The Journey of My Hijrah The Journey of My Hijrah Dari sahabat Umar bin khattab ra berkata, “Aku mendengar Rasululah saw bersabda, “ Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu akan mendapatan apayang diniatknanya. Barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya.....”(HR. Bukhari dan Muslim) The Journey of My Hijrah Daftar Isi Indahnya Jatuh Cinta Buka Hatimu, Maka Hidayah Akan Datang The Power Of Doa Mulailah Segera, Iya Mulai Yuk Hijrah Kutinggalkan Ia, Demi Dia Tinggalkan Maksiat, Dekap Syariat Sahabat Terbaik Taat Tanpa Tapi Ku Terus Mencoba Meraih RidhoNya Aku Sayang Keluargaku Bertemu Sahabat Taat Itu Nikmat Kita Berusaha, Allah Yang Menentukan Hijrah Saja Dulu Bersamamu Di Jalan Taat Jalan Hijrahku Aku Bertaqwa, Maka Aku di Uji The Journey of My Hijrah Indahnya Jatuh Cinta Oleh: Muttia Chandra Putri Rizkiany P ink!! Atau sering kita sebut merah muda. Warna dari seseorang yang hatinya sedang berbunga-bunga. Hmm.. no.. no.. no. Sedang jatuh cinta lebih tepatnya. Ya kami sedang jatuh cinta bukan dengan seseorang yaa. Kami sedang jatuh cinta dengan sesuatu yang lebih “Besar”, “Lebih Mulia”, “Lebih Hebat”, “Lebih Luar Biasa” dan “Layak Untuk Diperjuangkan”. Eiits tapi nanti dulu dikasih taunya nih tentang pertanyaan “lagi jatuh cinta sama siapa sih?”. Dari tadi pasti masih banyak yang bingung “kami” itu siapa? Emang kamu nggak sendiri nih? Emang sama siapa sih? Woy sabar dulu sahabat, banyak banget sih pertanyaannya. Satu-satu ya dijawab. Yang pertama, yang nulis memang cuma satu. Tapi yang jatuh cinta sama yang satu ini banyak. Karena yang memperjuangkannya pun banyak. Langsung aja nih cerita dari penulis tentang mengapa dia jatuh cinta, sama siapa sih, semua akan ada waktunya untuk menjawab pertanyaannya. Ini tentang si penulis yang sedang jatuh cinta... Inisial penulis itu MCPR. Penulis itu sedang melalui masa study di masa-masa menegangkan yaitu semester 8, di Fakultas Kehutanan, mengambil departemen Budidaya Hutan. Beberapa yang mengenal penulis sebelum memasuki zona kuliah pasti akan pangling, karena penulis berbeda dengan sebelum penulis kuliah. Terlebih lagi penulis suka berpindahpindah tempat tinggal, dikarenakan ayah penulis yang suka berpindah-pindah. Jadi sahabat, teman-teman, bahkan keluarga yang sebelumnya mengenal penulis yang dulu akan bingung ketika melihat penulis yang sekarang, karena aku yang dulu bukanlah yang sekarang. Bukan hanya dari penampilan, tapi cara berpikir pun juga berubah. Kalau menceritakan masa-masa merah putih, penulis seperti kebanyakan anak-anak biasa zaman pertengahan kok antara zaman old mau ke zaman millenial yang suka bermain dengan ceria. Pagi sekolah dan sore hari lari-lari ke masjid untuk ngaji, tapi tetap saja ngaji pun ngerti tak ngerti. Masa-masa putih biru itu masa dimana penulis masih suka dengan organisasi PMR saat sebelum pindah ke Medan, tapi setelah pindah penulis jadi kutu buku, yang berada di dunia sendiri dan asik dengan bukunya. Dari masa putih biru penulis masih suka dengan gaya rambut ekor kuda atau sering dibilang kuncir satu. Saat itu penulis masih belum mengenal jilbab. Tapi saat setelah pindah ke Medan, penulis memiliki keinginan untuk menggunakan The Journey of My Hijrah jilbab atau penutup rambut, karena melihat teman yang menggunakan jilbab pada saat itu terlihat cantik dan rapih. Jadi saya mengatakan keinginan saya ke mama untuk membelikan, tapi saat itu terjadi penolakan untuk pertama kalinya karena mama takut kalau saya tidak konsisten memakai jilbab yang akan lepas pakai. Karena saya anaknya penurut dan takut jadi anak durhaka, jadi saat itu saya mengurungkan niatnya karena ada pasal 1” mama tidak pernah salah.” Pada masa putih abu-abu adalah masa puber , masa dimana saya masih mencari jati diri dan mencari teman. Saya aktif di organisasi sekolah Paskibra. Tapi untuk penampilan saya sudah mulai menggunakan jilbab paris dan gaya seperti anak-anak kekinian pada saat itu karena mulai dibolehkan dan diharuskan menggunakan jilbab dan teman-teman saya begitu juga. Pada saat itu, kebijakan organisasi Paskibra di sekolah, saat pengibaran dan lomba tidak boleh menggunakan jilbab, jadi saya masih lepas pakai. Fashion saya pada masa putih abuabu, penulis suka fashion ketomboy-tomboyan, suka pakai jeans, walau begitu jilbab paris pun tetap dipakai. Tapi masa putih abu-abu saya tidak hanya sekedar itu saja, saya pun pernah merasakan namanya merah jambu, pernah merasakan pacaran, fans dari oppa oppa sarange, hafal gerakannya, hafal lagunya, dan koleksi segala drama koreanya mulai dari romance sampai action. Wiih jangan ditanya berapa banyak, dan biasnya siapa, EXO, SuJu, Big Bang, BTOB dan oppa-oppa lainnya saya tauuuu. Kalau soal ibadah hmm sedih deh pokoknya bolong-bolong, ya wong sering dimarahin mama cuma buat sholat, tapi memang anaknya aja yang suka dengerin mamanya marah, hahaha. Cuma puasa aja yang full karena saya memang sudah dilatih puasa full dari TK. Masa kuliah pun dimulai. Kalau ditanya alasan saya kuliah itu kenapa, awalnya nggak pernah sama sekali berkeinginan untuk kuliah, cita-cita saya dari dulu adalah menjadi seorang kowad (tentara wanita). Tapi semua berubah saat masa-masa penentuan pilihan masa depan, ingin lanjut kemana, apa, dan dimana. Saya mencoba tes dimana pun STIS, STAN, Telkom, dan lain-lain, sebelum masa SBMPTN dan ujian masuk tentara. Tes yang saya coba semua gagal. Pada saat itu mama menganjurkan untuk sholat tahajud. Saya bingung “gimana lah ngerjain sholat tahajud ini?” Tau aja baru karena disuruh mama, jadi ngerjainnya itu bermodal baca dan pada akhirnya nanya mama. Jadi setelah itu nggak tau kenapa saya ngelihat status temen lewat sosmed yang pada saat SD mulai hijrah, dan saya mulai sering menemukan quotes tentang kewajiban menutup aurat. Pada saat itulah saya mulai tau ternyata menutup aurat itu wajib hukumnya dan kalau saya menjadi kowad, tentu akan lebih jauh dari menutup aurat. Jadi pada saat itu saya memutuskan untuk kuliah, dan berharap saat kuliah bisa lebih mengenal agama lebih dalam, dan Alhamdulillah saya lolos SBMPTN. Sebenarnya saya The Journey of My Hijrah punya keinginan untuk masuk pesantren tapi ditolak papa, karena sulit untuk jauh dari anak perempuan satu-satunya, lebih tepat nggak tegaan. Pada masa kuliah saya masih belum tahu menutup aurat sebenarnya itu seperti apa, jadi penulis masih menggunakan celana keper dan kemeja oversize. Pada awal semester, ada gitu kakak senior menggunakan kerudung panjang dan pakai gamis mengajak saya ke acara dengan judul “IPK 4”, kakak-kakak yang mengajak itu namanya kak Wahyuni dan kak Masrida. Setelah acara berakhir pun saya masih dekat dengan kakak itu dan mulai tertarik dan diajak ke kajian mengenal Islam. Awalnya kajiannya itu mengenai “Jalan Menuju Iman”, di kajian itu saya mengetahui bahwa manusia itu diciptakan memiliki akal, sehingga manusia dapat memilih jalannya sendiri, ingin masuk surga atau neraka, karena pilihannya hanya ada dua. Saya mulai merasakan merah muda dihati penulis. Kajian pun dilanjutkan mengenai “Penerapan Hukum Syara‟ Secara Kaffah” sampai ke kajian “Berpakaian Sesuai Syariat” yang mulai membuat saya tertarik. Disaat kajian mengenai “Berpakaian Sesuai Syariat”, saya mulai mengetahui cara berpakaian yang sesuai itu seperti apa dan konsekuensinya seperti apa, dan penulis mulai bisa membedakan antara jilbab dan kerudung, yang ternyata selama ini banyak umat yang masih salah dalam membedakannya. Pada saat inilah penulis mulai jatuh cinta. Jadi penulis mulai mengenakan jilbab dan kerudung yang memang sudah diwajibkan untuk seorang muslimah dan berusaha mendapatkan perhatian-Nya. Berlangsung 2 minggu setelah saya memutuskan untuk menggunakan jilbab dan kerudung dikesehariannya, mama saya mulai merasa khawatir. Kekhawatiran seorang ibu yang takut anak pertamanya tidak mendapat pekerjaan, takut salah jalan, dan lain-lain mulai semakin menjadi. Hal yang tak pernah saya duga sebelumnya, saya ditarik oleh mama dari kamar sampai ke ruang tamu lebih tepatnya ke depan ayah dan mama marah dan mengatakan “lihat anak satu ini, cara berpakaiannya begini, gimana mau dapat kerjaan kalau cara berpakaiannya begini. Mana ada tempat kerja yang mau nerima orang yang berpakaian begini, kalau begini lebih baik nggak usah kuliah, capek-capek kuliah, kalau nggak ganti sekarang, nggak usah ngomong sama mama!!”. Subhanallah, saat itu langit seperti mendung seketika. Yang diucapkan mama seperti hujan badai di langit yang cerah. Tak pernahku membayangkan kalau mama bisa mengatakan demikian, padahal awalnya tak masalah, dan entah kenapa bisa tiba-tiba mengatakan demikian. Dan saat itu, saya hanya diam karena biasanya akan melakukan apa yang mama penulis katakan, tapi pada saat itu saya hanya tersenyum dan meneteskan air mata menunggu jawaban ayah. Tapi apa yang diharapkan penulis untuk mendapatkan pembelaan pun hilang, tak seperti yang diharapkan. Saya pergi kuliah dan berusaha mengikuti semua mata perkuliahan seperti biasa dan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Pada saat dirumah, mama diam beribu bahasa, yang biasanya menanyakan The Journey of My Hijrah kegiatan perkuliahan, saat itu tak mau tau dan pergi begitu saja. Hari berlalu, saya menceritakan apa yang kualami ke kak yuni, dan berharap mendapatkan solusi dari apa yang sedang dialami. Pada saat sudah mulai sampai di rumah, saya mulai memberanikan diri menyapa mama, dan mengatakan “ma, *muti minta maaf kalau ada salah, mama lebih paham dibanding anak mama yang masih minim ilmu ini, kalau dalam Islam tidak boleh 3 hari tidak bertegur sapa, dan rezeki, maut diatur oleh Allah, bagaimana pun pakaian anak mama kalau Allah berkehendak maka akan terjadi, ma”. Setelah beberapa jam mama mendatangiku dan mulai menjelaskan alasan sikap mama tersebut. Walaupun sampai saat ini mama masih belum menutup aurat secara sempurna. Insyaa Allah dan butuh usaha lebih dan doa agar dilembutkan hati orangtu. Aamiin. Tapi alhamdulillah, saat ini saya menjadi tempat orangtua mengeluarkan uneg-uneg mereka, meminta solusi, tempat berbagi ide, dan lain-lain yang sebelumnya saya hanya dianggap sebagai anak yang pandai mengeluh. Awalnya saya takut untuk menjelaskan kepada orangtua penulis namun karena support dari temen-temen ngaji sekaligus sahabat-sahabat hijrah yang mungkin pengalamannya lebih dari apa yang saya alami, mungkin ada yang karena hijrah sampai ada yang di stop uang jajannya, diusir dari rumah, dan dibakar jilbab-jilbabnya. Dan penulis masih ingat perkataan kakak itu yang membuat saya ingat hingga sekarang “dek, yang memberi rezeki atas adek itu Allah, mungkin saat ini adek takut durhaka sama mama adek, dimana memang surga itu ditelapak kaki ibu, tapi yang pemilik hati itu Allah, dan kewajiban adalah kewajiban, hukum syara‟ tidak bisa kita pilih-pilih, mungkin ini cara Allah menguji adek, lewat penjelasan, doa, dan mama adek melihat sikap adek yang mulai berubah, Insyaa Allah mama adek pasti akan luluh suatu saat nanti”. Dan alhamdulillah mama mulai sadar dan membolehkan penulis menutup aurat yang sesuai hukum syara‟. Hijrah itu apa sih? Sampai bisa begitu? Orang gila kali ya? Nggak takut apa dikatain kuno? Nggak takut apa dikatakan sesat? Sahabat.. hijrah itu menurut bahasa berpindah. Ya!! Hijrah itu dalam artian berpindah dari yang masa lalu ke masa sekarang. Hijrah itu berpindah dari yang jahiliah (bodoh) ke lebih mengenal Islam. Hijrah itu dari yang masa bodoh menjadi lebih peduli. Hijrah itu dari yang buruk menjadi baik. Hijrah itu dari sendiri menjadi bersama. Ya hijrah itu dari yang berdiam diri menjadi berjuang. Ya hijrah itu tak bisa sendiri.. karena hijrah itu mudah tapi istiqamah itu yang sulit, jadi kita membutuhkan orang lain agar kuat. Tapi hijrah akan lebih sulit dilakukan untuk orang-orang yang tak mau tau, kalaupun tak sudah tau tapi tak bisa mendobrak zona nyamannya. Sahabat.. jadi seseorang yang memilih berhijrah itu orang yang The Journey of My Hijrah kuat dan tangguh bukan? karena lebih memilih keluar dari zona nyamannya. Ya sahabat.. kalian itu tangguh, bahkan lebih tangguh dari yang kalian bayangkan. Jadi kalian sudah tahu kan?? Apa yang membuat kami jatuh cinta?? Dan kepada siapa?? Ya kami, eh tidak “KITA” sedang jatuh cinta kepada Islam dan Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Kita memang baru sama-sama saling mengenal tapi kami yakin dari kami akan menjadi kita yang akan saling berpegang tangan dan sama-sama berjuang menegakkan Islam dan berusaha agar hukum syara‟ diterapkan di bumi Allah. The Journey of My Hijrah Buka Hatimu, Maka Hidayah Akan Datang Oleh: Juna Aisyah Tanjung P erkenalkan, namaku Aisyah, lebih lengkapnya Junia Aisyah Tanjung. Kini aku tengah menjadi Mahasiswi di salah satu Fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara, tepatnya Kehutanan. Tentang hijrah, aku akan berbagi sedikit pengalaman mengenai perjalanan hidupku dahulu. Dari masa yang kusebut sebagai zaman jahiliyah hingga menjadi sekarang. Ini bukan berarti aku telah menjadi manusia