HIPERTRE MI MALIGNA Maria F Fautngil Yosua T Unmehopa Sandrayani Sangadji Sejarah Kejadian hipertermi maligna pertamakali pada 1960, dimana Denbrouhgh dan Lovel melaporkan sekelompok gejala klinis intra anastesi yang menimpa satu keluarga di Australia. Secara klinis pada keadaan tersebut peningkatan suhu menjadi suatu penanda yang khas Pada tahun 1988 pembahasan mengenai malignan hipertermia mulai dimuat diberbagai artikel British Journal Anastesia Semenjak massa tersebut malignan hipertermi menjadi suatu kelainan yang sangat mengganggu di dunia anastesi Pada saat tersebutlah dimulai berbagai penelitian untuk memahami lebih lanjut mengenai hipertermi maligna Definisi • Hipertermi maligna pertama kali didefinisikan sebagai peningkatan suhu intra anastesi yang progresif • Namun semakin diketahui bahwa yang dimaksud dengan hipertermi malgina, gejala peningkatan suhu hanyalah merupakan salah satu dampak dari hipertermi maligna •Malignant hyperthermia (MH) adalah kelainan langka otot rangka yang terkait dengan pelepasan kalsium yang tinggi dari retikulum sarkoplasma yang menyebabkan kekakuan otot dalam banyak kasus dan hipermetabolisme etiologi Semua jenis dari anastesi inhalasi hipertermi maligna, tidak bergantung pada dosis dan lama pemberian Teknik Anastesi yang memicu MH Anastesi lokal atau regional Teknik Anastesi yang memicu Suksinilkolin Anastesi lokal: Ester/amida Agen-agen Inhalasi Poten Blok spinal dan epidural Halotan desfluran Mivacurium, atracurium, rocuronium, vecuronium Enfluran sevofluran Narkotik, barbiturate, propofol, benzodiazepin, Isofluran droperidol, etomidate, ketamine Patofisiologi Manifestasi klinik HIPERTERMIA MALIGNA Komplikasi anesstesi : malignat hypertermia Pemeriksaan penunjang Tes kontraktur in vitro pada biopsi otot rangka Tatalaksana Pemberian Dantrolen (Dantrium) • Secara intravena • Memblok pelepasan CA²+ dari retikulim sarkoplasma otot rangka dengan membatasi kemampuan CA²+ dan kalmodulin untuk mengaktivasi RYR-1 Pendinginan yang cepat Inhalasi oksigen 100% Pengedalian asidosis Daftar pustaka 1. Hardman J, Limbird L . dasar farmakologi terapi. Edisi 10 (1). Jakarta;EGC, 2012. hal 197