Uploaded by User23361

Makalah kelompok filsafat ilmu 1

advertisement
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah,
rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Metode Ilmiah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas mahasiswa yang menguikuti mata kuliah Filsafat Ilmu di Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kusuma Negara (STKIP) Jakarta.
Penyusun sangat menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam
penyusunan proposal ini. Oleh karena ini pada kesempatan ini, penyusun ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :
1.
Drs. Ruli Rusafni M.Pd selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu.
2.
Kedua orang tua yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tiada
henti untuk kami.
3.
Anggota kelompok 7 yang telah bekeja keras selama penyusunan makalah
ini.
4.
Teman-teman yang selalu membantu dalam penyusunan makalah ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penyusun berharap makalah ini dapat berguna untuk seluruh
pembaca pada umumnya.
Jakarta, 03 Maret 2013
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
....................................
i
..........................................
ii
BAB I Pendahuluan
..............................
1
BAB II Metode Ilmiah
..............................
2
........................
2
A. Pengertian Metoe Ilmiah
B. Teori Korespondensi (The correspondence theory of truth)
4
C. Proses Kegiatan Ilmiah
..............................
5
BAB III KESIMPULAN
..............................
13
.....................................
14
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian adalah pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terusmenerus terhadap sesuatu atau penelitian juga merupakan percobaan yang hatihati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru.
Penelitian dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method) disebut
penelitian ilmiah (scientific research). Dalam penelitian ilmiah ini, selalu
ditemukan dua unsur penting, yaitu unsur observasi (pengamatan) dan unsur nalar
(reasoning). Unsur pengamatan merupakan kerja dengan pengetahuan mengenai
fakta-fakata tertentu diperoleh melalui kerja mata (pengamatan) dengan
menggunakan persepsi (sense of perception). Nalar, adalah suatu kekuatan dengan
mana arti dari fakta-fakta, hubungan dan interelasi terhadap pengetahuan yag
timbul, sebegitu jauh ditetapkan sebagai pengetahuan yang sekarang.
Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematik, pengetahuan
dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum
atau ilmu adalah pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan
arti serta menyeluruh dan sistematik.
Ilmu bukan saja merupakan suatu himpunan pengetahuan yang sistematis,
tetapi juga merupakan suatu metodologi. Ilmu telah memberikan metode dan
sistem, yang mana tanpa ilmu, semua itu akan merupakan suatu kebutuhan saja.
Nilai dari ilmu tidak saja terletak dalam pengetahuan yang dikandungnya,
sehingga si penuntut ilmu menjadi seorang yang ilmiah, baik dalam ketrampilan,
dalam pandangan maupun tindak tanduknya.
Ilmu adalah
suatu
pengetahuan
yang
sistematis
dan
terorganisasi. Penelitian adalah suatu penyelidikan yang hati-hati serta teratur dan
terus-menerus untuk memecahkan suatu masalah. Ilmu dan penelitian mempunyai
hubungan yang sangat erat, seperti hasil dan proses. Penelitian adalah proses,
sedangkan hasilnya adalah ilmu. Ilmu dan penelitian adalah sama-sama proses,
sehingga ilmu dan penelitian adalah proses yang sama. Hasil dari proses adalah
kebenaran.
1
BAB II
METODE ILMIAH
A. Pengertian Metode Ilmiah.
Metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang artinya jalan.
Sedangkan dalam bahasa latin “methodus” berarti cara. Metode merupakan kajian
atau telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan asas-asas
logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian
ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat
metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syaratsyarat tertentu.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa metode adalah
suatau proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan
teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk
mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah.
Sedangkan metodologi adalah pengkajian mengenai model atau bentuk metodemetode, aturan-aturan yang harus dipakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan. Jika
dibandingkan antara metode dan metodologi, maka metodologi lebih bersifat
umum dan metode lebih bersifat khusus.
Metode, menurut Senn, merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu,
yang memiliki langkah-langkah yang sistematis. Seperti diketahui berpikir adalah
kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan
ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka
pengetahuan yang dihasialkan diharapkan mempunyai karakteristik-karrakteristik
tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan terujia
yang
memungkinkan
tubuh
pengetahuan
yang
disusunnya
merupakan
pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini, maka metode ilmiah mencoba
menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam
membangun tubuh pengetahuannya
2
Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dalam mempelajari peraturanperaturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian
dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah.
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia
mengamati sesuatu. Secara ontologis ilmu membatasi masalah yang diamati dan
dikaji hanya pada masalah yang terdapat dalam ruang lingkup jangkauan
pengetahuan manusia. Jadi ilmu tidak mempermasalahkan tentang hal-hal di luar
jangkauan manusia. Karena yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari
jawabannya pada dunia yang nyata pula.
