Uploaded by User15797

The Journey Of My Hijrah

advertisement
The Journey of My Hijrah
The Journey of My Hijrah
Dari sahabat Umar bin khattab ra berkata, “Aku mendengar Rasululah
saw bersabda, “ Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya dan
sesungguhnya setiap orang itu akan mendapatan apayang diniatknanya.
Barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada Allah dan Rasul-Nya.....”(HR. Bukhari dan Muslim)
The Journey of My Hijrah
Daftar Isi
Indahnya Jatuh Cinta
Buka Hatimu, Maka Hidayah Akan Datang
The Power Of Doa
Mulailah Segera, Iya Mulai
Yuk Hijrah
Kutinggalkan Ia, Demi Dia
Tinggalkan Maksiat, Dekap Syariat
Sahabat Terbaik
Taat Tanpa Tapi
Ku Terus Mencoba Meraih RidhoNya
Aku Sayang Keluargaku
Bertemu Sahabat Taat Itu Nikmat
Kita Berusaha, Allah Yang Menentukan
Hijrah Saja Dulu
Bersamamu Di Jalan Taat
Jalan Hijrahku
Aku Bertaqwa, Maka Aku di Uji
The Journey of My Hijrah
Indahnya Jatuh Cinta
Oleh: Muttia Chandra Putri Rizkiany
P
ink!! Atau sering kita sebut merah muda. Warna dari seseorang yang hatinya sedang
berbunga-bunga. Hmm.. no.. no.. no. Sedang jatuh cinta lebih tepatnya. Ya kami sedang jatuh
cinta bukan dengan seseorang yaa. Kami sedang jatuh cinta dengan sesuatu yang lebih
“Besar”, “Lebih Mulia”, “Lebih Hebat”, “Lebih Luar Biasa” dan “Layak Untuk
Diperjuangkan”.
Eiits tapi nanti dulu dikasih taunya nih tentang pertanyaan “lagi jatuh cinta sama siapa
sih?”. Dari tadi pasti masih banyak yang bingung “kami” itu siapa? Emang kamu nggak
sendiri nih? Emang sama siapa sih? Woy sabar dulu sahabat, banyak banget sih
pertanyaannya. Satu-satu ya dijawab. Yang pertama, yang nulis memang cuma satu. Tapi
yang jatuh cinta sama yang satu ini banyak. Karena yang memperjuangkannya pun banyak.
Langsung aja nih cerita dari penulis tentang mengapa dia jatuh cinta, sama siapa sih, semua
akan ada waktunya untuk menjawab pertanyaannya.
Ini tentang si penulis yang sedang jatuh cinta...
Inisial penulis itu MCPR. Penulis itu sedang melalui masa study di masa-masa
menegangkan yaitu semester 8, di Fakultas Kehutanan, mengambil departemen Budidaya
Hutan. Beberapa yang mengenal penulis sebelum memasuki zona kuliah pasti akan pangling,
karena penulis berbeda dengan sebelum penulis kuliah. Terlebih lagi penulis suka berpindahpindah tempat tinggal, dikarenakan ayah penulis yang suka berpindah-pindah. Jadi sahabat,
teman-teman, bahkan keluarga yang sebelumnya mengenal penulis yang dulu akan bingung
ketika melihat penulis yang sekarang, karena aku yang dulu bukanlah yang sekarang. Bukan
hanya dari penampilan, tapi cara berpikir pun juga berubah.
Kalau menceritakan masa-masa merah putih, penulis seperti kebanyakan anak-anak
biasa zaman pertengahan kok antara zaman old mau ke zaman millenial yang suka bermain
dengan ceria. Pagi sekolah dan sore hari lari-lari ke masjid untuk ngaji, tapi tetap saja ngaji
pun ngerti tak ngerti.
Masa-masa putih biru itu masa dimana penulis masih suka dengan organisasi PMR
saat sebelum pindah ke Medan, tapi setelah pindah penulis jadi kutu buku, yang berada di
dunia sendiri dan asik dengan bukunya. Dari masa putih biru penulis masih suka dengan gaya
rambut ekor kuda atau sering dibilang kuncir satu. Saat itu penulis masih belum mengenal
jilbab. Tapi saat setelah pindah ke Medan, penulis memiliki keinginan untuk menggunakan
The Journey of My Hijrah
jilbab atau penutup rambut, karena melihat teman yang menggunakan jilbab pada saat itu
terlihat cantik dan rapih. Jadi saya mengatakan keinginan saya ke mama untuk membelikan,
tapi saat itu terjadi penolakan untuk pertama kalinya karena mama takut kalau saya tidak
konsisten memakai jilbab yang akan lepas pakai. Karena saya anaknya penurut dan takut jadi
anak durhaka, jadi saat itu saya mengurungkan niatnya karena ada pasal 1” mama tidak
pernah salah.”
Pada masa putih abu-abu adalah masa puber , masa dimana saya masih mencari jati
diri dan mencari teman. Saya aktif di organisasi sekolah Paskibra. Tapi untuk penampilan
saya sudah mulai menggunakan jilbab paris dan gaya seperti anak-anak kekinian pada saat itu
karena mulai dibolehkan dan diharuskan menggunakan jilbab dan teman-teman saya begitu
juga. Pada saat itu, kebijakan organisasi Paskibra di sekolah, saat pengibaran dan lomba tidak
boleh menggunakan jilbab, jadi saya masih lepas pakai. Fashion saya pada masa putih abuabu, penulis suka fashion ketomboy-tomboyan, suka pakai jeans, walau begitu jilbab paris
pun tetap dipakai. Tapi masa putih abu-abu saya tidak hanya sekedar itu saja, saya pun pernah
merasakan namanya merah jambu, pernah merasakan pacaran, fans dari oppa oppa sarange,
hafal gerakannya, hafal lagunya, dan koleksi segala drama koreanya mulai dari romance
sampai action. Wiih jangan ditanya berapa banyak, dan biasnya siapa, EXO, SuJu, Big Bang,
BTOB dan oppa-oppa lainnya saya tauuuu. Kalau soal ibadah hmm sedih deh pokoknya
bolong-bolong, ya wong sering dimarahin mama cuma buat sholat, tapi memang anaknya aja
yang suka dengerin mamanya marah, hahaha. Cuma puasa aja yang full karena saya memang
sudah dilatih puasa full dari TK.
Masa kuliah pun dimulai. Kalau ditanya alasan saya kuliah itu kenapa, awalnya nggak
pernah sama sekali berkeinginan untuk kuliah, cita-cita saya dari dulu adalah menjadi seorang
kowad (tentara wanita). Tapi semua berubah saat masa-masa penentuan pilihan masa depan,
ingin lanjut kemana, apa, dan dimana. Saya mencoba tes dimana pun STIS, STAN, Telkom,
dan lain-lain, sebelum masa SBMPTN dan ujian masuk tentara. Tes yang saya coba semua
gagal. Pada saat itu mama menganjurkan untuk sholat tahajud. Saya bingung “gimana lah
ngerjain sholat tahajud ini?” Tau aja baru karena disuruh mama, jadi ngerjainnya itu bermodal
baca dan pada akhirnya nanya mama. Jadi setelah itu nggak tau kenapa saya ngelihat status
temen lewat sosmed yang pada saat SD mulai hijrah, dan saya mulai sering menemukan
quotes tentang kewajiban menutup aurat. Pada saat itulah saya mulai tau ternyata menutup
aurat itu wajib hukumnya dan kalau saya menjadi kowad, tentu akan lebih jauh dari menutup
aurat. Jadi pada saat itu saya memutuskan untuk kuliah, dan berharap saat kuliah bisa lebih
mengenal agama lebih dalam, dan Alhamdulillah saya lolos SBMPTN. Sebenarnya saya
The Journey of My Hijrah
punya keinginan untuk masuk pesantren tapi ditolak papa, karena sulit untuk jauh dari anak
perempuan satu-satunya, lebih tepat nggak tegaan.
Pada masa kuliah saya masih belum tahu menutup aurat sebenarnya itu seperti apa,
jadi penulis masih menggunakan celana keper dan kemeja oversize. Pada awal semester, ada
gitu kakak senior menggunakan kerudung panjang dan pakai gamis mengajak saya ke acara
dengan judul “IPK 4”, kakak-kakak yang mengajak itu namanya kak Wahyuni dan kak
Masrida. Setelah acara berakhir pun saya masih dekat dengan kakak itu dan mulai tertarik dan
diajak ke kajian mengenal Islam. Awalnya kajiannya itu mengenai “Jalan Menuju Iman”, di
kajian itu saya mengetahui bahwa manusia itu diciptakan memiliki akal, sehingga manusia
dapat memilih jalannya sendiri, ingin masuk surga atau neraka, karena pilihannya hanya ada
dua. Saya mulai merasakan merah muda dihati penulis. Kajian pun dilanjutkan mengenai
“Penerapan Hukum Syara‟ Secara Kaffah” sampai ke kajian “Berpakaian Sesuai Syariat”
yang mulai membuat saya tertarik. Disaat kajian mengenai “Berpakaian Sesuai Syariat”, saya
mulai mengetahui cara berpakaian yang sesuai itu seperti apa dan konsekuensinya seperti apa,
dan penulis mulai bisa membedakan antara jilbab dan kerudung, yang ternyata selama ini
banyak umat yang masih salah dalam membedakannya. Pada saat inilah penulis mulai jatuh
cinta. Jadi penulis mulai mengenakan jilbab dan kerudung yang memang sudah diwajibkan
untuk seorang muslimah dan berusaha mendapatkan perhatian-Nya.
Berlangsung 2 minggu setelah saya memutuskan untuk menggunakan jilbab dan
kerudung dikesehariannya, mama saya mulai merasa khawatir. Kekhawatiran seorang ibu
yang takut anak pertamanya tidak mendapat pekerjaan, takut salah jalan, dan lain-lain mulai
semakin menjadi. Hal yang tak pernah saya duga sebelumnya, saya ditarik oleh mama dari
kamar sampai ke ruang tamu lebih tepatnya ke depan ayah dan mama marah dan mengatakan
“lihat anak satu ini, cara berpakaiannya begini, gimana mau dapat kerjaan kalau cara
berpakaiannya begini. Mana ada tempat kerja yang mau nerima orang yang berpakaian begini,
kalau begini lebih baik nggak usah kuliah, capek-capek kuliah, kalau nggak ganti sekarang,
nggak usah ngomong sama mama!!”. Subhanallah, saat itu langit seperti mendung seketika.
Yang diucapkan mama seperti hujan badai di langit yang cerah. Tak pernahku membayangkan
kalau mama bisa mengatakan demikian, padahal awalnya tak masalah, dan entah kenapa bisa
tiba-tiba mengatakan demikian. Dan saat itu, saya hanya diam karena biasanya akan
melakukan apa yang mama penulis katakan, tapi pada saat itu saya hanya tersenyum dan
meneteskan air mata menunggu jawaban ayah. Tapi apa yang diharapkan penulis untuk
mendapatkan pembelaan pun hilang, tak seperti yang diharapkan. Saya pergi kuliah dan
berusaha mengikuti semua mata perkuliahan seperti biasa dan tidak terjadi apa-apa
sebelumnya. Pada saat dirumah, mama diam beribu bahasa, yang biasanya menanyakan
The Journey of My Hijrah
kegiatan perkuliahan, saat itu tak mau tau dan pergi begitu saja.
Hari berlalu, saya
menceritakan apa yang kualami ke kak yuni, dan berharap mendapatkan solusi dari apa yang
sedang dialami.
Pada saat sudah mulai sampai di rumah, saya mulai memberanikan diri menyapa
mama, dan mengatakan “ma, *muti minta maaf kalau ada salah, mama lebih paham dibanding
anak mama yang masih minim ilmu ini, kalau dalam Islam tidak boleh 3 hari tidak bertegur
sapa, dan rezeki, maut diatur oleh Allah, bagaimana pun pakaian anak mama kalau Allah
berkehendak maka akan terjadi, ma”. Setelah beberapa jam mama mendatangiku dan mulai
menjelaskan alasan sikap mama tersebut. Walaupun sampai saat ini mama masih belum
menutup aurat secara sempurna. Insyaa Allah dan butuh usaha lebih dan doa agar
dilembutkan hati orangtu. Aamiin. Tapi alhamdulillah, saat ini saya menjadi tempat orangtua
mengeluarkan uneg-uneg mereka, meminta solusi, tempat berbagi ide, dan lain-lain yang
sebelumnya saya hanya dianggap sebagai anak yang pandai mengeluh.
Awalnya saya takut untuk menjelaskan kepada orangtua penulis namun karena support
dari temen-temen ngaji sekaligus sahabat-sahabat hijrah yang mungkin pengalamannya lebih
dari apa yang saya alami, mungkin ada yang karena hijrah sampai ada yang di stop uang
jajannya, diusir dari rumah, dan dibakar jilbab-jilbabnya. Dan penulis masih ingat perkataan
kakak itu yang membuat saya ingat hingga sekarang “dek, yang memberi rezeki atas adek itu
Allah, mungkin saat ini adek takut durhaka sama mama adek, dimana memang surga itu
ditelapak kaki ibu, tapi yang pemilik hati itu Allah, dan kewajiban adalah kewajiban, hukum
syara‟ tidak bisa kita pilih-pilih, mungkin ini cara Allah menguji adek, lewat penjelasan, doa,
dan mama adek melihat sikap adek yang mulai berubah, Insyaa Allah mama adek pasti akan
luluh suatu saat nanti”. Dan alhamdulillah mama mulai sadar dan membolehkan penulis
menutup aurat yang sesuai hukum syara‟.
Hijrah itu apa sih? Sampai bisa begitu? Orang gila kali ya? Nggak takut apa dikatain
kuno? Nggak takut apa dikatakan sesat?
Sahabat.. hijrah itu menurut bahasa berpindah. Ya!! Hijrah itu dalam artian berpindah dari
yang masa lalu ke masa sekarang. Hijrah itu berpindah dari yang jahiliah (bodoh) ke lebih
mengenal Islam. Hijrah itu dari yang masa bodoh menjadi lebih peduli. Hijrah itu dari yang
buruk menjadi baik. Hijrah itu dari sendiri menjadi bersama. Ya hijrah itu dari yang berdiam
diri menjadi berjuang. Ya hijrah itu tak bisa sendiri.. karena hijrah itu mudah tapi istiqamah
itu yang sulit, jadi kita membutuhkan orang lain agar kuat. Tapi hijrah akan lebih sulit
dilakukan untuk orang-orang yang tak mau tau, kalaupun tak sudah tau tapi tak bisa
mendobrak zona nyamannya. Sahabat.. jadi seseorang yang memilih berhijrah itu orang yang
The Journey of My Hijrah
kuat dan tangguh bukan? karena lebih memilih keluar dari zona nyamannya. Ya sahabat..
kalian itu tangguh, bahkan lebih tangguh dari yang kalian bayangkan.
Jadi kalian sudah tahu kan?? Apa yang membuat kami jatuh cinta?? Dan kepada
siapa?? Ya kami, eh tidak “KITA” sedang jatuh cinta kepada Islam dan Sang Maha Pencipta,
Allah SWT. Kita memang baru sama-sama saling mengenal tapi kami yakin dari kami akan
menjadi kita yang akan saling berpegang tangan dan sama-sama berjuang menegakkan Islam
dan berusaha agar hukum syara‟ diterapkan di bumi Allah.