yang baik, hanya saja aku tengah berproses dari duniaku yang kelam. Berproses bukanlah hal yang mudah, namun bukan berarti harus berhenti di tengah jalan karena Allah pasti menghadirkan orang-orang baik untuk mendukung proses ini. Sebelumnya, aku tak mengenal apa itu hijrah dan bagaimana prosesnya. Yang kuperhatikan dari mereka yang hijrah adalah mengubah penampilan, dari awalnya menggunakan pakaian kekinian hingga menjadi pakaian syar'i. Aku tak pernah mencibir teman-teman sekitarku yang hijrah namun aku tak mau melakukan proses itu. Bagiku, hijrah bukan hanya sekedar mengubah penampilan semata namun harus disertai dengan perubahan pemikiran dan pribadi. Disinilah batinku berseteru, aku tak ingin hijrahku hanya sekedar hijrah musiman yang sewaktu-waktu bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Orang yang tak akan kulupakan dalam proses hijrahku adalah abang kandungku. Ia adalah orang yang selalu memarahiku ketika melihatku keluar rumah tanpa menggunakan hijab. Dulu aku sangat membenci nasehatnya namun aku juga tak memiliki keberanian untuk membantahnya. Kuakui diri ini memang bersalah, namun rasanya masih enggan untuk menutup rambut ini. Perkataannya kira-kira begini, "Jangan langkahkan kakimu keluar rumah jika tak mau menggunakan hijab!". Namun begitulah nasehat, masuk kanan dan keluar kiri. Aku mengiyakan namun jika dia sedang tak berada di rumah aku tak mau menggunakannya. Rasanya aku begitu terkekang, karena ini bukanlah keinginanku. Satu hal yang kusesali adalah, 12 tahun disekolahkan di sekolah agama namun baru menyadari kewajiban menutup aurat di kelas 12. Ketika itu aku masih menduduki kelas 11, ada satu teman lelaki di kelasku yang menjelma seperti abangku. Kukira cukup abangku saja yang menasehatiku di rumah namun ternyata Allah menghadirkan satu sosok lagi. Jujur saja, aku tak menyukai nasehatnya. Kuping ini rasanya ingin pecah karena tiap hari ia selalu menegurku bahkan di hadapan teman sekelasku. The Journey of My Hijrah Jika di rumah aku tak menggunakan hijab, di sekolah aku tetap menggunakannya karena sekolahku adalah sekolah berbasis agama. Bedanya adalah, aku enggan menggunakan ciput atau dalaman kerudung serta selalu menggulung baju kurungku yang panjangnya selutut hingga di atas pinggang. Tak lupa juga, rambutku yang panjang kuikat begitu saja tanpa disanggul sehingga kadang terlihat jika kerudungku dipendekkan. Kalimat yang sering diucapkannya adalah, "Rambutmu kelihatan Jun! lebih baik disanggul dan gunakan dalaman kerudung!". Bagiku, ini perkataan singkat namun menyakitkan. Tiap hari ia selalu mengatakan itu hingga hari selanjutnya aku jadi berpikir untuk mengikuti sarannya, meskipun niat awalku karena takut diceramahinya lagi. Teman perempuanku juga mengajakku memakai handshock namun aku masih enggan karena takut hanya mengikuti zaman semata. Sejatinya, hidayah itu memang tak bisa disangka kapan datangnya. Meski ribuan kali orang-orang di sekitarku menasehatiku namun jika Allah tak memberikan hidayah-Nya dan aku tidak mencarinya maka hal itu akan sia-sia. Aku tak pernah mengira bahwa liburan semester genap di rumah adik ayahku yang ada di Medan akan mengubahku menjadi seperti sekarang. Saat itu, aku membuka channel Youtube, entah mengapa hatiku tergerak untuk mendengarkan ceramah. Awalnya yang kudengarkan adalah ceramah Ustadz Hanan Attaki yang membicarakan kemuliaan Ibunda 'Aisyah r.a, serta sifatnya yang mudah cemburu terhadap Rasulullah. Hingga akhirnya yang kubuka adalah ceramah Ustadz Khalid Basalamah yang membicarakan kewajiban wanita menutup aurat. Kalimat yang tak bisa kulupakan adalah, "Selangkah anak perempuan keluar rumah tanpa menggunakan hijab maka selangkah pula ia mengantarkan ayahnya ke pintu Neraka". Air mata ini menetes seketika. Terhitung sudah berapa banyak diriku berusaha mengantarkan Ayahku ke Neraka? Bukan hanya Ayahku saja, tetapi saudara lelakiku juga. Allahu, rasanya aku telah melakukan dosa yang teramat besar. Aku tak kuasa menahan isak tangisku kala membayangkan wajah-wajah tak berdosa itu jika nanti diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Orang-orang yang tak kudengarkan justru mengajakku pada kebaikan meskipun melalui nasehat pedas yang kukira hanya akan memojokkanku. Ternyata mereka menyayangiku. Ampuni hamba ya Rabb... Setelah kejadian itu, aku mulai memperbaiki pakaianku. Pendapatku ternyata salah, hijab dan akhlak adalah dua hal yang berbeda. Hijab adalah kewajiban seorang Muslimah dan tak bisa ditawar-tawar. Tak perlu menghijabi hati terlebih dahulu karena sejatinya hijab menutup, sementara hati perlu dibuka agar hidayah-Nya mudah masuk. Dengan menggunakan pakaian yang sesuai syariat, insyaaAllah secara perlahan akan memperbaiki akhlak. Pesanku pada sahabat hijrah lainnya, jangan takut untuk memulai. Hijrah tak seperti yang dibayangkan. Hijrah itu indah. Apalagi Allah selalu menghadirkan orang-orang baik di The Journey of My Hijrah perjalanan hijrahmu. Jika bukan engkau yang membuka hatimu, bagaimana hidayah itu bisa datang? Ingat, jangan menunggu hidayah datang, hidayah tak akan datang jika engkau tak berniat menjemputnya. “Allah tak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum ia berusaha untuk mengubahnya.”(TQS : Ar-Ra’d : 11) The Journey of My Hijrah The Power of Do’a Oleh: Gusminar S aat kelas XII Aliyah, sebenarnya sudah ada keinginan mau berubah, berubah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, hanya saja tidak tau mau berubah seperti apa, akhirnya hanya berusaha menjaga sholat, menutup aurat, walaupun hanya sekedarnya saja, masih memakai celana, baju yang ketat, dan kerudung yang tipis. Itupun tidak tau berubah karna apa, apa motivasi berubah itu, atau saat itu ingin dekat dengan Allah hanya karna aku menginginkan sesuatu. Yah begitulah ketika hijrah tanpa ilmu, bukankah seharusnya hijrah itu harus karena Allah ? Karena ingin mengharapkan Ridho Allah ? Selama itu terus berusaha, senantiasa berdoa agar Allah kiranya berkenan mengabulkan permohonan yang selalu di pinta, keinginan itu adalah agar di luluskan di Perguruan Tinggi Negeri USU. Masya Allah, Alhamdulillah, betapa Allah menyayangi hamba-hambaNya, walau semua ibadah yang di lakukan hanya karna agar doa-doa terkabul, tetapi Allah benar-benar mewujudkannya, saat itulah air mata berlinang, betapa nikmatnya ketika doa di ijabah, merasa betapa Allah sangat dekat, sehingga semakin kuatlah perasaan itu, ingin dekat dengan Allah SWT. Sekali lagi tangan ini rasanya langsung di sambut,di hari pertama sampai di USU langsung di pertemukan dengan seseorang yang mengajak hijrah, setelah sebelumnya niat ingin berubah namun tidak tau arah dan tujuan, sekarang ada seseorang yang dengan suka rela memberikan arah, ilmu Islam. Bertemu pertama kali di Mushallah, pertama diberi undangan Majelis Taklim, tapi akhirnya tidak datang, yah mungkin karena singkatnya perkenalan dan masih ada rasa takut. Dan jujur, sebenarnya ingin menghindar, karena memang belum terpikir, hanya masih bingung dengan banyaknya urusan administrasi kuliah. Beberapa minggu setelah pertemuan pertama itu, akhirnya bertemu kembali dengan orang yang berbeda tapi dengan ajakan yang sama, yuk hijrah, yuk mengkaji Islam, mungkin inilah yang dinamakan jodoh kali yah. Karena tidak bisa menolak lagi, akhirnya kemudian bersedia untuk di ajak hijrah, di ajak ngobrol tentang Islam, diajak kajian, majelis-majelis ilmu juga. Memang tidak secepat itu pahamnya, namun seiring berjalannya kegiatan-kegiatan itu, ternyata ada banyak hal yang belum diketahui sebelumnya tentang Islam. Bagaimana mendapatkan keimanan itu, bagaimana menutup aurat itu, nah ternyata pakaian muslimah itu ada Jilbab dan Kerudung, ternyata keduanya berbeda. Bagaimana seorang muslimah sangat dijaga kemuliaannya dalam Islam, misalnya dengan Islam mengatur interaksi antara laki-laki The Journey of My Hijrah dan perempuan. Bagaimana perjalanan Dakwah Rasulullah SAW, para sahabat, dan ada sesuatu yang begitu luar biasa yaitu sejarah kegemilangan Islam. Islam berjaya selama 13 abad, dan wilayahnya yang sangat luas mencapai dua pertiga dunia, ini sangat mengagumkan bukan ? Perlahan-lahan, yang di rasakan sebelumnya hampa, berubah menjadi penuh makna, ternyata ketika kita tau berbuat sesuatu itu karena apa, maka perbuatan itu kan terasa begitu bermakna. Ada tiga pertanyaan yang bisa mengubah hidup ini, yaitu dari mana kita berasal ?, untuk apa kita diciptakan ?, dan akan kemana setelah kehidupan ?. pertanyaan sederhana tapi sangat besar pengaruhnya, setelah menjawab pertanyaan ini dengan benarlah kemudian perubahan itu perlahan datang menghampiri. Hingga saat ini, semoga Allah memberikan keridhoanNya, semoga di Istiqomahkan di jalan hijrah ini, semoga Allah memberikan hidayahNya hingga akhir hayat. Begitu banyak bersyukur, dengan segala nikmat yang telah diberikan hingga tidak mampu untuk di lukiskan. Masya Allah, lagi, walau ketika pertama kali ada keinginan untuk berubah, untuk hijrah, dengan niat yang salah, hanya menginginkan dunia saja, tapi Allah balas dengan kasih sayangNya, benar-benar diberi petunjuk, dibimbing Allah, agar bagaimana hijrah itu hanya ditujukan kepadaNya, dan Allah lah yang mempertemukan kita duhai sahabat hijrahku Beberapa saat setelah itu, kemudian menyimpulkan ada dua nikmat yang sangat berarti yaitu, yang pertama Lulus di USU dan yang kedua bertemu dengan sahabat hijrah, dan akhirnya ada dua tujuan juga yaitu lulus kuliah dan tetap istiqomah di jalan Islam. The Journey of My Hijrah Mulailah Segera. Iya Mulai! Oleh : Dinda Fadilah N ama saya Dinda Fadilah. Saya lahir di Pematang Siantar pada 24 November 1999. Saya adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. Ah, sok formal lu Din kayak mau perkenalan di depan kelas aja ! sekarang sih masih kelas 1 di MAPN 4 Medan. Aku Cuma siswa SMA yang menginginkan banyak orang tersadarkan, kembali menuju Islam. Dan aku hanya menginginkan kembalinya kehidupan Islam yang dulu pernah ada dengan Syariah dan Khilafah. Yaa semoga sebelum nafas ini berhenti kita bisa merasakan indahnya hidup dalam naungan Islam. Aamiin Minggu, 14 Juni 2015 14:45 WIB Well, this is my first. Hari ini Aku akan mulai menulis. Iya menulis!!! Udah pernah narget sih dulunya at least selama hidup ini minimal menghasilkan 1 buku lahhh. Kenapa mau nulis ? Awalnya sih gak kepikiran gitu tapi setelah berbincang2 dengan beberapa aktivis dakwah Aku jadi tertarik. Kalo kita dakwah biasa yaa palingan kita hanya bisa menyampaikan ke beberapa orang. Itupun gak semua bisa tersadarkan kannn guysss. Tapi kalo buku itu kan banyak orang yang bisa baca. Artinya makin banyak orang yang tersadarkan ! Nahhh dari situlah muncul keinginan untuk nulis. Yaaa ini sih masih tahap belajar. Kalo sekarang palingan Cuma bisa nulis inspirasi yang didapat dari kehidupan sehari-hari. Dari pada nulis status di fb mulu. Kan mending latihan buat nulis. Mudah-mudahan bisa nulis beneran nanti. Melaksanakan kewajiban itu sulit. Ketika ingin berubah menjadi lebih baik itu sulit. Terkadang berbuat kebaikan juga sulit. Kenapa gitu ya ? Ya iyalah ! kalo mudah-mudah aja dan lurus-lurus aja kayak jalan tol semua orang juga bisa. Karena semuanya udah baik dan mudah. Ketika sulit untuk berbuat kebaikan disitulah letak cobaannya. Kalo semua mudah di mana letak cobaan dan keistiqomahan kita ? Sebenarnya untuk melakukan sesuatu kita hanya perlu memulai, iya memulai saja ! Tapi bener sih disitu letak kesulitannya. Akan ada rasa malas dan kawan-kawannya yang buat kita gak mau memulai. Tapi demi hal yang kita inginkan dan harus dilakukan kita harus bisa melawan godaan itu. Bagi muslimah yang dulunya tak menutup aurat pasti awalnya sulit berhijab syar‟i. Bagi yang dulunya aktivis pacaran pasti di awal sulit meninggalkan aktivitas itu. Bagi sebagian penulis awalnya menulis itu sulit. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan itu gimana ? Ya mulai saja. Mulailah melakukan atau meninggalkan. Mulai lakukan hal-hal yang harus dilakukan dan tinggalkan hal-hal yang harus ditinggalkan. Paksa dirimu untuk memulai. You decide ! Mulainya harus segera loh yaa.. Jangan ditunda-tunda. Kalo udah ditunda ntar The Journey of My Hijrah jadi malas and then gak jadi dehh. Kalo udah berani untuk mulai itu berarti kamu berhasil, berhasil horeee we did it ! *bukan lagi nonton dora kaliii! -_Sedikit pengalaman pribadi nih yaa.. Dulu, ketika kakak saya menyuruh untuk berhijab syar‟i awalnya saya merasa berat. Tapi setelah saya bisa dan berani memakainya gak terjadi apa-apa kok. Gak ada kerusuhan atau bom meledak hanya karena itu. Tenang sajaa. Nahh jadi intinya untuk melakukan suatu kewajiban ataupun kebaikan kuncinya terletak di diri kita. Kalo memang kita mau memulai pasti bisa. Saya bisa berhijab syar‟i karena saya mau dan berani memulainya. Jadi gak ada kata gak bisa atau belum siap yaaa. Hanya, Lakukan saja ! Selanjutnya tinggal gimana caranya agar kita bisa terus melakukannya guys. Atau bahasanya Istiqomah. Kita bahas di part selanjutnya yaaa. Tunggu saja Tak terasa tulisan itu sudah 4 tahun lalu kutulis. Waktu berlalu secepat itu ya ternyata.. Aku bukan lagi seorang siswa SMA. Kini, aku adalah seorang mahasiswi di Universitas Sumatera Utara Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan. Karena berbagai kesibukan akhirnya tulisan itu tak berlanjut.. Tapi alhamdulillah sekarang aku akan melanjutkan ceritaku. Cita-citaku sampai saat ini masih sama. Aku masih menginginkan banyak orang tersadarkan dengan Islam dan kembalinya kehidupan islam dalam naungan khilafah. Insya Allah cita-cita ini takkan kuganti hingga aku dapat hidup dalam naungan Islam atau mati sebagai pejuangnya. Doain aku istiqomah ya gaes. Oh iya tulisan terakhir yang belum berlanjut itu tentang istiqomah kan ya.. Baiklah akan kulanjut. 