Uploaded by User23730

ANALISIS PRODUK PAPAN PARTIKEL

advertisement
1
ANALISIS PRODUK PAPAN PARTIKEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Potensi hutan dari tahun ke tahun terus berkurang seiring dengan
meningkatnya kebutuhan manusia akan penggunaan kayu dan hasil hutan lainnya,
dimana kayu memiliki sifat dan karakteristik yang unik dan merupakan bahan yang
paling banyak digunakan untuk keperluan kontruksi. Sampai saat ini kebutuhan kayu
sebagian besar masih dipenuhi dari hutan alam. Persediaan kayu dari hutan alam
setiap tahun semakin berkurang, baik dari segi mutu maupun volumenya. Hal tersebut
menuntut adanya penggunaan kayu yang efisien dan bijaksana, antara lain dengan
memanfaatkan limbah berupa serbuk kayu menjadi produk yang bermanfaat.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa limbah merupakan buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi, suatu limbah ada yang tidak dapat digunakan,
tapi ada juga yang yang masih dapat digunakan untuk menciptakan sesuatu yang
bermanfaat, limbah yang masih bisa digunakan ini salah satunya adalah limbah kayu.
Salah satu pemnafaatan serbuk kayu adalah dalam pembuatan papan partikel atau
biasa disebut partikel board.
Menurut Sudi (1990) yang dimaksud dengan papan partikel adalah istilah
umum untuk panel yang dibuat (biasanya kayu), terutama dalam bentuk potonganpotongan kecil , serbuk gergajian atau partikel kayu dan lain lain dicampur dengan
bahan perekat sintesis atau perekat lain yang sesuai dan direkat bersama-sama
dibawah tekanan dan press di dalam suatu alat kempa panas melalui suatu proses
dimana terjadi ikatan antara partikel dan perekat yang ditambahkan. Dalam makalah
ini akan diuraikan beberapa produk papan partikel untuk melihat adanya perbedaan
serta keunggulan dari beberapa produk papan partikel yang telah dihasilkan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
2
1. Mengetahui definisi Papan Partikel (Partikel board).
2. Mengetahui Bahan Baku Papan Partikel.
3. Mengetahui Jenis Papan Partikel.
4. Mengetahui Pengawetan Papan Partikel.
5. Mengetahui Pengolahan Papan Partikel.
6. Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Papan Partikel.
7. Mengetahui Mutu Papan Partikel.
8. Mengetahui serta dapat membandingkan beberapa produk papan partikel.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Papan Partikel
Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel kayu
yang terbut dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya,
yang diikat dengan perekat atau bahan pengikat lainnya kemudian dikempa panas
(Maloney 1993, dalam Fuadi 2009).
Menurut (Iskandar dalam Hesty 2009), papan partikel adalah lembaran
hasil pengempaan panas campuran partikel kayu atau bahan berlognoselulosa
lainnya dengan perekat organik dan bahan lainnya.
Kualitas papan partikel merupakan fungsi dari beberapa faktor yang
berinteraksi dalam proses pembuatan papan partikel tersebut. Sifat fisis dan
mekanis papan partikel seperti kerapatan, modulus patah, modulus elastis dan
keteguhan rekat internal serta pengembangan tebal merupakan parameter yang
cukup baik untuk menduga kualitas papan partikel yang dihasilkan (Haygreen dan
Bowyer 1986, dalam Fuadi 2009).
Joesoef ( 1977 ), papan partikel dapat diklasifikasikan berdasarkan
ketahanannya terhadap air, cara pengempaan dan jumlah lapisannya.Berdasarkan
ketahanannya terhadap air, sebagai akibat dari jenis perekat yang digunakan, papan
partikel dibedakan :
1. Exterior Particleboard, yaitu papan partikel yang tahan terhadap air
sehingga dapat digunakan diluar, tidak dibawah atap, dengan jenis
perekat phenol formaldehida.
4
2. Interior Particleboard, yaitu papan partikel yang tidak ( kurang )
tahan terhadap air, dengan jenis perekat urea formaldehida.
Berdasarkan cara pengempaannya papan partikel dapat dibedakan :
1. Papan datar (Flat Pressed Particleboard ), yaitu papan partikel
dengan pengempaan datar sejajar permukaan papan.
2. Papan ekstrusi ( Extruded Particleboard ), yaitu papan partikel
dengan pengempaan tegak lurus permukaan papan.
Berdasarkan jumlah lapisan yang menyusun papan partikel dapat dibedakan :
1. papan partikel lapis tunggal ( tidak berlapis )
2. papan partikel multi lapis ( berlapis banyak ).
Maloney (1977), menggolongkan papan partikel berdasarkan kerapatan yang
dihasilkan, yaitu :
1. Papan partikel kerapatan rendah, papan partikel dg kerapatan
kurang dari 37 lbs / ft3 dengan berat jenis kurang dari 0,59.
2. Papan partikel kerapatan sedang, papan partikel dg kerapatan
antara 37 - 50 lbs / ft 3 dengan berat jenis antara 0,59 – 0,80.
2.2 Bahan Baku Papan Partikel
Menurut Haygreen dan Bowyer (2000), tipe partikel yang digunakan untuk
bahan baku pembuatan papan partikel adalah :
a. Pasahan (Shaving), partikel kayu kecil berdimensi tidak menentu yang
dihasilkan apabila mengetam lebar atau mengetam sisi ketebalan kayu.
b. Serpih (flake), partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan
sebelumnya yang dihasilkan dalam peralatan yang dikhususkan.
c. Biskit (Wafer) serupa serpih dalam bentuknya tetapi lebih besar. Biasanya
lebih dari 0,025 inchi tebalnya dan lebih dari 1 inchi panjangnya.
5
d. Tatal (chips), sekeping kayu yang dipotong dari suatu balok dengan pisau
yang besar atau pemukul, seperti dengan mesin pembuatan tatal kayu
pulp.
e. Serbuk gergaji (Sawdust), berupa serpih yang dihasilkan oleh pemotongan
dengan gergaji.
f. Untaian (strand), pasahan panjang, tetapi pipih dengan permukaan yang
sejajar.
g. Kerat (silver), hamper persegi potongan melintangnya dengan panjang paling
sedikit 4 kali ketebalannya.
h. Wol kayu (excelsior), keratin yang panjang berombak ramping juga digunakan
sebagai kasuran pada pengepakan.
