8 b. Kadar antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Semakin tinggi kadar antibiotik semakin banyak tempat ikatannya pada sel bakteri. c. Antibiotik harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang cukup memadai agar diperoleh efek yang kuat. d. Kadar hambat minimal. Kadar ini menggambarkan jumlah minimal obat yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik telah digunakan pada unggas sejak tahun 1940-an, pada saat itu ditemukan juga produk sampingan dari antibiotik tersebut. Antibiotik menghasilkan vitamin B12 yang tinggi, yang membantu proses pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan pemakaian vitamin B12 secara tunggal. Mekanismenya adalah dengan menekan bakteri jahat pada usus yang dapat mengakibatkan peradangan dan mendukung bakteri baik. Tujuan bakteri sebagai promotor pertumbuhan sama dengan probiotik (Ewing 1963). Resisten didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal yang seharusnya atau kadar hambat minimalnya. Resistensi terjadi ketika bakteri berubah dalam satu atau lain hal yang menyebabkan turun atau hilangnya efektivitas obat, senyawa kimia atau bahan lainnya yang digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi. Bakteri yang mampu bertahan hidup dan berkembang biak, menimbulkan lebih banyak bahaya (Utami 2012). Salah satu konsekuensi yang dalam penggunaan antibiotik adalah adanya penyebaran bakteri resisten (baik pada manusia maupun hewan). Jika hewan menjadi karier, makan pangan asal hewan yang berasal dari hewan tersebut akan mengandung bakteri yang resisten tersebut. Setelah mencerna pangan asal hewan yang terkontaminasi bakteri yang resisten, manusia bisa menjadi carrier (dalam beberapa kasus dapat menimbulkan penyakit) (Collignon 2009). BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bagian Mikrobiologi Medik dan Kandang Ayam Percobaan Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dan berlangsung dari tanggal 2 Agustus 2012 sampai tanggal 24 Agustus 2012. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain daily old chicken (DOC), E. coli dalam bentuk suspensi, M. gallinarum dalam bentuk suspensi, antibiotik D-1, pakan dan air ad libitum. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu tabung, sentrifus, kandang ayam, spuit 1 ml, botol, tempat minum, tempat pakan, lampu 5 watt, mikro pipet, gunting, pinset, dan timbangan. 9 Metode penelitian 1. Persiapan Kandang ayam dibersihkan dan dibagi menjadi 10 bagian. Lima bagian pertama digunakan untuk perlakuan E. coli dan 5 bagian kedua digunakan untuk perlakuan M. gallinarum. Masing-masing lima bagian tersebut terdiri dari kandang kontrol negatif (-), kontrol positif (+), kelompok perlakuan 1, kelompok perlakuan 2, dan kelompok perlakuan 3. Setiap kandang diberi sekam, tempat air minum, dan tempat pakan, juga lampu 5 watt. Sebelum perlakuan, ayam-ayam ditimbang bobot badannya dan diistrahatkan selama 7 hari untuk menghilangkan stres dan penyesuaian lingkungan. Masing-masing suspensi bakteri disiapkan. Untuk bakteri E. coli kultur yang sudah ada di subkultur selama 24 jam di dalam media agar darah kemudian ditumbuhkan ke dalam media brain heart infusion (BHI) Broth selama 24 jam. Tahap selanjutnya media tersebut di sentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 5000 RPM, kemudian akan didapatkan pelet dan supernatan. Supernatan dibuang kemudian pelet dibilas lagi dengan NaCl fisiologis dan disentifus selama 15 menit dengan kecepatan 5000 RPM kemudian diulang