Uploaded by User12402

Bab 6- STANDARD COSTS

advertisement
POKOK BAHASAN 6
STANDARD COSTS : PENGUKURAN KINERJA
STANDARD DAN STANDARD COSTS
Standar biasa disebut sebagai aturan atau regulasi (regulations). Standar
ditetapkan secara internal oleh suatu organisasi untuk dipenuhi atau dicapai. Contohcontoh standar adalah ethical codes of conduct, quality control standards for products
(standar pengendalian mutu produk), standard costs for goods and services (biaya standar
untuk produk barang dan jasa).
Dalam akuntansi manajerial, standard costs adalah biaya perunit produk yang
telah ditetapkan sebelumnya (predetermined). Standard cost digunakan sebagai alat
pengendalian biaya. Jika actual cost melebihi standar berarti biaya kurang terkendali.
Sebaliknya jika actual cost lebih rendah dari standar berarti biaya terkendali.
Untuk mengendalikan biaya dan untuk mengoptimalkan outputnya manajer
membuat keputusan yang berhubungan dengan biaya input (Direct Material, Direct
Labor, dan Manufacturing Overhead). Biaya dibentuk oleh harga dan kuantitas
penggunaan input. Oleh karena itu, dalam hal pengendalian biaya, manajer
mengendalikan harga dan kuantitas pemakaian input.
Manajer mengharapkan
pembayaran yang lebih rendah atas Direct Material (DM), Direct Labor, dan
Overhead tetapi dengan kualitas
yang ditetapkan atau
distandarkan oleh manajemen. Disamping
itu, manajer juga mengharapkan kuantitas
pemakaian DM dan waktu kerja yang lebih
efisien tetapi tetap menghasilkan output atau
produk berkualitas sesuai dengan harapan
manajer. Dengan demikian perusahaan
Untuk
mengendalikan
harga dan kuantitas
pemakaian input
kebanyakan
perusahaan
menggunakan
standard cost.
akan memperoleh profit margin yang besar.
Manfaat Penggunaan Standard costs
Dengan menggunakan biaya standar perusahaan memperoleh beberapa manfaat
yaitu:
1.
Memfasilitasi perencanaan manajemen
2.
Meningkatkan kondisi ekonomi perusahaan dengan cara “cost-conscious”
63
3.
Bermanfaat dalam penetapan harga jual produk.
4.
Membantu manajemen dalam pengendalian karena menjadi dasar untuk
mengevaluasi pengendalian biaya.
5.
Membantu manajemen melihat varian-varian yang memerlukan perhatian
khusus (management by exception)
6.
Menyederhanakan perhitungan persediaan dan mengurangi biaya-biaya klerikal.
STANDARD COST SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA TRADISIONAL
Jika kinerja manajer dalam lingkungan perusahaan kontemporer adalah
berdasarkan kemampuan manajer dalam mengendalikan mutu produk, maka secara
tradisional kinerja manajer diukur berdasarkan kemampuannya dalam mengendalikan
biaya.
Dalam lingkungan tradisional, Kemampuan manajer dalam mengendalikan biaya
menunjukkan bahwa kinerja manajer adalah baik. Sebaliknya, jika biaya tidak dapat
dikendalikan atau di atas standar maka kinerja manajer adalah buruk. Meskipun standard
cost adalah alat pengukur kinerja tradisional, namun masih digunakan oleh kebanyakan
perusahaan pada saat ini.
STANDARD COSTS DAN BUDGET
Persamaan antara Standard dan Budget
1.
Keduanya adalah predetermined costs.
2.
Keduanya membantu dalam management planning and control.
Perbedaan antara Standard dan Budget
1.
Standar ditetapkan untuk unit sedangkan budget ditetapkan untuk total. Standar
cost adalah budgeted cost perunit produk.
Contoh:
- direct labor perunit produk adalah Rp 100.000,- (adalah
standard
cost).
- direct labor untuk memproduksi 5000 unit dapat ditetapkan sebesar
Rp 500.000.000,- (adalah budget direct labor)
2.
