Uploaded by User16065

laprak

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUK BAKERY
ACARA II
PEMBUATAN COOKIES
KELOMPOK I
Penanggung Jawab:
Annisa Wulansari
Devika Hanifa
A1F015026
A1F015082
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cookies merupakan salah satu produk pangan yang digemari oleh
masyarakat dari berbagai kalangan usia. Maka dari itu, cookies saat ini menjadi
makanan yang cukup popular dan dapat ditemukan dengan mudah. Cookies
termasuk dalam kategori biskuit yang bahan bakunya terdiri dari tepung terigu,
air, susu, telur, gula, dan shortening, yang dibuat melalui tahap pencampuran,
pencetakan dan pemanggangan. Umumnya cookies berukuran kecil, memiliki
bentuk yang datar maupun agak timbul. Lemak dan gula berperan penting
terhadap karakteristik cookies yang dihasilkan. Kandungan lemak yang cukup
tinggi pada formulasi cookies memiliki peran cukup besar terhadap sifat fisik dan
organoleptik produk cookies. Fungsi dari lemak adalah sebagai pembentuk krim,
penyumbang rasa, flavor dan tekstur.
Salah satu tepung yang dapat digunakan untuk menggantikan terigu
adalah tepung berbasis pangan lokal seperti ubi jalar, ubi kayu (singkong),
jagung dan lain-lain. Bahan pangan lokal yang dapat digunakan untuk bahan
baku pembuatan tepung adalah ubi kayu (singkong). Ketersediaan bahan baku
singkong yang sangat besar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti terigu.
Singkong selain dibuat menjadi tepung tapioka dapat juga dibuat menjadi mocaf (
Modified of Cassava Flour). Mocaf memiliki kadar lemak ,0,28% dan kadar
protein 0,66% yang rendah, namun memiliki kadar karbohidrat 94,8% yang
tinggi. Tepung mocaf
merupakan komoditas tepung singkong dengan teknik
fermentasi sehingga produk yang dihasilkan memiliki karakteristik fisik yang
mirip seperti terigu, yaitu putih, lembut, dan tidak berbau singkong.
Selain menggunakan tepung terigu, cookies juga dapat dibuat dari tepung
jagung. Tepung jagung mengandung karbohidrat dan protein yang cukup besar
dan juga mengandung serat, asam folat, mineral besi, magnesium, fosfor, kalium,
kalsium, vitamin B5, B12, A, C dan likopen. Tepung jagung juga kaya akan
beta karoten yang berfungsi sebagai prekursor vitamin A dan antioksidan.
B. Tujuan
Untuk mempelajari teknik pembuatan adonan cookies yaitu jenis adonan short
dough dan penggunaan bahan baku yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain timbangan,
baskom, mixer, oven, sendok kayu, loyang , roller, kuas kue dan cetakan
cookies.
2.
Bahan
Ulangan 1
No.
Bahan
Tepung Terigu
Jumlah
200 g
Mentega/ Margarin
100 g
Gula halus
100 g
Susu bubuk
20 g
Kuning telur
2 bt
Baking powder
2g
Garam
1g
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ulangan 2
No.
Bahan
Tepung Terigu
Jumlah
100 g
Tepung jagung
100 g
Mentega/ Margarin
100 g
Gula halus
100 g
Susu bubuk
20 g
Kuning telur
2 bt
Baking powder
2g
Garam
1g
Bahan
Tepung Mocav
Jumlah
200 g
Mentega/ Margarin
100 g
Gula halus
100 g
Susu bubuk
20 g
Kuning telur
2 bt
Baking powder
2g
Garam
1g
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ulangan 3
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
B. Prosedur Kerja
Mentega/ margarin dan gula dikocok dengan mixer
sampai lembut dan pucat.
Kuning telur dimasukkan, dikocok sampai
tercampur rata.
