5296

advertisement
ARTIKEL
LAPORAN KASUS
PENGELOLAAN HIPERTERMI PADA An.A DENGAN DEMAM TYPHOID
DI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGA
Oleh :
EDI WIDIYANTO
0131704
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PENGELOLAAN HIPERTERMI PADA AN.A DENGAN DEMAM TYPHOID
DI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGA
Edi Widiyanto*, Siti Haryani**, Eka Adimayanti***
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi karena
adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang
berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui
pengelolaan hipertermi dengan typhoid pada An.A di Ruang Anggrek RSUD Salatiga.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa memberikan saran untuk
melakukan kompres hangat dan memberikan pendidikan kesehatan tentang demam typhoid.
Pengelolaan Hipertermi dilakukan selama dua hari pada An.A dengan menggunakan tehnik
wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi.
Hasil pengelolaan didapatkan Hipertermi teratasi dengan suhu dalam batas normal yaitu
36,80c, akral teraba sudah tidak hangat lagi.
Bagi perawat dan tim medis yang lain, diharapkan dalam memberikan tindakan kuratif dan
rehabilitatif yang tepat dan benar sehingga dimungkinkan meminimalkan resiko komplikasi.
Kata Kunci
Kepustakaan
: Pengelolaan Hipertermi, Typhoid, Anak
: 18 (2005-2014)
Pendahuluan
Menurut organisasi kesehatan dunia
(WHO) kesehatan merupakan keadaan sehat
yang utuh baik fisik, mental dan sosialnya
serta bukan hanya terbebas dari penyakit.
Berhubungan dengan sehat atau sakit,
biasanya individu yang rentan terhadap
penyakit adalah anak-anak karena anak-anak
masih memiliki sistem imun yang rendah.
UNICEF mendefenisikan
anak sebagai
penduduk yang berusia antara 0 sampai
dengan 18 tahun. Yang sedang dalam proses
tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan
yang spesifik (fisik, psikologi, sosial dan
spiritual) yang berbeda dengan orang
dewasa (Ngastiyah, 2002 dalam Setiawan
dkk, 2014). Salah satu fenomena masalah
utama
yang
berpengaruh
terhadap
pembangunan kesehatan adalah perubahan
lingkungan yang berpengaruh terhadap
derajat dan upaya kesehatan. Seperti pada
beberapa masalah kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang disebabkan oleh
perubahan lingkungan misalnya pada
penyakit demam typhoid.
Demam typhoid merupakan suatu
penyakit infeksi sistemik yang disebabkan
oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai
secara luas di berbagai negara berkembang
yang terutama terletak di daerah tropis dan
subtropis (Ridha, 2014). Penyakit ini juga
merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena penyebarannya
berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan
penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air
dan sanitasi yang buruk serta standar
hygiene industri pengolahan makanan yang
masih rendah. Dalam masyarakat penyakit
ini di kenal dengan nama tipes atau thypus.
Sementara dalam dunia kedokteran,
penyakit ini di sebut demam thypoid atau
typhoid Fever. Tipes sering juga disebut
typus abdominalis karena berhubungan
dengan usus perut. Typus abdominalis
sendiri adalah penyakit infeksi akut yang bisa
menyerang saluran pencernaan dengan
gejala demam lebih dari tujuh hari,
gangguan pada saluran pencernaan, dan
gangguan kesadaran. Penyakit ini selalu di
temukan di masyarakat (endemik) Indonesia.
Penderita juga beragam, mulai dari usia
balita, anak-anak dan dewasa (Suriadi dan
Yuliani, 2010).
Menurut Depkes RI tahun 2006
demam typhoid masih merupakan faktor
penyebab kematian bayi di Indonesia (1,2%),
penyebab kematian balita (3,8%), dan
typhoid merupakan 10 kasus terbanyak
morbiditas rawat inap di rumah sakit
indonesia sebanyak 72.804 pasien (3.26%).
