Uploaded by User20675

KEL.5 IBU UPI

advertisement
BAB I
PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingginya AKI di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya
adalah rendahnya kinerja bidan terutama di wilayah pedesaan. Hal ini
berhubungan dengan factor internal bidan seperti karakteristik yang meliputi
umur, masa kerja, tempat tinggal dan pengetahuan. Selain itu kurangnya peran
bidan dalam pelaksanaan tugas seperti kurangnya kemampuan, jarangnya
penyuluhan keseha- tan pada ibu hamil, kurangnya pengetahuan dan
ketrampilan dalam menangani masalah kegawatdaruratan kehamilan dan
persalinan, sehingga menyebabkan keterlambatan melakukan rujukan, serta
kurang melakukan kolaborasi atau kerjasama dengan klien, keluarga dan
dukun bayi
Penyebab tingginya angka kematian ibu yang lain disebabkan oleh
perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), abortus (5%), persalinan
lama atau macet (5%), emboli obstetri (3%), komplikasi masa nifas (8%), lainlain (11%). Kecenderungan ini akan berperan dalam pencapaian target
Millenium Development Goals (MDGs) untuk menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) sebesar 118/1000 kelahiran hidup di tahun 2015, sehingga sulit
terwujud, kecuali jika dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat
laju penurunannya.
1.2 Rumusan Masalah
a) Bagaimana Standar 15 Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas?
b) Bagaimana Standar 16 Standar 16 Penanganan Perdarahan Dalam
Kehamilan Pada Trimester III?
c) Bagaimana Standar 17 Penanganan Kegawdaruratan Pada Pre-Eklampsia
dan Eklampsia?
1.3 Tujuan
a) Untuk Mengetahui Standar 17 Penanganan Kegawdaruratan Pada PreEklampsia dan Eklampsia
1
b) Untuk Mengetahui Standar 16 Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan
Pada Trimester III
c) Untuk Mengetahui Standar 17 Penanganan Kegawdaruratan Pada PreEklampsia dan Eklampsia
1.4 Manfaat
a) Agar memahami Standar 17 Penanganan Kegawdaruratan Pada PreEklampsia dan Eklampsia
b) Agar memahami Standar 16 Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan
Pada Trimester III
c) Agar memahami Standar 17 Penanganan Kegawdaruratan Pada PreEklampsia dan Eklampsia
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Standar 15 Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas
a) Tujuan :
Memberikan pelayanan pada ibu dan bayi selama 42 hari setelah
persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif
b) Persyaratan Standar :
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas dipuskesmas dan
rumah sakit atau melalui kunjungan kerumah, atau rumah pada hari
ketiga, minggu ke 2 dan minggu ke 6 setelah persalinan, untuk membantu
proses pemulihan ibu dan bayi melalui penatalaksanaan tali pusat yang
benar; penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang
mungkin terjadi pada masa nifas; serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan
bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
c) Hasil :
1) Komplikasi pada masa nifas segera dideteksi dan di rujuk pada saat
yang tepat.
2) Mendukung dan menganjurkan pemberian ASI eksklusif.
3) Mendukung
penggunaan
cara
tradisional
yang
berguna
dan
menganjurkan untuk menghindari kebiasaan yang merugikan.
4) Menurunkan kejadian infeksi pada ibu dan bayi
5) Masyarakat
semakin
menyadari
pentingnya
keluarga
berencana/penjarangan kelahiran.
6) Meningkatnya imunisasi pada bayi.
d) Prasyarat :
1) Standar yang berjalan dengan baik agar ibu mendapatkan pelayanan
persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah
persalinan baik dirumah, puskesmas atau rumahsakit.
2) Bidan telah terlatih dan terampil dalam:
4
(a) Perawatan nifas, termaksut pemeriksaan ibu dan bayi dengan
benar.
(b) Membantu ibu untuk memberikan ASI.
(c) Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan bayi
pada masa nifas.
(d) Penyuluhan dan pelayanan KB/penjarangan kelahiran
3) Bidan dapat memberikan pelayanan imunisasi atau bekerjasama
dengan juru imunisasi dipuskesmas atau fasilitas puskesmas terdekat
4) Tersedia vaksin, alat suntik, tempat penyimpanan vaksin dan tempat
pembuangan benda tajam yang memadai.