Tambahkan tepung, susu bubuk, baking powder dan
garam. diaduk perlahan menggunakan sendok kayu
hingga tercampur rata
Adonan di rollingpin agar datar dan di cetak dengan
menggunakan cetakan
Olesi atas adonan dengan kuning
telur
Panggang pada suhu 170 oC
sampai berwarna kecoklatan
Buat cookies ulangan 2 dan 3 dengan mengganti
bahan baku terugu dengan tepung jagung (ulangan
2) dan tepung mocav (ulangan 3)
Bandingkan diantara ketiga cookies tersebut
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
Pada praktikum acara ini, dilakukan proses pengolahan produk bakery yaitu
cookies. Menurut Kristiani (2004), biskuit atau cookies atau crackers merupakan
bentuk yang berbeda dari produk roti atau cake. Perbedaannya terletak pada kadar
air. Produk roti mempunyai kadar air sekitar 35-40%, cake 15-30%, sedangkan
biskuit sekitar 1-5%. Rendahnya kadar air pada biskuit menyebabkan produk
menjadi tahan lama untuk disimpan dalam waktu yang cukup lama. Bahan baku
yang digunakan untuk membuat cookies antara lain adalah tepung terigu, tepung
jagung, tepung mocaf, margarin, gula halus, susu bubuk, kuning telur, baking
powder, dan garam. Praktikum ini terdapat 3 perlakuan yang dibedakan dari
bahan baku tepung yang digunakan yaitu perlakuan pertama dengan bahan baku
tepung terigu, perlakuan
tepung
kedua yaitu dengan bahan baku tepung terigu dan
jagung dengan perbandingan 1:1, dan perlakuan ketiga yaitu dengan
bahan baku tepung mocaf saja.
Bahan baku yang digunakan untuk membuat cookies memiliki fungsinya
masing-masing. Bahan pembuat cookies dibagi menjadi dua menurut fungsinya
yaitu bahan pembentuk struktur dan bahan pendukung kerenyahan. Bahan
pembentuk struktur meliputi tepung, dan sedangkan bahan pendukung kerenyahan
meliputi gula, shortening, bahan pengembang, dan kuning telur.
Tepung yang digunakan pada pembuatan cookies berfungsi untuk
pembangun struktur pada cookies. Cookies dibuat dengan adonan shortdough
atau adonan yang tidak membutuhkan pembentukan gluten pada proses
pengolahanya. Pembentukan gluten
pada adonan
cookies
mengakibatkan
produk akhir cookies menjadi keras. Sehingga, pada pembuatan cookies ini
tepung terigu yang digunakan adalah tepung terigu dengan kandungan protein
rendah.
Cookies yang dibuat dari tepung komposit yakni tepung terigu dan tepung
jagung menunjukkan nilai sensoris yang masih disukai panelis. Namun, saat
penggunaan
tepung
jagung
ditingkatkan
menjadi
100%
mengakibatkan
penerimaan konsumen menurun. Tekstur cookies yang keras dapat disebabkan
oleh sifat alami pati jagung yang memiliki struktur kompak dan kuat serta
kemampuan pati dalam mengikat minyak yang rendah sehingga menghasilkan
adonan yang kurang elastis, maka tekstur menjadi lebih keras. Kandungan nutrisi
jagung tidak kalah jika dibandingkan dengan terigu, bahkan jagung memiliki
keunggulan karena mengandung pangan fungsional seperti serat pangan, unsur Fe,
dan beta-karoten (provitamin A) (Suarni dan Firmansyah, 2005). Berdasarkan
komposisi kimia dan kandungan zat gizinya, jagung mempunyai prospek yang
baik sebagai bahan pangan dan bahan baku industri. Kelebihan lain yang dimiliki
oleh tepung jagung jika dibandingkan dengan terigu adalah kandungan serat yang
lebih tinggi dari tepung terigu (Suarni dan Widowati, 2007).
Pengolahan cookies dengan tepung mocaf dapat dilakukan. Modified
Cassava Flour (MOCAF) adalah tepung yang dibuat dari ubi kayu (Singkong)
yang difermentasi menggunakan mikroba Bakteri Asam Laktat (BAL). Tepung
MOCAF dapat digunakan sebagai alternatif pengganti tepung terigu sekaligus
mendukung
perkembangan produk pangan lokal Indonesia (Hanifa, 2013).
