Uploaded by User22853

Kajian Kontrak Proyek

advertisement
KAJIAN KONTRAK PROYEK, RENCANA KERJA DAN
SPESIFIKASI (RKS), METODE DAN
PENJADWALAN PROYEK
Laporan:
Diajukan untuk memenuhi Tugas 5 (Kelompok)
Mata Kuliah Manajemen Proyek Konstruksi Lanjut dengan
Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Darmawan Pontan
Ir. Tri Yuni Kusumastuti, MSCE
Disusun oleh:
Bowo Widjanarko
Hendra Widjayakusuma
Rinto Sugiharto
Tintus Noviyanto
151.011.81.0010
151.011.81.0015
151.011.81.0020
151.011.81.0023
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
TEKNOLOGI KONSTRUKSI DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
Disclaimer: “Seluruh informasi yang ada dalam laporan ini, akan dijaga
kerahasiannya dan tidak akan dipublikasikan karena hanya digunakan
untuk kepentingan akademis, sesuai dengan peraturan dan ketentuan
pada Program Studi Magister Teknis Sipil Program Pascasarjana
Universitas Trisakti”.
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME. karena Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat
menyelesaiakn laporan berjudul “Kajian Kontrak Proyek, Rencana Kerja dan Spesifikasi
Teknis (RKS), Metode dan Penjadwalan Proyek”, guna memenuhi tugas kelompok Mata
Kuliah Manajemen Konstruksi Lanjutan, Program Magister, Universitas Trisakti.
Dalam pembuatan laporan ini, kami banyak mendapat hambatan dan tantangan namun dengan
dukungan dari berbagai pihak, tantangan tersebut dapat teratasi. Olehnya itu, tim penyusun
mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Untuk itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuannya, utamanya kepada Dosen Pengampu, Dr. Ir. Darmawan Pontan dan
Ir. Tri Yuni Kusumastuti, MSCE dan rekan – rekan kelompok penyusun laporan ini. Semoga
kontribusinya mendapat balasan dari Tuhan YME.
Tim penyusun sadar bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan baik segi penyusunan maupun
isinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laporan
selanjutnya.
Akhir kata, harapan kami laporan ini bisa memberikan manfaat untuk pembaca dan kita sekalian.
Jakarta, 14 September 2019
Tim Penyusun
3
DAFTAR ISI
DISCLAIMER ...........................................................................................................2
KATA PENGANTAR ............................................................................................... 3
DAFTAR ISI ...............................................................................................................4
BAB 1 KONTRAK PROYEK KONSTRUKSI ...................................................... 6
1.1 Data Teknis Proyek .................................................................................. 6
1.2 Kajian Kontrak Proyek .............................................................................8
BAB 2 RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS ...................................10
2.1 Rencana Kerja dan Syarat-syarat .............................................................. 10
2.2 Spesifikasi Teknis .....................................................................................11
BAB 3 METODE PELAKSANAAN .........................................................................13
BAB 4 PENJADWALAN PROYEK .........................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
4
UNIVERSITAS TRISAKSTI
PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL
Mata Kuliah
Tugas Ke
Sifat Tugas
Waktu Pengumpulan
1.
2.
3.
4.
: Manajemen Konstruksi Lanjut
:4
: Kelompok
: 14 September 2019
Membuat Kontrak Proyek Konstruksi Pembangunan.
Membuat Rencana Kerja dan Spesifikasi (RKS) Pekerjaan.
Membuat Metode Pelaksanaan.
Membuat Penjadwalan Proyek Pembangunan.
5
BAB 1
KONTRAK PROYEK KONSTRUKSI
1.1 Data Teknis Proyek
Nama Proyek
Pemberi Tugas
Nama Kontraktor
Lokasi Proyek
: Pembangunan Bendungan Tapin
: PPK Sungai dan Pantai I
: KSO PT. Brantas Abipraya - Waskita
: Desa Pipitak Jaya, Kecamatan Piani,
Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan.