The Journey of My Hijrah
Buka Hatimu, Maka Hidayah Akan Datang
Oleh: Juna Aisyah Tanjung
P
erkenalkan, namaku Aisyah, lebih lengkapnya Junia Aisyah Tanjung. Kini aku tengah
menjadi Mahasiswi di salah satu Fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara, tepatnya
Kehutanan.
Tentang hijrah, aku akan berbagi sedikit pengalaman mengenai perjalanan hidupku
dahulu. Dari masa yang kusebut sebagai zaman jahiliyah hingga menjadi sekarang. Ini bukan
berarti aku telah menjadi manusia yang baik, hanya saja aku tengah berproses dari duniaku
yang kelam. Berproses bukanlah hal yang mudah, namun bukan berarti harus berhenti di
tengah jalan karena Allah pasti menghadirkan orang-orang baik untuk mendukung proses ini.
Sebelumnya, aku tak mengenal apa itu hijrah dan bagaimana prosesnya. Yang
kuperhatikan dari mereka yang hijrah adalah mengubah penampilan, dari awalnya
menggunakan pakaian kekinian hingga menjadi pakaian syar'i. Aku tak pernah mencibir
teman-teman sekitarku yang hijrah namun aku tak mau melakukan proses itu. Bagiku, hijrah
bukan hanya sekedar mengubah penampilan semata namun harus disertai dengan perubahan
pemikiran dan pribadi. Disinilah batinku berseteru, aku tak ingin hijrahku hanya sekedar
hijrah musiman yang sewaktu-waktu bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Orang yang tak akan kulupakan dalam proses hijrahku adalah abang kandungku. Ia
adalah orang yang selalu memarahiku ketika melihatku keluar rumah tanpa menggunakan
hijab. Dulu aku sangat membenci nasehatnya namun aku juga tak memiliki keberanian untuk
membantahnya. Kuakui diri ini memang bersalah, namun rasanya masih enggan untuk
menutup rambut ini. Perkataannya kira-kira begini, "Jangan langkahkan kakimu keluar rumah
jika tak mau menggunakan hijab!". Namun begitulah nasehat, masuk kanan dan keluar kiri.
Aku mengiyakan namun jika dia sedang tak berada di rumah aku tak mau menggunakannya.
Rasanya aku begitu terkekang, karena ini bukanlah keinginanku.
Satu hal yang kusesali adalah, 12 tahun disekolahkan di sekolah agama namun baru
menyadari kewajiban menutup aurat di kelas 12. Ketika itu aku masih menduduki kelas 11,
ada satu teman lelaki di kelasku yang menjelma seperti abangku. Kukira cukup abangku saja
yang menasehatiku di rumah namun ternyata Allah menghadirkan satu sosok lagi. Jujur saja,
aku tak menyukai nasehatnya. Kuping ini rasanya ingin pecah karena tiap hari ia selalu
menegurku bahkan di hadapan teman sekelasku.
The Journey of My Hijrah
Jika di rumah aku tak menggunakan hijab, di sekolah aku tetap menggunakannya
karena sekolahku adalah sekolah berbasis agama. Bedanya adalah, aku enggan menggunakan
ciput atau dalaman kerudung serta selalu menggulung baju kurungku yang panjangnya selutut
hingga di atas pinggang. Tak lupa juga, rambutku yang panjang kuikat begitu saja tanpa
disanggul sehingga kadang terlihat jika kerudungku dipendekkan. Kalimat yang sering
diucapkannya adalah, "Rambutmu kelihatan Jun! lebih baik disanggul dan gunakan dalaman
kerudung!". Bagiku, ini perkataan singkat namun menyakitkan. Tiap hari ia selalu
mengatakan itu hingga hari selanjutnya aku jadi berpikir untuk mengikuti sarannya, meskipun
niat awalku karena takut diceramahinya lagi. Teman perempuanku juga mengajakku memakai
handshock namun aku masih enggan karena takut hanya mengikuti zaman semata.
Sejatinya, hidayah itu memang tak bisa disangka kapan datangnya. Meski ribuan kali
orang-orang di sekitarku menasehatiku namun jika Allah tak memberikan hidayah-Nya dan
aku tidak mencarinya maka hal itu akan sia-sia. Aku tak pernah mengira bahwa liburan
semester genap di rumah adik ayahku yang ada di Medan akan mengubahku menjadi seperti
sekarang. Saat itu, aku membuka channel Youtube, entah mengapa hatiku tergerak untuk
mendengarkan ceramah. Awalnya yang kudengarkan adalah ceramah Ustadz Hanan Attaki
yang membicarakan kemuliaan Ibunda 'Aisyah r.a, serta sifatnya yang mudah cemburu
terhadap Rasulullah. Hingga akhirnya yang kubuka adalah ceramah Ustadz Khalid Basalamah
yang membicarakan kewajiban wanita menutup aurat.
Kalimat yang tak bisa kulupakan adalah, "Selangkah anak perempuan keluar rumah
tanpa menggunakan hijab maka selangkah pula ia mengantarkan ayahnya ke pintu Neraka".
Air mata ini menetes seketika. Terhitung sudah berapa banyak diriku berusaha mengantarkan
Ayahku ke Neraka? Bukan hanya Ayahku saja, tetapi saudara lelakiku juga. Allahu, rasanya
aku telah melakukan dosa yang teramat besar. Aku tak kuasa menahan isak tangisku kala
membayangkan wajah-wajah tak berdosa itu jika nanti diminta pertanggungjawabannya di
akhirat kelak. Orang-orang yang tak kudengarkan justru mengajakku pada kebaikan meskipun
melalui nasehat pedas yang kukira hanya akan memojokkanku. Ternyata mereka
menyayangiku. Ampuni hamba ya Rabb...
Setelah kejadian itu, aku mulai memperbaiki pakaianku. Pendapatku ternyata salah,
hijab dan akhlak adalah dua hal yang berbeda. Hijab adalah kewajiban seorang Muslimah dan
tak bisa ditawar-tawar. Tak perlu menghijabi hati terlebih dahulu karena sejatinya hijab
menutup, sementara hati perlu dibuka agar hidayah-Nya mudah masuk. Dengan menggunakan
pakaian yang sesuai syariat, insyaaAllah secara perlahan akan memperbaiki akhlak.
Pesanku pada sahabat hijrah lainnya, jangan takut untuk memulai. Hijrah tak seperti
yang dibayangkan. Hijrah itu indah. Apalagi Allah selalu menghadirkan orang-orang baik di
The Journey of My Hijrah
perjalanan hijrahmu. Jika bukan engkau yang membuka hatimu, bagaimana hidayah itu bisa
datang? Ingat, jangan menunggu hidayah datang, hidayah tak akan datang jika engkau tak
berniat menjemputnya. “Allah tak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum ia berusaha
untuk mengubahnya.”(TQS : Ar-Ra’d : 11)
The Journey of My Hijrah
The Power of Do’a
Oleh: Gusminar
S
aat kelas XII Aliyah, sebenarnya sudah ada keinginan mau berubah, berubah untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT, hanya saja tidak tau mau berubah seperti apa, akhirnya
hanya berusaha menjaga sholat, menutup aurat, walaupun hanya sekedarnya saja, masih
memakai celana, baju yang ketat, dan kerudung yang tipis. Itupun tidak tau berubah karna
apa, apa motivasi berubah itu, atau saat itu ingin dekat dengan Allah hanya karna aku
menginginkan sesuatu. Yah begitulah ketika hijrah tanpa ilmu, bukankah seharusnya hijrah
itu harus karena Allah ? Karena ingin mengharapkan Ridho Allah ?
Selama itu terus berusaha, senantiasa berdoa agar Allah kiranya berkenan
mengabulkan permohonan yang selalu di pinta, keinginan itu adalah agar di luluskan di
Perguruan Tinggi Negeri USU. Masya Allah, Alhamdulillah, betapa Allah menyayangi
hamba-hambaNya, walau semua ibadah yang di lakukan hanya karna agar doa-doa terkabul,
tetapi Allah benar-benar mewujudkannya, saat itulah air mata berlinang, betapa nikmatnya
ketika doa di ijabah, merasa betapa Allah sangat dekat, sehingga semakin kuatlah perasaan
itu, ingin dekat dengan Allah SWT.
Sekali lagi tangan ini rasanya langsung di sambut,di hari pertama sampai di USU
langsung di pertemukan dengan seseorang yang mengajak hijrah, setelah sebelumnya niat
ingin berubah namun tidak tau arah dan tujuan, sekarang ada seseorang yang dengan suka rela
memberikan arah, ilmu Islam. Bertemu pertama kali di Mushallah, pertama diberi undangan
Majelis Taklim, tapi akhirnya tidak datang, yah mungkin karena singkatnya perkenalan dan
masih ada rasa takut. Dan jujur, sebenarnya ingin menghindar, karena memang belum
terpikir, hanya masih bingung dengan banyaknya urusan administrasi kuliah.
Beberapa minggu setelah pertemuan pertama itu, akhirnya bertemu kembali dengan
orang yang berbeda tapi dengan ajakan yang sama, yuk hijrah, yuk mengkaji Islam, mungkin
inilah yang dinamakan jodoh kali yah. Karena tidak bisa menolak lagi, akhirnya kemudian
bersedia untuk di ajak hijrah, di ajak ngobrol tentang Islam, diajak kajian, majelis-majelis
ilmu juga. Memang tidak secepat itu pahamnya, namun seiring berjalannya kegiatan-kegiatan
itu, ternyata ada banyak hal yang belum diketahui sebelumnya tentang Islam. Bagaimana
mendapatkan keimanan itu, bagaimana menutup aurat itu, nah ternyata pakaian muslimah itu
ada Jilbab dan Kerudung, ternyata keduanya berbeda. Bagaimana seorang muslimah sangat
dijaga kemuliaannya dalam Islam, misalnya dengan Islam mengatur interaksi antara laki-laki
The Journey of My Hijrah
dan perempuan. Bagaimana perjalanan Dakwah Rasulullah SAW, para sahabat, dan ada
sesuatu yang begitu luar biasa yaitu sejarah kegemilangan Islam. Islam berjaya selama 13
abad, dan wilayahnya yang sangat luas mencapai dua pertiga dunia, ini sangat mengagumkan
bukan ?
Perlahan-lahan, yang di rasakan sebelumnya hampa, berubah menjadi penuh makna,
ternyata ketika kita tau berbuat sesuatu itu karena apa, maka perbuatan itu kan terasa begitu
bermakna. Ada tiga pertanyaan yang bisa mengubah hidup ini, yaitu dari mana kita berasal ?,
untuk apa kita diciptakan ?, dan akan kemana setelah kehidupan ?. pertanyaan sederhana tapi
sangat besar pengaruhnya, setelah menjawab pertanyaan ini dengan benarlah kemudian
perubahan itu perlahan datang menghampiri.
Hingga saat ini, semoga Allah memberikan keridhoanNya, semoga di Istiqomahkan di
jalan hijrah ini, semoga Allah memberikan hidayahNya hingga akhir hayat. Begitu banyak
bersyukur, dengan segala nikmat yang telah diberikan hingga tidak mampu untuk di lukiskan.
Masya Allah, lagi, walau ketika pertama kali ada keinginan untuk berubah, untuk hijrah,
dengan niat yang salah, hanya menginginkan dunia saja, tapi Allah balas dengan kasih
sayangNya, benar-benar diberi petunjuk, dibimbing Allah, agar bagaimana hijrah itu hanya
ditujukan kepadaNya, dan Allah lah yang mempertemukan kita duhai sahabat hijrahku 
Beberapa saat setelah itu, kemudian menyimpulkan ada dua nikmat yang sangat
berarti yaitu, yang pertama Lulus di USU dan yang kedua bertemu dengan sahabat hijrah, dan
akhirnya ada dua tujuan juga yaitu lulus kuliah dan tetap istiqomah di jalan Islam.
The Journey of My Hijrah
Mulailah Segera. Iya Mulai!
Oleh : Dinda Fadilah
N
ama saya Dinda Fadilah. Saya lahir di Pematang Siantar pada 24 November 1999.
Saya adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. Ah, sok formal lu Din kayak mau perkenalan di
depan kelas aja ! sekarang sih masih kelas 1 di MAPN 4 Medan. Aku Cuma siswa SMA yang
menginginkan banyak orang tersadarkan, kembali menuju Islam. Dan aku hanya
menginginkan kembalinya kehidupan Islam yang dulu pernah ada dengan Syariah dan
Khilafah. Yaa semoga sebelum nafas ini berhenti kita bisa merasakan indahnya hidup dalam
naungan Islam. Aamiin 
Minggu, 14 Juni 2015 14:45 WIB
Well, this is my first. Hari ini Aku akan mulai menulis. Iya menulis!!! Udah pernah
narget sih dulunya at least selama hidup ini minimal menghasilkan 1 buku lahhh. Kenapa
mau nulis ? Awalnya sih gak kepikiran gitu tapi setelah berbincang2 dengan beberapa aktivis
dakwah Aku jadi tertarik. Kalo kita dakwah biasa yaa palingan kita hanya bisa menyampaikan
ke beberapa orang. Itupun gak semua bisa tersadarkan kannn guysss. Tapi kalo buku itu kan
banyak orang yang bisa baca. Artinya makin banyak orang yang tersadarkan ! Nahhh dari
situlah muncul keinginan untuk nulis. Yaaa ini sih masih tahap belajar. Kalo sekarang
palingan Cuma bisa nulis inspirasi yang didapat dari kehidupan sehari-hari. Dari pada nulis
status di fb mulu. Kan mending latihan buat nulis. Mudah-mudahan bisa nulis beneran nanti.
Melaksanakan kewajiban itu sulit. Ketika ingin berubah menjadi lebih baik itu sulit.
Terkadang berbuat kebaikan juga sulit. Kenapa gitu ya ? Ya iyalah ! kalo mudah-mudah aja
dan lurus-lurus aja kayak jalan tol semua orang juga bisa. Karena semuanya udah baik dan
mudah. Ketika sulit untuk berbuat kebaikan disitulah letak cobaannya. Kalo semua mudah di
mana letak cobaan dan keistiqomahan kita ?
Sebenarnya untuk melakukan sesuatu kita hanya perlu memulai, iya memulai saja !
Tapi bener sih disitu letak kesulitannya. Akan ada rasa malas dan kawan-kawannya yang buat
kita gak mau memulai. Tapi demi hal yang kita inginkan dan harus dilakukan kita harus bisa
melawan godaan itu. Bagi muslimah yang dulunya tak menutup aurat pasti awalnya sulit
berhijab syar‟i. Bagi yang dulunya aktivis pacaran pasti di awal sulit meninggalkan aktivitas
itu. Bagi sebagian penulis awalnya menulis itu sulit. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan itu
gimana ? Ya mulai saja. Mulailah melakukan atau meninggalkan. Mulai lakukan hal-hal yang
harus dilakukan dan tinggalkan hal-hal yang harus ditinggalkan. Paksa dirimu untuk memulai.
You decide ! Mulainya harus segera loh yaa.. Jangan ditunda-tunda. Kalo udah ditunda ntar
The Journey of My Hijrah
jadi malas and then gak jadi dehh. Kalo udah berani untuk mulai itu berarti kamu berhasil,
berhasil horeee we did it ! *bukan lagi nonton dora kaliii! -_Sedikit pengalaman pribadi nih yaa.. Dulu, ketika kakak saya menyuruh untuk
berhijab syar‟i awalnya saya merasa berat. Tapi setelah saya bisa dan berani memakainya gak
terjadi apa-apa kok. Gak ada kerusuhan atau bom meledak hanya karena itu. Tenang sajaa.
