Renungan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharam 1434 H

advertisement
Renungan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharam 1434 H
Oleh : Akhamad Saleh
Rabu, 28 November 2012 13:29
[Nasihat Islam Tentang Hari Esok]
Firman Allah Swt., Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam
kerugian, kecuali orang yang beriman dan beramal soleh dan berwasiat dengan
kebenaran dan berwasiat dengan kesabaran."
(Terj. QS.
al-Asr: 1-3)
Kamis, 15 November 2012 merupakan salah satu hari yang istimewa bagi umat Islam karena
berbertepatan dengan Tahun Baru Umat Islam, 1 Muharam 1434 Hijriyah dalam perhitungan
kalender Hijriyah.
Firman Allah Swt., Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan
haram….-”
(QS: At-Taubah:36).
Penanggalan atau kalender Hijriah sendiri baru ditetapkan pada masa kekhalifahan Umar bin
Al-khathab atau pada tahun ke 6 setelah wafatnya Rasulullah Saw., sebagai sebuah upaya
rasionalisasi sistem penanggalan yang digunakan pada masa pemerintahannya, melihat
banyaknya persoalan yang timbul akibat ketidakjelasakan masa awal dari penanggalan Hijriah.
Dengan ijtihad khalifah dan para sahabat ketika itu, maka peristiwa Hijrah Rasulullah Saw.,
beserta para sahabat dari kota Makkah menuju kota Madinah (622M) dijadikan sebagai awal
patokan Kalender Hijriah dengan menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi)
dalam periode 9 tahun.
Ditentukanya peristiwa Hijrah sebagai awal dari penaggalan Hijriah mengandung makna historis
yang sangat dalam. Imam Sakhawi dalam kitabnya Al-I’laan bi al-tawbikh liman dzamma
al-Tarikh mengatakan bahwa bulan Muharram sebagai awal bulan penanggalan Hijriah karena
niat Rasulullah Saw., untuk berhijrah sudah ada sejak bulan tersebut (Muharram), inilah maka
penentuan Hijrah sebagai awal Hijriah adalah sangat tepat, mengingat nilai, hikmah dan
tauladan dari peristiwa tersebut.
1/6
Renungan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharam 1434 H
Oleh : Akhamad Saleh
Rabu, 28 November 2012 13:29
Ada beberapa hikmah yang sangat berharga bagi umat Islam dengan ditetapkannya peristiwa
hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah sebagai awal tahun dari penanggalan atau kalender
Islam, diantaranya:
Pertama: peristiwa hijrah Rasululah dan para sahabatnya dari Mekkah ke Madinah merupakan
tonggak sejarah yang monumental dan memiliki makna yang sangat berarti bagi setiap
muslim
, karena hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi
yang tidak kondusif di Mekkah menuju suasana yang prospektif di Madinah.
Kedua: “Hijrah” mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa opimisme yang
tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik, dan hijrah daru
hal-hal yang baik ke yang lebih baik.
Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah,
meski harus meninggalkan tanah kelahiran, sanak saudara dan harta benda.
Ketiga: “Hijrah” mengandung semangat persaudaraan, seperti yang dicontohkan oleh
Rasulullah s.a.w. pada saat beliau mempersaudarakan antara kaum muhajirin dengan kaum
anshar, bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok yahudi yang
hidup di Madinah dan sekitarnya.
Pemaknaan hijrah tentu bukan selalu harus identik dengan meninggalkan kampung halaman
seperti yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. dan kaum muhajirin, tetapi pemaknaan hijrah
lebih kepada nilai-nilai dan semangat berhijrah itu sendiri, karena hijrah dalam arti seperti ini
tidak akan pernah berhenti.
Rasulullah bersabda:”Sesungguhnya hijrah itu tidak ada hentinya, sehingga terhentinya taubat,
dan taubat itu tidak ada hentinya sehingga matahari terbit dari sebelah barat”.
2/6
Renungan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharam 1434 H
Oleh : Akhamad Saleh
Rabu, 28 November 2012 13:29
Untuk itu, mari kita jadikan makna Tahun Baru Islam 1 Muharram 1433 Hijriah dengan
semangat menyambut masa yang akan datang dengan penuh harapan, kita yakin bahwa
sehabis gelap akan terbit terang, setelah kesusahan akan datang kemudahan dan kita yakin
bahwa pagi pasti akan datang walaupun malam terasa begitu lama dan panjang. Karena roda
kehidupan selalu berputar dan tidak mungkin berhenti.