5) Tersediannya tablet besi dan asam folat,
6) Tersedia alat/perlengkapan misalnya untuk membersikan tangan,
yaitu sabun, air bersih dan handuk bersih, sarung tangan bersih/DTT.
7) Tersedia kartu pencatatan: kartu ibu, kartu bayi, buku KIA.
8) Sistem rujukan untuk perawatan konplikasi kegawatdaruratan ibu
dan bayi baru lahir yang berjalan dengan baik.
e) Proses :
Bidan harus :
1) Pada kunjungan rumah, sapalah ibu dan suami/ keuarganya dengan
ramah
2) Tanyakan pada ibu dan suami/ keluarganya jika ada masalah atau
kekhawatiran tentang ibu atau bayinya
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayi
4) Pakai sarung tangan DTT/ bersih bila melakukan kontak dengan
darah atau cairan tubuh
5) Periksa tanda-tanda vital ibu(suhu tubuh, nadi, dan tekanan darah).
Periksa payudara ibu, amati bila putting retak, dan tanda-tanda atau
gejala-gejala saluran ASI tersumbat atau infeksi payudara. Periksa
involusi uterus (pengecilan uterus sektar 2 cm/ hari selama 8 hari
pertama). Periksa lochia, yang padahari ketiga seharusnya mulai
5
berkurang dan berwarna coklat, dan pada hari ke- 8 – 10 menjadi
sedikit dan berwarna merah muda.
6) Tanyakan apakah ibu meminum tablet sesuai ketentuan (sampai 42
hari setelah melahirkan), dan apakah persediaannya cukup
7) Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami
perdarahan berat selama proses persalinan, periksa Hb pada hari
ketiga. Nasehati ibu supaya makan makanan bergizi dan berikan
tablet tambah darah
8) Berikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya menjaga
kebersihan diri, memakai pembalut yang bersih, makanan bergizi,
istirahat cukup dan cara merawat bayi
9) Cucilah tangan, lalu periksalah bayi. Periksalah tali pusat pada
setiap kali kunjungan. (paling sedikit sampai hari ketiga, minggu
kedua, dan minggu ke enam). Tali pusat harus tetap kering. Ibu
perlu diberitahu bahayanya membubuhkan sesuatu pada tali pusat
bayi, misalnya minyak atau bahan lain. Jika ada kemerahan pada
tali pusat, perdarahan atau tercium bau busuk, bayi segera dirujuk
10) Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan pada ibu pemberian ASI,
misalnya bayi tidak mau menyusu, waktu jaga, cara bayi menangis,
berapa kali BAK, dan bentuk fesesnya
11) Perhatikan warna kuit bayi, apakah ada icterus atau tidak. Ikterus
pada hari ketiga postpartum adalah icterus fisiologis yang tidak
memerlukan pengobatan. Namun, bila icterus terjadi sesudah hari
ke tiga/ kapan saja, dan bayi mala untuk menyusu dan tampak
mengantuk, maka bayi harus segera dirujuk kerumah sakit
12) Bicarakan pemberian ASI, dan bila mungkin perhatikan apakah bayi
menyusu dengan baik (amati apakahada kesulitan atau masalah)
13) Nasehati ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusi fsediki 4
sampai 6 bulan. Bicarakan bahaya pemberi anunsurtam bahan (susu
formula, air, atau makanan lain) sebelum bayi ber umur 4 bulan
6
14) Bicarakan tentang KB dan kapan senggama dapat dimulai.