2.3 Jenis Papan Partikel
Ada beberapa jenis papan partikel yang ditinjau dari beberapa segi, yaitu
sebagai berikut (Hesty, 2009):
a. Bentuk
Papan partikel umumnya berbentuk datar dengan ukuran relatif panjang,
relatif lebar, dan relatif tipis sehingga disebut Panel. Ada papan partikel
yang tidak datar (papan partikel lengkung) dan mempunyai bentuk tertentu
tergantung pada acuan (cetakan) yang dipakai seperti bentuk kotak radio.
b.Pengempaan
Cara pengempaan dapat secara mendatar atau secara ekstrusi. Cara
mendatar ada yang kontinyu dan tidak kontinyu. Cara kontinyu
berlangsung melalui ban baja yang menekan pada saat bergerak memutar.
Cara tidak kontinyu pengempaan berlangsung pada lempeng yang
bergerak vertikal dan banyaknya celah (rongga atau lempeng) dapat satu
atau lebih. Pada cara ekstrusi, pengempaan berlangsung kontinyu diantara
dua lempeng yang statis. Penekanan dilakukan oleh semacam piston yang
bergerak vertikal atau horizontal.
6
c. Kerapatan
Ada tiga kelompok kerapatan papan partikel, yaitu rendah, sedang dan
tinggi. Terdapat perbedaan batas antara setiap kelompok tersebut,
tergantung pada standar yang digunakan.
d.Kekuatan (sifat mekanis)
Pada prinsipnya sama seperti kerapatan, pembagian berdasarkan
kekuatanpun ada yang rendah, sedang, dan tinggi. Terdapat perbedaan
batas antara setiap macam (tipe) tersebut, tergantung pada standar yang
digunakan. Ada standar yang menambahkan persyaratan beberapa sifat
fisis.
e. Macam perekat
Macam perekat yang dipakai mempengaruhi ketahanan papan partikel
terhadap
pengaruh
kelembaban,
yang
selanjutnya
menentukan
penggunaanya. Ada standar yang membedakan berdasarkan sifat
perekatnya, yaitu interior dan eksterior. Ada standar yang memakai
penggolongan
berdasarkan
macam
perekat,
yaitu
tipe
U
(urea
formaldehida atau yang setara), tipe M (melamin urea formaldehida atau
yang setara) dan tipe P (phenol formaldehida atau yang setara). Untuk
yang memakai perekat urea formaldehida ada yang membedakan
berdasarkan emisi formaldehida dari papan partikelnya, yaitu yang rendah
dan yang tinggi atau yang rendah, sedang dan tinggi.
f. Susunan partikel
Pada saat membuat partikel dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu
halus dan kasar. Pada saat membuat papan partikel kedua macam partikel
tersebut dapat disusun tiga macam sehingga menghasilkan papan partikel
yang berbeda yaitu papan partikel homogen (berlapis tunggal), papan
partikel berlapis tiga dan papan partikel berlapis bertingkat.
g. Arah partikel
7
Pada saat membuat hamparan, penaburan partikel (yang sudah dicampur
sama perekat) dapat dilakukan secara acak (arah serat partikel tidak diatur)
atau arah serat diatur, misalnya sejajar atau bersilangan tegak lurus. Untuk
yang disebutkan terakhir dipakai partikel yang relatif panjang, biasanya
berbentuk untai sehingga disebut papan untuk terarah (oriented strand
board atau OSB).
h. Penggunaan
Berdasarkan penggunaan yang berhubungan dengan beban, papan partikel
dibedakan menjadi papan partikel penggunaan umum dan papan partikel
struktural (memerlukan kekuatan yang lebih tinggi). Untuk membuat
mebel, pengikat dinding dipakai papan partikel penggunaan umum. Untuk
membuat komponen dinding, peti kemas dipakai papan partikel struktural.
i. Pengolahan
Ada dua macam papan partikel berdasarkan tingkat pengolahannya, yaitu
pengolahan primer dan pengolahan sekunder. Papan partikel pengolahan
primer adalah papan partikel yang dibuat melalui proses pembuatan
partikel, pembentukan hamparan dan pengempaan yang menghasilkan
papan partikel. Papan partikel pengolahan sekunder adalah pengolahan
lanjutan dari papan partikel pengolahan primer misalnya dilapisi venir
indah, dilapisi kertas aneka corak.
2.4 Pengawetan Papan Partikel
Pengawetan kayu pada dasarnya merupakan tindakan pencegahan terhadap
serangan organism perusak kayu (OPK), seperti jamur, serangga dan binatang laut
penggerek kayu. Tindakan pencegahan , pertama dilakukan pada dolok segar yang
baru dipotong dan kayu gergajian yang basah terhadap serangan jamur biru dan
kumbang ambrosia atau disebut pengawetan sementara (prophylactic treatment),
kedua, pencegahan yang bersifat jangka panjang atau permanen. Tindakan tersebut
8
lebih dikenal dengan istilah pengawetan, bertujuan untuk meningkatkan keawetan
atau daya tahan kayu terhadap OPK.
Dengan demikian, melalui pengawetan mutu dan volume kayu dapat
ditingkatkan. Jenis kayu kurang awet dan belum digunakan dapat dimanfaatkan
dengan baik menjadi berbagai macam produk yang berarti dapat mencegah
pemborosan, menambah ketersediaan kayu dan membuka peluang pasar. Selain itu,
konsumen pemakai kayu akan memperoleh kepuasan dan jaminan berupa kayu awet.
Partikel board adalah jenis kayu kering, sehingga proses pengawetannya
adalah sebagai berikut : (Pelaburan. Pemulasan dan penyemprotan). Pengawetan
dengan cara tersebut dapat dilakukan dengan alat sederhana . cairan bahan pengawet
larut organic atau berupa minyak dengan kekentalan rendah lazim digunakan dalam
pengawetan kayu kering yang sudah siap pakai atau sudah terpasang. Pada kayu yang
sudah terpasang pelaburan dapat diulangi secara periodic 2-3 tahun. Bahan pengawet
yang masuk ke dalam kayu sangat tipis. Penembusan akan lebih dalam apabila
terdapat retak. Cara tersebut hanya dipakai untuk maksud terbatas, yaitu membunuh
serangga atau perusak yang belum banyak pada kayu yang sudah terpasang (represif).
2.5 Pengolahan Papan Partikel
Nuryawan,et.al (2005) menyatakan bahwa proses pembuatan papan partikel
terdiri atas tahap-tahap seperti:
1. penyiapan partikel kayu
2. Pengeringan
3. Refining
4. Pemisahan partikel kayu
5. Perekatan
6. Pembentukan lembaran papan (mat Forming).
7. Pengempaan (pressing)
8. Pengkondisian (conditioning)
9. Finishing.
9
Berikut merupakan proses pengolahan produk papan partikel dapat dilihat pada
Gambar 1.