Penderita demam typhoid yang tinggi di Kota
Semarang yang tercatat di register kasus
demam typhoid dinas kesehatan kota
semarang hasil laporan seluruh rumah sakit
di Kota Semarang selama 1 Oktober-31
Desember 2009 tercatat 200 kasus demam
typhoid. Terdapat 28 kasus dieksklusi karena
alamat tidak jelas dan 3 kasus tercatat
berulang (Agustin, 2010).
Berdasarkan pengambilan data di
RSUD Salatiga pada hari selasa 23 Mei 2016,
didapatkan data jumlah kasus demam
typhoid pada anak berdasarkan umur. Kasus
demam typhoid yang terjadi pada tahun
2013-1015 di RSUD Salatiga, angka kejadian
yang paling banyak menderita demam
typhoid antara umur 5-14 tahun sebanyak
372 anak. Seperti yang penulis pelajari umur
6-18/20 tahun merupakan usia anak sekolah
(hidayat,
2009).
Penulis
dapat
menyimpulkan bahwa angka kejadian
demam typhoid di Dunia masih tinggi
sementara angka kejadian demam typhoid di
RSUD Salatiga masih rendah, namun
demikian demam typhoid harus segera
mendapat penanganan yang tepat karena
apabila tidak ditangani dengan baik akan
mengakibatkan dampak yang fatal yaitu
dapat mengakibatkan kematian.
Berdasarkan
hasil
setudi
pendahuluan diatas penulis tertarik utuk
menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Pengelolaan Hipertermi Pada An.A Dengan
Demam Typhoid Di Ruang Anggrek RSUD
Salatiga”.
Metode pengelolaan
Pengkajian adalah tahap yang paling
menentukan bagi
tahap berikutnya.
Kegiatan
dari
pengkajian
adalah
pengumpulan data. Pengumpulan data
adalah kegiatan untuk menghimpun
informasi tentang status kesehatan klien,
tehnik pengumpulan data itu meliputi
anamnesa, observasi, dan pemeriksaan yang
mencangkup secara keseluruhan. Pengkajian
sistem tubuh secara komprehensif adalah
tahap awal atau dasar dalam proses
keperawatan yang berisi kumpulan data
tentang status kesehatan klien, kemampuan
klien untuk mengelola kesehatan dan
keperawatannya terhadap dirinya sendiri
dan hasil konsultasi dari medis atau profesi
kesehatan lainnya secara holistik meliputi
bio, psiko, sosio, dan spiritual (Setiawan dkk,
2014).
Menurut Riyadi dan Sukarmin (2012)
dalam pengkajian yang perlu dikaji adalah
Identitas pasien (nama, tanggal lahir, umur,
nama orang tua, dan pekerjaan orangtua.
Menurut Wong (2009)
keluhan utama
adalah alasan spesifik bagaimana anak bisa
ke rumah sakit yang diperoleh dengan
mengajukan pertanyaan terbuka. Keluhan
utama saat dikaji adalah ibu pasien
mengatakan anaknya panas dengan suhu
38,00C. Pada pemeriksaan fisik dilakukan
secara sistematis berfungsi memberikan
pedoman umum dalam mengkaji setiap
daerah tubuh untuk meminimalkan adanya
bagian
yang
terlewatkan
dalam
pemeriksaan. Pemeriksaan fisik ini bertujuan
untuk
memperoleh
informasi
yang
menyangkut adanya kemungkinan masalah
kesehatan pasien. Pemeriksaan fisik pada
An.A tidak ada kelainan, hanya saja keadaan
umum An.A terlihat lemah dan kurus. Dan
suhu tubuh An.A diatas normal yaitu 380C
yang
menunjukan
An.A
mengalami
hipertermi.
Hasil pengelolaan
Untuk mengatasi masalah tersebut,
penulis
melakukan
Implementasi
keperawatan yang dilakukan pada An.A.
Penulis
menyusun
intervensi
untuk
mengatasi diagnosa hipertermi. Tindakan
yang dilakukan antara lain adalah menjalin
hubungan saling percaya, memonitor suhu
tubuh pasien, menganjurkan ibu pasien
untuk
melakukan
kompres
hangat,
memonitor suhu tubuh pasien, memonitor
suhu tubuh pasien, berkolaborasi dengan
tim medis dalam memberikan terapi Injeksi
ceftriaxone and Injeksi ranitidine.