Sebaiknya hal ini di diskusikan dengan kehadiran suaminya
15) Catat dengan tepat semua yang ditemukan
16) Jika adahal-hal yang tidak normal, segeralah merujuk ibu dan/ atau
bayi kepuskesmas/ rumah sakit
17) Jika ibu atau bayi meninggal, penyebab kematian harus diketahui
sesuai dengan standar kabupaten/ propinsi/nasional
2.1.1 Pelayanan Kesehatan Pada Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan pada ibu nifas dilakukan minimal 3 kali kunjungan
selama masa nifas yaitu:
a) Kunjungan 1 : 1 kali yaitu pada periode 6 jam – 3 hari pasca
persalinan.
b) Kunjungan 2 : 1 kali dalam periode 4 hari-28 hari pasca persalinan.
c) Kunjungan 3 : 1 kali dalam periode 29-42 hari pasca persalinan
Hasil penelitian (chin-Yu C,2006) pada ibu post partum di amerika
serikat, merekomendasikan bahwa kunjungan post partum hendaknya tidak
dibatasi sampai 6 minggu post partum, tetapi dapat diperluas sampai 1 tahun
post partum. Waktu kunjungan post partum harus dibuat secara fleksibel dan
berdasarkan pada kebutuhan ibu nifas sehingga kunjungan yang dilakukan
oleh bidan dapat memenuhi kebutuhan dan kenyamanan ibu nifas.
1) Kegiatan yang dilakukan pada Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
antara lain :
a) Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum
b) Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan
suhu.
c) Melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri
d) Melakukan pemeriksaan lochia dan perdarahan
e) Melakukan pemeriksaan jalan lahir
f) Melakukan pemeriksaan payudara dan anjurkan pemberian air
susu ibu (ASI) esklusif
g) Memberikan kapsul vitamin A
7
h) Memberikan pelayanan kontrasepsi pasca-persalinan
i) Melakukan konseling atau pendidikan kesehatan (health
education)
j) Memberikan nasehat kepada ibu nifas seperti :
(a) Makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung
karbohidrat, protein, hewani, protein nabati, sayur dan
buah-buahan.
(b) Memenuhi kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6
bulan pertamaa dalah 14 gelas per hari dan 6 bulan ke dua
adalah 12 gelas/hari.
(c) Menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan daerah
kemaluan, misalnya ganti pembalut sesering mungkin atau
mengganti pakaian dalam apabila basah. Pada ibu pascasectio sesariah ataus menjaga kebersihan luka operasi
(d) Memenuhi kebutuhan istirahat saat bayi tidur di upayakan
ibu juga tidur.
(e) Mempelajari cara menuyusui yang benar dan hanya
memberi ASI saja selama 6 bulan
(f) Mempelajari cara merawat bayi
(g) Melakukan konsultasi kepada petugas kesehatan untuk
pelayanan kontrasepsi setelah persalinan
k) Penanganan ibu nifas sakit atau resiko tinggi dan atau
mengalami komplikasi pada masa nifas.
2) Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan pada Neonatus :
a) Kunjungan neonatal hari ke-1 (KN-1)
(1) Untuk bayi baru lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dapat
dilaksanakan senelum bayi pulang (>24 jam)
(2) Untuk bayi yang lahir di rumah, jika bidan meninggalkan
bayi sebelum 24 jam, pelayanan dilakukan 6-24 jam setelah
lahir.
b) Kunjungan Neonatal hari ke-3 (KN-2)
8
c) Kunjungan neonatal minggu ke- 2 (KN-3)
Kegiatan Pelayan Esensial Pada Bayi Baru Lahir, meliputi
1) Menjaga bayi tetap hangat
2) Membersihkan jalan nafas (jikaperlu)
3) Mengeringkan dan menjaga bayi tetap hangat
4) Memotong dan mengingakat tali pusat tanpa membubuhi
apapun, kira-kira setelah 2 m setelah lahir
5) Melakukan inisiasi menyusui dini (IMD)
6) Memberi salep mata antibiotika tetrskilin 1% pada kedua
mata bayi
7) Menyuntik vitamin k 1 mg secara inta muscular dipaha kiri
anterolateral bayi
8) Memberi imunisasi hapatitits B 0,5 ml secara inra muscular
dipaha kanan anterolateral pada bayi (diberikan kira-kira
sampai 2 jam setelah pemberian vit k)
9) Memberi identitas pada bayi
10) Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
11) Melakukan pemulangan pada bayi baru lahir normal
konseling dan kunjungan ulang.