Einstein menegaskan bahwa ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan
fakta, apapun juga teori-teori yang menjembatani antara keduanya. Teori yang
dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia
fisik tersebut, tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan
secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu
merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesusaian dengan obyek yang
dijelaskannya. Suatu penjelasan walau bagaimanapun meyakinkannya, harus
didukung oleh fakta empiris untuk dinyatakan benar. Di sinilah pendekatan
rasional digabungkan dengan pendekatan empiris dalam langkah-langkah yang
disebut metode ilmiah.
Secara umum tujuan penggunaan metode ilmiah adalah :
1.
Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga
merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
2.
Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis.
3.
Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah,
pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan,
diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan
kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai
dengan fakta dari yang tidak.
3
B. Teori Korespondensi (The correspondence theory of truth).
Teori ini dipelopori oleh Bertrand Russel (1872 – 1970). Teori
Korespondensi (The Correspondence Theory of Thruth) adalah teori yang
berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi
terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju
pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta.
Kebenaran ini seutuhya berpangkal dari keadaan atau kenyataan alam yang ada
yang dapat dibuktikan secara inderawi oleh responden.
Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal,
sehingga dapat digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena
aristoteles sejak awal (sebelum abad modern) mensyaratkan kebenaran
pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya. Hal ini dapat
diartikan bahwa teori yang diterapkan atau dikemukakan tidak boleh
bersimpangan atau bersebrangan dengan kenyataan yang menjadi objek.
Dalam teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek atau bidang
non-empiris atau objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah
kebenaran yang sifatnya objektif dan harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa
kenyataan dalam pembentukan objektivanya. Kebenaran yang benar-benar lepas
dari kenyataan subjek.
Dalam teori ini terdapat tiga kesukaran dalam menentukan kebenaran yang
disebabkan karena :
1.
Teori korespondensi memberikan gambaran yang menyesatkan dan yang
terlalu sederhana mengenai bagaimana kita menentukan suatu kebenaran atau
kekeliruan dari suatu pernyataan. Bahkan seseorang dapat menolak
pernyataan sebagai sesuatu yang benar didasarkan dari suatu latar belakang
kepercayaannya masing-masing.
2.
Teori korespondensi bekerja dengan idea, “bahwa dalam mengukur suatu
kebenaran kita harus melihat setiap pernyataan satu-per-satu, apakah
pernyataan tersebut berhubungan dengan realitasnya atau tidak.” Lalu
4
bagaimana jika kita tidak mengetahui realitasnya? Bagaimanapun hal itu sulit
untuk dilakukan.
3.
Kelemahan teori kebenaran korespondensi ialah munculnya kekhilafan karena
kurang cermatnya penginderaan, atau indera tidak normal lagi sehingga apa
yang dijadikan sebagai sebuah kebenaran tidak sesuai dengan apa yang ada di
alam.
Sebuah ketelitian dan kesigapan dalam menentukan sebuah kebenaran dalam
menentukan teori kebenaran koresponensi sangat diutamakan sebab untuk
menghindari kesalahan yang terjadi atas tiga hal tersebut. Maka faktor inderawi
yang menjadi alat untuk mengungkap kenyataan alam harus dapat menyatakan
yang sebenarnya, mengetahui/menguasai realitas yang ada dan cermat.
Sebuah ketelitian dan kesigapan dalam menentukan sebuah kebenaran dalam
menentukan teori kebenaran koresponensi sangat diutamakan sebab untuk
menghindari kesalahan yang terjadi atas tiga hal tersebut di atas. Maka faktor
inderawi yang menjadi alat untuk mengungkap kenyataan alam harus dapat
menyatakan yang sebenarnya, mengetahui/menguasai realitas yang ada dan
cermat.
Dalam teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek/bidang nonempiris atau objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah
kebenaran yang sifatnya objektif, ia harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa
kenyataan dalam pembentukan objektivitasnya. Kebenaran yang benar-benar
lepas dari kenyataan subjek.
C. Proses Kegiatan Ilmiah.
Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu yang merupakan gabungan antara penalaran deduktif dan penalaran
induktif. Proses kegiatan ilmiah pada hakikatnya adalah kegiatan berfikir yang
bersifat analitis. Logika merupakan alur jalan pikiran yang dilalui dalam kegiatan
analisis agar kegiatan berfikir tersebut membuahkan kesimpulan yang sahih.
Kegiatan ilmiah pada pokoknya menggunakan dua jenis logika yaitu:
5
1.