Pembahasan
Dalam pengkajian ini dilakukan pada
hari Senin, 4 April 2016 pukul 09:00 WIB di
Ruang Angrek dengan metode tidak
langsung (allowanamnesa) dan metode
langsung
(autoanamnesa).
Pengkajian
keperawatan menurut (Potter & Perry, 2005)
adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi dan komunikasi data tentang klien
fase proses keperawatan ini mencakup dua
langkah, yaitu pengumpulan data dari
sumber primer (klien) dan pengumpulan
data dari sumber sekunder (keluarga, tenaga
kesehatan). Pengumpulan data primer
dikatakan
lebih
baik
dibandingkan
pengumpulan data sekunder, akan tetapi
karena pasien baru berumur 6 tahun, maka
penulis banyak menggunakan pengumpulan
data sekunder. Data yang didapatkan yaitu
identitas pasien An.A usia 6 tahun dan
bertempat tinggal di Susukan. An.A bersuku
Jawa dan beragama Kristen dengan diagnosa
medis demam typhoid. Pada riwayat
penyakit, hal yang perlu diketahui adalah
keluhan utama.
Keluhan utama adalah alasan
spesifik mengapa klien dibawa kerumah
sakit (Wong, 2009). Keluhan utama saat
dikaji ibu klien mengatakan anaknya panas
dengan suhu 380c. Riwayat kesehatan
keperawatan menurut (Potter & Perry, 2005)
adalah data yang dikumpulkan tentang
tingkat kesejahteraan klien (saat ini dan
masa lalu), riwayat keluarga dan riwayat
sosial. Selanjutnya adalah riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit sekarang adalah
alur terjadinya keluhan utama dari awal
sampai perkembangan saat ini (Wong,
2009). Ibu klien mengatakan Pada selasa 28
maret 2016 An.A demam dan di bawa
keluarga ke mantri, setelah di periksa An.A di
beri obat penurun panas tetapi tidak ada
perubahan kondisi, pada hari Jum’at 1 April
2016 di bawa ke dokter Sugianto, An.A
dirujuk ke RSUD Kota Salatiga pada pukul
21:00 karena kondisi An.A yang semakin
lemah.
Setelah dilakukan pengkajian dan
mendapatkan data, penulis melakukan
analisa data dan menyusun diagnosa
keperawatan.
Diagnosa
keperawatan
menurut (Setiawan, 2014) adalah penilaian
klinis tentang respon indifidu, keluarga atau
komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan aktual ataupun potensial
sebagai
dasar
pemilihan
interfensi
keperawatan untuk mencapai hasil dimana
perawat bertanggung jawab.
Diagnosa
keperawatan
yang
diprioritaskan
oleh
penulis
adalah
hipertermia berhubungan dengan proses
perjalanan penyakit. Hipertermi adalah
peningkatan suhu tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan tubuh untuk
menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas. Hipertermi terjadi karena
adanya
ketidakmampuan
mekanisme
kehilangan panas untuk mengimbangi
produksi panas yang berlebihan sehingga
terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi
tidak berbahaya jika dibawah 39oC. Hal ini
terjadi pada An.A dengan ditadainya suhu
pasien 38,00c, Akral hangat dan Nadi 100 x/
menit. Selain adanya tanda klinis, penentuan
hipertermi juga didasarkan pada pembacaan
suhu pada waktu yang berbeda dalam satu
hari dan dibandingkan dengan nilai normal
individu tersebut (Potter & Perry,2005).