Nahh jadi intinya untuk melakukan suatu kewajiban ataupun kebaikan kuncinya terletak di
diri kita. Kalo memang kita mau memulai pasti bisa. Saya bisa berhijab syar‟i karena saya
mau dan berani memulainya. Jadi gak ada kata gak bisa atau belum siap yaaa. Hanya,
Lakukan saja ! Selanjutnya tinggal gimana caranya agar kita bisa terus melakukannya guys.
Atau bahasanya Istiqomah. Kita bahas di part selanjutnya yaaa. Tunggu saja 
Tak terasa tulisan itu sudah 4 tahun lalu kutulis. Waktu berlalu secepat itu ya ternyata..
Aku bukan lagi seorang siswa SMA. Kini, aku adalah seorang mahasiswi di Universitas
Sumatera Utara Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan. Karena berbagai kesibukan
akhirnya tulisan itu tak berlanjut.. Tapi alhamdulillah sekarang aku akan melanjutkan
ceritaku. Cita-citaku sampai saat ini masih sama. Aku masih menginginkan banyak orang
tersadarkan dengan Islam dan kembalinya kehidupan islam dalam naungan khilafah. Insya
Allah cita-cita ini takkan kuganti hingga aku dapat hidup dalam naungan Islam atau mati
sebagai pejuangnya. Doain aku istiqomah ya gaes. Oh iya tulisan terakhir yang belum
berlanjut itu tentang istiqomah kan ya.. Baiklah akan kulanjut.
4 tahun ini banyak sekali hal yang terjadi.. Kalo diceritakan nih satu malam ga‟ akan
kelar. Tapi kali aku akan menceritakan beberapa aja. Dalam waktu itu, beberapa kejadian ada
yang menguatkan keimanan dan langkah hijrahku dan ada pula yang menyurutkannya. Mulai
dari pihak sekolah yang awalnya menentang keinginanku untuk tetap berhijab syar'i dengan
tetap berjilbab (red:gamis) saat pelajaran olahraga, teman-teman yang terkadang membuatku
lalai, hingga gangguan virus merah jambu. Yah namanya juga anak SMA. Virus merah jambu
menyerang dengan sangat massif saat itu gaes. Hampir saja aku terlena. Tapi aku kembali
mengingat azzamku untuk tidak lagi berpacaran. Ngebayangin dosanya itu.. Ngeri dehh. Tapi
tetap aja setan tidak berputus asa untuk mengajak manusia agar menjadi temannya di neraka.
Kalau ditanya apakah aku pernah ingin berhenti maka jawabannya YA! Namun hal itu
tak berlangsung lama, Alhamdulillah Allah hadirkan orang-orang di sekitarku yang
menguatkanku. Allah hadirkan orang yang dengan ikhlas mengorbankan waktunya seminggu
sekali hanya untuk membimbingku. Allah hadirkan pula orang-orang yang mengajakku untuk
bersama-sama memperjuangkan Islam. Orang-orang yang mungkin tak bisa kuucapkan
The Journey of My Hijrah
namanya satu persatu. Tapi Allah yang Maha Tau betapa aku bersyukur telah dipertemukan
dengan mereka. Lelah saat mencoba menyampaikan kebenaran namun tak kunjung diterima
bahkan dicaci maki, lelah saat waktu istirahatku berkurang. Itu manusiawi memang. Tapi
Alhamdulillah mereka terus menguatkanku.. Hingga hari ini, Allah masih hadirkan orangorang itu dalam tim dakwah kampus yang mengajarkanku banyak hal.
Aku bersyukur hingga hari ini Allah masih memberikan aku kesehatan, kelapangan
waktu untuk tetap mengkaji Islam. Sementara banyak orang yang justru menyia-nyiakan
waktunya untuk bersenang-senang hingga lupa bahwa kelak dia akan mempertanggung
jawabkan masa mudanya, untuk apa dihabiskan. Dan lupa bahwa Allah menciptakannya
hanya untuk beribadah kepada Allah. Bukankah surga terlalu mahal dibandingkan kesenangan
dunia yang sementara?
Aku sadar untuk tetap berada di jalan hijrah ini aku harus banyak-banyak mengkaji
dan mempelajari Islam serta mendakwahkannya yang dulunya mungkin malas untuk
kulakukan. Aku juga butuh dibersamai dalam jalan ini.. Sebab istiqomah itu tak bisa
sendirian. Selayaknya lidi yang mudah dipatahkan jika hanya satu saja dan akan kuat jika
dalam jumlah yang banyak. Untuk istiqomah dibutuhkan pengkajian islam terus menerus dan
teman-teman yang membersamai dalam jalan hijrah.
Akupun sadar surga itu tak murah. Takkan didapatkan oleh orang-orang yang enggan
meraihnya. Maka aku berharap diantara penghuni-penghuni surga kelak, salah satunya adalah
aku. Jika kalian tak temukan aku, cari aku nanti ya :')
Ini hanya cerita singkat diriku, belum ada apa-apanya dibanding yang lain mungkin..
Dan perjalanan hijrahku takkan berhenti sampai di sini. Semoga Allah istiqomahkan kita dan
pertemukan kita kelak di jannah-Nya.
The Journey of My Hijrah
Yuk Hijrah
Oleh: Siti Rahmadani Lubis
D
ulu ketika pertama kalinya memilih untuk hijrah, tentunya pasti banyak sekali yang
akan saya pertimbangkan. Segala kejadian akan datang, yang nantinya akan menguji
keistiqomahan hijrah ku. Sedih, menangis, kecewa, takut, itu akan saya rasakan ketika mulai
menghentakkan kaki di jalan hijrah. Inilah sepenggal cerita hidup ketika awal mula hati ini
mantap untuk menjadi hamba Allah yang taat.
Pertama, keluarga yang tidak dalam lingkungan kental agama. Inilah cobaan yang
pertama saya rasakan yang berasal dari keluarga saya sendiri. Awal mulanya keluarga pasti
akan menolak perubahan yang saya ambil. Mulai dari yang dibilang calon teroris, cara
berpakaian yang dinilai seperti ibu-ibu, mereka sarankan beragama ya biasa-biasa aja, dan
lain sebagainya. Tapi tentunya bagaimana cara kita mengatasi masalah diatas, bagaimana cara
kita meyakinkan mereka bahwa jalan yang kita ambil benar dan cara kita untuk mengajak
mereka ikut mencari ridhonya Allah SWT.
Awal mulainya rasa takut datang menghantui, mulai dari diam-diam memakai kaos kaki
didalam kamar, sholat dhuha yang secara sembunyi-sembunyi (kayak dahwahnya nabi ya,
hehehe). Cemoohan karena jilbab dan kerudung yang lebar, dan lebih menyakitkan lagi ketika
melakukan satu kesalahan maka akan dikaitkan dengan jilbab dan kerudung kita (saya tidak
seperti malaikat yang diciptakan dengan sempurnanya). Bahkan disaat kumpul bersama
keluarga maka siap-siaplah jadi topik utama. Tapi alhamdulillah wa syukurillah sekarang
keluarga saya perlahan-lahan mulai menerimanya, bahkan Ibu saya yang dulunya bilang
beragama biasa-biasa saja sekarang dia bahkan mendukung saya dan menyemangati saya
untuk terus meningkatkan keistiqomahaan saya.
Kedua, lingkungan yang tidak mendukung. Inilah cobaan terberat setelah dari keluarga
saya. Memutuskan untuk hijrah tentunya tak semudah yang saya bayangkan. Apalagi hidup di
zaman sekarang, mulai dari kita harus menjaga adab pergaulan anatara ikhwan dan akhwat,
yang dulunya sering keluar jalan-jalan, makan bareng, nongkrong kini sudah tidak ada lagi.
Sehingga yang dulunya dekat kini menjadi renggang. Dulu pernah sempat ragu bahkan mulai
goyang melihat teman-teman kita happy sana-sini, tidak ada peraturan gitu bahkan sifat
liberialis mereka dan anggapan mereka yang bilang bahwasanya “kita masih muda, hijrahnya
ya nanti-nanti aja pas tua”. Terlebih lagi sistem kampus yang liberalis, dimana ketika
mengikuti praktikum harus mewajibkan memakai kemeja, rok hitam atau celana hitam.
Mencari bahan yang menuntut kita harus boncengan dengan ikhwan. Dan adanya
The Journey of My Hijrah
pengorbanan besar yang harus kita berikan yaitu waktu, dimana dalam hal yang bersamaan
kita dituntun melakukan dua perkerjaan sekaligus antara tugas kuliah dan dakwah, dunia
perkuliahan yang menyibukkan kita dengan lab-lab nya mulai dari menulis jurnal, membuat
laporan, ke lahan, yang ketika masuk lab harus menyiapkan jurnal , responsi lagi,,,hufft.
Belum lagi meng acc kan semuanya yang dimana asisten labnya yang susah dijumpai bahkan
sekali jumpa disuruh nunggu lama dan hasilnya kita malah dikasih perbaikan, belum lagi
resikonya ketika tidak ACC maka bersiap-siaplah jurnal yang kita kerjakan semalaman
sehingga membuat kita begadang itu di sobek, dibakar, direndam, dibuat melayang alias
dibuang. Dan yang lebih menyakitkan lagi hasil yang kita dapatkan tidak sebanding dengan
apa yang kita perjuangkan. Bahkan di sisi lainnya di jurusan yang saya minati pertanian
terkenal dengan selogannya “kita satu pertanian” alias keakrabannya sangat kental, katanya.
Sehingga otomatis menyuruh kita untuk dekat dengan semua mahasiswa pertanian baik itu
ikhwan dan akhwat dan bahkan banyak lagi acara yang mereka buat dengan tujuan untuk
mengakrabkan sesama senior dan junior.
Tapi, ketika kita memilih jalan yang benar maka Allah akan menyertai kita.
Pertolongan-pertolongan yang Allah berikan menandakan bahwa kita tidak sendiri, ada Allah
yang Maha Perkasa Lagi Maha Penolong. Dan perlahan-lahan sahabat saya yang dulunya
menjauh kini mulai dekat lagi bahkan mereka penasaran dan ingin juga bersama-sama
menepakkan kaki dijalan hijrah. Peraturan laboratorium yang dulunya ketat kini mulai
menerima keadaan kita. Itulah yang saya rasakan. Benar lah apa yang Allah sampaikan dalam
firmannya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya
Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (TQS Muhammad : 7)
Ketika kita istiqomah dan menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan benar adanya. In
sya Allah. Semoga apa yang saya perjuangkan mendapat ridhonya Allah swt dan bisa jadi
penyemangat buat ukhti dalam menjalankan keistiqomahannya dalam berhijrah. Aamiin ya
robbal a‟lamin..
The Journey of My Hijrah
Ku Tinggalkan ia, Demi Dia
Oleh: Nurhanisah
H
ijrah.....
Sebuah kata yang sudah tak lazim lagi disebut oleh para muda-mudi saat ini, baik itu para
kaum Adam maupun kaum Hawa.
Hijrah...
Sebuah kata yang sudah lama aku idamkan agar dapat ku genggam namun karena faktor
lingkungan dan ketiadaan pendamping dalam proses hijrahku maka ini semua hanya
imajinasi.
Ini lah kisah hijrah ku…
Aku terlahir di sebuah keluarga kecil dan mengetahui agama walau hanya sedikit. Aku
besar di lingkungan yang bisa di katakan itu adalah lingkungan yang tak pernah kau
bayangkan akan kujalani selama masa kecil ku. Aku besar dan mengetahui agama namun
hanya sepintas. Aku tau apa itu Islam dan aturan serta larangan yang ada di dalam nya seperti
kita harus shalat, puasa, zakat dan menutup aurat kita. Namun tahukah kau?? Aku hanya tahu
itu semua ibarat seorang manusia yang menggenggam sebuah buah yang ia tak tau apa nama
buah itu dan apa khasiat nya, yang ia tau ia harus memegang buah itu dan memakan nya
apabila ia lapar. Di lingkungan ku ada sebuah trend di mana seorang gadis muda akan keluar
di malam hari bersama teman nya untuk bertemu dengan kekasih pujaan hati nya. Aku heran,
mengapa mereka menghabiskan waktu berharga mereka di malam hari untuk tidur hanya
untuk menjumpai lelaki yang tidak jelas seperti itu. Sungguh unfaedah, pikirku.
Dan untung sekali aku tidak terpengaruh lingkungan buruk dan aneh seperti itu. Hidup
ku berjalan dengan baik hingga aku SMA dan suatu ketika aku terkena virus yang biasa di
sebut virus merah jambu, Yaaa virus merah jambu. Fase ini adalah fase di mana aku mengenal
pacaran, hal ini terjadi mungkin karena faktor teman dan rasa ingin tahu ku yang lumayan
besar akan dunia pacaran. Aku tau pacaran itu haram tapi ada stigma aneh yang aku pahami
saat itu bahwa yang haram adalah kelakuan mereka saat pacaran di mana mereka saling
bertatapan, berpegangan tangan, bermesraan, berciuman dan melakukan hal lain yang tak bisa
di jabarkan dan bahkan dilarang agama Islam, namun jika kita pacaran tanpa pernah jumpa
dan tidak melakukan hal- hal aneh tentu itu tidak haram. Dan begitulah aku pun pacaran dan
aku menyebut pacaran ini dengan nama pacaran Islami yang tidak melanggar agama karena
kami hanya pacaran untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan belajar di sekolah.
The Journey of My Hijrah
Setelah menjalani masa jahiliah yang dulunya kusebut pacaran islami ini selama 2
Minggu, ada rasa aneh yang kurasakan. Aku merasa tidak nyaman dengan apa yang
kulakukan dan aku berhenti pacaran. Aku merasa pacaran itu tidak berguna dan hanya
menghabiskan waktu berharga ku untuk membalas chat atau telepon darinya.
Dahulu aku juga bukan Nisa yang kalian lihat saat ini. Aku orang nya selalu berontak
dan paham agama Islam secara salah. Salah?? Ya salah aku menyebut salah untuk
pemahaman ku yang mengopinikan bahwa jika kita berpakaian maka kita harus menutup
bagian yang Allah suruh dengan pakaian yang tidak penting itu gamis, baju tebal, baju tipis
atau baju pendek yang terpenting kita pakai baju. Dan tentu aku juga berpikiran jika kita
boleh pakai celana dan rok yang penting kita memakai pakaian dan menutup tubuh kita agar
tak terlihat orang lain. Untuk jilbab (red : kerudung) sendiri kita boleh pakai Khimar dengan
bahan, model dan cara apa pun yang terpenting kita menutup kepala kita agar rambut tidak
terlihat orang lain. Opini ini bertahan lama dan menjadi pemahaman yang benar bagiku
selama bertahun-tahun dan tentunya aku tak suka pemahaman yang ku pegang selama ini
dikatakan tidak benar.
Aku sering bepergian dengan mengenakan celana namun lama kelamaan aku mulai tak
nyaman dan tak mau lagi pakai celana kecuali jika mengendarai sepeda motor, aku juga
memakai jilbab yang transparan dan baju yang bisa dikatakan bukan baju yang baik menurut
Allah swt. Di saat yang bersamaan muncul trend fashion syar'i di mana kita harus bergamis
dan pakai jilbab panjang dan sudah dapat dipastikan trend ini aku ikuti namun hanya sekali
kali aku pakai baju yang sesuai dengan syariat. Namun di hari-hari selanjutnya aku kembali
menggunakan baju biasa dengan rok dan celana kembang sebagai pakaian ku meski aku tak
pakai kerudung yang transparan lagi.
