang asam basa tubuh serta aktivitas otot syaraf. Beberapa
macam garam antara lain adalah garam bata, garam berbutir sangat kasar, garam
bubuk dan garam meja yang berbutir sangat halus. Sebaiknya membeli garam
yang mengandung yodium. Fungsi garam adalah memberi rasa asin pada
masakan, memberikan rasa gurih pada masakan bercita rasa manis atau kue.
Memaksimalkan kerja ragi, membuat putih telur menjadi kaku dan tahan lama,
menguatkan cita rasa sayuran, menjaga kandungan mineral sayuran agar tidak
larut dalam air serta untuk mengawetkan makanan. Gunakan garam berukuran ½1 sdt pada masakan dengan standar 5-6 porsi (Prihastuti, 2008).
2.2.7 Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum L.) digunakan sebagai komponen resep dari
kebanyakan makanan. Bawang putih tidak ditanam di kebun agroforestri karena
membutuhkan sinar matahari yang kuat. Bagi masyarakat yang tidak menanam
bawang putih, rempah ini diperoleh dari pasar. Bawang putih sangat penting
untuk aneka ragam masakan (Luchman, 2015).
2.2.8 Bawang Merah
Bawang merah (Allium cepa L.) dimanfaatkan dalam bentuk umbi lapis
dan daun untuk keperluan pembuatan makanan. Bawang merah adalah bumbu
14
dasar bagi kebanyakan masakan yang dihidangkan. Sebelum dipakai sebagai
bumbu, bawang putih dihancurkan dengan menekan sisi pisau (dikeprek) sebelum
dirajang halus dan ditumis di penggorengan dengan sedikit minyak goreng.
Bawang putih mempunyai khasiat sebagai antibiotik alami di dalam tubuh
manusia (Prihastuti, 2008). Bawang merah mengandung beberapa komponen
esensial bagi kesehatan seperti minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin, dihidroaliin,
flavonglikosida, kuersetin, saponin (Luchman, 2015).
2.2.9 Kunyit
Kunyit adalah salah satu rempah dan herbal yang berguna karena
kandungan kurkumin yang ada dalam rimpang tanaman. Kurkumin mempunyai
daya dan sifat antiinflamantori yang kuat. Tidak seperti obat-obatan sintetik
lainnya, kurkumin tidak memberikan efek racun yang membahayatakan tubuh.
Kurkumin adalah antioksidan yang dapat melindungi sel-sel sehat, khususnya selsel yang didapatkan di kolon dari resiko kanker. Kurkumin berperan dalam
mengendalikan perkembangbiakan sel kanker dalam tubuh. Kurkumin juga
diketahui berperan dalam penurunan kolesterol dan meningkatkan kesehatan hati
(Krup et al., 2013).
Untuk pemakaian obat dalam, kunyit terkenal sebagai bahan jamu
tradisional pada masyarakat Jawa. Berbagai laporan menyatakan bahwa kunyit
digunakan sebagai obat menurunkan tekanan, darah, menurunkan panas deman,
menghilangkan bau badan, malaria, diare, dan gatal-gatal yang disebabkan oleh
cacar air. Selain itu juga sebagai pengobatan radang gusi, keputihan, dan telat
datang bulan bagai perempuan. Kunyit diketahui mujarab dalam penyembuhan
serangan Helicobacter pylori pada sistem pencernaan, dan diketahui dapat
menghambat kanker saluran pencernakan. Kurrumin dapat mengikat logam berat
seperti cadmium yang berperan dalam mereduksi toksisitas jaringan yang
disebabkan oleh logam berat. Kurkumin juga dilaporkan dapat dapat melindungi
jaringan otak (Akram et al., 2010)
15
Kadar nutrisi Kunyit Curcuma longa per 100 gr.
Komponen
Nilai nutrisi Persentase RDA
Energi
354 kkal
17%
Karbohidrat 64,9 g
50%
Protein
7,83 g
14%
Total lemak 9,88 g
33%
Kolesterol
0 mg
0%
Serat
21 g
52.5%
Folat
39 µg
10%
Niasin
5,140 mg
32%
Pyridoxine
1,80 mg
138%
Riboflavin
0,233 mg
18%
Vitamin A
0 IU
0%
Vitamin C
25,9 mg
43%
Vitamin E
3,10 mg
21%
Vitamin K
13,4 µg
11%
Natrium
38 mg
2.5%
Kalium
2,525 mg
54%
Kalsium
183 mg
18%
Tembaga
603 µg
67%
Besi
41,42 mg
517%
Magnesium
193 mg
48%
Mangan
7,83 mg
340%
Fosfor
268 mg
38%
Seng
4,35 mg
39,5%
Sumber: USDA National Nutrient data base
2.2.10 Kemiri
Kemiri merupakan tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber
minyak dan rempah-rempah. Di Pulau Jawa, kemiri juga dijadikan sebagai saus
kental yang dimakan dengan sayuran dan nasi. Haluskan kemiri saat akan
16
dimasak. Ketika dicampur dengan bumbu lain, akan terasa gurih. Rasa gurih
berasal dari minyak yang dihasilkan kemiri. Rasa gurih kemiri akan lebih
maksimal jika sebelum digunakan disangrai terlebih dahulu. Selain sebagai
bumbu masakan, kemiri juga dapat dimanfaatkan untuk hal yang lain. Misalnya
untuk sampo dan sabun. Kemiri dipercaya mempunyai khasiat menyuburkan
rambut (Ria, 2017).