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Papan Partikel
Adapun faktor yang mempengaruhi mutu papan partikel adalah sebagai
berikut (Sutigno, dalam Hesty 2009) :
a. Berat jenis partikel
Perbandingan antara kerapatan atau berat jenis papan partikel dengan
berat jenis kayu harus lebih dari satu, yaitu sekitar 1,3 agar mutu
papan partikelnya baik. Pada keadaan tersebut proses pengempaan
berjalan optimal sehingga kontak antar partikel baik
b. Zat ekstraktif partikel
10
Partikel yang berminyak akan menghasilkan papan partikel yang kurang
baik dibandingkan dengan papan partikel dari kayu yang tidak berminyak.
Zat ekstraktif semacam ini akan mengganggu proses perekatan.
c. Jenis partikel
Jenis kayu (misalnya Meranti Kuning) yang kalau dibuat papan partikel
emisi folmaldehidanya lebih tinggi dari jenis lain (misalnya Meranti
Merah). Masih diperdebatkan apakah karena pengaruh warna atau
pengaruh zat ekstraktif atau pengaruh keduanya.
d. Campuran jenis kayu
Keteguhan lentur papan partikel dari campuran jenis kayu ada diantara
keteguhan lentur papan partikel jenis tunggalnya, karena itu papan
partikel struktural lebih baik dibuat dari satu jenis kayu daripada dari
campuran jenis kayu.
e. Ukuran partikel
Papan partikel yang dibuat dari tatal akan lebih daripada yang dibuat
dari serbuk karena ukuran tatal lebih besar daripada serbuk. Karena itu,
papan partikel strukturan dibuat dari partikel yang relatif panjang dan
relatif lebar.
f. Kulit kayu
Makin banyak kulit kayu dalam partikel kayu sifat papan partikelnya
makin kurang baik karena kulit kayu akan mengganggu proses
perekatan antar partikel. Banyaknya kulit kayu maksimum sekitar 10%.
g. Perekat
Macam partikel yang dipakai mempengaruhi sifat papan partikel.
Penggunaan perekat eksterior akan menghasilkan papan partikel
eksterior sedangkan pemakaian perekat interior akan menghasilkan
papan partikel interior. Walaupun demikian, masih mungkin terjadi
11
penyimpangan, misalnya karena ada perbedaan dalam komposisi
perekat dan terdapat banyak sifat papan partikel. Sebagai contoh,
penggunaan perekat urea formaldehid yang kadar formaldehidnya
tinggi akan menghasilkan papan partikel yang keteguhan. lentur dan
keteguhan rekat internalnya lebih baik tetapi emisi formaldehidnya
lebih jelek.
h. Pengolahan
Proses produksi papan partikel berlangsung secara otomatis.
Walaupun demikian, masih mungkin terjadi penyimpangan yang dapat
mengurangi mutu papan partikel. Sebagai contoh, kadar air hamparan
(campuran partikel dengan perekat) yang optimum adalah 10 – 14%,
bila terlalu tinggi keteguhan lentur dan keteguhan rekat internal papan
partikel akan menurun
2.7 Mutu Papan Partikel
Dibawah ini adapun mutu papan partikel yaitu meliputi (Hesty, 2009):
1. Cacat
2. Ukuran
3. Sifat fisis
4. Sifat mekanis
Dalam standar papan partikel yang dikeluarkan oleh beberapa negara masih
mungkin terjadi perbedaan dalam hal kriteria, cara pengujian dan persyaratannya.
Walaupun demikian, secara garis besarnya sama. Dibawah ini dapat ditunjukkan
standar SNI 03–2105–1996 dan JIS A 5908–2003 untuk pengujian papan partikel :
Tabel 1. Sifat fisis dan mekanis papan partikel dengan standar SNI
03–2105-1996 dan JIS A 5908 – 2003
No.
Sifat Fisis mekanis
SNI 03-2105-1996
JIS A 5908-2003
1.
Kerapatan (gr/cm3)
0,5-0,9
0,4-0,9
12
2
Kadar Air (%)
<14
5-13
3.
Daya Serap Air
-
-
4.
Pengembangan Tebal (%)
Maks 12
Maks 12
5.
MOR (kg/cm2)
Min 80
Min 80
6.
MOE (kg/cm2)
Min 15000
Min 80
7.
Internal Bond (kg/cm2)
Min 1,5
Min 1,5
8.
Kuat Pegang Sekrup (kg)
Min 30
Min 30
9.
Linear Ekspnsion (%)
-
-
10.
Hardness (N)
-
-
11.
Emisi Formaldehyde
-
Min 0,3
(ppm)
Sumber : Hesty Rodhes Sinulingga, 2009.
Sifat papan partikel dipengaruhi oleh bahan baku pembentuknya, perekat
dan formulasi yang digunakan serta proses pembuatan papan partikel tersebut
mulai dari persipaan bahan baku kayu, pembentukan partikel sampai proses kempa
dan penyelesaiannya. Penggunaan papan partikel yang tepat akan berpengaruh
terhadap lama dan pemanfaatannya yang diperoleh dari papan partikel yang
digunakan. Sifat bahan baku yang berpengaruh terhadap sifat papan partikel antara
lain yaitu jenis dan kerapatan kayu, bentuk dan ukuran bahan baku kayu yang
digunakan, kadar air kayu, ukuran dan geometri partikel kayu, tipe dan
penggunaan kulit kayu (Hadi 1998, dalam Hesty 2009).
Menurut (Haygreen dan Bowyer 1989, dalam Hesty 2009), bentuk bahan
baku (serbuk gergaji, pasahan, tatal atau kayu bundar) mempengaruhi sifat-sifat
papan partikel terutama karena bahan tersebut menentukan ukuran dan bentuk
partikel yang dapat dihasilkan dalam mesin pembuat serpih dan mesin penghalus.
Sifat fisis papan partikel adalah sifat yang telah dimiliki oleh papan partikel
tanpa adanya pengaruh beban dari luar dan sifatnya tetap. Sifat ini meliputi
13
kerapatan, kadar air, berat jenis, pengembangan tebal dan penyerapan air
(Surjokusumo, et al 1985, dalam Hesty).
Menurut (Tsoumis 1991, dalam Hesty 2009) sifat mekanis kayu
dipengaruhi oleh kekuatan dalam menahan beban dari luar. Sifat ini dipengaruhi
oleh kelembaban, kerapatan, suhu dan kerusakan kayu. Sifat fisis mekanis papan
partikel meliputi kerapatan, kadar air, penyerapan air, pengembangan tebal,
modulus lentur dan keteguhan rekat internal.
