BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit menular disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa. Contoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Gibson, 1996). E. coli sering menyebabkan infeksi saluran kemih, diare dan penyakit lain. Salah satu penyembuhannya dengan antibiotik (Jawetz et al., 2001). S. aureus merupakan contoh bakteri penyebab penyakit infeksi yang terutama dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Penyakit infeksi tersebut diatasi dengan antibiotik tetapi sering terkendala oleh adanya faktor resistensi bakteri terhadap antibiotik yang telah ada. Oleh sebab itu sangat diperlukan eksplorasi galur-galur mikroba baru yang menghasilkan antibiotik dengan potensi lebih tinggi dalam mematikan penyebab penyakit. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat yaitu dengan mengendalikan populasi bakteri yang dapat menimbulkan infeksi atau gangguan kesehatan dengan menggunakan antibiotik. Penggunaan antibiotik untuk mengatasi penyakit infeksi di Indonesia mencapai 90%. Untuk mengimpor bahan baku antibiotik, pemerintah Indonesia harus mengeluarkan dana antara Rp 18,6–Rp 122,4 milyar (Akmal, 1996). Harga salah satu produk antibiotik mencapai Rp 22.000,00 per kaplet (Santini,2008). Kebutuhan antibiotik baru masih sangat tinggi, terutama yang efektif melawan mikroba patogen yang resisten terhadap beberapa jenis antibiotik. Antibiotik mempunyai nilai ekonomi tinggi dibidang kesehatan, karena kegunaannya untuk mengobati berbagai jenis penyakit infeksi. Usaha memodifikasi antibiotik yang sudah ada guna mendapatkan senyawa turunan antibiotik baru telah dilakukan, namun kenyataannya mikroorganisme memiliki kemampuan untuk bermutasi, sehingga memiliki mekanisme resistensi terhadap turunan antibiotik tersebut (Suwandi 1993). Sejak tahun 1950an bakteri yang termasuk dalam kelompok Actynomycetes mendapatkan perhatian yang sangat serius. Actynomycetes merupakan bakteri filamentus gram positif yang memiliki nilai Guanin-Cytosin content yang tinggi yaitu 70-74 %. Menurut Goodfellow et al. Streptomyces adalah genus yang paling mendominasi kelompok Actynomycetes. Anggota genus Streptomyces ini telah banyak diteliti karena kemampuannya memproduksi berbagai senyawa bioaktif. Senyawa-senyawa bioaktif yang berhasil diisolasi dari Streptomycetes antara lain antibiotik, anti kanker, anti tumor dan immunorepresan oleh sebab itu, penelitian mengenai keanekaragaman Streptomycetes perlu dilakukan karena kebutuhan zat-zat bioaktif yang dapat diaplikasikan dalam dunia farmasi, pangan, dan industri terus berkembang. Actinomycetes banyak ditemukan pada tanah berumput (Hasim, 2003). Tanah tersebut dapat berasal dari pegunungan, hutan, dataran rendah, pantai atau daerah terpencil. (Suwandi, 1993). Streptomyces adalah genus dari kelas Actinomycetes yang terbukti mampu menghasilkan bermacam-macam antibiotik. Pada akhir 1972, bakteri dari genus Streptomyces telah menghasilkan 2078 jenis antibiotik (Hasim, 2003). Bahkan, menurut Okami & Hotta (1988), hampir 95% dari 2000 antibiotik yang ada dihasilkan oleh Streptomyces. Actinomycetes selalu ditemukan pada substrat alam, seperti tanah dan kompos, air kolam, bahan makanan, dan di atmosfer. Laut dalam, bukan merupakan habitat yang baik bagi Actinomycetes. Actinomycetes hidup dan memperbanyak diri dalam tanah dan kompos (Purwadisastra, 1973). Dilihat dari uraian, antibiotik perlu terus dikembangkan mengingat banyak bakteri yang sudah resisten terhadap antibiotik dan sumber antibiotik dari alam masih banyak. Sehingga perlu di lakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini di lakukan untuk mendapatkan isolat Streptomyces yang ada pada rizosfer alangalang (Imperta cylindrica) yang berpotensi menhasilkan antibiotik dan mengkarakterisasinya. 1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah : a. Apakah pada rizosfer alang-alang (Imperta cylindrica) terdapat isolat streptomyces sebagai antibiotik?. b. Bagaimana karakteristik dari streptomyces sebagai antibiotik yang di dapatkan dari rizofer alang-alang (Imperta cylindrica)? . 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Mendapatkan isolat streptomyces dari rizosfer alang-alang (Imperta cylindrica) b. Mendapatkan karakteristik dari isolat streptomyces dari rizosfer alangalang (Imperta cylindrica) 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat untuk : a. Membuktikan bahwa pada rizosfer alang-alang (Imperta cylindrica) terdapat isolat streptomyces sebagai antibiotik dan menambah informasi tentang keberadaan antibiotik. b. Memahami serta mengetahui ciri-ciri adanya isolat streptomyces dari indentifikasi yang di lakukan. NAMA : RYYA AULIA ASSIRRI NIM : G1A016042 MATA KULIAH : METODELOGI PENELITIAN (BAB 1)