6
7
Jenis Kontrak
Lingkup Pekerjaan
: Harga Satuan (Unit Price).
: 1. Pekerjaan utama
(Pekerjaan Sipil/Konstruksi & Hidromekanikal).
- Terowongan Pengelak
- Bendung Pengelak (Cofferdam).
- Bendungan Utama dan Saddle Dam.
- Bangunan Pelimpah (Spilway).
- Bangunan Pengambil (Intake).
- Bangunan Pelengkap lainnya.
2. Pekerjaan penunjang/sementara.
Nilai kontrak
Jangka Waktu Pelaksanaan
Masa Pemeliharaan
Sumber Dana
: Rp 896.928.900.000
: 1.440 hari kalender.
: 365 hari kalender.
: APBN Tahun Anggaran 2015 s/d 2019.
1.2 Kajian Kontrak Proyek
Pengadaan kontrak merupakan bagian penting dari berjalanya suatu pelaksanaan proyek,
baik dalam pengadaan barang maupun jasa. Suatu kontrak adalah kesepakatan yang dapat
dilaksanakan oleh pengadilan berdasarkan hukum yang berlaku, kepatutan dan kelayakan.
Kontrak dapat juga diartikan sebagai janji tertulis dengan kekuatan hukum, berbengaruh
besar dalam berjalanya sebuah kegiatan usaha, terutama penyedia barang dan jasa. Dengan
jaminan yang jelas, target yang jelas, dan perjanjian yang dapat dipercaya juga dipertanggung
jawabkan dimata hukum. Dalam pekerjaan kontruksi, kontrak menjadi landasan untuk
menjadi dasar perjanjian antara penyedia barang dan jasa kepada pemodal. (Ir. Nazarkhan
Yasin). Landasan landasan hukum pada pengadaan kontrak, baik kontrak Lump Sum maupun
kontrak satuan diuraikan pada Pasal 51 Ayat (1) Perpres 70dan pada kontrak satuan diuraikan
pada Pasal 51 Ayat (2) Perpres 70.
Menurut Pasal 1 Ayat (5) UUJK, Kontrak kerja kostruksi merupakan: “Keseluruhan
dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”.
Imam Soehanto (1995: 552) mendefinisikan kontrak konstruksi sebagai suatu proses dimana
pemilik proyek membuat suatu ikatan dengan agen dengan tugas mengkoordinasikan seluruh
kegiatan penyelenggaraan proyek termasuk studi kelayakan, desain, perencanaan, persiapan
kontrak konstruksi dan lain-lain, kegiatan proyek dengan tujuan meminimkan biaya dan
jadwal serta menjaga mutu proyek.
Berdasarkan Pasal 1 UU No. 18/1999, disebutkan bahwa kontrak kerja konstruksi adalah
keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia
jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Pada dasarnya, kontrak kerja konstruksi
dibuat secara terpisah sesuai tahapan dalam pekerjaan konstruksi, yang terdiri dari kontrak
kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan, untuk pekerjaan pelaksanaan, dan untuk
pekerjaan pengawasan.
Jenis kontrak yang digunakan dalam proyek pembangunan ini mengunakan Kontrak Harga
Satuan (Unit Price). Kontrak harga satuan diuraikan dalam pasal 51 ayat (2) Perpres 70
yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu
tertentu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi
teknis tertentu.
8
b. Volume atau kuantitas pekerjaan masih bersifat perkiraan pada saat kontrak
ditandatangani.
c. Pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang
benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.
d. Dimungkingkan adanya pekerjaan tambah kurang berdasarkan hasil pengukuran bersama
atas pekerjaan yang diperlukan.
Jenis kontrak harga satuan biasanya digunakan pada pengadaan material proyek, pengerjaan
per tahap pada proyek, pengadaan alat proyek, jasa pekerja dan kebutuhan pada pekerjaan
serta pelaksanaan proyek lainya.