2.2 Standar 16 Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan
Pada Trimester III
a) Tujuan
Menenangani dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan
dalam trimester III kehamilan.
b) Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya
c) Hasil
1) Ibu yang mengalami perdarahan pada trimester III kehamilan segera
mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.
9
2) Kematian ibu dan janin akibat perdarahan pada kehamilan dan
perdarahan antepartum berkurang.
3) Meningkatnya pemanfaatan bidan untuk konsultasi pada keadaan
gawat darurat
d) Prasyarat
1) Bidan memberikan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil
2) Ibu hamil mencari perawatan kebidanan jika komplikasi terjadi
3) Bidan sudah terlatih dan terampil untuk:
(a) Mengetahui penyebap, mengenali tanda-tanda dan penanganan
perdarahan pada trimester III kehamilan.
(b) Pertolongan pertama pada gawat darurat, termaksut pada cairan
IV.
(c) Mengetahui tanda-tanda ada penanganan syok.
4) Tersediannya alat perlengkapan penting misalnya sabun, air bersih
yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan tangan.
Alat suntik steril sekali pakai, jarum IV steril 16G dan 18G, ringer
lactat atau NACL 0,9% set infuse, 3 pasang sarung tangan bersih.
5) Penggunaan KMS ibu hamil/kartu ibu, buku KIA.
6) Sistem rujukan yang efektif, termaksut bank darah berjalan dengan
baik untuk ibu yang mengalami perdarahan selama kehamilan.
e) Proses
Bidan harus :
1) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian
keringkan hingga betul-betul kering dengn handuk bersih setiap kali
sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan pasien. Gunakan
sarung tangan bersih kapanpun menanagani benda-benda yang
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh
2) Memeriksa dan merujuk ibu hamil yang mengalami perdarahnn dari
jalan lahir ( semua perdarahan yang bukan show, adalah kelainan )
10
3) Berikan penyuluhan dan nasehat tentang bahaya perdarahan dari jalan
lahir sebelum bayi lahir keada ibu dan suami/ keluarganya pada setiap
kunjungan
4) Nasehati ibu hamil, suami atau keluarganya untuk memanggil bidan
bila terjadi perdarahan atau nyeri hebat di daerah perut kapanpun
dalam kehamilan
5) Lakukan penilaian keadaan umum ibu dan perkirakan usia
kehamilannya
6) Jangan melakukan periksa dalam ( perdarahan pada kehamilan di atas
22 minggu biasanya karena plasenta previa. Periksa dalam akan
memperburuk perdarahan )
7) Rujuk ibu yang mengalami perdarahan vagina pada trimester III ke
rumah sakit terdekat
8) Jika anda dan gejala syok jelas terlihat atau jika ibu mengalami
perdarahan hebta, rujuk segera
9) Sebaiknya baringkan ibu dalam posisi miring ke sisi kiri dan ganjal
tungkainya dengan bantal
(a) Berikan cairan intravena NaCl 0,9% atau Ringer Laktat. Infus
diberikan dengan tetesan cepat sesuai kondisi ibu. Dengan
menggunakan teknik aseptic mulai IV dengan RL atau NaCl 0,9%,
menggunakan jarum lubang besar ( 16 atau 18 G ). Berikan cairan
IV dengan tetesan cepat hingga denyut nadi ibu membaik
(b) Damping ibu ke tempat rujukan. Periksa dan catat dengan seksama
tanda-tanda vital ( pernapasan, nadi, dan tekanan darah ) setiap 15
menit sampai tiba di rumah sakit
(c) Selimuti ibu dan jaga agar tetap hangat selama perjalanan ke
tempat rujukan, jangan membuat ibu kepanasan
(d) Perkirakan seakurat mungkin jumlah kehilangan darah. (seringkali
perkiraan
jumlah
kehilangan
darah
kurang
dari
jumlah
sebenarnya). Cara yang lebih tepat untuk memperkirakan jumlah
11
kehilanagan darah adalah dengan menimbang semua bahan yang
terkena darah
(e) Buat
catatan
lengkap.
