BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA BARAT Kabupaten Sumbawa Barat sebagai sebuah kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sumbawa berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dalam rangka mendekatkan dan meningkatkan pelayanan publik, terus berusaha meningkatkan kualitas pembangunan demi mengejar ketertinggalan dari daerah lain di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hal ini sejalan dengan visi pembangunan KSB untuk lima tahun pertama, Kabupaten Sumbawa Barat yakni “membangun pelayanan publik prima dan produktivitas pertanian menuju agroindustri agar terciptanya pembangunan yang berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi geografis dan sumber daya alam, keseimbangan antara pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dan sumber daya manusia yang berdaya saing”. Kabupaten Sumbawa Barat sebagai salah satu daerah dari sembilan kabupaten/kota yang berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat terletak diujung barat pulau Sumbawa pada posisi 116o 42’ sampai dengan 117o 05’ BT dan 08o 30’ sampai dengan 09o 07’ LS, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kec. Alas Barat dan Kec. Alas Kabupaten Sumbawa; Sebelah Timur : Kec. Batu Lanteh dan Kec. Lunyuk Kab. Sumbawa; Sebelah Selatan : Samudera Indonesia; dan Sebelah Barat : Selat Alas Gambar 2.01. Peta Wilayah Administratif Kabupaten Sumbawa Barat Wilayah daratan KSB tahun 2009 seluas 1.849,02 km2 atau 184.902 ha yang tersebar pada delapan kecamatan dengan 57 desa dan enam kelurahan, seperti disajikan pada Tabel 2.01. berikut. Tabel 2.01. Luas Wilayah Daratan KSB menurut Kecamatan Tahun 2009 Luas Jlh Desa/ Wilayah Luas No. Kecamatan (%) Kelurahan Pembangunan (WP) (ha) 1. Poto Tano 15.888 8,59 8 WP Utara 2. Seteluk 23.621 12,77 10 WP Utara 3. Brang Rea 21.207 11,47 9 WP Tengah 4. Brang Ene 14.090 7,62 6 WP Tengah 5. Taliwang 37.593 20,33 8/6 WP Tengah 6. Jereweh 26.019 14,07 4 WP Selatan 7. Maluk 9.242 5,00 5 WP Selatan 8. Sekongkang 37.242 20,14 7 WP Selatan Total 184.902 100,00 57/6 Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2010. 2.1. Tofografi Wilayah Keadaan topografi wilayah KSB cukup beragam, mulai dari datar, bergelombang curam sampai sangat curam dengan ketinggian berkisar antara 0 hingga 1.730 meter dari permukaan laut (mdpl) seperti disajikan pada Tabel 2.02. Tabel 2.02. Keadaan Tofografi Wilayah KSB Tahun 2009 Kemiringan Luas No. Keadaan Tofografi Lahan (%) (ha) 1. Datar 0 – 2,00 21.822 2. Bergelombang 2,01 – 15,00 16.369 3. Curam 15,01 – 40,00 53.609 4. Sangat Curam > 40,00 93.102 Total KSB 184.902 Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010. Luas (%) 11,80 8,85 28,999 50,35 100,00 Ketinggian ibukota pada setiap kecamatan di KSB berkisar antara 7 sampai 31 mdpl. Topografi yang semakin datar dan bergelombang sebagian besar digunakan untuk lokasi permukiman dan lahan pertanian, sedang topografi yang semakin curam hingga sangat curam sebagian besar merupakan kawasan hutan yang berfungsi untuk melindungi kawasan sekitarnya yang lebih rendah. 2.1.1. Luas dan Sebaran Tanah/Lahan Luas tanah/lahan di KSB tahun 2010 adalah 148.902 hektar berupa lahan sawah dengan lima jenis penggunaan dan lahan kering dengan 12 jenis penggunaan. Rincian sebaran penggunaan lahan di KSB tahun 2006 - 2010 disajikan pada Tabel 2.03. berikut ini. Tabel 2.03. Rincian Sebaran Penggunaan Lahan di KSB Tahun 2006 - 2010 No. I. 1 2 3 4 5 II. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jenis Penggunaan Tanah/Lahan Sawah: Sawah Irigasi Teknis Sawah Irigasi ½ Teknis Sawah Irigasi Sederhana PU Sawah Irigasi Sederhana Non PU Sawah Tadah Hujan Sub Total Tanah/Lahan Kering: Tegal/Kebun Ladang/Huma Perkebunan Ditanami Pohon/Hutan Rakyat Hutan Negara Padang Rumput/ Pengembalaan Tambak Kolam/Tebat/Empang Rawa-rawa (tidak ditanami) Sementara Tidak Diusahakan Pekarangan/Permukiman (rumah/bangunan) Lain-lain 2006 2007 2008 2009 2010 3.846 1.876 4.093 2.052 4.093 2.052 4.093 2.052 4.093 2.052 836 869 869 869 1.233 594 589 589 589 589 1.850 9.002 1.850 9.090 1.487 9.090 1.486 9.090 1.507 9.474 6.545 4.499 4.009 7.852 3.096 5.332 7.852 3.096 5.332 7.852 3.096 5.332 7.518 3.096 5.332 1.945 3.179 3.179 3.179 3.179 137.965 134.888 134.790 134.790 134.790 2.465 2.610 2.610 2.610 2.610 502 20 526 173 526 0 526 14 526 14 987 987 987 987 987 2.201 2.407 2.407 2.407 2.357 1.048 1.048 1.071 1.071 1.071 13.714 13.714 13.962 13.948 13.948 Sub Total 175.900 175.812 175.812 175.812 175.428 Total I + II 184.902 184.902 184.902 184.902 184.902 Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010; Dinas HUTBUNTAN KSB, 2010. Dari Tabel 2.03. di atas diketahui bahwa sebaran penggunaan lahan di KSB tahun 2010 meliputi: lahan sawah 5,12% yang sebagian besar berupa lahan sawah irigasi teknis dan irigasi setengah setengah teknis, dan lahan kering 94,88% yang sebagian besar berupa hutan negara. Perkembangan penggunaan lahan selama periode tahun 2006 – 2010, luas lahan sawah meningkat rata-rata 1,32% per tahun disebabkan adanya pembangunan prasarana irigasi baru, sebaliknya luas lahan kering menurun rata-rata 0,07% per tahun. Lahan sawah, baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan umumnya dimanfaatakan untuk usahatani padi dan palawija. Lahan kering yang digunakan untuk kegiatan pertanian dalam arti luas berupa: tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, ditanami pohon/hutan rakyat, hutan negara, padang rumput/pengembalaan, tambak, dan kolam/tebat/empang, belum dimanfaatkan secara intensif untuk pengusahaan berbagai jenis komoditas pertanian dan perikanan, sedang pemeliharaan ternak umumnya dilakukan secara ekstensif. Lahan kering berupa hutan negara menempati porsi penggunaan yang sangat luas (sekitar 72,90 % dari luas wilayah). Rincian luas hutan Negara berdasarkan jenis penguasaannya disajikan pada Tabel 2.04. berikut di bawah ini. Tabel 2.04. Rincian Luas Hutan Negara berdasarkan Jenis Penggunaan di KSB Th. 2010 No. Status Penguasaan 1 Hutan Lindung 2 Luas (Ha) Luas (%) % dr Luas Wil. 66.311,06 49,20 35,86 Hutan Cagar Alam 524,00 0,39 0,28 3 Hutan Taman Wisata Alam 874,91 0,65 0,47 4 Hutan Produksi Terbatas 36.155,07 26,82 19,55 5 Hutan Produksi Tetap 18.753,24 13,91 10,14 6 Hutan Konservasi SDA 12.171,72 9,03 6,58 134.790,00 100,00 72,90 TOTAL Sumber: Dinas HUTBUNTAN KSB, 2010. Dari Tabel 2.04. diketahui bahwa sebagian besar hutan negara (59,27% dari luas hutan negara atau 43,19% dari luas wilayah) tidak dapat dimanfaatkan secara langsung untuk proses produksi pertanian, pertambangan atau kegiatan ekonomi lainnya karena kawasan hutan tersebut harus tetap dipertahannya fungsinya untuk melindungi ketersediaan sumbersaya tanah, air dan udara. Sementara itu, hutan negara yang dapat dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan ekonomi hanya 40,73% dari luas hutan atau 29,73% dari luas wilayah. Lahan KSB yang digunakan sebagai lokasi obyek Wisata Alam, dalam lima tahun terakhir berkembang cukup pesat seiring dengan beroperasinya berbagai perusahaan dan pelaksanaan pembangunan. Jumlah lokasi obyek wisata alam yang potensial di KSB tahun 2010 sebanyak 32 lokasi, terdiri atas 13 obyek wisata pantai dan 19 obyek wisata alam darat dan air (Dinas ESDM Budpar KSB, 2010). 2.1.2. Pulau-pulau Kecil Pulau-pulau kecil (small island) adalah pulau-pulau yang berukuran kecil yang secara ekologis terpisah dari pulau induknya (main land). Pulau-pulau kecil KSB tahun 2009 berjumlah 16 pulau dengan luas sekitar 1.016,83 Ha. Pulau-pulau kecil tersebut tidak mempunyai penghuni tetap, tetapi sebagian dari pulau-pulau tersebut telah dimanfaatkan oleh sebagian kecil masyarakat KSB untuk berbagai macam kegiatan seperti: pariwisata, budidaya mutiara, budidaya rumput laut, penangkapan ikan, tempat pengambilan sarang burung walet, dan pengambilan hasil hutan kayu dan non kayu. 2.2. Hidrologi dan Klimatologi Wilayah perairan laut KSB tahun 2009 seluas 1.060,80 km2. Perairan laut yang utama adalah Selat Alas dengan beberapa teluk kecil di sekitarnya (seperti: Teluk Taliwang, Teluk Balat, Teluk Maluk, Teluk Lawar dan lain-lain), sangat potensial untuk berbagai jenis usaha perikanan dan kelautan. Selat Alas mempunyai arti penting karena peranannya dalam proses Arus Lintas Indonesia (ARLINDO), sehingga merupakan wilayah perairan dengan potensi perikanan yang cukup besar (PT. Newmont Nusa Tenggara dan P2LH Unram, 2004; BPS KSB dan BAPPEDA KSBM, 2010). Kabupaten Sumbawa Barat merupakan wilayah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan umumnya berlangsung bulan Nopember sampai dengan Maret (5 bulan), sedang musim kemarau dari bulan April sampai dengan Oktober (7 bulan). Total hari hujan pada tahun 2009 sebanyak 95 hari dengan rata-rata per bulan 7,92 hari, sedang total curah hujan sebesar 2.156 mm atau rata-rata per bulan 179,66 mm (BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa KSB merupakan daerah kering, sehingga ketersediaan air merupakan faktor pembatas untuk pengembangan kegiatan ekonomi, terutama pertanian lahan kering. 2.3. Potensi Air Permukaan Sungai yang terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat ini termasuk dalam Satuan Wilayah Sungai (SWS) Sumbawa. Didalam SWS Sumbawa ini terdapat beberapa Sub Satuan Wilayah Sungai (SSWS) yang tersebar diseluruh Pulau Sumbawa, khusus untuk Kabupaten Sumbawa Barat terdapat 2 SSWS yaitu: 1. SSWS Jereweh 2. SSWS Rea Dari 2 SSWS ini, terdapat beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ditunjukan oleh Tabel 2.05 di bawah ini. Tabel 2.05 Daerah Aliran Sungai (DAS) di SSWS Jereweh dan Rea No. 1. SSWS Jereweh JUMLAH DAS 17 NAMA DAS (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jereweh Lempe Benete Maluk Sekongkang Kompleks DAS Senyur Sejorong Kompleks DAS Labuhan Kompleks DAS Tablung No. SSWS JUMLAH DAS NAMA DAS (10) Kompleks DAS Tebisu (11) Kompleks DAS Tangoloka (12) Nanga Ene (13) Kompleks DAS Lomar Lempuh (14) Kompleks DAS Talonang (15) Panti (16) Sepang (17) Singa 2. Rea 4 (1) Kompleks DAS Tubaka (2) Kompleks DAS Aikuruk (3) Kompleks DAS Panusak (4) Rea Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan & Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005 Dari beberapa DAS tersebut, terdapat beberapa DAS termasuk kategori DAS prioritas berdasarkan kriteria sebagai berikut : 1) DAS yang memiliki potensi yang besar 2) DAS yang memiliki penduduk yang besar 3) DAS yang memiliki prediksi kedepan mampu menunjang Sumber Daya Air 4) DAS yang memiliki permasalahan krusial yang berbatasan dengan Kabupaten/Kota. Dari kriteria tersebut diperoleh DAS yang termasuk Kategori Prioritas untuk SSWS Jereweh dan Rea adalah SSWS Jereweh yaitu DAS Jereweh, DAS Sekongkang, DAS Jorong dan untuk SSWS Rea yaitu DAS Rea (Sumber: Data Base Sungai Wilayah Sungai Sumbawa (tahap 1), Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I, 2007). Berdasarkan data tersebut maka potensi DAS yang terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat adalah sebagai berikut : 2.3.1. DAS Jereweh Data morfologi DAS Jereweh adalah sebagai berikut: Nama sungai : Jereweh Lokasi : Desa Belo, Kecamatan Jereweh, Kab. Sumbawa Barat Panjang Sungai : ± 23,11 km Lebar Sungai : ± 49,50 m Luas Penampang : ± 17,33 m2 Kemiringan : ± 45o Kedalaman : ± 0,35 m Kecepatan aliran : ± 0,7 m/dt Debit : ± 4,41 m3/dt Daerah yang dilalui oleh DAS Jereweh adalah : Desa Labuan Lalar, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat Desa Goa, Kecamatan Jereweh, Kab. Sumbawa Barat Desa Belo, Kecamatan Jereweh, Kab. Sumbawa Barat 2.3.2. DAS Sekongkang Data morfologi DAS Sekongkang adalah sebagai berikut : Nama sungai : Sekongkang Lokasi : Sekongkang Bawah, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat Panjang Sungai : ± 18,87 km Lebar Sungai : ± 31 m Luas Penampang : ± 24,2 m2 Kemiringan : ± 45o Kedalaman : ± 0,80 m Kecepatan aliran : ± 0,4 m/dt Debit : ± 8,64 m3/dt Daerah yang dilalui oleh DAS Sekongkang adalah : Desa Sekongkang Atas, Kecamatan Sekongkang, Kab. Sumbawa Barat Desa Belo, Kecamatan Jereweh, Kab. Sumbawa Barat 2.3.3. DAS Sejorong Data morfologi DAS Sejorong adalah sebagai berikut: Nama sungai : Sejorong Lokasi : Desa Tongo, Kecamatan Sejorong Kab. Sumbawa Barat Panjang Sungai : ± 66,25 km Lebar Sungai : ± 62 m Luas Penampang : ± 31 m2 Kemiringan : ± 45o Kedalaman : ± 0,50 m Kecepatan aliran : ± 1,2 m/dt Debit : ± 21 m3/dt Daerah yang dilalui oleh DAS Sejorong adalah : Desa Sekongkang Bawah, KecamatanSekongkang Kab.Sumbawa Barat Desa Sekongkang Atas, Kecamatan Sekongkang Kab.Sumbawa Barat Desa Belo, Kecamatan Jereweh Kab. Sumbawa Barat 2.3.4. `DAS Rea Data morfologi DAS Rea adalah sebagai berikut : Nama sungai : Rea Lokasi : Desa Taliwang, Kecamatan Taliwang Kab. Sumbawa Barat Panjang Sungai : ± 21,55 km Lebar Sungai : ± 60,50 m Luas Penampang : ± 24,20 m2 Kemiringan : ± 45o Kedalaman : ± 0,40 m Kecepatan aliran : ± 0,50 m/dt Debit : ± 10,44 m3/dt Desa yang dilalui oleh DAS Rea adalah : Desa Kuang, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat Desa Merapan, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat Desa Seteluk Tengah, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat Desa Juru Mapin, Kecamatan Alas, Kab. Sumbawa Desa Mura, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat Desa Labuan Lalar, KecamatanTaliwang, Kab. Sumbawa Barat Desa Kali Mantong, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat Desa Sampir, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat Desa Marente, Kecamatan Alas, Kab. Sumbawa Desa Mantar, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat Desa Beru, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat Desa Dalam, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat Desa Bangkat Monte, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat Desa Air Suning, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat Desa Goa, Kecamatan Jereweh, Kab. Sumbawa Barat Desa Menala, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat Desa Tepas, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat Desa Rempe, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat Desa Bugis, Kecamatan Taliwang, Kab. Sumbawa Barat Desa Seteluk Atas, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat Desa Baturotok, Kecamatan Batu Lanteh, Kab. Sumbawa Desa Juranalas, Kecamatan Alas, Kab. Sumbawa Desa Senayan, Kecamatan Seteluk, Kab. Sumbawa Barat 2.4. Potensi Air Tanah Potensi mata air yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat tidak terlalu banyak dan keandalan debitnya juga tidak terlalu besar. Beberapa potensi mata air yang terdapat di sekitar Kabupaten Sumbawa Barat (yang belum dikelola PDAM) antara lain : 2.4.1. Mata Air Tebil Mata air Tebil mempunyai peranan yang sangat penting terutama untuk wilayah yang ada di sekitarnya dan hilir dari mata air tersebut. Muncul di atas gunung, menyebabkan keberadaannya masih sangat alami serta arah alirannya menyebar dan mengumpul dibagian hilirnya. Masyarakat transmigran memanfaatkan mata air ini sebagai air irigasi untuk ladang/kebun, air bersih bagi masyarakat yang melakukan perjalanan menuju lahan yang ada di sekitar mata air. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat sekitar, mata air ini mempunyai aliran yang konstan sepanjang tahun dengan debit aliran pada musim kering sebesar 7,34 liter/detik. (Sumber: Booklet mata air Pulau Sumbawa, Balai Hidrologi, Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, NTB, 2008). 2.4.2. Mata Air Sepang Untuk mencapai lokasi mata air Sepang memerlukan waktu yang cukup lama yaitu kira-kira 3-4 jam. Selain jalan menuju mata air cukup sulit, tempat munculnya mata air ini juga terletak di atas gunung. Walaupun debit alirannya mencapai 15,87 liter/detik tetapi mata air ini belum termanfaatkan secara maksimal karena sangat jauh dari lokasi permukiman masyarakat transmigran dan juga lahan di sekitar mata air dan hilirnya merupakan kawasan hutan. Para transmigran biasanya memanfaatkan mata air ini sebagai sumber air bersih dan mandi pada saat melakukan perjalanan menuju ladangnya. Berdasarkan pengukuran posisi, mata air Sepang berada pada 090 05’ 343” LS dan 1170 02’ 938” BT. Agar keberadaan mata air ini dapat bermanfaat bagi masyarakat beberapa hal yang perlu dilakukan, seperti membuat bangunan pelindung aliran, pengarah dan penyalur aliran. (Sumber: Booklet mata air Pulau Sumbawa, Balai Hidrologi, Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, NTB, 2008). 2.4.3. Mata Air Buin Bontong Muncul di lokasi permukiman masyarakat transmigran. Keberadaan mata air ini sangat bermanfaat bagi masyarakat terutama sumber air bersih sehari-hari. Aliran tetap muncul sepanjang tahun tetapi dengan kuantitas atau debit yang sangat kecil hanya sebesar 0,726 liter/detik. Pada saat ini masyarakat setempat sudah membuatkan bak penampung sederhana yang berfungsi untuk mengurangi rembesan kebagian sampingnya. Lingkungan di sekitar mata air didominasi oleh ladang masyarakat transmigran dengan usaha cocok tanam musiman. (Sumber : Booklet mata air Pulau Sumbawa, Balai Hidrologi, Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, NTB, 2008). 2.4.4. Mata Air Sampar Kondisi mata air Sampar sudah baik dan dibuatkan bangunan pelindung berupa bak penampung lengkap dengan pelimpah bagian sampingnya. Bangunan tersebut diadakan oleh proyek WSLIC yang pemanfaatannya sebagai sumber air bersih permukiman masyarakat transmigran. Sarana penyalur aliran dengan menggunakan pipa dan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Umumnya di wilayah lain lingkungan di sekitar mata air juga telah terjadi perubahan yang sangat ekstrim berupa penggundulan dan pembakaran hutan. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan debit aliran mata air ini sebesar 0,791 liter/detik dan mengalir tetap sepanjang tahun. (Sumber: Booklet mata air Pulau Sumbawa, Balai Hidrologi, Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, NTB, 2008). 2.4.5. Mata Air Seporo Tangkil Berikut adalah data-data mengenai Seporo Tangkil : Jenis dan Nama Sumber Air Baku : Mata air Seporo Tangkil Elevasi : ± 80 mdpl Debit Sadap : 20 ltr/dt (Sumber: Studi Satker Pengembangan Penyediaan Air Minum IKK, Dirjen Cipta Karya, 2008) Photo 2.01. Mata Air Seporo Tangkil Keseimbangan ketersediaan air baku ditentukan dari besarnya kebutuhan air dibandingkan dengan debit sumber air yang ada saat ini. Debit andalan untuk masingmasing DAS ditunjukkan Tabel 2.06. di bawah ini. Tabel 2.06. Debit andalan DAS di SSWS Jereweh dan Rea DAS Luas (km2) Rata-rata Debit Aliran (m3/dt) Jumlah Sumur Air Tanah (unit) Debit Ratarata (lt/dt) Ketersediaan Air (MCM/thn) Jereweh 112,75 1,19 0,00 - 36,77 Sekongkang 42,64 0,43 0,00 - 13,30 Sejorong 67,22 0,69 0,00 - 21,39 Rea 816,64 6,60 0,00 - 202,94 SSWS JEREWEH REA Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005 Adapun kebutuhan air untuk masing-masing DAS ditunjukkan oleh Tabel 2.07. di bawah ini. Tabel 2.07. Proyeksi Kebutuhan Air DAS-DAS Terpilih di SSWS Rea No DAS 1 Total Kebutuhan Air (MCM) Rea 94,684 Kebutuhan Air Perkapita (m3/org) 4.430,209 Total Kebutuhan Air 5 thn mendatang (MCM) 98,728 Proyeksi Kebutuhan Air Perkapita 5 tahun mendatang Total Kebutuhan Air 10 thn mendatang (MCM) Proyeksi Kebutuhan Air Perkapita 10 tahun mendatang 4.619,430 102,945 4.816,733 Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005 Dari data debit dan kebutuhan air pada tabel sebelumnya, diketahui kesetimbangan air (water balance) untuk masing-masing DAS yang ditunjukan oleh Tabel 2.08. - 2.11. dan Gambar 2.02. - 2.05. Tabel 2.08. Neraca Air Tahunan DAS-DAS Terpilih di SSWS Jereweh Total Ketersediaan Kebutuhan Keseimbangan No DAS Air IKA (%) Ket. Air Air(MCM/thn) (MCM/thn) (MCM/thn) 1 Jereweh 36,76742823 15,8694457 20.89798256 43,162 Surplus 2 Sekongkang 13,30484945 16,6640055 -3,359156051 >70 Defisit 3 Sejorong 21,39176085 12,8358656 8,555895285 60,004 Kritis Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005 Tabel 2.09. Proyeksi Neraca Air Tahunan DAS-DAS Terpilih di SSWS Jereweh Total Total Total Kebutuhan Kebutuhan Ketersediaan No. DAS Kebutuhan Air 5 thn Air 10 thn Air (MCM) Air (MCM) mendatang mendatang (MCM) (MCM) 1 Jereweh 36,767 15,869 16,514 17,186 2 Sekongkang 13,305 16,664 17,341 18,046 3 Sejorong 21,392 12,836 13,358 13,901 Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005 Gambar 2.02. Proyeksi Neraca Air DAS Jereweh (MCM) DAS JEREWEH 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0,000 Ketersediaan Kebutuhan 0 50 100 150 (Tahun) Kondisi DAS Jereweh saat ini SURPLUS. Namun dengan asumsi ketersediaan air tetap di DAS serta laju pertumbuhan penduduk dan ternak 0,8 % (BPS, 2004) maka DAS Jereweh masih dalam kategori AMAN, karena diproyeksikan KRITIS setelah 50 tahun kedepan dan akan DEFISIT setelah 105 tahun kedepan. Gambar 2.03. Proyeksi Neraca Air DAS Sekongkang DAS SEKONGKANG 20,000 (MCM) 15,000 Ketersediaan 10,000 Kebutuhan 5,000 0,000 0 5 10 (Tahun) 15 Dari hasil perhitungan neraca air, diketahui bahwa DAS Sekongkang pada tahun ini sudah dalam keadaan defisit. Gambar 2.04. Proyeksi Neraca Air DAS Sejorong DAS SEJORONG 30,000 (MCM) 25,000 20,000 Ketersediaan 15,000 Kebutuhan 10,000 5,000 0,000 0 50 100 150 (Tahun) Kondisi DAS Sejorong pada saat ini adalah KRITIS, dengan asumsi ketersediaan air tetap di DAS serta laju pertumbuhan penduduk dan ternak 0,8 % (BPS, 2004) maka DAS Sejorong diproyeksikan DEFISIT setelah 65 tahun kedepan. No Tabel 2.10. Neraca Air Tahunan DAS Terpilih di SSWS Rea Total Ketersediaan Kebutuhan Keseimbangan DAS Air IKA (%) Air Air(MCM/thn) (MCM/thn) (MCM/thn) Ket. 1 2 3 4 5 6 7 1 Rea 202,9392766 94,683751 108,2555256 46,656 Surplus Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005 Tabel 2.11. Proyeksi Neraca Air Tahunan DAS-DAS Terpilih di SSWS Rea Total Kebutuhan Air 10 thn mendatang (MCM) No DAS Ketersediaan Air (MCM) Total Kebutuhan Air (MCM) Total Kebutuhan Air 5 thn mendatang (MCM) 1 2 3 4 5 6 1 Rea 202,939 94,684 98,728 102,945 Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005 Gambar 2.05. Proyeksi Neraca Air DAS Rea DAS REA 250,000 (MCM) 200,000 150,000 Ketersediaan 100,000 Kebutuhan 50,000 0,000 0 50 100 150 (Tahun) Kondisi DAS Rea saat ini adalah SURPLUS, namun dengan asumsi ketersediaan air tetap di DAS serta laju pertumbuhan penduduk dan ternak 0,84 % (BPS, 2004) maka DAS Rea diproyeksikan kritis setelah 10 tahun kedepan dan akan mengalami DEFISIT setelah 92 tahun kedepan. 2.5. Alternatif Sumber Air Baku Berdasarkan data-data potensi sumber air yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat diprioritaskan alternatif-alternatif sumber air baku di Kabupaten Sumbawa Barat yang ditunjukan oleh Tabel 2.12. di bawah ini. Tabel 2.12. Alternatif-alternatif Sumber Air Baku di Kab. Sumbawa Barat No A Nama Sumber Air Seporo Tangkil Debit AIR TANAH Mata Air 20 l/dt Prioritas Pertama (I) Tebil 7,339 l/dt Ketiga (III) Sepang 15,876 l/dt Kedua (II) Buin Bontong 0,726 l/dt Kelima (V) Sampar Goal 0,791 l/dt Keempat (IV) B AIR PERMUKAAN Sekongkang Jereweh Sungai 8,46 m3/dt 4,41 m3/dt Keempat (IV) Kedua (II) Sejorong 10,44 m3/dt Ketiga (III) Brang Rea 21 m /dt Pertama (IV) 3 Tiu Nisung 1,2 m /dt Kelima (V) Sumber: Analisis RISPAM Kb. Sumbawa Barat Tahun 2010 3 2.6. Sumber Air Baku Terpilih Sumber air baku terpilih ditentukan berdasarkan hasil evaluasi terhadap beberapa sumber air yang potensial untuk dimanfaatkan dengan mengacu pada mekanisme/ prosedur pemilihan sumber air baku sebagai berikut : Prioritas pemilihan sumber air baku Kualitas air baku Debit yang tersedia Keandalan sumber air untuk masa akan datang Elevasi muka air terhadap daerah pelayanan Ketersediaan dana Dari hasil analisis, maka ditentukan beberapa sumber air baku terpilih dengan beberapa pertimbangan ditunjukkan oleh Tabel 2.13. di bawah ini. Tabel 2.13. Sumber Air Baku Terpilih Jenis Sumber Air Debit (Q) Lokasi SUNGAI Aliran sungai berarah dari Timur (Kecamatan 21 m /dtBrang Rea) ke Barat dan bermuara di Selat Alas (Teluk Kertasari, Teluk Taliwang) 3 Brang Rea Tiu Nisung 1,2 m3/dt Aliran sungai berasal dari bagian tengah Kecamatan Seteluk, ke arah Barat (Selat Alas) Jereweh 4,41 m3/dt Aliran sungai dari tengah Kecamatan Jereweh ke arah Barat (Selat Alas) Aliran sungai dari Utara Kecamatan Sekongkang ke arah Selatan (Samudra Hindia) Sumber: Analisis RISPAM Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010 Sekokang 8,46 m3/dt Pertimbangan terpilihnya air baku tersebut didasarkan pada beberapa hal, yaitu : 1. Debit sumber air baku. Debit sungai yang ada besar jika dibandingkan dengan debit mata air. Debit ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air minum untuk kecamatan-kecamatan yang berada pada DAS-nya. Ketersediaan debit air sungai yang besar ini menjamin keberlangsungan pelayanan penyediaan air minum untuk keseluruhan wilayah pelayanan di Kabupaten Sumbawa Barat untuk jangka waktu yang relatif panjang. 2. Kualitas air baku. Air baku yang berasal dari sungai mempunyai kualitas menengah, tidak sebaik kualitas air dari mata air. Namun air sungai masih bisa diolah pada unit produksi. Walaupun unit pengolahan air baku ini akan memakan biaya besar, namun ketersediaan debitnya menjadi prioritas utama dalam memilih sumber air baku. 3. Elevasi muka air. Elevasi muka air dari sungai bervariasi, bergantung pada titik pengambilan airnya. Oleh karena itu, titik pengambilan air dapat menyesuaikan dengan kebutuhan. Namun secara umum, sungai berada pada elevasi yang rendah jika dibandingkan dengan mata air. Akan tetapi, nilai lebih dari pemilihan sumber berupa sungai adalah akses dari sungai ke daerah pelayanan cukup mudah dibandingkan dengan jika dari sumber mata air. Hal ini memudahkan juga dalam perawatan instalasi dan pengawasan sumber. 2.7. Administratif, Kependudukan dan Ketenagakerjaan 2.7.1. Administratif Secara administratif wilayah Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari 8 (delapan) kecamatan, yang terdiri dari: Poto Tano 158,88 km2 (8,59%), Seteluk 236,21 km2 (12,77%), Brang Rea 212,07 km2 (11,47%), Brang Ene 140,90 km2 (7,62%), Kecamatan Taliwang 375,93 km2 (20,33%), Jereweh 260,19 km2 (14,07%), Kecamatan Maluk 92,42 km2, dan Sekongkang 372,42 km2 (20,14%) (5,00%). Secara lebih rinci dan ditail dapat dilihap pada Tabel 2.14 berikut di bawah ini : Tabel 2.14. Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jarak Dengan Ibukota Kabupaten No 1 2 3 4 5 6 7 8 Kecamatan Luas Wilayah Poto Tano Seteluk Brang Rea Taliwang Brang Ene Jereweh Maluk Sekongkang (km2) 158,88 236,31 212,07 375,93 140,90 260,19 92,42 372,42 (%) 8,59 12,77 11,47 20,33 7,62 14,07 5,00 20,14 Jumlah 1.849,02 1.849,02 Jumlah Desa/Kel 8 10 9 15 6 4 5 7 Jarak Dengan Ibukota Kabupaten (km2) 25 15 11 0 5 15 30 41 64 Sumber : Sumbawa Barat Dalam Angka 2008/2009 Ketinggian untuk kota-kota kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat berkisar antara 10 sampai 650 mdpl. Topografi yang semakin datar sebagian besar digunakan untuk kegiatan pertanian dan lokasi permukiman, sedang topografi yang semakin curam hingga sangat curam merupakan kawasan hutan yang berfungsi untuk melindungi kawasan sekitarnya yang lebih rendah (Sumbawa Barat Dalam Angka 2008/2009) 2.7.2. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa Barat berjumlah 114.754 jiwa yang terdiri dari 58.170 laki-laki dan 56.584 perempuan. Dengan melihat luas wilayah Kabupaten Sumbawa Barat sekitar 1.849,02 km2 maka ratarata kepadatan penduduk KSB adalah sebanyak 62 orang per-km2 dengan rincian sebagaimana terlihat dalam tabel 2.15 sebagai berikut: Tabel 2.15. Jumlah Penduduk KSB Per-Kecamatan dan Jenis Kelamin Penduduk (jiwa) No Kecamatan Jumlah Lakilaki % Sex Rasio Luas (Km2) Peremp. Kepadatan (Jiwa/Km2) 1. Poto Tano 4.695 4.563 9.258 8,1 102,89 158,88 58,27 2. Seteluk 7.777 7.623 15.400 13,4 102,02 236,21 65,20 3. Brang Rea 6.447 6.084 12.531 10,9 105,97 212,07 59,05 4. Brang Ene 2.578 2.502 5.080 4,5 103,04 140,9 36,05 5. Taliwang 22.095 21.937 44.032 38,4 100,72 375,93 117,13 6. Maluk 6.196 5.679 11.875 10,3 109,10 260,19 32,25 7. Jereweh 4.210 4.181 8.391 7,3 100,69 92,42 128,49 8. Sekongkang 4.172 4.015 8.187 7,1 103,01 372,42 21,98 58.170 56.584 114.754 100 102,80 1.849,02 62,06 Jumlah Sumber: BPS Sumbawa Barat (Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010) Gambar 2.06. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Kab. Sumbawa Barat Tahun 2006 - 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 - 2015 120000 Jumlah (Jiwa) 100000 80000 60000 40000 20000 0 2006 2007 2008 Laki-laki 2009 2010 2011 Perempuan 2012 2013 2014 2015 Jumlah Penduduk Gambar 2.07. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk dan Rumahtangga KSB Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015 31000 30000 110000 29000 105000 28000 100000 27000 26000 95000 25000 90000 24000 85000 Jumlah Rumahtangga (unit) Jumlah Penduduk (Jiwa) 115000 23000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah Penduduk Rumahtangga Tingkat kepadatan penduduk KSB yang tersaji pada Tabel 2.21. tergolong “sangat jarang”, namun penyebaran penduduk antar kecamatan dan desa “relatif tidak merata”, dimana desa-desa di Kecamatan Seteluk, Taliwang dan Maluk lebih padat dari desa-desa di Kecamatan Poto Tano, Brang Rea, Brang Ene, Jereweh dan Sekongkang. Sementara itu, rata-rata jumlah anggota rumahtangga penduduk pada tahun 2009 sebanyak 3,82 jiwa. Tabel 2.16. Perkembangan Jumlah Penduduk menurut Struktur Umur di KSB Tahun 2006 – 2009 dan Prediksnya Tahun 2010 - 2015 Tahun 0 - 14 Tahun (jiwa) 15 – 64 Tahun (jiwa) 65+ Tahun (jiwa) 2006 31.480 61.238 3.119 95.837 2007 30.911 62.930 3.172 97.013 2008 30.506 65.713 2.837 99.056 2009 31.247 63.363 6.479 101.089 2010 32.803 64.977 5.685 103.465 2011 32.284 66.018 6.790 105.092 2012 32.582 66.809 7.634 107.025 2013 32.881 67.600 8.478 108.959 2014 33.179 68.391 9.322 110.892 2015 33.477 69.182 10.166 112.825 Total (jiwa) Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat, 2006 – 2010. Jumlah (jiwa) Gambar 2.08. Grafik Perkembangan Penduduk menurut Struktur Umur di KSB Tahun 2006 – 2010 dan Prediksnya Tahun 2011 – 2015 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 0 - 14 15 - 64 65+ Data pada Tabel 2.24. dan Gambar 2.25. menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang tergolong sebagai tenaga kerja (usia 15 tahun ke atas), misalnya pada tahun 2009 sebanyak 68.842 jiwa, sedang jumlah penduduk yang bukan tenaga kerja sebanyak 31.247 orang, sehingga angka ketergantungan (dependency ratio) sebesar 0,45, artinya setiap 100 orang yang bekerja menanggung hidup 45 orang yang tidak bekerja. Sedangkan ringkat perkembangan jumlah tenaga kerja di Kabupaten Sumbawa Barat dari Tahun 2006 – 2007 terlihat pada Tabel 2.17 berikut ini: Tabel 2.17. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di KSB Tahun 2006 – 2009 No. 1. a. b. c. 2. a. b. c. Kompenen Angkatan Kerja: Bekerja Pernah Bekerja Tdk pernah bekerja Bukan Angkatan Kerja: Sekolah Mengurus RT Lainnya Total Tenaga Kerja Perubahan (%/tahun) 2007 2008 2009 44.501 42.361 810 13.130 24.138 6.283 15.425 2.430 40.943 38.628 1.209 1.106 27.548 5.406 13.531 8.611 40.943 38.628 1.209 1.106 27.548 5.406 13.531 8.611 - 4,00 - 4,41 24,63 - 45,79 7,06 6,98 - 6,14 -127,18 68.639 68.491 68.491 0,22 Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010. Data pada Tabel 2.26. menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja dari waktu ke waktu menurun dengan rata-rata penurunan 4,00 % per tahun, sebaliknya jumlah buka angkatan kerja meningkat dengan rata-rata peningkatan 7,06 per tahun. Dari sejumlah angkatan kerja pada tahun 2009, masih terdapat pencari kerja yang belum ditempatkan atau belum memperoleh pekerjaan sebanyak 738 orang. Tabel 2.18. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Uang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di KSB Tahun 2006 – 2009 No. Lapangan Usaha 1 2 3 Pertanian Dalam Arti Luas Industri Pengolahan Rumah Makan dan Perhotelan Jasa-jasa Kemasyarakatan Lainnya 17.543 1.822 8.005 15.253 4027 6473 15.253 4.027 6.473 5.994 8.997 7065 5810 7.065 5.810 Total AK yang Bekerja 42.361 38.628 38.628 4 5 2007 2008 2009 Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010. Data pada Tabel 2.18. menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja yang bekerja masih menggantungkan hidupnya pada lapangan usaha pertanian dalam arti luas (misalnya pada tahun 2009 sebanyak 39,49 %), sedangkan jumlah angkatan kerja pada lapangan-lapangan usaha lainnya relatif sedikit. Tabel 2.19. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Formal di KSB Tahun 2006 – 2009 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pendidikan Formal Tidak/belum sekolah Tidak/belum tamat SD SD SMP SMA Diploma I/II/III Sarjana Ke Atas Total AK 2007 2222 5238 18050 6404 10467 2120 44501 2008 1184 6079 14889 6149 9801 2841 40.943 2009 1184 6079 14889 6149 9801 2841 40.943 Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010. Data pada Tabel 2.19. menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, yaitu tidak sekolah sampai dengan tamat sekolah dasar sebanyak 54,10 %, sedangkan angkatan kerja yang berpendidikan relative baik, yaitu tamat sekolah menengah pertama ke atas sebanyak 45,90 %. 2.8. Pendidikan Kualitas pendidikan dan/atau keterampilan sumberdaya manusia KSB dari waktu ke waktu terus meningkat, yang ditandai oleh meningkatnya Indeks Pendidikan (sebagai varibel IPM) dari 73,60 point pada tahun 2005 menjadi 77,60 point pada tahun 2009. Pada bidang pendidikan, beberapa target pembangunan yang telah dicapai antara lain meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) pada berbagai jenjang pendidikan selama periode waktu 2005 – 2009. Adapun APK jenjang TK/RA di KSB pada tahun 2005 sebesar 31,62%, meningkat menjadi 66,44% pada tahun 2009, APK jenjang SD/MI pada tahun 2009 sebesar 112,20% dari semula 113,55% di tahun 2005, APK untuk jenjang SLTP/MTS pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 129,40% dari semula 86,80% pada tahun 2005, dan apk jenjang sma/ma tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 76,41% dari semula sebesar 67,57% pada tahun 2005. Sementara itu, untuk Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang TK/RA sebesar 25,29% pada tahun 2005 meningkat menjadi 62,84% pada tahun 2009, APM jenjang SD/MI tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 100,00% dari semula 98,53% pada tahun 2005, APM jenjang SLTP/MTS pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 99,82% dari semula 78,38% pada tahun 2005, dan APM jenjang SLTA/MA pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 75,65% dari semula sebesar 47,85% pada tahun 2005. Peningkatan APK dan APM pada berbagai jenjang pendidikan tentunya berkaitan erat dengan upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah selama ini untuk mendirikan maupun menambah sekolah, baik TK/RA, SD/MI, SLTP/MTS MAUPUN SLTA/MA DAN SMK. Perbandingan jumlah sekolah tahun 2005 dengan tahun 2009 dapat dijelaskan sebagai berikut: jumlah TK/RA tahun 2005 sebanyak 39 sekolah meningkat menjadi 79 sekolah pada tahun 2009, SD/MI meningkat menjadi 98 sekolah dari sebelumnya sebanyak 86 sekolah, SMP/MTS sebanyak 41 sekolah dari sebelumnya sebanyak 24 sekolah, SMA/MA sebanyak 13 sekolah dari sebelumnya sebanyak 7 sekolah, serta smk sebanyak 8 sekolah dari sebelumnya sebanyak 2 sekolah. Data tahun 2005 memperlihatkan nilai APM untuk jenjang pendidikan TK/RA mencapai 33,53%, jenjang pendidikan SD/MI/SDLB 98,53%, jenjang pendidikan SMP/MTs mencapai 78,38%, dan APM untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/MA sebesar 47,85%. Nilai APM ini menggambarkan bahwa hanya untuk jenjang pendidikan SD/MI/SDLB saja yang mendekati nilai ideal, hanya tinggal 2,5% penduduk belum mendapatkan layanan untuk jenjang pendidikan ini. Selain indikator pendidikan di atas, indikator lainnya adalah KSB dinyatakan sebagai salah satu kabupaten dengan predikat bebas buta aksara. Tidak kalah pentingnya adalah turut pula ditingkatkan pengelolaan kegiatan belajar paket “A”, paket “B”, dan “C” serta pelatihan keterampilan melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Indikator sektor pendidikan di KSB disajikan pada Table 2.29 tentang Indikator Pendidikan Kabupaten Sumbawa Barat 2005 – 2009 sebagaimana disajikan di bawah ini : Tabel 20. Indikator Sektor Pendidikan KSB Tahun 2005 - 2009 Realisasi (Tahun) Indikator Program 1. Jumlah sekolah - TK / RA - SD / MI - SMP / MTS - SMA / MA - SMK 2. Jumlah Guru - TK / RA - SD / MI - SMP / MTS - SMA / MA - SMK 3. APK : - TK / RA - SD / MI - SMP / MTS - SMA / MA / SMK 4. APM : - TK / RA - SD / MI - SMP / MTS - SMA / MA / SMK 5. Jumlah Siswa : - TK / RA - SD / MI - SMP / MTS - SMA / MA - SMK Satuan Sekolah Sekolah Sekolah Sekolah Sekolah Orang Orang Orang Orang Orang Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa 2005 2006 2007 2008 2009 39 86 24 7 2 47 87 25 10 2 54 87 31 10 3 67 92 40 12 6 79 98 41 13 8 134 654 468 184 65 161 764 505 205 95 275 808 584 220 112 284 838 624 294 156 313 966 748 355 199 31.62 34.67 41.29 46.16 66.44 113.55 114.02 115.19 112.28 112.20 86.80 90.97 96.98 104.95 129.40 67.57 70.59 78.93 80.58 76.41 25.29 98.53 78.38 47.85 33.53 35.75 39.05 62.84 98.90 100.00 100.00 100.00 82.50 87.92 78.68 99.82 61.67 72.84 74.85 75.65 2.362 2.782 3.815 4.160 4.631 11.874 12.567 12.811 13.617 14.045 3.678 4.841 5.139 5.553 5.795 1.958 2.860 2.947 3.265 2.778 345 425 661 1.362 1.472 Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga KSB Sampai dengan tahun 2008 jumlah guru untuk semua jenjang pendidikan telah mencapai 2.196 orang yang terdiri dari 284 orang guru untuk jenjang pendidikan TK/RA, 838 orang guru untuk jenjang SD/MI, guru SMP/MTs mencapai 624 orang, dan jumlah guru untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/MA mencapai 450 orang, serta sebanyak 152 orang guru pada tahun 2008 telah lulus sertifikasi. Kualitas guru juga ditunjang dari kualitas pendidikan yang ditamatkannya, dimana pada tahun 2008 jumlah guru yang lulus dari pendidikan uruan dari tingkat SLTA hingga S1 mencapai 1.912 orang atu telah mencapai 87% dari total seluruh guru pada semua jenjang pendidikan. Untuk meningkatkan kompetensi tenaga pendidik, telah dilakukan diklat dan pelatihan yang selanjutnya dilakukan sertifikasi kualitas tenaga pendidik. Tahun 2006 telah dilakukan sertifikasi sebanyak 18 orang guru, tahun 2007 menjadi 120 orang dan tahun 2008 menjadi 154 orang guru. Kondisi tahun 2006 perkembangan jumlah mahasiswa Kabupaten Sumbawa Barat mencapai 1.135 orang, pada tahun 2007 jumlah mahasiswa telah mencapai 2.656 orang, atau meningkat sebesar 134% per tahun. Selanjutnya pada tahun 2008 juga telah terdata Perguruan Tinggi yang berjumlah 7 Perguruan Tinggi dengan total mahasiswa mencapai 4.274 orang, yang terdiri dari: Universitas Cordova 1.230 orang mahasiswa, UNSA 456 orang mahasiswa, STIE Muhammadiyah 150 orang, STIH Muhammadiyah 212 orang mahasiswa, STKIP Muhammadiyah 1.164 orang mahasiswa, NW Tamempang 775 orang mahasiswa, dan Universitas Terbuka Mataram 649 orang mahasiswa. Sampai bulan Juni tahun 2009, telah terdata sebanyak 5.848 orang mahasiswa atau telah meningkat sebesar 36,83% dari tahun 2008. Meningkatnya jumlah Perguruan TInggi dan jumlah mahasiswa, memberikan dampak pengganda (multiplayer effect) kepada perkembangan ekonomi dengan tumbuhnya usaha‐ usaha yang mendukung aktivitas perkuliahan, seperti usaha poto copy, rental komputer, kos‐ kosan, warnet, dan lain sebagainya. Semua capaian di bidang pendidikan tidak terlepas dari komitmen kuat Pemerintah Daerah untuk memberikan pelayanan yang murah dan berkualitas. Beberapa kebijakan telah dikeluarkan