2.2.11 Daun Jeruk
Daun jeruk adalah jenis bumbu daun-daunan. Daun jeruk didapat dari
tanaman jeruk. Daun jeruk digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya
menambah aroma harum dalam masakan. Daun jeruk yang sering digunakan
adalan daun jeruk purut. Daun jeruk akan memberikan aroma yang maksimal jika
tulang daunnya dibuang, kemudian daunnya diiris halus atau dicabik-cabik. Daun
jeruk mengandung aroma minyak esensial, sejenis citrus dan sitronela. Karena
mengandung sitronela, aroma daun jeruk mampu digunakan untuk mengusir
nyamuk (Ria, 2017).
2.2.12 Daun Bawang
Daun Bawang (Allium porrum L.) atau bawang prey adalah tanaman
dataran tinggi. Daun bawang banyak dikonsumsi untuk menjaga kesehatan mata,
meningkatkan kesehatan wanita hamil, menjaga kesehatan tulang, menyehatkan
sistem pencernakan, menyehatkan jantung dan mencegah diabetes. Untuk
kesehatan kulit antara lain dimanfaatkan untuk menghilangkan jerawat,
peremajaan kulit, mencegah penuaan dini, dan kesehatan rambut. Daun bawang
telah diketahui bersifat antiinflamasi dan antihistamin (Luchman, 2015).
2.2.13 Daun Pisang
Daun pisang digunakan sebagai pembungkus nasi, kue bugis, kue kelamai,
lemper, kue kimus, tempe, lontong, otak-otak, pepes ikan, lepet, naga sari dan sate
ikan. Daun pisang juga dapat digunakan sebagai alas tapai, empek-empek, lakso,
dan kue ipok-ipok rendang. Penggunaan daun pisang sebagai pembungkus atau
17
alas makanan dapat ikut dimasak atau dikukus bersama dengan makanan dapat
ditentukan berdasarkan jenis makanannya. Makanan yang dibungkus daun pisang
lalu dikukus akan memberikan citarasa kelezatan alami dan menimbulkan bau
harum pada makanan. Cara penggunaannya sebelum digunakan untuk
membungkus makanan, terlebih dahulu daun pisang dipanggang di atas bara api
agar tidak mudah sobek dan mudah dilipat, lalu diusap dengan kain hal ini
lakukan pada jenis makanan seperti kue bugis, kue kelamai, lemper, kue kimus,
lepet, dan naga sari. Makanan yang dibungkus daun pisang dapat bertahan kurang
lebih 2-4 hari. Bagian daun yang dipakai sebagai pembungkus atau alas adalah
daun hijau tua karena memiliki serat yang lebih kuat (Rini, 2017).
2.2.14 Tusuk Lidi
Tusuk lidi adalah sebatang kayu yang digunakan untuk pembungkus suatu
makanan agar tidak terbuka. Biasanya tusuk ini satu atau dua ujungnya tajam agar
mudah untuk melubangi daun yang digunakan untuk membungkus.
18
BAB III
HASIL PENERAPAN HACCP
3.1 Analisa Masalah
Sebuah instalasi gizi RS menyediakan menu dengan siklus 10 hari. Salah satu
menu makan pagi dari menu hari ke-4 adalah pepes ayam bumbu kuning . Bahan
baku yang digunakan dalam menu tersebut adalah filet dada ayam, jeruk nipis,
merica, gula pasir, jahe, garam, bawang putih, bawang merah, kunir, kemiri, daun
jeruk, dan daun bawang. Untuk membuat menu ini juga membutuhkan tusukan lidi
dan daun pisang sebagi pembungkusnya. Pepes ayam bumbu kuning yang telah
matang dilakukan pemorsian dengan meletakkan menu tersebut pada piring/plato
tanpa tutup . Berdasarkan uraian di atas :
1.
Buatlah spesifikasi setiap bahan yang digunakan!
2.
Tentukan identifikasi bahaya dan analisis resiko bahaya yang mungkin dapat
terjadi pada bahan makanan, cara pengolahan, dan lingkungan!
3.
Tentukan pencegahan bahaya yang mungkin dapat terjadi pada bahan makanan,
proses pengolahan, dan faktor lingkungan!
4.
Tentukan CCP pada bahan makanan dan proses pengolahan!
5.
Buatlah penerapan HACCP!
3.2 Penetapan Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
3.2.1 Deskripsi Produk Pangan
Spesifikasi
Parameter
Menu
Pepes ayam bumbu kuning
Deskripsi
Pepes ayam bumbu kuning adalah menu yang terbuat
dari ayam fillet dan diberi bumbu kuning kemudian
dibungkus dengan daun pisang dan dikukus.
Komposisi
1. Filet dada ayam
2. Jeruk nipis
19
3. Merica
4. Gula pasir
5. Jahe
6. Garam
7. Bawang putih
8. Bawang merah
9. Kunyit
10. Kemiri
11. Daun Jeruk
12. Dan daun bawang
13. Pembungkus : daun pisang & tusuk lidi
Tahap Pengolahan
1. Penerimaan bahan
2. Pencucian bahan
3. Pemotongan dan menghaluskan bahan
4. Penimbangan bahan
5. Pemasakan/pengolahan
6. Pemorsian
7. Penyajian
8. Pendistribusian
Jenis Kemasan
Pembungkusan dengan daun pisang
Penyimpanan
Suhu ruang 27-30°C
Daya Awet
1 hari pada suhu ruang
Penggunaan
Konsumsi langsung
Produk
Distribusi
Trolley
Target Konsumen
Pasien diet tertentu
Kualitas (SNI 01- -
Benda asing: Tidak boleh ada
6683-2014)
20
Organoleptik
- Bau: Normal
- Rasa: Normal
- Tekstur: Normal
Coliform, Staphylococcus aureus Salmonella sp.,
Escherichia coli, Campylobacter sp.