Pemilihan jenis kontrak yang baik pada dasarnya adalah penentuan alokasi risiko
berdasarkan kondisi proyek yang diberikan secara tepat kepada masing-masing pihak (yang
terikat dalam kontrak) dimana dianggap paling mampu untuk mengatasi alokasi risiko
proyek. Pemilihan jenis kontrak tidak boleh dipandang untuk mengalihkan seluruh risiko
kepada kontraktor sebagaimana yang sering terjadi terutama pada proyek swasta, karena hal
ini hanya akan meningkatkan biaya dari yang seharusnya.
Tabel Analisa resiko kontrak
Sebelum menentukan jenis kontrak, periksalah kondisi pekerjaan, situasi proyek, design, dan
durasi pelaksanaan lelang. Berikut rekomendasi pemilihan jenis kontrak berdasarkan kondisi
proyek yang paling sering terjadi:
Tabel Kondisi proyek dan pemilihan jenis kontrak
Kondisi Proyek
Jenis Kontrak
1. Penentuan design berdasarkan kondisi
proyek:
- Design adalah perkiraan
Unit price
- Design sudah dapat dipastikan
Lump sum
2. Kelengkapan gambar
- Lengkap
Lump sum
- Kurang lengkap
Unit price
3. Akurasi gambar
- Umumnya akurat
Lump sum
- Banyak ketidakesuaian
Unit price
1. Waktu untuk melakukan tender
- Terbatas
Unit Price
- Cukup lama
Lump sum
Kontrak kerja proyek pembangunan Bendungan Tapin, terlampir pada lampiran 1.
9
BAB 2
RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS
2.1 Rencana Kerja dan Syarat-syarat
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) adalah pedoman penting dalam melaksanakan suatu
proyek di samping gambar. Sehingga penting untuk direview dan dipahami seawal mungkin
untuk kelancaran pelaksanaan proyek.
RKS adalah bagian dari dokumen kontrak disamping ketentuan kontrak, gambar, dan
dokumen lainnya. Sehingga RKS adalah salah satu pedoman penting dalam melaksanakan
proyek. Umumnya isi dari RKS terdiri dari tiga bagian, yaitu Umum, Administrasi, dan
Teknis. Namun ada pula yang menambahkan dengan bagian Keterangan dan Syarat
Pelaksanaan. Berikut penjelasannya:
1. Keterangan. Dijelaskan mengenai pihak-pihak yang terlibat, yaitu pemberi tugas,
konsultan, perencana, konsultan pengawas, dan penyedia jasa. Termasuk hak dan
kewajiban dari setiap pihak tersebut. Disebukan pula lampiran-lampiran yang disertakan,
dengan menyebutkan macam-macam gambar dan jumlah selengkapnya.
2. Penjelasan Umum, berupa: (i) jenis pekerjaan, informasi tentang jenis pekerjaan yang
akan dikerjakan, (ii) peraturan-peraturan atau code yang akan digunakan, penjelasan
mengenai berita acara penjelasan pekerjaan dan keputusan akhir yang akan digunakan,
(iii) status dan batas-batas lokasi pekerjaan beserta patok duga yang digunakan.
3. Syarat Teknis, adalah rincian syarat teknis setiap bagian pekerjaan yang akan
dilaksanakan dimulai pekerjaan persiapan sampai dengan finishing.
4. Syarat Pelaksanaan, berupa penjelasan lengkap atas: (i) Rencana Pelaksanaan
Pekerjaan, misalnya pembuatan Time Schedule, Perlengkapan kantor, Perlengkapan di
lapangan sesuai dengan Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. (ii) Persyaratan
dan Pemeriksaan bahan yang akan digunakan, baik secara visual maupun laboratorium
beserta jumlah sample yg harus di uji. (iii) Rencana Pengaturan Pelaksanaan ditempat
pekerjaan, misalnya letak dan besar kantor proyek dan direksi, system aliran material di
lokasi pekerjaan, letak peralatan konstruksi, lokasi barak pekerja, bengkel kerja, dan
tempat-tempat penyimpanan material beserta sistemnya.