untuk mendukung komitmen ini, antara lain Kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun dan Subsidi Pendidikan dari Tingkat TK/RA hingga Pendidikan Tinggi. Pemerintah KSB juga menyadari bahwa biaya pendidikan yang tinggi adalah salah satu kendala terbesar warga miskin untuk menikmati pendidikan. Oleh sebab itu, sejak tahun 2006 Pemerintah KSB menetapkan Program Wajib Belajar 12 Tahun yang diikuti dengan pemberlakuan kebijakan Pendidikan Gratis. Program pendidikan gratis pada awalnya diberlakukan mulai tingkat TK sampai SMA pada tahun 2006, namun sejalan dengan berbagai masukan dari masyarakat dan berbagai pihak, akhirnya kebijakan pendidikan gratis atau subsidi pendidikan ini diberlakukan hingga Sarjana. Upaya ini juga dilanjutkan dengan memberikan beasiswa Pascasarjana (Magistes dan Doktor) bagi warga KSB yang kuliah di dalam daerah maupun di luar daerah KSB. Upaya mencerdaskan masyarakat juga dilakukan melalui peningkatan literasi di tingkat-tingkat RT melalui kegiatan gerak pendidikan berbasis RT. kegiatan ini telah banyak melahirkan kegiatan-kegiatan pendidikan di tingkat RT seperti pengembangan PAUD di tingkat RT, pengentasan buta aksara khususnya aksara latin dan arab dilaksanakan bersama LSM dan lembaga pendidikan di tingkat RT (PKBM/TBM). Hasil yang dicapai dari adanya partisipasi berbagai pihak dalam bidang pendidikan dapat kita lihat dari meratanya kesempatan memperoleh pendidikan, meningkatnya sarana dan prasarana pendidikan, menurunnya persentase warga yang buta pengetahuan dasar, serta berkembangnya minat baca di kalangan masyarakat. Pada awalnya program pendidikan gratis lebih ditujukan untuk memberikan kesempatan dan pemerataan memperoleh pendidikan dan hasilnya dalam kurun empat tahun terakhir sudah berhasil meningkatkan APK dan APM di semua jenjang pendidikan. Sedangkan itu, mulai tahun 2010, sasaran pendidikan diprioritaskan untuk peningkatan kualitas pendidikan, sehingga ke depan diharapkan tingkat kelulusan para siswa lebih tinggi dan lebih berkualitas dari tahun-tahun sebelumnya. Disinilah dibutuhkan partisipasi semua Stakeholders pendidikan, misalnya melalui peran aktif Komite Sekolah untuk memberikan dukungan kepada sekolah dalam penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih baik. 2.9. Kesehatan Kualitas kesehatan sumberdaya manusia di Kabupaten Sumbawa Barat dari waktu ke waktu terus meningkat, ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup (UHH), menurunnya angka kematian bayi (AKB), serta menurunnya prefalensi gizi kurang dan gizi buruk. Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk KSB pada tahun 2009 meningkat menjadi 61,29 tahun dari semula 59,10 tahun pada tahun 2005. Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2009 menurun menjadi 16 kasus/1.000 angka kelahiran hidup dari semula 41 kasus/1.000 angka kelahiran hidup pada tahun 2005. Realisasi perkembangan dari beberapa indikator kesehatan disajikan pada Table 2.21. berikut ini : Tabel 2.21. Indikator Keberhasilan Program Kesehatan di KSB Tahun 2005 – 2009 Indikator Program Satuan Kasus Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 16 17 30 39 - - - - a. Angka Kematian Bayi (AKB) Perseribu Kelahiran b. Jumlah Kasus Kematian Bayi yang dilaporkan setiap bulan dari dusun/ desa orang/1000 kehidupan c. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) per seribu persalinan orang/ 100.000 kehidupan 3 2 0 2 4 % - 50.27 53.2 55.19 54.77 % 85.2 46.49 42.14 50.57 57.76 f. Prevalensi Gizi Baik % 77.31 78.06 82.0 g. Kasus gizi buruk balita % 1.12 1.65 1.60 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2005 - 2009 70.30 5.16 d. Umur harapan ibu e. Jumlah Balita yang ditimbang diantara seluruh populasi Balita (D/S) kasus 41 39 Angka Kematian Bayi (Infant Mortolity Rate/IMR), Angka Kematian lbu melahirkan (Infant Maternal Mortality Rate/IMMR), dan umur harapan hidup saat lahir (Life Expectancy at Birth) adalah indikator program utama yang digunakan untuk menilai derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah indikator yang paling peka karena bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terhadap berbagai macam penyakit. Uraian ringkas atas pencapaian ketiga indikator utama tersebut adalah sebagai berikut: a. Angka kematian bayi di KSB menunjukkan pencapaian yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah kematian bayi, dimana pada tahun 2005 sebesar 41 per 1.000 kelahiran hidup turun menjadi 16 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2009. Disamping itu angka tersebut masih cukup rendah dibandingkan dengan target nasional yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup dan target Provinsi NTB yaitu 74 per 1000 kelahiran hidup. b. Angka kematian ibu melahirkan di KSB juga masih menunjukkan cakupan yang cukup berarti. Hal ini ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah kematian ibu melahirkan, dimana pada tahun 2005 sebesar 109 per 100.000 persalinan turun menjadi 67,5 per 100.000 persalinan pada tahun 2009. Disamping itu angka tersebut juga masih cukup rendah dibandingkan target nasional yaitu 307 per 100.000 persalinan. c. Umur Harapan Hidup (UHH). Dari estimasi hasil penelitian yang dilakukan BPS terjadi peningkatan umur harapan hidup dari 55,9 tahun pada tahun 2005 menjadi 58,6 tahun pada tahun 2009. Angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan Umur Harapan Hidup Nasional 70,6 tahun. d. Jumlah bayi-balita yang menunjukkan kenaikan berat badannya (N/D), angka N/D merupakan angka keberhasilan program, dimana pada tahun 2005 mencapai 57,8% sedangkan pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 57,76%. e. Status gizi masyarakat di KSB rata-rata masih cukup baik, dimana tidak ada satupun kecamatan yang mengalami rawan gizi pada kelompok balita (anak di bawah lima tahun), namun jika dibandingkan dengan angka status gizi rata-rata nasional sesuai target Indonesia Sehat 2010 sebesar 15%, prevatensi gizi buruk rata-rata di KSB masih lebih baik (2,91% pada tahun 2009). Beberapa program unggulan dalam bidang kesehatan yang telah diupayakan oleh Pemerintah KSB sejak tahun 2005 dan telah mendapatkan pengakuan resmi dengan diterimanya berbagai penghargaan, baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi NTB. Upaya tersebut antara lain: pelayanan pengobatan gratis bagi seluruh masyarakat KSB yang telah dilaksanakan mulai tahun 2006, pelayanan operasi katarak yang dilaksanakan 2 (dua) kali dalam setahun, pelayanan spesialistik yang kunjungannya tercatat sebanyak 20 kali kunjungan terdiri dari dokter spesialis bedah, dokter spesialis jiwa, spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis penyakit dalam, spesialis mata. Sementara itu, untuk melayani masyarakat di beberapa wilayah yang belum mendapat akses penuh pada pelayanan kesehatan juga telah memaksimalkan ekspedisi Brigade Mobil Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Brimob Yankesmas) yang didukung oleh tenaga dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, Pemerintah KSB juga terus mengupayakan pelayanan kesehatan penanganan keluarga rawan dengan menyiapkan bantuan rujukan bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan ke luar KSB. Bentuk pelayanan kesehatan lainnya yaitu: pos obat desa, program pencegahan dan penanggulangan penyakit malaria, juru pemantau kesehatan masyarakat (JUMANTARA) sampai ke tingkat RT, serta penyebaran informasi kesehatan melalui media Buletin “KSB Sehat 2010”. Upaya‐ upaya di bidang kesehatan yang telah dilakukan tersebut akan terus ditingkatkan dan disempurnakan, sehingga masyarakat KSB dapat menikmati pelayanan pemerintah dengan maksimal. Pelayanan di bidang kesehatan ini telah menunjukkan hasil baik, diantaranya meningkatnya kunjungan masyarakat ke puskesmas dan jaringannya pada tahun 2006 yang mengidikasikan tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, sementara pada tahun 2007 ‐ 2008 kunjungan masyarakat terus menurun sampai 39% dari kunjungan tahun sebelumnya sedangkan tahun 2009 persentase kunjungan menurun. Hal ini mengindikasikan menurunnya jumlah kasus pada beberapa penyakit yang biasa terjadi di masayarakat seperti: malaria, demam berdarah, dan diare. Semoga ke depan pemerintah KSB dapat menekan angka kasus penyakit di masyarakat agar masyarakat KSB lebih sehat dan produktif. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan baik di tingkat pelayanan dasar maupun rujukan diperlukan sumberdaya manusia bidang kesehatan yang cukup, baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Kualitas sumberdaya manusia di bidang kesehatan terus ditingkatkan. Pada tahun 2006 jumlah sumberdaya manusia di bidang pendidikan mencapai 148 orang yang terdiri dari: 13 orang dokter, 90 orang perawat, 41 orang bidan, dan 4 orang tenaga kesehatan masyarakat. Pada tahun 2009 jumlah tenaga kesehatan telah mencapai 257 orang yang terdiri dari: 24 orang dokter, 137 orang perawat, 78 orang bidan, dan sebanyak 18 orang tenaga kesehatan masyarakat. Rincian jumlah tenaga kesehatan di KSB selama tahun 2005 - 2009 disajikan pada Tabel 2.31 dan keadaan kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat dari tahun 2005 – 2010 pada Tabel 2.22. sebagaimana tergambar berikut di bawah ini. Tabel 2.22. Indikator Tenaga Kesehatan di KSB Tahun 2005 – 2009 Indikator Program Satuan 2005 2006 2007 2008 2009 1. Jumlah Dokter orang Spesialis 2. Jumlah Dokter orang 8 10 13 17 Umum 3. Jumlah Dokter Gigi orang 3 3 9 10 4. Jumlah Apoteker orang 3 5 5 5 5. Jumlah SKM orang 2 2 9 11 6. Jumlah Bidan D-3 orang 6 8 14 18 7. Jumlah Perawat D-3 orang 15 23 35 37 Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa Barat, Tahun 2005-2009 15 8 6 12 27 82 Tabel 2.23. Keadaan Kesehatan di KSB Tahun 2005 – 2010 NO REALISASI / TAHUN KOMPONEN / JENIS SATUAN Pelayanan / Pengobatan Gratis Bantuan Pembiayaan Rujukan Keluarga Rawan Oleh Pemkab Pelayanan Komprehensif untuk daerah Terpencil (Brimob Yankesmas) Pelayanan Gratis Operasi Katarak Pelayanan Gratis Kunjungan Dokter Spesialis Penambahan Tenaga Kesehatan Kunjungan NA Org 2005 1 2 3 4 5 6 7 2006 35.64 4 2007 2008 2009 2010 NA NA 129.200 34.152 NA NA NA NA 194 312 Kunjungan NA NA NA NA NA 33 Org NA 31 NA NA 40 NA Kunjungan NA NA NA NA 16 NA a. Tenaga Kesehatan Org NA 148 NA NA NA 323 b. Dokter Org NA 8 NA NA NA 19 c. Perawat dan Bidan Sarana dan Prasarana Kesehatan Org NA 119 NA NA NA 209 a. Puskesmas Unit NA 6 NA 8 NA 9 b. Poskesdes Unit NA 17 24 22 NA 56 c. Pustu Unit NA 17 NA NA NA 29 d. Posyandu Unit NA 131 NA 153 NA 178 Sumber Dinas Kesehatan KSB, tahun 2005 – 2009. 2.10. Sosial Budaya Sosial budaya adalah tata nilai atau aturan main (role of the game) yang berfungsi mengatur hubungan antar manusia atau masyarakat sebagai mahluk sosial. Sementara itu, sumberdaya manusia adalah sumber kekuatan yang dimiliki manusia untuk menghasilkan barang dan jasa, baik dari aspek kuantitas (jumlah fisik manusia) maupun aspek kualitas (pendidikan, keterampilan atau pengalaman). Berdasarkan agama, hampir semua penduduk KSB tahun 2009 beragama Islam (97.599 jiwa atau 98,53 % dari total penduduk sebanyak 99.056 jiwa), sedangkan sisanya (1.457 jiwa atau 1,47 %) beragama Hindu, Khatolik dan Protestan. Adanya perbedaan agama tersebut tidak menimbulkan konflik antar masyarakat dalam menjalankan aktivitas pembangunan dan kehidupannya di KSB. Khusus untuk penduduk beragama Islam, upaya peningkatan kualitas IMTAQ dilakukan melalui berbagai lembaga keagamaan yang tersebar di seluaruh wilayah KSB seperti: lembaga/kepengurusan Masjid Kabupaten 1 lembaga, Masjid Kecamatan 8 lembaga, Masjid Desa/Kelurahan 63 lembaga, Nahdhatul Wathan 2 lembaga, Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah masing-masing 1, serta Pondok Pesantren 8 lembaga (BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010). Data dari Bagian Hukun dan Organisasi Setda KSB (2010), melaporakan bahwa produk hukum dan/atau politik yang telah disusun pada tahun 2006 – 2010 berupa: Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Bupati, serta Keputusan Bupati dan peraturan lainnya di Propinsi NTB, disajikan pada Tabel 2.24. berikut ini. Tabel 2.24. Produk Hukum dan/atau Politik di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2005 – 2010 No. 1 2 3 Jenis Produk Hukum Peraturan Daerah Peraturan Bupati Keputusan Bupati Total Tahun Satuan Total 2005 2006 Buah 16 29 Buah 9 Buah 2007 2008 2009 2010 34 27 9 1 115 35 21 15 38 16 134 704 701 877 735 1.008 663 4.688 729 765 932 777 1.055 680 4.937 Sumber: Sekretariat Daerah KSB, Tahun 2005 – 2010 Sepanjang periode tahun 2006 – 2010, di KSB telah berlangsung peristiwa politik diantaranya: Pemilihan Umum anggota DPRD tahun 2009, dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung tahun 2010. Data dari KPUD KSB (2010) melaporkan bahwa jumlah partai politik yang berhasil mengantarkan calonnya menjadi anggota DPRD KSB periode 2009 – 2014 sebanyak 13 partai dari 38 partai politik peserta dengan total jumlah anggota DPRD 25 orang. Jumlah pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang ikut bersaing dalam Pilkada langsung tahun 2010 sebanyak 2 pasang. Kedua peristiwa politik tersebut telah berlangsung dengan aman dan sukses karena adanya kerjasama berbagai pihak dan partisipasi sebagian besar masyarakat. 