Contamination
BAHAN BAKU / BAHAN TAMBAHAN PANGAN / BAHAN KEMAS
Nama: Ayam Fillet (SNI 2897- Nama: Bawang Merah
2008)
Deskripsi: bentuk pipih, tekstur Deskripsi: bentuk, warna, dan rasa sesuai
kenyal, berisi dan sedikit lembek, karakteristik varietas bawang
berwarna putih tulang segar, aroma
sedikit amis.
Origin : tempat pemotongan ayam
Origin : Pertanian
Transport : mobil
Transport :
Kemasan : plastic
Kemasan : karung
Penanganan : disimpang ditempat kering
%digunakan : 2%
%dalam produk akhir : 2%
Nama: Gula Pasir (SNI 01-3140- Nama: Bawang Putih (SNI 01-31602001)
2013)
Deksripsi: bentuk serbuk Kristal, Deskripsi: bentuk, warna dan rasa sesuai
rasa
manis,
berwarna
putih karakteristik varietas bawang
kekuningan atau sedikit coklat
Origin : pasar/took
Origin: pertanian
Transport:
Transport: mobil
Kemasan: plastic
Kemasan: karung
21
Penanganan:
disimpan
ditempat Penanganan: disimpan ditempat kering
kering
% digunakan : 80%
% digunakan: 2%
% dalam produk akhir : 80%
% dalam produk akhir: 2%
Nama: Merica bubuk (SNI 01- Nama: Garam (SNI 01-3556-2010)
0004-1995)
Deksripsi : bentuk serbuk halus, Deskripsi : bentuk Kristal, warna putih
warna putih kecoklatan, aroma
khas merica
Origin : toko/pasar
Origin : toko/pasar
Transport : mobil
Transport : mobil
Kemasan: plastic
Kemasan: plastic
Penanganan:
disimpan
ditempat Penanganan: disimpan ditempat kering
kering dan tertutup
dan tertutup
% digunakan: 2%
% digunakan: 2,5%
% dalam produk akhir: 2%
% dalam produk akhir: 2,5%
Nama : Jahe (SNI 01-3393-1994)
Nama : daun jeruk
Deskripsi : berwarna kuning muda, Deskripsi : berwarna hijau segar dan
segar, bentuk rimpang utuh
tidak berlubang, bau daun jeruk
Origin: Perkebunan
Origin: Perkebunan
Transport: mobil bak terbuka
Transport: mobil bak terbuka
Kemasan :
Kemasan :
Penanganan : disimpat ditempat Penanganan : disimpan ditempat sejuk
sejuk dan kering
dan kering
%digunakan : 2%
%digunakan :
%dalam produk akhir : 2%
%dalam produk akhir :
22
Nama : Daun bawang
Nama : Kemiri (SNI 01-4462-1998)
Deskripsi : berwarna hijau segar Deskripsi : berwarna putih kekuningan,
dan tidak berlubang, bau daun berbentuk bulat kecil
bawang
Origin: Perkebunan
Origin: Perkebunan
Transport: mobil bak terbuka
Transport: mobil bak terbuka
Kemasan :
Kemasan :
Penanganan : disimpang ditempat Penanganan : disimpan ditempat sejuk
sejuk dan kering
dan kering
%digunakan : 5%
%digunakan : 2%
%dalam produk akhir : 5%
%dalam produk akhir : 2%
Nama : Daun Pisang
Nama : Tusuk Lidi
Deskripsi : berwarna hijau segar Deskripsi : berwarna coklat, runcing
dan tidak berlubang
disetiap sudutnya
Origin: Perkebunan
Origin: Pasar
Transport: mobil bak terbuka
Transport: mobil bak terbuka
Kemasan :
Kemasan : plastic
Penanganan : disimpan ditempat Penanganan : disimpan ditempat kering
sejuk dan kering
%digunakan : 80%
%digunakan : 80%
%dalam produk akhir : 80%
%dalam produk akhir : 80%
23
3.2.2 Identifikasi Penggunaan Produk
KARAKTERISTIK
Daging Ayam (SNI
2897-2008)
Kadar air(%)
Maks.
75,35
Kadar abu(%)
Maks.
0,89
Protein(%)
Maks.
23,05
Lemak(%)
Maks.
0,81
Gula Pasir (SNI 013140-2001)
Kadar air (%)
Maks.
0,1
Kadar abu (%) Maks.
0,1
Sakarosa(%)
Maks.
99,3
Belerang
Maks.
dioksida (SO2) 20
Total plate
Count(cfu/g)
Arsen
Contamination
Flora
-Coliform
-Staphylococcus
aureus
-Salmonella sp.
-Escherichia
coli
-Campylobacter
sp.
Maks.
1x
106
Maks.
1x
102
Maks.
1x
102
Maks.
1x
101
Cemaran
logam
-Timbal (Pb)
Maks.
1,00
Jahe (SNI 01-33931994)
Kadar air (%)
Maks
. 12,0
Kadar Abu (%)
Maks
. 8,0
Kadar Minyak
Min.
Atsiri (%)
1,5
Mikroba (cfu/g) Min.
7x10
1
Koliform
<3
(Apm/g)
Kapang/khamir
(cfu/g)
3x10
1
-Maks.
2,0
-Tembaga (Cu)
-Raksa(Hg)
-Maks.
2,0
-Seng (Zn)
-Maks.
-Timah
0,03
-Maks.
40,0
-Maks.
40,0
Garam (SNI 01-35562010)
Kadar air (%)
Maks.
7
Merica bubuk (SNI 010004-1995)
Kadar air(%)
Maks.
13,0
Kadar NaCl (%)
Kadar benda
asing (%)
Kadar biji
Yodium mg/kg
Min.
94
Min.
24
Maks.
1,0
Maks.