Menurut Widarmana (1977) dalam Hesty (2009), kerapatan adalah suatu
kekompakan partikel dalam lembaran yang tergantung pada besaarnya tekanan
kempa yang diberikan selama proses pembuatan lembaran. Makin tinggi kerapatan
papan partikel yang akan dibuat semakin besar tekanan yang digunakan pada saat
pengempaan. Sedangkan kadar air papan partikel akan semakin rendah dengan
semakin meningkatnya suhu dan semakin banyaknya perekat yang digunakan
karena ikatan antar partikel akan semakin kuat sehingga air sukar untuk masuk
kedalam papan partikel.
Menurut (Haygreen dan Bowyer 1989, dalam Hesty 2009) semakin tinggi
kerapatan papan partikel dari suatu bahan baku tertentu maka semakin tinggi
kekuatannya, tetapi kestabilan dimensinya menurun oleh naiknya kerapatan.
Kerapatan papan partikel dipengaruhi kerapatan kayu. Kerapatan papan partikel
merupakan faktor utama dengan kerapatan 5%-20% lebih tinggi dibandingkan
kerapatan kayu. Penambahan perekat akan mempengaruhi kerapatan dan
menghasilkan papan partikel yang berat (Tsoumis 1991, dalam Hesty 2009).
Menurut (Siagian 1983, dalam Hesty 2009), berdasarkan hasil analisa ragam
kerapatan massa papan serat tidak dipengaruhi oleh suhu kempa tetapi dipengaruhi
oleh tekanan kempa dan kombinasi suhu dan tekanan kempa.
Nilai pengembangan tebal yang paling kecil merupakan pengembangan
yang paling baik karena dapat mengantisipasi menyerapnya air kedalam papn
partikel melalui pori-pori partikel dan ruang kosong antar partikel secara perlahan
14
(Widiyanto, 2002). Sifat pengembangan tebal papan serat sejalan dengan sifat daya
serap air, yaitu semakin banyak air yang diserap makin besar pengembangan
tebalnya. Semakin tinggi suhu dan tekanan kempa, makin kecil pengembangan
tebal papan serat. Keadaan ini disebabkan pada waktu perendaman serat akan
menarik air kembali sehingga serat-serat papan serat akan kembali menjadi bentuk
semula akibat hilangnya tekanan setelah perendaman (Siagan 1983, dalam Hesty
2009).
Daya serap air suatu papan partikel dipengaruhi oleh jenis partikelnya.
Menurut (Siagian 1983, dalam Hesty 2009), semakin besar tekanan kempa, suhu
kempa dan kombinasi keduanya maka makin kecil daya serap air papan sarat.
Perbedaan daya serap papan serat terhadap air berhubungan dengan kerapatan
papan yang berbanding terbalik dengan daya serap terhadap air. Semakin besar
kerapatan papan maka makin kecil daya serapnya terhadap air.
Keteguhan rekat internal adalah suatu ukuran ikatan antar partikel dalam
lembaran papan partikel (Ariesanto, 2002). Menurut (Haygreen dan Bowyer 1989,
dalam Hesty 2009), internal bond (IB) adalah suatu uji pengendalian kualitas yang
penting karena menunjukkan kabaikan pencampurannya, pembentukannya dan
pengepresannya dan merupakan ukuran terbaik tentang kualitas pembuatan suatu
papan karena menunjukkan ikatan antar partikel. Modulus patah dan modulus
elastisitas menunjukkan tingkat keteguhan papan partikel dalam menerima beban
tegak lurus terhadap permukaan papan partikel (Ariesanto, 2002).
Nilai modulus patah (MOR) dipengaruhi oleh suhu kempa, tekanan kempa
dan kombinasi keduanya. Semakin tinggi kerapatan papan partikel dari suatu
bahan baku tertentu maka semakin tinggi sifat keteguhan dari papan yang
dihasilkan. Lebih banyak volume kayu yang dipadatkan maka ikatan partikel lebih
baik. Semakin banyak perekat yang digunakan maka semakin tinggi sifat mekanis
dan stabilitas papan partikel (Haygreen dan Bowyer 1989, dalam Hesty 2009).
15
Papan partikel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan kayu asalnya
yaitu papan partikel bebas dari mata kayu, pecah dan retak, ukuran dan kerapatan
papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tebal dan kerapatannya
seragam dan mudah dikerjakan, mempunyai sifat isotropis, sifat dan kualitasnya
dapat diatur. Kelemahan papan partikel adalah stabilitas dimensinya yang rendah
(Erwinsyah Putra, 2011).
Bahan kimia yang berpengaruh terhadap papan partikel yang dihasilkan
adalah zat ekstraktif dan lignin. Zat ekstraktif antara lain berupa lemak, minyak,
tanin dan resin. Lemak dan minyak berpengaruh negatif terhadap papan serat,
karena dapat mengurangi daya ikat serat, sedangkat tanin dan resin berpengaruh
positif karena dapat menambah kekuatan ikatan lembaran sehingga dapat
mengurangi penggunaan bahan penolong (Silitonga et al. Dalam Kemal Idris,
1994). Lignin berfungsi sebagai bahan pengikat dalam lembaran papan partikel
(FAO dalam Kemal Idris, 1994).
16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penelitian 1 : Pembuatan Papan Partikel Berbahan Baku Sabut Kelapa
Dengan Bahan Pengikat Alami (Lem Kopal)
Limbah sabut kelapa merupakan bahan yang mengandung lignoselulosa yang
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif bahan baku pembuatan papan
partikel. Optimasi proses pembuatan papan partikel sangat dipengaruhi kadar perekat
dan kerapatan terhadap sifat fisis dan mekanis. Proses pembuatan panel papan
partikel berbahan baku serbuk sabut kelapa ini berkadar air kurang dari 5 % dengan
menggunakan lem kopal.
Sabut kelapa, kulit kelapa yang terdiri dari serat yang terdapat diantara kulit
dalam yang keras (batok), tersusun kira – kira 35 % dari berat total buah kelapa yang
dewasa. Untuk varietas kelapa yang berbeda Sabut kelapa tersusun atas unsur organik
dan mineral yaitu : Pectin dan hemisellulose (merupakan komponen yang larut dalam
air), Lignin dan sellulose (komponen yang tidak larut dalam air), kalium, kalsium,
magnesium,nitrogen serta protein. Perbandingan komponen di atas tergantung dari
umur sabut kelapanya, lignin pada serat sabut kelapa berkisar 40 % - 50% serat sabut
tergolong relative pendek, sel seratnya sepanjang kira-kira 1 mm dengan diameter 15
micron dan sehelai serat terdiri dari 30 – 300 sel atau lebih, dilihat dari penampang
lintangnya. Panjang serat sabut berkisar 15 – 35 cm dengan diameter 0,1 – 1,5 mm.