Imam Syafi’i pernah berkata:”Memang sebenarnya zaman itu sugguh menakjubkan, sekali
waktu engkau akan mengalami keterpurukan, tetapi pada saat yang lain engkau memperoleh
kejayaan”.
Mari kita jadikan peralihan tahun Tahun Baru Islam 1 Muharram 1433 Hijriah sebagai momen
untuk melihat kembali catatan yang mewarnai perjalanan hidup masa lalu, dengan melakukan
renungan atas apa yang telah kita perbuat. Kita gunakan kesempatan ini untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas hidup di dunia dan akhirat kelak, dengan bercermin kepada
nilai-nilai dan semangat hijrah dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat, karena
sesungguhnya Allah menjadi pergantian siang dan malam untuk dijadukan pelajaran dan
mengungkapkan rasa syukur, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Furqan: 62., Artinya: “Da
n Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil
pelajaran atau orang yang ingin bersyukur."
Untuk itu dalam menyambut tahun baru Hijriyah, selain perintah untuk bermuhasabah
introspeksi umat Islam juga dianjurkan untuk senantiasa mengingat perjuangan dan
pengorbanan (Nabi dan sahabatnya) baik yang terekam dalam peritiwa ‘hijrah’ itu sendiri
maupun dalam membela ajaran Islam secara keseluruhan didalam kehidupan kita sehari-hari.
Nasihat Islam Tentang Hari Esok
Secara definitif, sesuatu yang baru adalah hal yang tidak kita dapatkan sebelum-sebelumnya,
baru ada serta tidak ada duanya. Namun, definisi itu mengalami perubahan, banyak orang saat
ini menilai bahwa sesuatu yang baru itu adalah hal yang memang telah ada namun
kemasannya belum tersentuh, atau istilah sederhanya, buka segel. Lantas bagaimana makna
tahun baru?
Pergantian waktu, masa, zaman serta tahun adalah sunnatullah atau hukum alam yang tidak
3/6
Renungan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharam 1434 H
Oleh : Akhamad Saleh
Rabu, 28 November 2012 13:29
dapat dibantah dan pasti akan terjadi sampai dunia ini berakhir. Pergantian itu mengisyaratkan
kepada manusia bahwa tiada sesuatu pun di bumi ini yang kekal dan abadi. Sesuatu yang lama
akan digantikan dengan sesuatu yang baru, begitu pula sesuatu yang baru kelak pasti berlalu
dan digantikan lagi dengan sesuatu yang baru. Begitu seterusnya sampai kehidupan ini
benar-benar berakhir. Begitulah hukum perubahan dalam siklus kehidupan.
Pergantian tahun sebenarnya tidak ada sesuatu yang spesial. Bahkan kita sering kali
merayakannya dengan pergelaran-pergelaran yang berlebihan, hura-hura, dan
menghamburkan uang demi kesenangan sesaat dan setelah itu sirna seketika.
Terlepas dari hal itu, Islam memberikan konsep tentang muhasabah atau instrospeksi ketika
kita telah melewati waktu, hari, masa serta tahun. Muhasabah itu dimaksudkan untuk
mengingat kembali sesuatu apa saja yang telah kita kerjaan di hari-hari kemarin sebagai ukuran
untuk menghadapi hari esoknya. Dan karena itulah mengapa sejarah mesti ditulis, sebab
sejarah mengajarkan kepada kita bagaimana menghadapi hari-hari berikutnya. Ukurannya
adalah jika hari ini lebih baik dari hari-hari kemarin, berarti kita beruntung karena hal semacam
itu berarti kita memperoleh perubahan yang baik. Sebaliknya, jika hari ini justru lebih buruk dari
hari-hari kemarin, berarti kita adalah orang yang merugi, sebab kita tidak mampu berubah ke
arah yang lebih baik atau stagnan.
Hiburan Nabi Muhammad SAW selain lantunan Al-Qur’an ialah kisah nabi-nabi terdahulu.
Kisah nabi-nabi terdahulu itu bagi Muhammad dapat dijadikan pelajaran (ibroh) untuk
melakukan aktivitas dakwah tauhid pada hari-hari berikutnya. Dari sini artinya bahwa sejarah itu
nilainya adalah sebuah pelajaran, dan pelajaran yang dapat diambil bahwa yang baik itu diambil
untuk bekal, dan yang buruk itu ditinggalkan untuk tidak lagi dicontoh, atau dibuang jauh-jauh.