2.11. Kesejahteraan Sosial Sosial budaya, terutama dalam bentuk lembaga sosial kemasyarakatan yang terdapat di KSB tahun 2010 antara lain: Karang Taruna 33 organisasi, Pramuka 30 organisasi, RKB PKK 60 organisasi, dan lainnya 6 organisasi (BPS KSB dan Bappeda KSB, 2010). Tingkat kesejahteraan sosial penduduk KSB dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan semakin membaiknya pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan. Perkembangan tingkat kesejahteraan sosial rumahtangga penduduk dan jumlah penduduk miskin di KSB tahun 2006 – 2009 disajikan pada Tabel 2.25. di bawah ini. Tabel 2.25. Sebaran Perkembangan Kesejahteraan Sosial Rumahtangga Penduduk KSB Tahun 2006 – 2009 Tingkat Kesejahteran Sosial No. 2008 (rt) 2009 (rt) Perubahan (%/thn) 1 Keluarga Pra Sejahtera 6.672 5.646 - 15,38 2 Keluarga Sejahtera I 6.343 6.366 0,36 3 Keluarga Sejahtera II 5.985 7.231 20,82 4 Keluarga Sejahtera III 8.447 9.645 14,18 5 Keluarga Sejahtera III Plus 25 56 124,00 27.502 29.025 5,54 Total Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2008-2010; BPM PEMDES KSB, 2010. Keterangan: Keluarga Pra Sejahtera = Rumah Tangga Miskin, lainnya = Tidak Miskin. Data pada Tabel 2.34. menunjukkan bahwa sebagian besar rumahtangga penduduk KSB tahun 2009 (80,54%) sudah tergolong dalam keluarga sejahtera, hanya 19,45% rumahtangga penduduk yang masih tergolong keluarga miskin. Jumlah rumahtangga miskin (keluarga pra sejahtera) pada tahun 2009 menurun sebesar 15,38% dari tahun 2008, sebaliknya jumlah rumahtangga tidak miskin (keluarga sejahtera) pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 12,24% dari tahun 2008. Kelompok rumahtangga miskin (pra sejahtera) perlu mendapat perhatian dan pembinaan, terutama peningkatan keterampilan dan modal usaha, sehingga mampu melakukan kegiatan ekonomi yang lebih produktif dan menguntungkan. 2.12. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit yang dikembangkan UNDP untuk mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan manusia dari berbagai bidang, meliputi: kesehatan (angka harapan hidup), pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan pendapatan (paritas daya beli). Perkembangan IPM KSB tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.26. berikut ini. Tabel 2.26. Perkembangan IPM KSB Tahun 2005-2009 N. Komponen IPM 2005 2006 2007 2008 2009 1 Angka Harapan Hidup (Tahun) 59,10 59,33 60,76 60,94 61,29 2 Indeks Pendidikan 74,40 75,73 75,96 76,19 76,62 3 Indek Pendapatan (Paritas Daya Beli) 58,93 59,72 60,99 62,29 63,61 63,40 65,01 65,52 65,64 66,12 IPM KSB IPM Provinsi NTB 62,40 63,00 63,94 64,12 Sumber: Badan Pusat Stasistik Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2009. - IPM KSB mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005, capaian IPM KSB menempati peringkat ke-5 di Provinsi NTB dengan nilai indeks sebesar 63,39; pada tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 65,01 dan berada pada peringkat ke-4; pada tahun 2007 sebesar 65,52 dan berada pada peringkat ke-3; pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi 65,64; sedangkan pada tahun 2009 IPM KSB mencapai angka 66,12. Nilai IPM pada tahun 2009 telah menempatkan KSB berada pada urutan pertama dari seluruh kabupaten yang ada di Provinsi NTB (selain Kota Mataram dan Kota Bima). Peningkatan IPM KSB selama periode 2005-2009 mencerminkan adanya kemajuan yang berarti dalam peningkatan kualitas manusia. IPM KSB lebih tinggi dibandingkan dengan IPM Provinsi NTB. 2.13. Perekonomian Struktur ekonomi KSB, yang tercermin dari nilai PDRB, baik atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK) dalam lima tahun terakhir (2006 – 2010) masih didominasi oleh kontribusi sektor primer (yaitu pertanian dan pertambangan), sedang kontribusi sektor sekunder dan tersier (sektor ekonomi lainnya) terhadap PDRB sangat kecil. Perkembangan PDRB KSB ADHB dan ADHK pada Tahun 2006 – 2010 dan prediksinya tahun 2011 – 2015 disajikan pada Tabel 2.27. - 2.30. dan Gambar 2.07. – 2.12. pada halaman berikut di bawah ini : Tabel 2.27. Perkembangan PDRB KSB ADHB Pada Tahun 2005 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015 (Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta) Tahun Industri Listrik 175645 9654426 14370 190993 12163943 15820 216461 10395730 16987 233480 12210630 19076 251706 12879401 20203 272040 13409818 21767 291501 14059481 23259 310962 14709145 24751 330422 15358809 26243 349883 16008473 27735 Sumber: Bappeda NTB dan BPS NTB, 2010. 1915 2258 2605 3075 3331 3731 4096 4460 4825 5190 Bangunan Perdagangan Pengangkutan Keuangan Jasa-jasa 62705 85865 109662 145084 160292 189040 214479 239919 265358 290798 111752 123445 144946 170181 183074 203494 222432 241370 260308 279246 68959 74150 84783 91230 99067 106826 114556 122285 130015 137744 14977 16671 18537 21234 22817 24920 26945 28969 30994 33018 Gambar 2.09. Garfik Perkembangan PDRB KSB ADHB Pada Tahun 2005 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015 (Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta) Nilai PDRB 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pertanian Pertambangan 18000000 16000000 14000000 12000000 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 0 2006 2007 2008 Pertanian Listrik Pengangkutan 2009 2010 2011 2012 Pertambangan Bangunan Keuangan 2013 2014 2015 Pengolahan Perdagangan Jasa-jasa 48079 52221 59492 71937 75976 84194 91745 99296 106847 114398 TOTAL 10152828 12725366 11049203 12965927 13695867 14315830 15048494 15781157 16513821 17246485 Tabel 2.28. Perkembangan PDRB KSB ADHK Tahun 2000 Pada Tahun 2005 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015 (Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta) Tahun Pertanian Pertambangan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 119114,14 118813,65 125209,46 126288,53 129215,43 132031,48 134799,22 137566,97 140334,71 143102,46 3774812,01 3869406,54 3464965,04 3884936,28 3672776,86 3676817,18 3657963,12 3639109,06 3620255,01 3601400,95 Industri 10661,29 11174,23 11596,62 12248,79 12714,30 13233,22 13751,28 14269,33 14787,39 15305,45 Listrik Bangunan 928,70 999,88 1105,74 1240,22 1306,31 1414,84 1514,40 1613,95 1713,51 1813,07 41548,76 53524,81 60664,18 75325,00 82319,22 93678,72 104012,83 114346,94 124681,05 135015,16 Perdagangan Pengangkutan Keuangan 73084,27 76392,20 80688,84 84076,66 88944,46 92458,74 96399,22 100339,71 104280,19 108220,68 37646,15 39355,54 41363,92 43232,64 45341,62 47168,39 49095,19 51022,00 52948,80 54875,60 9800,01 10243,94 10674,48 11414,72 11842,87 12372,15 12897,80 13423,45 13949,10 14474,75 Sumber: Bappeda NTB dan BPS NTB, 2010. Gambar 2.10. Grafik Perkembangan PDRB KSB ADHK Tahun 2000 Pada Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015 (Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta) 4500000 4000000 Nilai PDRB 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 2006 2007 2008 Pertanian Listrik Pengangkutan 2009 2010 2011 Pertambangan Bangunan Keuangan 2012 2013 2014 Pengolahan Perdagangan Jasa-jasa 2015 Jasajasa 27074,31 28236,60 29209,11 30935,16 31830,45 33120,38 34341,46 35562,54 36783,63 38004,71 TOTAL 4094670 4208147 3825477 4269698 4076292 4102295 4104775 4107254 4109733 4112213 Tabel 2.29. Perkembangan PDRB KSB ADHB Pada Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015 (Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta) Tahun Pertanian Penggalian Industri Listrik Bangunan Perdagangan Pengangkutan Keuangan 2006 175645 38133 14370 2007 190993 46784 15820 2008 216461 56863 16987 2009 233480 66112 19076 2010 251706 74170 20203 2011 272040 83833 21767 2012 291501 92974 23259 2013 310962 102114 24751 2014 330422 111254 26243 2015 349883 120395 27735 Sumber: Bappeda NTB dan BPS NTB, 2010. 1915 2258 2605 3075 3331 3731 4096 4460 4825 5190 62705 85865 109662 145084 160292 189040 214479 239919 265358 290798 111752 123445 144946 170181 183074 203494 222432 241370 260308 279246 68959 74150 84783 91230 99067 106826 114556 122285 130015 137744 14977 16671 18537 21234 22817 24920 26945 28969 30994 33018 Gambar 2.11. Grafik Perkembangan PDRB KSB ADHB Pada Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015 (Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta) 400000 350000 Nilai PDRB 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 2006 2007 2008 2009 Pertanian Listrik Pengangkutan 2010 2011 Tahun Penggalian Bangunan Keuangan 2012 2013 2014 Pengolahan Perdagangan Jasa-jasa 2015 Jasa-jasa 48079 52221 59492 71937 75976 84194 91745 99296 106847 114398 TOTAL 536535 608207 710336 821409 890636 989845 1081987 1174126 1266266 1358407 Tabel 2.30. Perkembangan PDRB KSB ADHK Pada Tahun 2005 – 2009 dan Predisksinya Tahun 2011 – 2015 (Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta) Tahun Pertanian Penggalian Pengolahan 2006 119114,14 25631,48 10661,29 2007 118813,65 30018,47 11174,23 2008 125209,46 33456,49 11596,62 2009 126288,53 36347,13 12248,79 2010 129215,43 40398,90 12714,30 2011 132031,48 43929,55 13233,22 2012 134799,22 47515,90 13751,28 2013 137566,97 51102,25 14269,33 2014 140334,71 54688,60 14787,39 2015 143102,46 58274,95 15305,45 Sumber: Bappeda NTB dan BPS NTB, 2010. Listrik Bangunan 928,70 999,88 1105,74 1240,22 1306,31 1414,84 1514,40 1613,95 1713,51 1813,07 41548,76 53524,81 60664,18 75325,00 82319,22 93678,72 104012,83 114346,94 124681,05 135015,16 Perdagangan Pengangkutan Keuangan 73084,27 76392,20 80688,84 84076,66 88944,46 92458,74 96399,22 100339,71 104280,19 108220,68 37646,15 39355,54 41363,92 43232,64 45341,62 47168,39 49095,19 51022,00 52948,80 54875,60 9800,01 10243,94 10674,48 11414,72 11842,87 12372,15 12897,80 13423,45 13949,10 14474,75 Gambar 2.12. Grafik Perkembangan PDRB KSB ADHK Tahun 2006 – 2009 dan Prediskinya Tahun 2010 – 2015 (Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta) 160000 140000 Nilai PDRB 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 2006 2007 2008 Pertanian Listrik Pengangkutan 2009 2010 2011 Penggalian Bangunan Keuangan 2012 2013 2014 2015 Pengolahan Perdagangan Jasa-jasa Jasa-jasa TOTAL 27074,31 28236,60 29209,11 30935,16 31830,45 33120,38 34341,46 35562,54 36783,63 38004,71 345489,11 368759,32 393968,84 421108,85 443913,56 469407,47 494327,3 519247,14 544166,98 569086,83 8.1. Pendapatan per-Kapita Penduduk Tabel 2.31. PDRB per-Kapita Penduduk KSB Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015 (Termasuk Subsektor Pertambangan Nonmigas) Tahun ADH Berlaku (Rp/kapita/th) ADH Konstan (Rp/kapita/th) 2006 105.938.486 42.725.353 2007 131.171.768 43.377.149 2008 111.487.418 38.341.513 2009 126.915.684 41.897.574 2010 133.111.922 39.123.009 2011 136.752.292 38.487.641 2012 141.761.371 37.619.214 2013 146.770.450 36.750.788 2014 151.779.528 35.882.362 2015 156.788.607 35.013.936 Sumber: BPS NTB dan Bappeda NTB, 2010. 180000000 50000000 160000000 45000000 140000000 40000000 35000000 120000000 30000000 100000000 25000000 80000000 20000000 60000000 15000000 40000000 10000000 20000000 5000000 0 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 ADH Berlaku ADH Konstan PDRB per Kapita (Rp) PDRB per Kapita (Rp) Gambar 2.13. Grafik PDRB per Kapita Penduduk KSB Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015 (Termasuk Subsektor Pertambangan Nonmigas) Tabel 2.32. PDRB Per-Kapita Penduduk KSB Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011-2015 (Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Nonmigas) Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 ADH Berlaku (Rp/kapita/tahun) ADH Konstan (Rp/kapita/tahun) 5.598.403 6.269.341 7.113.459 7.664.426 8.359.163 9.075.940 9.767.600 10.459.261 11.150.921 11.842.582 3.604.966 3.801.133 3.977.233 4.074.015 4.269.681 4.426.099 4.586.330 4.746.561 4.906.792 5.067.023 Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2010. 14000000 6000000 12000000 5000000 10000000 4000000 8000000 3000000 6000000 2000000 4000000 1000000 2000000 0 PDRB per Kapita (Rp) PDRB per Kapita (Rp) Gambar 2.14. Grafik PDRB per Kapita Penduduk KSB Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010-2015 (Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Nonmigas) 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 ADH Berlaku ADH Konstan Data pada Tabel 2.31. – Tabel 2.22. dan Gambar 2.13. – Gambar 2.14., menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Sumbawa Barat apabila termasuk Sub Sektor Pertambangan Non Migas “sangat tinggi”, yaitu rata-rata Rp.118.878.339,00 per kapita per-tahun ADHB dan rata-rata Rp.41.585.397,00 per kapita per tahun ADHK. Sementara itu, rata-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Sumbawa Barat apabila tidak termasuk Sub Sektor Pertambangan Non Migas “sangat rendah”, yaitu rata-rata Rp. 6.661.407,00 per kapita per tahun ADHB dan rata-rata Rp. 3.864.337,00 per kapita per tahun ADHK. Rata-rata pendapatan per kapita yang disebutkan kedua terakhir (Rp. 6.661.407 per kapita per tahun), itulah yang secara nyata menunjukkan pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Smbawa Barat selama periode waktu tahun 2006 - 2009. 