Begitulah, aku memakai opini tentang pakaian itu sampai aku kuliah namun sesuatu
yang baru menyentuh kalbu ku di mana aku di kenalkan dengan seorang muslimah yang kami
sebut dengan kak Tata dan mengenal sebuah kegiatan yang disebut kajian Islam. Dan kau tahu
ini adalah hal baru bagiku di mana aku di ajari dan di jelaskan tentang apa itu agama dan
bagaimana cara berpakaian yang baik. Pada awalnya memang sulit untuk mengkonsistenkan
diri dalam berpakaian dan berperilaku namun berkat kesabaran dari kakak pembina kajian
dalam mengajari akhirnya aku dapat bermetamorfosis sedikit demi sedikt. Metamorfosis ini
ku rasakan dari cara berpakaian ku, aku sering memakai celana ketika keluar rumah namun
sekarang aku hanya memakai celana di dalam rumah dan jika keluar aku memakai gamis,
kaus kaki dan kerudung dengan benar. Selain itu, aku juga mengkokohkan opini ku jika
pacaran itu tidak berguna dan sangat dilarang oleh Allah karena mendekati zina dan bahkan
perbuatan-perbuatan dalam pacaran itu sudah termasuk zina. Allah swt berfirman : “Dan
The Journey of My Hijrah
janganlah kamu mendekati zina: (zina) itu sungguh perbuatan keji, dan suatu jalan yang
buruk.” (TQS: Al-Isra’ : 32)
The Journey of My Hijrah
Tinggalkan Maksiat, Dekap Syariat
Oleh: Della Arninda
P
ernah berada dimasa jahiliyah dan aku benar-benar tidak ingin mengulanginya lagi.
Aku adalah seorang yang sama seperti kebanyakan orang. Ya seorang remaja yang menikmati
masa remajanya menurutmu apakah itu salah? tentu saja tidak hanya saja cara menikmati
masa itu bisa menjadi salah ketika yang menjadi standar adalah hawa nafsu ya letak
kesalahannya disitu mengikuti hawa nafsu, hura-hura menjadi gaya hidup pernah bolos gak
masuk pelajaran demi nonton korea bareng-bareng sama teman. Melihat orang-orang yang
pakai kerudung dan gamis lebar-lebar menurutku itu kayak emak-emak apalagi yang pakai
cadar terlalu berlebihan rasanya tidak usahlah terlalu fanatik jadi yang biasa-biasa saja
pikirku, teringat dulu pakaianku pakaian yang jauh dari yang disyariatkan Allah celana lie,
baju ketat memang aku sudah mengenakan kerudung namun kerudung yang tipis dan cara
menggunakannya itu sering aku sampirkan kedua ujung kerudung ke kanan dan kiri bahu
hingga terlihat dadaku yang menonjol. Astaghfirullahala‟dzim
Seperti membincangkan aib malu gitu rasanya hahaha, hmmmm kalau pacaran belum
pernah si tapi deket sama seseorang pernahla dengan beberapa teman laki-lakiku bahasanya
apa ya TTM (teman tapi mesra), hubungan tanpa status ya yang itu-itu lah walau tanpa status
aku terlalu senang ada yang perhatian ada yang mengungkapkan sayangnya walau sebatas
teman setiap kali dia chat rasanya berbunga-bunga bahkan sering merindukan ngobrol banyak
dan rindu bertemu langsung padahal disekolah jumpa tapi tidak banyak berbicara takut
disoraki teman-teman sekelas karena memang gak ada status apa-apa cuma rasa nyaman.
Bodoh sekali aku pernah melakukan ini.
Aku memang tidak lahir dari keluarga yang faham agama, sejak SD orang tua
mempercayakan pada sekolah TPA (Taman Pendidikan Al-qura‟n) sebuah sekolah agama
disitulah aku menimba ilmu belajar tentang sholat, puasa, membaca Al-qura‟n, dan belajar
tentang sejarah rasulullah namun semua yang kufahami sebatas teori sholatku hanya sebatas
rutinitas kadang masih suka bolong-bolong sholatnya, pernah juga pas ramadhan buka puasa
secara diam-diam kalau ditanya masih puasa masih padahal udah berbuka disiang hari lucu
mengingat masa itu. Hanya karena emak bapak Islam aku menjadi Islam aku tidak pernah
faham kenapa aku harus Islam?, Kenapa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang benar ? Aku
pernah gundah kenapa rasanya hidupku begini-begini aja ada sesuatu yang tidak terjelaskan
lalu sewaktu SMA kelas 1 sekolah punya organisasi rohis dan program pesantren kilat
The Journey of My Hijrah
(sekolah ramadhan). Aku mulai berubah sejak ikut pesantren kilat aku bertemu ukhty-ukhty
yang berkerudung dan bergamis lebar. Mereka semua ramah baik dan bahkan sangat tersentuh
ketika mereka memberi semangat untuk belajar agama, bangun tahajud dan murojaa‟h alqura‟n tidak hanya sebatas dipesantren kilat kajian ini terus berlanjut disetiap minggu sekali
berjumpa untuk mengkaji Islam, aku mulai faham dengan keislamanku memahami arti hidup
yang sesungguhnya siapa yang menciptakan aku? Untuk apa aku hidup? Dan kalau sudah
mati aku mau kemana?. Buang jauh-jauh egomu aku yakin kau pasti merasa ada sesuatu yang
mengganjal dihatimu dengan pertanyaan ini untuk itu saranku kejar dan jawab pertanyaanmu
namun kau harus membuka lebar-lebar pintu hati dan pikiranmu karena cahaya tidak akan
masuk pada ruang yang tertutup maka tidak akan pernah ada jawaban. Setelah mengkajinya
baru mengerti ternyata tuhanku adalah Allah yang sebenar-benarnya dan tentu aku harus
mentaatinya. Dia yang menciptakan bumi ini. Dia yang menciptakan aku. Dia pula yang
menciptakan mu.
Sejak itu aku mulai hijrah kukenakan pakaian yang memang Allah syaria‟tkan kepada
seorang wanita yaitu jilbab dan kerudung, mengenakannya karena belum terbiasa memang
terasa agak panas tapi berfikir lagi ini cuma panas didunia lebih panas lagi api nerakanya
Allah, kuputuskan meninggalkan sidia demi Dia. Lalu memutuskan bergabung dengan
organisasi rohis, kenapa? Karena teman kita itu cerminan diri kita Rasulullah bilang, “ Kawan
pendamping yang sholeh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak
wangi kamu akan mencium keharumannya. Sedangkan kawan pendamping yang buruk ibarat
tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya.” (HR.
Bukhari). Pengibaratan kalau kita berkumpul dengan orang-orang solih maka kita akan mejadi
solih, jika kita berteman dengan orang-orang yang gak bener maka kita juga bakal jadi gak
bener. Aku ingin berkumpul dengn orang-orang solih aku juga ingin menjadi solih dirohislah
ku temui mereka merekalah teman yang mengingatkanku dikala aku berbuat salah, bersama
mereka menjaga hangatnya iman.
The Journey of My Hijrah
Sahabat Terbaik
Oleh: Windi Wandira
Terima kasih sahabatku, kini aku memutuskan untuk berhijrah
P
erkenalkan namaku Windi Wandira, panggilan biasa adalah Windi, aku dilahirkan dan
dibesarkan di sebuah desa yaitu desa Beringin, tepatnya sebuah kecamatan yang dekat dengan
kota Lubuk pakam, dan hingga saat ini aku juga menetap disini bersama kedua orang tuaku
dan 2 saudara kandungku, aku adalah anak ke dua, aku mempunyai seorang kakak perempuan
dan seorang adik laki-laki. Aku adalah seorang mahasiswi semester akhir di Universitas
Sumatera Utara, Jurusan D3 Metrologi.
Alhamdulillah aku dikaruniai sahabat yang sangat baik, ya... dia adalah Nurul, teman
semasa aku duduk di bangku SMA, seorang sahabat yang selalu merasa rendah hati, tidak
pernah berhenti untuk terus belajar dan mengetahui sesuatu, semasa SMA dia sering
mengajakku diskusi tentang agama, beliau sangat mengagumi Ustadz Felix Siauw, begitu
banyak video ceramah ustadz Felix di laptopnya. Namun, saat itu kami juga masih sama-sama
belajar memahami ajaran Islam hanya bermodal video-video ceramah.
Jujur, dulu aku adalah seorang yang kurang sekali ilmu agama, tidak menutup
kebenaran yaitu karena aku pun di besarkan oleh orang tua yang juga kurang ilmu agama, aku
hanya mengetahui ibadah-ibadah wajib dan sunnah, hanya mengetahui saja namun kurang
dalam penerapannya. Dulu aku sangat jarang sekali melaksanakan sholat Wajib, dan tidak ada
sama sekali penyesalan dan kegelisahan dalam diriku, dan yang menyedihkannya lagi dulu
aku juga pacaran. Jika diingat masa-masa sekolah dulu, aku hanya bisa menyesal karena
masa-masa itu aku habiskan dengan sesuatu yang tiada manfaat dan bergelimangan dosa.
Setelah lulus SMA, aku dan Nurul terpisah. Beruntungnya dia lulus jalur SNMPTN di
Universitas Bangka Belitung. Nurul adalah orang yang sangat luar biasa, dia yang tak pernah
puas akan ilmu, selalu mencoba belajar dan mengeksplor rasa keingintahuannya, sehingga
Allah memberikan dia petunjuk dengan dikaruniai teman-teman shalihah, dia pun berhijrah
dan seolah-olah memulai kehidupan baru, menaati segala perintah Allah terutama berjilbab.
Setiap pulang kampung dia selalu menghubungiku, mengajakku untuk bertemu, dan Masya
Allah dia tidak pernah berubah, tetap menjadi pribadi yang rendah hati, bahkan yang sekarang
sangat luar biasa, Nurul seorang wanita shalihah. Dia bercerita padaku proses hijrahnya, dan
membagi pengalamannya serta memberikan banyak ilmu kepadaku.
The Journey of My Hijrah
Dia selalu mengingatkanku akan kebaikan, dia yang membuka pikiran dan hatiku,
hingga akhirnya dia memberi kontak ku kepada seseorang yang bisa membimbingku di USU,
dan orang itu adalah kak halimah, berkat Allah aku dipertemukan dengan kak halimah melalui
Nurul. Dan tak lama, beberapa hari kemudian kak halimah menghubungiku, kami saling
memperkenalkan diri, dan singkat cerita kak halimah mengajakku untuk mengkaji Islam. Dan
saat itu aku mulai mengkaji Islam.
Pada awal-awal kajian aku belum merasa tersentuh, bahkan godaan setan begitu
dahsyat, aku merasa malas untuk datang ke kajian berikutnya. Lagi-lagi nurul tak henti selalu
mengingatkanku. Lalu aku tetap melanjutkan kajian. Dan entah mengapa di suatu ketika aku
berpikir dan merenung, mengenai tujuanku hidup di dunia ini, padahal dunia ini adalah
sementara dan pada akhirnya seluruh manusia akan menuju ke akhirat. Disitu aku merasa
sangat sedih, aku mengingat kematian dan aku berpikir aku tidak memiliki bekal apa-apa
yang akan menyelamatkanku dari neraka-Nya Allah. Aku merasa sangat bersyukur kepada
Allah. Allah yang Maha baik, aku masih di beri kesempatan untuk memperbaiki diri dan
berusaha untuk menjadi seorang Muslimah Sejati. Dan saat itu juga aku mulai menutup aurat
secara sempurna, yang dulunya aku berpikir dengan memakai celana panjang, baju panjang
dan kerudung itu sudah menutup aurat, ternyata tidak. Dengan jelas Allah telah berfirman
dalam surah AL- Ahzab ayat 59 mengenai pakaian muslimah yang sempurna, yaitu
mengulurkan Jilbab keseluruh tubuh, karena mengkaji Islam lah maka aku tau bahwa
sebenarnya jilbab itu berbeda dengan kerudung. Perlahan-lahan dengan niat yang besar ingin
tunduk dan patuh pada perintah Allah, aku mulai mengumpulkan jilbab sedikit demi sedikit
dan mengenakannya. Alhamdulillah setelah memutuskan untuk berhijrah dan merubah
penampilan menjadi lebih syar‟i, kedua orang tuaku tidak merasa keberatan ataupun
menentang, dan teman-teman kampus juga tidak banyak yang bertanya ataupun menjauhi,
karena di lingkungan kampus pun Alhamdulillah Allah mengkaruniai teman-teman yang baik
dan juga mengingatkan. Aku berharap semoga Allah selalu memberiku petunjuk,
meneguhkan hatiku dan senantiasa Istiqomah di jalan Dakwah. Aamiin..
The Journey of My Hijrah
Taat Tanpa Tapi
Oleh: Refika Zehan
H
ijrah? Apa mungkin aku bisa hijrah? Di zaman yang sudah begini, masa iya aku harus
hijrah? Sempat terbesit di hati ini. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan hijrah dari
masa laluku. Bahkan untuk membayangkannya saja masih sering ku menepisnya. Tapi tidak
ada satupun yang bisa membendung kepada siapa Allah SWT memberikan hidayah-Nya.
Dengan ke-Mahakuasa-Nya, Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepadaku, yang mungkin
belum bisa dinikmati oleh orang lain. Dan sekarang aku menjadi orang yang sangat bersyukur
karena ini salah satu kebahagianku di dunia ini sebagai hamba yang berusaha patuh kepada
sang Khaliq.
Jadi, bagaimana ceritanya kok bisa aku hijrah? Nah jadi shalihah, awal cerita
perjalanan hijrahku, bermula saat-saat dimana aku merasa diri ini sudah jauh dari Allah SWT,
aku merasa sudah melakukan banyak kesalahan padahal aku tau itu dosa. Tapi suka sekali
mentolerir sebuah dosa karena sudah menjadi hal yang biasa. Bagiku taat pada Allah SWT
hanya sebatas aku shalat lima waktu, puasa ramadhan, patuh sama orangtua, bersedekah bila
punya rezeki lebih, udah sebatas itu saja. Eh,,, ternyata bukan hanya itu ya shalihah.
Disaat-saat aku merasa diri ini yang sangat miskin ilmu agama banyak melakukan
dosa, Allah SWT menghadiahkanku seorang teman yang baru hijrah namun ketaatannya pada
perintah Allah SWT membuatku kagum padanya. Misalnya saja, pakaiannya yang syar‟i dan
dia memberikan batasan dalam pergaulannya kepada lelaki yang bukan mahramnya. Hal itu
membuatku terhenyak dan kemudian menoleh melihat ke diriku. Aku tidak tau mengapa saat
itu aku merasa diri ini tidaklah ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dia yang baru saja
hijrah.
Aku juga ingin dimuliakan dengan Islam. Aku ingin merasakan betapa syahdunya
dekat dengan Allah SWT. Aku ingin berubah. Aku ingin hijrah… Ketika perasaan ini hadir,
aku tidak menyia-nyiakannya. Aku tidak ingin hasutan syaitan lebih kuat daripada
keinginanku untuk berubah. Untuk mewujudkan keinginan ini, aku langsung meminta teman
ku yang baru hijrah itu untuk mengajakku juga mengkaji Islam. Alhamdulillah, dia langsung
mengajakku mengkaji Islam. Dengan semangatnya aku berjumpa dengan dia dan kemudian
mengkaji Islam. Dan selanjut-selanjutnya dia juga yang memperkenalkan ku dengan
seseorang yang memiliki pemahaman Islam lebih banyak lagi.
