Uploaded by Dede Gunawan

BAB II Gambaran Umum

advertisement
BAB
II
GAMBARAN UMUM
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
Kabupaten Sumbawa Barat sebagai sebuah kabupaten baru yang merupakan hasil
pemekaran dari Kabupaten Sumbawa berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun
2003 tentang Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
dalam rangka mendekatkan dan meningkatkan pelayanan publik, terus berusaha
meningkatkan kualitas pembangunan demi mengejar ketertinggalan dari daerah lain di
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Hal ini sejalan dengan visi pembangunan KSB untuk lima tahun pertama,
Kabupaten Sumbawa Barat yakni “membangun pelayanan publik prima dan produktivitas
pertanian menuju agroindustri agar terciptanya pembangunan yang berkelanjutan dengan
memanfaatkan potensi geografis dan sumber daya alam, keseimbangan antara
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dan sumber daya manusia yang berdaya
saing”.
Kabupaten
Sumbawa
Barat
sebagai
salah
satu
daerah
dari
sembilan
kabupaten/kota yang berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat terletak diujung
barat pulau Sumbawa pada posisi 116o 42’ sampai dengan 117o 05’ BT dan 08o 30’
sampai dengan 09o 07’ LS, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara
: Kec. Alas Barat dan Kec. Alas Kabupaten Sumbawa;

Sebelah Timur
: Kec. Batu Lanteh dan Kec. Lunyuk Kab. Sumbawa;

Sebelah Selatan
: Samudera Indonesia; dan

Sebelah Barat
: Selat Alas
Gambar 2.01. Peta Wilayah Administratif Kabupaten Sumbawa Barat
Wilayah daratan KSB tahun 2009 seluas 1.849,02 km2 atau 184.902 ha yang
tersebar pada delapan kecamatan dengan 57 desa dan enam kelurahan, seperti disajikan
pada Tabel 2.01. berikut.
Tabel 2.01. Luas Wilayah Daratan KSB menurut Kecamatan Tahun 2009
Luas
Jlh Desa/
Wilayah
Luas
No.
Kecamatan
(%)
Kelurahan
Pembangunan (WP)
(ha)
1.
Poto Tano
15.888
8,59
8
WP Utara
2.
Seteluk
23.621
12,77
10
WP Utara
3.
Brang Rea
21.207
11,47
9
WP Tengah
4.
Brang Ene
14.090
7,62
6
WP Tengah
5.
Taliwang
37.593
20,33
8/6
WP Tengah
6.
Jereweh
26.019
14,07
4
WP Selatan
7.
Maluk
9.242
5,00
5
WP Selatan
8.
Sekongkang
37.242
20,14
7
WP Selatan
Total
184.902
100,00
57/6
Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2010.
2.1. Tofografi Wilayah
Keadaan topografi wilayah KSB cukup beragam, mulai dari datar, bergelombang
curam sampai sangat curam dengan ketinggian berkisar antara 0 hingga 1.730 meter dari
permukaan laut (mdpl) seperti disajikan pada Tabel 2.02.
Tabel 2.02. Keadaan Tofografi Wilayah KSB Tahun 2009
Kemiringan
Luas
No.
Keadaan Tofografi
Lahan (%)
(ha)
1.
Datar
0 – 2,00
21.822
2.
Bergelombang
2,01 – 15,00
16.369
3.
Curam
15,01 – 40,00
53.609
4.
Sangat Curam
> 40,00
93.102
Total KSB
184.902
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010.
Luas
(%)
11,80
8,85
28,999
50,35
100,00
Ketinggian ibukota pada setiap kecamatan di KSB berkisar antara 7 sampai 31
mdpl. Topografi yang semakin datar dan bergelombang sebagian besar digunakan untuk
lokasi permukiman dan lahan pertanian, sedang topografi yang semakin curam hingga
sangat curam sebagian besar merupakan kawasan hutan yang berfungsi untuk
melindungi kawasan sekitarnya yang lebih rendah.
2.1.1. Luas dan Sebaran Tanah/Lahan
Luas tanah/lahan di KSB tahun 2010 adalah 148.902 hektar berupa lahan sawah
dengan lima jenis penggunaan dan lahan kering dengan 12 jenis penggunaan. Rincian
sebaran penggunaan lahan di KSB tahun 2006 - 2010 disajikan pada Tabel 2.03. berikut
ini.
Tabel 2.03. Rincian Sebaran Penggunaan Lahan di KSB Tahun 2006 - 2010
No.
I.
1
2
3
4
5
II.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jenis Penggunaan
Tanah/Lahan Sawah:
Sawah Irigasi Teknis
Sawah Irigasi ½ Teknis
Sawah Irigasi Sederhana
PU
Sawah Irigasi Sederhana
Non PU
Sawah Tadah Hujan
Sub Total
Tanah/Lahan Kering:
Tegal/Kebun
Ladang/Huma
Perkebunan
Ditanami Pohon/Hutan
Rakyat
Hutan Negara
Padang Rumput/
Pengembalaan
Tambak
Kolam/Tebat/Empang
Rawa-rawa (tidak
ditanami)
Sementara Tidak
Diusahakan
Pekarangan/Permukiman
(rumah/bangunan)
Lain-lain
2006
2007
2008
2009
2010
3.846
1.876
4.093
2.052
4.093
2.052
4.093
2.052
4.093
2.052
836
869
869
869
1.233
594
589
589
589
589
1.850
9.002
1.850
9.090
1.487
9.090
1.486
9.090
1.507
9.474
6.545
4.499
4.009
7.852
3.096
5.332
7.852
3.096
5.332
7.852
3.096
5.332
7.518
3.096
5.332
1.945
3.179
3.179
3.179
3.179
137.965
134.888
134.790
134.790
134.790
2.465
2.610
2.610
2.610
2.610
502
20
526
173
526
0
526
14
526
14
987
987
987
987
987
2.201
2.407
2.407
2.407
2.357
1.048
1.048
1.071
1.071
1.071
13.714
13.714
13.962
13.948
13.948
Sub Total
175.900
175.812
175.812
175.812
175.428
Total I + II
184.902
184.902
184.902
184.902
184.902
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010; Dinas HUTBUNTAN KSB, 2010.
Dari Tabel 2.03. di atas diketahui bahwa sebaran penggunaan lahan di KSB tahun
2010 meliputi: lahan sawah 5,12% yang sebagian besar berupa lahan sawah irigasi teknis
dan irigasi setengah setengah teknis, dan lahan kering 94,88% yang sebagian besar
berupa hutan negara. Perkembangan penggunaan lahan selama periode tahun 2006 –
2010, luas lahan sawah meningkat rata-rata 1,32% per tahun disebabkan adanya
pembangunan prasarana irigasi baru, sebaliknya luas lahan kering menurun rata-rata
0,07% per tahun.
Lahan sawah, baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan umumnya
dimanfaatakan untuk usahatani padi dan palawija. Lahan kering yang digunakan untuk
kegiatan pertanian dalam arti luas berupa: tegal/kebun, ladang/huma,
perkebunan,
ditanami pohon/hutan rakyat, hutan negara, padang rumput/pengembalaan, tambak, dan
kolam/tebat/empang, belum dimanfaatkan secara intensif untuk pengusahaan berbagai
jenis komoditas pertanian dan perikanan, sedang pemeliharaan ternak umumnya
dilakukan secara ekstensif.
Lahan kering berupa hutan negara menempati porsi penggunaan yang sangat luas
(sekitar 72,90 % dari luas wilayah). Rincian luas hutan Negara berdasarkan jenis
penguasaannya disajikan pada Tabel 2.04. berikut di bawah ini.
Tabel 2.04. Rincian Luas Hutan Negara berdasarkan Jenis Penggunaan di KSB Th. 2010
No.
Status Penguasaan
1
Hutan Lindung
2
Luas (Ha)
Luas (%)
% dr Luas Wil.
66.311,06
49,20
35,86
Hutan Cagar Alam
524,00
0,39
0,28
3
Hutan Taman Wisata Alam
874,91
0,65
0,47
4
Hutan Produksi Terbatas
36.155,07
26,82
19,55
5
Hutan Produksi Tetap
18.753,24
13,91
10,14
6
Hutan Konservasi SDA
12.171,72
9,03
6,58
134.790,00
100,00
72,90
TOTAL
Sumber: Dinas HUTBUNTAN KSB, 2010.
Dari Tabel 2.04. diketahui bahwa sebagian besar hutan negara (59,27% dari luas
hutan negara atau 43,19% dari luas wilayah) tidak dapat dimanfaatkan secara langsung
untuk proses produksi pertanian, pertambangan atau kegiatan ekonomi lainnya karena
kawasan hutan tersebut harus tetap dipertahannya fungsinya untuk melindungi
ketersediaan sumbersaya tanah, air dan udara. Sementara itu, hutan negara yang dapat
dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan ekonomi hanya 40,73% dari luas hutan
atau 29,73% dari luas wilayah.
Lahan KSB yang digunakan sebagai lokasi obyek Wisata Alam, dalam lima tahun
terakhir berkembang cukup pesat seiring dengan beroperasinya berbagai perusahaan
dan pelaksanaan pembangunan. Jumlah lokasi obyek wisata alam yang potensial di KSB
tahun 2010 sebanyak 32 lokasi, terdiri atas 13 obyek wisata pantai dan 19 obyek wisata
alam darat dan air (Dinas ESDM Budpar KSB, 2010).
2.1.2. Pulau-pulau Kecil
Pulau-pulau kecil (small island) adalah pulau-pulau yang berukuran kecil yang
secara ekologis terpisah dari pulau induknya (main land). Pulau-pulau kecil KSB tahun
2009 berjumlah 16 pulau dengan luas sekitar 1.016,83 Ha. Pulau-pulau kecil tersebut
tidak mempunyai penghuni tetap, tetapi sebagian dari pulau-pulau tersebut telah
dimanfaatkan oleh sebagian kecil masyarakat KSB untuk berbagai macam kegiatan
seperti: pariwisata, budidaya mutiara, budidaya rumput laut, penangkapan ikan, tempat
pengambilan sarang burung walet, dan pengambilan hasil hutan kayu dan non kayu.
2.2. Hidrologi dan Klimatologi
Wilayah perairan laut KSB tahun 2009 seluas 1.060,80 km2. Perairan laut yang
utama adalah Selat Alas dengan beberapa teluk kecil di sekitarnya (seperti: Teluk
Taliwang, Teluk Balat, Teluk Maluk, Teluk Lawar dan lain-lain), sangat potensial untuk
berbagai jenis usaha perikanan dan kelautan. Selat Alas mempunyai arti penting karena
peranannya dalam proses Arus Lintas Indonesia (ARLINDO), sehingga merupakan
wilayah perairan dengan potensi perikanan yang cukup besar (PT. Newmont Nusa
Tenggara dan P2LH Unram, 2004; BPS KSB dan BAPPEDA KSBM, 2010).
Kabupaten Sumbawa Barat merupakan wilayah beriklim tropis yang dipengaruhi
oleh musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan umumnya berlangsung
bulan Nopember sampai dengan Maret (5 bulan), sedang musim kemarau dari bulan April
sampai dengan Oktober (7 bulan). Total hari hujan pada tahun 2009 sebanyak 95 hari
dengan rata-rata per bulan 7,92 hari, sedang total curah hujan sebesar 2.156 mm atau
rata-rata per bulan 179,66 mm (BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010). Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa KSB merupakan daerah kering, sehingga ketersediaan air
merupakan faktor pembatas untuk pengembangan kegiatan ekonomi, terutama pertanian
lahan kering.
2.3. Potensi Air Permukaan
Sungai yang terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat ini termasuk dalam Satuan
Wilayah Sungai (SWS) Sumbawa. Didalam SWS Sumbawa ini terdapat beberapa Sub
Satuan Wilayah Sungai (SSWS) yang tersebar diseluruh Pulau Sumbawa, khusus untuk
Kabupaten Sumbawa Barat terdapat 2 SSWS yaitu:
1. SSWS Jereweh
2. SSWS Rea
Dari 2 SSWS ini, terdapat beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ditunjukan
oleh Tabel 2.05 di bawah ini.
Tabel 2.05 Daerah Aliran Sungai (DAS) di SSWS Jereweh dan Rea
No.
1.
SSWS
Jereweh
JUMLAH
DAS
17
NAMA DAS
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Jereweh
Lempe
Benete
Maluk
Sekongkang
Kompleks DAS Senyur
Sejorong
Kompleks DAS Labuhan
Kompleks DAS Tablung
No.
SSWS
JUMLAH
DAS
NAMA DAS
(10) Kompleks DAS Tebisu
(11) Kompleks DAS Tangoloka
(12) Nanga Ene
(13) Kompleks DAS Lomar Lempuh
(14) Kompleks DAS Talonang
(15) Panti
(16) Sepang
(17) Singa
2.
Rea
4
(1)
Kompleks DAS Tubaka
(2)
Kompleks DAS Aikuruk
(3)
Kompleks DAS Panusak
(4)
Rea
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan &
Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005
Dari beberapa DAS tersebut, terdapat beberapa DAS termasuk kategori DAS
prioritas berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1) DAS yang memiliki potensi yang besar
2) DAS yang memiliki penduduk yang besar
3) DAS yang memiliki prediksi kedepan mampu menunjang Sumber Daya Air
4) DAS yang memiliki permasalahan krusial yang berbatasan dengan Kabupaten/Kota.
Dari kriteria tersebut diperoleh DAS yang termasuk Kategori Prioritas untuk SSWS
Jereweh dan Rea adalah SSWS Jereweh yaitu DAS Jereweh, DAS Sekongkang, DAS
Jorong dan untuk SSWS Rea yaitu DAS Rea (Sumber: Data Base Sungai Wilayah Sungai
Sumbawa (tahap 1), Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I, 2007).
Berdasarkan data tersebut maka potensi DAS yang terdapat di Kabupaten
Sumbawa Barat adalah sebagai berikut :
2.3.1. DAS Jereweh
Data morfologi DAS Jereweh adalah sebagai berikut:
Nama sungai
: Jereweh
Lokasi
: Desa Belo, Kecamatan Jereweh, Kab. Sumbawa Barat
Panjang Sungai
: ± 23,11 km
Lebar Sungai
: ± 49,50 m
Luas Penampang
: ± 17,33 m2
Kemiringan
: ± 45o
Kedalaman
: ± 0,35 m
Kecepatan aliran
: ± 0,7 m/dt
Debit
: ± 4,41 m3/dt
Daerah yang dilalui oleh DAS Jereweh adalah :