5. Syarat Administrasi, yaitu penjelasan tentang tata cara proses administrasi yang harus
dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan. Dalam peraturan administrasi dibedakan pula
antara peraturan administrasi keuangan dan teknis. Administrasi keuangan mencakup
hal-hal sebagai berikut: Harga penawaran termasuk didalamnya biaya pelelangan,
ketentuan apabila terjadi Pekerjaan tambah kurang, persyaratan yang harus dipenuhi dari
setiap jenis jaminan yang digunakan (Tender bond, performance bond), ketentuan denda
yang disebabkan karena keterlambatan, kelalaian pekerjaan, pemutusan kontrak dan
pengaturan pembayaran kepada Kontraktor, resiko akibat kenaikan harga upah dan
bahan. Administrasi Teknis memuat hal-hal sebagai berikut: ketentuan apabila terjadi
perselisihan beserta cara-cara penyelesaiannya, syarat-syarat penawaran, tata cara
pelelangan, kelengkapan surat penawaran, ketentuan penyampaian dokumen penawaran
dan sampul penawaran, syarat peserta lelang dan sangsi apabila terjadi pelanggaran, dll.
Hal lain yang dijelaskan adalah peraturan penyelenggaraan, misalnya pembuatan laporan
kemajuan pekerjaan (progress), penyerahan pekerjaan dan pembuatan schedule.
10
RKS harus dibuat lengkap dan rinci yang dibuat oleh konsultan/pemberi tugas untuk bahan
review oleh kontraktor. RKS harus memperhatikan lingkup pekerjaan dan tingkat kesulitan
pekerjaan. Syarat material harus memperhatikan ketersediaan material tersebut di
pasaran. Review RKS sangat penting. Banyak kejadian dimana RKS tidak applicable
terhadap kondisi aktual di lapangan. Semua pihak, wajib melakukan review RKS demi
pelaksanaan proyek yang baik dan lancar.
RKS tidak perlu dibuat bertele-tele dalam kalimat panjang. Cukup berupa pointer. Akan
lebih baik bila dibuat summary pada tiap item pekerjaan. Hal ini karena seringkali pada saat
lelang, tidak diberikan waktu yang cukup bagi kontraktor untuk melakukan review. Adanya
summary penting berupa kalimat pointer atau schedule akan sangat membantu proses
review.
Rencana Kerja dan syarat-syarat proyek pembangunan Bendungan Tapin, terlampir pada
lampiran 2.
2.2 Spesifikasi Teknis
Spesifikasi Teknis adalah suatu uraian atau ketentuan-ketentuan yang disusun secara
lengkap dan jelas mengenai suatu barang, metode atau hasil akhir pekerjaan yang dapat
dibeli, dibangun atau dikembangkan oleh pihak lain sedemikian sehingga dapat memenuhi
keinginan semua pihak yang terkait. Dalam pekerjaan Konstruksi, spesifikasi Teknis
merupakan suatu tatanan teknik yang dapat membantu semua pihak yang terkait dengan
pekerjaan konstruksi untuk sependapat dalam pemahaman sesuatu hal teknis tertentu yang
terjadi dalam suatu pekerjaan.
Spesifikasi disusun melalui penyaringan keinginan dengan tujuan tercapainya kebutuhan.
Spesifikasi didefinisikan sebagai uraian mengenai persyaratan kinerja barang/jasa atau
uraian yang terperinci mengenai persyaratan kualitas material dan pekerjaan yang diberikan
penyedia. Spesifikasi teknis merupakan sumber dari seluruh proses pengadaan barang/jasa.
Spesifikasi teknis sebagai dasar menyusun perkiraan biaya yang dibungkus dalam
terminologi Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Kemudian perkiraan biaya ini menjadi salah
satu komponen dalam menetapkan tipe dan ruang lingkup kontrak hingga didapatkannya
barang/jasa. Berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010 dan perubahannya, spesifikasi tidak
diperbolehkan mengandung unsur rekayasa yang menghalangi persaingan seperti mengarah
kepada merek tertentu, kecuali untuk suku cadang dan pengadaan langsung.