Bawang Putih (SNI 013160-2013)
Kelas super
Beba
s dari
kerus
akan
Diameter (cm)
>5
Toleransi mutu
5%
30
enteng (%)
2,0
Toleransi
ukuran
Cemaran logam
- Kadmium
mg/kg
- Timbal
mg/kg
- Raksa mg/kg
- Cemaran
Arsen mg/kg
Maks.
0,5
Maks.
10,0
Maks.
0,1
Maks.
0,1
Kunyit (SNI 01-43201996)
Kadar air(%)
Maks.
3,0
Kadar abu(%)
Maks.
1,5
Sakarosa(%)
Maks.
85,0
Arsen(mg/kg)
Maks.
0,1
Cemaran
Mikroba
-Angka
Maks.
lempeng total
3x
(koloni/gr)
103
-Colifrom
(APM/gr)
<3
Contamination
-Timbal (Pb)
Maks.
(mg/kg)
0,2
-Cu (mg/kg)
Maks.
2,0
-Zn (mg/kg)
Maks.
50
Maks.
40,0
-Sn
Kadar cemaran
kapang (%)
Maks.
1,0
Kadar lada
berwarna
kehitamhitaman (%)
Maks.
2,0
10%
Kemiri (SNI 01-4462Bawang merah (SNI
1998)
01-3159-1992)
Kadar air (%)
Maks. 5 Kadar air (%)
Maks
. 85
Kadar
Min. 60 Kadar kotoran
minyak(%)
(%)
Bilangan
Maks. 5 Kerusakan (%)
Maks
asam(%)
.5
Diameter (Cm)
Min
1,3
25
3.2.3 Bagan Alir Pengolahan
Penerimaan Bahan Makanan
Cuci Ayam dan Bumbu Hingga Bersih
Ayam dipotong dalam Bentuk Fillet
Bumbu dihaluskan
Tumis Bumbu yang Sudah dihaluskan
Tambah Garam, Gula dan Daun Bawang Hingga Harum
Siapkan Daun Pisang yang Telah Dibersihkan
Letakkan Ayam Fillet dan Bumbu yang telah ditumis diatas Daun Pisang
Lipat Daun dan Semat Ujungnya dengan Tusuk Lidi
Tutup Kembali dengan Daun Pisang
Kukus Hingga Matang atau ±20 Menit
26
Konfirmasi Bagan Alir
Langkah
proses
Penerimaan
bahan
makanan
Pencucian
bahan
makanan
Pemotongan
ayam
Penghasulan
bumbu
Penumisan
bumbu
Hasil konfirmasi
1. Lokasi penerimaan terlihat bersih.
2. Penerimaan dilakukan oleh pekerja
yang menggunakan APD.
3. Pekerja dalam kondisi sehat
1. Lokasi pencucian terlihat bersih.
2. Penerimaan dilakukan oleh pekerja
yang menggunakan APD.
3. Pekerja dalam kondisi sehat
4. Pencucian bahan menggunakan air
yang mengalir
1. Lokasi pemotongan terlihat bersih.
2. Pemotongan dilakukan oleh pekerja
yang menggunakan APD.
3. Pekerja dalam kondisi sehat
4. Pemotongan ayam menggunakan
pisau
1. Penghalusan bumbu menggunakan
blender.
2. Pekerja menggunakan APD.
3. Pekerja dalam kondisi sehat.
1. Bumbu yang dihaluskan ditumis
menggunakan wajan.
2. Pekerja menggunakan APD.
3. Pekerja dalam kondisi sehat.
Dilakukan
oleh
Quality
Control
Diperiksa
oleh
Quality
Control
Produksi
(bagian
produksi)
Quality
Control
Produksi
(bagian
produksi)
Quality
Control
Produksi
(bagian
produksi)
Quality
Control
Produksi
(bagian
produksi)
Quality
Control
Pembungkusa
n
1. Ayam fillet yang telah di campur
bumbu dibungkus dengan daun
pisang
2. Pekerja menggunakan APD.
3. Pekerja dalam kondisi sehat.
Produksi
(bagian
produksi)
Quality
Control
Pengukusan
1. Ayam dikukus selama ±20 menit
menggunakan panci.
2. Pekerja menggunakan APD.
3. Pekerja dalam kondisi sehat.
Produksi
(bagian
produksi)
Quality
Control
27
3.2.4
Tahapan HACCP
3.2.4.1 Identifikasi Bahaya dan Analisis Resiko
Lengkapi
(1)
Tahap
Pengolahan
1
Penerimaan
ayam potong
Penerimaan
Bahan Kering
2
Penyucian
bahan
3
Pemotongan
ayam fillet
BAGIAN 1: Analisa bahaya & Tindakan
Pengendalian
(Lengkapi setiap baris)
(2)
Identifikasi potensi
bahaya
Yang timbul,
dikendalikan, atau
berkembang pd
tahap pengolahan
(5)
Tindakan apa yang
dilakukan untuk
mengendalikan
bahaya yang
Signifikan?
Biologi : Coliform,
Stapilococus aureus,
Salmonella sp. ,
Eschericia colli,
Campylobacter sp
Fisik : benda asing,
rambut, bulu ayam,
kerikil, debu
Fisik: benda asing,
Debu, rambut, kerikil,
dan Serangga
- Pemeriksaan secara
visual
- Pekerja
menggunakan APD
- Pekerja dalam
keadaan sehat
Biologi : Coliform,
Stapilococus aureus,
Salmonella sp. ,
Eschericia colli,
Campylobacter sp
Fisik : benda asing,
rambut, bulu ayam,
kerikil, debu
Biologi: Coliform,
Stapilococus aureus,
Salmonella sp. ,
Eschericia colli,
Campylobacter sp
Kontaminasi tangan
pekerja,
Fisik : benda asing,
28
Diisi setelah
BAGIAN 1
selesai
dilengkapi
(6)
Apakah tahap
ini Critical
Control Point?