Desa Labuan Lalar, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat

Desa Goa, Kecamatan Jereweh, Kab. Sumbawa Barat

Desa Belo, Kecamatan Jereweh, Kab. Sumbawa Barat
2.3.2. DAS Sekongkang
Data morfologi DAS Sekongkang adalah sebagai berikut :
Nama sungai
: Sekongkang
Lokasi
: Sekongkang Bawah, Kecamatan Sekongkang,
Kabupaten Sumbawa Barat
Panjang Sungai
: ± 18,87 km
Lebar Sungai
: ± 31 m
Luas Penampang
: ± 24,2 m2
Kemiringan
: ± 45o
Kedalaman
: ± 0,80 m
Kecepatan aliran
: ± 0,4 m/dt
Debit
: ± 8,64 m3/dt
Daerah yang dilalui oleh DAS Sekongkang adalah :
 Desa Sekongkang Atas, Kecamatan Sekongkang, Kab. Sumbawa Barat
 Desa Belo, Kecamatan Jereweh, Kab. Sumbawa Barat
2.3.3. DAS Sejorong
Data morfologi DAS Sejorong adalah sebagai berikut:
Nama sungai
: Sejorong
Lokasi
: Desa Tongo, Kecamatan Sejorong Kab. Sumbawa Barat
Panjang Sungai
: ± 66,25 km
Lebar Sungai
: ± 62 m
Luas Penampang
: ± 31 m2
Kemiringan
: ± 45o
Kedalaman
: ± 0,50 m
Kecepatan aliran
: ± 1,2 m/dt
Debit
: ± 21 m3/dt
Daerah yang dilalui oleh DAS Sejorong adalah :
 Desa Sekongkang Bawah, KecamatanSekongkang Kab.Sumbawa Barat
 Desa Sekongkang Atas, Kecamatan Sekongkang Kab.Sumbawa Barat
 Desa Belo, Kecamatan Jereweh Kab. Sumbawa Barat
2.3.4. `DAS Rea
Data morfologi DAS Rea adalah sebagai berikut :
Nama sungai
: Rea
Lokasi
: Desa Taliwang, Kecamatan Taliwang Kab. Sumbawa Barat
Panjang Sungai
: ± 21,55 km
Lebar Sungai
: ± 60,50 m
Luas Penampang
: ± 24,20 m2
Kemiringan
: ± 45o
Kedalaman
: ± 0,40 m
Kecepatan aliran
: ± 0,50 m/dt
Debit
: ± 10,44 m3/dt
Desa yang dilalui oleh DAS Rea adalah :

Desa Kuang, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat

Desa Merapan, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat

Desa Seteluk Tengah, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat

Desa Juru Mapin, Kecamatan Alas, Kab. Sumbawa

Desa Mura, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat

Desa Labuan Lalar, KecamatanTaliwang, Kab. Sumbawa Barat

Desa Kali Mantong, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat

Desa Sampir, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat

Desa Marente, Kecamatan Alas, Kab. Sumbawa

Desa Mantar, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat

Desa Beru, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat

Desa Dalam, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat

Desa Bangkat Monte, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat

Desa Air Suning, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat

Desa Goa, Kecamatan Jereweh, Kab. Sumbawa Barat

Desa Menala, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat

Desa Tepas, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat

Desa Rempe, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat

Desa Bugis, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat

Desa Seteluk Atas, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat

Desa Baturotok, Kecamatan Batu Lanteh, Kab. Sumbawa

Desa Juranalas, Kecamatan Alas, Kab. Sumbawa

Desa Senayan, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat
2.4. Potensi Air Tanah
Potensi mata air yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat tidak terlalu banyak dan
keandalan debitnya juga tidak terlalu besar. Beberapa potensi mata air yang terdapat di
sekitar Kabupaten Sumbawa Barat (yang belum dikelola PDAM) antara lain :
2.4.1. Mata Air Tebil
Mata air Tebil mempunyai peranan yang sangat penting terutama untuk wilayah
yang ada di sekitarnya dan hilir dari mata air tersebut. Muncul di atas gunung,
menyebabkan keberadaannya masih sangat alami serta arah alirannya menyebar dan
mengumpul dibagian hilirnya. Masyarakat transmigran memanfaatkan mata air ini sebagai
air irigasi untuk ladang/kebun, air bersih bagi masyarakat yang melakukan perjalanan
menuju lahan yang ada di sekitar mata air. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
masyarakat sekitar, mata air ini mempunyai aliran yang konstan sepanjang tahun dengan
debit aliran pada musim kering sebesar 7,34 liter/detik. (Sumber: Booklet mata air Pulau
Sumbawa, Balai Hidrologi, Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, NTB, 2008).
2.4.2. Mata Air Sepang
Untuk mencapai lokasi mata air Sepang memerlukan waktu yang cukup lama yaitu
kira-kira 3-4 jam. Selain jalan menuju mata air cukup sulit, tempat munculnya mata air ini
juga terletak di atas gunung. Walaupun debit alirannya mencapai 15,87 liter/detik tetapi
mata air ini belum termanfaatkan secara maksimal karena sangat jauh dari lokasi
permukiman masyarakat transmigran dan juga lahan di sekitar mata air dan hilirnya
merupakan kawasan hutan. Para transmigran biasanya memanfaatkan mata air ini
sebagai sumber air bersih dan mandi pada saat melakukan perjalanan menuju ladangnya.
Berdasarkan pengukuran posisi, mata air Sepang berada pada 090 05’ 343” LS dan 1170
02’ 938” BT. Agar keberadaan mata air ini dapat bermanfaat bagi masyarakat beberapa
hal yang perlu dilakukan, seperti membuat bangunan pelindung aliran, pengarah dan
penyalur aliran. (Sumber: Booklet mata air Pulau Sumbawa, Balai Hidrologi, Dinas
Permukiman dan Prasarana Wilayah, NTB, 2008).
2.4.3. Mata Air Buin Bontong
Muncul di lokasi permukiman masyarakat transmigran. Keberadaan mata air ini
sangat bermanfaat bagi masyarakat terutama sumber air bersih sehari-hari. Aliran tetap
muncul sepanjang tahun tetapi dengan kuantitas atau debit yang sangat kecil hanya
sebesar 0,726 liter/detik. Pada saat ini masyarakat setempat sudah membuatkan bak
penampung
sederhana
yang
berfungsi
untuk
mengurangi
rembesan
kebagian
sampingnya. Lingkungan di sekitar mata air didominasi oleh ladang masyarakat
transmigran dengan usaha cocok tanam musiman. (Sumber : Booklet mata air Pulau
Sumbawa, Balai Hidrologi, Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, NTB, 2008).
2.4.4. Mata Air Sampar
Kondisi mata air Sampar sudah baik dan dibuatkan bangunan pelindung berupa bak
penampung lengkap dengan pelimpah bagian sampingnya. Bangunan tersebut diadakan
oleh proyek WSLIC yang pemanfaatannya sebagai sumber air bersih permukiman
masyarakat transmigran. Sarana penyalur aliran dengan menggunakan pipa dan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi. Umumnya di wilayah lain lingkungan di sekitar mata air
juga telah terjadi perubahan yang sangat ekstrim berupa penggundulan dan pembakaran
hutan. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan debit aliran mata air ini sebesar 0,791
liter/detik dan mengalir tetap sepanjang tahun. (Sumber: Booklet mata air Pulau
Sumbawa, Balai Hidrologi, Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, NTB, 2008).
2.4.5. Mata Air Seporo Tangkil
Berikut adalah data-data mengenai Seporo Tangkil :
 Jenis dan Nama Sumber Air Baku : Mata air Seporo Tangkil
 Elevasi
: ± 80 mdpl
 Debit Sadap
: 20 ltr/dt
(Sumber: Studi Satker Pengembangan Penyediaan Air Minum IKK, Dirjen Cipta
Karya, 2008)
Photo 2.01. Mata Air Seporo Tangkil
Keseimbangan ketersediaan air baku ditentukan dari besarnya kebutuhan air
dibandingkan dengan debit sumber air yang ada saat ini. Debit andalan untuk masingmasing DAS ditunjukkan Tabel 2.06. di bawah ini.
Tabel 2.06. Debit andalan DAS di SSWS Jereweh dan Rea
DAS
Luas
(km2)
Rata-rata
Debit Aliran
(m3/dt)
Jumlah
Sumur
Air Tanah
(unit)
Debit
Ratarata
(lt/dt)
Ketersediaan
Air (MCM/thn)
Jereweh
112,75
1,19
0,00
-
36,77
Sekongkang
42,64
0,43
0,00
-
13,30
Sejorong
67,22
0,69
0,00
-
21,39
Rea
816,64
6,60
0,00
-
202,94
SSWS
JEREWEH
REA
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan
Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005
Adapun kebutuhan air untuk masing-masing DAS ditunjukkan oleh Tabel 2.07. di
bawah ini.
Tabel 2.07. Proyeksi Kebutuhan Air DAS-DAS Terpilih di SSWS Rea
No
DAS
1
Total
Kebutuhan
Air (MCM)
Rea
94,684
Kebutuhan
Air Perkapita
(m3/org)
4.430,209
Total
Kebutuhan
Air 5 thn
mendatang
(MCM)
98,728
Proyeksi
Kebutuhan
Air
Perkapita
5 tahun
mendatang
Total
Kebutuhan
Air 10 thn
mendatang
(MCM)
Proyeksi
Kebutuhan
Air
Perkapita
10 tahun
mendatang
4.619,430
102,945
4.816,733
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan
Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005
Dari data debit dan kebutuhan air pada tabel sebelumnya, diketahui kesetimbangan
air (water balance) untuk masing-masing DAS yang ditunjukan oleh Tabel 2.08. - 2.11.
dan Gambar 2.02. - 2.05.
Tabel 2.08. Neraca Air Tahunan DAS-DAS Terpilih di SSWS Jereweh
Total
Ketersediaan
Kebutuhan Keseimbangan
No
DAS
Air
IKA (%)
Ket.
Air
Air(MCM/thn)
(MCM/thn)
(MCM/thn)
1 Jereweh
36,76742823 15,8694457
20.89798256 43,162 Surplus
2
Sekongkang
13,30484945 16,6640055
-3,359156051
>70
Defisit
3
Sejorong
21,39176085 12,8358656
8,555895285
60,004
Kritis
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan
Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005
Tabel 2.09. Proyeksi Neraca Air Tahunan DAS-DAS Terpilih di SSWS Jereweh
Total
Total
Total
Kebutuhan Kebutuhan
Ketersediaan
No.
DAS
Kebutuhan
Air 5 thn
Air 10 thn
Air (MCM)
Air (MCM) mendatang mendatang
(MCM)
(MCM)
1
Jereweh
36,767
15,869
16,514
17,186
2
Sekongkang
13,305
16,664
17,341
18,046
3
Sejorong
21,392
12,836
13,358
13,901
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan
Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005
Gambar 2.02. Proyeksi Neraca Air DAS Jereweh
(MCM)
DAS JEREWEH
45,000
40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0,000
Ketersediaan
Kebutuhan
0
50
100
150
(Tahun)
Kondisi DAS Jereweh saat ini SURPLUS. Namun dengan asumsi ketersediaan air
tetap di DAS serta laju pertumbuhan penduduk dan ternak 0,8 % (BPS, 2004) maka DAS
Jereweh masih dalam kategori AMAN, karena diproyeksikan KRITIS setelah 50 tahun
kedepan dan akan DEFISIT setelah 105 tahun kedepan.
Gambar 2.03. Proyeksi Neraca Air DAS Sekongkang
DAS SEKONGKANG
20,000
(MCM)
15,000
Ketersediaan
10,000
Kebutuhan
5,000
0,000
0
5
10
(Tahun)
15
Dari hasil perhitungan neraca air, diketahui bahwa DAS Sekongkang pada tahun ini
sudah dalam keadaan defisit.
Gambar 2.04. Proyeksi Neraca Air DAS Sejorong
DAS SEJORONG
30,000
(MCM)
25,000
20,000
Ketersediaan
15,000
Kebutuhan
10,000
5,000
0,000
0
50
100
150
(Tahun)
Kondisi DAS Sejorong pada saat ini adalah KRITIS, dengan asumsi ketersediaan air
tetap di DAS serta laju pertumbuhan penduduk dan ternak 0,8 % (BPS, 2004) maka DAS
Sejorong diproyeksikan DEFISIT setelah 65 tahun kedepan.
No
Tabel 2.10. Neraca Air Tahunan DAS Terpilih di SSWS Rea
Total
Ketersediaan
Kebutuhan Keseimbangan
DAS
Air
IKA (%)
Air
Air(MCM/thn)
(MCM/thn)
(MCM/thn)
Ket.
1
2
3
4
5
6
7
1
Rea
202,9392766
94,683751
108,2555256
46,656
Surplus
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan
Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005
Tabel 2.11. Proyeksi Neraca Air Tahunan DAS-DAS Terpilih di SSWS Rea
Total
Kebutuhan
Air 10 thn
mendatang
(MCM)
No
DAS
Ketersediaan
Air (MCM)
Total
Kebutuhan
Air (MCM)
Total
Kebutuhan
Air 5 thn
mendatang
(MCM)
1
2
3
4
5
6
1
Rea
202,939
94,684
98,728
102,945
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan
dan Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005
Gambar 2.05. Proyeksi Neraca Air DAS Rea
DAS REA
250,000
(MCM)
200,000
150,000
Ketersediaan
100,000
Kebutuhan
50,000
0,000
0
50
100
150
(Tahun)
Kondisi DAS Rea saat ini adalah SURPLUS, namun dengan asumsi ketersediaan
air tetap di DAS serta laju pertumbuhan penduduk dan ternak 0,84 % (BPS, 2004) maka
DAS Rea diproyeksikan kritis setelah 10 tahun kedepan dan akan mengalami DEFISIT
setelah 92 tahun kedepan.
2.5. Alternatif Sumber Air Baku
Berdasarkan data-data potensi sumber air yang telah dipaparkan sebelumnya maka
dapat diprioritaskan alternatif-alternatif sumber air baku di Kabupaten Sumbawa Barat
yang ditunjukan oleh Tabel 2.12. di bawah ini.
Tabel 2.12. Alternatif-alternatif Sumber Air Baku di Kab. Sumbawa Barat
No
A
Nama Sumber Air
Seporo Tangkil
Debit
AIR TANAH
Mata Air
20 l/dt
Prioritas
Pertama (I)
Tebil
7,339 l/dt
Ketiga (III)
Sepang
15,876 l/dt
Kedua (II)
Buin Bontong
0,726 l/dt
Kelima (V)
Sampar Goal
0,791 l/dt
Keempat (IV)
B
AIR PERMUKAAN
Sekongkang
Jereweh
Sungai
8,46 m3/dt
4,41 m3/dt
Keempat (IV)
Kedua (II)
Sejorong
10,44 m3/dt
Ketiga (III)
Brang Rea
21 m /dt
Pertama (IV)
3
Tiu Nisung
1,2 m /dt
Kelima (V)
Sumber: Analisis RISPAM Kb. Sumbawa Barat Tahun 2010
3
2.6. Sumber Air Baku Terpilih
Sumber air baku terpilih ditentukan berdasarkan hasil evaluasi terhadap beberapa
sumber air yang potensial untuk dimanfaatkan dengan mengacu pada mekanisme/
prosedur pemilihan sumber air baku sebagai berikut :