Tapi… ternyata awal-awal hijrah itu jauh lebih berat. Banyak pergolakan dalam diri
ini. Ingatlah, syaitan itu tidak akan berhenti menggoda kita meskipun sudah hijrah. Bahkan
The Journey of My Hijrah
hasutannya jauh lebih berbahaya. Mulai dari timbul perasaan malas, kuliah semakin sibuk,
dan teman-teman sekitar yang belum hijrah juga sangat berpengaruh loh. Apalagi zaman
sekarang yang membuat agama jauh dari kehidupan sering sekali menyerang bagi kita yang
mulai menepaki jalan hijrah ini.
Mula-mula hijrah, keimanan juga cenderung naik turun. Itulah pentingnya bagi kita
berjamaah, berkumpul dengan wanita shalihah lainnya. Nah, ini juga tips bagi kamu, shalihah
yang juga mau hijrah carilah teman-teman yang bisa menguatkanmu, yang ada dikala susah
maupun senang, serta yang terpenting ketika berada di dekatnya keimanan kita bertambah dan
ketika jauh dengannya kita merasa ada yang hilang.
Naah, Singkatnya inilah cerita hijrah ku. Ingat pula, hidup cuma sekali, maka “Taat
pada Allah SWT tanpa tapi dan nanti”. Bukankah Allah SWT menciptakan manusia hanya
untuk beribadah kepada-Nya. Seperti yang tertuang dalam Firman Allah SWT dalam Q.S
Adz-Dzariyat :56 “Tidaklah Ku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah
kepada Ku”. Kalau kita mengaku sebagai seorang muslim, lantas wajib bagi kita menjadikan
Al-Quran dan As-Sunnah sebagai petunjuk jalan hidup. Semoga bermanfaat ya…
Oh iya,,, tau gak kenapa aku sebut shalihah bagi kamu yang membaca ini? Karena aku
yakin, kamu yang membaca tulisan ini sampai habis, karena kamu secara gak sadar sudah
Allah SWT lembutkan hatimu dan bisa aja ini tuh jalan agar kamu melangkahkan kaki dan
hijrah ke jalan Allah SWT. So, kalo ada kesempatan berharga tuh jangan disia-siain ya
shalihah.
The Journey of My Hijrah
Ku Terus Mencoba Meraih RidhoNya
Oleh: Melinda Syahfitri Tambunan
I
ngin bercerita tentang sedikit pengalaman ku yang satu ini, mungkin ini akan terkesan
biasa saja bagi orang lain. Namun, bagiku cerita ini merupakan titik tolak bagi ku untuk
mengubah diri menjadi yang lebih baik lagi.
Mulai saja…….
Tidak ada yang istimewa dari ku…. semua biasa saja, perjalanan hidup ku pun biasa
saja, aku memang sekolah di madrasah dari dulu tapi aku hanya memahami sebatas ibadah
yang wajib di kerjakan saja tidak terlalu mendalam untuk mengubah pribadi ku menjadi
muslimah sejati. Namun menjadi luar biasa ketika aku menjadi mahasiswa baru di fakultas
farmasi USU. Berawal dari rihlah yang ku ikuti waktu itu bersama saudari-saudari muslimah
yang sama sekali belum ku kenal saat itu. Aku bersama dengan beberapa orang temanku ikut
dalam rihlah yang diadakan oleh segolongan organisasi muslimah yang bernama Insmuco.
Kami rihlah ke istana maimun dan sekalian sholat zuhur di masjid Al-Mashun Medan.
Sebenarnya aku tidak ada niat untuk mengikuti kegiatan rihlah tersebut karena aku berpikir
bahwa itu hanya menyia-nyiakan waktu ku saja, tapi pada saat itu semua teman ku
memaksaku untuk ikut rihlah bersama mereka dan dengan terpaksa aku pun ikut.
Di dalam rihlah tersebut banyak sekali ilmu pengetahuan yang aku dapatkan yang
sebelumnya tidak aku ketahui, yang terutama adalah tentang Islam. aku juga jadi lebih
memahami bahwa kuliah tidak hanya sekedar menuntut ilmu saja tapi juga harus bisa
membawa perubahan bagi umat untuk menjadi yang lebih baik dijalan Allah. Mulai dari ikut
rihlah aku menanamkan target bahwa aku harus bisa menjadi insan yang bermanfaat di dalam
agama Allah , lalu kak tata mengajak kami ikut kajian bersamanya untuk mendalami Islam
yang lebih jauh lagi hingga kajian itu berlangsung sampai saat ini. Aku merasa kalau masih
banyak kesalahan di dalam diriku yang harus diperbaiki dan inilah yang ingin aku perbaiki
dengan proses hijrah yang insyaa Allah akan di ridhoi Allah dan dapat menjadi amal yang
bisa dibawa sebagai bekal di akhirat nanti. Amiinnnn……….
The Journey of My Hijrah
Aku Sayang Keluargaku
Oleh: Widya Afriani
A
wal perjalanan hijrah ku itu tidak begitu mengasyikkan malah sangat membosankan.
Pada waktu aku kelas 3 Mts yang di mana umurku 15 tahun di sini lah perjalanan hijrah ku di
mulai. Pada saat aku mau menggunakan kerudung aku berpikir 2 kali karena aku merasa
diriku belum sanggup untuk memakai kerudung walaupun tipis, namun pada akhirnya aku
memakainya juga walaupun banyak orang yang mengatai aku bahwa aku tak akan sanggup
untuk mempertahankan kerudungku. Tapi aku tetap berusaha untuk membuktikan bahwa aku
bisa untuk mempertahankan kerudungku walaupun masih tipis. Alhamdulillah aku masih
terus menggunakannya sampai aku kelas 1 Man. Yang di mana pada saat aku kelas 1 Man aku
itu masih mau menggunakan celana jeans dan baju yang pas-pasan dan menggunakan
kerudung tipis yang di mana menurutku itu sudah boleh di katakan menutup aurat pada saat
itu karena aku sudah menutupin rambutku, dan hari terus berlanjut yang di mana aku ingin
mama ku memakai kerudung juga karena mama ku belum memakai kerudung walaupun tipis
dan aku pun berkata pada mama ku “ ma, aku kepengen lihat mama pakai kerudung msa sih
Widia pakai kerudung mama enggak. Orang-orang banyak menceritai kita lah ma, mereka
bilang anaknya pakai kerudung sedang kan mama nya enggak aneh banget sih, masa anaknya
lebih sopan daripada mama nya.”
Dan akhirnya mama ku memutuskan untuk menggunakan kerudung walaupun tipis,
tapi aku udah bahagia pada saat itu karena aku pun masih menggunakan kerudung yang tipis
juga karena menurutku kita itu udah di katakan kalau kita memakai kerudung. Dan pada saat
aku memasuki kelas 2 Man aku merasa aku itu belum baik hanya dengan menutup aurat kalau
sering tinggal kan sholat wajib dan akhirnya aku menjalankan sholat wajib walaupun sering
menunda-nundanya karena menurutku waktu itu, itu engga papa yang penting kita itu sholat
dan engga tinggalkan sholat. Hmm kalau di pikir-pikir memang pikiran yang tidak baik dan
bagus untuk di contoh hehehe. Dan hari terus berjalan hingga aku duduk di kelas 3 Man, pada
saat aku duduk di kelas 3 ini banyak sekali musibah yang aku dan keluargaku hadapi yaitu
pada saat itu perekonomian kami sangat pas-pasan bahkan kurang. Karena, pada saat itu
ayahku tidak bekerja menjadi sopir lagi karena katanya bosnya bankrut. Sehingga aku dan
keluargaku menjalanin kehidupan yang bisa di katakan sangat menyedihkan karena waktu itu
mama ku tak kerja begitu juga ayahku padahal, waktu itu kami sekolah ada 5 orang yang di
mana 1 Man, 2 Mts, dan 2 sd. Hingga aku dan adik – adik ku sering tak sekolah karena tidak
ada uang untuk ongkos. Hingga pada akhirnya Allah berikan nikmat yang begitu banyak
The Journey of My Hijrah
kepada keluarga kami yaitu abangku mendapat pekerjaan di grosir sembako, ayahku menjadi
seorang tempel ban di depan warung, mama ku mendapatkan pekerjaan OB di pabrik kelapa
sawit memang tidak begitu baik tapi untuk kami itu sudah jauh lebih baik hingga aku dan
adikku bisa terus sekolah.
Dan pada saat itu ayah ku sakit kelenjar di lehernya yang sudah lumayan begitu besar
hingga kata dokter harus di operasi, padahal waktu itu kami tidak mempunyai uang yang
cukup untuk biaya operasi sehingga mamaku memutuskan untuk mengurus bpjs agar ayah ku
bisa di operasi dengan tidak mengeluarkan banyak uang sekaligus tapi harus bayar setiap
bulannya juga karena persyaratan bpjs itu kita harus ada bayar setiap bulannya. Hingga pada
akhirnya ayahku jadi untuk di operasi dan syarat dari rumah sakit mama ku harus ikut ke
medan untuk menemani ayah ku operasi, padahal mama ku sudah kerja yang di mana
kerjanya itu dari pukul 06:30 pagi sampai jam 04:30 sore sehingga mama ku bingung harus
bagaimana sehingga mama ku bilang kepada ku bahwa aku harus bersedia menggantikan
mamaku menjadi ob selama mamaku menemani ayahku operasi di medan karena jika tidak
ada yang menggantikannya maka, mama ku akan di pecat dan pada akhirnya keluarga kami
akan kekurangan lagi. Sehingga, aku dengan berat hati menerima pendapat mama ku padahal
pada saat itu kami sedang melaksanakan ujian tengah semester. Dan aku pun berdoa “ ya,
Allah berilah kemudahan padaku untuk menjalanin semua ini”. Dan besoknya aku dan mama
ku pergi ke pabrik tempat mamaku bekerja pada saat aku sudah pulang dari sekolah, untuk
memberitahukan bahwa mamaku akan pergi ke medan untuk menemani ayahku operasi dan
bosnya bilang kepada mama ku “ memangnya anak ibu enggak sekolah?”, terus mamaku
bilang “ masih pak, tapi kami udah minta izin dari sekolahnya, Karena mereka senin ini akan
menjalani ujian mid”. Dan bos mamaku berkata” ya, saya terima izin ibu untuk pergi
menemani suami ibu operasi, dan anak ibu akan tetap sokolah tapi dia pergi dari sini jam 8
pagi”. Aku dan mamaku pun senang bukan main lagi, pada esok harinya aku datang ke kantor
jam 05:30 untuk bekerja menggantikan mama ku sebagai ob di pabrik itu. Dan akhirnya
cepatnya itu jam 06;30 karena di bantu oleh adikku dan abangku, sehingga aku pergi ke
sekolah tak terlambat dan tetap bisa mengikuti ujian mid.
Dan waktu pun terus berjalan hingga 2 minggu lamanya akhirnya mamaku dan ayahku
pulang aku senang bukan main, tapi pada saat mama ku dan ayahku pulang aku sedih sangat
sedih karena mama ku jatuh sakit. Padahal ayahku 2 hari lagi mau cek up ke medan lagi pada
saat ayahku pergi ke medan untuk cek up di temanin dengan adikku yang cewek kelas 2 mts,
mama ku meninggal dunia. Aku sangat sedih dan sangat sedih bingung mau buat apa aku tak
tau kecuali menangis dan tak percaya dengan semua ini. Hingga aku berpikir pada saat itu
bahwa Allah sangat jahat pada ku dan keluargaku. Ayahku pun kembali dari medan dan
The Journey of My Hijrah
melihat rumah kami rame dan ada bendera orang meninggal dan akhirnya ayahku masuk
ternyata istrinya sudah tidak ada lagi, dan dia akhirnya melemas dan penglihatannya gelap
tapi tidak sampai buta. Dan kehidupan terus berjalan sehingga tiba lah pengumuman snmptn
Alhamdulillah aku lulus dengan beasiswa bidik misi tapi mama ku tidak bisa melihatnya dan
akhirnya aku menangis mengingat itu. Dan pada saat itu aku pergi ke medan untuk daftar
ulang dan melanjutkan pendidikan ku. Awalnya, banyak orang yang berpikir aku tidak akan
bisa kuliah karena ayahku tidak akan mampu tapi Alhamdulillah aku bisa kuliah.
Dan pada saat di kuliah aku di kenalkan dengan orang yang baik yang mengajarkan
kepada kebaikan yaitu kak tata, mesra, fera, indah, nida, wahyuni dan lain-lain yang
mengajarkan Islam kepadaku dan juga teman-teman ku. Hingga pada akhirnya aku tau kalau
aku belum benar menutup auratku dengan benar sesuai syariat Islam yaitu menggunakan
jilbab, kerudung , dan kaos kaki agar. Awalnya sulit karena banyak dari keluarga tidak setuju
karena mereka bilang itu terlalu berlebihan. Tapi, aku tetap menggunakannya dan
membuktikan pada mereka bahwa penampilanku ini tidak salah dengan memperbaiki akhlak
dan sikap ku pada mereka dan orang lain juga. Dan Alhamdulillah akhirnya mereka setuju
dengan penampilan ku yang sekarang ini. Dan adik ku yang cewek juga sudah menggunakan
kerudung dan jilbab memang dia belum menggunakan kaos kaki karena semuanya itu
bertahap. Sekianlah cerita hijrah ku semoga kita tetap istiqomah di jalanNya. Karena ku
saying keluargaku. Firman Allah dalam surah At Tahrim : 6 “ Wahai orang-orang yang
beriman! Perihalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu….” Terus berusaha untuk jadi lebih baik lagi dan jangan dengar kan orang
lain mau bilang apa dengan kita dan keluarga kita, yang hanya kita lakukan adalah tetap
berbuat baik (dakwah) pada sesama dan perbaiki akhlak kita.
The Journey of My Hijrah
Bertemu Sahabat Taat itu Nikmat
Oleh : Arnila
A
ku bukan berasal dari keluarga yang benar-benar paham akan sunnah. Dari orangtua
ku, aku mendapat pelajaran bahwa Islam tentu mengajarkan kita untuk sholat, puasa, dan
zakat. Perjalanan hijrah ku naik turun dan butuh waktu yang sangat lama. Hal ini berawal dari
tepat kelas 3 SMA aku mengikuti jalur snmptn untuk masuk ke salah satu universitas negeri
di Jawa. Sebenarnya keinginan ku memang sangat besar untuk bisa kuliah di Jawa tanpa
memikirkan risiko yang akan ku ambil seperti jauh dari orangtua dan jauh dari teman-teman
dekat ku yang pada umumnya memilih untuk melanjutkan kuliah mereka di Medan. Hari
pengumuman snmptn pun tiba hingga akhirnya rasa deg-deg an ku semakin kencang. Tepat
pukul 17.00 pengumuman pun keluar dan bisa di buka disitus yang telah diberikan . Saat itu
ibu ku sedang ada kegiatan pengajian jum‟at sehingga aku dan ayahku yang hanya ada
dirumah. Lalu aku pun membuka situs pengumuman tersebut dan .... Alhamdulillah aku
dinyatakan LULUS ke universitas yang aku inginkan.
Beberapa saat kemudian ibuku pulang, „Assalamu‟alaykum‟ kata ibuku, lalu dia
menuju ruang tamu untuk menemui kami. Wa‟alaykumussalam dengan cepat aku berteriak.