4 tahun ini banyak sekali hal yang terjadi.. Kalo diceritakan nih satu malam ga‟ akan kelar. Tapi kali aku akan menceritakan beberapa aja. Dalam waktu itu, beberapa kejadian ada yang menguatkan keimanan dan langkah hijrahku dan ada pula yang menyurutkannya. Mulai dari pihak sekolah yang awalnya menentang keinginanku untuk tetap berhijab syar'i dengan tetap berjilbab (red:gamis) saat pelajaran olahraga, teman-teman yang terkadang membuatku lalai, hingga gangguan virus merah jambu. Yah namanya juga anak SMA. Virus merah jambu menyerang dengan sangat massif saat itu gaes. Hampir saja aku terlena. Tapi aku kembali mengingat azzamku untuk tidak lagi berpacaran. Ngebayangin dosanya itu.. Ngeri dehh. Tapi tetap aja setan tidak berputus asa untuk mengajak manusia agar menjadi temannya di neraka. Kalau ditanya apakah aku pernah ingin berhenti maka jawabannya YA! Namun hal itu tak berlangsung lama, Alhamdulillah Allah hadirkan orang-orang di sekitarku yang menguatkanku. Allah hadirkan orang yang dengan ikhlas mengorbankan waktunya seminggu sekali hanya untuk membimbingku. Allah hadirkan pula orang-orang yang mengajakku untuk bersama-sama memperjuangkan Islam. Orang-orang yang mungkin tak bisa kuucapkan The Journey of My Hijrah namanya satu persatu. Tapi Allah yang Maha Tau betapa aku bersyukur telah dipertemukan dengan mereka. Lelah saat mencoba menyampaikan kebenaran namun tak kunjung diterima bahkan dicaci maki, lelah saat waktu istirahatku berkurang. Itu manusiawi memang. Tapi Alhamdulillah mereka terus menguatkanku.. Hingga hari ini, Allah masih hadirkan orangorang itu dalam tim dakwah kampus yang mengajarkanku banyak hal. Aku bersyukur hingga hari ini Allah masih memberikan aku kesehatan, kelapangan waktu untuk tetap mengkaji Islam. Sementara banyak orang yang justru menyia-nyiakan waktunya untuk bersenang-senang hingga lupa bahwa kelak dia akan mempertanggung jawabkan masa mudanya, untuk apa dihabiskan. Dan lupa bahwa Allah menciptakannya hanya untuk beribadah kepada Allah. Bukankah surga terlalu mahal dibandingkan kesenangan dunia yang sementara? Aku sadar untuk tetap berada di jalan hijrah ini aku harus banyak-banyak mengkaji dan mempelajari Islam serta mendakwahkannya yang dulunya mungkin malas untuk kulakukan. Aku juga butuh dibersamai dalam jalan ini.. Sebab istiqomah itu tak bisa sendirian. Selayaknya lidi yang mudah dipatahkan jika hanya satu saja dan akan kuat jika dalam jumlah yang banyak. Untuk istiqomah dibutuhkan pengkajian islam terus menerus dan teman-teman yang membersamai dalam jalan hijrah. Akupun sadar surga itu tak murah. Takkan didapatkan oleh orang-orang yang enggan meraihnya. Maka aku berharap diantara penghuni-penghuni surga kelak, salah satunya adalah aku. Jika kalian tak temukan aku, cari aku nanti ya :') Ini hanya cerita singkat diriku, belum ada apa-apanya dibanding yang lain mungkin.. Dan perjalanan hijrahku takkan berhenti sampai di sini. Semoga Allah istiqomahkan kita dan pertemukan kita kelak di jannah-Nya. The Journey of My Hijrah Yuk Hijrah Oleh: Siti Rahmadani Lubis D ulu ketika pertama kalinya memilih untuk hijrah, tentunya pasti banyak sekali yang akan saya pertimbangkan. Segala kejadian akan datang, yang nantinya akan menguji keistiqomahan hijrah ku. Sedih, menangis, kecewa, takut, itu akan saya rasakan ketika mulai menghentakkan kaki di jalan hijrah. Inilah sepenggal cerita hidup ketika awal mula hati ini mantap untuk menjadi hamba Allah yang taat. Pertama, keluarga yang tidak dalam lingkungan kental agama. Inilah cobaan yang pertama saya rasakan yang berasal dari keluarga saya sendiri. Awal mulanya keluarga pasti akan menolak perubahan yang saya ambil. Mulai dari yang dibilang calon teroris, cara berpakaian yang dinilai seperti ibu-ibu, mereka sarankan beragama ya biasa-biasa aja, dan lain sebagainya. Tapi tentunya bagaimana cara kita mengatasi masalah diatas, bagaimana cara kita meyakinkan mereka bahwa jalan yang kita ambil benar dan cara kita untuk mengajak mereka ikut mencari ridhonya Allah SWT. Awal mulainya rasa takut datang menghantui, mulai dari diam-diam memakai kaos kaki didalam kamar, sholat dhuha yang secara sembunyi-sembunyi (kayak dahwahnya nabi ya, hehehe). Cemoohan karena jilbab dan kerudung yang lebar, dan lebih menyakitkan lagi ketika melakukan satu kesalahan maka akan dikaitkan dengan jilbab dan kerudung kita (saya tidak seperti malaikat yang diciptakan dengan sempurnanya). Bahkan disaat kumpul bersama keluarga maka siap-siaplah jadi topik utama. Tapi alhamdulillah wa syukurillah sekarang keluarga saya perlahan-lahan mulai menerimanya, bahkan Ibu saya yang dulunya bilang beragama biasa-biasa saja sekarang dia bahkan mendukung saya dan menyemangati saya untuk terus meningkatkan keistiqomahaan saya. Kedua, lingkungan yang tidak mendukung. Inilah cobaan terberat setelah dari keluarga saya. Memutuskan untuk hijrah tentunya tak semudah yang saya bayangkan. Apalagi hidup di zaman sekarang, mulai dari kita harus menjaga adab pergaulan anatara ikhwan dan akhwat, yang dulunya sering keluar jalan-jalan, makan bareng, nongkrong kini sudah tidak ada lagi. Sehingga yang dulunya dekat kini menjadi renggang. Dulu pernah sempat ragu bahkan mulai goyang melihat teman-teman kita happy sana-sini, tidak ada peraturan gitu bahkan sifat liberialis mereka dan anggapan mereka yang bilang bahwasanya “kita masih muda, hijrahnya ya nanti-nanti aja pas tua”. Terlebih lagi sistem kampus yang liberalis, dimana ketika mengikuti praktikum harus mewajibkan memakai kemeja, rok hitam atau celana hitam. Mencari bahan yang menuntut kita harus boncengan dengan ikhwan. Dan adanya The Journey of My Hijrah pengorbanan besar yang harus kita berikan yaitu waktu, dimana dalam hal yang bersamaan kita dituntun melakukan dua perkerjaan sekaligus antara tugas kuliah dan dakwah, dunia perkuliahan yang menyibukkan kita dengan lab-lab nya mulai dari menulis jurnal, membuat laporan, ke lahan, yang ketika masuk lab harus menyiapkan jurnal , responsi lagi,,,hufft. Belum lagi meng acc kan semuanya yang dimana asisten labnya yang susah dijumpai bahkan sekali jumpa disuruh nunggu lama dan hasilnya kita malah dikasih perbaikan, belum lagi resikonya ketika tidak ACC maka bersiap-siaplah jurnal yang kita kerjakan semalaman sehingga membuat kita begadang itu di sobek, dibakar, direndam, dibuat melayang alias dibuang. Dan yang lebih menyakitkan lagi hasil yang kita dapatkan tidak sebanding dengan apa yang kita perjuangkan. Bahkan di sisi lainnya di jurusan yang saya minati pertanian terkenal dengan selogannya “kita satu pertanian” alias keakrabannya sangat kental, katanya. Sehingga otomatis menyuruh kita untuk dekat dengan semua mahasiswa pertanian baik itu ikhwan dan akhwat dan bahkan banyak lagi acara yang mereka buat dengan tujuan untuk mengakrabkan sesama senior dan junior. Tapi, ketika kita memilih jalan yang benar maka Allah akan menyertai kita. Pertolongan-pertolongan yang Allah berikan menandakan bahwa kita tidak sendiri, ada Allah yang Maha Perkasa Lagi Maha Penolong. Dan perlahan-lahan sahabat saya yang dulunya menjauh kini mulai dekat lagi bahkan mereka penasaran dan ingin juga bersama-sama menepakkan kaki dijalan hijrah. Peraturan laboratorium yang dulunya ketat kini mulai menerima keadaan kita. Itulah yang saya rasakan. Benar lah apa yang Allah sampaikan dalam firmannya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (TQS Muhammad : 7) Ketika kita istiqomah dan menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan benar adanya. In sya Allah. Semoga apa yang saya perjuangkan mendapat ridhonya Allah swt dan bisa jadi penyemangat buat ukhti dalam menjalankan keistiqomahannya dalam berhijrah. Aamiin ya robbal a‟lamin.. The Journey of My Hijrah Ku Tinggalkan ia, Demi Dia Oleh: Nurhanisah H ijrah..... Sebuah kata yang sudah tak lazim lagi disebut oleh para muda-mudi saat ini, baik itu para kaum Adam maupun kaum Hawa. Hijrah... Sebuah kata yang sudah lama aku idamkan agar dapat ku genggam namun karena faktor lingkungan dan ketiadaan pendamping dalam proses hijrahku maka ini semua hanya imajinasi. Ini lah kisah hijrah ku… Aku terlahir di sebuah keluarga kecil dan mengetahui agama walau hanya sedikit. Aku besar di lingkungan yang bisa di katakan itu adalah lingkungan yang tak pernah kau bayangkan akan kujalani selama masa kecil ku. Aku besar dan mengetahui agama namun hanya sepintas. Aku tau apa itu Islam dan aturan serta larangan yang ada di dalam nya seperti kita harus shalat, puasa, zakat dan menutup aurat kita. Namun tahukah kau?? Aku hanya tahu itu semua ibarat seorang manusia yang menggenggam sebuah buah yang ia tak tau apa nama buah itu dan apa khasiat nya, yang ia tau ia harus memegang buah itu dan memakan nya apabila ia lapar. Di lingkungan ku ada sebuah trend di mana seorang gadis muda akan keluar di malam hari bersama teman nya untuk bertemu dengan kekasih pujaan hati nya. Aku heran, mengapa mereka menghabiskan waktu berharga mereka di malam hari untuk tidur hanya untuk menjumpai lelaki yang tidak jelas seperti itu. Sungguh unfaedah, pikirku. Dan untung sekali aku tidak terpengaruh lingkungan buruk dan aneh seperti itu. Hidup ku berjalan dengan baik hingga aku SMA dan suatu ketika aku terkena virus yang biasa di sebut virus merah jambu, Yaaa virus merah jambu. Fase ini adalah fase di mana aku mengenal pacaran, hal ini terjadi mungkin karena faktor teman dan rasa ingin tahu ku yang lumayan besar akan dunia pacaran. Aku tau pacaran itu haram tapi ada stigma aneh yang aku pahami saat itu bahwa yang haram adalah kelakuan mereka saat pacaran di mana mereka saling bertatapan, berpegangan tangan, bermesraan, berciuman dan melakukan hal lain yang tak bisa di jabarkan dan bahkan dilarang agama Islam, namun jika kita pacaran tanpa pernah jumpa dan tidak melakukan hal- hal aneh tentu itu tidak haram. Dan begitulah aku pun pacaran dan aku menyebut pacaran ini dengan nama pacaran Islami yang tidak melanggar agama karena kami hanya pacaran untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan belajar di sekolah. The Journey of My Hijrah Setelah menjalani masa jahiliah yang dulunya kusebut pacaran islami ini selama 2 Minggu, ada rasa aneh yang kurasakan. Aku merasa tidak nyaman dengan apa yang kulakukan dan aku berhenti pacaran. Aku merasa pacaran itu tidak berguna dan hanya menghabiskan waktu berharga ku untuk membalas chat atau telepon darinya. Dahulu aku juga bukan Nisa yang kalian lihat saat ini. Aku orang nya selalu berontak dan paham agama Islam secara salah. Salah?? Ya salah aku menyebut salah untuk pemahaman ku yang mengopinikan bahwa jika kita berpakaian maka kita harus menutup bagian yang Allah suruh dengan pakaian yang tidak penting itu gamis, baju tebal, baju tipis atau baju pendek yang terpenting kita pakai baju. Dan tentu aku juga berpikiran jika kita boleh pakai celana dan rok yang penting kita memakai pakaian dan menutup tubuh kita agar tak terlihat orang lain. Untuk jilbab (red : kerudung) sendiri kita boleh pakai Khimar dengan bahan, model dan cara apa pun yang terpenting kita menutup kepala kita agar rambut tidak terlihat orang lain. Opini ini bertahan lama dan menjadi pemahaman yang benar bagiku selama bertahun-tahun dan tentunya aku tak suka pemahaman yang ku pegang selama ini dikatakan tidak benar. Aku sering bepergian dengan mengenakan celana namun lama kelamaan aku mulai tak nyaman dan tak mau lagi pakai celana kecuali jika mengendarai sepeda motor, aku juga memakai jilbab yang transparan dan baju yang bisa dikatakan bukan baju yang baik menurut Allah swt. Di saat yang bersamaan muncul trend fashion syar'i di mana kita harus bergamis dan pakai jilbab panjang dan sudah dapat dipastikan trend ini aku ikuti namun hanya sekali kali aku pakai baju yang sesuai dengan syariat. Namun di hari-hari selanjutnya aku kembali menggunakan baju biasa dengan rok dan celana kembang sebagai pakaian ku meski aku tak pakai kerudung yang transparan lagi. Begitulah, aku memakai opini tentang pakaian itu sampai aku kuliah namun sesuatu yang baru menyentuh kalbu ku di mana aku di kenalkan dengan seorang muslimah yang kami sebut dengan kak Tata dan mengenal sebuah kegiatan yang disebut kajian Islam. Dan kau tahu ini adalah hal baru bagiku di mana aku di ajari dan di jelaskan tentang apa itu