Prioritas pemilihan sumber air baku

Kualitas air baku

Debit yang tersedia

Keandalan sumber air untuk masa akan datang

Elevasi muka air terhadap daerah pelayanan

Ketersediaan dana
Dari hasil analisis, maka ditentukan beberapa sumber air baku terpilih dengan
beberapa pertimbangan ditunjukkan oleh Tabel 2.13. di bawah ini.
Tabel 2.13. Sumber Air Baku Terpilih
Jenis Sumber Air
Debit (Q)
Lokasi
SUNGAI
Aliran sungai berarah dari Timur (Kecamatan
21 m /dtBrang Rea) ke Barat dan bermuara di Selat
Alas (Teluk Kertasari, Teluk Taliwang)
3
Brang Rea
Tiu Nisung
1,2 m3/dt
Aliran sungai berasal dari bagian tengah
Kecamatan Seteluk, ke arah Barat (Selat Alas)
Jereweh
4,41 m3/dt
Aliran sungai dari tengah Kecamatan Jereweh
ke arah Barat (Selat Alas)
Aliran sungai dari Utara Kecamatan
Sekongkang ke arah Selatan (Samudra
Hindia)
Sumber: Analisis RISPAM Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010
Sekokang
8,46 m3/dt
Pertimbangan terpilihnya air baku tersebut didasarkan pada beberapa hal, yaitu :
1.
Debit sumber air baku.
Debit sungai yang ada besar jika dibandingkan dengan debit mata air. Debit ini dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air minum untuk kecamatan-kecamatan
yang berada pada DAS-nya. Ketersediaan debit air sungai yang besar ini menjamin
keberlangsungan pelayanan penyediaan air minum untuk keseluruhan wilayah
pelayanan di Kabupaten Sumbawa Barat untuk jangka waktu yang relatif panjang.
2.
Kualitas air baku.
Air baku yang berasal dari sungai mempunyai kualitas menengah, tidak sebaik
kualitas air dari mata air. Namun air sungai masih bisa diolah pada unit produksi.
Walaupun unit pengolahan air baku ini akan memakan biaya besar, namun
ketersediaan debitnya menjadi prioritas utama dalam memilih sumber air baku.
3.
Elevasi muka air.
Elevasi muka air dari sungai bervariasi, bergantung pada titik pengambilan airnya.
Oleh karena itu, titik pengambilan air dapat menyesuaikan dengan kebutuhan.
Namun secara umum, sungai berada pada elevasi yang rendah jika dibandingkan
dengan mata air. Akan tetapi, nilai lebih dari pemilihan sumber berupa sungai adalah
akses dari sungai ke daerah pelayanan cukup mudah dibandingkan dengan jika dari
sumber mata air. Hal ini memudahkan juga dalam perawatan instalasi dan
pengawasan sumber.
2.7. Administratif, Kependudukan dan Ketenagakerjaan
2.7.1. Administratif
Secara administratif wilayah Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari 8 (delapan)
kecamatan, yang terdiri dari: Poto Tano 158,88 km2 (8,59%), Seteluk 236,21 km2
(12,77%), Brang Rea 212,07 km2 (11,47%), Brang Ene 140,90 km2 (7,62%), Kecamatan
Taliwang 375,93 km2 (20,33%), Jereweh 260,19 km2 (14,07%), Kecamatan Maluk 92,42
km2, dan Sekongkang 372,42 km2 (20,14%) (5,00%). Secara lebih rinci dan ditail dapat
dilihap pada Tabel 2.14 berikut di bawah ini :
Tabel 2.14. Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jarak Dengan Ibukota Kabupaten
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Kecamatan
Luas Wilayah
Poto Tano
Seteluk
Brang Rea
Taliwang
Brang Ene
Jereweh
Maluk
Sekongkang
(km2)
158,88
236,31
212,07
375,93
140,90
260,19
92,42
372,42
(%)
8,59
12,77
11,47
20,33
7,62
14,07
5,00
20,14
Jumlah
1.849,02
1.849,02
Jumlah
Desa/Kel
8
10
9
15
6
4
5
7
Jarak Dengan
Ibukota
Kabupaten (km2)
25
15
11
0
5
15
30
41
64
Sumber : Sumbawa Barat Dalam Angka 2008/2009
Ketinggian untuk kota-kota kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat berkisar antara
10 sampai 650 mdpl. Topografi yang semakin datar sebagian besar digunakan untuk
kegiatan pertanian dan lokasi permukiman, sedang topografi yang semakin curam hingga
sangat curam merupakan kawasan hutan yang berfungsi untuk melindungi kawasan
sekitarnya yang lebih rendah (Sumbawa Barat Dalam Angka 2008/2009)
2.7.2. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa
Barat berjumlah 114.754 jiwa yang terdiri dari 58.170 laki-laki dan 56.584 perempuan.
Dengan melihat luas wilayah Kabupaten Sumbawa Barat sekitar 1.849,02 km2 maka ratarata kepadatan penduduk KSB adalah sebanyak 62 orang per-km2 dengan rincian
sebagaimana terlihat dalam tabel 2.15 sebagai berikut:
Tabel 2.15. Jumlah Penduduk KSB Per-Kecamatan dan Jenis Kelamin
Penduduk (jiwa)
No
Kecamatan
Jumlah
Lakilaki
%
Sex
Rasio
Luas
(Km2)
Peremp.
Kepadatan
(Jiwa/Km2)
1.
Poto Tano
4.695
4.563
9.258
8,1
102,89
158,88
58,27
2.
Seteluk
7.777
7.623
15.400
13,4
102,02
236,21
65,20
3.
Brang Rea
6.447
6.084
12.531
10,9
105,97
212,07
59,05
4.
Brang Ene
2.578
2.502
5.080
4,5
103,04
140,9
36,05
5.
Taliwang
22.095
21.937
44.032
38,4
100,72
375,93
117,13
6.
Maluk
6.196
5.679
11.875
10,3
109,10
260,19
32,25
7.
Jereweh
4.210
4.181
8.391
7,3
100,69
92,42
128,49
8.
Sekongkang
4.172
4.015
8.187
7,1
103,01
372,42
21,98
58.170
56.584
114.754
100
102,80
1.849,02
62,06
Jumlah
Sumber: BPS Sumbawa Barat (Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010)
Gambar 2.06. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Kab. Sumbawa Barat
Tahun 2006 - 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 - 2015
120000
Jumlah (Jiwa)
100000
80000
60000
40000
20000
0
2006
2007
2008
Laki-laki
2009
2010
2011
Perempuan
2012
2013
2014
2015
Jumlah Penduduk
Gambar 2.07. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk dan Rumahtangga KSB
Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015
31000
30000
110000
29000
105000
28000
100000
27000
26000
95000
25000
90000
24000
85000
Jumlah Rumahtangga (unit)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
115000
23000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Penduduk
Rumahtangga
Tingkat kepadatan penduduk KSB yang tersaji pada Tabel 2.21. tergolong “sangat
jarang”, namun penyebaran penduduk antar kecamatan dan desa “relatif tidak merata”,
dimana desa-desa di Kecamatan Seteluk, Taliwang dan Maluk lebih padat dari desa-desa
di Kecamatan Poto Tano, Brang Rea, Brang Ene, Jereweh dan Sekongkang. Sementara
itu, rata-rata jumlah anggota rumahtangga penduduk pada tahun 2009 sebanyak 3,82
jiwa.
Tabel 2.16. Perkembangan Jumlah Penduduk menurut Struktur Umur di KSB
Tahun 2006 – 2009 dan Prediksnya Tahun 2010 - 2015
Tahun
0 - 14 Tahun
(jiwa)
15 – 64 Tahun
(jiwa)
65+ Tahun
(jiwa)
2006
31.480
61.238
3.119
95.837
2007
30.911
62.930
3.172
97.013
2008
30.506
65.713
2.837
99.056
2009
31.247
63.363
6.479
101.089
2010
32.803
64.977
5.685
103.465
2011
32.284
66.018
6.790
105.092
2012
32.582
66.809
7.634
107.025
2013
32.881
67.600
8.478
108.959
2014
33.179
68.391
9.322
110.892
2015
33.477
69.182
10.166
112.825
Total
(jiwa)
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat, 2006 – 2010.
Jumlah (jiwa)
Gambar 2.08. Grafik Perkembangan Penduduk menurut Struktur Umur di KSB
Tahun 2006 – 2010 dan Prediksnya Tahun 2011 – 2015
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
0 - 14
15 - 64
65+
Data pada Tabel 2.24. dan Gambar 2.25. menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang tergolong sebagai tenaga kerja (usia 15 tahun ke atas), misalnya pada tahun 2009
sebanyak 68.842 jiwa, sedang jumlah penduduk yang bukan tenaga kerja sebanyak
31.247 orang, sehingga angka ketergantungan (dependency ratio) sebesar 0,45, artinya
setiap 100 orang yang bekerja menanggung hidup 45 orang yang tidak bekerja.
Sedangkan ringkat perkembangan jumlah tenaga kerja di Kabupaten Sumbawa Barat dari
Tahun 2006 – 2007 terlihat pada Tabel 2.17 berikut ini:
Tabel 2.17. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di KSB Tahun 2006 – 2009
No.
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
Kompenen
Angkatan Kerja:
Bekerja
Pernah Bekerja
Tdk pernah bekerja
Bukan Angkatan Kerja:
Sekolah
Mengurus RT
Lainnya
Total Tenaga Kerja
Perubahan
(%/tahun)
2007
2008
2009
44.501
42.361
810
13.130
24.138
6.283
15.425
2.430
40.943
38.628
1.209
1.106
27.548
5.406
13.531
8.611
40.943
38.628
1.209
1.106
27.548
5.406
13.531
8.611
- 4,00
- 4,41
24,63
- 45,79
7,06
6,98
- 6,14
-127,18
68.639
68.491
68.491
0,22
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010.
Data pada Tabel 2.26. menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja dari waktu ke
waktu menurun dengan rata-rata penurunan 4,00 % per tahun, sebaliknya jumlah buka
angkatan kerja meningkat dengan rata-rata peningkatan 7,06 per tahun. Dari sejumlah
angkatan kerja pada tahun 2009, masih terdapat pencari kerja yang belum ditempatkan
atau belum memperoleh pekerjaan sebanyak 738 orang.
Tabel 2.18. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Uang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha di KSB Tahun 2006 – 2009
No.
Lapangan Usaha
1
2
3
Pertanian Dalam Arti Luas
Industri Pengolahan
Rumah Makan dan
Perhotelan
Jasa-jasa Kemasyarakatan
Lainnya
17.543
1.822
8.005
15.253
4027
6473
15.253
4.027
6.473
5.994
8.997
7065
5810
7.065
5.810
Total AK yang Bekerja
42.361
38.628
38.628
4
5
2007
2008
2009
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010.
Data pada Tabel 2.18. menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja yang
bekerja masih menggantungkan hidupnya pada lapangan usaha pertanian dalam arti luas
(misalnya pada tahun 2009 sebanyak 39,49 %), sedangkan jumlah angkatan kerja pada
lapangan-lapangan usaha lainnya relatif sedikit.
Tabel 2.19. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja
Menurut Pendidikan Formal di KSB Tahun 2006 – 2009
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pendidikan Formal
Tidak/belum sekolah
Tidak/belum tamat SD
SD
SMP
SMA
Diploma I/II/III
Sarjana Ke Atas
Total AK
2007
2222
5238
18050
6404
10467
2120
44501
2008
1184
6079
14889
6149
9801
2841
40.943
2009
1184
6079
14889
6149
9801
2841
40.943
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010.
Data pada Tabel 2.19. menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja
mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, yaitu tidak sekolah sampai dengan tamat
sekolah dasar sebanyak 54,10 %, sedangkan angkatan kerja yang berpendidikan relative
baik, yaitu tamat sekolah menengah pertama ke atas sebanyak 45,90 %.
2.8. Pendidikan
Kualitas pendidikan dan/atau keterampilan sumberdaya manusia KSB dari waktu ke
waktu terus meningkat, yang ditandai oleh meningkatnya Indeks Pendidikan (sebagai
varibel IPM) dari 73,60 point pada tahun 2005 menjadi 77,60 point pada tahun 2009.
Pada bidang pendidikan, beberapa target pembangunan yang telah dicapai antara lain
meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) pada
berbagai jenjang pendidikan selama periode waktu 2005 – 2009. Adapun APK jenjang
TK/RA di KSB pada tahun 2005 sebesar 31,62%, meningkat menjadi 66,44% pada tahun
2009, APK jenjang SD/MI pada tahun 2009 sebesar 112,20% dari semula 113,55% di
tahun 2005, APK untuk jenjang SLTP/MTS pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar
129,40% dari semula 86,80% pada tahun 2005, dan apk jenjang sma/ma tahun 2009
meningkat menjadi sebesar 76,41% dari semula sebesar 67,57% pada tahun 2005.
Sementara itu, untuk Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang TK/RA sebesar 25,29% pada
tahun 2005 meningkat menjadi 62,84% pada tahun 2009, APM jenjang SD/MI tahun 2009
meningkat menjadi sebesar 100,00% dari semula 98,53% pada tahun 2005, APM jenjang
SLTP/MTS pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 99,82% dari semula 78,38%
pada tahun 2005, dan APM jenjang SLTA/MA pada tahun 2009 meningkat menjadi
sebesar 75,65% dari semula sebesar 47,85% pada tahun 2005.
Peningkatan APK dan APM pada berbagai jenjang pendidikan tentunya berkaitan
erat dengan upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah selama ini untuk mendirikan
maupun menambah sekolah, baik TK/RA, SD/MI, SLTP/MTS MAUPUN SLTA/MA DAN
SMK. Perbandingan jumlah sekolah tahun 2005 dengan tahun 2009 dapat dijelaskan
sebagai berikut: jumlah TK/RA tahun 2005 sebanyak 39 sekolah meningkat menjadi 79
sekolah pada tahun 2009, SD/MI meningkat menjadi 98 sekolah dari sebelumnya
sebanyak 86 sekolah, SMP/MTS sebanyak 41 sekolah dari sebelumnya sebanyak 24
sekolah, SMA/MA sebanyak 13 sekolah dari sebelumnya sebanyak 7 sekolah, serta smk
sebanyak 8 sekolah dari sebelumnya sebanyak 2 sekolah.
Data tahun 2005 memperlihatkan nilai APM untuk jenjang pendidikan TK/RA
mencapai 33,53%, jenjang pendidikan SD/MI/SDLB 98,53%, jenjang pendidikan
SMP/MTs mencapai 78,38%, dan APM untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/MA sebesar
47,85%. Nilai APM ini menggambarkan bahwa hanya untuk jenjang pendidikan
SD/MI/SDLB saja yang mendekati nilai ideal, hanya tinggal 2,5% penduduk belum
mendapatkan layanan untuk jenjang pendidikan ini.
Selain indikator pendidikan di atas, indikator lainnya adalah KSB dinyatakan
sebagai salah satu kabupaten dengan predikat bebas buta aksara. Tidak kalah
pentingnya adalah turut pula ditingkatkan pengelolaan kegiatan belajar paket “A”, paket
“B”, dan “C” serta pelatihan keterampilan melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
Indikator sektor pendidikan di KSB disajikan pada Table 2.29 tentang Indikator Pendidikan
Kabupaten Sumbawa Barat 2005 – 2009 sebagaimana disajikan di bawah ini :
Tabel 20. Indikator Sektor Pendidikan KSB Tahun 2005 - 2009
Realisasi (Tahun)
Indikator Program
1. Jumlah sekolah
- TK / RA
- SD / MI
- SMP / MTS
- SMA / MA
- SMK
2. Jumlah Guru
- TK / RA
- SD / MI
- SMP / MTS
- SMA / MA
- SMK
3. APK :
- TK / RA
- SD / MI
- SMP / MTS
- SMA / MA /
SMK
4. APM :
- TK / RA
- SD / MI
- SMP / MTS
- SMA / MA /
SMK
5. Jumlah Siswa :
- TK / RA
- SD / MI
- SMP / MTS
- SMA / MA
- SMK
Satuan
Sekolah
Sekolah
Sekolah
Sekolah
Sekolah
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Tingkat
Tingkat
Tingkat
Tingkat
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
2005
2006
2007
2008
2009
39
86
24
7
2
47
87
25
10
2
54
87
31
10
3
67
92
40
12
6
79
98
41
13
8
134
654
468
184
65
161
764
505
205
95
275
808
584
220
112
284
838
624
294
156
313
966
748
355
199
31.62
34.67
41.29
46.16
66.44
113.55 114.02 115.19 112.28 112.20
86.80
90.97