2.14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 179 dijelaskan bahwa APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. APBD KSB tahun 2006 - 2010 disajikan pada berikut ini. 2.14.1. Pendapatan Daerah Komponen pendapatan daerah dalam APBD KSB terdiri atas: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Perkembangan pendapatan daerah KSB tahun 2006 – 2010 dan prediksinya tahun 2011 – 2015 disajikan pada Tabel 2.33. dan Gambar 2.15. berikut. Tabel 2.33. Perkembangan Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah KSB Tahun 2006 – 2010 ban Prediksinya Tahun 2011 – 2015 Tahun Besar Anggaraan (Rp) Realisasi Pendapatan (Rp) 2006 226.198.230.017 219.007.101.868 2007 299.671.191.908 321.926.172.885 2008 375.488.727.257 345.165.134.202 2009 436.517.657.021 395.515.088.554 2010 531.044.613.801 475.571.322.288 2011 597.745.853.805 527.452.170.912 2012 672.399.777.074 586.123.906.563 2013 747.053.700.342 644.795.642.214 2014 821.707.623.610 703.467.377.864 2015 896.361.546878 762.139.113.515 Sumber: Pemerintah KSB, 2006 – 2010 (APBD KSB Tahun 2006 - 2010). Gambar 2.15. Grafik Perkembangan Anngaran dan Realisasi Pendapatan Daerah KSB Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015 1000000000000 900000000000 900000000000 800000000000 800000000000 700000000000 600000000000 600000000000 500000000000 500000000000 400000000000 400000000000 300000000000 300000000000 200000000000 200000000000 100000000000 100000000000 0 Nilai (Rp) Nilai (Rp) 700000000000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Anggaran Realisasi Data pada Tabel 2.33. dan Gambar 2.15., menunjukkan bahwa sumber pendapatan daerah KSB hampir semuanya (94,01 %) diandalkan dari dana perimbangan, terutama dari komponen dana alokasi umum dan bagi hasil atas penggunaan sumberdaya alam (royalti), sedang pendapatan daerah dari sumber lainnya sangat kecil (5,99 %). Peningkatan pendapatan daerah untuk periode waktu akan datang tetap diupayakan berasal dari semua sumber, terutama yang besar peluangnya adalah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Bagi Hasil atas Penggunaan Sumberdaya (Royalti) yang berupa land rent dan iuran eksploitasi dari perusahaan pertambangan (seperti: PT. Newmont Nusa Tenggara dan Perusahaan Pertambangan lainnya). 2.14.2. Belanja Daerah Komponen belanja daerah dalam APBD KSB terdiri atas: Belanja Tidak Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Perkembangan belanja daerah KSB tahun 2006 – 2010 dan prediksinya tahun 2011 – 2015 disajikan pada Tabel 2.23. dan Gambar 2.14. berikut. Tabel 2.34. Perkembangan Belanja Daerah KSB Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Belanja Tidak Langsung (Rp/juta) % 86.080 31,15 103.512 29,94 145.501 33,23 145.878 29,98 195.493 37,21 213.650 35,25 239.770 35,79 265.889 36,23 292.008 36,61 318.127 36,92 Belanja Langsung (Rp/juta) 190.260 242.221 292.337 340.715 329.859 392.386 430.155 467.924 505.694 543.463 Total % 68,85 70,06 66,77 70,02 62,79 64,75 64,21 63,77 63,39 63,08 (Rp/juta) 276.340 345.723 437.838 486.594 525.352 606.038 669.927 733.817 797.706 861.596 Sumber: Pemda KSB Tahun 2006 – 2010 (APBD Tahun 2006 – 2010). Nilai (Rp 000.000) Gambar 2.16. Grafik Perkembangan Belanja Daerah KSB Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015 1000000 900000 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 2006 2007 2008 2009 Belanja Tidak langsung 2010 2011 2012 Belanja Langsung 2013 2014 2015 Total Belanja Sumber: Pemda KSB Tahun 2006 – 2010 (APBD Tahun 2006 – 2010). Dari Tabel 2.23. dan Gambar 2.14. diketahui bahwa laju pertumbuhan belanja daerah di KSB cukup tinggi, yaitu sebesar rata-rata 22,53 % per tahun. Sementara itu, komposisi belanja daerah sebagian besar berupa belanja langsung yang digunakan untuk kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat (rata-rata 67,70 % per tahun), sedangkan belanja tidak langsung yang digunakan untuk belanja pegawai dan pemeliharaan relatif kecil (rata-rata 32,30 % per tahun) selama periode tahun 2006 – 2010. 2.14.3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Kabupaten Sumbawa Barat sebagai kabupaten pemekaran baru di provinsi Nusa Tengara Barat masih dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur pelayanan publik, permukiman kumuh dan sanitasi lingkungan, jumlah penduduk miskin, penurunan daya dukung lingkungan, capital dan akses terhadap permodalalan khususnya bagi pelaku ekonomi dan usaha kecil masih lemah, penguasaan teknologi produksi serta terbatasnya potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan. Namun demikian suasana kondusifitas dan rasa aman yang terjadi di Kabupaten Sumbawa Barat harus tetap dipertahankan untuk merangsang minat investasi yang pada gilirannya diharapkan akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Sumbawa Barat dapat diukur dengan melihat trend pertumbuhan ekonomi daerah dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir yaitu dari tahun 2005 – 2009 sebagaimana tertuang di dalam Tabel 2.35. berikut ini. Tabel 2.35. Produk Domistik Regonal Bruto Kabupaten Sumbawa Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005 – 2009 Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rp) Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rp) Laju Pertumbuhan (%) 2005 9.328.164,59 4.210,92 -3,90 2006 10.152.826,66 4.094,67 -2,76 2007 12.725.366,70 4.208,15 2,77 2008* 10.929.507,76 3.825,48 -9,09 2009** 12.965.925,88 4.274,22 11,73 Catatan : * = angka sementara, ** = angka sangat sementara. Sumber : PDRB Kabupaten Sumbawa Barat 2009 (data diolah) Dari gambaran dalam Tabel 2.35. di atas, sharing nilai tambah yang dihasilkan Kabupaten Sumbawa Barat terhadap perekonomian regional Nusa Tenggara Barat cukup besar jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Pada tahun 2009 nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi di Nusa Tenggara Barat mencapai 41,76 triliun, hampir sepertiganya atau sekitar 31,03% dihasilkan dari Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2005 – 2007 sharing KSB terhadap PDRB Provinsi NTB bahkan lebih tinggi berkisar antara 37 – 37%. Peningkatan PDRB atas harga berlaku menggambarkan perkembangan PDRB yang disebabkan oleh peningkaan volume produksi ekaligus perubahan tingkat harga barang dan jasa yang dihasilkan. Untuk mengukur peningkatan produksi secara nyata pengaruh faktor harga perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB atas dasar harga konstan. Peningkatan kapasitas produksi barang dan jasa yang dihasilkan dari tahun ke tahun atas dasar harga konstan tahun tertentu bisa digunakan sebagai salah sati indikator untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Jika dinilai menggunakan harga konstan tahun 2000 PDRB Kabupaten Sumbawa Barat termasuk sub sektor pertambangan non migas tahun 2005 – 2009 menglami peningkatan yang tidak terlalu signifikan. Tahun 2009 PDRB Sumbawa Barat ADH Konstan 2000 sekitar Rp. 4,274 triliyum mengalami peningkatan sekitar Rp. 63,50 milya atau 1,50% dibandingkan PDRB Tahun 2005 yang mencapai Rp. 4,210 milyar. Seperti halnya PDRB adalah berlaku, PDRB adalah konstan mengalami fluktuasi mengikuti perkembangan sektor-sektor ekonomi terutama sub sektor pertambangan non migas. Selama periode 2005-2009 PDRB Sumbawa Barat tercatat dua kali engalami penurunan takni pada tahun 2006 dan 2008. Pada tahun 2006 PDRB yang dihasilkan mengalami penurunan sekitar Rp. 116,25 milyar (-2,76 persen) dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2008 PDRB Sumbawa Barat adalah konstan mencapai 3,825 triliun mengalami penurunan sekitar Rp. 382,67 atau -9,09 persen jika dibandingkan dengan PDRB adalah konstan tahun 2007 yang mencapai Rp. 4,208 milyar. Penyebab utama penurunan tersebut adalah turunya produksi sub sektor pertambangan non migas. Pada tahun 2006 dan 2008 seluruh sektor ekonomi (selalu sub sektor pertambangan non migas) mengalami pertumbuhan antara 2,97 sampai 13,34 persen namun pertumbuhan sektor-sektor tersebut belum mampu menutupi penurunan sub sektor pertambangan non migas yang sangat dominan bagi penciptaan nilai tambah bruto di Sumbawa Barat. 2.14.4. Struktur Ekonomi Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Jika tidak termasuk sub sektor pertambangan non migas struktur ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat tidak berbeda jauh dengan Kabupaten/kota lainnya di NTB. Pertanian menjadi sektor penyumbang terbesar pembentukan nilai tambah diikuti sektor perdangan hotel dan restoran. Pada tahun 2005 sharing sektor pertanian mencapai 33,72 persen dari total nilai tambah yang dihasilkan pada tahun tersebut, sementara 20,59 persen PDRB tahun 2005 dihasilkan dari sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor-sektor lain yang memiliki share diatas sepuluh persen tahun 2005 antara lain sektor angkutan dan komunikasi dan sektor bangunan. Sementara sektor lainnya masih dibawah sepuluh persen Dari pola pergeseran struktur ekonomi secara nasional maupun regional, perekonomian suatu daerah bergerak secara teratur dari sektor primer menuju sektor sekunder dan tersier, dalam kurun waktu tertentu peranan sektor pertanian akan semakin mengecil dan digantikan oleh sektor industri atau sektor jasa-jasa. Fenomena tersebut juga terjadi di Sumbawa Barat, pada tahun 2005 - 2009 peranan sektor pertanian bagi pembentukan PDRB Kabupaten Sumbawa Barat cendrung menurun, namun sektor yang mengambil sebagian porsi peranan sektor pertanian adalah sektor bangunan bukan sektor industri, sektor perdagangan atau sektor jasa sebagaimana tersaji di dalam Tabel 2.36. berikut ini dimana hal tersebut merupakan pengecualian dan akan kembali bergerak kearah perdagangan dan jasa-jasa jika kondisi normal. Tabel 2.36. Distribusi Persentase PDRB KSB Tahun 2005 – 2009 (Tidak Termasuk Sub-Sektor Pertambangan Non Migas) Pertumbuhan (%) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan Jasa-jasa lainnya Jumlah 2005 2006 2007 2008 2009** 33,72 6,2 2,78 0,36 11,34 20,59 32,74 7,11 2,68 0,36 11,69 20,83 31,40 7,69 2,60 0,37 14,12 20,30 30,47 8,01 2,39 0,37 15,44 20,41 8,42 8,05 2,32 0,37 17,66 20,72 12,78 12,85 12,19 11,94 11,11 2,78 8,94 2,79 8,96 2,74 8,59 2,61 8,38 2,59 8,76 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Catatan : * = angka sementara, ** = angka sangat sementara. Sumber : PDRB Kabupaten Sumbawa Barat 2009 (data diolah) Apabila dikaitkan dengan penyerapan tenaga kerja, sektor-sektor ekonom dapat di kelompkkan menjadi sektor produktif dan sebaliknya. Sektor pertanian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih dan sektor jasa-jasa merupakan sektor dengan produktifitas kurang dari satu, setiap 1 persen tenaga kerja yang terserap sidektor tersebut menghasilkan kurang dari 1 persen PDRB. Tabel 2.37. Rasio Persentase PDRB terhadap Persentase Penduduk Usia 15 Tahun yang bekerja Lapangan Pekerjaan Umum Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas yang bekerja 2008 (1) (2) Pertanian 39,49 Industri Pengolahan 3,23 Perdagangan, Hotel dan 16,76 Restaurant Pengangkutan & Komunikasi 7,38 Keuangan, persewaan & jasa 1,05 perusahaan Jasa-jasa 18,29 Sumber PDRB Kabupaten Sumbawa Barat 2009 Persentase PDRB ADH berlaku tahun 2008 (tidak termasuk sub sektor pertambangan non migas (3) 30,47 2,39 20,41 Rasio Persentase PDRB Persentase Penduduk (4) 0,77 0,74 1,22 11,94 2,61 1,62 2,49 8,38 0,46 Pada Tabel 2.37. terlihat bahwa sekitar 39,49 persen tenaga kerja yang terserap disektor pertanian tahun 2008 menghasilkan 30,47 persen PDRB pata tahun yang sama, artinya pada sektor pertanian setiap 1 persen tenaga kerja menghasilkan 0,79 persen PDRB, sektor industri pengolahan menghasilkan 0,74 persen PDRB setiap 1 persen tenaga kerja yang terserap. Produktifitas yang kurang dari satu disektor pertanian disebabkan karena pertanian merupakan sektor yang padat karya dan umumnya dikerjakan secara tradisional, sedangkan sektor industri di Kabupaten Sumbawa Barat umumnya industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Di luar sektor-sektor tersebut umumnya memiliki produktifitas lebih dari satu, bahkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki angka produktifitas diatas dua. Gambaran tersebut tidak mutlak dijadikan sebagai pembanding mengingat kriteria penduduk 15 tahun keatas dikelompokkan menurut lapangan kerja utama, sedangkan dalam satu periode tertentu satu orang tenaga kerja bisa bekerja dibebarapa sektor. 