agama dan bagaimana cara berpakaian yang baik. Pada awalnya memang sulit untuk mengkonsistenkan diri dalam berpakaian dan berperilaku namun berkat kesabaran dari kakak pembina kajian dalam mengajari akhirnya aku dapat bermetamorfosis sedikit demi sedikt. Metamorfosis ini ku rasakan dari cara berpakaian ku, aku sering memakai celana ketika keluar rumah namun sekarang aku hanya memakai celana di dalam rumah dan jika keluar aku memakai gamis, kaus kaki dan kerudung dengan benar. Selain itu, aku juga mengkokohkan opini ku jika pacaran itu tidak berguna dan sangat dilarang oleh Allah karena mendekati zina dan bahkan perbuatan-perbuatan dalam pacaran itu sudah termasuk zina. Allah swt berfirman : “Dan The Journey of My Hijrah janganlah kamu mendekati zina: (zina) itu sungguh perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (TQS: Al-Isra’ : 32) The Journey of My Hijrah Tinggalkan Maksiat, Dekap Syariat Oleh: Della Arninda P ernah berada dimasa jahiliyah dan aku benar-benar tidak ingin mengulanginya lagi. Aku adalah seorang yang sama seperti kebanyakan orang. Ya seorang remaja yang menikmati masa remajanya menurutmu apakah itu salah? tentu saja tidak hanya saja cara menikmati masa itu bisa menjadi salah ketika yang menjadi standar adalah hawa nafsu ya letak kesalahannya disitu mengikuti hawa nafsu, hura-hura menjadi gaya hidup pernah bolos gak masuk pelajaran demi nonton korea bareng-bareng sama teman. Melihat orang-orang yang pakai kerudung dan gamis lebar-lebar menurutku itu kayak emak-emak apalagi yang pakai cadar terlalu berlebihan rasanya tidak usahlah terlalu fanatik jadi yang biasa-biasa saja pikirku, teringat dulu pakaianku pakaian yang jauh dari yang disyariatkan Allah celana lie, baju ketat memang aku sudah mengenakan kerudung namun kerudung yang tipis dan cara menggunakannya itu sering aku sampirkan kedua ujung kerudung ke kanan dan kiri bahu hingga terlihat dadaku yang menonjol. Astaghfirullahala‟dzim Seperti membincangkan aib malu gitu rasanya hahaha, hmmmm kalau pacaran belum pernah si tapi deket sama seseorang pernahla dengan beberapa teman laki-lakiku bahasanya apa ya TTM (teman tapi mesra), hubungan tanpa status ya yang itu-itu lah walau tanpa status aku terlalu senang ada yang perhatian ada yang mengungkapkan sayangnya walau sebatas teman setiap kali dia chat rasanya berbunga-bunga bahkan sering merindukan ngobrol banyak dan rindu bertemu langsung padahal disekolah jumpa tapi tidak banyak berbicara takut disoraki teman-teman sekelas karena memang gak ada status apa-apa cuma rasa nyaman. Bodoh sekali aku pernah melakukan ini. Aku memang tidak lahir dari keluarga yang faham agama, sejak SD orang tua mempercayakan pada sekolah TPA (Taman Pendidikan Al-qura‟n) sebuah sekolah agama disitulah aku menimba ilmu belajar tentang sholat, puasa, membaca Al-qura‟n, dan belajar tentang sejarah rasulullah namun semua yang kufahami sebatas teori sholatku hanya sebatas rutinitas kadang masih suka bolong-bolong sholatnya, pernah juga pas ramadhan buka puasa secara diam-diam kalau ditanya masih puasa masih padahal udah berbuka disiang hari lucu mengingat masa itu. Hanya karena emak bapak Islam aku menjadi Islam aku tidak pernah faham kenapa aku harus Islam?, Kenapa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang benar ? Aku pernah gundah kenapa rasanya hidupku begini-begini aja ada sesuatu yang tidak terjelaskan lalu sewaktu SMA kelas 1 sekolah punya organisasi rohis dan program pesantren kilat The Journey of My Hijrah (sekolah ramadhan). Aku mulai berubah sejak ikut pesantren kilat aku bertemu ukhty-ukhty yang berkerudung dan bergamis lebar. Mereka semua ramah baik dan bahkan sangat tersentuh ketika mereka memberi semangat untuk belajar agama, bangun tahajud dan murojaa‟h alqura‟n tidak hanya sebatas dipesantren kilat kajian ini terus berlanjut disetiap minggu sekali berjumpa untuk mengkaji Islam, aku mulai faham dengan keislamanku memahami arti hidup yang sesungguhnya siapa yang menciptakan aku? Untuk apa aku hidup? Dan kalau sudah mati aku mau kemana?. Buang jauh-jauh egomu aku yakin kau pasti merasa ada sesuatu yang mengganjal dihatimu dengan pertanyaan ini untuk itu saranku kejar dan jawab pertanyaanmu namun kau harus membuka lebar-lebar pintu hati dan pikiranmu karena cahaya tidak akan masuk pada ruang yang tertutup maka tidak akan pernah ada jawaban. Setelah mengkajinya baru mengerti ternyata tuhanku adalah Allah yang sebenar-benarnya dan tentu aku harus mentaatinya. Dia yang menciptakan bumi ini. Dia yang menciptakan aku. Dia pula yang menciptakan mu. Sejak itu aku mulai hijrah kukenakan pakaian yang memang Allah syaria‟tkan kepada seorang wanita yaitu jilbab dan kerudung, mengenakannya karena belum terbiasa memang terasa agak panas tapi berfikir lagi ini cuma panas didunia lebih panas lagi api nerakanya Allah, kuputuskan meninggalkan sidia demi Dia. Lalu memutuskan bergabung dengan organisasi rohis, kenapa? Karena teman kita itu cerminan diri kita Rasulullah bilang, “ Kawan pendamping yang sholeh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi kamu akan mencium keharumannya. Sedangkan kawan pendamping yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya.” (HR. Bukhari). Pengibaratan kalau kita berkumpul dengan orang-orang solih maka kita akan mejadi solih, jika kita berteman dengan orang-orang yang gak bener maka kita juga bakal jadi gak bener. Aku ingin berkumpul dengn orang-orang solih aku juga ingin menjadi solih dirohislah ku temui mereka merekalah teman yang mengingatkanku dikala aku berbuat salah, bersama mereka menjaga hangatnya iman. The Journey of My Hijrah Sahabat Terbaik Oleh: Windi Wandira Terima kasih sahabatku, kini aku memutuskan untuk berhijrah P erkenalkan namaku Windi Wandira, panggilan biasa adalah Windi, aku dilahirkan dan dibesarkan di sebuah desa yaitu desa Beringin, tepatnya sebuah kecamatan yang dekat dengan kota Lubuk pakam, dan hingga saat ini aku juga menetap disini bersama kedua orang tuaku dan 2 saudara kandungku, aku adalah anak ke dua, aku mempunyai seorang kakak perempuan dan seorang adik laki-laki. Aku adalah seorang mahasiswi semester akhir di Universitas Sumatera Utara, Jurusan D3 Metrologi. Alhamdulillah aku dikaruniai sahabat yang sangat baik, ya... dia adalah Nurul, teman semasa aku duduk di bangku SMA, seorang sahabat yang selalu merasa rendah hati, tidak pernah berhenti untuk terus belajar dan mengetahui sesuatu, semasa SMA dia sering mengajakku diskusi tentang agama, beliau sangat mengagumi Ustadz Felix Siauw, begitu banyak video ceramah ustadz Felix di laptopnya. Namun, saat itu kami juga masih sama-sama belajar memahami ajaran Islam hanya bermodal video-video ceramah. Jujur, dulu aku adalah seorang yang kurang sekali ilmu agama, tidak menutup kebenaran yaitu karena aku pun di besarkan oleh orang tua yang juga kurang ilmu agama, aku hanya mengetahui ibadah-ibadah wajib dan sunnah, hanya mengetahui saja namun kurang dalam penerapannya. Dulu aku sangat jarang sekali melaksanakan sholat Wajib, dan tidak ada sama sekali penyesalan dan kegelisahan dalam diriku, dan yang menyedihkannya lagi dulu aku juga pacaran. Jika diingat masa-masa sekolah dulu, aku hanya bisa menyesal karena masa-masa itu aku habiskan dengan sesuatu yang tiada manfaat dan bergelimangan dosa. Setelah lulus SMA, aku dan Nurul terpisah. Beruntungnya dia lulus jalur SNMPTN di Universitas Bangka Belitung. Nurul adalah orang yang sangat luar biasa, dia yang tak pernah puas akan ilmu, selalu mencoba belajar dan mengeksplor rasa keingintahuannya, sehingga Allah memberikan dia petunjuk dengan dikaruniai teman-teman shalihah, dia pun berhijrah dan seolah-olah memulai kehidupan baru, menaati segala perintah Allah terutama berjilbab. Setiap pulang kampung dia selalu menghubungiku, mengajakku untuk bertemu, dan Masya Allah dia tidak pernah berubah, tetap menjadi pribadi yang rendah hati, bahkan yang sekarang sangat luar biasa, Nurul seorang wanita shalihah. Dia bercerita padaku proses hijrahnya, dan membagi pengalamannya serta memberikan banyak ilmu kepadaku. The Journey of My Hijrah Dia selalu mengingatkanku akan kebaikan, dia yang membuka pikiran dan hatiku, hingga akhirnya dia memberi kontak ku kepada seseorang yang bisa membimbingku di USU, dan orang itu adalah kak halimah, berkat Allah aku dipertemukan dengan kak halimah melalui Nurul. Dan tak lama, beberapa hari kemudian kak halimah menghubungiku, kami saling memperkenalkan diri, dan singkat cerita kak halimah mengajakku untuk mengkaji Islam. Dan saat itu aku mulai mengkaji Islam. Pada awal-awal kajian aku belum merasa tersentuh, bahkan godaan setan begitu dahsyat, aku merasa malas untuk datang ke kajian berikutnya. Lagi-lagi nurul tak henti selalu mengingatkanku. Lalu aku tetap melanjutkan kajian. Dan entah mengapa di suatu ketika aku berpikir dan merenung, mengenai tujuanku hidup di dunia ini, padahal dunia ini adalah sementara dan pada akhirnya seluruh manusia akan menuju ke akhirat. Disitu aku merasa sangat sedih, aku mengingat kematian dan aku berpikir aku tidak memiliki bekal apa-apa yang akan menyelamatkanku dari neraka-Nya Allah. Aku merasa sangat bersyukur kepada Allah. Allah yang Maha baik, aku masih di beri kesempatan untuk memperbaiki diri dan berusaha untuk menjadi seorang Muslimah Sejati. Dan saat itu juga aku mulai menutup aurat secara sempurna, yang dulunya aku berpikir dengan memakai celana panjang, baju panjang dan kerudung itu sudah menutup aurat, ternyata tidak. Dengan jelas Allah telah berfirman dalam surah AL- Ahzab ayat 59 mengenai pakaian muslimah yang sempurna, yaitu mengulurkan Jilbab keseluruh tubuh, karena mengkaji Islam lah maka aku tau bahwa sebenarnya jilbab itu berbeda dengan kerudung. Perlahan-lahan dengan niat yang besar ingin tunduk dan patuh pada perintah Allah, aku mulai mengumpulkan jilbab sedikit demi sedikit dan mengenakannya. Alhamdulillah setelah memutuskan untuk berhijrah dan merubah penampilan menjadi lebih syar‟i, kedua orang tuaku tidak merasa keberatan ataupun menentang, dan teman-teman kampus juga tidak banyak yang bertanya ataupun menjauhi, karena di lingkungan kampus pun Alhamdulillah Allah mengkaruniai teman-teman yang baik dan juga mengingatkan. Aku berharap semoga Allah selalu memberiku petunjuk, meneguhkan hatiku dan senantiasa Istiqomah di jalan Dakwah. Aamiin.. The Journey of My Hijrah Taat Tanpa Tapi Oleh: Refika Zehan H ijrah? Apa mungkin aku bisa hijrah? Di zaman yang sudah begini, masa iya aku harus hijrah? Sempat terbesit di hati ini. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan hijrah dari masa laluku. Bahkan untuk membayangkannya saja masih sering ku menepisnya. Tapi tidak ada satupun yang bisa membendung kepada siapa Allah SWT memberikan hidayah-Nya. Dengan ke-Mahakuasa-Nya, Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepadaku, yang mungkin belum bisa dinikmati oleh orang lain. Dan sekarang aku menjadi orang yang sangat bersyukur karena ini salah satu kebahagianku di dunia ini sebagai hamba yang berusaha patuh kepada sang Khaliq. Jadi, bagaimana ceritanya kok bisa aku hijrah? Nah jadi shalihah, awal cerita perjalanan hijrahku, bermula saat-saat dimana aku merasa diri ini sudah jauh dari Allah SWT, aku merasa sudah melakukan banyak kesalahan padahal aku tau itu dosa. Tapi suka sekali mentolerir sebuah dosa karena sudah menjadi hal yang biasa. Bagiku taat pada Allah SWT hanya sebatas aku shalat lima waktu, puasa ramadhan, patuh sama orangtua, bersedekah bila punya rezeki lebih, udah sebatas itu saja. Eh,,, ternyata bukan hanya itu ya shalihah. Disaat-saat aku merasa diri ini yang sangat miskin ilmu agama banyak melakukan dosa, Allah SWT menghadiahkanku seorang teman yang baru hijrah namun ketaatannya pada perintah Allah SWT membuatku kagum padanya. Misalnya saja, pakaiannya yang syar‟i dan dia memberikan batasan dalam pergaulannya kepada lelaki yang bukan mahramnya. Hal itu membuatku terhenyak dan kemudian menoleh melihat ke diriku. Aku tidak tau mengapa saat itu aku merasa diri ini tidaklah ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dia yang baru saja hijrah. Aku juga ingin dimuliakan dengan Islam. Aku ingin merasakan betapa syahdunya dekat dengan Allah SWT. Aku ingin berubah. Aku ingin hijrah… Ketika perasaan ini hadir, aku tidak menyia-nyiakannya. Aku tidak ingin hasutan syaitan lebih kuat daripada keinginanku untuk berubah. Untuk mewujudkan keinginan ini, aku langsung meminta teman ku yang baru hijrah itu untuk mengajakku juga mengkaji Islam. Alhamdulillah, dia langsung mengajakku mengkaji Islam. Dengan semangatnya aku berjumpa dengan dia dan kemudian mengkaji Islam. Dan selanjut-selanjutnya dia juga yang memperkenalkan ku dengan seseorang yang memiliki pemahaman Islam lebih banyak lagi. Tapi… ternyata awal-awal hijrah itu jauh lebih berat. Banyak pergolakan dalam diri ini. Ingatlah, syaitan itu tidak akan berhenti menggoda kita meskipun sudah hijrah. Bahkan The Journey of My Hijrah hasutannya jauh lebih berbahaya. Mulai dari timbul perasaan malas, kuliah