Karena hasil fermentasi, bakteri dalam tepung mokaf membantu masalah
konstipasi. Tepung mocaf mengandung karbohidrat yang tinggi dan gelasi yang
lebih rendah dibandingkan tepung terigu. Mocaf memiliki karakteristik derajat
viskositas (daya rekat), kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan larut
yang lebih baik dibandingkan tepung terigu (Yustisia,2013).
Shortening atau lemak yang ditambahkan berperan memberi nilai gizi,
kelembutan, rasa enak, flavor yang spesifik juga berpengaruh pada tekstur yang
dihasilkan. Selama proses pencampuran adonan, air berinteraksi dengan protein
tepung terigu dan membentuk jaringan teguh serta berpadu. Pada saat lemak
melapisi tepung, jaringan tersebut diputus sehingga karakteristik makan setelah
pemanggangan menjadi tidak keras, lebih pendek dan lebih cepat meleleh di
dalam mulut. Pada praktikum ini, lemak yang digunakan adalah mentega.
Menurut Ningrum (2004), penggunaan mentega dalam pembuatan cookies
bertujuan untuk meningkatkan volume, meningkatkan keseragaman dan
kelunakan remah, dan memperpanjang daya simpan. Fungsinya dalam pembuatan
cookies yaitu memperkaya gizi dan memperbaiki tekstur, meningkatkan kelezatan
dan keempukan, memperbaiki aerasi sehingga bisa mengembang, memperbaiki
cita rasa pada cookies . Hal ini dapat dibuktikan pada praktikum ini yaitu hasil
produk cookies yang dihasilkan memiliki tekstur yang lunak, empuk dan remah
serta rasanya yang lezat.
Reaksi maillard juga disebabkan oleh adanya gula pada adonan cookies .
Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahzani (2013), yaitu gula berfungsi untuk
memberikan rasa manis, warna, aroma, berperan dalam menentukan penyebaran
dan struktur rekahan cookies, serta dapat menentukan tekstur cookies yang
diinginkan. Gula memberika warna cokelat pada cookies. Farida (2008)
menyebutkan bahwa jumlah gula yang ditambahkan akan berpengaruh terhadap
tesktur dan penampilan cookies. Cookies sebaiknya menggunakan gula halus atau
tepung gula. Jenis gula ini akan menghasilkan kue berpori-pori kecil dan halus.
Hal tersebut ibuktikan pada praktikum ini karena gula yang digunakan adalah gul
ahalus. Hasil akhir produk dapat terlihat yaitu cookies memiliki warna yang
kecokelatan dan tekstur cookies yang dihasilkan memiliki pori-pori yang kecil dan
halus.
Bahan selanjutnya yang digunakan dalam pembuatan cookies ini adalah
susu bubuk. Susu skim berbentuk padatan (serbuk) memiliki aroma khas kuat dan
sering digunakan pada pembuatan cookies. Skim merupakan bagian susu yang
mengandung protein paling tinggi yaitu sebesar 36.4%. Menurut Faridah (2008),
susu bubuk atau susu skim berfungsi memberikan aroma, memperbaiki tesktur
dan warna permukaan. Laktosa yang terkandung di dalam susu skim merupakan
disakarida pereduksi, yang jika berkombinasi dengan protein melalui reaksi
maillard dan adanya proses pemanasan akan memberikan warna cokelat menarik
pada permukaan cookies setelah dipanggang.. Pada praktikum ini, produk hasil
akhir cookies memiliki warna yang lebih cokelat dibandingan dengan adonannya.
Hal ini dikarenakan cookies yang dibuat pada praktikum ini menggunakan susu
bubuk yang akan mengalami reaksi maillard karena bereaksi dengan protein yang
terkandung pada adonan cookies. Protein yang terdapat pada adonan cookies
dapat berasal dari tepung terigu ataupun telur. Sehingga cookies yang dihasilkan
memiliki warna yang lebih cokelat.