2.14.5. Struktur APBD Kabupaten Sumbawa Barat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah (Perda) APBD merupakan komitmen penyelenggara pemerintahan daerah untuk mendanai strategi pembangunan pada satuan program dan kegiatan selama kurun waktu 1 (satu) tahun. Sampai sejauh ini, sumber pendapatan daerah Kabupaten Sumbawa Barat sebagian besar tergantung pada Dana Alokasi umum (DAU), sedangkan persentasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sumbawa Barat terhadap APBD Kabupaten Sumbawa Barat berkisar 7% dari total APBD, sehingga upaya peningkatan sumber PAD perlu dilakukan tanpa menimbulkan biaya ekonomi biaya tinggi sehingga tidak memberatkan masyarakat. Dilihat dari realisasinya, secara umum dapat dikatakan bahwa pendapatan daerah berhasil meningkatkan perannya dalam mendukung pembangunan. Ini dapat dilihat dalam tabel 2.33., dimana rasio PAD terhadap total pendapatan daerah meningkat terus dari tahun ke tahun. Tabel ini juga menggambarkan masih besarnya peranan Pendapatan Transfer dalam pembiayaan pembangunan. Terutama peranan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil dalam pembiayaan pembangunan di Kabupaten Sumbawa Barat. Dalam upaya mewujudkan Kabupaten Sumbawa Barat sebagai pusat pemerintahan, pendidikan dan perekonomian yang berkelanjutan, perlu dilakukan pembenahan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang seimbang. Untuk itu, ruang gerak anggaran perlu lebih dioptimalkan tidak hanya melalui mobilisasi sumber pendapatan, tetapi juga perlu dilakukan proses penganggaran partisipatif (participatory budgeting) dengan melibatkan seluruh stakeholders. Berikut ini adalah trend pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumbawa Barat baik dari komponen pajak daerah, retribusi, bagian laba usaha dari penyertaan modal daerah serta lain-lain pendapatan yang sah serta akumulasinya terhadap prosentase total APBD dar tahun 2007 s/d 2010 seperti terrcermin pada tabel 2.38 di bawah ini : Tabel 2.38. Persentase PAD terhadap APBD Kabupaten Sumbawa Barat Uraian Tahun 2007 (Rp) Tahun 2008 (Rp) Tahun 2009 (Rp) APBD Murni PAD Pajak Daerah Retribusi Daerah Bagian Laba Usaha Lain-lain PAD Persentase PAD terhadap APBD Catatan : untuk tahun 2007 - 2010 adalah data APBD Murni Setelah Perubahan. Tahun 2010 (Rp) Struktur APBD Kabupaten Sumbawa Barat juga ditujukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang timbul sebagai implikasi pesatnya perkembangan pembangunan di Kabupaten Sumbawa Barat. Struktur APBD dimaksud mengandung program-program yang berkenaan dengan antisipasi penurunan daya dukung Sanitasi. Untuk program/kegiatan yang bertujuan menangani dampak negatif banjir juga disediakan alokasi anggaran sesuai kebutuhan. Alokasi untuk program Drainase, Air Minum, Persampahan, Tata Ruang dan sosial budaya masyarakat diuraikan dalam Tabel 2.39. dibawah ini. Tabel 2.39. Alokasi Anggaran Program Sanitasi Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011 No I II Program/Kegiatan Dinas Kesehatan - Pengembangan PHBS 272.197.600,00 -. Pengembangan lingkungan sehat 224.581.200,00 -. Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan IV. - Pembangunan saluran draenase/gorong-gorong dalam kota Pembangunan jaringan air bersih/air minum - Penataan lingkungan sehat permukiman - Pembangunan SPAL dan MCK-nisasi - Penyusunan RIPJM 1.450.451.000,00 999.616.600,00 935.930.00,00 315.000.000,00 ? Badan Lingkungan Hidup - Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan - Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan - Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan lingkungan hidup Konservasi daerah tangkapan air dan sumber air - Sosialisasi Prokasih & Superkasih 899.113.600,00 1.233.341.900,00 864.789.900,00 85.358.900,00 39.315.000,00 Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Pemdes - V 40.360.000,00 Dinas Pekerjaan Umum - III Alokasi Anggaran (Rp) Cost sharing PNPM-MP untuk pembangunan dan penataan permukiman (sanitasi dan air bersih) Sosial budaya masyarakat (Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga/PBRT) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah - Koordinasi PSP dan AMPL - Tata ruang, perumahan dan permukiman 1.200.000.000,00 1.502.304.000,00 165.074.000,00 ? Sumber : DPPKA dokumen APBD KSB Tahun 2011 (APBD Murni sebelum Perubahan) Sarana dan prasarana perkotaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dinamika kehidupan manusia. Makin banyak jumlah penduduk suatu daerah maka semakin tinggi aktivitas kehidupan daerah itu. Dengan makin tingginya aktivitas kehidupan manusianya, maka suatu daerah makin memerlukan sarana dan prasarana yang lebih memadai. Sarana dan prasarana yang lebih memadai diperlukan untuk mendukung aktivitas kehidupan yang berlangsung disuatu daerah. Dalam kasus genangan air atau banjir, banjir atau genangan air ini merupakan eksternalitas negatif dari aktivitas kehidupan yang berlangsung sangat dinamis disuatu daerah. Karena itu peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana terkait dengan genangan air merupakan keharusan mutlak guna mendukung aktivitas kehidupan yang berlangsung disuatu daerah. Photo 2.2. Gedung “Graha Fitrah” dan Kantgor Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat Sumber : Dokumentasi Bagian Humas & Protokoler Pemda KSB 2.15. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat 2.15.1. Visi Pembangunan Visi adalah gambaran atau pernyataan tentang sesuatu yang ingin diwujudkan oleh lembaga/organisasi di masa jauh ke depan. Perumusan visi dapat dilakukan dengan menggunakan data atau informasi yang bersifat normatif, visioner, dan teknis. Visi yang dirumuskan secara visioner oleh pimpinan lembaga/ organsasi (dalam hali ini: Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah) dan juga mempertimbangkan informasi normatif disebut sebagai Visi Lembaga/Organisasi atau Visi Daerah, sedangkan visi yang yang dirumuskan dengan menggunakan informasi teknis disebut sebagai Visi Pembangunan. Visi Daerah KSB tahun 2011 – 2015 (lima tahun Tahap II) yang dirumuskan secara visoner dan normatif oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih melalui Pilkada Langsung tahun 2010 adalah ”Terwujudnya Keunggulan Wilayah pada semua bidang kehidupan untuk Mengokohkan Kabupaten Sumbawa Barat sebagai Kabupaten Percontohan yang Berperadaban Fitrah di Provinsi Nusa Tenggara Barat”. Perumusan visi secara visioner oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah KSB tersebut, telah pula mempertimbangkan kondisi daerah dan aspirasi masyarakat, mengakomodasikan masukan dari tokoh masyarakat, para pakar dari Perguruan Tinggi, asosiasi profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lain-lainnya. Visi tersebut dilandasi oleh nilai-nilai normatif lokal yang dapat menjadi arahan dan pemberi motivasi dalam membangun KSB sebagai berikut: 1. Keunggulan Wilayah, baik berupa keunggulan komparatif (comparative adventage) maupun keunggulan kompetitif (competitive adventage). Keunggulan komparatif adalah keunggulan dari semua sumberdaya pembangunan (input) dalam memproduksi hasil pembangunan (output), sedangkan keunggulan kompetitif adalah keunggulan dari semua produksi hasil pembangunan (output) dalam bersaing dengan output lainnya di pasar. 2. Semua Bidang Kehidupan, adalah semua aspek yang menjadi landasan dalam melakukan perencanaan pembangunan dan sekaligus menjadi sasaran pelaksanaan pembangunan, meliputi lima kelompok bidang sebagai berikut: geografis & sumberdaya alam, perekonomian, sosial budaya & sumberdaya manusia, sarana prasarana, dan pemerintahan & pelayanan umum. 3. Kabupaten Sumbawa Barat sebagai Kabupaten Percontohan, adalah kabupaten yang dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya, terutama kabupaten/kota yang ada di wilayah Provinsi NTB karena adanya keberhasilan yang dicapai dalam berbagai bidang/sektor/kegiatan pembangunan. Spirit kabupaten percontohan ini diharapkan dapat memacu Pemerintah Daerah beserta masyarakatnya untuk secara bersama-sama membangun wilayahnya pada berbagai bidang kehidupan, sehingga mampu menjadi daerah percontohan yang berperadaban fitrah pada masa mendatang. 4. Kabupaten Sumbawa Barat Berperdaban Fitrah, adalah kabupaten yang lahir, berproses dan berhasil karena adanya kepatuhan dari masyarakatnya dalam menjalankan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangan-Nya. Peradaban fitrah mengandung tiga dimensi yaitu: dimensi idiologis yaitu adanya aqidah/keyakinan yang mantap terhadap tata nilai Islam; dimenasi spiritual yaitu adanya akhlak/psikologis atau perilaku yang sesuai tuntunan keislaman; dan dimensi struktural yaitu adanya penampilan proses dan hasil-hasil pembangunan, baik berupa teknologi maupun materi yang bernilai Islami. Realisasi dari ketiga dimensi tersebut menjadi syarat wajib untuk dapat memperoleh keselamatan, rahmat dan berkah, serta ridho Allah SWT dalam semua bidang kehidupan. Perumusan visi, selain dapat dilakukan secara visioner dan normatif, juga dapat dilakukan melalui pengumpulan data/informasi teknis, yaitu dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis kondisi umum berbagai sumberdaya pembangunan daerah pada masa kini, untuk selanjutnya dilakukan analisis prediksi kondisi umum berbagai sumberdaya pembangunan daerah pada masa depan. Visi yang dihasilkan melalui cara ini disebut visi pembangunan. Berdasarkan hasil identifikasi, analisis dan prediksi kondisi umum berbagai sumberdaya pembangunan di KSB, maka Visi pembangunan KSB Tahun 2011 – 2015 (lima tahun Tahap II) adalah ”Kabupaten Sumbawa Barat Berkembang melalui Pembangunan Agroindustri Andalan”. Agroindustri Andalan adalah industri pengolahan hasil pertanian dalam arti luas (meliputi: tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan dan kelauatan) yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan masyarakat sebagai pelaku usaha dan pendapatan wilayah KSB secara keseluruhan. Agroindustri merupakan pemicu dan sekaligus pemacu dalam pembangunan agribisnis, yaitu mempunyai keterkaitan ke belakang dalam mendorong pembangunan sektor hulu (penyediaan input dan usaha pertanian) dan mempunyai keterkaitan ke depan dalam mendorong pembangunan sektor hilir (pemasaran hasil pertanian dan hasil agroindustri) dengan dukungan berbagai kelembagaan penunjang agribisnis. 2.15.2. Misi Pembangunan Daerah Untuk mewujudkan visi pembangunan dan sekaligus visi daerah KSB, maka ditetapkan misi pembangunan KSB Tahun 2011 - 2015 sebagai berikut : 1. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi geografis dan sumberdaya alam dengan mempertimbangkan keunggulan komparatif sumberdaya dan integritas ekosistem wilayah yang berkelanjutan. 2. Mengembangkan perekonomian wilayah dengan mengintegrasikan keunggulan sektor pertanian dan industri secara efisien, efektif dan produktif, sehingga mampu memperluas kesempatan kerja bagi masyatakat dan memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi wilayah. 3. Mengembangkan pranata sosial budaya, tata nilai keagamaan dan kelembagaan yang mampu menstimulasi pengembangan sumberdaya manusia yang beriman taqwa (IMTAQ), bersikap mental wirausaha, kreatif, inovatif, partisipatif dan produktif dalam pembangunan. 4. Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunan sebagai syarat harus dalam berproduksi dan berkonsumsi untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat. 5. Memantapkan tata kelola pemerintahan dengan berlandaskan tata nilai pemerintahan yang baik (Good Governance) dan pemerintahan yang arif-bijaksana (Sound Governance). 2.15.3. Tujuan Pembangunan Daerah Untuk menjabarkan misi tersebut, ditetapkan tujuan pembangunan KSB tahun 2011 2015 sebagai berikut: 1. Mengintensifkan pemanfaatan potensi geografis dan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) sesuai arahan penggunaan terbaik. 2. Mengatur pemanfaatan potensi geografis dan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) sesuai azas manfaat, daya dukung dan lestari. 3. Menumbuhkan kegiatan ekonomi rakyat (usaha mikro kecil menengah dan koperasi) yang sesuai dengan keunggulan komparatif sumberdaya pada setiap bagian wilayah pembangun KSB. 4. Menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan/atau investor agar mau dan mampu berpartisipasi aktif dalam membangun ekonomi wilayah KSB yang mempunyai keunggulan kompetitif terhadap ekonomi daerah lainnya. 5. Mempedomani tata nilai agama dan pranata sosial budaya serta kelembagaan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 6. Menghasilkan sumberdaya manusia yang beriman taqwa (IMTAQ), bermental wirausaha, kreatif, inovatif dan partisipatif dalam pelaksanaan pembangunan wilayah. 7. Membangun prasarana dan sarana sosial ekonomi, serta teknologi berbasis pemanfaatan sumberdaya lokal untuk merangsang kegiatan berproduksi yang berkelayakan ekonomi. 8. Membangun prasarana dan sarana sosial budaya berbasis kearifan lokal untuk mewujudkan kegiatan berkonsumsi yang berkelayakan sosial. 9. Menciptakan tata pemerintahan yang transparan, demokratis dan akomodatif dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan. 10. Menghasilkan aparatur pemerintahan yang fitrah, profesional, disiplin, arif-bijaksana dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. 2.15.4. Sasaran Pembangunan Daerah Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, maka ditetapkan beberapa sasaran umum pembangunan KSB tahun 2011 – 2015 sebagai berikut: 1. Tersedianya Kawasan Sentra Produksi (KSP) komoditas unggulan/andalan pada setiap desa. 2. Intensifnya penggunaan lahan sawah untuk budidaya tanaman pangan. 3. Ekstensif dan/atau intensifnya pengusahaan lahan kering untuk budidaya pertanian dan peternakan melalui pendekatan KSP dan sistem agribisnis. 4. Terpeliharanya kawasan/lahan hutan, sehingga fungsi lingkungan/lindung, ekonomi dan sosial hutan terjamin. 5. Terbangunnya obyek pariwisata alam strategis “Pantai Jelenga-Maluk-Sekongkang” dan obyek pariwisata lainnya pada setiap kecamatan. 6. Tersedianya Zonasi dalam pengelolaan sumberdaya perairan, baik untuk perairan laut, air payau/pesisir, maupun air tawar/darat pada setiap kecamatan. 7. Diusahakannya berbagai komoditas pertanian dan peternakan unggulan/ andalan pada setiap KSP, baik pada lahan sawah maupun lahan kering. 