JURNAL TEKNOLOGI & INDUSTRI ISSN 2087-6920 Vol. 2 No. 1; Juli 2012 UJI AKTIVITAS SENYAWA ANTIBIOTIKA YANG DIHASILKAN OLEH AKTINOMISETES ENDOFIT Streptomyces bacillaris AY999817 DARI BATANG TANAMAN URANG ARING *ERFANUR ADLHANI1, ANIS HERLIYATI MAHSUNAH2, YUNIANTA3 1Program 2Balai Studi Teknologi Industri Pertanian, Jl. A. Yani, Km.6, Ds. Panggung, kec. Pelaihari, kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan Pengkajian Bioteknologi–BPPT, Kawasan Puspiptek Gedung 630, Serpong, Tangerang, Banten 3Fakultas Teknologi Pertanian, Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur Naskah diterima: 20 April 2012; Naskah disetujui: 21 Juni 2012 ABSTRAK Antibiotik merupakan senyawa antimikroba yang diproduksi oleh organisme hidup dan juga secara sintesis kimia, yang memiliki aktivitas penghambatan terhadap organisme lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas senyawa antibiotika yang dihasilkan oleh isolat aktinomisetes endofit Streptomyces bacillaris AY999817 yang berasal dari batang tanaman urang aring. Penelitian ini menggunakan metode analisa deskripsi kualitatif, dimana isolasi antibiotik dilakukan dengan menumbuhkan isolat pada media fermentatif selama empat hari, dan ekstraksi menggunakan pelarut butanol dengan proses pemecahan sel menggunakan gelombang ultrasonik (sonikasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat yang digunakan memiliki aktivitas penghambatan melawan bakteri Bacillus subtilis, Echerichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Kata Kunci: antibiotik, aktinomisetes endofit, ekstraksi, sonikasi, Streptomyces bacillaris AY999817 PENDAHULUAN Antibiotik merupakan senyawa antimikroba yang diproduksi oleh organisme hidup dan juga secara sintesis kimia, dan memiliki aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan organisme lain. Kebanyakan antibiotik diproduksi sebagai metabolit sekunder. Isolasi antibiotik dari organisme hidup relatif mudah jika dibandingkan dengan sintesis kimia antibiotik. Sintesis kimia antibiotik biasanya meliputi beberapa tahapan dan dimulai dari bahan yang mahal. Selain itu, pada akhir pengerjaannya digunakan asam dan basa kuat serta pelarut dengan titik didih tinggi, dan antibiotik yang dihasilkan biasanya diperoleh bersamaan dengan banyak bahan toksik sehingga prosesnya secara menyeluruh menjadi mahal (Ahmed, 2007). Organisme penghasil antibiotik dapat berupa jamur, bakteri dan aktinomisetes, namun sebagian besar diisolasi dari beberapa spesies aktinomisetes. Aktinomisetes menunjukkan sifat sebagai sumber yang kaya akan metabolit yang aktif secara biologis seperti agen antibiotik, agrokimia, enzim, substansi kekebalan, antiparasit dan antikanker (Kavitha & Vijayalakhsmi, 2007). Antibiotik yang dihasilkan aktinomisetes mencapai 75% bagian dari keseluruhan produk antibiotik yang telah dikenal. Organisme ini merupakan kelompok berfilamen, bakteri Grampositif yang memiliki kandungan G+C tinggi dalam DNA mereka, sifatnya aerobik, saprofit, dan bentuknya mesofil yang secara alami memiliki habitat dalam tanah (Han et al., 2004). *Korespondensi: Telepon/nomor faks Email : 0512-21537 1 : [email protected] Kelompok aktinomisetes menghasilkan bermacam-macam antibiotik meliputi aminoglikosida, glikopeptida, β-laktam, makrolida, nukleosida, peptida, polimer, dan tetrasiklin, dan kebanyakan dari mereka diisolasi dari genus Streptomyces (Ahmed, 2007), sebagai contohnya, streptomisin yang dihasilkan oleh Streptomyces griseus, spektinomisin yang dihasilkan oleh Streptomyces spp., neomisin yang dihasilkan oleh Streptomyces fradiae, kanamisin yang dihasilkan oleh Streptomyces canomyceticus, tetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces spp., eritromisin yang dihasilkan oleh Streptomyces erythreus, 4-metilaeruginoat yang diisolasi dari Streptomyces sp., sineromisin dan musain yang diisolasi dari Streptomyces griseovirid, dan 8hidroksikuinolin yang diisolasi dari Streptomyces sp