Al-Qur’an mengisyaratkan kepada manusia agar merencanakan apa yang harus ia lakukan
pada hari esok. Artinya, setelah kita melakukan muhasabah diri tentang apa yang telah
diperbuat pada hari-hari kemarin, maka kita juga dituntut untuk membuat suatu rencana dalam
menghadapi hari esok agar hidup lebih terarah serta terhindar dari hal-hal yang sia-sia. Begitu
pula jika kita kontekstualisasikan dengan agenda pergantian tahun masehi yang telah di depan
mata kita. Satu tahun mungkin rentang waktu yang telalu lama jika kita melakukan muhasabah,
introspeksi atau evaluasi mengenai perkara-perkara yang telah diperbuat. Tetapi tentu tidak
ada salahnya jika hal itu dilakukan sebab sejatinya tidak ada kata terlambat jika kita ingin
melakukan suatu perbaikan terhadap kualitas hidup.
4/6
Renungan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharam 1434 H
Oleh : Akhamad Saleh
Rabu, 28 November 2012 13:29
Di sampan itu, setelah melakukan evaluasi atau muhasabah itu, maka kita dituntut untuk
segera membuat rencana-rencana jangka panjang untuk menyambut kehadiran tahun baru
masehi ini. Karena di tahun yang baru nanti kita kembali akan berhadapan dengan
perubahan-perubahan yang kadang terjadi di luar prediksi. Pilihannya ialah kesiapan diri
dengan bekal kebaikan yang telah kita investasikan pada hari-hari kemarin.
Zaman memang tidak bisa dilawan. Tapi, kita dilahirkan untuk menjadi petarung sejati.
Pergantian tahun adalah suatu keniscayaan hidup. Perubahan merupakan suatu kebutuhan.
Maka, perubahan itu haruslah menuju pada kebaikan-kebaikan saja. Kekuatannya tidak lain
hanyalah terletak pada diri setiap individu.
Dalam pada itu, makna sejati pergantian tahun atau tahun baru tidak lain adalah perubahan.
Meskipun perubahan itu sejatinya terjadi tiap saat, namun tahun baru setidaknya merupakan
sebuah simbol perubahan. Dengan istilah lain, hadirnya tahun baru mempertegas bahwa
perubahan itu akan tetap terjadi sampai kapan pun. Dan untuk menghadapi perubahan itulah
kita dituntut agar membuat rencana agar perubahan tersebut tidak berlalu dengan sia-sia
belaka. Skenario kehidupan memang tidak dapat ditebak, tetapi apa salahnya jika kita membuat
semacam rencana-rencana, setidaknya sebagai landasan untuk melangkah ke depan. Dan kita
memang selalu dituntut untuk menatap hari-hari esok.
Sebuah Catatan:
Ditentukanya peristiwa Hijrah sebagai awal dari penaggalan Hijriah pada masa kekhalifahan Umar bin Al-khathab karena dianggap peristiwa tersebut mengandung pesan moral dan makna
historis yang sangat dalam. Dengan harapan agar umat Islam senantiasa mengingat
perjuangan dan pengorbanan (Nabi dan sahabatnya) baik yang terekam dalam peritiwa ‘hijrah’
itu sendiri maupun dalam perjuangan, penyebaran dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam
didalam kehidupan kita sehari-hari.
Tahun Baru menjadikan usia manusia bukanlah bertambah akan tetapi berkurang, artinya
membuat kita semakin jauh dari tanggal kelahiran kita dan semakin dekat dengan kematian
kita. Oleh karenanya kita dianjurkan untuk senantiasa bermuhasabah, introspeksi atas masa
yang sudah berlalu untuk menggapai hari esok yang lebih baik.
5/6
Renungan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharam 1434 H
Oleh : Akhamad Saleh
Rabu, 28 November 2012 13:29
Dalam menapaki kehidupan ini, Islam mengajarkan agar kita senantiasa menjaga dan
meluruskan niat serta menyempurnakan ikhtiar sebagai sebuah proses. Karena persoalan
“hasil” adalah ketentuan Allah Swt. Perubahan apapun dalam kehidupan kita sehari-hari, baik
yang terjadi di dalam diri kita maupun dalam konteks bangsa dan negara tidak akan terlepas
dari sebuah proses untuk menuju kesana. Untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur,
aman, damai, dan sejahtera serta diridhoi Allah Swt., dibutuhkan kesabaran, kesadaran, dan
optimisme seluruh elemen bangsa untuk mewujudkan apa yang kita cita-citakan bersama
tersebut. Wallahu’alambishawab.
oleh: [email protected] @ichal [referensi: berbagai sumber]
6/6
Download