Telur berpengaruh terhadap tekstur produk patiseri. Telur digunakan untuk
menambah rasa dan warna. Telur juga membuat produk lebih mengembang
karena menangkap udara selama pengocokan. Putih telur bersifat sebagai pengikat
atau pengeras. Sedangkan, kuning telur bersifat sebagai pengempuk (Faridah,
2008). Pada praktikum ini bagian telur yang digunakan adalah hanya bagian
kuningnya. Produk hasil akhir cookies yang diinginkan adalah memiliki tekstur
yang empuk. putih telur yang ditambahkan pada adonan cookies akan
mengakibatkan terperangkapnya udara dan teksur cookies akan mengeras.
Sehingga, untuk menciptakan cookies dengan tekstur yang lebih empuk atau
remah digunakan penambahan kuning telur. Kuning telur juga dapat berfungsi
sebagai sumber cairan yang dapat merekatkan adonan cookies sehingga dapat
dibentuk atau dicetak.
Fungsi bahan pengembang adalah untuk meng“aerasi” adonan, sehingga
menjadi ringan dan berpori, menghasilkan produk bakery yang renyah dan halus
teksturnya. Bahan pengembang yang digunakan pada pembuatan cookies adalah
baking powder. Baking powder berfungsi untuk meningkatkan kerenyahan kue
kering, selain itu baking powder juga berfungsi untuk membentuk volume,
mengatur aroma dan rasa, mengendalikan penyebaran dan pengembangan kue,
dan juga menjadikan kue kering lebih ringan. menggunaan baking powder dalam
jumlah yang berlebihan akan menyebabkan kue menjadi terlalu mengembang dan
menghasilkan rasa yang pahit (Suyarni, 2006). Pada praktikum ini dilakukan
penambahan baking powder agar didapatkan cookies dengan karakteristik yang
baik seperti volume yang mengembang dan tekstur yang lebih ringan.
Penambahan baking powder pada praktikum ini hanya sebanyak 2 gram untuk
menghindari cookies yang terlalu mengembang dan rasa yang pahit.
Garam memiliki fungsi membangkitkan rasa atau aroma. Selain itu, garam
juga dapat menurunkan suhu penggulalian dalam adonan, juga memegang peranan
penting dalam menimbulkan warna kerak yang tidak diinginkan dalam pembuatan
kue kering (Fatmawati, 2012). penambahan garam pada adonan juga berfungsi
sebagai penambah rasa gurih, pembangkit rasa bahan-bahan lainnya, dan
penambahan kekuatan gluten. (Mudjajanto, 2004). Sehingga dalam pembuatan
cookies tidak digunakan garam dalam jumlah yang banyak. Garam yang
ditambahkan dalam keseluruhan adonan cookies adalah hanya sebanyak 2 gram.
Hal ini dikarenakan garam dapat memperkuat protein dan akan menambah
kekuatan gluten sedangkan pada proses pembuatan cookies tidak dibutuhkan nya
pembentukan gluten. Garam yang ditambahkan pada pembuatan cookies ini hanya
bergungsi untuk membangkitkan rasa dan aroma.
Pembuatan cookies tidak membutuhkan pembentukan gluten pada
pengolahannya, maka pembuatan cookies dengan bahan baku tepung mocaf dan
subtitusi antara tepung terigu dengan tepung jagung tentunya dapat dilakukan.
Tepung mocaf dan tepung jagung tetap memiliki karakteristik yang berbeda
dengan tepung terigu sehingga produk hasil akhir dari cookies dari ketiga ulangan
akan berbeda, hal tersebut dibuktikan dengan uji organoleptik produk hasil akhir
cookies yang diujikan pada 15 panelis dengan tiga parameter yang di ujikan yaitu
tektur, struktur dan warna pada cookies.