Serat sabut memiliki daya apung yang tinggi, tahan terhadap bakteri, air garam dan
murah, sedang kelemahannya ialah, tidak dapat di gintir dengan baik dan tergolong
serat kaku. Mutu serat sabut kelapa atau coconut fibre, ditentukan oleh warna,
presentase kotoran, kadar air dan proporsi antara bobot serat panjang dan serat yang
pendek.
Sabut kelapa sangat mudah didapatkan karena sabut kelapa ini hampir di
setiap rumah di pedesaan khususnya di tempat peneliti memiliki pohon kelapa,
17
pada umumnya di Indonesia di daerah pertanian kelapa , kegunaan dari papan
partikel sabut kelapa ini adalah :
a.Bahan penyerap cairan
b. pengisi pada pertisi atau dinding penyekat
c. pengganti papan busa (Styrofoam) Untuk kotak pembungkus bagian dalam
barang-barang yang tidak tahan banting (elektronik, gelas,dll).
Berikut adalah bahan yang digunakan dalm penelitian 1, dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2: (a.) Serat Serabut Kelapa
(b.) Lem kopal
Dalam penelitian ini, digunakan campuran (berat) antara sabut kelapa : lem
kopal sebesar 1 : 5 dan 1 : 6, dengan perbandingan kompresi 4 : 1. Pengujian yang
dilakukan untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis dari papan partikel ini, adalah
berat jenis (density), serta pengujian bending statis (Static Bending Test) untuk
mendapatkan Modulus of Elasticity (MOE) dan Modulus of Rupture (MOR). Hasil
pengujian berat jenis (density), terlihat bahwa papan partikel dengan perbandingan
serat 1 : 6 mempunyai berat jenis terkecil , sedangkan hasil pengujian bending test
untuk MOE adalah 1 : 5 = 64,2672 kg/mm2 ; 1 : 6 = 89,2009 kg/mm2, dan hasil
bending test untuk MOR adalah 1 : 5 = 2,4555 kg/mm2; 1 : 6 = 1,7513 kg/mm2 .
Berdasarkan data tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat elastisitas
papan partikel sabut kelapa menurun ketika perbandingan komposisi sabut kelapa
dengan lem kopal 1 : 5. Hal tersebut dikarenakan sabut kelapa tidak melekat secara
maksimal antara satu dengan yang lain sehingga membentuk suatu komposisi yang
kurang baik. Kerapatan papan partikel sabut kelapa yang dijadikan bahan
18
pengamatan, perbandingan komposisi 1 : 5 dan 1 : 6 dengan perbandingan kompresi
4:1 termasuk dalam perbandingan papan partikel dengan kerapatan rendah (Low
Density Particleboard).
Pada pengujian MOE dengan perbandingan komposisi 1 : 6, tingkat
elastisitasnya meningkat bila di bandingkan dengan perbandingan komposisi 1 : 5.
Hal tersebut dikarenakan banyaknya pemakaian lem kopal, sehingga menyebabkan
papan partikel sabut kelapa dengan perbandingan komposisi 1 : 6 mengalami
kenaikan modulus elastisitas bila di bandingkan dengan papan partikel sabut kelapa
dengan perbandingan komposisi 1 : 5.
Pada pengujian MOR dengan perbandingan komposisi 1 : 6, tingkat pecahnya
menurun bila di bandingkan dengan perbandingan komposisi 1 : 5. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya pemakaian lem kopal, sehingga menyebabkan papan partikel
sabut kelapa dengan perbandingan komposisi 1 : 6 mengalami penurunan modulus
pecah bila di bandingkan dengan papan partikel sabut kelapa dengan perbandingan
komposisi 1 : 5. Sifat mekanis papan pada nilai MOR belum memenuhi standar MDF
(National particle Board Association, 1994) dan FAO. Hal ini di pengaruhi oleh
volume dan distribusi serat pada papan
3.2 Penelitian 2 : Studi Pembuatan Papan Partikel Dari Limbah Pemanenan
Kayu Akasia (Acacia mangium L.)
Papan partikel dapat dibuat dari limbah pemanenan kayu akasia yang
dihasilkan masih ada yang di bawah standar JIS A 5908-2003. Nilai kerapatan papan
partikel pada target kerapatan 0,7 g/cm3 berdasarkan hasil penelitian ini adalah
berkisar antara 0,666-0,704 g/cm3 dengan nilai rata-rata 0,685 g/cm3. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kerapatan yang dihasilkan masih di bawah kerapatan sasaran
(0,7 g/cm3). Standar Japanese Industrial Standart (JIS) A 5908-2003, Based
Particleboard dan Decorative Particleboard, Type 8, yang mensyaratkan 0,40-0,90
19
g/cm3. Hasil peneliitan ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kerapatan papan
partikel yang dihasilkan memenuhi standar Japanese Industrial Standart (JIS) A
5908-2003, Based Particleboard dan Decorative Particleboard, Type 8, dengan
target kerapatan 0,7 g/ cm3.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kadar air papan partikel antara
9,12-9,88% dengan nilai rata-rata 9,64%. Kadar air papan partikel yang dihasilkan
lebih rendah daripada kadar air bahan baku/kayunya (rata-rata 31,99 %). Hal ini
terjadi sebagai akibat dari perlakuan panas yang diterima papan partikel pada saat
pengempaan (Massijaya et al. 1999). Standar JIS A 5908-2003, mensyaratkan bahwa
papan partikel mempunyai kadar air antara 5-13 %. Hasil peneliitan ini menunjukkan
bahwa nilai rata-rata kerapatan papan partikel yang dihasilkan memenuhi standar.
Dari hasil pengujian nilai Daya Serap Air dengan perendaman 24 jam papan
partikel adalah 49,05-116,14 % dengan nilai rata-rata 78,28%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor jenis bahan baku dan variasi jenis perekat mempengaruhi
daya serap air papan partikel yang dihasilkan. Standar JIS A 5908-2003, tidak
mensyaratkan nilai daya serap air.