semakin sibuk, dan teman-teman sekitar yang belum hijrah juga sangat berpengaruh loh. Apalagi zaman sekarang yang membuat agama jauh dari kehidupan sering sekali menyerang bagi kita yang mulai menepaki jalan hijrah ini. Mula-mula hijrah, keimanan juga cenderung naik turun. Itulah pentingnya bagi kita berjamaah, berkumpul dengan wanita shalihah lainnya. Nah, ini juga tips bagi kamu, shalihah yang juga mau hijrah carilah teman-teman yang bisa menguatkanmu, yang ada dikala susah maupun senang, serta yang terpenting ketika berada di dekatnya keimanan kita bertambah dan ketika jauh dengannya kita merasa ada yang hilang. Naah, Singkatnya inilah cerita hijrah ku. Ingat pula, hidup cuma sekali, maka “Taat pada Allah SWT tanpa tapi dan nanti”. Bukankah Allah SWT menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Seperti yang tertuang dalam Firman Allah SWT dalam Q.S Adz-Dzariyat :56 “Tidaklah Ku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada Ku”. Kalau kita mengaku sebagai seorang muslim, lantas wajib bagi kita menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai petunjuk jalan hidup. Semoga bermanfaat ya… Oh iya,,, tau gak kenapa aku sebut shalihah bagi kamu yang membaca ini? Karena aku yakin, kamu yang membaca tulisan ini sampai habis, karena kamu secara gak sadar sudah Allah SWT lembutkan hatimu dan bisa aja ini tuh jalan agar kamu melangkahkan kaki dan hijrah ke jalan Allah SWT. So, kalo ada kesempatan berharga tuh jangan disia-siain ya shalihah. The Journey of My Hijrah Ku Terus Mencoba Meraih RidhoNya Oleh: Melinda Syahfitri Tambunan I ngin bercerita tentang sedikit pengalaman ku yang satu ini, mungkin ini akan terkesan biasa saja bagi orang lain. Namun, bagiku cerita ini merupakan titik tolak bagi ku untuk mengubah diri menjadi yang lebih baik lagi. Mulai saja……. Tidak ada yang istimewa dari ku…. semua biasa saja, perjalanan hidup ku pun biasa saja, aku memang sekolah di madrasah dari dulu tapi aku hanya memahami sebatas ibadah yang wajib di kerjakan saja tidak terlalu mendalam untuk mengubah pribadi ku menjadi muslimah sejati. Namun menjadi luar biasa ketika aku menjadi mahasiswa baru di fakultas farmasi USU. Berawal dari rihlah yang ku ikuti waktu itu bersama saudari-saudari muslimah yang sama sekali belum ku kenal saat itu. Aku bersama dengan beberapa orang temanku ikut dalam rihlah yang diadakan oleh segolongan organisasi muslimah yang bernama Insmuco. Kami rihlah ke istana maimun dan sekalian sholat zuhur di masjid Al-Mashun Medan. Sebenarnya aku tidak ada niat untuk mengikuti kegiatan rihlah tersebut karena aku berpikir bahwa itu hanya menyia-nyiakan waktu ku saja, tapi pada saat itu semua teman ku memaksaku untuk ikut rihlah bersama mereka dan dengan terpaksa aku pun ikut. Di dalam rihlah tersebut banyak sekali ilmu pengetahuan yang aku dapatkan yang sebelumnya tidak aku ketahui, yang terutama adalah tentang Islam. aku juga jadi lebih memahami bahwa kuliah tidak hanya sekedar menuntut ilmu saja tapi juga harus bisa membawa perubahan bagi umat untuk menjadi yang lebih baik dijalan Allah. Mulai dari ikut rihlah aku menanamkan target bahwa aku harus bisa menjadi insan yang bermanfaat di dalam agama Allah , lalu kak tata mengajak kami ikut kajian bersamanya untuk mendalami Islam yang lebih jauh lagi hingga kajian itu berlangsung sampai saat ini. Aku merasa kalau masih banyak kesalahan di dalam diriku yang harus diperbaiki dan inilah yang ingin aku perbaiki dengan proses hijrah yang insyaa Allah akan di ridhoi Allah dan dapat menjadi amal yang bisa dibawa sebagai bekal di akhirat nanti. Amiinnnn………. The Journey of My Hijrah Aku Sayang Keluargaku Oleh: Widya Afriani A wal perjalanan hijrah ku itu tidak begitu mengasyikkan malah sangat membosankan. Pada waktu aku kelas 3 Mts yang di mana umurku 15 tahun di sini lah perjalanan hijrah ku di mulai. Pada saat aku mau menggunakan kerudung aku berpikir 2 kali karena aku merasa diriku belum sanggup untuk memakai kerudung walaupun tipis, namun pada akhirnya aku memakainya juga walaupun banyak orang yang mengatai aku bahwa aku tak akan sanggup untuk mempertahankan kerudungku. Tapi aku tetap berusaha untuk membuktikan bahwa aku bisa untuk mempertahankan kerudungku walaupun masih tipis. Alhamdulillah aku masih terus menggunakannya sampai aku kelas 1 Man. Yang di mana pada saat aku kelas 1 Man aku itu masih mau menggunakan celana jeans dan baju yang pas-pasan dan menggunakan kerudung tipis yang di mana menurutku itu sudah boleh di katakan menutup aurat pada saat itu karena aku sudah menutupin rambutku, dan hari terus berlanjut yang di mana aku ingin mama ku memakai kerudung juga karena mama ku belum memakai kerudung walaupun tipis dan aku pun berkata pada mama ku “ ma, aku kepengen lihat mama pakai kerudung msa sih Widia pakai kerudung mama enggak. Orang-orang banyak menceritai kita lah ma, mereka bilang anaknya pakai kerudung sedang kan mama nya enggak aneh banget sih, masa anaknya lebih sopan daripada mama nya.” Dan akhirnya mama ku memutuskan untuk menggunakan kerudung walaupun tipis, tapi aku udah bahagia pada saat itu karena aku pun masih menggunakan kerudung yang tipis juga karena menurutku kita itu udah di katakan kalau kita memakai kerudung. Dan pada saat aku memasuki kelas 2 Man aku merasa aku itu belum baik hanya dengan menutup aurat kalau sering tinggal kan sholat wajib dan akhirnya aku menjalankan sholat wajib walaupun sering menunda-nundanya karena menurutku waktu itu, itu engga papa yang penting kita itu sholat dan engga tinggalkan sholat. Hmm kalau di pikir-pikir memang pikiran yang tidak baik dan bagus untuk di contoh hehehe. Dan hari terus berjalan hingga aku duduk di kelas 3 Man, pada saat aku duduk di kelas 3 ini banyak sekali musibah yang aku dan keluargaku hadapi yaitu pada saat itu perekonomian kami sangat pas-pasan bahkan kurang. Karena, pada saat itu ayahku tidak bekerja menjadi sopir lagi karena katanya bosnya bankrut. Sehingga aku dan keluargaku menjalanin kehidupan yang bisa di katakan sangat menyedihkan karena waktu itu mama ku tak kerja begitu juga ayahku padahal, waktu itu kami sekolah ada 5 orang yang di mana 1 Man, 2 Mts, dan 2 sd. Hingga aku dan adik – adik ku sering tak sekolah karena tidak ada uang untuk ongkos. Hingga pada akhirnya Allah berikan nikmat yang begitu banyak The Journey of My Hijrah kepada keluarga kami yaitu abangku mendapat pekerjaan di grosir sembako, ayahku menjadi seorang tempel ban di depan warung, mama ku mendapatkan pekerjaan OB di pabrik kelapa sawit memang tidak begitu baik tapi untuk kami itu sudah jauh lebih baik hingga aku dan adikku bisa terus sekolah. Dan pada saat itu ayah ku sakit kelenjar di lehernya yang sudah lumayan begitu besar hingga kata dokter harus di operasi, padahal waktu itu kami tidak mempunyai uang yang cukup untuk biaya operasi sehingga mamaku memutuskan untuk mengurus bpjs agar ayah ku bisa di operasi dengan tidak mengeluarkan banyak uang sekaligus tapi harus bayar setiap bulannya juga karena persyaratan bpjs itu kita harus ada bayar setiap bulannya. Hingga pada akhirnya ayahku jadi untuk di operasi dan syarat dari rumah sakit mama ku harus ikut ke medan untuk menemani ayah ku operasi, padahal mama ku sudah kerja yang di mana kerjanya itu dari pukul 06:30 pagi sampai jam 04:30 sore sehingga mama ku bingung harus bagaimana sehingga mama ku bilang kepada ku bahwa aku harus bersedia menggantikan mamaku menjadi ob selama mamaku menemani ayahku operasi di medan karena jika tidak ada yang menggantikannya maka, mama ku akan di pecat dan pada akhirnya keluarga kami akan kekurangan lagi. Sehingga, aku dengan berat hati menerima pendapat mama ku padahal pada saat itu kami sedang melaksanakan ujian tengah semester. Dan aku pun berdoa “ ya, Allah berilah kemudahan padaku untuk menjalanin semua ini”. Dan besoknya aku dan mama ku pergi ke pabrik tempat mamaku bekerja pada saat aku sudah pulang dari sekolah, untuk memberitahukan bahwa mamaku akan pergi ke medan untuk menemani ayahku operasi dan bosnya bilang kepada mama ku “ memangnya anak ibu enggak sekolah?”, terus mamaku bilang “ masih pak, tapi kami udah minta izin dari sekolahnya, Karena mereka senin ini akan menjalani ujian mid”. Dan bos mamaku berkata” ya, saya terima izin ibu untuk pergi menemani suami ibu operasi, dan anak ibu akan tetap sokolah tapi dia pergi dari sini jam 8 pagi”. Aku dan mamaku pun senang bukan main lagi, pada esok harinya aku datang ke kantor jam 05:30 untuk bekerja menggantikan mama ku sebagai ob di pabrik itu. Dan akhirnya cepatnya itu jam 06;30 karena di bantu oleh adikku dan abangku, sehingga aku pergi ke sekolah tak terlambat dan tetap bisa mengikuti ujian mid. Dan waktu pun terus berjalan hingga 2 minggu lamanya akhirnya mamaku dan ayahku pulang aku senang bukan main, tapi pada saat mama ku dan ayahku pulang aku sedih sangat sedih karena mama ku jatuh sakit. Padahal ayahku 2 hari lagi mau cek up ke medan lagi pada saat ayahku pergi ke medan untuk cek up di temanin dengan adikku yang cewek kelas 2 mts, mama ku meninggal dunia. Aku sangat sedih dan sangat sedih bingung mau buat apa aku tak tau kecuali menangis dan tak percaya dengan semua ini. Hingga aku berpikir pada saat itu bahwa Allah sangat jahat pada ku dan keluargaku. Ayahku pun kembali dari medan dan The Journey of My Hijrah melihat rumah kami rame dan ada bendera orang meninggal dan akhirnya ayahku masuk ternyata istrinya sudah tidak ada lagi, dan dia akhirnya melemas dan penglihatannya gelap tapi tidak sampai buta. Dan kehidupan terus berjalan sehingga tiba lah pengumuman snmptn Alhamdulillah aku lulus dengan beasiswa bidik misi tapi mama ku tidak bisa melihatnya dan akhirnya aku menangis mengingat itu. Dan pada saat itu aku pergi ke medan untuk daftar ulang dan melanjutkan pendidikan ku. Awalnya, banyak orang yang berpikir aku tidak akan bisa kuliah karena ayahku tidak akan mampu tapi Alhamdulillah aku bisa kuliah. Dan pada saat di kuliah aku di kenalkan dengan orang yang baik yang mengajarkan kepada kebaikan yaitu kak tata, mesra, fera, indah, nida, wahyuni dan lain-lain yang mengajarkan Islam kepadaku dan juga teman-teman ku. Hingga pada akhirnya aku tau kalau aku belum benar menutup auratku dengan benar sesuai syariat Islam yaitu menggunakan jilbab, kerudung , dan kaos kaki agar. Awalnya sulit karena banyak dari keluarga tidak setuju karena mereka bilang itu terlalu berlebihan. Tapi, aku tetap menggunakannya dan membuktikan pada mereka bahwa penampilanku ini tidak salah dengan memperbaiki akhlak dan sikap ku pada mereka dan orang lain juga. Dan Alhamdulillah akhirnya mereka setuju dengan penampilan ku yang sekarang ini. Dan adik ku yang cewek juga sudah menggunakan kerudung dan jilbab memang dia belum menggunakan kaos kaki karena semuanya itu bertahap. Sekianlah cerita hijrah ku semoga kita tetap istiqomah di jalanNya. Karena ku saying keluargaku. Firman Allah dalam surah At Tahrim : 6 “ Wahai orang-orang yang beriman! Perihalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu….” Terus berusaha untuk jadi lebih baik lagi dan jangan dengar kan orang lain mau bilang apa dengan kita dan keluarga kita, yang hanya kita lakukan adalah tetap berbuat baik (dakwah) pada sesama dan perbaiki akhlak kita. The Journey of My Hijrah Bertemu Sahabat Taat itu Nikmat Oleh : Arnila A ku bukan berasal dari keluarga yang benar-benar paham akan sunnah. Dari orangtua ku, aku mendapat pelajaran bahwa Islam tentu mengajarkan kita untuk sholat, puasa, dan zakat. Perjalanan hijrah ku naik turun dan butuh waktu yang sangat lama. Hal ini berawal dari tepat kelas 3 SMA aku mengikuti jalur snmptn untuk masuk ke salah satu universitas negeri di Jawa. Sebenarnya keinginan ku memang sangat besar untuk bisa kuliah di Jawa tanpa memikirkan risiko yang akan ku ambil seperti jauh dari orangtua dan jauh dari teman-teman dekat ku yang pada umumnya memilih untuk melanjutkan kuliah mereka di Medan. Hari pengumuman snmptn pun tiba hingga akhirnya rasa deg-deg an ku semakin kencang. Tepat pukul 17.00 pengumuman pun keluar dan bisa di buka disitus yang telah diberikan . Saat itu ibu ku sedang ada kegiatan pengajian jum‟at sehingga aku dan ayahku yang hanya ada dirumah. Lalu aku pun membuka situs pengumuman tersebut dan .... Alhamdulillah aku dinyatakan LULUS ke universitas yang aku inginkan. Beberapa saat kemudian ibuku pulang, „Assalamu‟alaykum‟ kata ibuku, lalu dia menuju ruang tamu untuk menemui kami. Wa‟alaykumussalam dengan cepat aku berteriak. „Mak nila lulus mak‟ ibuku langsung menangis memelukku karena bangga aku lulus di salah satu universitas favorit di Jawa. Pada saat itu aku sudah menutup aurat ku meskipun belum sempurna, karena aku tidak tahu apa dalil yang memerintahkan muslimah untuk menutup aurat nya secara sempurna. Dua minggu kemudian akupun bersama Ayah berangkat ke Jawa untuk melakukan pendaftaran ulang, disana terasa sepi meskipun aku memiliki sepupu yang usianya tidak terlalu jauh dari ku. Karena mereka disana berinteraksi menggunakan bahasa daerah mereka. Lalu, tibalah saat