(gunakan
decision tree)
P1; P2; P3; P4
(Yes/T)
P1: Yes
P2: Yes
 CCP
- Pemeriksaan secara
visual
- Pekerja
menggunakan APD
- Pekerja dalam
keadaan sehat
- Mencuci bahan
makanan dengan
air yang mengalir
- Pekerja
menggunakan APD
- Pekerja dalam
keadaan sehat
P1: Yes
P2: Yes
 CCP
- Pekerja
menggunakan APD
lengkap
- Pekerja dalam
keadaan sehat
- GMP
P1: Yes
 Tidak
P1: Yes
P2: Yes
P3: Yes
 CCP
4
Penghalusan
bumbu
rambut, bulu ayam,
kerikil, debu
Fisik : benda asing,
rambut, debu, kerikil
5
Penumisan
bumbu
Fisik : benda asing,
rambut, debu, kerikil
6
Pembungkusan Fisik : benda asing,
rambut, debu, kerikil
7
Pengukusan
- Pekerja
menggunakan APD
lengkap
- Pekerja dalam
keadaan sehat
- Kebersihan
peralatan
- Pekerja
menggunakan APD
lengkap
- Pekerja dalam
keadaan sehat
- Kebersihan
peralatan
- Pekerja
menggunakan APD
lengkap
- Pekerja dalam
keadaan sehat
- Kebersihan
peralatan
- Pekerja
menggunakan APD
lengkap
- Pekerja dalam
keadaan sehat
- Kebersihan
peralatan
Biologi : Coliform,
Stapilococus aureus,
Salmonella sp. ,
Eschericia colli,
Campylobacter sp
Fisik : benda asing,
rambut, debu, kerikil
29
P1 : Yes
 Tidak
P1 :Yes
 Tidak
P1 : Yes
 Tidak
P1 : Yes
P2 : Yes
 CCP
3.2.4.2 Decision Tree/Pohon Keputusan CCP Produk Pepes Ayam Bumbu Kuning
A. DECISION TREE untuk Pentapan CCP pada Penerimaan bahan
P1. Apakah terdapat bahaya dalam penerimaan bahan ini?
YA
TIDAK
Bukan
CCP
P2. Apakah proses pencucian akan mengurangi bahaya tersebut?
YA
TIDAK
Bukan
CCP
B. DECISION TREE untuk Penetapan CCP pada Proses Pencucian Bahan
P1. Apakah Proses Pencucian Bahan penting untuk mencegah terjadinya peningkatan
bahaya?
YA
TIDAK
Bukan
CCP
P2. Apakah proses pencucian akan mengurangi bahaya tersebut?
YA
TIDAK
Bukan
CCP
P3. Apakah proses ini dirancang khusus untuk menghilangkan/mengurangi bahaya
sampai aman?
TIDAK
Bukan
CCP
CCP
YA
30
C. DECISION TREE Untuk Penetapan CCP pada Proses Pengukusan
P1. Apakah terdapat bahaya pada tahap/proses Pengukusan ini?
YA
TIDAK
Bukan
CCP
P2. Apakah ada tindakan pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut?
YA
TIDAK
Modifikasi proses/produk
Apakah pengendalian
YA
diperlukan untuk
TIDAK
Bukan
CCP
meningkatkan keamanan?
P3. Apakah proses ini dirancang khusus untuk menghilangkan/mengurangi bahaya
sampai aman?
TIDAK
CCP
YA
Bukan
CCP
31
3.2.5
Tabel Penerapan HACCP
Critical
Control
Point (CCP)
Penerimaan
bahan
makanan
Batas Kritik
Untuk Setiap
Pengendalian
Karakteristik
Kondisi fisik:
penerimaan:
Daging
berwarna putih
- Kondisi
fisik (warna, segar, daging
elastis, tidak
tekstur)
pucat, tidak
bahan
beraroma
- Kondisi
busuk
kemasan
- Aroma
Kondisi fisik
bahan
bumbu:
Semua bumbu
masih segar,
tidak busuk
Penyucian
bahan
makanan
Biologi :
- Pencucian
Coliform,
dengan air
Stapilococus
bersih dan
aureus,
mengalir
Salmonella
sp. ,
Eschericia
colli,
Campylobacte
r sp
Fisik : benda
asing, rambut,
bulu
ayamkerikil,
Hazard Yang
Signifikan
Monitoring
What
How
Frequency
Who
Tindakan
Koreksi
Verifikasi
Pencatatan
Kondisi
fisik
daging
ayam, dan
bumbu
Memeriksa
Setiap
QC
secara visual proses
receiving
kondisi
penerimaan
daging ayam,
dan bumbu
Hubungi QC
receiving
untuk
keputusan
penerimaan
Review
QC
receiving
setiap
penerimaa
n
Pencatatan
untuk proses
penerimaan
bahan
makanana
- Kondisi
air
Memeriksa
pusat
penampunga
n air
Hubungi
maintenance
untuk
memperbaiki
system aliran
airnya
Review
Pencatan
Pencatatan
untuk proses
pencucian
bahan
makanan
32
Quality
Control
Pengukusan
debu
Biologi :
- Suhu
Coliform,
pengukusan
Stapilococus
terbaik 80°C
aureus,
maksimal
Salmonella
90°C
sp. ,
Eschericia
colli,
Campylobacte
r sp
Fisik : benda
asing, rambut,
debu, kerikil
- Suhu
penguku
san
Memeriksa
suhu
pengukusan
33
Setiap
proses
pengukusa
n
Quality
Control
Hubungi
maintenance
untuk
memperbaiki
sistem GMP
Riview
pencatatan
Pencatatan
untuk proses
pengukusan
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisa masalah gizi pada sebuah instalasi gizi di rumah sakit
menyediakan menu dengan siklus 10 hari. Salah satu menu makan pagi dari menu hari
ke-4 adalah pepes ayam bumbu kuning. Bahan baku yang digunakan dalam menu
tersebut adalah filet dada ayam, jeruk nipis, merica, gula pasir, jahe, garam, bawang
putih, bawang merah, kunir, kemiri, daun jeruk, dan daun bawang. Untuk membuat menu
ini juga membutuhkan tusukan lidi dan daun pisang sebagi pembungkusnya. Pepes ayam