Dari hasil pengujian nilai pengembangan tebal dengan perendaman 24 jam
papan partikel adalah 25,69-38,49% dengan nilai rata-rata 31,72%. menunjukkan
rata-rata pengembangan tebal papan partikel yang menggunakan perekat UF lebih
rendah dibandingkan menggunakan perekat PF. Standar JIS A 5908-2003
mensyaratkan nilai maksimal pengembangan tebal sebesar 12%. Dengan demikian
pada penelitian ini, nilai pengembangan tebal semua papan partikel yang dihasilkan
tidak memenuhi standar.
Nilai MOR papan partikel adalah antara 44,65-76,55 kgf/cm2 dengan nilai
rata-rata 66,08 kgf/cm2. Nilai MOR tertinggi adalah papan partikel yang diberi
perlakuan kayu teras dengan perekat PF yaitu 76,55 kgf/cm2. Dengan meningkatnya
kerapatan papan, nilai MOR cenderung menjadi lebih tinggi (Massijaya et al., 1999).
Hal ini diduga disebabkan karena pada papan dengan kerapatan yang lebih tinggi
mempunyai jumlah ikatan antar partikel yang lebih banyak dibandingkan dengan
papan partikel yang berkerapatan lebih rendah. Standar JIS A 5908 2003
20
mensyaratkan nilai minimal MOR sebesar 80 kgf/cm2. Dengan demikian pada
penelitian ini, nilai pengembangan tebal semua papan partikel yang dihasilkan tidak
memenuhi standar. Jadi papan partikel yang dihasilkan pada penelitian ini tidak ada
yang memenuhi standar.
Hasil penelitian menunjukkan nilai MOE papan partikel antara 2.104,9511.135,76 kgf/cm2 dengan nilai rata-rata 7110,33 kgf/cm2. Nilai MOE tertinggi
adalah papan partikel yang diberi perlakuan kayu teras dengan perekat PF yaitu
11.135,76 kgf/cm2. Dengan meningkatnya kerapatan papan, nilai MOE cenderung
menjadi lebih tinggi. Hal ini diduga disebabkan karena pada papan dengan kerapatan
yang lebih tinggi mempunyai jumlah ikatan antar partikel yang lebih banyak
sehingga mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam menahan beban yang
mengenai papan dibandingkan dengan papan yang berkerapatan rendah (Massijaya et
al., 1999). Standar JIS A 5908-2003 mensyaratkan nilai minimal MOE sebesar
20.000 kgf/cm2. Dengan demikian pada penelitian ini, nilai pengembangan tebal
semua papan partikel yang dihasilkan tidak memenuhi standar. Jadi papan partikel
yang dihasilkan pada penelitian ini tidak ada yang memenuhi standar yang
disyaratkan JIS.
Hasil penelitian menunjukkan nilai Ikatan internal (Internal bond/IB) papan
partikel antara 1,04-6,09 kgf/cm2 dengan nilai rata-rata 3,57 kgf/cm2. Nilai IB
tertinggi adalah papan partikel yang diberi perlakuan kayu teras dengan perekat UF
yaitu 6,09 kgf/cm2. Dilihat dari nilai IB yang dihasilkan maka penggunaan papan
partikel adalah untuk penggunaan struktural dan non struktural. Dengan
meningkatnya kerapatan papan, nilai MOE cenderung menjadi lebih tinggi
(Massijaya et al., 2009). Hal ini diduga disebabkan karena pada papan dengan
kerapatan yang lebih tinggi mempunyai jumlah ikatan antar partikel yang lebih
banyak sehingga mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam ikatan-ikatan antar
partikel dibandingkan dengan papan yang berkerapatan rendah. Standar JIS A 5908 2003 mensyaratkan nilai minimal IB sebesar 1,5 kg/cm2. Dengan demikian pada
penelitian ini, nilai IB pada hampir semua papan partikel yang dihasilkan memenuhi
standar JIS, kecuali pada perlakuan kayu gubal dengan perekat PF. Rendahnya nilai
21
IB dapat terjadi akibat rendahnya ikatan antara perekat dan siperekat. Bowyer et al.
(2003) menyatakan bahwa IB dipengaruhi oleh pencampuran partikel dengan perekat,
pembentukan lembaran dan pengempaan.
3.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil dua peneltian yang telah dikaji diatas didapatkan data
perbandingan sifat fisis mekanis papan partikel dengan perlakuan yang berbeda
penelitian 1 meneliti tentang Pembuatan Papan Partikel Berbahan Baku Sabut Kelapa
Dengan Bahan Pengikat Alami (Lem Kopal), dan penelitian 2 meneliti tentang
Pembuatan Papan Partikel Dari Limbah Pemanenan Kayu Akasia (Acacia mangium
L.). Berikut perbandingan sifat fisis mekanis penelitian 1 dan penelitian 2 berdasarkan
standar SNI dan JIS A yang telah disusun dalam bentuk table dibawah ini.
Tabel 2. Perbandingan Sifat Fisis Mekanis penelitian 1, penelitian 2 dengan
Nilai Standard SNI dan JIS A
Dari data table diatas dapat dilihat perbandingan nilai kerapatan pada
penelitian 1 sebesar 0,587286241 g/cm3 dan penelitian 2 sebesar 0,685 g/cm3.
22
Berdasarkan standar SNI 03-2105-1996 mensyaratkan nilai kerapatan 0,5-0,9
sedangkan Standar Japanese Industrial Standart (JIS) A 5908-2003, Based
Particleboard dan Decorative Particleboard, Type 8, yang mensyaratkan 0,40-0,90
g/cm3. Hasil peneliitan ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kerapatan papan
partikel yang dihasilkan memenuhi standar SNI 03-2105-1996 dan Japanese
Industrial Standart (JIS) A 5908-2003, Based Particleboard dan Decorative
Particleboard, Type 8. Kerapatan merupakan banyaknya massa per satuan volume.
Semakin tinggi kerapatan menyeluruh papan dari suatu bahan-bahan tertentu,
semakin tinggi kekuatannya. Tetapi sifat-sifat papan seperti kestabilan dimensi
mungkin berpengaruh jelek oleh kerapatan (Bowyer et al., 2003; Pandit dan Rahmat,
2002)
Hasil penelitian 2 juga menunjukkan bahwa kadar air papan partikel dengan
nilai rata-rata 9,64%. Kadar air papan partikel yang dihasilkan lebih rendah daripada
kadar air bahan baku/kayunya (rata-rata 31,99 %). Standar SNI 03-2105-1996 <14 %,
sedangkan untuk standar JIS A 5908-2003, mensyaratkan bahwa papan partikel
mempunyai kadar air antara 5-13 %. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai
rata-rata kerapatan papan partikel yang dihasilkan memenuhi standar keduanya.