pendaftaran ulang pada pukul 15.00 untuk Fakultas ku. Aku bertemu seorang teman bernama Dini yang berasal dari Ciamis. Aku tersenyum padanya karena dia teman sejurusan ku, lalu dia pun tersenyum padaku. Aku melihat dia sudah menutup aurat nya secara sempurna . lalu akupun meminta pin bb nya untuk komunikasi selanjutnya. Setelah daftar ulang aku pun pulang balik ke Medan. Dari Medan aku pun ngechat dini . „Assalamu‟alaykum dini‟, dia pun menjawab „wa‟alaykumussalam nil‟, kami pun mengobrol lewat bbm hingga akhirnya aku bertanya kepada dia kalo masuk kuliah nanti dini mau ambil organisasi apa ? aku menawarkan musik ke dia karena aku suka bermain gitar. Dengan cepat dia menjawab Dini mau masuk organisasi yang berhubungan dengan Islam nil. Dalam hati aku menjawab MasyaAllah anak ini benar-benar udah tobat ya dari SMA . Karena disitu aku belum memahami Islam lebih dalam. Sementara aku tetap kekeuh mau cari The Journey of My Hijrah organisasi yang buat seru-seruan aja karena memang di SMA juga aku berasal dari ekskul Basket bukan ekskul Islami, nah jika main basket itu tentu tidak harus menutup aurat secara sempurna untuk bisa bergerak cepat . Ekskul ini hanya ku ikuti hingga aku berada di kelas 2 SMA. Singkat cerita, setelah daftar ulang sudah berlalu, bulan depan nya ayah dan ibuku ikut untuk mengantarku memulai perkuliahan di Jawa, aku sangat senang orangtua ku bisa ada di sampingku, untuk mengawani ku selama ospek di kampus yang berlangsung selama seminggu. Setelah ospek selesai aku mulai merasa kesedihan menerpa hidupku karena aku sudah membayangkan orangtua ku gak bisa terus mengawani aku disini, mereka harus kembali untuk pekerjaan mereka. Lalu orangtua ku pun pulang ke Medan. Di saat itu aku sangat sedih, aku nangis terus-terusan aku benar-benar gak bisa pisah dari orang tua ku. Karena baru saat ini aku berpisah jauh dari orangtua ku dan mungkin karena aku juga anak yang paling kecil. Hingga aku memutuskan untuk tidak ingin melanjutkan perkuliahan disini . aku memutuskan untuk pulang ke kampung halaman ku dan mencoba untuk mengikuti ujian sbmptn di tahun depan dengan pilihan yang kumantapkan di USU. Setelah aku pulang aku merasa malu sama teman-teman SMA ku karena balik ke kampung halaman, aku tidak ingin berkomunikasi dengan mereka, aku benar-benar ingin menghilang dari mereka. Aku benarbenar frustasi harus menanggung malu pada diriku sendiri, karena mereka udah pada tau kalau aku pulang dari kampusku yang di Jawa. Hingga aku pun memulai kehidupan baru dengan bimbingan di les selama setahun untuk persiapan sbmptn tahun depannya . Di tempat les aku mendapatkan teman-teman baru dimana kami sama-sama berjuang untuk sbmptn tahun depan, dan kebanyakan teman yang kudapatkan berbeda agama dari ku sehingga aku tetap berada pada tempat yang tidak turut andil dalam mempelajari Islam lebih dalam. Tanpa sadar aku menikmati berteman dengan mereka, hingga disuatu malam dalam kesendirian ku, aku berpikir kenapa sih Allah selalu memudahkan hidupku, kenapa Allah selalu baik padaku? Kenapa hidupku gini-gini aja? Lalu saat itu aku penasaran dengan teman lamaku di Jawa bernama Dini , kenapa dia bisa memiliki pemahaman Islam lebih dalam? Hingga akhirnya aku coba stalking ig dia, aku stalking following dia. Dan paling pertama berkenan dimata ku following dia yaitu „Kartun Muslimah‟ disitu aku banyak belajar dari post-postan ig kartun Muslimah. Aku mencoba mencari ketenangan dan aku memutuskan untuk merubah hidupku buat lebih baik lagi dimulai dari mencoba menutup aurat lebih baik lagi, tidak pakai celana jeans lagi melainkan pakai rok. Padahal pakai rok tidak menutup aurat secara sempurna melainkan hanya potongan baju saja. Karena disini hijrah ku belum mencapai puncak nya . Disini aku berterimakasih karena Dini sedikit menyadarkanku akan kebaikan. Lalu aku berusaha memperbaiki sholat ku agar jangan The Journey of My Hijrah sampai ada lagi yang tertinggal 5 waktu, dan aku fokus untuk belajar buat sbmptn tahun depan. Dalam setiap sholat aku berdoa semoga bisa diluluskan di USU dan dipertemukan dengan teman-teman sholihah yang bisa membimbingku ke jalan Allah. Alhamdulillah Allah mengabulkan doa ku untuk diterima di USU tapi aku belum mendapatkan teman yang sholihah melainkan mendapat teman yang masih suka akan kesenangan dunia yang fana ini, sehingga aku terjebak dalam penjajahan kapitalis ini meskipun aku tetap memakai rok dan tidak pakai celana jeans lagi. Selama 2 tahun aku terluntang-lantung tetap mempertahankan sholat dan emosi ku untuk tetap bisa istiqomah di jalan Allah dengan teman-teman ku yang belum hijrah. Akupun mencoba masuk ke salah satu organisasi kampus yaitu HMI, alhamdulillah mungkin ini jalan yang Allah berikan kepadaku, karena aku percaya disetiap waktu kehidupan punya hikmah nya sendiri tidak ada kehidupan yang tidak bermanfaat. Dan Alhamdulillah ketua KOHATI nya juga sudah ikut kajian sehingga ia buat program acara kajian jumat. Kebetulan pada saat itu pembawa materi ialah kak PUPUT ARIANTIKA dan satu lagi pendampingnya kak TATA DWI SELVIA yang mereka berdua MasyaAllah sholihah nya. Disitu aku dan anggota KOHATI mendengarkan kajian dengan cermat. Setelah pengajian selesai MasyaAllah kak tata meminta nomor wa ku. Mungkin ini cara Allah mendekatkanku ke teman-teman sholihah. Aku dengan senang hati memberikannya karena kupikir bisa mempermudahku bertanya tentang Islam ke beliau nantinya. Alhasil 2 hari kemudian kak Tata nge-chat aku „Assalamu‟alaykum dek‟ . kujawab „Wa‟alaykumussalam kak ta‟ . Ia bertanya tentang kabarku . dan kami pun mengobrol, hingga akhirnya aku bertanya kepada beliau karena aku sudah dalam kebingungan untuk mempertahankan ke istiqomahan seorang diri ditengah-tengah teman yang masih suka akan kesenangan dunia dan terjajah kapitalis. Aku bertanya kepada kak tata cara istiqomah itu gimana kak? Lalu dia dengan senang hati mengajak aku kajian dengan nya. Awalnya aku mau saja ikut kajian, namun ada saja hambatan dari kapitalis yang lebih kuat hingga aku berkata pada kak tata, dari whatsapp aja la kalo nila mau nanya-nanya sama kakak ya. Untungnya saat itu kak tata menjawab “kakak agak susah jelasin dari wa dek”. Hingga aku mencoba untuk mengontrol main bersama temanku dan datang bertemu kajian bareng kak Tata. Alhamdulillah sekali lagi Allah mengabulkan doaku, aku dipertemukan dengan orang yang mengajakku ke Jalan Mu ya Allah hingga sampai saat ini aku bisa mengenal Islam lebih dalam, aku mengerti untuk apa kita hidup di dunia ini dan perlahan mengerti akan sunnah sunnah yang harus kita pahami , dan perjuangan yang harus kita lakukan untuk Islam salah satunya dengan jalan dakwah. Semoga aku tetap berada di sekeliling orang-orang baik ya Allah dan berjuang bersama mereka dan memang harus tetap ikut kajian buat ngecas iman The Journey of My Hijrah kita. Terimakasih buat orang-orang yang telah mengajakku ke jalan kebaikan. Semoga kita dipertemukan kembali di Jannah Allah bersama Rasulullah Saw. Aamiinn ya Robbal Alamin. Kita Berusaha, Allah yang Menentukan Oleh : Widya Putri D isini saya ingin menceritakan sedikit the story of my hijrah yang telah saya jalani beberapa bulan belakangan ini. Ya sudah begitu banyak kisah yang saya jalani dan ang saya lakukan, yang pastinya tidak gampang malah begitu sulit bagi saya. Awal saya mulai hijrah itu di ajak oleh teman saya yang saat itu saya masik berada di kelas 12 di MAN Kualuh Hulu. Awal nya saya tidak begitu tertarik dengan hijrah ini. Ya,, dikarenakan pada saat itu saya masih mengenal pacaran dan masih menjalani nya, tapi beberapa bulan kemudian ketika saya bergaul dengan orang-orang yang taat pada agama, ya di saat itu saya mulai tau dan saya mulai merasa takut akan dosa nya pacaran setelah mendengar nasehat dari sahabat saya yang mengajak saya untuk mulai berhijrah yang bernama Rahma dan dari situ saya mulai beranikan diri untuk memutuskan dia dan yang dikarenakan faktor utamanya abang saya melarang akan hal seperti itu, tapi dikarenakan teman-teman saya di sana seperti itu jadi saya terikut begitu la kira-kira dan saya orang yang mudah terikut ya contoh nya kalau saya di ajak untuk ikut kajian saya mau dan jika saya di ajak jalan-jalan pun saya mau begitulah kirakira,hehe. Dan seiring berjalannya waktu saya juga tidak tau entah kenapa tiba-tiba iman saya mulai goyah lagi karena pada saat itu saya satu organisasi lagi dengan mantan saya dan pada akhir nya kami pun balikan lagi. Yah ini dikerenkan factor berteman saya pada masa itu dengan orang-orang yang bisa dikatakan masih ingin pacaran,dan kumpul-kumpul dengan lawan jenis, dan lambat laun sampai pada saatnya tamat sekolah. Pada saat itu pun saya masih pacaran sampai saya masuk ke perguruan tinggi. Dan di saat ini saya memang sudah benarbenar tidak begitu hijrah lagi karena teman-teman saya bukan bukan lagi yang mengajak saya dengan kebaikan dan yang selalu mengingat kan akan dosa. Pada akhirnya saya kenal dengan kak Tata yang subhanallah luar biasa baiknya yang saya kenal lewat abang saya yang mengenalkan kepada saya, dan dari situ saya mulai mengikuti kegiatan atau pengajian untuk mengenal lebih dalam agama,dan sampai pada saat itu hati saya bergerak dan saya berpikir sudah begitu banyak dosa yang sudah saya lakukan selama ini apa lagi saya pacaran astagfirullah. Saat itu saya tidak tau kenapa tiba-tiba pacar saya yang memutuskan saya dan dia bilang ingin hijrah ya saya sedikit terkejut yang di saat The Journey of My Hijrah itu pun saya sudah berpikir ingin berubah dan berhijrah dan saya rasa ini jalan Allah tapi saat itu mantan pacar saya yang mengajak saya putus karena ingin hijrah. Dia berkata ”kita putus tapi kita tetap harus saling menjaga dan mengingat kan dalam kebaikan” disaat ini saya berpikir itu tidak mungkin dan saya membalas, ‟‟itu tidak mungkin ketika kita udah niat untuk berhijrah tidak mungkin tetap chatingan,dan sampai pada perdebatan dan akhir nya saling hapus “. Ribet nya percintaan ini dan saya bersyukur tidak melakukan nya lagi. Inilah proses saya yang sedang lagi berusaha memperbaiki diri yang terkadang masih labil, dan selalu berdoa akan di permudah Allah itu menuju jalan yang di ridhoiNya, dan diberikan orangorang baik didekat saya yang selalu mengingatkan saya. The Journey of My Hijrah Hijrah Saja Dulu Oleh : Suci Syahfitri K etika kamu sudah berniat untuk memperbaiki diri itu artinya Allah telah mengetuk pintu hatimu . 2016 adalah tahun paling membahagiakan bagi diri sebab memutuskan untuk mengkaji Islam bersama orang orang yang tulus ikhlas memperjuangkan tegaknya Dinullah dimuka bumi ini... 2016 merupakan tahun cahaya Allah hadir menghampiri relung hati , mengkaji Islam sebagaimana Allah mewajibkan untuk muslimah menutup aurat dan memutuskan diri untuk bersegera menaati perintah Allah dan seiring berjalannya waktu keistiqamahan dalam menjalankan seruan Allah terus berlanjut dan berharap Allah selalu meneguhkan diri ini agar senantiasa berada di jalanNya Hidayah telah bertamu , tinggal kamunya mau menerimanya dengan hangat atau malah sombong cuek dan membiarkan dia hidayah itu pergi begitu saja . Tapi hati hati , jika hidayah kamu abaikan bisa jadi dia enggan untuk kembali lagi .. 