Setelah menentukan prioritas
masalah, selanjutnya penulis menyusun
intervensi monitoring terhadap suhu pasien
tujuanya
adalah
untuk
memantau
perubahan suhu tubuh, pengukuran suhu
tubuh harus dilakukan secara kontinue
dikarenakan perubahan suhu bisa terjadi
sewaktu-waktu. Intervensi ini bertujuan
untuk mengetahui keberhasilan hipertermi
sesuai kebutuhan tubuh. Menganjurkan ibu
pasien untuk melakukan kompres hangat
tujuannya untuk membantu mengurangi
demam. Berikan dan pantau pemberian
cairan infus sesuai program tujuannya
adalah untuk menangani dehidrasi. Pada
kasus pasien An.A ini, pasien diberikan terapi
KA-EN 3B. KA-EN 3B berfungsi sebagai cairan
dasar pemeliharaan atau diberikan pada
pasien usia lebih dari 3 tahun atau berat
badan lebih dari 15 kg (Kasim, 2014). Beri
penjelasan kepada keluarga tentang hal-hal
yang menyebabkan terjadinya hipertermi
dan penanganan hipertermi tujuannya
adalah untuk mendorong kepatuhan
keluarga terhadap program terapeutik
khususnya dirumah sakit. Kolaborasi dengan
tim medis dalam pemberian antipiretik
tujuannya adalah untuk menurunkan
demam anak.
Setelah
menyusun
intervensi,
penulis melakukan implementasi pada Pada
hari Senin, 4 April 2016 pukul 09.00 WIB
mengukur suhu tubuh klien. Demam adalah
peningkatan
suhu
diatas
normal,
peningkatan
suhu
>380C.
Kemudian
menganjurkan ibu klien untuk melakukan
kompres hangat respon ibu klien, ibu klien
mau melakukan kompres hangat pada
anaknya. Kompres adalah salah satu metode
fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila
anak mengalami demam. Kemudian penulis
mengkolaborasikan dengan tim medis dalam
pemberian obat ceftriaxone 2x1 350 mg dan
ranitidine 2x1/2 amp sama dengan 1 ml.
Pada implementasi hari kedua yaitu
hari selasa, 5 April 2016 pukul 07.30 Wib
penulis melakukan pengukuran suhu tubuh
dengan hasil panas pasien sudah normal
suhu tubuh pasien 37,00C akral teraba sudah
tidak panas lagi. Kemudian penulis
memberikan pendidikan kesehatan tentang
demam typhoid. Pendidikan kesehatan atau
promosi kesehatan menurut (kholid, 2012)
adalah
upaya
untuk
meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui proses
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat
sesuai dengan kondisi sisial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.
Kesimpulan
Setelah melakukan pengelolaan
selama dua hari sesuai dengan intervensi
keperawatan
yang
telah
disusun
sebelumnya, kemudian penulis melakukan
evaluasi keperawatan untuk mengetahui
pencapaian hasil yang didapat setelah
dilakukan tindakan keperawatan oleh
penulis. Evaluasi keperawatan menurut
Wong (2009:24) adalah merupakan tahapan
terakhir dalam proses keperawatan dan
pembuatan keputusan. Penulis melakukan
evaluasi diagnosa pertama pada hari Senin,
04 April 2016 pukul 11.00 Wib, didapatkan
data subyektif, yaitu ibu pasien mengatakan
panas anaknya belum turun. Data
objektifnya akral teraba hangat, suhu pasien
: 38,00c. Ibu pasien mengatakan sudah
mampu melakukan kompres hangat secara
mandiri. Dari data diatas, dapat disimpulkan
jika masalah belum teratasi dan perlu untuk
melanjutkan intervensi yaitu anjurkan
kluarga untuk kompres hangat kolaborasi
dalam pemberian obat antipiretik.
Evaluasi kedua dilakukan pada hari
selasa, 5 April 2016 pukul 07.30 Wib, didapat
data subyektif ibu pasien mengatakan panas
anaknya sudah turun, data obyektifnya akral
pasien teraba sudah tidak hangat lagi, suhu
pasien : 37,00c. Dari data diatas, dapat
disimpulkan jika masalah klien sudah
teratasi. Hentikan intervensi. Evaluasi ketiga
dilakukan pada hari selasa, 5 April 2016
pukul 12.00 Wib ibu pasien mengatakan jika
suhu anaknya sudah stabil. Data obyektif
akral pasien teraba sudah tidak hangat lagi,
suhu pasien : 36,80C. Penulis menyimpulkan
masalah sudah teratasi dan intervensi
dihentikan pasien boleh pulang.