Kadar air merupakan banyaknya kandungan air yang terdapat di dalam papan
partikel dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan di sekitarnya.
Dari hasil pengujian pada penelitian 2 nilai Daya Serap Air papan partikel
dengan nilai rata-rata 78,28%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jenis
bahan baku dan variasi jenis perekat mempengaruhi daya serap air papan partikel
yang dihasilkan. Standar SNI 03-2105-1996 dan standar JIS A 5908-2003, tidak
mensyaratkan nilai daya serap air. Daya serap air merupakan kemampuan dari papan
partikel dalam menyerap airselama dilakukan perendaman 24 jam. Air tersebut
mengisi ruang-ruang kosong dalam papan.
Hasil pengujian nilai pengembangan tebal pada penelitian 2 dengan
perendaman 24 jam papan partikel dengan nilai rata-rata 31,72%. Standar SNI 032105-1996
dan
standar
JIS
A
5908-2003
mensyaratkan
nilai
maksimal
23
pengembangan tebal sebesar 12%. Dengan demikian pada penelitian ini, nilai
pengembangan tebal semua papan partikel yang dihasilkan tidak memenuhi standar
karena melebihi nilai standar. Pengembangan tebal merupakan bertambahnya
dimensi tebal papan akibat dari air yang mengisi rongga dalam papan tersebut setelah
direndam selama 24 jam (Bowyer et al., 2003).
Nilai MOR papan partikel penelitian 1 adalah 1 : 5 = 2,4555 kg/mm2; dan 1
: 6 = 1,7513kg/mm2 Sedangkan untuk penelitian 2 adalah antara 44,65-76,55
kg/cm2 dengan nilai rata-rata 66,08 kg/cm2. Standar SNI 03-2105-1996 dan standar
JIS A 5908 2003 mensyaratkan nilai minimal MOR sebesar 80 kg/cm 2. Dengan
demikian pada penelitian ini, nilai pengembangan tebal semua papan partikel yang
dihasilkan tidak memenuhi standar. Jadi papan partikel yang dihasilkan pada
penelitian ini tidak ada yang memenuhi standar. Keteguhan Patah (Modulus of
Rapture/MOR) merupakan ukuran beban maksimum yang dapat diterima oleh
kayu. MOR ini ditentukan dari beban maksimum dikali jarak sangga dibagi luas
penampangnya. Beban maksimum diperoleh dari pengujian contoh uji hingga
contoh uji tersebut mengalami rusak/patah.
Hasil penelitian 1 menunjukkan nilai MOE papan partikel 1:5=64,2672
kg/mm2dan 1:6=89,2009 kg/mm2 , sedangkan pada penelitian 2 memiliki nilai MOE
antara 2.104,95-11.135,76 kg/cm2 dengan nilai rata-rata 7110,33 kg/cm2. Standar SNI
03-2105-1996 nilai minimum MOE 15000 kg/cm2 sedangkan standar JIS A 59082003 mensyaratkan nilai minimal MOE sebesar 20.000 kgf/cm2. Dengan demikian
pada penelitian 1 tidak sesuai standar SNI, untuk perlakuan 1:6 telah memenuhi
standar JIS A. Sedangkan pada penelitian 2 , nilai pengembangan tebal semua papan
partikel yang dihasilkan tidak memenuhi standar. Jadi papan partikel yang dihasilkan
pada penelitian ini tidak ada yang memenuhi standar yang disyaratkan JIS.
Keteguhan
Lentur (Modulus
of
Elasticity/ MOE) merupakan ukuran
ketahanan kayu dalam mempertahankan perubahan bentuk akibat adanya beban dan
berhubungan langsung dengan kayu. Semakin tinggi nilai MOE, maka semakin
elastis
24
Hasil penelitian 2 menunjukkan nilai Ikatan internal (Internal bond/IB) papan
partikel antara 1,04-6,09 kgf/cm2 dengan nilai rata-rata 3,57 kgf/cm2. Standar SNI 032105-1996 dan standar JIS A 5908 -2003 mensyaratkan nilai minimal IB sebesar 1,5
kg/cm2. Dengan demikian pada penelitian ini, nilai IB pada hampir semua papan
partikel yang dihasilkan memenuhi standar JIS. Salah satu sifat kekuatan penting
yang lain dari papan partikel adalah Internal Bond (IB) yaitu kekuatan tarik tegak
lurus bidang panil. Ikatan internal adalah ukuran tunggal terbaik tentang kualitas
pembuatan suatu papan partikel karena menunjukkan kekuatan ikatan antar partikelpartikel (Bowyer et al., 2003).
Dari kedua penelitian penelitian dapat dilihat berdasarkan perbandingan nilai
fisis dan mekanis papan partikel bahwa pembuatan papan partikel tersebut belum
memenuhi standar baik ditinjau dari standar SNI 03-2105-1996 dan standar JIS A
5908 -2003.
Secara umum dari teknologi kayu, semua jenis kayu dapat digunakan
sebagai bahan baku papan partikel, tetapi dalam proses perekatan dipengaruhi oleh
sifat fisika dan kimia kayu. Faktor yang perlu diketahui dari jenis bahan baku
papan partikel antara lain kadar air, berat jenis, ekstraktif, pH, dan kapasitas
penyangga.
Keunggulan produk papan partikel Penelitian 1 berbahan baku Sabut
Kelapa dan perekat lem kopal antara lain:
1. Mudahnya mencari bahan baku produk partikel board (sabut kelapa).
2. Memaksimalkan pemanfaatan limbah sabut kelapa.
3. Serat sabut memiliki daya apung yang tinggi, tahan terhadap bakteri, air
garam dan murah.
4. Kegunaan produk ini dapat digunakan sebagai : Bahan penyerap cairan,
pengisi pada pertisi atau dinding penyekat, pengganti papan busa
(Styrofoam), kotak pembungkus bagian dalam barang-barang yang tidak
tahan banting (elektronik, gelas,dll).
25
Kelemahan produk papan partikel Penelitian 1 berbahan baku Sabut Kelapa
dan perekat lem kopal antara lain:
1. Tidak dapat di gintir dengan baik dan tergolong serat kaku.
2. Mutu serat sabut kelapa atau coconut fibre, ditentukan oleh warna,
persentase kotoran, kadar air dan proporsi antara bobot serat panjang
dan serat yang pendek.