(keteranagn
mengenai
perdarahan,
golongan, jumlah perdarahan, riwayat tentang kapan terjadinya
perdarahan, hal ini penting untuk diagnose banding dan perkiraan
penggantian cairan). Dokumentasi dengan seksama semua
perawatan yang diberikan
(f) Damping ibu hamil yang dirujuk ke rumah sakit dan mintalah
keluarga yang akan menyumbangkan darahnya untuk ikut serta
(g) Mengikuti langkah-langkah untuk merujuk
2.2.1 Penanganan Perdarahan Pada Kehamilan Trimester III
Perdarahan pada kehamilan Trimester III merupakan perdarahan yang
terjadi pada ibu hamil dengan perdarahan antepartum. Perdarahan pada
kehamilan selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan
antepartum sering terjadi pada kehamilan tua.
a) Plasenta Previa
1) Pengertian
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak
dibagian atas uterus.
2) Diagnosa dan Gambaran Klinis
a) Anamnesis
Gejala pertama yang membawa penderita datang ke
pelayanan kesehatan
ialah perdarahan pada kehamilan 28
minggu atau pada trimester ketiga. Akan tetapi tidak jarang
terjadi pada kehamilan sekitar 20 minggu.
Perdarahan plasenta previa mulai terjadi ketika terbentuk
segmen bawah rahin yaitu ketika regangan pada dinding rahim
karena isi rahim lebih cepat tumbuhnya daripada rahim sendiri,
akibatnya istmus uteri menjadi bagian dinding korpus uteri yaitu
12
segmen bawah rahim. Perdarahan terjadi karena pergeseran
antara plasenta dan dinding rahim. Saat perdarahan bergantung
pada kekuatan insersi plasenta dan kekutan tarikan istmus uteri.
Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan
perdarahan. Darah berasal dari ibu terutama dari ruangan
intervilosa, dari bayi jika jonjot terputus atau pembuluh darah
plasenta terbuka.
Sifat perdarahan :
1) Tanpa rasa nyeri (painless)
2) Tanpa sebab (causeless)
3) Berulang (recurrent), karena dengan kemajuan kehamilan
regangan bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru.
Perdarahan yang terjadi ini cenderung berulang dengan
volume yang lebih banyak dari sebelumnya.
4) Warna darah merah segar.
b) Inspeksi
1) Dapat dilihat perdarahan yang keluar dari vaginum
2) Jika perdarahan banyak maka ibu kelihatan pucat atau anemis
c) Palpasi
1) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala,
biasanya kepala masih goyang atau teraoung (floating) atau
mengolak di atas pintu atas panggul.
2) Sering dijumpai kesalahan letak seperti letak lintang, letak
sunsang.
d) Pemeriksaan inspekulo
Dengan memakai speculum secara hati-hati dilihat dari mana
asal perdarahan, apakah dari uterus atau dari serviks atau vagina.
e) Ultrasonografi
Membantu penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis
sangat tepat dan tidak menimnulkan radiasi pada janin. Dengan
13
USG ini sudah dapat menegakkan diagnosis plasenta previa
sebelum kehamilan trimester III.
f) Pemeriksaan dalam (VT)
Pemeriksaan dalam pada plasenta previa sangat berbahaya
karena akan menimbulkan perdarahan yang hebat. Selain itu juga
dapat menimbulkan infeksi dan merangsang terjadinya his
sehingga dapat terjadi partus prematurus. Karena perdarahan bisa
disebabkan karena varises atau kelainan serviks (polip, erosion,
carcinoma),
maka
sebaiknya
di
rumah
sakit
dilakukan
pemeriksaan inspekulo terlebih dahulu untuk menyingkirkan
kemungkinan ini.
Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam :
1) Pasang infuse dan sediakan darah
2) Pemeriksaan dilakukan di kamar operasi, dimana fasilitas
operasi sudah tersedia.
3) Pemeriksaan dilakukan secara hati-hati dan secara lembut
(lady,s hand).
4) Lakukan perabaan fornices (fornices test) terlebih dahulu
sebelim masuk ke kanalis servikalis yaitu dilakukan bila
bayi dalam presentasi kepala, dengan meraba seluruh forniks
dengan jari. Perabaan terasa lunak, bila antara jari dan kepala
terdapat plasenta. Bila antara jari dan kepala janin teraba
keras berarti tidak terdapat plasenta diantaranya.
5) Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Apabila kanalis
servikalis terbuka, perlahan-lahan jari telunjuk dimasukkan
ke dalam kanalis servikalis dengan tujuan meraba kalau ada
kotiledon plasenta. Tetapi jangan sekali-kali menyusuri
pinggir plasenta, karena mungkin plasenta akan terlepas dan
menimbulkan banyak perdarahan.
Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum :
1) Perdarahan yang banyak, lebih dari 500 cc
14
2) Perdarahan yang berulang-ulang (recurrent)
3) His telah mulai dan janin sudah dapat hidup di luar
(viable)
3) Penanganan
Bidan yang mengahadapi perdarahan plasenta previa dapat
mengambil sikap melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang
lebih memadai. Dalam melakukan rujukan penderita plasentra
previa sebaiknya dilengkapi dengan:
a) Pemasangan Infus untuk mengimbangi perdarahan
b) Sedapat mungkin di rujuk bersama petugas
c) Di lengkapi keterangan secukupnya
d) Persiapkan donor darah dan transfusi darah.
b) Solusio Plasenta
1) Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya
dengan implantasi normal pada kehamilan Trimester Tiga.
2) Diagnosis dan Gambaran Klinis
a) Anamnesis
1) Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri
2) Terjadi spontan atau karena trauma
3) Perut terasa nyeri
4) Pergerakan janin berkurang
b) Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan umum (Inspeksi)
(a) Keadaan umum penderita tidak
dapat di sesuaikan
dengan jumlah perdarahan
(b) TD menurun, nadi dan pernapasan meningkat
(c) Penderita tampak anemis
2) Pemeriksaan Khusus (Palpasi Abdomen)
a) Perut tegang terus menerus
b) Tersa nyeri saat palpasi
15
c) Bagian janin tidak dapat ditentukan
Auskultasi
Denyut jantung janin bervariasi dari asfiksia ringan sampai
berat.
3) Pemeriksaan Dalam
a) Ada pembukaan serviks
b) Ketuban tegang dan menonjol
4) Pemeriksaan USG
Melakukan pemeriksaan penunjang dengan USG, dijumpai
perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen
Gambaran klinis pada solusio plasenta terbagi atas sebagai
berikut :
1) Solusio Plasenta Ringan
a) Tidak
ada
gejala
kecuali
hematoma
yang
berukuran beberapa sentimeter pada permukaan
maternal plasenta
b) Rasa nyeri pada perut masih ringan dan darah yang
keluar masih sedikit, sehingga belum keluar
melalui vagina.
c) TTV dan KU ibu ataupun janin baik
d) Pada palpasi perut terasa tegang tapi bagian-bagian
janin masih bisa teraba.
2) Solusio Plasenta Sedang
a) Rasa nyeri terus menerus, DJJ menunjukan gawat
janin,
b) Perdarahan keluar banyak berwarna kehitaman,
pucat, takikarddi, hipotensi.
3) Solusio Plasenta Berat
a) Perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti
papan, fundus lebih tinggi karena penumpukan
darah dalam rahim
16
b) KU buruk disertai syok, gangguan fungsi ginjal
3) Penanganan
Penanganan solusio plasenta tergantung pada kondisi janin dan ibu
hamil, usia kehamilan, dan tingkat keparahan solusio plasenta. Plasenta
yang sudah terlepas dari dinding rahim tidak bisa ditempelkan kembali.
Pengobatan lebih bertujuan untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil dan
janin yang dikandungnya.