bumbu kuning yang telah matang dilakukan pemorsian dengan meletakkan menu tersebut
pada piring/plato tanpa tutup. Spesifikasi setiap bahan yang digunakan pada menu pepes
ayam bumbu kuning yaitu Filet dada ayam bentuk pipih, tekstur kenyal, berisi dan
sedikit lembek, berwarna putih tulang segar, aroma sedikit amis, Jeruk nipis berwarna
hijau dan tidak busuk aroma jeruk, merica bentuk serbuk halus, warna putih kecoklatan,
aroma khas merica, gula pasir bentuk serbuk kristal, rasa manis, berwarna putih
kekuningan atau sedikit coklat, jahe berwarna kuning muda, segar, bentuk rimpang utuh,
garam bentuk kristal warna putih, bawang putih bentuk, warna, dan rasa sesuai
karakteristik varietas bawang, bawang merah bentuk, warna, dan rasa sesuai karakteristik
varietas bawang, kunyit berwarna agak pucat berbentuk rimpang utuh, kemiri berwarna
putih kekuningan, berbentuk bulat kecil, daun Jeruk berwarna hijau segar, tidak
berlubang dan berbau daun jeruk, daun bawang berwarna hijau segar, tidak berlubang dan
berbau daun bawang. Pembungkus berupa daun pisang berwarna hijau segar dan tidak
berlubang, tusuk lidi berwarna coklat, runcing disetiap sudut.
Bagan alir tahap pengolahan menu yaitu mulai dari penerimaan bahan baku,
lokasi penerimaan terlihat bersih, penerimaan dilakukan oleh pekerja yang menggunakan
APD, pekerja dalam kondisi sehat, yang dilakukan oleh Quality Control dan diperiksa
oleh Quality Control. Pencucian bahan yaitu mencuci ayam dan bumbu hingga bersih dan
lokasi pencucian terlihat bersih, penerimaan dilakukan oleh pekerja yang menggunakan
APD, pekerja dalam kondisi sehat, pencucian bahan menggunakan air yang mengalir,
yang dilakukan oleh tim produksi bagian pengolahan, pemotongan dan menghaluskan
bahan serta ayam dipotong berbentuk fillet juga lokasi pemotongan terlihat bersih,
34
pemotongan dilakukan oleh pekerja yang menggunakan APD, pekerja dalam kondisi
sehat, pemotongan ayam menggunakan pisau, yang dilakukan oleh tim produksi
(pengolahan) dan diperiksa oleh Quality Control. Pemasakan/pengolahan yaitu setelah
bumbu dihaluskan bumbu ditumis dengan tambahan gula, garam, dan daun bawang
hingga
harum
Bumbu
yang
dihaluskan
ditumis
menggunakan
wajan,pekerja
menggunakan APD, pekerja dalam kondisi sehat yang dilakukan oleh tim produksi dan di
periksa oleh Quality Control. Penyajian dengan cara menyiapkan daun pisang yang telah
dibersihkan lalu ayam yang sudah di fillet diletakkan pada daun pisang dan dilumuri
bumbu yang sudah ditumis. Seteah itu daun pisang dilipat dan ujung-ujungnya ditusuk
dengan lidi dan dikukus hingga matang dengan suhu kurang lebih 20 menit. Pekerja
menggunakan APD dan dalam kondisi sehat yang dilakukan oleh tim produksi dan di
periksa oleh Quality Control. Setelah itu didistribusikan dengan trolly. Jenis kemasan
yaitu dibungkus dengan daun pisang, penyimpanan dengan suhu ruang 27-30°C, daya
tahan 1 hari, penggunaan produk langsung dimakan, target konsumen yaitu pasien
dengan diet tertentu.
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem yang
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya-bahaya yang signifikan
dalam keamanan pangan. HACCP menjadi begitu penting sebagai suatu komponen dari
cara produksi. Secara umum HACCP digunakan untuk menetapkan suatu bingkai atau
sistem untuk menjalankan bagaimana implementasi dari prosedur HACCP di setiap
sektor yang dapat digunakan untuk mengembangkan jaminan setiap rantai penyediaan
mulai dari prosedur penyediaan pangan mentah atau proses penyediaan makanan sampai
ke konsumen. (van der Spiegel et al., 2003). Dalam laporan ini akan disajikan tentang
penerapan HACCP berupa penetapan analisis bahaya dan pengendalian titik kritis pada
proses produk “pepes ayam bumbu kuning”. Untuk mengevaluasi bahaya mikrobiologi,
fisik, dan kimia pada pepes ayam bumbu kuning melalui penerapan prinsip prinsip
HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) di Instalasi Gizi Rumah Sakit.
Tahapan HACCP yaitu mengidentifikasi Bahaya dan Analisis Resiko pada setiap
proses pengolahan ayam pepes bumbu kuning. Identifikasi potensi bahaya yang timbul,
dikendalikan, atau berkembang pada tahap pengolahan penerimaan ayam potong yaitu
35
dari segi biologi berupa Coliform, Stapilococus aureus, Salmonella sp. , Eschericia colli,
Campylobacter sp, dari segi fisik berupa benda asing, rambut, bulu ayam, kerikil, debu.
Tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan bahaya yang signifikan yaitu
pemeriksaan secara visual Pekerja menggunakan APD, pekerja dalam keadaan sehat.
Identifikasi potensi bahaya yang timbul, dikendalikan, atau berkembang pada tahap
pengolahan penyucian bahan terdapat potensi bahaya dari segi biologi yaitu Coliform,
Stapilococus aureus, Salmonella sp. , Eschericia colli, Campylobacter sp, sedangkan
dari segi fisik yaitu benda asing, rambut, bulu ayam, kerikil, debu. Tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan bahaya yang signifikan yaitu mencuci bahan makanan
dengan air yang mengalir, pemeriksaan secara visual Pekerja menggunakan APD, pekerja
dalam keadaan sehat. Identifikasi potensi bahaya yang timbul, dikendalikan, atau
berkembang pada tahap pengolahan pemotongan ayam fillet dari segi biologi yaitu
Coliform, Stapilococus aureus, Salmonella sp. , Eschericia colli, Campylobacter sp.
Kontaminasi tangan pekerja, sedangkan dari segi fisik yaitu benda asing, rambut, bulu
ayam, kerikil, debu. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan bahaya yang
signifikan yaitu pemeriksaan secara visual serta pekerja menggunakan APD, pekerja
dalam keadaan sehat, dan kebersihan peralatan. Identifikasi potensi bahaya yang timbul,
dikendalikan, atau berkembang pada tahap pengolahan penghalusan bumbu dari segi fisik
yaitu benda asing, rambut, debu, kerikil. Tindakan yang dapat
dilakukan untuk
mengendalikan bahaya yang signifikan yaitu pemeriksaan secara visual dan pekerja
menggunakan APD, pekerja dalam keadaan sehat dan kebersihan peralatan. Identifikasi
potensi bahaya yang timbul, dikendalikan, atau berkembang pada tahap pengolahan
penumisan bumbu dan penumisan dari segi fisik yaitu benda asing, rambut, debu, kerikil.
Tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan bahaya yang signifikan yaitu
pemeriksaan secara visual dan pekerja menggunakan APD, pekerja dalam keadaan sehat
dan kebersihan peralatan. Identifikasi potensi bahaya yang timbul, dikendalikan, atau
berkembang pada tahap pengolahan dari segi biologi yaitu Coliform,
Stapilococus
aureus, Salmonella sp. , Eschericia colli, Campylobacter sp sedangkan dari segi fisik
yaitu benda asing, rambut, debu, kerikil. Tindakan yang dapat
dilakukan untuk
mengendalikan bahaya yang signifikan yaitu pemeriksaan secara visual Pekerja
menggunakan APD, pekerja dalam keadaan sehat dan kebersihan peralatan.
36
Penetapan CCP pada penerimaan bahan baku yaitu terdapat bahaya dalam
penerimaan bahan ini maka dari itu pada tahap ini bisa dilakukan penetapan CCP, tetapi
jika tidak terdapat bahaya pada tahapan ini maka tidak perlu dilakukan penetapan CCP.
Pada proses pencucian akan mengurangi bahaya maka dari itu pada tahap ini bisa
dilakukan penetapan CCP. Proses ini dirancang khusus untuk menghilangkan atau
mengurangi bahaya sampai aman tetapi pada tahapan proses ini tidak bisa
mengurangi/menghilangkan bahaya sampai aman maka dari itu bisa dilakukan penetapan
CCP. Proses Pengukusan terdapat bahaya sehingga pada tahap ini bisa dilakukan
penetapan CCP, tetapi jika tidak terdapat bahaya pada tahapan ini maka tidak perlu
dilakukan penetapan CCP. Tindakan pencegahan untuk mengendalikan bahaya maka
dari itu pada tahap ini bisa dilakukan penetapan CCP. Proses ini dirancang khusus untuk
menghilangkan/mengurangi bahaya sampai aman tetapi pada tahapan proses ini tidak bisa
mengurangi/menghilangkan bahaya samapai aman maka dari itu tidak bisa dilakukan
penetapan CCP.
Berdasarkan analisa masalah diatas dapat diterapkan penerapan HACCP dengan
CCP pada proses pengolahan penerimaan bahan makanan terdapat hazard yang signifikan
yaitu terlihat dari karakteristik penerimaan berupa kondisi fisik (warna, tekstur) bahan,
kondisi kemasan dan aroma bahan. Batas kritis untuk setiap pengendalian dari kondisi
fisik daging berwarna putih segar, daging elastis, tidak pucat, tidak beraroma busuk.
Kondisi fisik bumbu yaitu semua bumbu masih segar, tidak busuk. Kemudian melakukan
monitoring dengan cara memeriksa secara visual kondisi daging ayam, dan bumbu.
Tindakan koreksi yang dapat dilakukan yaitu menghubungi Quality Control receiving
untuk keputusan penerimaan. Verifikasi yang dapat dilakukan yaitu mereview Quality
Control receiving setiap penerimaan. Lalu melakukan pencatatan untuk proses
penerimaan bahan makananan. Pencucian bahan makanan terdapat hazard yang
signifikan yaitu dari segi biologi berupa Coliform, Stapilococus aureus, Salmonella sp.,
Eschericia colli, Campylobacter sp . Sedangkan dari segi fisik berupa benda asing,
rambut, bulu ayam, kerikil, debu. Batas kritis untuk setiap pengendalian yaitu melakukan
pencucian dengan air bersih dan mengalir. Kemudian melakukan monitoring dengan cara
memeriksa pusat penampungan air. Tindakan koreksi yang dapat dilakukan yaitu
menghubungi maintenance untuk memperbaiki system aliran airnya. Verifikasi yang
37
dapat dilakukan yaitu melakukan review pencatatan. Lalu melakukan pencatatan untuk
proses pencucian bahan makanan. Pengukusan terdapat hazard yang signifikan yaitu dari
segi biologi terdapat Coliform, Stapilococus aureus, Salmonella sp. , Eschericia colli,
Campylobacter sp. Sedangkan dari segi fisik berupa benda asing, rambut, debu, kerikil.