96.98 104.95 129.40
67.57
70.59
78.93
80.58
76.41
25.29
98.53
78.38
47.85
33.53
35.75
39.05
62.84
98.90 100.00 100.00 100.00
82.50
87.92
78.68
99.82
61.67
72.84
74.85
75.65
2.362
2.782
3.815
4.160
4.631
11.874 12.567 12.811 13.617 14.045
3.678
4.841
5.139
5.553
5.795
1.958
2.860
2.947
3.265
2.778
345
425
661
1.362
1.472
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga KSB
Sampai dengan tahun 2008 jumlah guru untuk semua jenjang pendidikan telah
mencapai 2.196 orang yang terdiri dari 284 orang guru untuk jenjang pendidikan TK/RA,
838 orang guru untuk jenjang SD/MI, guru SMP/MTs mencapai 624 orang, dan jumlah
guru untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/MA mencapai 450 orang, serta sebanyak 152
orang guru pada tahun 2008 telah lulus sertifikasi. Kualitas guru juga ditunjang dari
kualitas pendidikan yang ditamatkannya, dimana pada tahun 2008 jumlah guru yang lulus
dari pendidikan uruan dari tingkat SLTA hingga S1 mencapai 1.912 orang atu telah
mencapai 87% dari total seluruh guru pada semua jenjang pendidikan.
Untuk meningkatkan kompetensi tenaga pendidik, telah dilakukan diklat dan
pelatihan yang selanjutnya dilakukan sertifikasi kualitas tenaga pendidik. Tahun 2006
telah dilakukan sertifikasi sebanyak 18 orang guru, tahun 2007 menjadi 120 orang dan
tahun 2008 menjadi 154 orang guru.
Kondisi tahun 2006 perkembangan jumlah mahasiswa Kabupaten Sumbawa Barat
mencapai 1.135 orang, pada tahun 2007 jumlah mahasiswa telah mencapai 2.656 orang,
atau meningkat sebesar 134% per tahun. Selanjutnya pada tahun 2008 juga telah terdata
Perguruan Tinggi yang berjumlah 7 Perguruan Tinggi dengan total mahasiswa mencapai
4.274 orang, yang terdiri dari: Universitas Cordova 1.230 orang mahasiswa, UNSA 456
orang mahasiswa, STIE Muhammadiyah 150 orang, STIH Muhammadiyah 212 orang
mahasiswa, STKIP Muhammadiyah 1.164 orang mahasiswa, NW Tamempang 775 orang
mahasiswa, dan Universitas Terbuka Mataram 649 orang mahasiswa. Sampai bulan Juni
tahun 2009, telah terdata sebanyak 5.848 orang mahasiswa atau telah meningkat
sebesar 36,83% dari tahun 2008.
Meningkatnya jumlah Perguruan TInggi dan jumlah mahasiswa, memberikan
dampak pengganda (multiplayer effect) kepada perkembangan ekonomi dengan
tumbuhnya usaha‐ usaha yang mendukung aktivitas perkuliahan, seperti usaha poto copy,
rental komputer, kos‐ kosan, warnet, dan lain sebagainya. Semua capaian di bidang
pendidikan tidak terlepas dari komitmen kuat Pemerintah Daerah untuk memberikan
pelayanan yang murah dan berkualitas. Beberapa kebijakan telah dikeluarkan untuk
mendukung komitmen ini, antara lain Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun dan Subsidi
Pendidikan dari Tingkat TK/RA hingga Pendidikan Tinggi.
Pemerintah KSB juga menyadari bahwa biaya pendidikan yang tinggi adalah salah
satu kendala terbesar warga miskin untuk menikmati pendidikan. Oleh sebab itu, sejak
tahun 2006 Pemerintah KSB menetapkan Program Wajib Belajar 12 Tahun yang diikuti
dengan pemberlakuan kebijakan Pendidikan Gratis. Program pendidikan gratis pada
awalnya diberlakukan mulai tingkat TK sampai SMA pada tahun 2006, namun sejalan
dengan berbagai masukan dari masyarakat dan berbagai pihak, akhirnya kebijakan
pendidikan gratis atau subsidi pendidikan ini diberlakukan hingga Sarjana. Upaya ini juga
dilanjutkan dengan memberikan beasiswa Pascasarjana (Magistes dan Doktor) bagi
warga KSB yang kuliah di dalam daerah maupun di luar daerah KSB.
Upaya mencerdaskan masyarakat juga dilakukan melalui peningkatan literasi di
tingkat-tingkat RT melalui kegiatan gerak pendidikan berbasis RT. kegiatan ini telah
banyak melahirkan kegiatan-kegiatan pendidikan di tingkat RT seperti pengembangan
PAUD di tingkat RT, pengentasan buta aksara khususnya aksara latin dan arab
dilaksanakan bersama LSM dan lembaga pendidikan di tingkat RT (PKBM/TBM). Hasil
yang dicapai dari adanya partisipasi berbagai pihak dalam bidang pendidikan dapat kita
lihat dari meratanya kesempatan memperoleh pendidikan, meningkatnya sarana dan
prasarana pendidikan, menurunnya persentase warga yang buta pengetahuan dasar,
serta berkembangnya minat baca di kalangan masyarakat.
Pada awalnya program pendidikan gratis lebih ditujukan untuk memberikan
kesempatan dan pemerataan memperoleh pendidikan dan hasilnya dalam kurun empat
tahun terakhir sudah berhasil meningkatkan APK dan APM di semua jenjang pendidikan.
Sedangkan itu, mulai tahun 2010, sasaran pendidikan diprioritaskan untuk peningkatan
kualitas pendidikan, sehingga ke depan diharapkan tingkat kelulusan para siswa lebih
tinggi dan lebih berkualitas dari tahun-tahun sebelumnya. Disinilah dibutuhkan partisipasi
semua Stakeholders pendidikan, misalnya melalui peran aktif Komite Sekolah untuk
memberikan dukungan kepada sekolah dalam penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih
baik.
2.9. Kesehatan
Kualitas kesehatan sumberdaya manusia di Kabupaten Sumbawa Barat dari waktu
ke waktu terus meningkat, ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup (UHH),
menurunnya angka kematian bayi (AKB), serta menurunnya prefalensi gizi kurang dan
gizi buruk. Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk KSB pada tahun 2009 meningkat
menjadi 61,29 tahun dari semula 59,10 tahun pada tahun 2005. Angka Kematian Bayi
(AKB) pada tahun 2009 menurun menjadi 16 kasus/1.000 angka kelahiran hidup dari
semula 41 kasus/1.000 angka kelahiran hidup pada tahun 2005. Realisasi perkembangan
dari beberapa indikator kesehatan disajikan pada Table 2.21. berikut ini :
Tabel 2.21. Indikator Keberhasilan Program Kesehatan di KSB Tahun 2005 – 2009
Indikator Program
Satuan
Kasus Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
16
17
30
39
-
-
-
-
a. Angka Kematian Bayi
(AKB) Perseribu
Kelahiran
b. Jumlah Kasus Kematian
Bayi yang dilaporkan
setiap bulan dari dusun/
desa
orang/1000
kehidupan
c. Angka Kematian Ibu
Melahirkan (AKI) per
seribu persalinan
orang/
100.000
kehidupan
3
2
0
2
4
%
-
50.27
53.2
55.19
54.77
%
85.2
46.49
42.14
50.57
57.76
f. Prevalensi Gizi Baik
%
77.31
78.06
82.0
g. Kasus gizi buruk balita
%
1.12
1.65
1.60
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2005 - 2009
70.30
5.16
d. Umur harapan ibu
e. Jumlah Balita yang
ditimbang diantara
seluruh populasi Balita
(D/S)
kasus
41
39
Angka Kematian Bayi (Infant Mortolity Rate/IMR), Angka Kematian lbu melahirkan
(Infant Maternal Mortality Rate/IMMR), dan umur harapan hidup saat lahir (Life
Expectancy at Birth) adalah indikator program utama yang digunakan untuk menilai
derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah indikator yang paling
peka karena bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terhadap berbagai
macam penyakit. Uraian ringkas atas pencapaian ketiga indikator utama tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
Angka kematian bayi di KSB menunjukkan pencapaian yang cukup baik. Hal ini
ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah kematian bayi, dimana pada tahun
2005 sebesar 41 per 1.000 kelahiran hidup turun menjadi 16 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2009. Disamping itu angka tersebut masih cukup rendah
dibandingkan dengan target nasional yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup dan target
Provinsi NTB yaitu 74 per 1000 kelahiran hidup.
b.
Angka kematian ibu melahirkan di KSB juga masih menunjukkan cakupan yang
cukup berarti. Hal ini ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah kematian ibu
melahirkan, dimana pada tahun 2005 sebesar 109 per 100.000 persalinan turun
menjadi 67,5 per 100.000 persalinan pada tahun 2009. Disamping itu angka
tersebut juga masih cukup rendah dibandingkan target nasional yaitu 307 per
100.000 persalinan.
c.
Umur Harapan Hidup (UHH). Dari estimasi hasil penelitian yang dilakukan BPS
terjadi peningkatan umur harapan hidup dari 55,9 tahun pada tahun 2005 menjadi
58,6 tahun pada tahun 2009. Angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan
dengan Umur Harapan Hidup Nasional 70,6 tahun.
d.
Jumlah bayi-balita yang menunjukkan kenaikan berat badannya (N/D), angka N/D
merupakan angka keberhasilan program, dimana pada tahun 2005 mencapai 57,8%
sedangkan pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 57,76%.
e.
Status gizi masyarakat di KSB rata-rata masih cukup baik,
dimana tidak ada
satupun kecamatan yang mengalami rawan gizi pada kelompok balita (anak di
bawah lima tahun), namun jika dibandingkan dengan angka status gizi rata-rata
nasional sesuai target Indonesia Sehat 2010 sebesar 15%, prevatensi gizi buruk
rata-rata di KSB masih lebih baik (2,91% pada tahun 2009).
Beberapa program unggulan dalam bidang kesehatan yang telah diupayakan oleh
Pemerintah KSB sejak tahun 2005 dan telah mendapatkan pengakuan resmi dengan
diterimanya berbagai penghargaan, baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Provinsi NTB. Upaya tersebut antara lain: pelayanan pengobatan gratis bagi seluruh
masyarakat KSB yang telah dilaksanakan mulai tahun 2006, pelayanan operasi katarak
yang dilaksanakan 2 (dua) kali dalam setahun, pelayanan spesialistik yang kunjungannya
tercatat sebanyak 20 kali kunjungan terdiri dari dokter spesialis bedah, dokter spesialis
jiwa, spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis penyakit dalam, spesialis mata.
Sementara itu, untuk melayani masyarakat di beberapa wilayah yang belum mendapat
akses penuh pada pelayanan kesehatan juga telah memaksimalkan ekspedisi Brigade
Mobil Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Brimob Yankesmas) yang
didukung oleh
tenaga dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, apoteker, dan tenaga kesehatan
lainnya. Selain itu, Pemerintah KSB juga terus mengupayakan pelayanan kesehatan
penanganan keluarga rawan dengan menyiapkan bantuan rujukan bagi masyarakat yang
memerlukan pelayanan kesehatan ke luar KSB.
Bentuk pelayanan kesehatan lainnya yaitu: pos obat desa, program pencegahan
dan
penanggulangan
penyakit
malaria,
juru
pemantau
kesehatan
masyarakat
(JUMANTARA) sampai ke tingkat RT, serta penyebaran informasi kesehatan melalui
media Buletin “KSB Sehat 2010”. Upaya‐ upaya di bidang kesehatan yang telah dilakukan
tersebut akan terus ditingkatkan dan disempurnakan, sehingga masyarakat KSB dapat
menikmati pelayanan pemerintah dengan maksimal. Pelayanan di bidang kesehatan ini
telah menunjukkan hasil baik, diantaranya meningkatnya kunjungan masyarakat ke
puskesmas dan jaringannya pada tahun 2006 yang mengidikasikan tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan, sementara pada tahun 2007 ‐ 2008 kunjungan
masyarakat terus menurun sampai 39% dari kunjungan tahun sebelumnya sedangkan
tahun 2009 persentase kunjungan menurun. Hal ini mengindikasikan menurunnya jumlah
kasus pada beberapa penyakit yang biasa terjadi di masayarakat seperti: malaria, demam
berdarah, dan diare. Semoga ke depan pemerintah KSB dapat menekan angka kasus
penyakit di masyarakat agar masyarakat KSB lebih sehat dan produktif.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan baik di tingkat pelayanan dasar
maupun rujukan diperlukan sumberdaya manusia bidang kesehatan yang cukup, baik dari
sisi kuantitas maupun kualitasnya. Kualitas sumberdaya manusia di bidang kesehatan
terus ditingkatkan. Pada tahun 2006 jumlah sumberdaya manusia di bidang pendidikan
mencapai 148 orang yang terdiri dari: 13 orang dokter, 90 orang perawat, 41 orang bidan,
dan 4 orang tenaga kesehatan masyarakat. Pada tahun 2009 jumlah tenaga kesehatan
telah mencapai 257 orang yang terdiri dari: 24 orang dokter, 137 orang perawat, 78
orang bidan, dan sebanyak 18 orang tenaga kesehatan masyarakat. Rincian jumlah
tenaga kesehatan di KSB selama tahun 2005 - 2009 disajikan pada Tabel 2.31 dan
keadaan kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat dari tahun 2005 – 2010 pada Tabel
2.22. sebagaimana tergambar berikut di bawah ini.
Tabel 2.22. Indikator Tenaga Kesehatan di KSB Tahun 2005 – 2009
Indikator Program
Satuan
2005
2006
2007
2008
2009
1. Jumlah Dokter
orang
Spesialis
2. Jumlah Dokter
orang
8
10
13
17
Umum
3. Jumlah Dokter Gigi
orang
3
3
9
10
4. Jumlah Apoteker
orang
3
5
5
5
5. Jumlah SKM
orang
2
2
9
11
6. Jumlah Bidan D-3
orang
6
8
14
18
7. Jumlah Perawat D-3
orang
15
23
35
37
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa Barat, Tahun 2005-2009
15
8
6
12
27
82
Tabel 2.23. Keadaan Kesehatan di KSB Tahun 2005 – 2010
NO
REALISASI / TAHUN
KOMPONEN / JENIS
SATUAN
Pelayanan /
Pengobatan Gratis
Bantuan Pembiayaan
Rujukan Keluarga
Rawan Oleh Pemkab
Pelayanan
Komprehensif untuk
daerah Terpencil
(Brimob Yankesmas)
Pelayanan Gratis
Operasi Katarak
Pelayanan Gratis
Kunjungan Dokter
Spesialis
Penambahan Tenaga
Kesehatan
Kunjungan
NA
Org
2005
1
2
3
4
5
6
7
2006
35.64
4
2007
2008
2009
2010
NA
NA
129.200
34.152
NA
NA
NA
NA
194
312
Kunjungan
NA
NA
NA
NA
NA
33
Org
NA
31
NA
NA
40
NA
Kunjungan
NA
NA
NA
NA
16
NA
a. Tenaga Kesehatan
Org
NA
148
NA
NA
NA
323
b. Dokter
Org
NA
8
NA
NA
NA
19
c. Perawat dan Bidan
Sarana dan Prasarana
Kesehatan
Org
NA
119
NA
NA
NA
209
a. Puskesmas
Unit
NA
6
NA
8
NA
9
b. Poskesdes
Unit
NA
17
24
22
NA
56
c. Pustu
Unit
NA
17
NA
NA
NA
29
d. Posyandu
Unit
NA
131
NA
153
NA
178
Sumber Dinas Kesehatan KSB, tahun 2005 – 2009.
2.10. Sosial Budaya
Sosial budaya adalah tata nilai atau aturan main (role of the game) yang berfungsi
mengatur hubungan antar manusia atau masyarakat sebagai mahluk sosial. Sementara
itu, sumberdaya manusia adalah sumber kekuatan yang dimiliki manusia untuk
menghasilkan barang dan jasa, baik dari aspek kuantitas (jumlah fisik manusia) maupun
aspek kualitas (pendidikan, keterampilan atau pengalaman).
Berdasarkan agama, hampir semua penduduk KSB tahun 2009 beragama Islam
(97.599 jiwa atau 98,53 % dari total penduduk sebanyak 99.056 jiwa), sedangkan sisanya
(1.457 jiwa atau 1,47 %) beragama Hindu, Khatolik dan Protestan. Adanya perbedaan
agama tersebut tidak menimbulkan konflik antar masyarakat dalam menjalankan aktivitas