Logika deduktif adalah cara penarikan kesimpulan dari pernyataan yang
bersifat umum kepada pernyataan yang bersifat khas.
2.
Logika induktif merupakan cara penalaran kesimpulan dari pernyataan yang
bersifat individual (khas) kepada pernyataan yang bersifat umum.
Menurut Ritchie Calder, proses kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia
mengamati sesuatu dan kemudian muncul pertanyaan, mengapa manusia mulai
mengamati ? Manusia mulai mempunyai perhatian tertentu terhadap suatu objek
karena suatu masalah atau kesukaran yang dirasakan dalam pengalaman manusia
yang menimbulkan pertanyaan.
Dalam usaha untuk memecahkan masalah tersebut maka ilmu tidak berpaling
pada perasaan melainkan pada pikiran yang berdasarkan pada penalaran. Masalah
yang dihadapi manusia adalah nyata, sehingga ilmu mencari jawabannnya pada
dunia nyata pula. Ilmu dimulai dari fakta dan diakhiri dengan fakta.
Secara sederhana, semua teori ilmiah harus memenuhi 2 (dua) syarat utama,
yaitu :
1.
Harus konsisten dengan teori teori sebelumnya yang memungkinkan tidak
terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
2.
Harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab bagaimanapun konsistennya
kalau tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima
kebenarannya secara ilmiah.
Unsur-unsur utama dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut :
1.
Karakteristik (pengamatan dan pengukuran).
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek
investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat
utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini
juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan
yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan atau perhitungan yang
cermat.
Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol,
seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau
dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Hasil pengukuran secara
6
ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau
dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regrasi.
Metode ilmiah mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.
Sistematik.
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan
sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai
yang kompleks.
b.
Logis.
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan
fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau
kaidah bekerjanya akal, yaitulogika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa
prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari
berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir
untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat
umum.
c.
Empirik.
Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-
hari (fakta aposteriori,yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau
melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
 Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada
penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
 Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
 Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya
(ada hubungan sebab akibat).
d.
Replikatif.
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh
peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan
metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan
definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
7
2.
Hipotesis.
Hipotesis merupakan penjelasan teoritis yang merupakan dugaan atas hasil
pengamatan dan pengukuran). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai suatu dugaan
yang perlu diketahui kebenarannya yang berarti dugaan itu mungkin benar
mungkin salah. Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya
mengandung beberapa hal, diantaranya :
a.
Hipotesis harus menduga hubungan di antara beberapa variabel.
Hipotesis harus menduga hubungan di antara beberapa variabel atau
lebih, disini harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut
mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana
perubahan dalam variabel yang satu membawa perubahan pada variabel yang
lain.
b.
Hipotesis harus dapat diuji.
Hipotesis harus dapat diuji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal
ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris.
c.
Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan.
Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam beberapa masalah dan khususnya pada permulaan
penelitian, ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang
sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai
dasar.
d.
Hipotesis dinyatakan secara sederhana.
Hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan
apa yang dibutuhkan peneliti.
3.
Prediksi (deduksi dari hipotesis).
Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi.
Prediksi
tersebut
mungkin
meramalkan
hasil
suatu
eksperimen
dalam
laboratorium atau pengamatan suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat
pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas.
Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui
kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan
8
demikianlah maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa
hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah
diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat
membuat hipotesis. Jika prediksi tersebut tidak dapat diamati, hipotesis yang
mendasari prediksi tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan
harus menunggu metode yang mungkin akan datang.
4.
Eksperimen.
Setelah prediksi dibuat, hasilnya dapat diuji dengan eksperimen. Jika hasil
eksperimen bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis yang sedak diuji
tidaklah benar atau tidak lengkap dan membutuhkan perbaikan atau bahkan perlu
ditinggalkan. Jika hasil eksperimen sesuai dengan prediksi, maka hipotesis
tersebut boleh jadi benar namun masih mungkin salah dan perlu diuji lebih lanjut.
Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan
meningkatkan probabilitas kebenaran hipotesis tersebut. Hasil eksperimen secara
mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut
bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi yang
dibuat, beberapa eksperimen dapat dilakukan. Eksperimen tersebut dapat berupa
eksperimen klasik di dalam laboratorium atau ekskavasi arkeologis. Pencatatan
yang detail sangatlah penting dalam eksperimen, untuk membantu dalam
pelaporan hasil eksperimen dan memberikan bukti efektivitas dan keutuhan
prosedur yang dilakukan. Pencatatan juga akan membantu dalam reproduksi
eksperimen.
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode
ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
1.
Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan
dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata.
Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira,
legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
9
2.
Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari
pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan
bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.
3.
Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta member! arti terhadap fenomena yang kompleks,
harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta
pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung
tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja.
Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa
yang tajam.
4.
Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan
menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk menyatukan persoalan serta
memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin
diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan
yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
5.
Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif.
Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbanganpertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang
waras.
6.
Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan,
kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran
seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan
Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh
sebatang rokok, dan sebagainya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan
menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.
10
Menurut John Dewey, alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah,
sebagai berikut :
1.
Perumusan masalah.
Perumusan masalah merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang
jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di
dalamnya.
2.
Pengkajian pustaka.
Pengkajian pustaka merupakan kajian tentang teori atau pengetahuan yang
relevan dengan pengetahuan.
3.
Penyusunan kerangka berpikir.
Penyusunan kerangka berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan
hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan
membentuk konstelasi atau kumpulan permasalahan.
4.
Perumusan hipotesis.
Perumusan hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
berpikir yang dikembangkan.
5.
Pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan, apakah terdapat fakta-fakta yang
mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
6.
Penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang
diajukan itu ditolak atau diterima.
Metode ilmiah memang selalu digunakan dalam penulisan karya ilmiah,
namun penggunaan metode ilmiah juga memiliki keunggulan dan keterbatasan,
yaitu sebagai berikut :
1.
Keunggulan metode ilmiah :
a. Mencintai kebenaran obyektif, bersifat adil dan hidup bahagia.
b. Kebenaran tidak absolut karena kebenaran dicari secara terus menerus.
11
c. Dengan ilmu pengetahuan kita tidak dapat dengan mudah percaya pada
takhayul, astrologi maupun untung-untungan karena terjadi proses yang
teratur di alam.
d. Dengan ilmu pengetahuan kita memiliki rasa ingin tahu yang lebih
banyak.
e. Dengan ilmu pengetahuan kita tidak mudah berprasangka tetapi dapat
berpikir secara terbuka, obyektif, dan toleran.
f. Dengan metode ilmiah kita tidak mudah percaya tanpa bukti.
g. Dengan metode ilmiah kita jadi memiliki sikap optimis, teliti, berani
membuat pernyataan yang benar menurut ilmiah.
2.
Keterbatasan metode ilmiah :
a. Metode ilmiah bersifat tentatif yaitu sebelum ada kebenaran ilmu yang
dapat menolak kesimpulan maka kesimpulan dianggap benar. tetapi
kesimpulan ilmiah bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.
b. Metode ilmiah tidak dapat membuat kesimpulan tentang baik buruk sistem
nilai dan juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan estetika.
Namun demikian penggunaan metode ilmiah juga mempunyai peran yang
sangat penting dalam suatu penelitian, yaitu sebagai berikut :
a. Metode ilmiah berperan untuk memberikan penjelasan logis dalam ilmu
empiris.
b. Sebagai landasan dalam melakukan suatu penelitian ilmiah.
c. Berperan dalam memberikan bukti yang konkrit terhadap suatu ilmu
pengetahuan
12
BAB III
KESIMPULAN
Metode merupakan kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematik dari
beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang
menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur
dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan
pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan
dapat
disebut
ilmu,
sebab
ilmu
merupakan
pengetahuan
yang
cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan
kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai
dengan fakta dari yang tidak. Menurut teori kebenaran korespodensi, kebenaran
atau keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu
pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya atau faktanya. Dalam teori
kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek atau bidang non-empiris atau
objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang
sifatnya objektif dan harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan
dalam pembentukan objektivitasnya.
Proses kegiatan ilmiah pada hakikatnya adalah kegiatan berfikir yang bersifat
analitis. Logika merupakan alur jalan pikiran yang dilalui dalam kegiatan analisis
agar kegiatan berfikir tersebut membuahkan kesimpulan yang sahih.
Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah meliputi perumusan masalah,
pengkajian pustaka, penyusunan kerangka berpikir, perumusan hipotesis,
pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan.
Penggunaan metode ilmiah bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah
(yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat
diandalkan. Selain itu penggunaan metode ilmiah merupakan suatu pengejaran
terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://yuyunchelsea.wordpress.com/2012/11/12/metode-ilmiah/
http://eziekim.wordpress.com/2011/03/14/metode-ilmiah/
http://resitanoviana.blogspot.com/2012_05_01_archive.htm
Leopark62.wordpress.com/.../karakteristik-dan-ciri-ciri-metode-ilmiah...
blog-byrina.blogspot.com/2012/11/metode-ilmiah.html
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/01/teori-kebenaran.html
14
Download