Batas kritis untuk setiap pengendalian yaitu dengan cara mengukur suhu terbaik 80°C
maksimal 90°C. Kemudian melakukan monitoring dengan cara memeriksa suhu
pengukusan dan memeriksa apakah terdapat benda-benda asing yang tidak diinginkan.
Tindakan koreksi yang dapat dilakukan yaitu menghubungi maintenance untuk
memperbaiki sistem GMP. Verifikasi yang dapat dilakukan yaitu melakukan review
pencatatan. Lalu melakukan pencatatan untuk proses pengukusan.
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem
yang mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya-bahaya yang
signifikan dalam keamanan pangan. Penerapan HACCP yaitu bertujuan
mengidentifikasi Bahaya dan Analisis Resiko pada setiap proses pengolahan ayam
pepes bumbu kuning. Potensi bahaya yang dapat timbul yaitu cemaran biologi
Coliform, Stapilococus aureus, Salmonella sp. , Eschericia colli, Campylobacter sp
sedangkan dari cemaran fisik yaitu benda asing, rambut, debu, kerikil. Berdasarkan
analisa masalah penerapan HACCP diketahui titik kendali kritis yaitu terjadi pada
Proses Penerimaan Bahan, Proses Pencucian Bahan, dan Proses Pengukusan.
Berdasarkan bahaya cemaran yang sering terjadi pada proses pengolahan
pepes ayam bumbu kuning, terdapat bahaya dalam proses pengolahan pepes ayam
bumbu kuning pepes ayam bumbu kuning yang bisa ditanggulangi dengan
menerapkan prinsip HACCP, yaitu dengan cara mengidentifikasi analisa bahaya,
Menentukan Titik Pengendalian Kritis (Critical Control Point), Menentukan batas
kritis, Menentukan batas kritis, Membuat suatu sistem pemantauan (monitoring)
CCP, Melakukan tindakan korektif, Menetapkan prosedur verifikasi untuk
mengkonfirmasi bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif, dan Melakukan
dokumentasi terhadap seluruh prosedur dan catatan yang berhubungan dengan
prinsip dan aplikasinya.
Tindakan Proses pencegahan untuk mengendalikan bahaya dengan
menetapkan
HACCP.
Proses
ini
dirancang
khusus
untuk
menghilangkan/mengurangi bahaya sampai aman tetapi pada tahapan proses ini
tidak bisa mengurangi/menghilangkan bahaya sampai aman maka dari itu tidak bisa
dilakukan
penetapan
menghubungi
Quality
CCP.
Adapun
Control
39
Pencegahan
Receiving
untuk
yang
dilakukan
keputusan
adalah
penerimaan,
menghubungi maintenance untuk memperbaiki system aliran airnya dan
menghubungi maintenance untuk memperbaiki sistem GMP.
5.2
Saran
5.2.1 Sebaiknya Instalasi Gizi Rumah Sakit
melakukan sosialisasi dan
pelatihan menyeluruh kepada tenaga pengolah, pramusaji dan logistik
yang terlibat dalam penyelenggaraan makanan mengenai penerapan
sistem HACCP sebagai sistem keamanan dalam penyelenggaraan
makanan.
5.2.2 Sebaiknya Instalasi Gizi Rumah Sakit memiliki sistem sanitasi yang baik
dan menerapkan sistem Good Manufacturing Practices (GMP) sebagai
langkah menjaga keamanan pangan selaras dengan penerapan HACCP.
40
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP)
serta pedoman penerapannya SNI 01-4852-1998. Jakarta Pusat
Daulay, Sere Saghranie. Hazard Analysis Critical Control Point (Haccp) Dan Implementasinya
Dalam Industri Pangan. Widyaiswara Madya Pusdiklat Industri
Ekawatiningsih, Prihastuti, dkk. 2008. Restoran untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid 1.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Hakim, Luchman. 2015. Rempah dan Herba Kebun-Pekarangan Rumah Masyarakat.
Yogyakarta: Diandra Creative.
Koswara, Sutrisno. 2009. Haccp Dan Penerapannya Pada Produk Bakeri. eBookpangan.com
Mely YS, Suparmi, Dahlia. 2015. Pengaruh suhu pengukusan terhadap sifat fisik kimia tepung
ikan rucah. [skripsi]. Riau (ID): Universitas Riau.
Nita, Ria F., 2017. Mari Mengenal Bumbu Nusantara. Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa.
Priyanto. 2008. Farmakoterapi Dasar untuk Mahasiswa Keperawatan dan Farmasi, Leskonfi,
Jakarta.
Rini, Yulian dan Dian. 2017 Pemanfaatan daun sebgai pembungkus makanan tradisional oleh
masyarakat Bangka (studi kasus di kecamatan Merawang). Jurusan Biologi Fakultas
Pertanian, Perikanan, dan Biologi Universitas Bangka Belitung.
Van der Spiegel, M., P.A. Luning, G.W. Ziggers, and W.M.F Jongen. 2003.
Towards a
Conceptual Model to measure Effectiveness of Food Quality Systems. Trends in Food
Science & Technology. 14:424-431
Widiyastuti, Sri. 2017. Analisis Bahaya Titik Kendali Kritis (HACCP) Rendang (Studi Kasus di
Rumah Makan Padang X Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan). Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
41
Download