Bidan yang mengahadapi perdarahan plasenta previa dapat
mengambil sikap melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih
memadai. Dalam melakukan rujukan penderita plasentra previa
sebaiknya dilengkapi dengan:
a) Pemasangan Infus untuk mengimbangi perdarahan
b) Sedapat mungkin di rujuk bersama petugas
c) Di lengkapi keterangan secukupnya
d) Persiapkan donor darah dan transfusi darah
c) Pecahnya Sinus Marginalis
d) Pecahnya Vasa Previa
2.3 Standar 17 : Penanganan Kegawdaruratan Pada Pre-Eklampsia dan
Eklampsia
a) Tujuan :
Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala-gejala pre eklampsia
berat dan memberikan perawatan yang tepat dan memadai.Mengambil
tindakan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawat daruratan bila
eklamsia terjadi.
b) Persyaratan Standar
Bidan mengenali secara tepat dan dini dan gejala preeklampsia ringan,
preeklampsia berat dan eklamsia. Bidan akan mengambil tindakan yang
tepat,
memulai
perawatan,
merujuk
ibu
dan/atau
melaksanakan
penanganan kegawatdaruratan yang tepat.
c) Hasil
17
1) Penurunan kejadian eklampsia.
2) Ibu hamil yang mengalami preeklampsia berat dan eklampsia
mendapatkan penanganan yang cepa dan tepat.
3) Ibu dengan tanda-tanda preeklampsia ringan akan mendapatkan
perawatan yang tepat waktu dan memadai serta pemantauan.
4) Penurunan kesakitan dan kematian akibat eklampsia.
c) Prasyarat
1) Kebijakan dan protocol nasional/setempat yang mendukung bidan
memberikan
pengobatan
awal
untuk
penatalaksanaan
kegawatdaruratan preeklamsi berat dan eklamsia.
2) Bidan melakukan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil
termaksut pemantauan rutin tekanan darah.
3) Bidan secara rutin memantau ibu dalam proses persalinan dan selama
periode postpartum terhadap tanda dan gejalah preeklampsia termaksut
pengukuran tekanan darah.
4) Bidan terlatih dan terampil untuk:
(a) Mengenal tanda dan gejala preeklamsia ringan, preeklamsia berat
dan eklamsia.
(b) Mendeteksi
dan
memberikan
pertolongan
pertama
pada
preeklamsia ringan, preeklampsia berat dan eklampsia.
5) Tersedia perlengkapan penting untuk memantau tekanan darah dan
memberikan cairan IV.
6) Tersedia obat anti hipertensi yang dibutuhkan untuk kegawat
daruratan misalnya magnesium sulfat, kalsium glukosa.
7) Adanya saran pencatatan: KMS ibu hamil/kartu ibu, buku KIA dan
partograf.
18
d) Proses
Bidan Harus :
1) Selalu waspada terhadap gejala dan tanda preeklamsia ringan. Pantau
tekanan darah ibu hamil pada setiap pemeriksaan antenatal, selama
proses persalinan, dan masa nifas.
2) Selalu waspada terhadap tanda dan gejala preeklampsia berat.
3) Catat tekanan darah ibu, segera periksa adanya gejala dan tanda
preeklamsia atau eklampsia. Gejala dan tanda preeklampsia berat,
memerlukan penanganan yang cepat karena besar kemungkinan terjadi
eklampsia. Kecepatan bertindak sangat penting.
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama :
a) Cari pertolongan segera untuk mengatur rujukan ibu rutin ke
rumah sakit. Jelaskan dengan tenang dan secepatnya kepada ibu,
suami dan keluarga tentang apa yang terjadi.
b) Berikan ibu pada posisi miring kekiri, berikan oksigen (4 – 6 liter /
menit) jika ada.
c) Berika IV ringer laktat 500 cc dengan jarum berlubang besar (16
dan 18 G)
4) Jika terjadi kejang, baringkan ibu pada posisi miring ke kiri, di bagian
tempat tidur atau lantai yang aman, mencegah ibu terjatuh, tapi jangan
mengikat ibu. Jika ada kesempatan, letakkan benda yang dibungkus
dengan kain lembut diantara gigi ibu. Jangan memaksakan membuka
mulut ibu ketika kejang terjadi. Setelah kejang berlalu, hisap lendir
pada mulut dan tenggorokan ibu bila perlu.
5) Pantau dengan cermat tanda dan gejala keracunan MgSO4 sebagai
berikut :
a) Frekuensi pernafasan < 16 kali / menit.
b) Pengeluaran air seni < 30 cc / jam selama 4 jam terakhir.