Untuk mendapat barang dan jasa yang berkualitas maka kita harus membuat spesifikasi
terhadap barang/jasa tersebut dengan kualitas terbaik. Salah satu unsur penting dalam
pengadaan barang dan jasa adalah menentukan spesifikasi teknis barang/jasa. Membuat
spesifikasi teknis merupakan langkah awal dalam pengadaan barang/jasa sebelum menyusun
harga perkiraan sendiri. Seseorang PPK yang memiliki kewenangan dalam pengadaan
barang dan jasa dituntut mampu menerjemahkan kebutuhan pengguna kedalam sebuah
spesifikasi teknis yang efektif, efisien dan dapat dipertanggung jawabkan. Pencapaian
efektif dan efisien mengacu pada karakteristik pencapaian value for money yaitu spesifikasi
teknis barang/jasa yang disusun memiliki lima karakteristik, yakni:
1.
2.
3.
4.
Tepat mutu, kualitas sesuai dengan yang dibutuhkan.
Tempat jumlah, kuantitas sesuai dengan yang dibutuhkan.
Tempat waktu, barang/jasa diadakan saat dibutuhkan.
Tepat lokasi/sumber, barang/jasa berasal dari sumber yang sesuai dan dikirim/diterima
pada tempat yang dituju.
5. Tepat harga diurutan paling akhir dengan memperhitungkan biaya-biaya yang efisien.
(Samsul Ramli: 2014).
11
Spesifikasi dibuat dan ditetapkan oleh PPK. Dalam hal PPK tidak memiliki kompetensi yang
cukup maka dapat dibantu oleh pihak lain, antara lain orang yang memiliki
keahlian/kompeten, yang berasal bisa dari lingkungan sendiri ataupun dari luar
kantor/instansi dan mereka ditetapkan oleh PPK sebagai tim ahli masalah spesifikasi barang
dan jasa pemerintah. Atas dasar itu, penyusunan Spesifikasi teknis harus mampu
menghasilkan barang/jasa yang tepat dalam kualitas, kuantitas, waktu, lokasi/sumber dan
harga melalui proses yang dapat dipertanggungjawabkan.
PPK wajib menyimpan atau melakukan dokumentasi data terkait dengan tugas dan
kewenangannya dalam proses pengadaan barang/jasa. PPK wajib menyimpan data terkait
dengan pembuatan spsifikasi teknis, penyusunan HPS dan rancangan kontrak. Semua data
terkait dapat digunakan sebagai bentuk pertanggung jawaban atas tugas yang dilakukan telah
sesuai dengan prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Penyimpanan
data pada PPK dilakukan sampai proses pertanggung jawaban dan audit berakhir. Namun
demikian, untuk kepentingan arsip tetap dilakukan pengarsipan sesuai dengan ketentuan
arsip.
Spesifikasi Teknis proyek pembangunan Bendungan Tapin, terlampir pada lampiran 3.
12
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
Dalam melakukan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu sistem manajemen yang
baik jika proyek tersebut ingin berhasil dicapai. Berbagai metode dilakukan oleh pihak pelaksana
untuk tercapainya tujuan proyek dengan baik. Metode-metode tersebut kemudian dikenal dengan
istilah metode pelaksanaan konstruksi. Dimana semua metode itu mempunyai satu tujuan yang
terpenting yaitu bagaimana menggabungkan semua sumber daya untuk tercapainya tujuan proyek
tersebut. Salah satu sumber daya terpenting adalah peralatan konstruksi.