„Mak nila lulus mak‟ ibuku langsung menangis memelukku karena bangga aku lulus di salah
satu universitas favorit di Jawa. Pada saat itu aku sudah menutup aurat ku meskipun belum
sempurna, karena aku tidak tahu apa dalil yang memerintahkan muslimah untuk menutup
aurat nya secara sempurna. Dua minggu kemudian akupun bersama Ayah berangkat ke Jawa
untuk melakukan pendaftaran ulang, disana terasa sepi meskipun aku memiliki sepupu yang
usianya tidak terlalu jauh dari ku. Karena mereka disana berinteraksi menggunakan bahasa
daerah mereka. Lalu, tibalah saat pendaftaran ulang pada pukul 15.00 untuk Fakultas ku. Aku
bertemu seorang teman bernama Dini yang berasal dari Ciamis. Aku tersenyum padanya
karena dia teman sejurusan ku, lalu dia pun tersenyum padaku. Aku melihat dia sudah
menutup aurat nya secara sempurna . lalu akupun meminta pin bb nya untuk komunikasi
selanjutnya. Setelah daftar ulang aku pun pulang balik ke Medan. Dari Medan aku pun
ngechat dini . „Assalamu‟alaykum dini‟, dia pun menjawab „wa‟alaykumussalam nil‟, kami
pun mengobrol lewat bbm hingga akhirnya aku bertanya kepada dia kalo masuk kuliah nanti
dini mau ambil organisasi apa ? aku menawarkan musik ke dia karena aku suka bermain gitar.
Dengan cepat dia menjawab Dini mau masuk organisasi yang berhubungan dengan Islam nil.
Dalam hati aku menjawab MasyaAllah anak ini benar-benar udah tobat ya dari SMA . Karena
disitu aku belum memahami Islam lebih dalam. Sementara aku tetap kekeuh mau cari
The Journey of My Hijrah
organisasi yang buat seru-seruan aja karena memang di SMA juga aku berasal dari ekskul
Basket bukan ekskul Islami, nah jika main basket itu tentu tidak harus menutup aurat secara
sempurna untuk bisa bergerak cepat . Ekskul ini hanya ku ikuti hingga aku berada di kelas 2
SMA.
Singkat cerita, setelah daftar ulang sudah berlalu, bulan depan nya ayah dan ibuku ikut
untuk mengantarku memulai perkuliahan di Jawa, aku sangat senang orangtua ku bisa ada di
sampingku, untuk mengawani ku selama ospek di kampus yang berlangsung selama
seminggu. Setelah ospek selesai aku mulai merasa kesedihan menerpa hidupku karena aku
sudah membayangkan orangtua ku gak bisa terus mengawani aku disini, mereka harus
kembali untuk pekerjaan mereka. Lalu orangtua ku pun pulang ke Medan. Di saat itu aku
sangat sedih, aku nangis terus-terusan aku benar-benar gak bisa pisah dari orang tua ku.
Karena baru saat ini aku berpisah jauh dari orangtua ku dan mungkin karena aku juga anak
yang paling kecil. Hingga aku memutuskan untuk tidak ingin melanjutkan perkuliahan disini .
aku memutuskan untuk pulang ke kampung halaman ku dan mencoba untuk mengikuti ujian
sbmptn di tahun depan dengan pilihan yang kumantapkan di USU. Setelah aku pulang aku
merasa malu sama teman-teman SMA ku karena balik ke kampung halaman, aku tidak ingin
berkomunikasi dengan mereka, aku benar-benar ingin menghilang dari mereka. Aku benarbenar frustasi harus menanggung malu pada diriku sendiri, karena mereka udah pada tau
kalau aku pulang dari kampusku yang di Jawa.
Hingga aku pun memulai kehidupan baru dengan bimbingan di les selama setahun
untuk persiapan sbmptn tahun depannya . Di tempat les aku mendapatkan teman-teman baru
dimana kami sama-sama berjuang untuk sbmptn tahun depan, dan kebanyakan teman yang
kudapatkan berbeda agama dari ku sehingga aku tetap berada pada tempat yang tidak turut
andil dalam mempelajari Islam lebih dalam. Tanpa sadar aku menikmati berteman dengan
mereka, hingga disuatu malam dalam kesendirian ku, aku berpikir kenapa sih Allah selalu
memudahkan hidupku, kenapa Allah selalu baik padaku? Kenapa hidupku gini-gini aja? Lalu
saat itu aku penasaran dengan teman lamaku di Jawa bernama Dini , kenapa dia bisa memiliki
pemahaman Islam lebih dalam? Hingga akhirnya aku coba stalking ig dia, aku stalking
following dia. Dan paling pertama berkenan dimata ku following dia yaitu „Kartun Muslimah‟
disitu aku banyak belajar dari post-postan ig kartun Muslimah. Aku mencoba mencari
ketenangan dan aku memutuskan untuk merubah hidupku buat lebih baik lagi dimulai dari
mencoba menutup aurat lebih baik lagi, tidak pakai celana jeans lagi melainkan pakai rok.
Padahal pakai rok tidak menutup aurat secara sempurna melainkan hanya potongan baju saja.
Karena disini hijrah ku belum mencapai puncak nya . Disini aku berterimakasih karena Dini
sedikit menyadarkanku akan kebaikan. Lalu aku berusaha memperbaiki sholat ku agar jangan
The Journey of My Hijrah
sampai ada lagi yang tertinggal 5 waktu, dan aku fokus untuk belajar buat sbmptn tahun
depan. Dalam setiap sholat aku berdoa semoga bisa diluluskan di USU dan dipertemukan
dengan teman-teman sholihah yang bisa membimbingku ke jalan Allah.
Alhamdulillah Allah mengabulkan doa ku untuk diterima di USU tapi aku belum
mendapatkan teman yang sholihah melainkan mendapat teman yang masih suka akan
kesenangan dunia yang fana ini, sehingga aku terjebak dalam penjajahan kapitalis ini
meskipun aku tetap memakai rok dan tidak pakai celana jeans lagi. Selama 2 tahun aku
terluntang-lantung tetap mempertahankan sholat dan emosi ku untuk tetap bisa istiqomah di
jalan Allah dengan teman-teman ku yang belum hijrah. Akupun mencoba masuk ke salah satu
organisasi kampus yaitu HMI, alhamdulillah mungkin ini jalan yang Allah berikan kepadaku,
karena aku percaya disetiap waktu kehidupan punya hikmah nya sendiri tidak ada kehidupan
yang tidak bermanfaat. Dan Alhamdulillah ketua KOHATI nya juga sudah ikut kajian
sehingga ia buat program acara kajian jumat. Kebetulan pada saat itu pembawa materi ialah
kak PUPUT ARIANTIKA dan satu lagi pendampingnya kak TATA DWI SELVIA yang
mereka berdua MasyaAllah sholihah nya. Disitu aku dan anggota KOHATI mendengarkan
kajian dengan cermat. Setelah pengajian selesai MasyaAllah kak tata meminta nomor wa ku.
Mungkin ini cara Allah mendekatkanku ke teman-teman sholihah. Aku dengan senang hati
memberikannya karena kupikir bisa mempermudahku bertanya tentang Islam ke beliau
nantinya.
Alhasil 2 hari kemudian kak Tata nge-chat aku „Assalamu‟alaykum dek‟ . kujawab
„Wa‟alaykumussalam kak ta‟ . Ia bertanya tentang kabarku . dan kami pun mengobrol, hingga
akhirnya aku bertanya kepada beliau karena aku sudah dalam kebingungan untuk
mempertahankan ke istiqomahan seorang diri ditengah-tengah teman yang masih suka akan
kesenangan dunia dan terjajah kapitalis. Aku bertanya kepada kak tata cara istiqomah itu
gimana kak? Lalu dia dengan senang hati mengajak aku kajian dengan nya. Awalnya aku mau
saja ikut kajian, namun ada saja hambatan dari kapitalis yang lebih kuat hingga aku berkata
pada kak tata, dari whatsapp aja la kalo nila mau nanya-nanya sama kakak ya. Untungnya saat
itu kak tata menjawab “kakak agak susah jelasin dari wa dek”. Hingga aku mencoba untuk
mengontrol main bersama temanku dan datang bertemu kajian bareng kak Tata.
Alhamdulillah sekali lagi Allah mengabulkan doaku, aku dipertemukan dengan orang yang
mengajakku ke Jalan Mu ya Allah hingga sampai saat ini aku bisa mengenal Islam lebih
dalam, aku mengerti untuk apa kita hidup di dunia ini dan perlahan mengerti akan sunnah sunnah yang harus kita pahami , dan perjuangan yang harus kita lakukan untuk Islam salah
satunya dengan jalan dakwah. Semoga aku tetap berada di sekeliling orang-orang baik ya
Allah dan berjuang bersama mereka dan memang harus tetap ikut kajian buat ngecas iman
The Journey of My Hijrah
kita. Terimakasih buat orang-orang yang telah mengajakku ke jalan kebaikan. Semoga kita
dipertemukan kembali di Jannah Allah bersama Rasulullah Saw. Aamiinn ya Robbal Alamin.
Kita Berusaha, Allah yang Menentukan
Oleh : Widya Putri
D
isini saya ingin menceritakan sedikit the story of my hijrah yang telah saya jalani
beberapa bulan belakangan ini. Ya sudah begitu banyak kisah yang saya jalani dan ang saya
lakukan, yang pastinya tidak gampang malah begitu sulit bagi saya. Awal saya mulai hijrah
itu di ajak oleh teman saya yang saat itu saya masik berada di kelas 12 di MAN Kualuh Hulu.
Awal nya saya tidak begitu tertarik dengan hijrah ini. Ya,, dikarenakan pada saat itu saya
masih mengenal pacaran dan masih menjalani nya, tapi beberapa bulan kemudian ketika saya
bergaul dengan orang-orang yang taat pada agama, ya di saat itu saya mulai tau dan saya
mulai merasa takut akan dosa nya pacaran setelah mendengar nasehat dari sahabat saya yang
mengajak saya untuk mulai berhijrah yang bernama
Rahma dan dari situ saya mulai
beranikan diri untuk memutuskan dia dan yang dikarenakan faktor utamanya abang saya
melarang akan hal seperti itu, tapi dikarenakan teman-teman saya di sana seperti itu jadi saya
terikut begitu la kira-kira dan saya orang yang mudah terikut ya contoh nya kalau saya di ajak
untuk ikut kajian saya mau dan jika saya di ajak jalan-jalan pun saya mau begitulah kirakira,hehe.
Dan seiring berjalannya waktu saya juga tidak tau entah kenapa tiba-tiba iman saya
mulai goyah lagi karena pada saat itu saya satu organisasi lagi dengan mantan saya dan pada
akhir nya kami pun balikan lagi. Yah ini dikerenkan factor berteman saya pada masa itu
dengan orang-orang yang bisa dikatakan masih ingin pacaran,dan kumpul-kumpul dengan
lawan jenis, dan lambat laun sampai pada saatnya tamat sekolah. Pada saat itu pun saya masih
pacaran sampai saya masuk ke perguruan tinggi. Dan di saat ini saya memang sudah benarbenar tidak begitu hijrah lagi karena teman-teman saya bukan bukan lagi yang mengajak saya
dengan kebaikan dan yang selalu mengingat kan akan dosa.
Pada akhirnya saya kenal dengan kak Tata yang subhanallah luar biasa baiknya yang
saya kenal lewat abang saya yang mengenalkan kepada saya, dan dari situ saya mulai
mengikuti kegiatan atau pengajian untuk mengenal lebih dalam agama,dan sampai pada saat
itu hati saya bergerak dan saya berpikir sudah begitu banyak dosa yang sudah saya lakukan
selama ini apa lagi saya pacaran astagfirullah. Saat itu saya tidak tau kenapa tiba-tiba pacar
saya yang memutuskan saya dan dia bilang ingin hijrah ya saya sedikit terkejut yang di saat
The Journey of My Hijrah
itu pun saya sudah berpikir ingin berubah dan berhijrah dan saya rasa ini jalan Allah tapi saat
itu mantan pacar saya yang mengajak saya putus karena ingin hijrah. Dia berkata ”kita putus
tapi kita tetap harus saling menjaga dan mengingat kan dalam kebaikan” disaat ini saya
berpikir itu tidak mungkin dan saya membalas, ‟‟itu tidak mungkin ketika kita udah niat untuk
berhijrah tidak mungkin tetap chatingan,dan sampai pada perdebatan dan akhir nya saling
hapus “. Ribet nya percintaan ini dan saya bersyukur tidak melakukan nya lagi. Inilah proses
saya yang sedang lagi berusaha memperbaiki diri yang terkadang masih labil, dan selalu
berdoa akan di permudah Allah itu menuju jalan yang di ridhoiNya, dan diberikan orangorang baik didekat saya yang selalu mengingatkan saya.
The Journey of My Hijrah
Hijrah Saja Dulu
Oleh : Suci Syahfitri
K
etika kamu sudah berniat untuk memperbaiki diri itu artinya Allah telah mengetuk
pintu hatimu .
2016 adalah tahun paling membahagiakan bagi diri sebab memutuskan untuk
mengkaji Islam bersama orang orang yang tulus ikhlas memperjuangkan tegaknya Dinullah
dimuka bumi ini...
2016 merupakan tahun cahaya Allah hadir menghampiri relung hati , mengkaji Islam
sebagaimana Allah mewajibkan untuk muslimah menutup aurat dan memutuskan diri untuk
bersegera menaati perintah Allah dan seiring berjalannya waktu keistiqamahan dalam
menjalankan seruan Allah terus berlanjut dan berharap Allah selalu meneguhkan diri ini agar
senantiasa berada di jalanNya
Hidayah telah bertamu , tinggal kamunya mau menerimanya dengan hangat atau
malah sombong cuek dan membiarkan dia hidayah itu pergi begitu saja . Tapi hati hati , jika
hidayah kamu abaikan bisa jadi dia enggan untuk kembali lagi ..
2016 hidayah itu hadir sebagaimana Allah hadirkan orang orang yang senantiasa
mengingatkan agar teguh dan taat pada syariatNya Allah dan sunnahNya Rasulullah..
Perihal perasaan atau hubungan , tak ada yang pantas untuk dipertahankan . Apalagi
maaf yang namanya " Pacaran " beranilah kehilangan untuk menemukan yang lebih baik ..
Sejak SD sudah mengenal yang namanya pacaran hingga masuk PERGURUAN
TINGGI masih tetap menyandang status berpacaran, sebab diri ini merasa nyaman dalam
kemaksiatan menganggap pacaran adalah hak bagi diri untuk bahagia bersama dengannya.
Namun setelah mengkaji Islam dan senantiasa difahamkan oleh sahabat solihah bahwa Allah
melarang mendekati zina seketika diri merenung dan bertekad untuk mengakhiri kemaksiatan
tersebut , Alhamdulillah..
Namun yang terbaik tidaklah ditemukan dengan jalan yang tidak baik pacaran . Lalu
ditemukan dengan cara apa ? Dengan memantaskan diri dihadapanNya , terus memperbaiki
diri karenaNya. Hingga kelak ditemukan dengan yang hebat di waktu yang tepat..
Ya sangat benar bahwa dulu menganggap bahwa pacaran adalah jalan mendapatkan
jodoh idaman ternyata pemahaman itu salah, bukan jodoh idaman yg didapat namun dosa
idaman yang pelakunya akan disiksa dineraka karena berzina, Astaghfirullahaladzim..
The Journey of My Hijrah
Sejatinya ketika kamu meninggalkan sesuatu karena Allah , Allah akan ganti dengan
yang lebih baik lagi ..
Mencoba untuk terus belajar dan meninggalkan segala hal yang Allah larang dan
berupaya menjalankan hal yang Allah perintahkan seperti menutup aurat, berdakwah dan
mengkaji Islam serta memperjuangkan Islam..
