KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Metode Ilmiah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mahasiswa yang menguikuti mata kuliah Filsafat Ilmu di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kusuma Negara (STKIP) Jakarta. Penyusun sangat menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini. Oleh karena ini pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat : 1. Drs. Ruli Rusafni M.Pd selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu. 2. Kedua orang tua yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tiada henti untuk kami. 3. Anggota kelompok 7 yang telah bekeja keras selama penyusunan makalah ini. 4. Teman-teman yang selalu membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Akhir kata, penyusun berharap makalah ini dapat berguna untuk seluruh pembaca pada umumnya. Jakarta, 03 Maret 2013 Penyusun i DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi .................................... i .......................................... ii BAB I Pendahuluan .............................. 1 BAB II Metode Ilmiah .............................. 2 ........................ 2 A. Pengertian Metoe Ilmiah B. Teori Korespondensi (The correspondence theory of truth) 4 C. Proses Kegiatan Ilmiah .............................. 5 BAB III KESIMPULAN .............................. 13 ..................................... 14 Daftar Pustaka ii BAB I PENDAHULUAN Penelitian adalah pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terusmenerus terhadap sesuatu atau penelitian juga merupakan percobaan yang hatihati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru. Penelitian dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method) disebut penelitian ilmiah (scientific research). Dalam penelitian ilmiah ini, selalu ditemukan dua unsur penting, yaitu unsur observasi (pengamatan) dan unsur nalar (reasoning). Unsur pengamatan merupakan kerja dengan pengetahuan mengenai fakta-fakata tertentu diperoleh melalui kerja mata (pengamatan) dengan menggunakan persepsi (sense of perception). Nalar, adalah suatu kekuatan dengan mana arti dari fakta-fakta, hubungan dan interelasi terhadap pengetahuan yag timbul, sebegitu jauh ditetapkan sebagai pengetahuan yang sekarang. Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematik, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum atau ilmu adalah pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistematik. Ilmu bukan saja merupakan suatu himpunan pengetahuan yang sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi. Ilmu telah memberikan metode dan sistem, yang mana tanpa ilmu, semua itu akan merupakan suatu kebutuhan saja. Nilai dari ilmu tidak saja terletak dalam pengetahuan yang dikandungnya, sehingga si penuntut ilmu menjadi seorang yang ilmiah, baik dalam ketrampilan, dalam pandangan maupun tindak tanduknya. Ilmu adalah suatu pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi. Penelitian adalah suatu penyelidikan yang hati-hati serta teratur dan terus-menerus untuk memecahkan suatu masalah. Ilmu dan penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat, seperti hasil dan proses. Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu. Ilmu dan penelitian adalah sama-sama proses, sehingga ilmu dan penelitian adalah proses yang sama. Hasil dari proses adalah kebenaran. 1 BAB II METODE ILMIAH A. Pengertian Metode Ilmiah. Metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang artinya jalan. Sedangkan dalam bahasa latin “methodus” berarti cara. Metode merupakan kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa metode adalah suatau proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah. Sedangkan metodologi adalah pengkajian mengenai model atau bentuk metodemetode, aturan-aturan yang harus dipakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan. Jika dibandingkan antara metode dan metodologi, maka metodologi lebih bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus. Metode, menurut Senn, merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis. Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasialkan diharapkan mempunyai karakteristik-karrakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan terujia yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini, maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya 2 Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dalam mempelajari peraturanperaturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Secara ontologis ilmu membatasi masalah yang diamati dan dikaji hanya pada masalah yang terdapat dalam ruang lingkup jangkauan pengetahuan manusia. Jadi ilmu tidak mempermasalahkan tentang hal-hal di luar jangkauan manusia. Karena yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawabannya pada dunia yang nyata pula. Einstein menegaskan bahwa ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta, apapun juga teori-teori yang menjembatani antara keduanya. Teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut, tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesusaian dengan obyek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan walau bagaimanapun meyakinkannya, harus didukung oleh fakta empiris untuk dinyatakan benar. Di sinilah pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan empiris dalam langkah-langkah yang disebut metode ilmiah. Secara umum tujuan penggunaan metode ilmiah adalah : 1. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. 2. Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. 3. Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak. 3 B. Teori Korespondensi (The correspondence theory of truth). Teori ini dipelopori oleh Bertrand Russel (1872 – 1970). Teori Korespondensi (The Correspondence Theory of Thruth) adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Kebenaran ini seutuhya berpangkal dari keadaan atau kenyataan alam yang ada yang dapat dibuktikan secara inderawi oleh responden. Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal, sehingga dapat digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena aristoteles sejak awal (sebelum abad modern) mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya. Hal ini dapat diartikan bahwa teori yang diterapkan atau dikemukakan tidak boleh bersimpangan atau bersebrangan dengan kenyataan yang menjadi objek. Dalam teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek atau bidang non-empiris atau objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif dan harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam pembentukan objektivanya. Kebenaran yang benar-benar lepas dari kenyataan subjek. Dalam teori ini terdapat tiga kesukaran dalam menentukan kebenaran yang disebabkan karena : 1. Teori korespondensi memberikan gambaran yang menyesatkan dan yang terlalu sederhana mengenai bagaimana kita menentukan suatu kebenaran atau kekeliruan dari suatu pernyataan. Bahkan seseorang dapat menolak pernyataan sebagai sesuatu yang benar didasarkan dari suatu latar belakang kepercayaannya masing-masing. 2. Teori korespondensi bekerja dengan idea, “bahwa dalam mengukur suatu kebenaran kita harus melihat setiap pernyataan satu-per-satu, apakah pernyataan tersebut berhubungan dengan realitasnya atau tidak.” Lalu 4 bagaimana jika kita tidak mengetahui realitasnya? Bagaimanapun hal itu sulit untuk dilakukan. 3. Kelemahan teori kebenaran korespondensi ialah munculnya kekhilafan karena kurang cermatnya penginderaan, atau indera tidak normal lagi sehingga apa yang dijadikan sebagai sebuah kebenaran tidak sesuai dengan apa yang ada di alam. Sebuah ketelitian dan kesigapan dalam menentukan sebuah kebenaran dalam menentukan teori kebenaran koresponensi sangat diutamakan sebab untuk menghindari kesalahan yang terjadi atas tiga hal tersebut. Maka faktor inderawi yang menjadi alat untuk mengungkap kenyataan alam harus dapat menyatakan yang sebenarnya, mengetahui/menguasai realitas yang ada dan cermat. Sebuah ketelitian dan kesigapan dalam menentukan sebuah kebenaran dalam menentukan teori kebenaran koresponensi sangat diutamakan sebab untuk menghindari kesalahan yang terjadi atas tiga hal tersebut di atas. Maka faktor inderawi yang menjadi alat untuk mengungkap kenyataan alam harus dapat menyatakan yang sebenarnya, mengetahui/menguasai realitas yang ada dan cermat. Dalam teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek/bidang nonempiris atau objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif, ia harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam pembentukan objektivitasnya. Kebenaran yang benar-benar lepas dari kenyataan subjek. C. Proses Kegiatan Ilmiah. Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu yang merupakan gabungan antara penalaran deduktif dan penalaran induktif. Proses kegiatan ilmiah pada hakikatnya adalah kegiatan berfikir yang bersifat analitis. Logika merupakan alur jalan pikiran yang dilalui dalam kegiatan analisis agar kegiatan berfikir tersebut membuahkan kesimpulan yang sahih. Kegiatan ilmiah pada pokoknya menggunakan dua jenis logika yaitu: 5 1. Logika deduktif adalah cara penarikan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum kepada pernyataan yang bersifat khas. 2. Logika induktif merupakan cara penalaran kesimpulan dari pernyataan yang bersifat individual (khas) kepada pernyataan yang bersifat umum. Menurut Ritchie Calder, proses kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia mengamati sesuatu dan kemudian muncul pertanyaan, mengapa manusia mulai mengamati ? Manusia mulai mempunyai perhatian tertentu terhadap suatu objek karena suatu masalah atau kesukaran yang dirasakan dalam pengalaman manusia yang menimbulkan pertanyaan. Dalam usaha untuk memecahkan masalah tersebut maka ilmu tidak berpaling pada perasaan melainkan pada pikiran yang berdasarkan pada penalaran. Masalah yang dihadapi manusia adalah nyata, sehingga ilmu mencari jawabannnya pada dunia nyata pula. Ilmu dimulai dari fakta dan diakhiri dengan fakta. Secara sederhana, semua teori ilmiah harus memenuhi 2 (dua) syarat utama, yaitu : 1. Harus konsisten dengan teori teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan. 2. Harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab bagaimanapun konsistennya kalau tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. Unsur-unsur utama dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik (pengamatan dan pengukuran). Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Hasil pengukuran secara 6 ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regrasi. Metode ilmiah mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks. b. Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitulogika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum. c. Empirik. Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari- hari (fakta aposteriori,yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu : Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain). Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu. Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat). d. Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti. 7 2. Hipotesis. Hipotesis merupakan penjelasan teoritis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai suatu dugaan yang perlu diketahui kebenarannya yang berarti dugaan itu mungkin benar mungkin salah. Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya mengandung beberapa hal, diantaranya : a. Hipotesis harus menduga hubungan di antara beberapa variabel. Hipotesis harus menduga hubungan di antara beberapa variabel atau lebih, disini harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa perubahan pada variabel yang lain. b. Hipotesis harus dapat diuji. Hipotesis harus dapat diuji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris. c. Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan. Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam beberapa masalah dan khususnya pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. d. Hipotesis dinyatakan secara sederhana. Hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti. 3. Prediksi (deduksi dari hipotesis). Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam laboratorium atau pengamatan suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas. Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan 8 demikianlah maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis. Jika prediksi tersebut tidak dapat diamati, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode yang mungkin akan datang. 4. Eksperimen. Setelah prediksi dibuat, hasilnya dapat diuji dengan eksperimen. Jika hasil eksperimen bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis yang sedak diuji tidaklah benar atau tidak lengkap dan membutuhkan perbaikan atau bahkan perlu ditinggalkan. Jika hasil eksperimen sesuai dengan prediksi, maka hipotesis tersebut boleh jadi benar namun masih mungkin salah dan perlu diuji lebih lanjut. Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan probabilitas kebenaran hipotesis tersebut. Hasil eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi yang dibuat, beberapa eksperimen dapat dilakukan. Eksperimen tersebut dapat berupa eksperimen klasik di dalam laboratorium atau ekskavasi arkeologis. Pencatatan yang detail sangatlah penting dalam eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang dilakukan. Pencatatan juga akan membantu dalam reproduksi eksperimen. Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut : 1. Berdasarkan Fakta Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis. 9 2. Bebas dari Prasangka Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif. 3. Menggunakan Prinsip Analisa Dalam memahami serta member! arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam. 4. Menggunakan Hipotesa Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk menyatukan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti. 5. Menggunakan Ukuran Obyektif Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbanganpertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras. 6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating. 10 Menurut John Dewey, alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah, sebagai berikut : 1. Perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya. 2. Pengkajian pustaka. Pengkajian pustaka merupakan kajian tentang teori atau pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan. 3. Penyusunan kerangka berpikir. Penyusunan kerangka berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi atau kumpulan permasalahan. 4. Perumusan hipotesis. Perumusan hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan. 5. Pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan, apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. 6. Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Metode ilmiah memang selalu digunakan dalam penulisan karya ilmiah, namun penggunaan metode ilmiah juga memiliki keunggulan dan keterbatasan, yaitu sebagai berikut : 1. Keunggulan metode ilmiah : a. Mencintai kebenaran obyektif, bersifat adil dan hidup bahagia. b. Kebenaran tidak absolut karena kebenaran dicari secara terus menerus. 11 c. Dengan ilmu pengetahuan kita tidak dapat dengan mudah percaya pada takhayul, astrologi maupun untung-untungan karena terjadi proses yang teratur di alam. d. Dengan ilmu pengetahuan kita memiliki rasa ingin tahu yang lebih banyak. e. Dengan ilmu pengetahuan kita tidak mudah berprasangka tetapi dapat berpikir secara terbuka, obyektif, dan toleran. f. Dengan metode ilmiah kita tidak mudah percaya tanpa bukti. g. Dengan metode ilmiah kita jadi memiliki sikap optimis, teliti, berani membuat pernyataan yang benar menurut ilmiah. 2. Keterbatasan metode ilmiah : a. Metode ilmiah bersifat tentatif yaitu sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan maka kesimpulan dianggap benar. tetapi kesimpulan ilmiah bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. b. Metode ilmiah tidak dapat membuat kesimpulan tentang baik buruk sistem nilai dan juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan estetika. Namun demikian penggunaan metode ilmiah juga mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu penelitian, yaitu sebagai berikut : a. Metode ilmiah berperan untuk memberikan penjelasan logis dalam ilmu empiris. b. Sebagai landasan dalam melakukan suatu penelitian ilmiah. c. Berperan dalam memberikan bukti yang konkrit terhadap suatu ilmu pengetahuan 12 BAB III KESIMPULAN Metode merupakan kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak. Menurut teori kebenaran korespodensi, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya atau faktanya. Dalam teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek atau bidang non-empiris atau objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif dan harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam pembentukan objektivitasnya. Proses kegiatan ilmiah pada hakikatnya adalah kegiatan berfikir yang bersifat analitis. Logika merupakan alur jalan pikiran yang dilalui dalam kegiatan analisis agar kegiatan berfikir tersebut membuahkan kesimpulan yang sahih. Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah meliputi perumusan masalah, pengkajian pustaka, penyusunan kerangka berpikir, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan. Penggunaan metode ilmiah bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Selain itu penggunaan metode ilmiah merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. 13 DAFTAR PUSTAKA http://yuyunchelsea.wordpress.com/2012/11/12/metode-ilmiah/ http://eziekim.wordpress.com/2011/03/14/metode-ilmiah/ http://resitanoviana.blogspot.com/2012_05_01_archive.htm Leopark62.wordpress.com/.../karakteristik-dan-ciri-ciri-metode-ilmiah... blog-byrina.blogspot.com/2012/11/metode-ilmiah.html http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/01/teori-kebenaran.html 14