pembangunan dan kehidupannya di KSB. Khusus untuk penduduk beragama Islam,
upaya peningkatan kualitas IMTAQ dilakukan melalui berbagai lembaga keagamaan yang
tersebar di seluaruh wilayah KSB seperti: lembaga/kepengurusan Masjid Kabupaten 1
lembaga, Masjid Kecamatan 8 lembaga, Masjid Desa/Kelurahan 63 lembaga, Nahdhatul
Wathan 2 lembaga, Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah masing-masing 1, serta
Pondok Pesantren 8 lembaga (BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010).
Data dari Bagian Hukun dan Organisasi Setda KSB (2010), melaporakan bahwa
produk hukum dan/atau politik yang telah disusun pada tahun 2006 – 2010 berupa:
Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Bupati, serta Keputusan Bupati dan peraturan
lainnya di Propinsi NTB, disajikan pada Tabel 2.24. berikut ini.
Tabel 2.24. Produk Hukum dan/atau Politik di Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun 2005 – 2010
No.
1
2
3
Jenis
Produk
Hukum
Peraturan
Daerah
Peraturan
Bupati
Keputusan
Bupati
Total
Tahun
Satuan
Total
2005
2006
Buah
16
29
Buah
9
Buah
2007
2008
2009
2010
34
27
9
1
115
35
21
15
38
16
134
704
701
877
735
1.008
663
4.688
729
765
932
777
1.055
680
4.937
Sumber: Sekretariat Daerah KSB, Tahun 2005 – 2010
Sepanjang periode tahun 2006 – 2010, di KSB telah berlangsung peristiwa politik
diantaranya: Pemilihan Umum anggota DPRD tahun 2009, dan Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) secara langsung tahun 2010. Data dari KPUD KSB (2010) melaporkan bahwa
jumlah partai politik yang berhasil mengantarkan calonnya menjadi anggota DPRD KSB
periode 2009 – 2014 sebanyak 13 partai dari 38 partai politik peserta dengan total jumlah
anggota DPRD 25 orang. Jumlah pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah yang ikut bersaing dalam Pilkada langsung tahun 2010 sebanyak 2 pasang.
Kedua peristiwa politik tersebut telah berlangsung dengan aman dan sukses karena
adanya kerjasama berbagai pihak dan partisipasi sebagian besar masyarakat.
2.11. Kesejahteraan Sosial
Sosial budaya, terutama dalam bentuk lembaga sosial kemasyarakatan yang
terdapat di KSB tahun 2010 antara lain: Karang Taruna 33 organisasi, Pramuka 30
organisasi, RKB PKK 60 organisasi, dan lainnya 6 organisasi (BPS KSB dan Bappeda
KSB, 2010). Tingkat kesejahteraan sosial penduduk KSB dari tahun ke tahun semakin
meningkat seiring dengan semakin membaiknya pelaksanaan pembangunan dan
penyelenggaraan
pemerintahan.
Perkembangan
tingkat
kesejahteraan
sosial
rumahtangga penduduk dan jumlah penduduk miskin di KSB tahun 2006 – 2009 disajikan
pada Tabel 2.25. di bawah ini.
Tabel 2.25. Sebaran Perkembangan Kesejahteraan Sosial
Rumahtangga Penduduk KSB Tahun 2006 – 2009
Tingkat Kesejahteran
Sosial
No.
2008
(rt)
2009
(rt)
Perubahan
(%/thn)
1
Keluarga Pra Sejahtera
6.672
5.646
- 15,38
2
Keluarga Sejahtera I
6.343
6.366
0,36
3
Keluarga Sejahtera II
5.985
7.231
20,82
4
Keluarga Sejahtera III
8.447
9.645
14,18
5
Keluarga Sejahtera III Plus
25
56
124,00
27.502
29.025
5,54
Total
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2008-2010; BPM PEMDES KSB, 2010.
Keterangan: Keluarga Pra Sejahtera = Rumah Tangga Miskin, lainnya = Tidak Miskin.
Data pada Tabel 2.34. menunjukkan bahwa sebagian besar rumahtangga
penduduk KSB tahun 2009 (80,54%) sudah tergolong dalam keluarga sejahtera, hanya
19,45% rumahtangga penduduk yang masih tergolong keluarga miskin. Jumlah
rumahtangga miskin (keluarga pra sejahtera) pada tahun 2009 menurun sebesar 15,38%
dari tahun 2008, sebaliknya jumlah rumahtangga tidak miskin (keluarga sejahtera) pada
tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 12,24% dari tahun 2008. Kelompok
rumahtangga miskin (pra sejahtera) perlu mendapat perhatian dan pembinaan, terutama
peningkatan keterampilan dan modal usaha, sehingga mampu melakukan kegiatan
ekonomi yang lebih produktif dan menguntungkan.
2.12. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM)
merupakan
indeks
komposit
yang
dikembangkan UNDP untuk mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan manusia
dari berbagai bidang, meliputi: kesehatan (angka harapan hidup), pendidikan (angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan pendapatan (paritas daya beli).
Perkembangan IPM KSB tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.26. berikut ini.
Tabel 2.26. Perkembangan IPM KSB Tahun 2005-2009
N.
Komponen IPM
2005
2006
2007
2008
2009
1
Angka Harapan Hidup
(Tahun)
59,10
59,33
60,76
60,94
61,29
2
Indeks Pendidikan
74,40
75,73
75,96
76,19
76,62
3
Indek Pendapatan
(Paritas Daya Beli)
58,93
59,72
60,99
62,29
63,61
63,40
65,01
65,52
65,64
66,12
IPM KSB
IPM Provinsi NTB
62,40
63,00
63,94
64,12
Sumber: Badan Pusat Stasistik Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2009.
-
IPM KSB mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005, capaian
IPM KSB menempati peringkat ke-5 di Provinsi NTB dengan nilai indeks sebesar 63,39;
pada tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 65,01 dan berada pada peringkat ke-4;
pada tahun 2007 sebesar 65,52 dan berada pada peringkat ke-3; pada tahun 2008
meningkat lagi menjadi 65,64; sedangkan pada tahun 2009 IPM KSB mencapai angka
66,12. Nilai IPM pada tahun 2009 telah menempatkan KSB berada pada urutan pertama
dari seluruh kabupaten yang ada di Provinsi NTB (selain Kota Mataram dan Kota Bima).
Peningkatan IPM KSB selama periode 2005-2009 mencerminkan adanya kemajuan yang
berarti dalam peningkatan kualitas manusia. IPM KSB lebih tinggi dibandingkan dengan
IPM Provinsi NTB.
2.13. Perekonomian
Struktur ekonomi KSB, yang tercermin dari nilai PDRB, baik atas dasar harga
berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK) dalam lima tahun terakhir
(2006 – 2010) masih didominasi oleh kontribusi sektor primer (yaitu pertanian dan
pertambangan), sedang kontribusi sektor sekunder dan tersier (sektor ekonomi lainnya)
terhadap PDRB sangat kecil. Perkembangan PDRB KSB ADHB dan ADHK pada Tahun
2006 – 2010 dan prediksinya tahun 2011 – 2015 disajikan pada Tabel 2.27. - 2.30. dan
Gambar 2.07. – 2.12. pada halaman berikut di bawah ini :
Tabel 2.27. Perkembangan PDRB KSB ADHB Pada Tahun 2005 – 2009 dan
Prediksinya Tahun 2010 – 2015 (Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta)
Tahun
Industri
Listrik
175645
9654426
14370
190993
12163943
15820
216461
10395730
16987
233480
12210630
19076
251706
12879401
20203
272040
13409818
21767
291501
14059481
23259
310962
14709145
24751
330422
15358809
26243
349883
16008473
27735
Sumber: Bappeda NTB dan BPS NTB, 2010.
1915
2258
2605
3075
3331
3731
4096
4460
4825
5190
Bangunan Perdagangan Pengangkutan Keuangan Jasa-jasa
62705
85865
109662
145084
160292
189040
214479
239919
265358
290798
111752
123445
144946
170181
183074
203494
222432
241370
260308
279246
68959
74150
84783
91230
99067
106826
114556
122285
130015
137744
14977
16671
18537
21234
22817
24920
26945
28969
30994
33018
Gambar 2.09. Garfik Perkembangan PDRB KSB ADHB Pada Tahun 2005 – 2009 dan
Prediksinya Tahun 2010 – 2015 (Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta)
Nilai PDRB
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Pertanian Pertambangan
18000000
16000000
14000000
12000000
10000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0
2006
2007
2008
Pertanian
Listrik
Pengangkutan
2009
2010
2011
2012
Pertambangan
Bangunan
Keuangan
2013
2014
2015
Pengolahan
Perdagangan
Jasa-jasa
48079
52221
59492
71937
75976
84194
91745
99296
106847
114398
TOTAL
10152828
12725366
11049203
12965927
13695867
14315830
15048494
15781157
16513821
17246485
Tabel 2.28. Perkembangan PDRB KSB ADHK Tahun 2000
Pada Tahun 2005 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015
(Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta)
Tahun
Pertanian
Pertambangan
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
119114,14
118813,65
125209,46
126288,53
129215,43
132031,48
134799,22
137566,97
140334,71
143102,46
3774812,01
3869406,54
3464965,04
3884936,28
3672776,86
3676817,18
3657963,12
3639109,06
3620255,01
3601400,95
Industri
10661,29
11174,23
11596,62
12248,79
12714,30
13233,22
13751,28
14269,33
14787,39
15305,45
Listrik
Bangunan
928,70
999,88
1105,74
1240,22
1306,31
1414,84
1514,40
1613,95
1713,51
1813,07
41548,76
53524,81
60664,18
75325,00
82319,22
93678,72
104012,83
114346,94
124681,05
135015,16
Perdagangan Pengangkutan Keuangan
73084,27
76392,20
80688,84
84076,66
88944,46
92458,74
96399,22
100339,71
104280,19
108220,68
37646,15
39355,54
41363,92
43232,64
45341,62
47168,39
49095,19
51022,00
52948,80
54875,60
9800,01
10243,94
10674,48
11414,72
11842,87
12372,15
12897,80
13423,45
13949,10
14474,75
Sumber: Bappeda NTB dan BPS NTB, 2010.
Gambar 2.10. Grafik Perkembangan PDRB KSB ADHK Tahun 2000
Pada Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015
(Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta)
4500000
4000000
Nilai PDRB
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
2006
2007
2008
Pertanian
Listrik
Pengangkutan
2009
2010
2011
Pertambangan
Bangunan
Keuangan
2012
2013
2014
Pengolahan
Perdagangan
Jasa-jasa
2015
Jasajasa
27074,31
28236,60
29209,11
30935,16
31830,45
33120,38
34341,46
35562,54
36783,63
38004,71
TOTAL
4094670
4208147
3825477
4269698
4076292
4102295
4104775
4107254
4109733
4112213
Tabel 2.29. Perkembangan PDRB KSB ADHB
Pada Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015
(Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta)
Tahun Pertanian
Penggalian
Industri
Listrik Bangunan Perdagangan Pengangkutan Keuangan
2006
175645
38133
14370
2007
190993
46784
15820
2008
216461
56863
16987
2009
233480
66112
19076
2010
251706
74170
20203
2011
272040
83833
21767
2012
291501
92974
23259
2013
310962
102114
24751
2014
330422
111254
26243
2015
349883
120395
27735
Sumber: Bappeda NTB dan BPS NTB, 2010.
1915
2258
2605
3075
3331
3731
4096
4460
4825
5190
62705
85865
109662
145084
160292
189040
214479
239919
265358
290798
111752
123445
144946
170181
183074
203494
222432
241370
260308
279246
68959
74150
84783
91230
99067
106826
114556
122285
130015
137744
14977
16671
18537
21234
22817
24920
26945
28969
30994
33018
Gambar 2.11. Grafik Perkembangan PDRB KSB ADHB
Pada Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015
(Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta)
400000
350000
Nilai PDRB
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
2006
2007
2008
2009
Pertanian
Listrik
Pengangkutan
2010
2011
Tahun
Penggalian
Bangunan
Keuangan
2012
2013
2014
Pengolahan
Perdagangan
Jasa-jasa
2015
Jasa-jasa
48079
52221
59492
71937
75976
84194
91745
99296
106847
114398
TOTAL
536535
608207
710336
821409
890636
989845
1081987
1174126
1266266
1358407
Tabel 2.30. Perkembangan PDRB KSB ADHK
Pada Tahun 2005 – 2009 dan Predisksinya Tahun 2011 – 2015
(Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta)
Tahun
Pertanian
Penggalian Pengolahan
2006
119114,14 25631,48
10661,29
2007
118813,65 30018,47
11174,23
2008
125209,46 33456,49
11596,62
2009
126288,53 36347,13
12248,79
2010
129215,43 40398,90
12714,30
2011
132031,48 43929,55
13233,22
2012
134799,22 47515,90
13751,28
2013
137566,97 51102,25
14269,33
2014
140334,71 54688,60
14787,39
2015
143102,46 58274,95
15305,45
Sumber: Bappeda NTB dan BPS NTB, 2010.
Listrik
Bangunan
928,70
999,88
1105,74
1240,22
1306,31
1414,84
1514,40
1613,95
1713,51
1813,07
41548,76
53524,81
60664,18
75325,00
82319,22
93678,72
104012,83
114346,94
124681,05
135015,16
Perdagangan Pengangkutan Keuangan
73084,27
76392,20
80688,84
84076,66
88944,46
92458,74
96399,22
100339,71
104280,19
108220,68
37646,15
39355,54
41363,92
43232,64
45341,62
47168,39
49095,19
51022,00
52948,80
54875,60
9800,01
10243,94
10674,48
11414,72
11842,87
12372,15
12897,80
13423,45
13949,10
14474,75
Gambar 2.12. Grafik Perkembangan PDRB KSB ADHK
Tahun 2006 – 2009 dan Prediskinya Tahun 2010 – 2015
(Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta)
160000
140000
Nilai PDRB
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
2006
2007
2008
Pertanian
Listrik
Pengangkutan
2009
2010
2011
Penggalian
Bangunan
Keuangan
2012
2013
2014
2015
Pengolahan
Perdagangan
Jasa-jasa
Jasa-jasa
TOTAL
27074,31
28236,60
29209,11
30935,16
31830,45
33120,38
34341,46
35562,54
36783,63
38004,71
345489,11
368759,32
393968,84
421108,85
443913,56
469407,47
494327,3
519247,14
544166,98
569086,83
8.1. Pendapatan per-Kapita Penduduk
Tabel 2.31. PDRB per-Kapita Penduduk KSB
Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015
(Termasuk Subsektor Pertambangan Nonmigas)
Tahun
ADH Berlaku
(Rp/kapita/th)
ADH Konstan
(Rp/kapita/th)
2006
105.938.486
42.725.353
2007
131.171.768
43.377.149
2008
111.487.418
38.341.513
2009
126.915.684
41.897.574
2010
133.111.922
39.123.009
2011
136.752.292
38.487.641
2012
141.761.371
37.619.214
2013
146.770.450
36.750.788
2014
151.779.528
35.882.362
2015
156.788.607
35.013.936
Sumber: BPS NTB dan Bappeda NTB, 2010.
180000000
50000000
160000000
45000000
140000000
40000000
35000000
120000000
30000000
100000000
25000000
80000000
20000000
60000000
15000000
40000000
10000000
20000000
5000000
0
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
ADH Berlaku
ADH Konstan
PDRB per Kapita (Rp)
PDRB per Kapita (Rp)
Gambar 2.13. Grafik PDRB per Kapita Penduduk KSB
Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015
(Termasuk Subsektor Pertambangan Nonmigas)
Tabel 2.32. PDRB Per-Kapita Penduduk KSB
Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011-2015
(Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Nonmigas)
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
ADH Berlaku
(Rp/kapita/tahun)
ADH Konstan
(Rp/kapita/tahun)
5.598.403
6.269.341
7.113.459
7.664.426
8.359.163
9.075.940
9.767.600
10.459.261
11.150.921
11.842.582
3.604.966
3.801.133
3.977.233
4.074.015
4.269.681
4.426.099
4.586.330
4.746.561
4.906.792
5.067.023
Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2010.
14000000