ANU 6277. Oleh karena itulah dilakukan penelitian mengenai uji aktivitas senyawa antibiotik dari Streptomyces yang berasal dari bahan alam. METODOLOGI Mikroorgansime Isolat aktinomisetes yang digunakan berasal dari stock culture Balai Pengkajian Bioteknologi-BPPT Kawasan Puspiptek Serpong, dengan kode isolat BiOMCC-00042 yang merupakan isolat endofit dari spesies Streptomyces bacillaris AY999817. Isolat ini berasal dari bagian batang tanaman urang aring dari daerah Bondowoso, Jawa Timur. Sedangkan mikroba uji yang digunakan untuk uji aktivitas antimikroba ditampilkan pada Tabel 1. Gambar 1. Isolat Streptomyces bacillaris AY999817 Tabel 1. Mikroorganisme Uji Mikroba Uji Jenis Mikroba Eschericia coli ATCC 25992 Bakteri Gram(-) Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 Bakteri Gram(-) Bacillus subtilis ATCC 6633 Bakteri Gram (+) Staphylococcus aeureus BioMCC 00115 Bakteri Gram(+) Bahan-bahan Kimia Bahan-bahan kimia yang digunakan antara lain pelarut organik metanol, butanol, bahan untuk pembuatan media merek Oxoid dan Difco seperti: potato starch, D(+)-glukosa, soybean 2 meal, yeast ekstrak, malt ekstrak, bakto agar, bakto pepton, Nutrien Agar (NA), Potato Dextrose Agar (PDA), dan Nutrien Broth (NB); bahan-bahan kimia merek Merck seperti: NaCl, CaCO3, CuSO4.5H2O, MnCl2.4H2O, ZnSO4.7H2O, NaCl, HCl, Na2SO4 anhidrat dan Fe-sitrat.nH2O, rifampisin, dan akuades. Regenerasi Isolat Sebanyak 1 ose isolat digoreskan (streak) dalam cawan petri berisi media ISP2 (malt ekstrak, yeast ekstrak, bakto agar dan D(+)-glukosa). Isolat kemudian ditumbuhkan dalam inkubator selama 8x24 jam. Menumbuhkan Kultur Vegetatif (seed culture) Isolat aktinomisetes yang telah diregenerasi diinokulasikan sebanyak 1 ose ke dalam media YM (0,1 g baktopepton, 0,06 g yeast ekstrak, 0,06 g malt ekstrak, dan 0,2 g D(+)-glukosa dalam 20 ml akuades, pH = 7,6 ± 0,2). Kemudian ditumbuhkan selama 2x24 jam dengan rotary shaker, suhu 280C, kecepatan 150 rpm. Fermentasi Sebanyak 10% media YM kultur vegetatif dipindahkan dalam media BY. Komposisi media BY adalah 1,5 g baktopepton; 0,3 g yeast ekstrak; dan 0,03 g Fe-sitrat n H2O dalam 100 ml akuades. pH = 7,6 ± 0,2. Kemudian diinkubasi dengan rotary shaker pada suhu 280C selama 4x24 jam, dengan kecepatan 150 rpm. Pertumbuhan isolat aktinomisetes diamati berdasarkan ada tidaknya biomassa sel yang dihasilkan, dimana bentuknya berupa butiran tanpa miselium. Apabila terbentuk miselium, maka dapat dikatakan terkontaminasi oleh jamur. Sedangkan untuk mengetahui kontaminasi bakteri, dilihat dari kekeruhan media, yang mana media pertumbuhan bakteri berwarna putih susu dan terjadi pencampuran antara biomassa sel dengan cairan media. Kontrol lainnya dapat juga dilakukan dengan pengamatan di bawah mikroskop, dimana aktinomisetes akan menunjukkan koloni dengan garis-garis tipis hifa, dibandingkan dengan jamur yang hifanya terlihat sangat jelas dan bakteri yang tidak memiliki hifa. Ekstraksi Pelarut Kaldu fermentasi (fermentation broth) disentrifuse dingin selama 20 menit dengan kecepatan 8000 rpm. Supernatan diambil dan disimpan dalam refrigerator, sedangkan biomassa dicuci 1 kali dengan akuades kemudian disentrifuse dingin kembali selama 25 menit. Filtrat dibuang dan biomassanya disimpan dalam refrigerator sebelum digunakan. Supernatan Supernatan yang diperoleh diukur volume totalnya, kemudian dicampurkan pelarut dengan perbandingan 1:1. Setelah itu dikocok dengan shaker selama 60 menit dengan kecepatan 300 rpm (Abdel-Raouf & Ibraheem, 2008) dan dipisahkan dengan corong pisah. Apabila terbentuk 3 endapan atau busa putih, maka disentrifuse kembali, endapannya dibuang dan supernatannya diambil sebagai fase organik. Biomassa Sebelum diekstraksi, sampel biomassa disonikasi terlebih dahulu selama 30 menit. Biomassa dilarutkan dalam pelarut dengan perbandingan 1:10 (tiap 1 g dalam 10 ml pelarut), kemudian dikocok selama 30 menit dengan shaker, kecepatan 300 rpm. Setelah