Pada parameter tekstur cookies, hasil uji organoleptiknya menyatakan
bahwa tekstur cookies dengan ulangan 1 dengan nilai rata-rata 2,86 dan ulangan 2
dengan nilai rata-rata 2,6 memiliki hasil yang sama yaitu agak remah dan agak
kasar sampai remah. Dan untuk ulangan 3 yang memiliki nilai rata-rata 3 dengan
keterangan yaitu remah. Hasil ini tidak sesuai dengan pernyatan Solikhah dan
Nisa (2015) bahwa cookies yang terbuat dari bahan non terigu akan cenderung
lebih keras dan kurang renyah, pada hasil nilai rata-rata ulangan 1 yaitu dengan
bahan baku tepung terigu nilai rata-ratanya lebih rendah dibanding dengan
ulangan 3 yang hanya berbahan baku tepung mocaf, hal ini dikarenakan pada saat
praktikum ulangan 3 pengulenan adonan terjadi lumayan lama karena adonan
tidak bisa kompak dan menempel akibatnya tidak bisa dicetak . Proses pengulenan
yang lama akan membentukan jaringan gluten yang memerangkapan gelembunggelembung udara di adonan yang akan membentuk pori dan memungkinkan
terjadi pengembangan adonan, lalu tektur adonan menjadi remah karena adanya
pori-pori tersebut. Sedangkan pada hasil cookies ulangan 1 dan ulangan 2 sesuai
dengan pernyataan Solikhah dan Nisa (2015). Tekstur cookies juga bergantung
bahan-bahan lain seperti gula, lemak, telur dan pengembang. Untuk cookies,
sebaiknya menggunakan gula halus karena mudah di campur dengan bahan-bahan
lain dan menghasilkan tekstur kue dengan pori-pori kecil dan halus. Sebaliknya
tekstur poripori yang besar dan kasar akan terbentuk jika menggunakan gula pasir.
Penggunakan lemak berlebihan, akibatnya kue akan melebar dan mudah hancur,
sedangkan jumlah lemak terlalu sedikit akan menghasilkan kue bertekstur keras
dengan rasa seret dimulut, penggunaan kuning telur memberikan tekstur cookies
yang lembut, dan fungsi bahan pengembang adalah untuk meng“aerasi” adonan,
sehingga menjadi ringan dan berpori, menghasilkan cookies yang renyah dan
halus teksturnya.
Pada parameter struktur, hasil uji organoleptiknya menyatakan bahwa
struktur cookies pada ulangan 1 memiliki nilai rata-rata 3,06 yang artinya agak
berpori, ulangan 2 memiliki nilai rata-rata 2,73 yang berarti agak padat sampai
agak berpori dan ulangan 3 memiliki nilai rata-rata 3,4 yang berarti agak berpori
sampai berpori. Hal ini menunjukkan bahwa tepung jagung dan tepung mocaf
memberikan pengaruh pada struktur cookies yaitu semakin banyak subtitusi atau
penambahannya maka strukturnya akan semakin kasar. komponen utama yang
terdapat dalam tepung yang berpengaruh terhadap tekstur adalah protein. Protein
yang terdapat dalam terigu akan dapat membentuk gluten bila ditambah air,
dengan adanya gluten dapat menyebabkan adonan bersifat elastis dan mampu
menahan gas. Apabila jumlah gluten dalam adonan sedikit menyebabkan adonan
kurang mampu menahan gas, sehingga pori-pori yang terbentuk dalam adonan
juga kecil-kecil. Akibatnya adonan tidak mengembang dengan baik, maka setelah
pembakaran selesai akan menghasilkan produk yang keras. Struktur cookies
sendiri tergantung pada bahan-bahan lainnya seperti gula dan telur. Gula berperan
dalam menentukan penyebaran dan struktur rekahan kue dan telur merupakan
pengikat bahan-bahan lainnya, sehingga struktur cookies lebih stabil.
Pada parameter warna, hasil uji organoleptiknya menyatakan bahwa pada
ulangan 1 memiliki nilai rata-rata 2,73 yang artinya cookies memiliki warna
coklat kekuningan sampai coklat, ulangan 2 memiliki nilai rata-rata 1,66 yang
berarti cookies memiliki warna kuning kecoklatan sampai coklat kekuningan dan
ulangan 3 memiliki nilai rata-rata 2,27 yang berarti warna cookies coklat
kekuningan. Reaksi pencoklatan pada hasil akhir produk cookies diakibatkan
karena adanya gula, lemak dari margarin, serta protein dari susu akan
mempengaruhi pembentukan kristal dan perubahan warna menjadi coklat.
Menurut Kusumanto (2009), bahwa kandungan protein yang ada pada tepung ubi
kayu dapat menyebabkan warna coklat ketika pengeringan atau pemanasan. Jadi
penggunaan tepung mocaf membuat cookies yang telah melewati proses
pemanggangan (pemanasan) mengalami reaksi pencoklatan karena kandungan
protein yang terdapat didalamnya.