2016 hidayah itu hadir sebagaimana Allah hadirkan orang orang yang senantiasa mengingatkan agar teguh dan taat pada syariatNya Allah dan sunnahNya Rasulullah.. Perihal perasaan atau hubungan , tak ada yang pantas untuk dipertahankan . Apalagi maaf yang namanya " Pacaran " beranilah kehilangan untuk menemukan yang lebih baik .. Sejak SD sudah mengenal yang namanya pacaran hingga masuk PERGURUAN TINGGI masih tetap menyandang status berpacaran, sebab diri ini merasa nyaman dalam kemaksiatan menganggap pacaran adalah hak bagi diri untuk bahagia bersama dengannya. Namun setelah mengkaji Islam dan senantiasa difahamkan oleh sahabat solihah bahwa Allah melarang mendekati zina seketika diri merenung dan bertekad untuk mengakhiri kemaksiatan tersebut , Alhamdulillah.. Namun yang terbaik tidaklah ditemukan dengan jalan yang tidak baik pacaran . Lalu ditemukan dengan cara apa ? Dengan memantaskan diri dihadapanNya , terus memperbaiki diri karenaNya. Hingga kelak ditemukan dengan yang hebat di waktu yang tepat.. Ya sangat benar bahwa dulu menganggap bahwa pacaran adalah jalan mendapatkan jodoh idaman ternyata pemahaman itu salah, bukan jodoh idaman yg didapat namun dosa idaman yang pelakunya akan disiksa dineraka karena berzina, Astaghfirullahaladzim.. The Journey of My Hijrah Sejatinya ketika kamu meninggalkan sesuatu karena Allah , Allah akan ganti dengan yang lebih baik lagi .. Mencoba untuk terus belajar dan meninggalkan segala hal yang Allah larang dan berupaya menjalankan hal yang Allah perintahkan seperti menutup aurat, berdakwah dan mengkaji Islam serta memperjuangkan Islam.. Dan lebih baik kehilangan sesuatu karena Allah, daripada kehilangan Allah karena sesuatu. Jangan memikirkan apa kata orang, sejatinya ketika kita melangkah ke arah Allah maka Allah akan berlari menyambut kita .. Akan ada banyak tangan-tangan baik yang siap membantu kita. Jadi jangan jadikan takut sebagai alasan untuk tetap berada di dalam zona nyaman ( maksiat ). Hijrah saja dulu .. The Journey of My Hijrah Bersamamu di Jalan Taat Oleh : Nur Utami A wal hijrah-ku. Dimulai ketika seorang wanita luar biasa yang tidak pernah hentinya menasehati seorang adik yang membangkang sepertiku. Beliau mengajarkan banyak hal padaku. Salah satunya adalah : “ Adik ami, akhlak dan cara berpakaian itu anggaplah nilainya 1. Misalnya begini, jika akhlak ami baik dan cara berpakaian ami tidak sesuai Syari‟at Islam maka nilainya 1 + 0 = 1. Ataupun sebaliknya. Dan misalnya jika akhlak ami tidak baik dan berpakaian juga tidak baik maka nilainya akan 0. Semua itu adalah proses. Tidak perlu ada paksaan untuk menjadi orang yang lebih baik, hanya saja kita butuh progres. Nah, hanya diri kita sendiri lah yang dapat menentukan. Seperti yang diberitahu sebelumnya bahwa manusia lah yang menjemput hidayah. Hei, hidayah itu dimana-mana ada, tinggal kitanya aja bisa nerima itu atau tidak. Wanita yang luar biasa ini, memberikan ku semangat baru tentang beberapa materi yang disajikan di setiap minggunya. Tentang kepercayaan ku yang bagaimana aku bisa mencintai Allah SWT yang bahkan tidak berwujud? Jawabannya simpel. Dengan melihat ciptaannya yang luar biasa. Berpikir saja bahwa tidak ada benda atau makhluk sekalipun yang tidak ada penciptanya,, seekor lalat sekalipun. Beliau mengajarkan ku betapa indahnya melihat ciptaan Allah yang terkadang aku cuekin. Aku lupa caranya bersyukur. Naudzubillah. Wanita ini begitu teguh dengan peraturan-peraturan yang telah ada, beliau begitu tegas. Ya sekalinya haram ya nggak boleh. Misalnya nih, kita kan dilarang untuk berboncengan dengan lawan jenis, tukang grab sekalipun. Nah, ami bandel banget jadi masih menggunakan grab sebagai kebutuhan sehari-hari. Hahaha, lucu sekali beliau memarahiku, pada hari itu. “Dia kan tetap laki-laki, nggak boleh. Jangan bandel deh.” Beliau mengenalkanku cara berpakaian yang baik itu gimana, bersifat dan bersikap dengan baik itu bagaimana. Beliau mengenalkanku arti dari jilbab dan kerudung. Bahwa sesungguhnya orang awam salah persepsi, mereka menyangka bahwa jilbab itu kerudung dan pakaian yang menjulur itu hanyalah baju. Beliau mengajarkan semua hal yang tidak pernah aku ketahui sebelumnya. Tetapi disitulah dimulai betapa pahitnya hijrahku. Aku menerima segala ilmu dan ajaran dari beberapa mentor dan menerima semua nasihat dari guru halaqah. Hanya saja, dengan kebodohan yang aku miliki. Aku masih memiliki keraguan dalam jiwa. Ingin rasanya lari dari kenyataan, seperti ada yang mengekang. Dari segi apapun itu. Pakaian, akhlak dan aturan hidup lainnya. Aku merasa The Journey of My Hijrah selalu diawasi dari beberapa sudut pandang mata yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Ingin rasanya aku balik menjadi sosok ami yang tidak tau akan ajaran-ajaran itu, karena aku ingin jadi diri ku sendiri yang bebas melakukan apapun yang aku mau. Ya Allah, betapa egoisnya aku yang lari atas kebenaran yang sudah ada didepan mata. Tapi untungnya ada guru ku yang begitu lembut nan luar biasa, yang tidak pernah mengeluh atas keluh kesahku. Yang selalu menolak dan beralasan untuk tidak kunjungan dan lain-lain. Ingin rasanya aku meminta maaf atas kesalahan yang terlalu banyak kubuat. Beliau mengingatkan ku tentang tujuan utama ku mengikuti kajian ini adalah untuk memperbaiki diri menjadi yang lebih baik. Ada banyak keraguan yang telah aku sampaikan kepada beliau dan alasan kenapa aku ingin vakum dalam kajian ini. Beliau tidak henti-hentinya memberikan ku semangat yang luar biasa bahwa aku bisa melawan egois yang ada dalam hidupku. Dan ya akhirnya aku memulai kajian dari yang paling awal. Dan aku mulai belajar kembali. Hijrah itu mudah? Sulit. Apalagi menghijrahkan diri sendiri. Ketika di depan mata sudah ada kebenaran, tapi hati memiliki keraguan. Maka sulitlah untuk meraih kebenaran itu sendiri. Banyak orang yang diberi hidayah, disampaikan kebenaran dan diberi kesempatan untuk memperbaiki diri tetapi tidak bisa mengikuti ajaran-ajaran itu. Sama halnya seperti diriku yang sudah ditampakkan secara nyata kebenaran itu, tetapi masih ada keraguan yang memuncak didalam diri. Itu sebagai pembelajaran bagiku, agar Allah SWT bisa melihatku belajar, belajar, dan belajar tentang Islam lebih dalam lagi. Semoga aku selalu berada dalam lindungan Allah Swt. Aamiin. Teman, hijrahku bukanlah cerita hijrah seperti sahabat-sahabat yang lain. Hanya saja, aku bangga bisa jadi sekarang ini dengan proses dan pengorbanan waktu yang telah aku lalui. Untuk kakak mentor ku dan InsyaaAllah Ami bakal jadi pengemban juga, maka semangatlah. Hijrahlah bersamaku, aku akan menggenggam tanganmu erat, merangkul bahumu dan memeluk keluh kesahmu. Hijrahlah bersamaku, agar aku mempunyai pendamping di kala jalan menuju syurganya Allah. Kita jalan bersama-sama, beriringan dan saling bergandengan tangan. Hijrahlah bersamaku, walau kenyataannya hijrah ini penuh rintangan. Jangan takut untuk melewatinya, percayalah bahwa kenyataannya kamu tidak sendiri. Hijrahlah bersamaku. Bersama kita di dalam ukhuwah yang indah ini, menuju cahaya yang telah Allah janjikan kepada ummatnya. The Journey of My Hijrah Jalan Hijrahku Oleh : Tata Dwi Selvia C eritaku ini dimulai pada zaman ku SMP dimana pada umumnya seorang wanita saat itu sudah baligh, namun ku lihat sekelilingku sangat sedikit sekali perempuan yang berhijab. Bahkan di SMPN dimana aku bersekolah ada aturan tidak boleh memakai hijab. Jadi jika masuk pelajaran agama Islam tetap saja seperti belajar biasa kami gak mengenakan hijab. Hehe gimana? miris ya? Tapi dari situ mulai tumbuh ketertarikanku untuk berhijab, kuniatkan dalam hati nanti SMA aku akan berhijab. Walaupun saat itu shalatku masih bolong", bahkan ibaratnya hanya shalat magrib saja yang wajib bagiku , huhu parah ya :( Hmmm... Aku itu sebenarnya bukan termasuk anak yang nakal, bahkan cenderung sangat nurut pada orang tua. Aku sangat dekat sekali dengan mamaku. Mamaku seorang ibu rumah tangga, sehingga kasih sayangnya full kami dapatkan. Hingga tiba suatu kondisi dimana Mamaku harus pergi merantau karena saat itu kondisi ekonomi keluarga yang sulit. Aku punya seorang adik perempuan dan seorang abang. Adikku ikut bersama Mama merantau, Abangku tinggal bersama saudari ibuku dikota yang tidak begitu jauh dari tempat tinggalku. Sehingga tinggalah aku dirumah dengan Papa dan Nenek. Rumah terasa sunyi, papa bekerja dan nenekku? Nenek ku sedikit punya gangguan jiwa. Namun masih bisa diajak berkomunikasi sih. Untuk mengisi kesunyianku, biasa pulang sekolah aku bermain game online di warnet sampai hampir waktu magrib (menunggu papa pulang). Kondisi ini terus berlanjut hingga aku tamat SMP dan akan melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Dilema, mau SMA dimana yaa? Nem pas-pasan untuk bisa masuk negeri (sebab kebanyakan main game, dan belajar pun terlewatkan). Di kota yang tidak begitu jauh dari tempat tinggalku saat itu ada 3 SMA Negeri favorite, sebut saja SMAN A, SMAN B DAN SMAN C. Dari ketiga SMA itu aku cuman bisa masuk ke SMAN C, tapi Papa dan keluarga gak ngizinin sekolah disitu, sebab walau sekolahnya lumayan bagus tapi terkenal siswa/i nya brandal. Akhirnya aku dimasukkan ke salah satu sekolah swasta terbagus dikotaku. mengikuti jejak The Journey of My Hijrah abangku yang sebelumnya sudah terlebih dahulu sekolah disitu. yaaa kualitasnya cukup sebandingla dengan uang sekolahnya yang selangit. Tapi kalian tahu tidak? Sekolah itu pemiliknya orang tionghoa. Jadi bisa dibayangkan yaa suasana didalamnya bagaimana?. Yaaa walaupun memang didalamnya terdapat beragam agama, ada Islam, Kristen, Budha dan Hindu. Tapi tetap saja, Tionghia disana berkuasa. Akhirnya ku urungkan niat berhijab yang pernah ku tanam sewaktu SMP. aku khawatir akan dikucilkan atau tidak bisa berteman dengan mereka.. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Oia btw, ketika aku masuk SMA Mama dan Adik sudah pulang dari perantauan, alhamdulillah :) kondisi ekonomi kami semakin membaik. Tapi, .waktuku tak sebanyak ketika smp dulu bersama Mama. Karena Di SMA sekarang aku cukup aktif, aku ingin menyaingi temen" ku yang Tionghoa, terkadang aku lihat kebanyakan dari mereka suka memandang sebelah mata peribumi. Aku ingin dianggap. Keaktifan ku bisa dilihat dari banyaknya ekstrakulikuler yang ku ikuti, ada marching band, seni tari, dan juga basket ball, ditambah serangkaian les/bimbingan belajar sepulang sekolah. Hasilnya aku dapat rangking 10 besar, hampir 5 besar malah, dimana jarang peribumi bisa dapatkan di sekolah itu, bahkan Abangku dulu. Tapiiiii… akibatnya tubuhku drop hingga pada kelas 2 SMA aku pernah lumpuh (tidak bisa berjalan), kondisi ini berlangsung tidak begitu lama, hanya sekitar kurang dari 2 bulan. Namun pelajaran paling berharga yg kudapaat saat itu adalah titik dimana aku mulai berfikir, aku ini sebenarnya hidup untuk apa ya? Aku lelah gini-gini aja..Trus kalau aku mati sebentar lagi apa aku udah siap? bekal apa yang sudah aku punya, shalat pun jarang. Ku dapati beberapa kali Mama menangis ketika mengurus aku, keikhlasan dan kasih sayangnya masih sama seperti dulu, ini yang aku rindu.. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Alhamdulillah aku sudah sembuh, dan aku seperti memulai kehidupan baru..sejak saat itu aku berusaha untuk tidak pernah lagi meninggalkan shalat 5 waktu, namun disitu aku belum berhijab. Karena jujur akupun belum begitu faham terkait hijab. Namun ketika itu muncul sosmed baru bernama instagram, aku pun mencoba nya dan follow akun-akun dakwah. Dari sana aku banyak belajar. Terutama kewajiban menutup aurat.. Apa lagi mengetahui ternyata The Journey of My Hijrah ayah dan abang akan ikut dimintai pertanggungjawaban atas diri kita. Dari situ tekadku sudah bulat utk berhijab tepatnya ketika kls 3 SMA. Kutinggalkan semua ekstrakulikulerk, karena jelas gak mendukung untuk berhijab. Namun saat itu aku sebatas tau bahwa wajib menutup aurat. Tapi aku tak begitu faham aurat perempuan itu sampai mana batasnya. Dan bagaimana pakaian perempuan yang seharusnya. Karena memang penjelasan yang kudapat tidak begitu rinci hanya sekedar melihat postingan akun-akun dakwah. Aku pun hanya pernah melihat beberapa orang yang berhijab memakai celana dan baju tangan panjang serta kerudung menutup dada. Oo jadi begitulah yang namanya berhijab fikirku. Jadilah aku memakai celana jeans dan baju lengan panjang dengan kerudung menutup dada. Lalu bagaimana dengan teman" dikelas? Aahh aku tak begitu perduli lagi, toh aku sudah buktikan bisa berdiri sendiri. Lagipula tak begitu banyak yg berubah, aku hanya tidak sedekat dulu dengan teman-temanku yg tionghoa. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Tidak terasa sebentar lagi aku akan tamat SMA, “mau kuliah dimana??” , pertanyaan baru muncul dibenakku. Banyak sekali pertimbangan untuk memutuskan akan melanjutkan pendidikan kemana, apakah itu, ekonomi, keluarga, dan salah satu diantaranyaa, aaah aku lupa bercerita tentangnya. Aku memiliki seorang teman dekat lelaki, aku berteman dengannya sejak kecil, sejak TK lebih tepatnya. Bahkan mungkin bisa dibilang hubungan kami terlalu dekat, apakah seperti pacaran? Ahhh entahlah sebutan tak begitu penting. Intinya orang tuaku juga sudah menyayanginya seperti anak sendiri. Akupun juga mengenal orang tuanya. Sebab memang orang tua kami berteman. Kami begitu dekat, bermain bersama, berbagi suka duka. Tiada hari terlewat tanpa dia. Emn okey, kita kembali ke permasalahan utamaku "mau kuliah dimana??". Hal Itu juga yang menjadi beban pikiran dia. Menjelang akhir-akhir sekolah kami banyak menghabiskan waktu duduk termenung ditaman, yang ada difikiran kami sama "ga akan sanggup kalau harus berpisah jauh" sebab sudah kuceritakan tadi, tiada hari terlewat tanpa dia. Hingga kami memutuskan akan berkuliah ditempat yang sama bahkan dijurusan yang sama. Akhirnya kami mengikuti serangkaian seleksi untuk masuk di salah satu perguruan tinggi negeri, dan tibalah masa pengumuman itu. Dan ternyata kami lulus, hmm saat itu senang sekali rasanya.. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ The Journey of My Hijrah Tibalah masa OSPEK. Ternyata fakultas yang kami pilih adalah tempat dengan senior terseram dan terkejam di universitas tersebut. Serangkaian kegiatan pun dilakukan, mulai dari maba harus ikut inagurasi, malam keakraban dan beberapa peraturan yang tak masuk akal diantaranya masuk kekampus harus lewat parit tidak boleh dari gerbang, jalan menunduk hingga gak boleh makan dikantin kampus :'). Namun ada hal yang menarik dikampus yang tak kujumpai dulu dikotaku berada. Yaitu kulihat beberapa kakak-kakak berkerudung menjulur (lebih besar tidak sekedar menutup dada) dan memakai gamis, mereka sering berada dimusolah kampus. Tapi jumlah mereka tak banyak. saat itu yang kupikirkan hanya masyaAllah mereka anggun dan sopan sekali. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Saat itu ada kegiatan GO green dari kampus, yang mengharuskan semua maba harus ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang memakan waktu 2 hari ditempat yang lumayan jauh, sehingga harus menginap. Kulihat banyak juga senior yang turut berpartisipasi didalamnya.. Hingga tiba hari yang paling kubenci, saat itu aku dijailin oleh kakak seniorku (perempuan). Ntah apa alasan mereka berbuat begitu. Intinya saat itu aku sedih sekali, kenapa aku diganggu, padahal aku gak mengganggu ataupun punya salah sama mereka. Aku gak peduli lagi, gak perlu ada hormat pada orang seperti itu! Aku langsung berlari meninggalkan mereka. Mataku sudah berkaca-kaca, tapi aku menahan tangis dan amarah, berkata ku dalam hati "aku harus kuat, takkan kubiarkan air mataku jatuh sia-sia karena orang-orang seperti mereka!" Aku membuka handphone dan bermain instagram untuk mengurangi rasa sedihku, hingga tiba aku pada sebuah postingan salah satu akun dakwah tentang ayat yang berbunyi `Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang` (QS. al-ahzab : 59) Seketika itu tangisku menjadi pecah. Aku baru tahu ternyata ada ya ayat ini? Kemana aja aku selama ini, aku merasa sangat bodoh, miskin sekali akan ilmu agama. Apa mungkin selama ini aku belum berhijab dengan sempurna? Mangkanya aku masih diganggu. Tiba-tiba teringat aku pada kakak-kakak berkerudung panjang dan bergamis yang pernah kulihat, apa seperti itu ya harusnya perempuan berpakaian? Ternyata Allah itu memang maha besar dan maha The Journey of My Hijrah penyayang yaa, salah satunya sampai memberi aturan terbaik mengenai cara berpakaian untuk perempuan supaya mereka itu tidak diganggu dan disegani. Mulai saat ini aku harus terus belajar menambah ilmu agama, ternyata banyak sekali yang masih belum ku ketahui. Ya Allah ampuni aku. Jangan biarkan aku sesat karena kebodohanku. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Semenjak saat itu aku mulai memakai pakaian syar'i, dan alhamdulillah aku merasa lebih tenang, walau diawal diejekin teman "mau kemana ibu haji? " begitu ledekan mereka, huh! Mungkin karena hal itu masih tabu dulu, sebab dikelas saja cuman ada aku dan satu orang temanku yang berpakain syar'i. Tapi aku tak peduli, ini perintah Rabbku. Toh aku yakin ejekan itu akan bertahan sebentar saja. Aku anggap itu sebagai penguji keistiqomahan dan kelurusan dari niat, benarkah karena Allah atau tidak. Dan ternyata benar gak sampai 1 minggu mereka gak ada lagi yg mengejek. Bahkan beberapa teman memujiku, ada yang menyatakan bahwa mereka ingin juga suatu saat berpakain syar'i walau belum kuat tekadnya. Alhamdulillah semenjak itu juga aku tidak pernah diganggu lagi. Aku mulai banyak membaca buku-buku terkait ilmu agama, karena aku sadar ternyata hijrah bukan sekedar mengganti pakaian dari yang belum mengenakan pakaian syar'i menjadi berpakaian syar'i saja, tapi ilmu pengetahuan juga harus ditambah. Agar kita bisa tau mana yang benar dan mana yang masih salah. Sehingga sejak itu toko buku menjadi tempat kesukaanku. Terkait teman lelaki ku itu gimana? Dia juga gak ketinggalan (kan sudah ku ceritakan sebelumnya tiada hariku yang dilalui tanpa dia). Kami pergi ke toko buku bersama. Kami saling support utk memperbaiki diri, bahkan saling mengingatkan untuk shalat wajib dan melakukan amalan-amalan sunnah. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Suatu waktu ketika sedang dikampus tepatnya selesai shalat zuhur aku didatangi seorang perempuan seumuranku dari fakultas tetangga. Entah siapa dia, awalnya aku pun tidak mengenalnya, tetapi dengan ramah dan penuh kelembutan dia mengajakku untuk mengkaji Islam bersama. Ntah mengapa aku tidak ada prasangka buruk apapun tentangnya, mungkin karena dia kelihatan begitu tulus untuk mengajakku menjadi lebih baik. Ditengah kehausanku akan ilmu agama, ku sambut dengan gembira ajakannya. Dalam hati aku berkata "MasyaAllah Allah sangat baik sama aku yaa. Allah kasih jalan supaya bisa lebih faham akan agama ini. Semoga dia menjadi jalan untuk aku berubah jadi lebih baik dan lebih baik lagi dari sebelumnya". Kemudian kami pun membuat janji untuk bertemu mengkaji Islam.. The Journey of My Hijrah ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Tiba waktunya aku bertemu dengan temanku tersebut untuk mengkaji Islam. Pada pertemuan pertama ini kami membahas soal keimanan. Darinya pertanyaan yang pernah ku tanya dulu ketika aku sakit, yaitu dari mana aku berasal? untuk apa aku hidup? Kemana setelah mati? terjawab sudah. Aku berasal dari Allah, aku diciptakan untuk beribadah dan taat pada aturanNya, dan setelah mati aku akan kembali pada Allah dan mempertanggungjawabkan apa yang kulakukan selama ini untuk diberi balasan apakah syurga atau neraka. Dari situ aku sadar bahwa hidup ku didunia ternyata hanya tempat singgah, bukan kehidupan sebenarnnya. Kau tahu? Sangat besar dampak dari jawaban atas pertanyaan tersebut untuk kehidupanku, aku seperti punya orientasi hidup yang baru. Yaitu ridho dan SyurgaNya. Tiada yg ku inginkan selain cintaNya. Akupun semakin semangat untuk mengkaji Islam setiap harinya. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Kemudian pertemuan kedua kami membahas soal konsekuensi keimanan yaitu wajib terikat dengan aturan Allah. Tidak cukup mengatakan sudah beriman, tetapi Iman itu butuh pembuktian berupa ketundukkan pada apa-apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yg Allah larang. Allah juga berfirman 'Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman," sementara mereka tidak diuji lagi?. Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka, Allah pun betul-betul mengetahui orang-orang yang benar dan Dia betul-betul mengetahui orang-orang yang berdusta.' (QS. Alankabut : 2-3) Sejak saat itu aku berusaha agar setiap aktivitasku terikat dengan aturan syara' sesuai kadar pemahamanku tentang syariat Islam saat itu. Selain itu dipertemuan tersebut juga dibahas mengenai potensi hidup manusia yaitu yang pertama memiliki kebutuhan jasmani dimana munculnya karena adanya rangsangan dari dalam tubuh dan hal ini wajib dipenuhi sebab jika tidak akan menimbulkan kerusakan bahkan kematian, contohnya rasa lapar, pemenuhannya tidak ada cara lain selain dengan makan. Dan kedua memiliki gharizah (naluri) dimana munculnya karena ada rangsangan dari luar dan hal ini tidak harus dipenuhi sebab hanya akan menimbulkan gelisa. Gharizah itu terbagi 3 dan salah satunya adalah gharizah nau' (naluri melangsungkan keturunan). Contohnya yaitu rasa sayang, rasa iba, rasa suka pada lawan jenis dan lain-lain. Kenapa bisa dikatakan gharizah itu The Journey of My Hijrah muncul karena adanya rangsangan dari luar? Analoginya begini, misal ada seorang lelaki bernama Anton suka pada seorang perempuan bernama Beti. Anton tidak akan pernah suka sama Beti jika tidak pernah berbicara, ataupun sekedar melihat Betikan? Bagaimana bisa dia suka Beti kalau kenal atau pernah melihatnya saja tidak pernah? Otomatis karena dia sering/pernah bertemu dengan Beti, sering/pernah mendengar tentang beti, melihat beti, berkomunikasi dengan beti sehingga muncul rasa suka. Itulah rangsangannya (berasal dari luar diri) berbeda dengan kebutuhan jasmani (rangsangan berasal dari dalam diri) . Sebab tadi dikatakan bahwa gharizah tidak harus dipenuhi maka pemenuhannya akan berbeda-beda tergantung pada pemikiran manusianya. Contohnya rasa suka tadi. Ada yang memenuhinya dengan pacaran, ada yang menikah ada yang memilih berpuasa. Seketika pemikiranku terbuka, aku mulai berpikir untuk membuktikannya. Apa mungkin selama ini aku dengan teman lelakiku seperti itu?. Karena kami sering bersama maka muncul rasa sayang itu. Akhirnya aku mulai mengurangi interaksiku dengannya. Dan juga bertemu dia. Dari yang awalnya setiap hari kami bertemu, namun sejak itu aku mulai menghindar perlahan darinya. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Selanjutnya pertemuan ketiga kajianku, saat itu dibahas tentang berpakaian dan berinteraksi sesuai dengan syariat. Berpakaian cukup mudah, sudah mulai kulakukan sebelumnya. Namun yang paling sulit yaitu berinteraksi sesuai dengan syariat. Sebab dari situ aku baru faham bahwa selama ini apa yg kulakukan yaitu interaksi dan kedekatanku dengan teman lelaki ku tersebut adalah sesuatu yg salah. Selama ini aku tidak memahaminya. Yang kutahu kami melakukan dan mengingatkan hal-hal yang baik, bahkan saling mensupport untuk memperbaiki diri. Aku sedih dan bingung sekali, apa yang harus kulakukan, aku sangat menyayanginya dan sudah mengenalnya sejak lama. Kubuka mushafku untuk meredakan kesedihanku, kubaca agar hatiku tenang. Tiba-tiba teringat dengan orangtuaku, kalau terkait hijab saja dihari akhir orangtuaku akan Allah mintai pertanggungjawaban juga atas diriku bagaimana pula dengan berpacaran? Bagaimana jika Allah bertanya pada orangtuaku mengapa tidak kau larang anakmu berpacaran? Ya Rabb ampuni aku, aku tak ingin menjadi pemberat hisab orangtuaku kelak. Lagipula akhirnya aku sadar jika benar aku menyayangi dia dan dia menyayangiku karena Allah takkan rela jika diri kita menjadi sumber dosa bagi org yg kita sayang. Percuma didunia kita saling menyayangi tetapi dihari akhir kita saling menuntut dan seret-menyeret kedalam The Journey of My Hijrah neraka. Akhirnya dengan penuh keikhlasan hati dan kemantapan ku tinggalkan dia karena Dia. Hatiku tenang mengingat apa yang menjadi takdirku tidak akan melewatkanku, jika memang dia jodohku Allah akan satukan kembali entah bagaimanapun caranya. Jikapun tidak pasti Allah akan berikan yang lebih baik. Yang pasti aku percaya pada Allah bahwa jika kita meninggalkan sesuatu karena Allah pasti Allah akan mengganti dengan yang lebih baik. Alhamdulillah dia berbesar hati menerima keputusanku. Dan tiada rasa menyesal dihatiku akan keputusan itu bahkan aku merasa sangat lega. Setelah itu berakhirlah segala komunikasiku dengannya hingga detik ini. Lalu bagaimana cara melupakannya? Bukannya aku sudah sangaaat lama bersamanya? Bahkan mengenalnya sejak TK. Intinya aku menerapkan konsep gharizah yg sudah kupelajari, menekan atau menghalangi apapun yang akan menjadi rangsangan kembali. Ketika ingatanku tentangnya muncul kualihkan pada hal-hal yang bermanfaat. Membaca buku, mengkaji Islam, bertemu dengan teman-teman yang shalih. Namun memang ingatan itu takkan sepenuhnya hilang, sebab aku mengenalnya sudah sangat lama sehingga terlalu banyak ingatanku tentangnya. Terkadang sedih mengingatnya, apalagi ketika dulu biasa melakukan suatu hal bersama sekarang tidak lagi. Itu hal yang wajar sebab kita meninggalkan seseorang yang dulu mengisi setiap hari kita. Namun aku tak ingin Allah murka padaku karena lebih banyak mengingatnya daripadaNya. Sehingga ketika ingatan itu muncul kualihkan dengan beristigfar dan bersyukur pada Allah. Kutanamkan dalam diriku bahwa "okey diawal tak mengapa jika kau sulit untuk lupa hari-hari yang pernah kau lalui bersamanya. Tapi yakin lah nanti juga akan terbiasa. Yang harus kau lakukan ketika kau ingat tentangnya segera ucap istighfar mohon ampun pada Allah atas kesalahanmu dan kesalahannya dan bersyukur pada Allah atas kasih sayangnya yang telah menunjukimu jalan yang benar dan masih diberi kesempatan untuk berubah. Seketika itu rasa cintaku pada Allah semakin bertambah. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Pertemuan ke empat tentang Sistem Islam. Wooow ini yang kucari selama ini. Pertemuan ini menunjukkan betapa sempurnanya Islam sebagai ideologi bukan sekedar agama pengisi relung reliji. Aku semakin yakin bahwa Allah sebaik-baik pencipta dan pengatur. Mulai dari aturan terkecil sekecil buang air sampai aturan terbesar mengenai negara, seperti sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem pergaulan, sistem pendidikan dan sebagainya. MasyaAllah lengkap sekali. The Journey of My Hijrah Lalu kenapa saat ini Islam tidak tampak kesempurnaannya? Tidak tampak rahmatanlil'alaminnya? Jelas jawabannya, karena sekarang Islam tidak diterapkan dengan sempurna. Bagaimana bisa ia akan menunjukkan kesempurnaannya? Dan bagaimana bisa diterapkan jika kaum musliminnya sendiri tidak mengetahui tentang sempurnanya Islam. Hanya sekedar tahu shalat, puasa zakat, naik haji dan serangkaian ibadah lainnya?. Ya Rabb, sungguh kaum muslim telah begitu jauh dari agamanya. Tolonglah aku untuk istiqomah mengkaji islam dan mendakwahkannya semampuku. Aku ingin agar kaum muslim juga memahami kesempurnaan Islam dan bangga akan agamanya. Aku ingin menjadi hambamu yang taat sepenuhnya padamu. Karena setiap aturanmu bukan untuk sekedar diketahui tetapi merupakan kewajiban untuk dipenuhi. Aku berharap semoga kaum muslim bisa segera kembali berislam secara kaffah. Demikianlah kisahku, sejak saat itu aku terus konsisten mengkaji Islam dan mendakwahkannya. Aku ingin memiliki hujjah dihadapan Allah kelak. Ya Allah saksikanlah aku ingin menjadi pejuang agamaMu yang akan mengembalikan kejayaan Islam, ku mohon mampukan dan tolonglah aku. The Journey of My Hijrah Aku Bertaqwa, Maka Aku di Uji Oleh : Fera Ika S The Journey of My Hijrah