itu dipisahkan dalam corong pisah, fase organiknya diambil sedangkan fase airnya dibuang. Untuk biomassa yang tidak larut dalam pelarut, pada saat sonikasi dilarutkan terlebih dahulu dengan akuades, setelah itu baru dicampurkan pelarut 2x volume akuades dan dikocok dengan shaker selama 60 menit. Apabila terjadi endapan atau busa putih, maka dilakukan perlakukan yang sama seperti pada sampel supernatan. Sonikasi Substrat fermentasi dimasukkan dalam tabung sentrifuse yang diletakkan dalam gelas beaker berisi es. Kemudian batang logam sonikator dimasukkan ke dalamnya hingga berjarak ± 1 cm dari dasar tabung sentrifuse. Sonikasi dilakukan selama 30 menit, setiap 30 detik berhenti 10 detik, dengan kekuatan ultrasonik 7 MHz. Uji Aktivitas Antimikroba Uji aktivitas antimikroba dilakukan menggunakan metode difusi agar, mikroba uji yang telah ditumbuhkan dipipet berdasarkan jumlah selnya ke dalam media NA, diaduk dengan stirer kemudian dituang dalam cawan petri dan dibiarkan mengeras. Masing-masing ekstrak dalam metanol diteteskan setiap 10 µl di atas kertas cakram 6 mm. Kertas cakram didiamkan ± 15 menit hingga metanol menguap. Setelah itu, masing-masing kertas cakram ini diletakkan dalam cawan petri pada jarak tertentu, sesuai dengan penomoran pada dasar petri, untuk memudahkan pengamatan. Cawan petri berisi kertas cakram ini kemudian didifusikan dalam refrigerator selama ± 2 jam, setelah itu dimasukkan dalam inkubator selama 2x24 jam pada suhu 37 0C (Abdel-Raouf & Ibraheem, 2008). Pengamatan dilakukan pada hari pertama (setelah 1x24 jam) dan hari kedua (setelah 2x24 jam). Isolat dengan aktivitas tertinggi memiliki diameter zona bening terluas dan tidak parsial. Analisis Data Analisa data dilakukan secara deskripsi kualitatif dengan penentuan aktivitas berdasarkan pada besarnya zona penghambat terhadap mikroba uji. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, ekstraksi senyawa antibiotik dari isolat Streptomyces bacillaris AY999817 dilakukan dengan cara fermentasi isolat dalam media BY, kemudian dipisahkan antara 4 biomassa dan supernatan. Dipisahkan antara biomassa dan supernatan dengan tujuan untuk mengetahui jenis metabolit sekunder yang dihasilkan, ekstraseluler atau intraseluler. Menurut suwandi (1990), apabila produk disekresikan ke dalam medium (ekstrasel), bagian cairan dapat langsung diambil dan diekstraksi pada proses berikutnya, atau ekstraksi dapat langsung dilakukan tanpa memisahkan biomassa sel dan cairan media. Sedangkan metabolit intraseluler dalam proses perlakuannya lebih rumit jika dibandingkan dengan metabolit ekstraseluler, karena harus memisahkan antara biomassa dan supernatan terlebih dahulu, namun untuk pemurniannya cenderung lebih murni, sehingga lebih mudah digunakan untuk elusidasi struktur senyawa aktif. Setelah dipisahkan antara biomassa dan supernatan, selanjutnya dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut butanol dan ekstrak cair dalam butanol hasil ekstraksi dipekatkan untuk memperoleh ekstrak kering. Digunakan pelarut butanol karena pada penelitian sebelumnya, pelarut butanol telah terbukti dapat mengekstrak senyawa antibiotik dari isolat Streptomyces dengan zona penghambatan cukup besar terhadap antimikroba. Tabel 2. Tabel Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Antimikroba Zona Hambat (mm) Perlakuan SA BS PA EC Biomassa 27,76 25,51 24,50 30,32 Supernatan 10,67 9,32 12,07 10,45 19,84 15,16 19,07 16,32 - - - - Rifampisin 500 ppm (kontrol positif bakteri) Butanol (kontrol negatif) Keterangan: SA (Staphylococcus aureus), BS (Bacillus subtilis), PA (Pseudomonas aeruginosa), EC (Escherichia coli). Tanda (-) menunjukkan tidak ada aktivitas penghambatan; ukuran kertas cakram = 6mm. Ekstrak kering kemudian dilarutkan dalam metanol, karena metanol merupakan pelarut yang dapat melarutkan hampir semua jenis senyawa, sehingga diharapkan ekstrak kering yang diperoleh dapat terlarut sempurna. Ekstrak dalam metanol ini kemudian diuji aktivitasnya terhadap bakteri uji menggunakan metode difusi agar. Hasil uji aktivitas antibakteri senyawa antibiotik yang dihasilkan oleh isolat Streptomyces bacillaris AY999817 ditunjukkan pada Tabel 2. 