Audit Investigasi Kasus DAK KSB Permintaan Kejaksaan Tidak Bisa Dipenuhi BPK Mataram (Suara NTB) – Harapan Kejaksaan Negeri Sumbawa untuk mendapatkan hasil audit investigasi kasus dugaan penyimpangan Dana Alokasi Khusus (DAK)i di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), sepertinya pupus. Ini karena pihak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tidak bisa memenuhi permintaan audit dari Kejaksaan, dengan alasan tidak cukup bukti untuk ditindaklanjuti ke auditii investigasiiii. Keputusan tersebut diambil setelah pihak Kejaksaan Negeri Sumbawa mendatangi auditor BPK beberapa waktu lalu, dalam rangka ekspose indikasi penyimpanganiv pada proyek DAK KSB senilai Rp 14 miliar. Namun setelah ditelaah oleh auditorv, berkas yang disodorkan tidak dapat dijadikan dasar untuk audit investigasi, apalagi untuk menentukan nilai kerugian negaravi. “Kami tidak ada maksud sedikitpun menghalangi penegakan hukum. Tapi itulah ketentuan yang berlaku di BPK, ketika tidak bisa menindaklanjuti sesuai permintaan,” kata Kasubag Humas dan Hukum BPK RI Perwakilan NTB, Jayusman, SH menjawab Suara NTB di ruangannya, Rabu (23/7). Menurut Jayusman, dari pemaparan pihak Kejaksaan tentang indikasi tindak pidana dalam kasus DAK KSB yang merugikan negara, pihaknya tidak sependapat. Sebab tidak ada bukti konkrit yang bisa dijadikan ukuran untuk menentukan kasus itu bisa ditindaklanjuti ke audit investigasi, kemudian dilakukan perhitungan kerugian negara. Data yang diserahkan lembaga Adhyaksa itu disebutnya masih bersifat normatif, belum substantif ke arah penyimpangan. “Kalau mau menyatakan kerugian negara, dasarnya apa? Harus jelas, harus ada buktinya, bukan sebatas dugaan,” paparnya. Sedianya, jika memang akan ditindaklanjuti ke tahap audit investigasi, setidaknya syarat yang teknis harus terpenuhi adalah bukti adanya kerugian negara, kedua kasus itu benar-benar menyangkut hajat hidup orang banyak yang sekaligus dirugikan. Pada prinsipnya, saat ekspose ada perbedaan persepsi. Kejaksaan dengan sudut pandang penegakan hukum, sementara pihaknya dari sudut pandang auditor dengan prosedur yang sudah diatur sesuai ketentuan BPK. Lebih teknis dijelaskannya, Kejaksaan saat ekspose itu menyebutkan ada penyalahgunaan kerugian negara yang dilakukan oknum tertentu. Karena menyalahgunakan keuangan negara, berarti ada kerugian yang timbul, sehingga muaranya pada tindak pidana korupsi. “Mereka (Kejaksaan) tidak bisa membuktikan perbuatan pidana oleh para pihak yang diindikasikan,” terang Jayusman. Sedangkan dari sudut pandang pihaknya sebagai auditor, kasus Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi NTB itu disimpulkan sebagai kesalahan administrasi. “Ada dua aspek yang paling kami pertimbangkan dalam hal ini, pertama ada kerugian negara, kedua, audit investigasi. Jika kami analisis, tidak ada indikasi kerugian negara, bagaimana kami bisa audit investigasi,” tanyanya. Sekali lagi tidak ada niat pihaknya untuk menghambat apalagi menghalang-halangi keinginan Kejaksaan untuk penegakan hukum. Tapi semata pertimbangan bukti belum cukup, sehingga pihaknya menolak permintaan Kejari Sumbawa untuk audit investigasi. Apakah ada saran kepada Kejaksaan untuk melengkapi dokumen untuk terpenuhinya syarat audit investigasi? Jayusman menegaskan, mekanisme ini sama sekali tidak berlaku, karena ekspose dimaksud hanya berupa tahap permulaan. Belum mengarah ke koordinasi lebih lanjut. “Kami akan meminta melengkapi bukti atau dokumen tertentu, seperti kuitansi dan lain-lain, ketika sudah masuk ranah audit investigasi. Tapi dalam konteks ini, kami hanya menjawab apa yang ditanya,” pungkasnya. Sumber berita: Suara NTB, Audit Investigasi Kasus DAK KSB, Permintaan Kejaksaan Tidak Bisa Dipenuhi BPK, Kamis, 24 Juli 2014. i Dana Alokasi Khusus (DAK), dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional [vide: UU No. 33/2004]. ii Audit, pemeriksaan keuangan, memeriksa pembukuan, suatu pemeriksaan resmi mengenai perkembangan situasi keuangan dari perorangan atau suatu organisasi (umum). ~ lihat pemeriksaan. iii Investigasi, penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta melakukan peninjauan; percobaan, dan sebagainya, dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terutama yang menyangkut peristiwa, sifat, atau khasiat suatu zat, dan sebagainya; penyidikan. iv Penyimpangan, proses, cara, perbuatan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku, program, dan rencana yang telah ditentukan. v Auditor/pemeriksa/pemeriksa keuangan negara, orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK. vi Kerugian negara/daerah, kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai [vide: UU No. 15/2006, Psl 1 angka 15]. Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi NTB Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi NTB