Jangan berikan dosis MgSO4 selanjutnya bila ditemukan tanda –
tanda dan gejala keracunan tersebut di atas.
19
6) Jika terjadi henti nafas ( apnea ) setelah pemberian MgSO4, berikan
Kalsium Glukosa 1 gr (10 cc dalam laruta 10%) IV perlahan – lahan
sampai pernafasan mulai lagi. Lakukan ventilasi ibu dengan
menggunakan ambu bag dan masker.
7) Bila ibu mengalami koma, pastikan posisi ibu dibaringkan miring ke
kiri dengan kepala sedikit ditengadahkan agar jalan nafas tetap
terbuka.
8) Catat semua obat yang diberikan, keadaan ibu, termasuk tekanan
darahnya setiap 15 menit.
9) Bawa segera ibu kerumah sakit setelah serangan kejang berikutnya.
Dampingi ibu dalam perjalanan dan berikan obat – obatan lagi jika
perlu.
2.3.1 Penanganan Kegawatdaruratan Pre Eklampsia dan Eklampsia
a) Pengertian
Preeklampsi/
Eklampsia
adalah
timbulnya
hipertensi
disertai
proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. (Sujiyanti, 2009)
b) Diagnosis dan Gambaran Klinis
Untuk diagnose eklampsia harus dikesampingkan keadaan –keadaan
lain dengan kejang dan coma seperti ureami, keracunan, epilepsy, hysteri,
ebcephalitis, meningitis, tumor otak,dan atrofi kuning akut dari hati.
Diagnose eklampsia lebih 24 jam postpartum harus dicurigai.
1) Gejala dan tanda preeklampsia ringan yaitu:
a) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan
interval pemeriksaan setiap 6 iam.
b) Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan
interval pemeriksaan setiap 6 jam.
c) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
d) Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai
2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
20
2) Gejala dan tanda preeklampsia berat
a) Tekanan darah 160/110mmHg
b) Oliguria, urin < 400 cc/24jam.
c) Proteinuria lebih dari 3gr/liter
c) Pecegahan awal
a) Ibu harus belajar mengenali tanda dan gejala preeklamsia, dan harus
dianjurkan untuk mencari perawatan bidan, puskesmas atau rumah
sakit bila mengalami tanda preeklamsia (nyeri kepala hebat, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrik, pembengkakan pada wajah).
b) Memantau dengan cermat tekanan darah ibu hamil, ibu dalam proses
persalinan, dan ibu dalam masa nifas.
c) Jangan berikan metergin pada ibu yang tekanan darahnya naik,
preeklamsia atau eklamsia.
d) Beberapa wanita dengan eklamsia memiliki tekanan darah yang
normal. Tangani semua ibu yang mengalami sebagai ibu dengan
eklamsia hingga ditentukan diagnosa lain.
e) Selalu waspada untuk segera merujuk ibu yang mengalami
preeklamsia
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas dipuskesmas dan rumah
sakit atau melalui kunjungan kerumah, atau rumah pada hari ketiga, minggu
ke 2 dan minggu ke 6 setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan
ibu dan bayi melalui penatalaksanaan tali pusat yang benar; penemuan dini,
penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa
nifas; serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir, pemberian
ASI, imunisasi dan KB.
Bidan mengenali secara tepat dan dini dan gejala preeklampsia ringan,
preeklampsia berat dan eklamsia. Bidan akan mengambil tindakan yang tepat,
memulai perawatan, merujuk ibu dan/atau melaksanakan penanganan
kegawatdaruratan yang tepat.
Bidan mengenali secara tepat dan dini dan gejala preeklampsia ringan,
preeklampsia berat dan eklamsia. Bidan akan mengambil tindakan yang tepat,
dikegawatdaruratan yang tepat.
3.2 Saran
Diharapkan bidan dapat melakukan pelayanan pada masa kehamilan dan
Nifas serta penanganan Kegawatdaruratan Pre Eklampsia dan Eklampsia
dengan memberikan Asuhan terbaik. Dan mampu meningkatkan Mutu
Pelayanan agar dapat memberikkan
22
Download