Metode pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi persyaratan substantif yang meliputi
tahapan/urutan pekerjaan dari awal sampai akhir secara garis besar dan uraian/cara kerja dari
masing-masing jenis pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang/sementara yang ikut menentukan
keberhasilan pelaksanaan pekerjaan utama yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis dan
diyakini menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian pekerjaan. Penilaian metode
pelaksanaan tidak mengevaluasi job-mix/ rincian/campuran/ komposisi material dari jenis
pekerjaan; Jenis-jenis pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang/ sementara yang ikut
menentukan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan utama ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan.
Adapun maksud dari pembuatan metode pelaksanaan adalah agar kontraktor pelaksana mampu
mengaplikasikan gambar desain menjadi bangunan konstruksi yang diharapkan dan tidak
menyimpang dari apa yang sudah dirancang baik spesifikasi teknis, waktu, tenaga kerja dan
mendapat hasil yang maksimal sesuai harapan yang di inginkan oleh semua pihak.
Berikut ini flow chart metode pelaksanaan Pekerjaan Bendungan Tapin.
Spesifikasi Teknis proyek pembangunan Bendungan Tapin, terlampir pada lampiran 2.
13
BAB 4
PENJADWALAN PROYEK
Secara umum setiap proyek pasti membutuhkan suatu penjadwalan dalam tahapan phase
perencanaan, secara singkat penjadwalan konstruksi merupakan suatu cara untuk menentukan
dan menetapkan waktu pelaksanaan item pekerjaan serta alokasi sumber daya yang akan
digunakan (material, man power, equipment) selama proses konstruksi. Penjadwalan suatu
proyek konstruksi selayaknya harus direncanakan secara matang dan optimal guna menghindari
terjadinya keterlambatan waktu proyek/overun scheduled serta dampak lainnya. Suatu
perencanaan penjadwalan proyek konstruksi yang baik ditentukan oleh beberapa faktor penentu
khususnya ditujukan bagi seorang estimator schedule, antara lain:
1. Keteraturan yang sistematis dan runtun dalam tahapan perencanaan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, misalnya urutan sistematis item pekerjaan mulai dari tahap awal sampai akhir
yang berurutan dan logis sesuai dengan kondisi serta perencanaan alokasi sumber daya saat
proyek konstruksi berlangsung. Hal ini juga ditentukan dari tingkat pengalaman
seorang estimator scheduled dalam penjadwalan suatu proyek yang akan dilaksanakan.
2. Kemampuan estimasi lama durasi waktu pelaksanaan pada suatu item pekerjaan juga
menentukan tingkat keberhasilan perencanaan penjadwalan suatu proyek konstruksi dimana
pada faktor ini diperlukan analisis terhadap besar produktivitas sumber daya yang akan
digunakan
misalnya
produktivitas
tenaga
kerja/man
power dan
peralatan/equipment terhadap volume total pekerjaan yang akan dikerjakan. Bahkan dalam
hal ini seorang estimator dapat secara langsung menentukan nilai durasi waktu pelaksanaan
berdasarkan pengalaman empiris yang biasa terjadi di lapangan.
Produktivitas Resources
= Kapasitas Volume / Waktu Kerja Resources (Cycle Time)
Total Durasi Waktu
= Volume Total / (Jumlah Resources x Produktivitas Resources)
3. Kemampuan dalam mengestimasi waktu alokasi sumber daya (Material, peralatan dan man
power) yang akan dialokasikan selama proyek konstruksi berlangsung. Hal ini penting
mengingat seringnya terjadi penyimpangan waktu transportasi sumber daya selama proses
konstruksi misalnya yang paling sering yaitu keterlambatan dalam pengiriman material ke
lokasi proyek yang tentunya akan berpengaruh secara langsung terhadap durasi total
pelaksanaan proyek yang telah direncanakan terlebih jika keterlambatan tersebut berada pada
jalur kritis /Critical Path.
4. Kemampuan estimasi terhadap hal-hal yang mungkin dapat terjadi diluar perencanaan selama
proses konstruksi berlangsung. Ini juga menjadi faktor tambahan yang setidaknya harus
dimiliki oleh seorang estimator schedule dalam memprediksi durasi suatu item pekerjaan.