6000000
12000000
5000000
10000000
4000000
8000000
3000000
6000000
2000000
4000000
1000000
2000000
0
PDRB per Kapita (Rp)
PDRB per Kapita (Rp)
Gambar 2.14. Grafik PDRB per Kapita Penduduk KSB
Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010-2015
(Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Nonmigas)
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
ADH Berlaku
ADH Konstan
Data pada Tabel 2.31. – Tabel 2.22. dan Gambar 2.13. – Gambar 2.14., menunjukkan
bahwa rata-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Sumbawa Barat apabila
termasuk
Sub
Sektor
Pertambangan
Non
Migas
“sangat
tinggi”,
yaitu
rata-rata
Rp.118.878.339,00 per kapita per-tahun ADHB dan rata-rata Rp.41.585.397,00 per kapita per
tahun ADHK. Sementara itu, rata-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Sumbawa
Barat apabila tidak termasuk Sub Sektor Pertambangan Non Migas “sangat rendah”, yaitu
rata-rata Rp. 6.661.407,00 per kapita per tahun ADHB dan rata-rata Rp. 3.864.337,00 per
kapita per tahun ADHK. Rata-rata pendapatan per kapita yang disebutkan kedua terakhir
(Rp. 6.661.407 per kapita per tahun), itulah yang secara nyata menunjukkan pendapatan per
kapita penduduk Kabupaten Smbawa Barat selama periode waktu tahun 2006 - 2009.
2.14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 179 dijelaskan bahwa APBD
merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 tahun anggaran terhitung
mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. APBD KSB tahun 2006 - 2010
disajikan pada berikut ini.
2.14.1. Pendapatan Daerah
Komponen pendapatan daerah dalam APBD KSB terdiri atas: Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Perkembangan
pendapatan daerah KSB tahun 2006 – 2010 dan prediksinya tahun 2011 – 2015 disajikan
pada Tabel 2.33. dan Gambar 2.15. berikut.
Tabel 2.33. Perkembangan Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah KSB
Tahun 2006 – 2010 ban Prediksinya Tahun 2011 – 2015
Tahun
Besar Anggaraan (Rp)
Realisasi Pendapatan (Rp)
2006
226.198.230.017
219.007.101.868
2007
299.671.191.908
321.926.172.885
2008
375.488.727.257
345.165.134.202
2009
436.517.657.021
395.515.088.554
2010
531.044.613.801
475.571.322.288
2011
597.745.853.805
527.452.170.912
2012
672.399.777.074
586.123.906.563
2013
747.053.700.342
644.795.642.214
2014
821.707.623.610
703.467.377.864
2015
896.361.546878
762.139.113.515
Sumber: Pemerintah KSB, 2006 – 2010 (APBD KSB Tahun 2006 - 2010).
Gambar 2.15. Grafik Perkembangan Anngaran dan Realisasi Pendapatan Daerah KSB
Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015
1000000000000
900000000000
900000000000
800000000000
800000000000
700000000000
600000000000
600000000000
500000000000
500000000000
400000000000
400000000000
300000000000
300000000000
200000000000
200000000000
100000000000
100000000000
0
Nilai (Rp)
Nilai (Rp)
700000000000
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Anggaran
Realisasi
Data pada Tabel 2.33. dan Gambar 2.15., menunjukkan bahwa sumber pendapatan
daerah KSB hampir semuanya (94,01 %) diandalkan dari dana perimbangan, terutama dari
komponen dana alokasi umum dan bagi hasil atas penggunaan sumberdaya alam (royalti),
sedang pendapatan daerah dari sumber lainnya sangat kecil (5,99 %). Peningkatan
pendapatan daerah untuk periode waktu akan datang tetap diupayakan berasal dari semua
sumber, terutama yang besar peluangnya adalah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Bagi Hasil atas Penggunaan Sumberdaya (Royalti) yang berupa land rent dan iuran
eksploitasi dari perusahaan pertambangan (seperti: PT. Newmont Nusa Tenggara dan
Perusahaan Pertambangan lainnya).
2.14.2. Belanja Daerah
Komponen belanja daerah dalam APBD KSB terdiri atas: Belanja Tidak Langsung dan
Belanja Tidak Langsung. Perkembangan belanja daerah KSB tahun 2006 – 2010 dan
prediksinya tahun 2011 – 2015 disajikan pada Tabel 2.23. dan Gambar 2.14. berikut.
Tabel 2.34. Perkembangan Belanja Daerah KSB
Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Belanja Tidak
Langsung
(Rp/juta)
%
86.080
31,15
103.512
29,94
145.501
33,23
145.878
29,98
195.493
37,21
213.650
35,25
239.770
35,79
265.889
36,23
292.008
36,61
318.127
36,92
Belanja Langsung
(Rp/juta)
190.260
242.221
292.337
340.715
329.859
392.386
430.155
467.924
505.694
543.463
Total
%
68,85
70,06
66,77
70,02
62,79
64,75
64,21
63,77
63,39
63,08
(Rp/juta)
276.340
345.723
437.838
486.594
525.352
606.038
669.927
733.817
797.706
861.596
Sumber: Pemda KSB Tahun 2006 – 2010 (APBD Tahun 2006 – 2010).
Nilai (Rp 000.000)
Gambar 2.16. Grafik Perkembangan Belanja Daerah KSB
Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015
1000000
900000
800000
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
2006
2007
2008
2009
Belanja Tidak langsung
2010
2011
2012
Belanja Langsung
2013
2014
2015
Total Belanja
Sumber: Pemda KSB Tahun 2006 – 2010 (APBD Tahun 2006 – 2010).
Dari Tabel 2.23. dan Gambar 2.14. diketahui bahwa laju pertumbuhan belanja daerah
di KSB cukup tinggi, yaitu sebesar rata-rata 22,53 % per tahun. Sementara itu, komposisi
belanja daerah sebagian besar berupa belanja langsung yang digunakan untuk kegiatan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat (rata-rata 67,70 % per tahun), sedangkan
belanja tidak langsung yang digunakan untuk belanja pegawai dan pemeliharaan relatif kecil
(rata-rata 32,30 % per tahun) selama periode tahun 2006 – 2010.
2.14.3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Sumbawa Barat
Kabupaten Sumbawa Barat sebagai kabupaten pemekaran baru di provinsi Nusa
Tengara Barat masih dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur
pelayanan publik, permukiman kumuh dan sanitasi lingkungan, jumlah penduduk miskin,
penurunan daya dukung lingkungan, capital dan akses terhadap permodalalan khususnya
bagi pelaku ekonomi dan usaha kecil masih lemah, penguasaan teknologi produksi serta
terbatasnya potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan. Namun demikian suasana
kondusifitas dan rasa aman yang terjadi di Kabupaten Sumbawa Barat harus tetap
dipertahankan untuk merangsang minat investasi yang pada gilirannya diharapkan akan
dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Sumbawa Barat dapat diukur dengan
melihat trend pertumbuhan ekonomi daerah dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir yaitu dari
tahun 2005 – 2009 sebagaimana tertuang di dalam Tabel 2.35. berikut ini.
Tabel 2.35. Produk Domistik Regonal Bruto Kabupaten Sumbawa Barat dan
Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005 – 2009
Tahun
Atas Dasar Harga
Berlaku
(Juta Rp)
Atas Dasar Harga
Konstan
2000 (Juta Rp)
Laju Pertumbuhan
(%)
2005
9.328.164,59
4.210,92
-3,90
2006
10.152.826,66
4.094,67
-2,76
2007
12.725.366,70
4.208,15
2,77
2008*
10.929.507,76
3.825,48
-9,09
2009**
12.965.925,88
4.274,22
11,73
Catatan : * = angka sementara, ** = angka sangat sementara.
Sumber : PDRB Kabupaten Sumbawa Barat 2009 (data diolah)
Dari gambaran dalam Tabel 2.35. di atas, sharing nilai tambah yang dihasilkan
Kabupaten Sumbawa Barat terhadap perekonomian regional Nusa Tenggara Barat cukup
besar jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Pada tahun 2009 nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi di Nusa Tenggara Barat mencapai 41,76 triliun,
hampir sepertiganya atau sekitar 31,03% dihasilkan dari Kabupaten Sumbawa Barat tahun
2005 – 2007 sharing KSB terhadap PDRB Provinsi NTB bahkan lebih tinggi berkisar antara
37 – 37%.
Peningkatan PDRB atas harga berlaku menggambarkan perkembangan PDRB yang
disebabkan oleh peningkaan volume produksi ekaligus perubahan tingkat harga barang dan
jasa yang dihasilkan. Untuk mengukur peningkatan produksi secara nyata pengaruh faktor
harga perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB atas dasar harga konstan.
Peningkatan kapasitas produksi barang dan jasa yang dihasilkan dari tahun ke tahun atas
dasar harga konstan tahun tertentu bisa digunakan sebagai salah sati indikator untuk
mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
Jika dinilai menggunakan harga konstan tahun 2000 PDRB Kabupaten Sumbawa Barat
termasuk sub sektor pertambangan non migas tahun 2005 – 2009 menglami peningkatan
yang tidak terlalu signifikan. Tahun 2009 PDRB Sumbawa Barat ADH Konstan 2000 sekitar
Rp. 4,274 triliyum mengalami peningkatan sekitar Rp. 63,50 milya atau 1,50% dibandingkan
PDRB Tahun 2005 yang mencapai Rp. 4,210 milyar.
Seperti halnya PDRB adalah berlaku, PDRB adalah konstan mengalami fluktuasi
mengikuti perkembangan sektor-sektor ekonomi terutama sub sektor pertambangan non
migas. Selama periode 2005-2009 PDRB Sumbawa Barat tercatat dua kali engalami
penurunan takni pada tahun 2006 dan 2008. Pada tahun 2006 PDRB yang dihasilkan
mengalami penurunan sekitar Rp. 116,25 milyar (-2,76 persen) dibandingkan tahun
sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2008 PDRB Sumbawa Barat adalah konstan mencapai
3,825 triliun mengalami penurunan sekitar Rp. 382,67 atau -9,09 persen jika dibandingkan
dengan PDRB adalah konstan tahun 2007 yang mencapai Rp. 4,208 milyar.
Penyebab
utama
penurunan
tersebut
adalah
turunya
produksi
sub
sektor
pertambangan non migas. Pada tahun 2006 dan 2008 seluruh sektor ekonomi (selalu sub
sektor pertambangan non migas) mengalami pertumbuhan antara 2,97 sampai 13,34 persen
namun pertumbuhan sektor-sektor tersebut belum mampu menutupi penurunan sub sektor
pertambangan non migas yang sangat dominan bagi penciptaan nilai tambah bruto di
Sumbawa Barat.
2.14.4. Struktur Ekonomi Daerah Kabupaten Sumbawa Barat
Jika tidak termasuk sub sektor pertambangan non migas struktur ekonomi Kabupaten
Sumbawa Barat tidak berbeda jauh dengan Kabupaten/kota lainnya di NTB. Pertanian
menjadi sektor penyumbang terbesar pembentukan nilai tambah diikuti sektor perdangan
hotel dan restoran. Pada tahun 2005 sharing sektor pertanian mencapai 33,72 persen dari
total nilai tambah yang dihasilkan pada tahun tersebut, sementara 20,59 persen PDRB tahun
2005 dihasilkan dari sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor-sektor lain yang memiliki
share diatas sepuluh persen tahun 2005 antara lain sektor angkutan dan komunikasi dan
sektor bangunan. Sementara sektor lainnya masih dibawah sepuluh persen
Dari
pola
pergeseran struktur
ekonomi
secara
nasional
maupun
regional,
perekonomian suatu daerah bergerak secara teratur dari sektor primer menuju sektor
sekunder dan tersier, dalam kurun waktu tertentu peranan sektor pertanian akan semakin
mengecil dan digantikan oleh sektor industri atau sektor jasa-jasa. Fenomena tersebut juga
terjadi di Sumbawa Barat, pada tahun 2005 - 2009 peranan sektor pertanian bagi
pembentukan PDRB Kabupaten Sumbawa Barat cendrung menurun, namun sektor yang
mengambil sebagian porsi peranan sektor pertanian adalah sektor bangunan bukan sektor
industri, sektor perdagangan atau sektor jasa sebagaimana tersaji di dalam Tabel 2.36.
berikut ini dimana hal tersebut merupakan pengecualian dan akan kembali bergerak kearah
perdagangan dan jasa-jasa jika kondisi normal.
Tabel 2.36. Distribusi Persentase PDRB KSB Tahun 2005 – 2009
(Tidak Termasuk Sub-Sektor Pertambangan Non Migas)
Pertumbuhan (%)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air
Bangunan
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Pengangkutan &
Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa lainnya
Jumlah
2005
2006
2007
2008
2009**
33,72
6,2
2,78
0,36
11,34
20,59
32,74
7,11
2,68
0,36
11,69
20,83
31,40
7,69
2,60
0,37
14,12
20,30
30,47
8,01
2,39
0,37
15,44
20,41
8,42
8,05
2,32
0,37
17,66
20,72
12,78
12,85
12,19
11,94
11,11
2,78
8,94
2,79
8,96
2,74
8,59
2,61
8,38
2,59
8,76
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Catatan : * = angka sementara, ** = angka sangat sementara.
Sumber : PDRB Kabupaten Sumbawa Barat 2009 (data diolah)
Apabila dikaitkan dengan penyerapan tenaga kerja, sektor-sektor ekonom dapat di
kelompkkan menjadi sektor produktif dan sebaliknya. Sektor pertanian, industri pengolahan,
listrik, gas dan air bersih dan sektor jasa-jasa merupakan sektor dengan produktifitas kurang
dari satu, setiap 1 persen tenaga kerja yang terserap sidektor tersebut menghasilkan kurang
dari 1 persen PDRB.
Tabel 2.37. Rasio Persentase PDRB terhadap Persentase
Penduduk Usia 15 Tahun yang bekerja
Lapangan Pekerjaan Umum
Persentase
Penduduk 15
Tahun Keatas
yang bekerja
2008
(1)
(2)
Pertanian
39,49
Industri Pengolahan
3,23
Perdagangan, Hotel dan
16,76
Restaurant
Pengangkutan & Komunikasi
7,38
Keuangan, persewaan & jasa
1,05
perusahaan
Jasa-jasa
18,29
Sumber PDRB Kabupaten Sumbawa Barat 2009
Persentase PDRB
ADH berlaku tahun
2008 (tidak termasuk
sub sektor
pertambangan non
migas
(3)
30,47
2,39
20,41
Rasio
Persentase
PDRB
Persentase
Penduduk
(4)
0,77
0,74
1,22
11,94
2,61
1,62
2,49
8,38
0,46
Pada Tabel 2.37. terlihat bahwa sekitar 39,49 persen tenaga kerja yang terserap
disektor pertanian tahun 2008 menghasilkan 30,47 persen PDRB pata tahun yang sama,
artinya pada sektor pertanian setiap 1 persen tenaga kerja menghasilkan 0,79 persen PDRB,
sektor industri pengolahan menghasilkan 0,74 persen PDRB setiap 1 persen tenaga kerja
yang terserap. Produktifitas yang kurang dari satu disektor pertanian disebabkan karena
pertanian merupakan sektor yang padat karya dan umumnya dikerjakan secara tradisional,
sedangkan sektor industri di Kabupaten Sumbawa Barat umumnya industri kecil dan
kerajinan rumah tangga.
Di luar sektor-sektor tersebut umumnya memiliki produktifitas lebih dari satu, bahkan
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki angka produktifitas diatas dua.
Gambaran tersebut tidak mutlak dijadikan sebagai pembanding mengingat kriteria penduduk
15 tahun keatas dikelompokkan menurut lapangan kerja utama, sedangkan dalam satu
periode tertentu satu orang tenaga kerja bisa bekerja dibebarapa sektor.
2.14.5. Struktur APBD Kabupaten Sumbawa Barat
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah
(Perda) APBD merupakan komitmen penyelenggara pemerintahan daerah untuk mendanai
strategi pembangunan pada satuan program dan kegiatan selama kurun waktu 1 (satu)
tahun.
Sampai sejauh ini, sumber pendapatan daerah Kabupaten Sumbawa Barat sebagian
besar tergantung pada Dana Alokasi umum (DAU), sedangkan persentasi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Sumbawa Barat terhadap APBD Kabupaten Sumbawa Barat
berkisar 7% dari total APBD, sehingga upaya peningkatan sumber PAD perlu dilakukan
tanpa menimbulkan biaya ekonomi biaya tinggi sehingga tidak memberatkan masyarakat.
Dilihat dari realisasinya, secara umum dapat dikatakan bahwa pendapatan daerah
berhasil meningkatkan perannya dalam mendukung pembangunan. Ini dapat dilihat dalam
tabel 2.33., dimana rasio PAD terhadap total pendapatan daerah meningkat terus dari tahun
ke tahun. Tabel ini juga menggambarkan masih besarnya peranan Pendapatan Transfer
dalam pembiayaan pembangunan. Terutama peranan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Bagi Hasil dalam pembiayaan pembangunan di Kabupaten Sumbawa Barat. Dalam upaya
mewujudkan Kabupaten Sumbawa Barat sebagai pusat pemerintahan, pendidikan dan
perekonomian yang berkelanjutan, perlu dilakukan pembenahan ekonomi, sosial, dan
lingkungan yang seimbang. Untuk itu, ruang gerak anggaran perlu lebih dioptimalkan tidak
hanya melalui mobilisasi sumber pendapatan, tetapi juga perlu dilakukan proses
penganggaran partisipatif (participatory budgeting) dengan melibatkan seluruh stakeholders.
Berikut ini adalah trend pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumbawa
Barat baik dari komponen pajak daerah, retribusi, bagian laba usaha dari penyertaan modal
daerah serta lain-lain pendapatan yang sah serta akumulasinya terhadap prosentase total
APBD dar tahun 2007 s/d 2010 seperti terrcermin pada tabel 2.38 di bawah ini :
Tabel 2.38. Persentase PAD terhadap APBD Kabupaten Sumbawa Barat
Uraian
Tahun 2007
(Rp)
Tahun 2008
(Rp)
Tahun 2009
(Rp)
APBD Murni
PAD
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Bagian Laba Usaha
Lain-lain PAD
Persentase PAD
terhadap APBD
Catatan : untuk tahun 2007 - 2010 adalah data APBD Murni Setelah Perubahan.
Tahun 2010
(Rp)
Struktur APBD Kabupaten Sumbawa Barat juga ditujukan untuk mengantisipasi
perubahan-perubahan yang timbul sebagai implikasi pesatnya perkembangan pembangunan
di Kabupaten Sumbawa Barat. Struktur APBD dimaksud mengandung program-program
yang berkenaan dengan antisipasi penurunan daya dukung Sanitasi. Untuk program/kegiatan
yang bertujuan menangani dampak negatif banjir juga disediakan alokasi anggaran sesuai
kebutuhan. Alokasi untuk program Drainase, Air Minum, Persampahan, Tata Ruang dan
sosial budaya masyarakat diuraikan dalam Tabel 2.39. dibawah ini.
Tabel 2.39. Alokasi Anggaran Program Sanitasi Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011
No
I
II
Program/Kegiatan
Dinas Kesehatan
-
Pengembangan PHBS
272.197.600,00
-.
Pengembangan lingkungan sehat
224.581.200,00
-.
Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan
IV.
-
Pembangunan saluran draenase/gorong-gorong dalam
kota
Pembangunan jaringan air bersih/air minum
-
Penataan lingkungan sehat permukiman
-
Pembangunan SPAL dan MCK-nisasi
-
Penyusunan RIPJM
1.450.451.000,00
999.616.600,00
935.930.00,00
315.000.000,00
?
Badan Lingkungan Hidup
-
Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
-
Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan
-
Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan
lingkungan hidup
Konservasi daerah tangkapan air dan sumber air
-
Sosialisasi Prokasih & Superkasih
899.113.600,00
1.233.341.900,00
864.789.900,00
85.358.900,00
39.315.000,00
Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Pemdes
-
V
40.360.000,00
Dinas Pekerjaan Umum
-
III
Alokasi Anggaran
(Rp)
Cost sharing PNPM-MP untuk pembangunan dan
penataan permukiman (sanitasi dan air bersih)
Sosial budaya masyarakat (Pembangunan Berbasis
Rukun Tetangga/PBRT)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
-
Koordinasi PSP dan AMPL
-
Tata ruang, perumahan dan permukiman
1.200.000.000,00
1.502.304.000,00
165.074.000,00
?
Sumber : DPPKA dokumen APBD KSB Tahun 2011 (APBD Murni sebelum Perubahan)
Sarana dan prasarana perkotaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
dinamika kehidupan manusia. Makin banyak jumlah penduduk suatu daerah maka semakin
tinggi aktivitas kehidupan daerah itu. Dengan makin tingginya aktivitas kehidupan
manusianya, maka suatu daerah makin memerlukan sarana dan prasarana yang lebih
memadai.
Sarana dan prasarana yang lebih memadai diperlukan untuk mendukung aktivitas
kehidupan yang berlangsung disuatu daerah. Dalam kasus genangan air atau banjir, banjir
atau genangan air ini merupakan eksternalitas negatif dari aktivitas kehidupan yang
berlangsung sangat dinamis disuatu daerah. Karena itu peningkatan kuantitas dan kualitas
sarana dan prasarana terkait dengan genangan air merupakan keharusan mutlak guna
mendukung aktivitas kehidupan yang berlangsung disuatu daerah.
Photo 2.2. Gedung “Graha Fitrah” dan Kantgor Sekretariat Daerah
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat
Sumber : Dokumentasi Bagian Humas & Protokoler Pemda KSB
2.15. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat
2.15.1. Visi Pembangunan
Visi adalah gambaran atau pernyataan tentang sesuatu yang ingin diwujudkan oleh
lembaga/organisasi di masa jauh ke depan. Perumusan visi dapat dilakukan dengan
menggunakan data atau informasi yang bersifat normatif, visioner, dan teknis. Visi yang
dirumuskan secara visioner oleh pimpinan lembaga/ organsasi (dalam hali ini: Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah) dan juga mempertimbangkan informasi normatif disebut sebagai
Visi Lembaga/Organisasi atau Visi Daerah, sedangkan visi yang yang dirumuskan dengan
menggunakan informasi teknis disebut sebagai Visi Pembangunan.
Visi Daerah KSB tahun 2011 – 2015 (lima tahun Tahap II) yang dirumuskan secara
visoner dan normatif oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih melalui Pilkada
Langsung tahun 2010 adalah ”Terwujudnya Keunggulan Wilayah pada semua bidang
kehidupan untuk Mengokohkan Kabupaten Sumbawa Barat sebagai Kabupaten
Percontohan yang Berperadaban Fitrah di Provinsi Nusa Tenggara Barat”.
Perumusan visi secara visioner oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah KSB
tersebut, telah pula mempertimbangkan kondisi daerah dan aspirasi masyarakat,
mengakomodasikan masukan dari tokoh masyarakat, para pakar dari Perguruan Tinggi,
asosiasi profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lain-lainnya. Visi tersebut dilandasi
oleh nilai-nilai normatif lokal yang dapat menjadi arahan dan pemberi motivasi dalam
membangun KSB sebagai berikut:
1.
Keunggulan Wilayah, baik berupa keunggulan komparatif (comparative adventage)
maupun keunggulan kompetitif (competitive adventage). Keunggulan komparatif adalah
keunggulan dari semua sumberdaya pembangunan (input) dalam memproduksi hasil
pembangunan (output), sedangkan keunggulan kompetitif adalah keunggulan dari
semua produksi hasil pembangunan (output) dalam bersaing dengan output lainnya di
pasar.
2.
Semua Bidang Kehidupan, adalah semua aspek yang menjadi landasan dalam
melakukan perencanaan pembangunan dan sekaligus menjadi sasaran pelaksanaan
pembangunan, meliputi lima kelompok bidang sebagai berikut: geografis & sumberdaya
alam, perekonomian, sosial budaya & sumberdaya manusia, sarana prasarana, dan
pemerintahan & pelayanan umum.
3.
Kabupaten Sumbawa Barat sebagai Kabupaten Percontohan, adalah kabupaten
yang dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya, terutama kabupaten/kota yang ada di
wilayah Provinsi NTB karena adanya keberhasilan yang dicapai dalam berbagai
bidang/sektor/kegiatan pembangunan. Spirit kabupaten percontohan ini diharapkan
dapat memacu Pemerintah Daerah beserta masyarakatnya untuk secara bersama-sama
membangun wilayahnya pada berbagai bidang kehidupan, sehingga mampu menjadi
daerah percontohan yang berperadaban fitrah pada masa mendatang.
4.
Kabupaten Sumbawa Barat Berperdaban Fitrah, adalah kabupaten yang lahir,
berproses dan berhasil karena adanya kepatuhan dari masyarakatnya
dalam
menjalankan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Peradaban fitrah mengandung tiga dimensi yaitu: dimensi idiologis yaitu adanya
aqidah/keyakinan yang mantap terhadap tata nilai Islam; dimenasi spiritual yaitu adanya
akhlak/psikologis atau perilaku yang sesuai tuntunan keislaman; dan dimensi struktural
yaitu adanya penampilan proses dan hasil-hasil pembangunan, baik berupa teknologi
maupun materi yang bernilai Islami. Realisasi dari ketiga dimensi tersebut menjadi syarat
wajib untuk dapat memperoleh keselamatan, rahmat dan berkah, serta ridho Allah SWT
dalam semua bidang kehidupan.
Perumusan visi, selain dapat dilakukan secara visioner dan normatif, juga dapat
dilakukan melalui pengumpulan data/informasi teknis, yaitu dengan cara mengidentifikasi dan
menganalisis kondisi umum berbagai sumberdaya pembangunan daerah pada masa kini,
untuk selanjutnya dilakukan analisis prediksi kondisi umum berbagai sumberdaya
pembangunan daerah pada masa depan. Visi yang dihasilkan melalui cara ini disebut visi
pembangunan.
Berdasarkan hasil identifikasi, analisis dan prediksi kondisi umum berbagai
sumberdaya pembangunan di KSB, maka Visi pembangunan KSB Tahun 2011 – 2015 (lima
tahun Tahap II) adalah ”Kabupaten Sumbawa Barat Berkembang melalui Pembangunan
Agroindustri Andalan”.
Agroindustri Andalan adalah industri pengolahan hasil pertanian dalam arti luas
(meliputi: tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan dan
kelauatan) yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan masyarakat sebagai pelaku
usaha dan pendapatan wilayah KSB secara keseluruhan. Agroindustri merupakan pemicu
dan sekaligus pemacu dalam pembangunan agribisnis, yaitu mempunyai keterkaitan ke
belakang dalam mendorong pembangunan sektor hulu (penyediaan input dan usaha
pertanian) dan mempunyai keterkaitan ke depan dalam mendorong pembangunan sektor hilir
(pemasaran hasil pertanian dan hasil agroindustri) dengan dukungan berbagai kelembagaan
penunjang agribisnis.
2.15.2. Misi Pembangunan Daerah
Untuk mewujudkan visi pembangunan dan sekaligus visi daerah KSB, maka ditetapkan
misi pembangunan KSB Tahun 2011 - 2015 sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi geografis dan sumberdaya alam dengan
mempertimbangkan keunggulan komparatif sumberdaya dan integritas ekosistem wilayah
yang berkelanjutan.
2. Mengembangkan perekonomian wilayah dengan mengintegrasikan keunggulan sektor
pertanian dan industri secara efisien, efektif dan produktif, sehingga mampu memperluas
kesempatan kerja bagi masyatakat dan memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan
ekonomi wilayah.
3. Mengembangkan pranata sosial budaya, tata nilai keagamaan dan kelembagaan
yang mampu menstimulasi pengembangan sumberdaya manusia yang beriman taqwa
(IMTAQ), bersikap mental wirausaha, kreatif, inovatif, partisipatif dan produktif dalam
pembangunan.
4. Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunan sebagai syarat harus dalam
berproduksi dan berkonsumsi untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat.
5. Memantapkan tata kelola pemerintahan dengan berlandaskan tata nilai pemerintahan
yang
baik
(Good Governance)
dan
pemerintahan
yang
arif-bijaksana
(Sound
Governance).
2.15.3. Tujuan Pembangunan Daerah
Untuk menjabarkan misi tersebut, ditetapkan tujuan pembangunan KSB tahun 2011 2015 sebagai berikut:
1.
Mengintensifkan pemanfaatan potensi geografis dan sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui (renewable resources) sesuai arahan penggunaan terbaik.
2.
Mengatur pemanfaatan potensi geografis dan sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui (unrenewable resources) sesuai azas manfaat, daya dukung dan lestari.
3.
Menumbuhkan kegiatan ekonomi rakyat (usaha mikro kecil menengah dan koperasi)
yang sesuai dengan keunggulan komparatif sumberdaya pada setiap bagian wilayah
pembangun KSB.
4.
Menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan/atau investor agar mau dan mampu
berpartisipasi aktif dalam membangun ekonomi wilayah KSB yang mempunyai
keunggulan kompetitif terhadap ekonomi daerah lainnya.
5.
Mempedomani tata nilai agama dan pranata sosial budaya serta kelembagaan dalam
menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
6.
Menghasilkan sumberdaya manusia yang beriman taqwa (IMTAQ), bermental wirausaha,
kreatif, inovatif dan partisipatif dalam pelaksanaan pembangunan wilayah.
7.
Membangun
prasarana dan
sarana
sosial
ekonomi,
serta teknologi
berbasis
pemanfaatan sumberdaya lokal untuk merangsang kegiatan berproduksi yang
berkelayakan ekonomi.
8.
Membangun prasarana dan sarana sosial budaya berbasis kearifan lokal untuk
mewujudkan kegiatan berkonsumsi yang berkelayakan sosial.
9.
Menciptakan tata pemerintahan yang transparan, demokratis dan akomodatif dalam
proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan.
10. Menghasilkan aparatur pemerintahan yang fitrah, profesional, disiplin, arif-bijaksana dan
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2.15.4. Sasaran Pembangunan Daerah
Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, maka ditetapkan beberapa sasaran umum
pembangunan KSB tahun 2011 – 2015 sebagai berikut:
1.
Tersedianya Kawasan Sentra Produksi (KSP) komoditas unggulan/andalan pada setiap
desa.
2.
Intensifnya penggunaan lahan sawah untuk budidaya tanaman pangan.
3.
Ekstensif dan/atau intensifnya pengusahaan lahan kering untuk budidaya pertanian dan
peternakan melalui pendekatan KSP dan sistem agribisnis.
4.
Terpeliharanya kawasan/lahan hutan, sehingga fungsi lingkungan/lindung, ekonomi dan
sosial hutan terjamin.
5.
Terbangunnya obyek pariwisata alam strategis “Pantai Jelenga-Maluk-Sekongkang” dan