8. Tertatanya kegiatan ekonomi non pertanian (seperti: pertambangan/ penggalian, industri, perdagangan, koperasi dan jasa lainnya) secara rasional, produktif dan komersial. 9. Terjadinya peningkatan PDRB dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), serta diikuti meningkatnya indeks pendapatan (paritas daya beli) masyarakat pada IPM. 10. Tertatanya hubungan kerjasama pembangunan antara Pemerintah KSB dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi se-Provinsi NTB. 11. Tertatanya hubungan kerjasama pembangunan antara Pemerintah KSB dengan Pemerintah Kabupaten-Kota/Pemerintah Provinsi atau lembaga lainnya di luar Provinsi NTB. 12. Terciptanya hubungan kerjasama atau kemitraan usaha antar pelaku ekonomi di KSB. 13. Terbentuk dan/atau terbinanya lembaga keagamaan, hukum dan sosial budaya lokal. 14. Adanya perlindungan hukum dan penegakan hak azasi manusia, yang ditandai oleh terselesaikannya secara baik kasus pelanggaran hukum dan hak azasi manusia. 15. Terciptanya stabilitas sosial politik, sosial budaya dan sosial ekonomi, yang ditandai sedikitnya konflik kepentingan dalam kehidupan masyarakat. 16. Meningkatnya kualitas pendidikan dan/atau keterampilan sumberdaya manusia KSB, serta dihasilkannya angkatan kerja terampil/bersikap mental wirausaha. 17. Meningkatnya kualitas kesehatan sumberdaya manusia KSB. 18. Terjadinya peningkatan partisipasi angkatan kerja dan menurunnya jumlah penduduk miskin. 19. Meningkatnya kapasitas sarana prasarana sosial ekonomi dan teknologi pertanian dalam arti luas. 20. Meningkatnya kapasitas sarana prasarana sosial ekonomi dan teknologi non pertanian (seperti: energi/listrik dan air bersih; perhubungan darat, laut, dan udara; teknologi, informasi dan komunikasi, dan lain-lainnya). 21. Meningkatnya kuantitas dan kualitas penerapan teknologi pada kegiatan berbagai sektor ekonomi pembangunan, sehingga tercipta efisiensi, efektivitas dan produktivitas usaha. 22. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sarana prasarana pendidikan dan pelatihan. 23. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sarana prasarana kesehatan. 24. Tersedianya sarana prasarana sosial budaya lainnya (seperti; peribadatan, olahraga dan kesenian, dan lainnya). 25. Tertatanya lembaga dan ketatalaksanaan pemerintahan. 26. Tersedianya peraturan, keputusan dan kebijakan Pemerintah untuk masyarakat. 27. Terjadinya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) antar lembaga pemerintahan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan dan pemerintahan. 28. Terciptanya aparatur pemerintahan yang profesional dan disiplin. 29. Terciptanya aparatur pemerintahan yang fitrah/bersih, baik dan bertanggung jawab. 30. Terwujudnya aparatur pemerintahan yang mampu memberikan pelayanan secara arifbijakansa kepada masyarakat. 2.16. Institusi dan Organisasi Pemda Sesuai Undang-undang yang berlaku dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah merupakan koordinator semua instansi sektoral dan Kepala Daerah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pembinaan dan pengembangan wilayahnya. Pembinaan dan pengembangan tersebut mencakup segala bidang kehidupan dan bidang pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terkait dengan amanat tersebut, Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Sumbawa Barat diatur melalui 4 (empat) Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat yakni: (1) Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Sumbawa Barat; (2) Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 14 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sumbawa Barat; (3) Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 7 Tahun 208 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Sumbawa Barat; dan (4) Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 4 Tahun 208 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan serta Staf Ahli Bupati di Kabupaten Sumbawa Barat. Sedangkan organisasi perangkat daerah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Sumbawa Barat yang terkait dengan pembangunan Sanitasi di Kabupaten Sumbawa Barat bersifat koordinatif dan lintas sektoral yang dibentuk dan ditetapkan dalam bentuk Kelompok Kerja yang bentuk dan ditetapkan dengan SK Bupati sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Sumbawa Barat Nomor: 620 Tahun 2011 tertanggal 7 Juli 2011 tentang Pembentukan dan Penetapan Besarnya Honorarium Kelompok Kerja (Pokja) Kabupaten Untuk Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Sumbawa Barat Tahun Anggaran 2011, dengan tugas dan fungsi sebagai berikut : (1) Penguatan kapasitas dalam pengumpulan, pengelolaan program PPSP di Kabupaten Sumbawa Barat, dan penyajian data (2) Menyusun Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten, (3) Memfasilitasi, mengkoordinasi dan mendorong pembangunan dan perbaikan sanitasi di Kabupaten Sumbawa Barat, (4) Mengawal program pembangunan sanitasi di Kabupaten Sumbawa Barat ke depan, (5) Menyampaikan laporan hasil program dan kegiatan kepada PPSP Pusat dan PPSP Provinsi, dan (6) Menyampaikan laporan hasil program dan kegitan kepada Bupati Sumbawa Barat. Adapun susunan keanggotaan dari Kelompok Kerja (Pokja) Kabupaten Untuk Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Sumbawa Barat Tahun Anggaran 2011 adalah terdiri dari unsur pemerintah (SKPD) terkait, dunia usaha (PDAM) dan perwakilan dari LSM, seperti tertera dalam susunan dan format berikut ini : No. Jabatan dan Kedudukan Dalam Tim Nama/Jabatan/Intansi dan Lembaga I. Ketua : Kepala Bidang Sosial Budaya dan Pemerintahan BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat II. Wakil Ketua : Kepala Sub Bidang Sosial dan Budaya BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat III. Sekretaris : Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat IV. Anggota-anggota : 1. Kasubbag Koordinasi dan Penyusunan Program Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat 2. Kasubbid. Sarana dan Prasarana BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat 3. Kasubbid. Pemerintahan BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat 4. Kabid. Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa Barat 5. Kasi. Perencanaan Program Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa Barat 6. Kasubbid. Kebersihan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa Barat 7. Kasubbid. Pengembangan Partisipasi dan Sosbud. BPM Pemdes Kabupaten Sumbawa Barat 8. Kabid ESDM Dinas ESDM , Kebudayaan dan Pariwisata KSB 9. Kasubbag. Perundang-undangan dan Dok. Hukum Bagian Hukum dan Organisasi Setda KSB 10. Kasi. Penyusunan Anggaran Dinas PPKA Kabupaten Sumbawa Barat 11. Direktur PDAM Kabupaten Sumbawa Barat 12. Direktur Lembaga LEGITIMIT Kabupaten Sumbawa Barat 13. Staf Administrasi dan Suporting Pelaksanaan Program dan Kegiatan BAPPEDA Sumbawa Barat. Sampai dengan penyusunan buku putih ini, Renstra masing-masing SKPD masih dalam proses asistensi dan pembahasan dalam penyususnan oleh masing-masing SKPD dengan Bappeda untuk disesuaikan dan dikompilasi dengan dokumen RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat 2011 -2015. Sedangkan untuk membangun sinergisitas yang optimal dalam pelaksanaan koordinasi sektor sanitasi secara kelembagaab antar SKPD terkait memang masih belum menunjukan intensitas yang maksimal, namun demikian melalui Kelompok Kerja (Pokja) AMPL yang ada sangat membantu dalam melakukan koordinasi dan konsolidasi terhadap peran, tugas dan fungsi dalam rangka untuk menyediakan dan memaksimalkan pelayanan seakligus melakukan upaya-upaya penanganan terhadap masalah-masalah pembangunan di bidang sanitasi dan penyehatan lingkungan oleh lembaga teknis ataupu SKPD terkait. Photo 2.3. Kondisi Geologi Batuan Kars, Pantai dan Perairan Bawah Laut KSB Sumber Dokumentasi Dinas ESDM dan Budpar KSB 2.17. Tata Ruang Wilayah Salah satu isu penting dalam menangani masalah sanitasi adalah lemahnya pengawasan dan pengendalian pemanfatan ruang. Hal ini tentu dilator belakangi oleh pesatnya pembangunan fisik di Kabupaten Sumbawa Barat baik pembangunan pusat pelayanan publik berupa perkantoran dan infrastruktur kota yang dibangun oleh pemerintah maupun pusat perdagangan dan jasa, pembangunan permukiman yang dibangun baik oleh masyarakat maupun oleh para pengembang (developer). Indikasi untuk pembenaran hal ini adalah (a) tingginya alih fungsi ruang dari kawasan pertanian menjadi kawasan budidaya yaitu perdagangan dan jasa dan permukiman. Menurut data tahun 2009, lahan pertanian berkurang sekitar 2,9% pertahun. (b). Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumbawa Barat dari sub sektor pertambangan merupakan penyumbang PDRB tertinggi selama 5 tahun terakhir. Untuk tahun 2010 mencapai 15,60%. (c) Jumlah IMB yang terbitkan yang dapat diindikasikan dari jumlah serta retribusi yang selalu melampaui target yang ditetapkan dalam APBD Kabupaten Sumbawa Barat. Akibat dari pembangunan fisik dan alih fungsi lahan yang kurang ditunjang secara teknis dari aspek lingkungan, hal ini menyebabkan tata ruang wilayah terus mengalami tekanan yang berimplikasi terhadap perubahan dan fungsi dari kawasan tersebut. Sebagian lahan yang ada di Kabupetn Sumbawa Barat difungsikan untuk fasilitas pelayanan publik yaitu sekitar 52% dan sisanya adalah untuk kegiatan pertanian dan lain yang menunjang kehidupan perkotaan. Adapun data tahun 2008 menunjukkan rincian penggunaan lahan seperti terlihat pada Tabel 2.40. Tabel 2.40. Rencana Tata Ruang di Kabupaten Sumbawa Barat (Ha) s/d Tahun 2010 No Deskripsi Luas (Ha) Kawasan Lindung dan Budidaya a. Rencana Pengembangan Kawasan 66.311,06 Lindung b. Kawasan Budidaya 118.671,29 c. Luas Wilayah Kawasan Lindung 66.311,06 d. Luas Wilayah Kawasan Hutan Lindung 66.230,71 e. Total Luas Kawasan Lindung & Budidaya 184.902,00 II Kawasan yang memberi perlindungan bagi kawasan bawahannya (Kawasan Resapan Air) a. Kecamatan Seteluk Na b. Kecamatan Jereweh Na c. Kecamatan Brang Rea Na d. Kecamatan Sekongkang Na Sumber Data : RTRW KSB dalam Angka 2010 (data diolah) % I 35,86 64,18 35,86 35,82 100,00 Na Na Na Na Sedangkan penggunaan lahan menurut kesesuaian Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2010, yang berwawasan ramah lingkungan harus dijadikan pedoman perencanaan terpadu pembangunan agar tatanan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumberdaya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya buatan (SDB) dapat dilakukan secara tepat guna, berdaya-guna serta berhasil-guna secara berkelanjutan. Sebagaimana ditunjukan dalam Tabel 2.36. dibawah ini. Tabel 2.36. Penggunaan Lahan Menurut Kesesuaian dengan RUTR s/d Tahun 2010 dan Mengacu Kepada RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat 2011 – 2015 No. Jenis Penggunaan I 1. 2. Tanah/Lahan Sawah: Sawah Irigasi Teknis Sawah Irigasi ½ Teknis Sawah Irigasi Sederhana PU Sawah Irigasi Sederhana Non PU Sawah Tadah Hujan Sub Total Tanah/Lahan Kering: Tegal/Kebun Ladang/Huma Perkebunan Ditanami Pohon/Hutan Rakyat Hutan Negara Padang Rumput/ Pengembalaan Tambak Kolam/Tebat/Empang Rawa-rawa (tidak ditanami) Sementara Tidak Diusahakan Pekarangan/Permuki-man (rumah/bangunan) Lain-lain Sub Total TOTAL I + II 3. 4. 5. II 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 2006 2007 2008 2009 2010 3.846 1.876 4.093 2.052 4.093 2.052 4.093 2.052 4.093 2.052 836 869 869 869 1.233 594 589 589 589 589 1.850 9.002 1.850 9.090 1.487 9.090 1.486 9.090 1.507 9.474 6.545 4.499 4.009 7.852 3.096 5.332 7.852 3.096 5.332 7.852 3.096 5.332 7.518 3.096 5.332 1.945 3.179 3.179 3.179 3.179 137.965 134.888 134.790 134.790 134.790 2.465 2.610 2.610 2.610 2.610 502 20 526 173 526 0 526 14 526 14 987 987 987 987 987 2.201 2.407 2.407 2.407 2.357 1.048 1.048 1.071 1.071 1.071 13.714 175.900 184.902 13.714 175.812 184.902 13.962 175.812 184.902 13.948 175.812 184.902 13.948 175.428 184.902 Sumber : BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010; Dinas HUTBUNTAN KSB, 2010. Pola guna lahan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir cenderung mengalami perkembangan. Pola pertumbuhan dan perkembangan tata guna lahan yang terjadi berkembang secara linier, konsentrik dan parsial. Lihat lampiranlampiran gambar peta Rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011 - 2015, perubahan Landuse dari pembagian kawasan pembangunan yang meliputi Wilayah Pengembangan (WP) yaitu WP Utara yang terdiri dari Kecamatan Pot Tano dan Kecamatan Seteluk, WP Tengah yang meliputi: Kecamtan Taliwang, Kecamatan Taliwang dan Kecamatan Brang Ene, serta WP Selatan yang terdiri dari; Kecamatan Jereweh, Kecamatan Maluk dan Kecamatan Sekongkang. Sedangkan untuk rencana ditail dari Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Eksisting Kabupaten Sumbawa Barat sampai dengan tahun 2010, peta rencana Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan kawasan Konservasi Kabupaten Sumbawa Barat serta peta penggunaan dan peruntukan lahan (land use existing) masih dalam penyusunan lebih ditail dalam bentuk peta data tematik dari dinas/SKPD teknis yang terkait. Photo 2.4. Banjir Kota Taliwang Pada Bulan Desmber Tahun 2007 dan Kawasan Pit Area Pertambangan PT. Newmont Nusa Tenggara Sumber : Dokumentasi Humas Departement PT.NNT