Hal tersebut bisa berasal dari faktor internal maupun eksternal misalnya faktor cuaca,
timbulnya kecelakaan kerja, kerusakan peralatan, masalah sosial, timbulnya klaim dsb.
Dalam proyek konstruksi terdapat beberapa jenis model instrumen penjadwalan yang biasa
digunakan baik untuk proyek yang berskala kecil sampai besar baik yang bersifat formal maupun
non formal. Secara umum dalam proyek konstruksi sering kita temukan jenis penjadwalan berupa
penjadwalan diagram batang/Gantt Chart dan Curve-S yang berfungsi memproyeksikan
kemajuan progress bobot pekerjaan dan waktu pelaksanaan. Namun jika dikaji secara luas model
14
penjadwalan memiliki beberapa jenis dan fungsi yang dapat digunakan dalam proses perencanaan
maupun selama proses konstruksi berlangsung, antara lain:
1. Gantt Chart, berupa model penjadwalan yang memproyeksikan item pekerjaan/pada sumbu
y terhadap waktu pelaksanaannya yang berupa model diagram batang/Gnatt secara horisontal
sepanjang waktu total penjadwalan pada sumbu x/durasi proyek. Model penjadwalan ini
berfungsi memberikan informasi urutan item pekerjaan yang akan dikerjakan secara
sistematis dan juga dapat memberikan informasi berupa kemajuan proyek berdasarkan
jadwal rencana dan aktual selama proses konstruksi dan tidak memberikan informasi
laninnya seperti kinerja biaya, jalur kritis dan bobot pekerjaan.
Gambar Grantt Chart
2. Curve-S, model penjadwalan ini berupa penjadwalan yang berfungsi untuk memberikan
informasi berupa bobot pekerjaan (Sb-y) dengan index dari 0 - 100% berdasarkan waktu
durasi proyek (Sb-x) sehingga hubungan kedua sumbu tersebut membentuk kurva yang
berbentuk S. Curve-S umumnya berguna dalam monitoring kemajuan pekerjaan dalam
pelaksanan konstruksi guna bermanfaat dalam memberikan bukti laporan atas proses
administrasi pembayaran kepada pihak pemilik/owner berdasarkan kemajuan proyek yang
telah dikerjakan serta dapat mengetahui kemajuan kinerja waktu pelaksanaan proyek apakah
proyek mengalami kemajuan waktu pekerjaan atau keterlambatan/varian.
Gambar S Curve
15
3. Network Planning/Jaringan Kerja, merupakan model instrumen pengukuran jadwal
proyek dengan menggunakan logika jaringan kerja untuk mendeteksi item pekerjaan yang
berada pada jalur kritis maupun untuk mengetahui waktu detail pekerjaan yaitu dapat
menentukan waktu yang paling cepat (Early Time) dan waktu paling lama (Latest Time)
untuk dikerjakan dan waktu selesainya pada setiap item pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Model jaringan kerja bisa berupa Critical Path Method (CPM), Predence Diagram
Method (PDM) dan Program Evaluation Review Technique (PERT). Ketiga model jaringan
kerja tersebut disesuaikan dengan jenis proyek yang akan dikerjakan misalnya untuk metode
PERT lebih ideal gunakan jika proyek masih tergolong baru dimana waktu estimasi
penjadwalannya masih belum pasti dimana probabilitas waktu pelaksanaannya dapat lebih
cepat ataupun lama.
Gambar Network Planing/Jaringan Kerja
4. Earned Value Management (EVM)/Earned Value Analysis (EVA), model penjadwalan ini
pada dasarnya merupakan instrumen pengukuran kinerja/performance (nilai hasil) terhadap
waktu dan biaya suatu proyek khususnya di bidang konstruksi.