Dan lebih baik kehilangan sesuatu karena Allah, daripada kehilangan Allah karena
sesuatu. Jangan memikirkan apa kata orang, sejatinya ketika kita melangkah ke arah Allah
maka Allah akan berlari menyambut kita ..
Akan ada banyak tangan-tangan baik yang siap membantu kita. Jadi jangan jadikan
takut sebagai alasan untuk tetap berada di dalam zona nyaman ( maksiat ).
Hijrah saja dulu ..
The Journey of My Hijrah
Bersamamu di Jalan Taat
Oleh : Nur Utami
A
wal hijrah-ku.
Dimulai ketika seorang wanita luar biasa yang tidak pernah hentinya menasehati
seorang adik yang membangkang sepertiku. Beliau mengajarkan banyak hal padaku. Salah
satunya adalah : “ Adik ami, akhlak dan cara berpakaian itu anggaplah nilainya 1. Misalnya
begini, jika akhlak ami baik dan cara berpakaian ami tidak sesuai Syari‟at Islam maka
nilainya 1 + 0 = 1. Ataupun sebaliknya. Dan misalnya jika akhlak ami tidak baik dan
berpakaian juga tidak baik maka nilainya akan 0. Semua itu adalah proses. Tidak perlu ada
paksaan untuk menjadi orang yang lebih baik, hanya saja kita butuh progres. Nah, hanya diri
kita sendiri lah yang dapat menentukan. Seperti yang diberitahu sebelumnya bahwa manusia
lah yang menjemput hidayah. Hei, hidayah itu dimana-mana ada, tinggal kitanya aja bisa
nerima itu atau tidak.
Wanita yang luar biasa ini, memberikan ku semangat baru tentang beberapa materi
yang disajikan di setiap minggunya. Tentang kepercayaan ku yang bagaimana aku bisa
mencintai Allah SWT yang bahkan tidak berwujud? Jawabannya simpel. Dengan melihat
ciptaannya yang luar biasa. Berpikir saja bahwa tidak ada benda atau makhluk sekalipun yang
tidak ada penciptanya,, seekor lalat sekalipun. Beliau mengajarkan ku betapa indahnya
melihat ciptaan Allah yang terkadang aku cuekin. Aku lupa caranya bersyukur. Naudzubillah.
Wanita ini begitu teguh dengan peraturan-peraturan yang telah ada, beliau begitu
tegas. Ya sekalinya haram ya nggak boleh. Misalnya nih, kita kan dilarang untuk
berboncengan dengan lawan jenis, tukang grab sekalipun. Nah, ami bandel banget jadi masih
menggunakan grab sebagai kebutuhan sehari-hari. Hahaha, lucu sekali beliau memarahiku,
pada hari itu. “Dia kan tetap laki-laki, nggak boleh. Jangan bandel deh.”
Beliau mengenalkanku cara berpakaian yang baik itu gimana, bersifat dan bersikap
dengan baik itu bagaimana. Beliau mengenalkanku arti dari jilbab dan kerudung. Bahwa
sesungguhnya orang awam salah persepsi, mereka menyangka bahwa jilbab itu kerudung dan
pakaian yang menjulur itu hanyalah baju. Beliau mengajarkan semua hal yang tidak pernah
aku ketahui sebelumnya. Tetapi disitulah dimulai betapa pahitnya hijrahku.
Aku menerima segala ilmu dan ajaran dari beberapa mentor dan menerima semua
nasihat dari guru halaqah. Hanya saja, dengan kebodohan yang aku miliki. Aku masih
memiliki keraguan dalam jiwa. Ingin rasanya lari dari kenyataan, seperti ada yang
mengekang. Dari segi apapun itu. Pakaian, akhlak dan aturan hidup lainnya. Aku merasa
The Journey of My Hijrah
selalu diawasi dari beberapa sudut pandang mata yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.
Ingin rasanya aku balik menjadi sosok ami yang tidak tau akan ajaran-ajaran itu, karena aku
ingin jadi diri ku sendiri yang bebas melakukan apapun yang aku mau. Ya Allah, betapa
egoisnya aku yang lari atas kebenaran yang sudah ada didepan mata.
Tapi untungnya ada guru ku yang begitu lembut nan luar biasa, yang tidak pernah
mengeluh atas keluh kesahku. Yang selalu menolak dan beralasan untuk tidak kunjungan dan
lain-lain. Ingin rasanya aku meminta maaf atas kesalahan yang terlalu banyak kubuat. Beliau
mengingatkan ku tentang tujuan utama ku mengikuti kajian ini adalah untuk memperbaiki diri
menjadi yang lebih baik. Ada banyak keraguan yang telah aku sampaikan kepada beliau dan
alasan kenapa aku ingin vakum dalam kajian ini. Beliau tidak henti-hentinya memberikan ku
semangat yang luar biasa bahwa aku bisa melawan egois yang ada dalam hidupku. Dan ya
akhirnya aku memulai kajian dari yang paling awal. Dan aku mulai belajar kembali.
Hijrah itu mudah? Sulit. Apalagi menghijrahkan diri sendiri. Ketika di depan mata
sudah ada kebenaran, tapi hati memiliki keraguan. Maka sulitlah untuk meraih kebenaran itu
sendiri. Banyak orang yang diberi hidayah, disampaikan kebenaran dan diberi kesempatan
untuk memperbaiki diri tetapi tidak bisa mengikuti ajaran-ajaran itu. Sama halnya seperti
diriku yang sudah ditampakkan secara nyata kebenaran itu, tetapi masih ada keraguan yang
memuncak didalam diri. Itu sebagai pembelajaran bagiku, agar Allah SWT bisa melihatku
belajar, belajar, dan belajar tentang Islam lebih dalam lagi. Semoga aku selalu berada dalam
lindungan Allah Swt. Aamiin.
Teman, hijrahku bukanlah cerita hijrah seperti sahabat-sahabat yang lain. Hanya saja,
aku bangga bisa jadi sekarang ini dengan proses dan pengorbanan waktu yang telah aku lalui.
Untuk kakak mentor ku dan InsyaaAllah Ami bakal jadi pengemban juga, maka semangatlah.
Hijrahlah bersamaku, aku akan menggenggam tanganmu erat, merangkul bahumu dan
memeluk keluh kesahmu.
Hijrahlah bersamaku, agar aku mempunyai pendamping di kala jalan menuju
syurganya Allah. Kita jalan bersama-sama, beriringan dan saling bergandengan tangan.
Hijrahlah bersamaku, walau kenyataannya hijrah ini penuh rintangan. Jangan takut
untuk melewatinya, percayalah bahwa kenyataannya kamu tidak sendiri.
Hijrahlah bersamaku. Bersama kita di dalam ukhuwah yang indah ini, menuju cahaya
yang telah Allah janjikan kepada ummatnya.
The Journey of My Hijrah
Jalan Hijrahku
Oleh : Tata Dwi Selvia
C
eritaku ini dimulai pada zaman ku SMP dimana pada umumnya seorang wanita saat itu
sudah baligh, namun ku lihat sekelilingku sangat sedikit sekali perempuan yang berhijab.
Bahkan di SMPN dimana aku bersekolah ada aturan tidak boleh memakai hijab. Jadi jika
masuk pelajaran agama Islam tetap saja seperti belajar biasa kami gak mengenakan hijab.
Hehe gimana? miris ya? Tapi dari situ mulai tumbuh ketertarikanku untuk berhijab, kuniatkan
dalam hati nanti SMA aku akan berhijab. Walaupun saat itu shalatku masih bolong", bahkan
ibaratnya hanya shalat magrib saja yang wajib bagiku , huhu parah ya :(
Hmmm...
Aku itu sebenarnya bukan termasuk anak yang nakal, bahkan cenderung sangat nurut pada
orang tua. Aku sangat dekat sekali dengan mamaku. Mamaku seorang ibu rumah tangga,
sehingga kasih sayangnya full kami dapatkan. Hingga tiba suatu kondisi dimana Mamaku
harus pergi merantau karena saat itu kondisi ekonomi keluarga yang sulit. Aku punya seorang
adik perempuan dan seorang abang. Adikku ikut bersama Mama merantau, Abangku tinggal
bersama saudari ibuku dikota yang tidak begitu jauh dari tempat tinggalku.
Sehingga tinggalah aku dirumah dengan Papa dan Nenek. Rumah terasa sunyi, papa bekerja
dan nenekku?
Nenek ku sedikit punya gangguan jiwa. Namun masih bisa diajak
berkomunikasi sih. Untuk mengisi kesunyianku, biasa pulang sekolah aku bermain game
online di warnet sampai hampir waktu magrib (menunggu papa pulang).
Kondisi ini terus berlanjut hingga aku tamat SMP dan akan melanjutkan pendidikan ke
jenjang SMA.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Dilema, mau SMA dimana yaa? Nem pas-pasan untuk bisa masuk negeri (sebab kebanyakan
main game, dan belajar pun terlewatkan). Di kota yang tidak begitu jauh dari tempat tinggalku
saat itu ada 3 SMA Negeri favorite, sebut saja SMAN A, SMAN B DAN SMAN C. Dari
ketiga SMA itu aku cuman bisa masuk ke SMAN C, tapi Papa dan keluarga gak ngizinin
sekolah disitu, sebab walau sekolahnya lumayan bagus tapi terkenal siswa/i nya brandal.
Akhirnya aku dimasukkan ke salah satu sekolah swasta terbagus dikotaku. mengikuti jejak
The Journey of My Hijrah
abangku yang sebelumnya sudah terlebih dahulu sekolah disitu. yaaa kualitasnya cukup
sebandingla dengan uang sekolahnya yang selangit. Tapi kalian tahu tidak? Sekolah itu
pemiliknya orang tionghoa. Jadi bisa dibayangkan yaa suasana didalamnya bagaimana?.
Yaaa walaupun memang didalamnya terdapat beragam agama, ada Islam, Kristen, Budha dan
Hindu. Tapi tetap saja, Tionghia disana berkuasa. Akhirnya ku urungkan niat berhijab yang
pernah ku tanam sewaktu SMP. aku khawatir akan dikucilkan atau tidak bisa berteman
dengan mereka..
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Oia btw, ketika aku masuk SMA Mama dan Adik sudah pulang dari perantauan,
alhamdulillah :) kondisi ekonomi kami semakin membaik. Tapi, .waktuku tak sebanyak ketika
smp dulu bersama Mama. Karena Di SMA sekarang aku cukup aktif, aku ingin menyaingi
temen" ku yang Tionghoa, terkadang aku lihat kebanyakan dari mereka suka memandang
sebelah mata peribumi. Aku ingin dianggap.
Keaktifan ku bisa dilihat dari banyaknya ekstrakulikuler yang ku ikuti, ada marching band,
seni tari, dan juga basket ball, ditambah serangkaian les/bimbingan belajar sepulang sekolah.
Hasilnya aku dapat rangking 10 besar, hampir 5 besar malah, dimana jarang peribumi bisa
dapatkan di sekolah itu, bahkan Abangku dulu.
Tapiiiii… akibatnya tubuhku drop hingga pada kelas 2 SMA aku pernah lumpuh (tidak bisa
berjalan), kondisi ini berlangsung tidak begitu lama, hanya sekitar kurang dari 2 bulan.
Namun pelajaran paling berharga yg kudapaat saat itu adalah titik dimana aku mulai berfikir,
aku ini sebenarnya hidup untuk apa ya? Aku lelah gini-gini aja..Trus kalau aku mati sebentar
lagi apa aku udah siap? bekal apa yang sudah aku punya, shalat pun jarang.
Ku dapati beberapa kali Mama menangis ketika mengurus aku, keikhlasan dan kasih
sayangnya masih sama seperti dulu, ini yang aku rindu..
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Alhamdulillah aku sudah sembuh, dan aku seperti memulai kehidupan baru..sejak saat itu aku
berusaha untuk tidak pernah lagi meninggalkan shalat 5 waktu, namun disitu aku belum
berhijab. Karena jujur akupun belum begitu faham terkait hijab. Namun ketika itu muncul
sosmed baru bernama instagram, aku pun mencoba nya dan follow akun-akun dakwah. Dari
sana aku banyak belajar. Terutama kewajiban menutup aurat.. Apa lagi mengetahui ternyata
The Journey of My Hijrah
ayah dan abang akan ikut dimintai pertanggungjawaban atas diri kita. Dari situ tekadku sudah
bulat utk berhijab tepatnya ketika kls 3 SMA. Kutinggalkan semua ekstrakulikulerk, karena
jelas gak mendukung untuk berhijab.
Namun saat itu aku sebatas tau bahwa wajib menutup aurat. Tapi aku tak begitu faham aurat
perempuan itu sampai mana batasnya. Dan bagaimana pakaian perempuan yang seharusnya.
Karena memang penjelasan yang kudapat tidak begitu rinci hanya sekedar melihat postingan
akun-akun dakwah. Aku pun hanya pernah melihat beberapa orang yang berhijab memakai
celana dan baju tangan panjang serta kerudung menutup dada. Oo jadi begitulah yang
namanya berhijab fikirku.
Jadilah aku memakai celana jeans dan baju lengan panjang dengan kerudung menutup dada.
Lalu bagaimana dengan teman" dikelas? Aahh aku tak begitu perduli lagi, toh aku sudah
buktikan bisa berdiri sendiri. Lagipula tak begitu banyak yg berubah, aku hanya tidak sedekat
dulu dengan teman-temanku yg tionghoa.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Tidak terasa sebentar lagi aku akan tamat SMA, “mau kuliah dimana??” , pertanyaan baru
muncul dibenakku. Banyak sekali pertimbangan untuk memutuskan akan melanjutkan
pendidikan kemana, apakah itu, ekonomi, keluarga, dan salah satu diantaranyaa, aaah aku
lupa bercerita tentangnya.
Aku memiliki seorang teman dekat lelaki, aku berteman dengannya sejak kecil, sejak TK
lebih tepatnya. Bahkan mungkin bisa dibilang hubungan kami terlalu dekat, apakah seperti
pacaran?
Ahhh entahlah sebutan tak begitu penting. Intinya orang tuaku juga sudah
menyayanginya seperti anak sendiri. Akupun juga mengenal orang tuanya. Sebab memang
orang tua kami berteman.
Kami begitu dekat, bermain bersama, berbagi suka duka. Tiada hari terlewat tanpa dia. Emn
okey, kita kembali ke permasalahan utamaku "mau kuliah dimana??". Hal Itu juga yang
menjadi beban pikiran dia. Menjelang akhir-akhir sekolah kami banyak menghabiskan waktu
duduk termenung ditaman, yang ada difikiran kami sama "ga akan sanggup kalau harus
berpisah jauh" sebab sudah kuceritakan tadi, tiada hari terlewat tanpa dia. Hingga kami
memutuskan akan berkuliah ditempat yang sama bahkan dijurusan yang sama. Akhirnya kami
mengikuti serangkaian seleksi untuk masuk di salah satu perguruan tinggi negeri, dan tibalah
masa pengumuman itu. Dan ternyata kami lulus, hmm saat itu senang sekali rasanya..
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
The Journey of My Hijrah
Tibalah masa OSPEK. Ternyata fakultas yang kami pilih adalah tempat dengan senior
terseram dan terkejam di universitas tersebut. Serangkaian kegiatan pun dilakukan, mulai dari
maba harus ikut inagurasi, malam keakraban dan beberapa peraturan yang tak masuk akal
diantaranya masuk kekampus harus lewat parit tidak boleh dari gerbang, jalan menunduk
hingga gak boleh makan dikantin kampus :').