obyek pariwisata lainnya pada setiap kecamatan.
6.
Tersedianya Zonasi dalam pengelolaan sumberdaya perairan, baik untuk perairan laut,
air payau/pesisir, maupun air tawar/darat pada setiap kecamatan.
7.
Diusahakannya berbagai komoditas pertanian dan peternakan unggulan/ andalan pada
setiap KSP, baik pada lahan sawah maupun lahan kering.
8.
Tertatanya kegiatan ekonomi non pertanian (seperti: pertambangan/ penggalian, industri,
perdagangan, koperasi dan jasa lainnya) secara rasional, produktif dan komersial.
9.
Terjadinya peningkatan PDRB dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), serta diikuti meningkatnya indeks pendapatan (paritas daya beli) masyarakat
pada IPM.
10. Tertatanya hubungan kerjasama pembangunan antara Pemerintah KSB dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi se-Provinsi NTB.
11. Tertatanya hubungan kerjasama pembangunan antara Pemerintah KSB dengan
Pemerintah Kabupaten-Kota/Pemerintah Provinsi atau lembaga lainnya di luar Provinsi
NTB.
12. Terciptanya hubungan kerjasama atau kemitraan usaha antar pelaku ekonomi di KSB.
13. Terbentuk dan/atau terbinanya lembaga keagamaan, hukum dan sosial budaya lokal.
14. Adanya perlindungan hukum dan penegakan hak azasi manusia, yang ditandai oleh
terselesaikannya secara baik kasus pelanggaran hukum dan hak azasi manusia.
15. Terciptanya stabilitas sosial politik, sosial budaya dan sosial ekonomi, yang ditandai
sedikitnya konflik kepentingan dalam kehidupan masyarakat.
16. Meningkatnya kualitas pendidikan dan/atau keterampilan sumberdaya manusia KSB,
serta dihasilkannya angkatan kerja terampil/bersikap mental wirausaha.
17. Meningkatnya kualitas kesehatan sumberdaya manusia KSB.
18. Terjadinya peningkatan partisipasi angkatan kerja dan menurunnya jumlah penduduk
miskin.
19. Meningkatnya kapasitas sarana prasarana sosial ekonomi dan teknologi pertanian dalam
arti luas.
20. Meningkatnya kapasitas sarana prasarana sosial ekonomi dan teknologi non pertanian
(seperti: energi/listrik dan air bersih; perhubungan darat, laut, dan udara; teknologi,
informasi dan komunikasi, dan lain-lainnya).
21. Meningkatnya kuantitas dan kualitas penerapan teknologi pada kegiatan berbagai sektor
ekonomi pembangunan, sehingga tercipta efisiensi, efektivitas dan produktivitas usaha.
22. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sarana prasarana pendidikan dan pelatihan.
23. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sarana prasarana kesehatan.
24. Tersedianya sarana prasarana sosial budaya lainnya (seperti; peribadatan, olahraga dan
kesenian, dan lainnya).
25. Tertatanya lembaga dan ketatalaksanaan pemerintahan.
26. Tersedianya peraturan, keputusan dan kebijakan Pemerintah untuk masyarakat.
27. Terjadinya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) antar lembaga pemerintahan
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan dan pemerintahan.
28. Terciptanya aparatur pemerintahan yang profesional dan disiplin.
29. Terciptanya aparatur pemerintahan yang fitrah/bersih, baik dan bertanggung jawab.
30. Terwujudnya aparatur pemerintahan yang mampu memberikan pelayanan secara arifbijakansa kepada masyarakat.
2.16. Institusi dan Organisasi Pemda
Sesuai Undang-undang
yang
berlaku dinyatakan bahwa Pemerintah
Daerah
merupakan koordinator semua instansi sektoral dan Kepala Daerah bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap pembinaan dan pengembangan wilayahnya. Pembinaan dan
pengembangan tersebut mencakup segala bidang kehidupan dan bidang pembangunan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Terkait dengan amanat tersebut, Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat
Daerah di Kabupaten Sumbawa Barat diatur melalui 4 (empat) Peraturan Daerah Kabupaten
Sumbawa Barat yakni: (1) Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 13 Tahun
2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2008 tentang
Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas-Dinas Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat; (2) Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 14
Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008
Tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Sumbawa Barat; (3) Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat
Nomor 7 Tahun 208 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Sumbawa Barat; dan (4) Peraturan Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 4 Tahun 208 tentang Pembentukan, Susunan,
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan serta Staf
Ahli Bupati di Kabupaten Sumbawa Barat.
Sedangkan organisasi perangkat daerah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten Sumbawa Barat yang terkait dengan pembangunan Sanitasi di Kabupaten
Sumbawa Barat bersifat koordinatif dan lintas sektoral yang dibentuk dan ditetapkan dalam
bentuk Kelompok Kerja yang bentuk dan ditetapkan dengan SK Bupati sebagaimana
tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Sumbawa Barat Nomor: 620 Tahun 2011 tertanggal
7 Juli 2011 tentang Pembentukan dan Penetapan Besarnya Honorarium Kelompok Kerja
(Pokja) Kabupaten Untuk Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP) Kabupaten Sumbawa Barat Tahun Anggaran 2011, dengan tugas dan
fungsi sebagai berikut :
(1)
Penguatan kapasitas dalam pengumpulan, pengelolaan
program PPSP di Kabupaten Sumbawa Barat,
dan penyajian data
(2)
Menyusun Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten,
(3)
Memfasilitasi, mengkoordinasi dan mendorong pembangunan dan perbaikan
sanitasi di Kabupaten Sumbawa Barat,
(4)
Mengawal program pembangunan sanitasi di Kabupaten Sumbawa Barat ke
depan,
(5)
Menyampaikan laporan hasil program dan kegiatan kepada PPSP Pusat dan
PPSP Provinsi, dan
(6)
Menyampaikan laporan hasil program dan kegitan kepada Bupati Sumbawa
Barat.
Adapun susunan keanggotaan dari Kelompok Kerja (Pokja) Kabupaten Untuk
Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun Anggaran 2011 adalah terdiri dari unsur pemerintah (SKPD) terkait,
dunia usaha (PDAM) dan perwakilan dari LSM, seperti tertera dalam susunan dan format
berikut ini :
No.
Jabatan dan
Kedudukan
Dalam Tim
Nama/Jabatan/Intansi dan Lembaga
I.
Ketua
: Kepala Bidang Sosial Budaya dan Pemerintahan
BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat
II.
Wakil Ketua
: Kepala Sub Bidang Sosial dan Budaya
BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat
III.
Sekretaris
: Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat
IV.
Anggota-anggota
: 1.
Kasubbag Koordinasi dan Penyusunan Program
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat
2.
Kasubbid. Sarana dan Prasarana
BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat
3.
Kasubbid. Pemerintahan
BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat
4.
Kabid. Cipta Karya
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa Barat
5.
Kasi. Perencanaan Program
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa Barat
6.
Kasubbid. Kebersihan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa Barat
7.
Kasubbid. Pengembangan Partisipasi dan Sosbud.
BPM Pemdes Kabupaten Sumbawa Barat
8.
Kabid ESDM
Dinas ESDM , Kebudayaan dan Pariwisata KSB
9.
Kasubbag. Perundang-undangan dan Dok. Hukum
Bagian Hukum dan Organisasi Setda KSB
10. Kasi. Penyusunan Anggaran
Dinas PPKA Kabupaten Sumbawa Barat
11. Direktur PDAM
Kabupaten Sumbawa Barat
12. Direktur Lembaga LEGITIMIT
Kabupaten Sumbawa Barat
13. Staf Administrasi dan Suporting Pelaksanaan Program
dan Kegiatan BAPPEDA Sumbawa Barat.
Sampai dengan penyusunan buku putih ini, Renstra masing-masing SKPD masih
dalam proses asistensi dan pembahasan dalam penyususnan oleh masing-masing SKPD
dengan Bappeda untuk disesuaikan dan dikompilasi dengan dokumen RPJMD Kabupaten
Sumbawa Barat 2011 -2015. Sedangkan untuk membangun sinergisitas yang optimal dalam
pelaksanaan koordinasi sektor sanitasi secara kelembagaab antar SKPD terkait memang
masih belum menunjukan intensitas yang maksimal, namun demikian melalui Kelompok
Kerja (Pokja) AMPL yang ada sangat membantu dalam melakukan koordinasi dan
konsolidasi terhadap peran, tugas dan fungsi dalam rangka untuk menyediakan dan
memaksimalkan pelayanan seakligus melakukan upaya-upaya penanganan terhadap
masalah-masalah pembangunan di bidang sanitasi dan penyehatan lingkungan oleh lembaga
teknis ataupu SKPD terkait.
Photo 2.3. Kondisi Geologi Batuan Kars, Pantai dan Perairan Bawah Laut KSB
Sumber Dokumentasi Dinas ESDM dan Budpar KSB
2.17. Tata Ruang Wilayah
Salah satu isu penting dalam menangani masalah sanitasi adalah lemahnya
pengawasan dan pengendalian pemanfatan ruang. Hal ini tentu dilator belakangi oleh
pesatnya pembangunan fisik di Kabupaten Sumbawa Barat baik pembangunan pusat
pelayanan publik berupa perkantoran dan infrastruktur kota yang dibangun oleh pemerintah
maupun pusat perdagangan dan jasa, pembangunan permukiman yang dibangun baik oleh
masyarakat maupun oleh para pengembang (developer).
Indikasi untuk pembenaran hal ini adalah (a) tingginya alih fungsi ruang dari kawasan
pertanian menjadi kawasan budidaya yaitu perdagangan dan jasa dan permukiman. Menurut
data tahun 2009, lahan pertanian berkurang sekitar 2,9% pertahun. (b). Laju pertumbuhan
PDRB Kabupaten Sumbawa Barat dari sub sektor pertambangan merupakan penyumbang
PDRB tertinggi selama 5 tahun terakhir. Untuk tahun 2010 mencapai 15,60%. (c) Jumlah IMB
yang terbitkan yang dapat diindikasikan dari jumlah serta retribusi yang selalu melampaui
target yang ditetapkan dalam APBD Kabupaten Sumbawa Barat.
Akibat dari pembangunan fisik dan alih fungsi lahan yang kurang ditunjang secara
teknis dari aspek lingkungan, hal ini menyebabkan tata ruang wilayah terus mengalami
tekanan yang berimplikasi terhadap perubahan dan fungsi dari kawasan tersebut. Sebagian
lahan yang ada di Kabupetn Sumbawa Barat difungsikan untuk fasilitas pelayanan publik
yaitu sekitar 52% dan sisanya adalah untuk kegiatan pertanian dan lain yang menunjang
kehidupan perkotaan. Adapun data tahun 2008 menunjukkan rincian penggunaan lahan
seperti terlihat pada Tabel 2.40.
Tabel 2.40. Rencana Tata Ruang di Kabupaten Sumbawa Barat (Ha) s/d Tahun 2010
No
Deskripsi
Luas (Ha)
Kawasan Lindung dan Budidaya
a. Rencana Pengembangan Kawasan
66.311,06
Lindung
b. Kawasan Budidaya
118.671,29
c. Luas Wilayah Kawasan Lindung
66.311,06
d. Luas Wilayah Kawasan Hutan Lindung
66.230,71
e. Total Luas Kawasan Lindung & Budidaya
184.902,00
II Kawasan yang memberi perlindungan bagi
kawasan bawahannya (Kawasan Resapan
Air)
a. Kecamatan Seteluk
Na
b. Kecamatan Jereweh
Na
c. Kecamatan Brang Rea
Na
d. Kecamatan Sekongkang
Na
Sumber Data : RTRW KSB dalam Angka 2010 (data diolah)
%
I
35,86
64,18
35,86
35,82
100,00
Na
Na
Na
Na
Sedangkan penggunaan lahan menurut kesesuaian Rencana Umum Tata Ruang
(RUTR) Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2010, yang berwawasan ramah lingkungan
harus dijadikan pedoman perencanaan terpadu pembangunan agar tatanan lingkungan hidup
dan pemanfaatan sumberdaya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya
buatan (SDB) dapat dilakukan secara tepat guna, berdaya-guna serta berhasil-guna secara
berkelanjutan. Sebagaimana ditunjukan dalam Tabel 2.36. dibawah ini.
Tabel 2.36. Penggunaan Lahan Menurut Kesesuaian dengan RUTR s/d Tahun 2010 dan
Mengacu Kepada RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat 2011 – 2015
No.
Jenis Penggunaan
I
1.
2.
Tanah/Lahan Sawah:
Sawah Irigasi Teknis
Sawah Irigasi ½ Teknis
Sawah Irigasi Sederhana
PU
Sawah Irigasi Sederhana
Non PU
Sawah Tadah Hujan
Sub Total
Tanah/Lahan Kering:
Tegal/Kebun
Ladang/Huma
Perkebunan
Ditanami Pohon/Hutan
Rakyat
Hutan Negara
Padang Rumput/
Pengembalaan
Tambak
Kolam/Tebat/Empang
Rawa-rawa (tidak
ditanami)
Sementara Tidak
Diusahakan
Pekarangan/Permuki-man
(rumah/bangunan)
Lain-lain
Sub Total
TOTAL I + II
3.
4.
5.
II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
2006
2007
2008
2009
2010
3.846
1.876
4.093
2.052
4.093
2.052
4.093
2.052
4.093
2.052
836
869
869
869
1.233
594
589
589
589
589
1.850
9.002
1.850
9.090
1.487
9.090
1.486
9.090
1.507
9.474
6.545
4.499
4.009
7.852
3.096
5.332
7.852
3.096
5.332
7.852
3.096
5.332
7.518
3.096
5.332
1.945
3.179
3.179
3.179
3.179
137.965
134.888
134.790
134.790
134.790
2.465
2.610
2.610
2.610
2.610
502
20
526
173
526
0
526
14
526
14
987
987
987
987
987
2.201
2.407
2.407
2.407
2.357
1.048
1.048
1.071
1.071
1.071
13.714
175.900
184.902
13.714
175.812
184.902
13.962
175.812
184.902
13.948
175.812
184.902
13.948
175.428
184.902
Sumber : BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010; Dinas HUTBUNTAN KSB, 2010.
Pola guna lahan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir cenderung mengalami
perkembangan. Pola pertumbuhan dan perkembangan tata guna lahan yang terjadi
berkembang secara linier, konsentrik dan parsial. Lihat lampiranlampiran gambar peta
Rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011 - 2015,
perubahan Landuse dari pembagian kawasan pembangunan yang meliputi Wilayah
Pengembangan (WP) yaitu WP Utara yang terdiri dari Kecamatan Pot Tano dan Kecamatan
Seteluk, WP Tengah yang meliputi: Kecamtan Taliwang, Kecamatan Taliwang dan
Kecamatan Brang Ene, serta WP Selatan yang terdiri dari; Kecamatan Jereweh, Kecamatan
Maluk dan Kecamatan Sekongkang.
Sedangkan untuk rencana ditail dari Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Eksisting
Kabupaten Sumbawa Barat sampai dengan tahun 2010, peta rencana Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dan kawasan Konservasi Kabupaten Sumbawa Barat serta peta penggunaan dan
peruntukan lahan (land use existing) masih dalam penyusunan lebih ditail dalam bentuk peta
data tematik dari dinas/SKPD teknis yang terkait.
Photo 2.4. Banjir Kota Taliwang Pada Bulan Desmber Tahun 2007 dan
Kawasan Pit Area Pertambangan PT. Newmont Nusa Tenggara
Sumber : Dokumentasi Humas Departement PT.NNT
Download