V.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Faridah, A, dkk. 2008. Patiseri Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengan
Kejuruan : Jakarta.
Fatmawati, W. T. 2012. Pemanfaatan tepung sukun dalam pembuatan produk
cookies. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta
Hanifa, R., Hintono, A., & Pramono, Y. B. (2013). Kadar Protein, Kadar Kalsium
dan Kesukaan Terhadap Cita Rasa Chicken Nugget Hasil Substitusi Terigu
dengan Mocaf dan Penambahan Tepung Tulang Rawan. Jurnal Pangan dan
Gizi, 4 (8): 53-54.
Kristiani, E. B. 2004. Substitusi Dedak Gandum untuk Memperkaya Serat
Makanan pada Cookies. Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Vol.
1 (1) : 1-8.
Kusumanto, Dian. 2009. EL OI, Makanan Pokok dari Singkong Masyarakat
Pedalaman Nunukan Kalimantan Timur. http://www.ipteknet.com.
Diakses 11 Desember 2017.
Mudjajanto, E.S dan L.N Yulianti. 2004. Membuat Aneka Rori. Penebar Swadaya
: Jakarta.
Ningrum, W. D. 2006. Eksperimen Pembuatan Roti Tawar dengan Menggunakan
Jenis Lemak yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Negri
Semarang : Semarang.
Rahzani. 2013. Teknologi Roti dan Kue. Buku Ajar. Politeknik Pertanian.
Universitas Andalas: Padang.
Solikhah, F.S., dan F.C. Nisa. 2015. Cookies Beras Pratanak (Kajian Proporsi
Tepung Beras Pratanak dengan Tepung Terigu dan Penambahan
Shortening). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3 (3) : 1180-1191.
Suarni dan I.U. Firmansyah. 2005. Beras Jagung Prosesing dan Kandungan
Nutrisi sebagai Bahan Pangan Pokok. Prosiding Seminar dan Lokakarya
Nasional Jagung. Makassar : 393-398.
Suarni, dan Widowati S. 2007. Struktur, komposisi, dan nutrisi jagung. Prosiding
Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Makassar : 410-426.
Suyarni, A., E. Hidayat, D. Sadayaningsih, dan E. Hambali. 2006. Bisnis Kue
Kering. Penebar Swadaya : Jakarta.
Yustisia, R. (2013). Pengaruh Penambahan Telur Terhadap Kadar Protein, Serat,
Tingkat Kekenyalan dan Penerimaan Mie Basah BEBAS Gluten Berbahan
Baku Tepung Komposit (Tepung Komposit: Tepung Mocaf, Tapoika dan
Maizena). Journal of Nutritioan College, 2 (4): 697-703.
LAMPIRAN
No.
Foto
Keterangan
1.
Bahan-bahan
pembuatan
cookies.
Bahan ditimbang sesuai
dengan ketentuan.
2.
Mentega/ margarin dan gula
dikocok
dengan
mixer
sampai lembut dan pucat.
3.
Kuning telur dimasukkan,
dikocok sampai tercampur
rata.
1.
Tambahkan tepung, susu
bubuk, baking powder dan
garam. diaduk perlahan
menggunakan sendok kayu
hingga tercampur rata
2.
Adonan di rollingpin agar
datar dan di cetak dengan
menggunakan cetakan.
3.
Olesi atas adonan dengan
kuning telur.
4.
Panggang pada suhu 170 oC
sampai berwarna kecoklatan.
5.
Buat cookies ulangan 2 dan
3 dengan mengganti bahan
baku terugu dengan tepung
jagung (ulangan 2) dan
tepung mocav (ulangan 3)
PEMBAGIAN TUGAS
Annisa Wulansari : Latar Belakang, Tujuan, Alat dan Bahan, Prosedur,
Pembahasan, Lampiran Dokumentasi.
Devika Hanifa
: Cover, Tinjauan Pustaka, Data Hasil, Kesimpulan, Penutup,
Editing, Print.
Download