Parameter
dasar
pada
metode
EVM
yaitu Budgeting
Cost
Work
Performance (BCWP)/Earned Value (EV) yaitu nilai hasil bobot pekerjaan aktual di
lapangan dikalikan dengan harga satuan pekerjaan pada setiap item pekerjaan yang telah
dikerjakan, kemudian parameter ke-2 yaitu Actual Cost Work Performance (ACWP) yaitu
parameter yang menunjukkan biaya aktual yang telah dikeluarkan pada suatu pekerjaan
sampai periode dilakukannya evaluasi kinerja dan parameter ke-3 yaitu Budgeting Cost Work
Scheduled (BCWS)/Planned Value/PV yaitu parameter yang menunjukkan rencana biaya
yang akan dikeluarkan berdasarkan perencanaan schedule yang dibuat.
Pemodelan penjadwalan kinerja ini juga dapat menganalisis tingkat penyimpangan/varians
waktu dan biaya proyek, indeks kinerja waktu dan biaya serta dapat digunakan dalam
meramalkan/estimasi total waktu dan biaya proyek secara keseluruhan berdasarkan indeks
kinerja proyek yang telah dikerjakan sampai pada saat proyek dievaluasi.
16
Gambar Earned Value Management (EVM)/
Earned Value Analysis (EVA).
5. Resources Scheduled Distribution, model penjadwalan ini merupakan uraian dari
penjadwalan sebelumnya dimana dalam penjadwalan ini hanya berfokus pada sumber daya
yang akan dijadwalkan selama proses konstruksi baik distribusi jadwal tenaga kerja, material
dan peralatan proyek. Fungsi dari model penjadwalan ini yaitu dapat memberikan informasi
target alokasi sumber daya berdasarkan jumlah yang akan direncanakan/digunakan pada
periode pelaksanaan proyek, sehingga dapat mencegah terjadinya keterlambatan waktu
alokasi sumber daya proyek di lapangan yang tentunya mempengaruhi waktu pelaksanaan
proyek secara keseluruhan.
Tabel Resources Schedule Distribution
17
Model penjadwalan sekarang ini telah banyak menggunakan software untuk mempermudah
dalam proses perencanaan dan monitoring penjadwalan saat konstruksi berlangsung, namum
yang paling penting yaitu keahlian dan pengalaman seorang estimator schedule dalam
menganalisis perencanaan penjadwalan proyek secara optimal serta pada proses monitoring dan
pengendaliannya.
Hal ini dikarenakan pada phase planning/perencanaan suatu proyek harus dilakukan dengan
matang sehingga sekurang-kurangnya dapat menekan tingkat risiko potensi penyebab
keterlambatan khususnya pada saat phase pelaksanaan konstruksi dengan tingkat kompleksitas
yang tinggi.
Dari paparan berbagai strategi dan model penjadwalan suatu proyek konstruksi di atas
pembangunan Bendungan Tapin, menggunakan kombinasi metode grant chart, s-curve terlampir
pada lampiran 4. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan model penjadwalan lain
dikombinasikan dalam proses perjalanan konstruksi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Surat Perjanjian Kontrak Harga Satuan, untuk Melaksanakan Paket Pekerjaan
Konstruksi Pembangunan Bendungan Tapin. Jakarta.
Anonim. 2015. Rencana Kerja dan Syarat (RKS) dan Metode Pekerjaan Konstruksi
Pembangunan Bendungan Tapin. Jakarta.
Anonim. 2015. Spesifikasi Teknis Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Bendungan Tapin.
Jakarta.
Anonim. 2015. Metode Penjadwalan Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Bendungan Tapin
(kurva S dan bar chart). Jakarta.
Kusumastuti, Tri Yuni. ______. “Diktat Mata Kuliah: Manajemen Konstruksi Lanjutan”. Jakarta:
Universitas Trisakti.
Soeharto, Iman. 1990. “Manajemen Proyek Industri: Persiapan, Pelaksanaan, Pengelolaan”.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Soeharto, Iman.1997. “Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional”. Jakarta:
Erlangga.
19
Download