3. Kelemahan lain pada penelitian pertama ini adalah pengujian sifat fisis
mekanis yang dilakukan hanya meliputi Pengujian berat jenis, Modulus
Elastisitas (MOE), Modulus Pecah (MOR) dan ketiga nilainya tidak
memenuhi standar SNI dan JIS A.
Keunggulan produk papan partikel Penelitian 2 berbahan baku Dari Limbah
Pemanenan Kayu Akasia (Acacia mangium L.) dan bahan
perekat urea
formaldehyde/UF dan phenol formaldehyde/PF) antara lain:
1. Memaksimalkan pemanfaatan sumber daya kayu yang semakin terbatas
dengan menggunakan bahan baku limbah kayu akasia.
2. Pengujian sifat fisis kayu meliputi kadar air dan kerapatan papan
partikel sesuai dengan standar SNI dan JIS A.
3. Papan partikel yang dibuat dari bahan baku limbah pemanenan kayu mangium
ditinjau dari sifat fisis dan mekanisnya dapat digunakan sebagai komponen
mebel.
4. Perekat jenis phenol formaldehyde/PF memiliki wujud keras, kuat, awet,
dan dapat dicetak pada berbagai kondisi. Sedangkan Perekat urea
formaldehyde/UF memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap air
dingin dang aka tahan pada air panas.
Kelemahan produk papan partikel Penelitian 2 berbahan baku Dari Limbah
Pemanenan Kayu Akasia (Acacia mangium L.) dan bahan
formaldehyde/UF dan phenol formaldehyde/PF) antara lain:
perekat urea
26
1.
Pada pengujian sifat fisis papan partikel meliputi nilai Daya Serap Air,
dan Pengembangan Tebal belum memenuhi standard SNI dan JIS A.
2.
Pada pengujian sifat mekanis papan partikel meliputi nilai Keteguhan
Patah (Modulus of Rapture/MOR), Keteguhan Lentur (Modulus
of
Elasticity/MOE), dan Ikatan Internal (Internal Bond/IB) belum memenuhi
nilai standard SNI dan JIS A.
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terkait analisis produk papan partikel dapat
disimpulkan bahwa:
1. Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel kayu
yang terbut dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa
lainnya, yang diikat dengan perekat atau bahan pengikat lainnya kemudian
dikempa panas.
2. Perbandingan produk papan partikel dapat dilihat dari sifat fisis mekanisnya
meliputi: Kadar air, kerapatan, nilai daya serap air, pengembangan tebal,
Keteguhan Patah (Modulus of Rapture/MOR), Keteguhan Lentur (Modulus of
Elasticity/MOE), dan Ikatan Internal (Internal Bond/IB.
3. Pada penelitian 1 Papan Partikel dibuat dari Limbah sabut kelapa dengan perekat lem
kopal yang diuji berdasarkan nilai berat jenis, Modulus of Elasticity (MOE)
1:5=64,2672 kg/mm2dan 1:6=89,2009 kg/mm2 , Modulus of Rapture (MOR) 1
: 5 = 2,4555 kg/mm2; dan 1 : 6 = 1,7513 kg/mm2 dan ketiga nilainya tidak
memenuhi standar SNI dan JIS A.
4. Pada penelitian 2 Papan partikel dapat dibuat dari limbah pemanenan kayu akasia
yang dihasilkan masih ada yang di bawah standar SNI dan
JIS A 5908-2003
sehingga penggunaan yang sesuai adalah untuk papan nonstruktrual seperti mebel
(furniture). Secara keseluruhan papan partikel yang mempuanyai sifat paling terbaik
adalah papan partikel dari teras dengan perekat PF yaitu papan dengan kerapatan
0,707 g/cm3; nilai daya serap air 92,76 %; pengembangan tebal 32,43 %; MOR 76,55
kgf/cm2; MOE 11.135,76 kgf/cm2; dan IB 1,57 kgf/ cm2.
4.2 Saran
Untuk mendapatkan kualitas produk papan partikel yang berkualitas dan
memenuhi standar uji SNI dan JIS A, sebaiknya perlu diperhatikan dalam pemilihan
28
bahan baku, perekat serta teknologi dalam pengolahan papan partikel, karna
ketiganya dapat mempengaruhi kualitas produk yang baik
29
DAFTAR PUSTAKA
Anasrul. 2013. Pengaruh Waktu Pengempaan Papan Partikel Serat Tandan
Kosong Kelapa Sawit Terhadap Aspek Kekuatan Tekan. [Skripsi].
Fakultas Teknik. Universitas Andalas. Padang.
Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 2006. SNI Mutu Papan Partikel. SNI 032105-2006. Jakarta.
Departemen Kehutanan, 1997. Ensiklopedi Kehutanan Indonesia. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Despita, N. 2004. Pengaruh Dan Jenis Perekat Terhadap Sifat Fisik Dan Mekanis
Papan Partikel Kayu Manis (Cinnamomun burmani). Fakultas
Pertanian. Unuversitas Andalas. Padang.
Dumanauw, J. F. 1990. Mengenal Kayu. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Hambali, E. Rahman, O. Suryani, A. Hapsari dan M. Rossalia. 2001. Teknologi
Hasil Hutan Ikutan. IPB. Bogor.
Haygreen, J.G and J. L. Bowyer. 1982. Hasil Hutan dan Ilm Kayu Suatu
Pengantar (Cetakan Edisi Ketiga). Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Haygreen, J.G., dan Bowyer, J.L. 1982. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu
Pengantar (Cetakan Edisi Ketiga). Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Muhdi., dkk. 2013. Studi Pembuatan Papan Partikel Dari Limbah Pemanenan Kayu Akasia
(Acacia mangium L.). Universitas Sumatra Utara .Medan.
Nazir, N. 1988. Pengaruh Kadar Perekat Dan Pemberian Kulit Batang Terhadap
Sifat Papan Partikel Dari Kayu Tusam (Pinus Merkusi, Jungh Et
De Vries). Faperta UNAND. Padang.
30
Subiyanto, B. Saragih, R. dan Husin, E. 2003. Pemanfaatan serbuk sabut kelapa
sebagai bahan penyerap air dan oil berupa panen papan partikel.
Jurnal ilmu & teknologin kayu tropis 1 (1). Hal 1.
Sudarsono, dkk. 2010. Pembuatan
Papan Partikel Berbahan Baku Sabut Kelapa
Dengan Bahan Pengikat Alami (Lem Kopal). [Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian]. Universitas Andalas. Padang.
Sutigno, P. 1998. Perekat dan Perekatan. BPHH Departemen Kehutanan. Bogor.
Download