Namun ada hal yang menarik dikampus yang tak kujumpai dulu dikotaku berada. Yaitu
kulihat beberapa kakak-kakak berkerudung menjulur (lebih besar tidak sekedar menutup
dada) dan memakai gamis, mereka sering berada dimusolah kampus. Tapi jumlah mereka tak
banyak. saat itu yang kupikirkan hanya masyaAllah mereka anggun dan sopan sekali.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Saat itu ada kegiatan GO green dari kampus, yang mengharuskan semua maba harus ikut
berpartisipasi dalam kegiatan yang memakan waktu 2 hari ditempat yang lumayan jauh,
sehingga harus menginap. Kulihat banyak juga senior yang turut berpartisipasi didalamnya..
Hingga tiba hari yang paling kubenci, saat itu aku dijailin oleh kakak seniorku (perempuan).
Ntah apa alasan mereka berbuat begitu.
Intinya saat itu aku sedih sekali, kenapa aku diganggu, padahal aku gak mengganggu ataupun
punya salah sama mereka. Aku gak peduli lagi, gak perlu ada hormat pada orang seperti itu!
Aku langsung berlari meninggalkan mereka. Mataku sudah berkaca-kaca, tapi aku menahan
tangis dan amarah, berkata ku dalam hati "aku harus kuat, takkan kubiarkan air mataku jatuh
sia-sia karena orang-orang seperti mereka!"
Aku membuka handphone dan bermain instagram untuk mengurangi rasa sedihku, hingga tiba
aku pada sebuah postingan salah satu akun dakwah tentang ayat yang berbunyi `Hai Nabi,
katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang` (QS. al-ahzab : 59)
Seketika itu tangisku menjadi pecah. Aku baru tahu ternyata ada ya ayat ini? Kemana aja aku
selama ini, aku merasa sangat bodoh, miskin sekali akan ilmu agama. Apa mungkin selama
ini aku belum berhijab dengan sempurna? Mangkanya aku masih diganggu. Tiba-tiba teringat
aku pada kakak-kakak berkerudung panjang dan bergamis yang pernah kulihat, apa seperti itu
ya harusnya perempuan berpakaian? Ternyata Allah itu memang maha besar dan maha
The Journey of My Hijrah
penyayang yaa, salah satunya sampai memberi aturan terbaik mengenai cara berpakaian untuk
perempuan supaya mereka itu tidak diganggu dan disegani.
Mulai saat ini aku harus terus belajar menambah ilmu agama, ternyata banyak sekali yang
masih belum ku ketahui. Ya Allah ampuni aku. Jangan biarkan aku sesat karena
kebodohanku.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Semenjak saat itu aku mulai memakai pakaian syar'i, dan alhamdulillah aku merasa lebih
tenang, walau diawal diejekin teman "mau kemana ibu haji? " begitu ledekan mereka, huh!
Mungkin karena hal itu masih tabu dulu, sebab dikelas saja cuman ada aku dan satu orang
temanku yang berpakain syar'i. Tapi aku tak peduli, ini perintah Rabbku. Toh aku yakin
ejekan itu akan bertahan sebentar saja. Aku anggap itu sebagai penguji keistiqomahan dan
kelurusan dari niat, benarkah karena Allah atau tidak. Dan ternyata benar gak sampai 1
minggu mereka gak ada lagi yg mengejek. Bahkan beberapa teman memujiku, ada yang
menyatakan bahwa mereka ingin juga suatu saat berpakain syar'i walau belum kuat tekadnya.
Alhamdulillah semenjak itu juga aku tidak pernah diganggu lagi.
Aku mulai banyak membaca buku-buku terkait ilmu agama, karena aku sadar ternyata hijrah
bukan sekedar mengganti pakaian dari yang belum mengenakan pakaian syar'i menjadi
berpakaian syar'i saja, tapi ilmu pengetahuan juga harus ditambah. Agar kita bisa tau mana
yang benar dan mana yang masih salah. Sehingga sejak itu toko buku menjadi tempat
kesukaanku. Terkait teman lelaki ku itu gimana? Dia juga gak ketinggalan (kan sudah ku
ceritakan sebelumnya tiada hariku yang dilalui tanpa dia). Kami pergi ke toko buku bersama.
Kami saling support utk memperbaiki diri, bahkan saling mengingatkan untuk shalat wajib
dan melakukan amalan-amalan sunnah.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Suatu waktu ketika sedang dikampus tepatnya selesai shalat zuhur aku didatangi seorang
perempuan seumuranku dari fakultas tetangga. Entah siapa dia, awalnya aku pun tidak
mengenalnya, tetapi dengan ramah dan penuh kelembutan dia mengajakku untuk mengkaji
Islam bersama. Ntah mengapa aku tidak ada prasangka buruk apapun tentangnya, mungkin
karena dia kelihatan begitu tulus untuk mengajakku menjadi lebih baik. Ditengah kehausanku
akan ilmu agama,
ku sambut dengan gembira ajakannya. Dalam hati aku berkata
"MasyaAllah Allah sangat baik sama aku yaa. Allah kasih jalan supaya bisa lebih faham akan
agama ini. Semoga dia menjadi jalan untuk aku berubah jadi lebih baik dan lebih baik lagi
dari sebelumnya". Kemudian kami pun membuat janji untuk bertemu mengkaji Islam..
The Journey of My Hijrah
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Tiba waktunya aku bertemu dengan temanku tersebut untuk mengkaji Islam. Pada pertemuan
pertama ini kami membahas soal keimanan. Darinya pertanyaan yang pernah ku tanya dulu
ketika aku sakit, yaitu dari mana aku berasal? untuk apa aku hidup? Kemana setelah mati?
terjawab sudah.
Aku berasal dari Allah, aku diciptakan untuk beribadah dan taat pada aturanNya, dan setelah
mati aku akan kembali pada Allah dan mempertanggungjawabkan apa yang kulakukan selama
ini untuk diberi balasan apakah syurga atau neraka. Dari situ aku sadar bahwa hidup ku
didunia ternyata hanya tempat singgah, bukan kehidupan sebenarnnya.
Kau tahu? Sangat besar dampak dari jawaban atas pertanyaan tersebut untuk kehidupanku,
aku seperti punya orientasi hidup yang baru. Yaitu ridho dan SyurgaNya. Tiada yg ku
inginkan selain cintaNya.
Akupun semakin semangat untuk mengkaji Islam setiap harinya.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Kemudian pertemuan kedua kami membahas soal konsekuensi keimanan yaitu wajib terikat
dengan aturan Allah. Tidak cukup mengatakan sudah beriman, tetapi Iman itu butuh
pembuktian berupa ketundukkan pada apa-apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yg
Allah larang. Allah juga berfirman 'Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan
(saja) mengatakan, "Kami telah beriman," sementara mereka tidak diuji lagi?. Dan sungguh
Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka, Allah pun betul-betul mengetahui
orang-orang yang benar dan Dia betul-betul mengetahui orang-orang yang berdusta.' (QS. Alankabut : 2-3)
Sejak saat itu aku berusaha agar setiap aktivitasku terikat dengan aturan syara' sesuai kadar
pemahamanku tentang syariat Islam saat itu. Selain itu dipertemuan tersebut juga dibahas
mengenai potensi hidup manusia yaitu yang pertama memiliki kebutuhan jasmani dimana
munculnya karena adanya rangsangan dari dalam tubuh dan hal ini wajib dipenuhi sebab jika
tidak akan menimbulkan kerusakan bahkan kematian, contohnya rasa lapar, pemenuhannya
tidak ada cara lain selain dengan makan.
Dan kedua memiliki gharizah (naluri) dimana munculnya karena ada rangsangan dari luar dan
hal ini tidak harus dipenuhi sebab hanya akan menimbulkan gelisa. Gharizah itu terbagi 3 dan
salah satunya adalah gharizah nau' (naluri melangsungkan keturunan). Contohnya yaitu rasa
sayang, rasa iba, rasa suka pada lawan jenis dan lain-lain. Kenapa bisa dikatakan gharizah itu
The Journey of My Hijrah
muncul karena adanya rangsangan dari luar? Analoginya begini, misal ada seorang lelaki
bernama Anton suka pada seorang perempuan bernama Beti. Anton tidak akan pernah suka
sama Beti jika tidak pernah berbicara, ataupun sekedar melihat Betikan? Bagaimana bisa dia
suka Beti kalau kenal atau pernah melihatnya saja tidak pernah? Otomatis karena dia
sering/pernah bertemu dengan Beti, sering/pernah mendengar tentang beti, melihat beti,
berkomunikasi dengan beti sehingga muncul rasa suka. Itulah rangsangannya (berasal dari
luar diri) berbeda dengan kebutuhan jasmani (rangsangan berasal dari dalam diri) .
Sebab tadi dikatakan bahwa gharizah tidak harus dipenuhi maka pemenuhannya akan
berbeda-beda tergantung pada pemikiran manusianya. Contohnya rasa suka tadi. Ada yang
memenuhinya dengan pacaran, ada yang menikah ada yang memilih berpuasa.
Seketika pemikiranku terbuka, aku mulai berpikir untuk membuktikannya. Apa mungkin
selama ini aku dengan teman lelakiku seperti itu?. Karena kami sering bersama maka muncul
rasa sayang itu. Akhirnya aku mulai mengurangi interaksiku dengannya. Dan juga bertemu
dia. Dari yang awalnya setiap hari kami bertemu, namun sejak itu aku mulai menghindar
perlahan darinya.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Selanjutnya pertemuan ketiga kajianku, saat itu dibahas tentang berpakaian dan berinteraksi
sesuai dengan syariat. Berpakaian cukup mudah, sudah mulai kulakukan sebelumnya. Namun
yang paling sulit yaitu berinteraksi sesuai dengan syariat.
Sebab dari situ aku baru faham bahwa selama ini apa yg kulakukan yaitu interaksi dan
kedekatanku dengan teman lelaki ku tersebut adalah sesuatu yg salah. Selama ini aku tidak
memahaminya. Yang kutahu kami melakukan dan mengingatkan hal-hal yang baik, bahkan
saling mensupport untuk memperbaiki diri. Aku sedih dan bingung sekali, apa yang harus
kulakukan, aku sangat menyayanginya dan sudah mengenalnya sejak lama.
Kubuka mushafku untuk meredakan kesedihanku, kubaca agar hatiku tenang. Tiba-tiba
teringat dengan orangtuaku, kalau terkait hijab saja dihari akhir orangtuaku akan Allah mintai
pertanggungjawaban juga atas diriku bagaimana pula dengan berpacaran? Bagaimana jika
Allah bertanya pada orangtuaku mengapa tidak kau larang anakmu berpacaran? Ya Rabb
ampuni aku, aku tak ingin menjadi pemberat hisab orangtuaku kelak.
Lagipula akhirnya aku sadar jika benar aku menyayangi dia dan dia menyayangiku karena
Allah takkan rela jika diri kita menjadi sumber dosa bagi org yg kita sayang. Percuma didunia
kita saling menyayangi tetapi dihari akhir kita saling menuntut dan seret-menyeret kedalam
The Journey of My Hijrah
neraka. Akhirnya dengan penuh keikhlasan hati dan kemantapan ku tinggalkan dia karena
Dia.
Hatiku tenang mengingat apa yang menjadi takdirku tidak akan melewatkanku, jika memang
dia jodohku Allah akan satukan kembali entah bagaimanapun caranya. Jikapun tidak pasti
Allah akan berikan yang lebih baik. Yang pasti aku percaya pada Allah bahwa jika kita
meninggalkan sesuatu karena Allah pasti Allah akan mengganti dengan yang lebih baik.
Alhamdulillah dia berbesar hati menerima keputusanku. Dan tiada rasa menyesal dihatiku
akan keputusan itu bahkan aku merasa sangat lega.
Setelah itu berakhirlah segala komunikasiku dengannya hingga detik ini. Lalu bagaimana cara
melupakannya? Bukannya aku sudah sangaaat lama bersamanya? Bahkan mengenalnya sejak
TK. Intinya aku menerapkan konsep gharizah yg sudah kupelajari, menekan atau menghalangi
apapun yang akan menjadi rangsangan kembali. Ketika ingatanku tentangnya muncul
kualihkan pada hal-hal yang bermanfaat. Membaca buku, mengkaji Islam, bertemu dengan
teman-teman yang shalih.
Namun memang ingatan itu takkan sepenuhnya hilang, sebab aku mengenalnya sudah sangat
lama sehingga terlalu banyak ingatanku tentangnya. Terkadang sedih mengingatnya, apalagi
ketika dulu biasa melakukan suatu hal bersama sekarang tidak lagi. Itu hal yang wajar sebab
kita meninggalkan seseorang yang dulu mengisi setiap hari kita. Namun aku tak ingin Allah
murka padaku karena lebih banyak mengingatnya daripadaNya. Sehingga ketika ingatan itu
muncul kualihkan dengan beristigfar dan bersyukur pada Allah.
Kutanamkan dalam diriku bahwa "okey diawal tak mengapa jika kau sulit untuk lupa hari-hari
yang pernah kau lalui bersamanya. Tapi yakin lah nanti juga akan terbiasa. Yang harus kau
lakukan ketika kau ingat tentangnya segera ucap istighfar mohon ampun pada Allah atas
kesalahanmu dan kesalahannya dan bersyukur pada Allah atas kasih sayangnya yang telah
menunjukimu jalan yang benar dan masih diberi kesempatan untuk berubah. Seketika itu rasa
cintaku pada Allah semakin bertambah.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Pertemuan ke empat tentang Sistem Islam. Wooow ini yang kucari selama ini. Pertemuan ini
menunjukkan betapa sempurnanya Islam sebagai ideologi bukan sekedar agama pengisi
relung reliji. Aku semakin yakin bahwa Allah sebaik-baik pencipta dan pengatur. Mulai dari
aturan terkecil sekecil buang air sampai aturan terbesar mengenai negara, seperti sistem
pemerintahan, sistem ekonomi, sistem pergaulan, sistem pendidikan dan sebagainya.
MasyaAllah lengkap sekali.
The Journey of My Hijrah
Lalu
kenapa
saat
ini
Islam
tidak
tampak
kesempurnaannya?
Tidak
tampak
rahmatanlil'alaminnya?
Jelas jawabannya, karena sekarang Islam tidak diterapkan dengan sempurna. Bagaimana bisa
ia akan menunjukkan kesempurnaannya? Dan bagaimana bisa diterapkan jika kaum
musliminnya sendiri tidak mengetahui tentang sempurnanya Islam. Hanya sekedar tahu
shalat, puasa zakat, naik haji dan serangkaian ibadah lainnya?.
Ya Rabb, sungguh kaum muslim telah begitu jauh dari agamanya. Tolonglah aku untuk
istiqomah mengkaji islam dan mendakwahkannya semampuku. Aku ingin agar kaum muslim
juga memahami kesempurnaan Islam dan bangga akan agamanya. Aku ingin menjadi
hambamu yang taat sepenuhnya padamu. Karena setiap aturanmu bukan untuk sekedar
diketahui tetapi merupakan kewajiban untuk dipenuhi. Aku berharap semoga kaum muslim
bisa segera kembali berislam secara kaffah.
Demikianlah kisahku,
sejak saat itu aku terus konsisten mengkaji Islam dan
mendakwahkannya. Aku ingin memiliki hujjah dihadapan Allah kelak. Ya Allah saksikanlah
aku ingin menjadi pejuang agamaMu yang akan mengembalikan kejayaan Islam, ku mohon
mampukan dan tolonglah aku.
The Journey of My Hijrah
Aku Bertaqwa, Maka Aku di Uji
Oleh : Fera Ika
S
The Journey of My Hijrah
Download