sebanyak 3 kali. Pelet kemudian dibuat suspensi lalu kekeruhan suspensi disesuaikan dengan standar Mc. Farland 1 (3,0 x 108 CFU/ml). Untuk bakteri M. gallinarum, bakteri ditumbuhkan ke dalam media Mycoplasma Broth pada suhu 37 °C dengan kondisi mikroaerofilik selama 24 jam. Setelah itu, disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 5000 RPM, kemudian akan didapatkan pelet dan supernatan. Supernatan dibuang kemudian pelet dibilas lagi dengan NaCl fisiologis dan disentifus selama 15 menit dengan kecepatan 5000 RPM kemudian diulang sebanyak 3 kali. Pelet kemudian dibuat menjadi suspensi dimana kekeruhan suspensi disesuaikan dengan standar Mc. Farland 1 (3,0 x 108 CFU/ml). 2. Infeksi ayam dengan bakteri E. coli dan pengobatan dengan antibiotik D-1 DOC yang telah berumur 7 hari diinfeksi dengan bakteri E. coli secara per oral sebanyak 1 ml untuk kelompok kontrol + (10 ekor), kelompok perlakuan 1 (20 ekor), kelompok perlakuan 2 (20 ekor), dan kelompok perlakuan 3 (20 ekor). Setiap kelompok tersebut ditempatkan dalam kandang yang berbeda. Setelah 6 jam kelompok perlakuan 1 diobati dengan antibiotik D-1, untuk kelompok perlakuan 2 pengobatan dilakukan pada hari ke-3 pasca infeksi, dan kelompok perlakuan 3 diobati pada hari ke-7 pasca infeksi. Kontrol negatif tidak diberi perlakuan, sedangkan kontrol positif diinfeksi dengan E. coli dan tidak diberi pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan mencampurkan 1 gram antibiotik D-1 (dalam bentuk serbuk) ke dalam ember yang berisi 6 liter air lalu dihomogenkan, kemudian dituangkan ke masing-masing tempat air minum. 10 3. Infeksi ayam dengan bakteri M. gallinarum dan pengobatan dengan antibiotik D-1 DOC yang telah berumur 7 hari diinfeksi dengan bakteri M. gallinarum secara per nasal sebanyak 0,5 µl untuk kelompok kontrol + (10 ekor), kelompok perlakuan 1 (20 ekor), kelompok perlakuan 2 (20 ekor), dan kelompok perlakuan 3 (20 ekor). Setiap kelompok tersebut ditempatkan dalam kandang yang berbeda. Setelah 6 jam kelompok perlakuan 1 diobati dengan antibiotik D-1, untuk kelompok perlakuan 2 perngobatan dilakukan pada hari ke-3 pasca infeksi, dan kelompok perlakuan 3 diobati pada hari ke-7 pasca infeksi. Kontrol negatif tidak diberi perlakuan, sedangkan kontrol positif diinfeksi dengan M. gallinarum dan tidak diberi pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan mencampurkan 1 gram antibiotik D-1 (dalam bentuk serbuk) ke dalam ember yang berisi 6 liter air lalu dihomogenkan, kemudian dituangkan ke masing-masing tempat air minum. 4. Pengamatan Ayam dipelihara selama 24 hari dan diamati setiap pagi dan siang hari. Ayam diberi makan dan minum ad libitum setiap hari. Pengamatan meliputi mortalitas dan morbiditas juga penimbangan bobot badan sebanyak 7 kali. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 1 Rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi bakteri E. coli Kel. ayam 1 2 3 K+ K- 1 (1 hari PI) a 225±50 225±50a 175±50a 200±0a 216.6±40.8a 2 (2 hari PI) a 275±95.7 325±95.7a 225±50a 400±0b 275±46.3a Pengukuran ke3 (6 hari PI) 4 (8 hari PI) 5 (10 hari PI) b 500±81.6 500±81.6b 425±95.4b 350±70.7b 375±70.7a b 525±50 550±57.7b 575±50c 440±84.3b 475±64.1b c 750±57.7 725±95.7bcd 800±0d 611.1±153.6c 587.5±64.1bc 6(13 hari PI) 700±115.4c 650±100bc 850±57.7d 887.5±124.6d 737.5±74.4bcd a, b, c, dan d berbeda pada taraf nyata 5%; K+ : kontrol +, K- : kontrol –, PI : pasca infeksi. 7 (15 hari PI) 850±191.4c 825±170.7cd 800±163.2d 812.5±112.5d 812.5±64.1cd