Berdasarkan evaluasi yang telah
dilakukan oleh penulis, menunjukkan bahwa
faktor pendukung berhasilnya asuhan
keperawatan pada An.A yaitu kesiapan
penulis secara mental dan teori dalam
melakukan
asuhan
keperawatan,
terdapatnya buku-buku referensi yang
membantu penulis dan adanya kerjasama
antara penulis dan keluarga sehingga
penatalaksanaannya berjalan sesuai dengan
rencana penulis. Sedangkan faktor yang
menghambat adalah dari faktor hospitalisasi
yaitu lingkungan rumah sakit yang ramai,
sehingga menjadikan pendidikan kesehatan
kurang efektif. Untuk faktor yang
menyebabkan masalah belum teratasi
seutuhnya adalah asupan nutrisi klien yang
masih tidak adekuat, namun klien sudah ada
peningkatan nafsu makan. Untuk mengatasi
faktor penghambat, penulis menyarankan
tindakan alternatif lain yang dapat
membantu asupan nutrisi klien yang
adekuat, seperti memberikan makanan
kesukaan
klien
yang
bertujuan
meningkatkan nafsu makan klien sehingga
nutrisi klien dapat terpenuhi.
Daftar pustaka
Agustin.
2010. Analisis Spasiotemporal
Demam Tifoid Di Kota Semarang,
https://core.ac.uk/download/files
/379/11722080.pdf
Diakses
Tanggal 26 April 2016 Pukul
22:40 WIB.
Bartolomeus Dkk. 2012. Pengaruh Kompres
Tepid Sponge Hangat Terhadap
Penurunan SuhuTubuh Pada Anak
Umur 1-10 Tahun Dengan
Hipertermia,
ejurnal.com/2013/10/ pengaruhkompres-tepid-spongehangat.html Diakses Tanggal 11
Mei 2016 Pukul 21:52 WIB.
Depkes
RI. 2007. Profil Kesehatan
Indonesia
2006.
http://www.depkes.go.id.
Diakses Tanggal 26 April 2016
Pukul 22:48 WIB.
Dion, Y & Betan, Y. (2013). Asuhan
Keperawatan Keluarga Konsep
dan Praktik. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Hidayat, Aziz Alimul. (2009). Buku Saku
Praktikum Keperawatan Anak.
Jakarta : Salemba Medika.
Kasim, Fauzi. (2014). Informasi Spesialite
Obat. Vol 49. Jakarta: PT ISFI.
Kholid,
A. (2012). Promosi Kesehatan
Dengan Penekatan Teori Perilaku,
Media Dan Aplikasinya. Jakarta:
PT Raja Grafinda Persada.
Marmi & Kukuh Rahardjo. (2012). Asuhan
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah.Edisi 1. Yogyakarta:
pustaka pelajar.
Ngastiyah, 2002 dalam Setiawan dkk, (2014).
Pengertian anak menurut definisi
ahli
dan
undang-undan
kesejahteraan
anak.
http://www.landasanteori.com/2
015/08/
pengertian-anakmenurut-definisi-ahli.
html.
Diakses Tanggal 26 Maret 2016
pukul 21: 17 WIB.
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi
dan Anak Untuk Perawat dan
Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
Padila.
(2013). Asuhan Keperawatan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Potter
& perry. (2005). Buku Ajar
Fundamental
Keperawatan.
Jakarta: EGC
Ridha,
H
Nabiel. (2014). Buku Ajar
Keperawatan Anak. Yogyakarta:
Puataka Pelajar.
Riyadi
& suharsono. (2010). Asuhan
Keperawatan Pada Anak Sakit.
Edisi
Pertama.
Yogyakarta.
Gosyen publising.
RSUD. Salatiga. (2016). Rekam Medik RSUD.
Salatiga.
Setiawan, dkk. (2014). Keperawatan Anak
dan Tumbh Kembang. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Suriadi
&
Yuliani. (2010).
Asuhan
Keperawatan Pada Anak. Edisi II.
Jakarta: Sagung Seto.
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D.,
Winkelstein, M.L., & schwatz, P.
(2009). Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik. Jakarta EGC.
Download