5 Gambar 2. Diagram Batang Zona Penghambatan Bakteri Uji (1) (2) (3) (4) Gambar 3. Hasil Uji Aktivitas Isolat BioMCC-00042 untuk (1). bakteri Staphylococcus aureus, (2). Bakteri Bacillus subtilis, (3). Bakteri Echerichia coli, (4). Bakteri Pseudomonas aeruginosa Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa senyawa antibiotik yang dihasilkan memiliki zona penghambatan terhadap bakteri uji yang digunakan, yang berarti senyawa antibiotik yang dihasilkan terbukti memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Dari Gambar 2. terlihat dengan jelas besarnya zona hambat bakteri dari ekstrak biomassa lebih besar dibandingkan ekstrak supernatan, sehingga dapat disimpulkan senyawa antibiotik yang dihasilkan termasuk metabolit intraseluler, yaitu yang dihasilkan dari dalam sel. 6 Isolat Streptomyces bacillaris AY999817 merupakan isolat endofit, karena diisolasi dari jaringan batang tanaman urang aring. Petrini dkk. (1992) menyatakan bahwa endofit merupakan mikroorganisme yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dalam jaringan hidup tanaman inang dan menurut de Araujo et al. (1999), mikroorganisme endofit memiliki habitat pada bagian dalam tanaman, melindungi tanaman inang dari serangga dan penyakit, dan mereka dapat menghasilkan substansi farmasi berharga untuk kepentingan bioteknologi. UCAPAN TERIMAKASIH Proyek penelitian ini didukung secara finansial oleh Balai Pengkajian Bioteknologi– BPPT, Kawasan Puspiptek Gedung 630, Serpong Tangerang dan dan Program Beasiswa Double Degree BKPLN DEPDIKNAS Republik Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Abdel-Raouf, N. and Ibraheem, I.B.M. 2008. Antibiotic Activity of Two Anabaena Species Againts Four Fish Pathogenic Aeromonas Species. African Journal of Biotechnology. 15: 2644-2648. Ahmed, A.A. 2007. Production of Antimicrobial Agent by Streptomyces violachromogenes. Saudi Journal of Biological Sciences 14: 7-16. Broz, J. and Paulus, C. 2007. Benzoic acid – a new additive for swinew feed. International Pig Topics. Vol. 20, No. 7. Dooley, D.P., Tyler, J.R, Wortham, W.G, Harrison, L.S. and Starnes, Jr. W.F. 2003. Prolonged Stability of Antimicrobial Activity in Peritoneal Dialysis Solution. Peritoneal Dialysis International. 23: 58–62. Han, W.C., Lee, J.Y, Park, D.H, Lim, C.K. and Hwang. B.K. 2004. Isolation and Antifungal and Antioomycete Activity of Streptomyces scabiei Strain PK-A41, the Causal Agent of Common Scab Disease. Plant Pathol. J. 20: 115-126. Kavitha and Vijayalakshmi, M. 2007. Studies on Cultural, Physiological and Antimicrobial Activities of Streptomyces rochei. Journal of Applied Sciences Research. 3 : 2026-2029. Lucas, E.M.F., de Castro, M.C.M. and Takahashi. J.A. 2007. Antimicrobial Properties of Sclerotiorin, Isochromophilone VI dan Pencolide, Metabolit from Brazilian Cerrado Isolate of Penicillium sclerotiorum Van Beyma. Brazilian Journal of Microbiology. 38: 785-789. Moncheva, P. S. Tishkov, N. Dimitrova, V. Hipeva, S. Antonova-Nikolova. And Bogatzevska, N. 2002. Characteristics of Soil Actinomycetes From Antartica. J. Cult. Collect. 3: 3-14. 7 Sarhan, A.A. 2007. Mutagenic Activity of N-butyl and N-Hexyl Azide in the Salmonella Muatgenicity Test (Ames Test). Journal of Applied Sciences Research. 3(9): 886-889. Stermitz, F.R., Lorenz, P, Tawara, J.N, Zenewicz, L.N. and Lewis, K. 1999. Synergy in a Medicinal Plant: Antimicrobial Action of Berberine Potentiated by 5*- Methoxyhydnocarpin, a Multidrug Pump Inhibitor. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 97(4): 1433-1437. Wibbertmann, A., Kielhorn, J, Koennecker, G, Mangelsdorf, I. and Melber, V. 2005. Benzoic Acid and Sodium Benzoat. Concise International Chemical Assessment Document 26. 8