Standard cost
adalah salah satu sistem akuntansi biaya. Perusahaan dapat
menetapkan harga pokok produksi dan persediaan berdasarkan harga pokok standar.
64
MENETAPKAN BIAYA STANDAR
Untuk menentukan besarnya biaya standar perunit produk dibutuhkan masukan
dari seluruh pihak yang bertanggungjawab biaya dan kuantitas. Sebagai contoh, dalam
menetapkan biaya standar untuk direct material (bahan baku) manajemen dapat
berkonsultasi dengan purchasing agents, product managers, quality control engineers,
dan production supervisor.
Managerial accountant
memberikan masukan kepada
manajemen berdasarkan data biaya historis dan menjelaskan tentang respon/prilaku biaya
terhadap perubahan tingkat aktivitas. Dalam menentukan standar biaya, ada 2 (dua) jenis
standar yang dikenal, yaitu:
1. Standar ideal /Teoritis
2. Standar Normal/Praktek
Standar Ideal dan Standar Normal/Praktek
Standar ideal adalah tingkat optimal kinerja yang dapat dicapai dalam kondisi
operasi yang sempurna. Sedangkan standar normal adalah tingkat efisiensi kinerja yang
dapat dicapai dalam kondisi operasi yang diharapkan. Standar ideal sangat sulit dicapai
karena tidak mempertimbangkan kendala-kendala praktis. Kendala-kendala praktis ini
antara lain misalnya kemungkinan kerusakan mesin, atau waktu istirahat para tenaga
kerja. Oleh karena itu, perusahaan kebanyakan menerapkan kendala normal, yaitu
menetapkan standar dengan mempertimbangkan kendala-kendala praktis. Contoh-contoh
penggunaan standar normal dalam menetapkan biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja
langsung, dan overhead variable dapat dilihat sebagai berikut:
Menetapkan Direct Material Standard
Standar biaya bahan baku ditentukan oleh dua hal yaitu:
1. Direct Materials price standard (standar harga bahan baku) yaitu harga/biaya
perunit bahan baku yang seharusnya. Harga standar ini diperoleh dari hasil
estimasi harga/biaya terbaik dari departemen pembelian berdasarkan harga
sekarang. Harga/biaya bahan baku meliputi harga perolehan dan biaya-biaya
yang berhubungan dengan pembelian seperti biaya angkut, biaya penyimpanan,
dan lain-lain.
Contoh:
PT. Segar memproduksi minuman kaleng jus melon. Bahan baku
melon ditetapkan dengan standar sebagai berikut:
65
Tabel 6.1. Standar harga bahan baku
Item
Purchase price, net of discounts
Harga/kg
Rp. 11.000,-
Freight
2.000,-
Receiving and handling
1.000,-
Standard direct materials price perkg
Rp. 14.000,-
2. Direct Material quantity standard (standar kuantitas bahan baku) yaitu kuantitas
bahan baku yang seharusnya digunakan untuk setiap unit barang jadi. Standar
kuantitas bahan baku ini meliputi kuantitas yang dibutuhkan dan allowance for
waste and spoilage.
Contoh:
Untuk menghasilkan 1 kaleng jus melon perusahaan menggunakan
bahan baku dengan standar kuantitas per kaleng ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 6.2. Standar kuantitas pemakaian bahan baku
Required materials
Item
Quantity /kg
3.5
Allowance for waste
0.4
Allowance for spoilage
0.1
Standard direct materials quantity / kaleng jus
4.0
Biaya bahan baku standar (standard direct material cost) adalah hasil perkalian
antara standar harga perunit bahan baku dengan standar kuantitas bahan baku perunit
barang jadi. Dengan demikian biaya bahan baku standar adalah Rp. 14.000,-/kg x 4.0
kg/kaleng produk = Rp. 64.000,- per kaleng produk.
Menetapkan Direct Labor Standar
Standar biaya tenaga kerja langsung ditentukan oleh dua hal yaitu:
1. Direct labor price standard (tarif tenaga kerja per jam yang seharusnya. Tarif ini
didasarkan pada tarif upah sekarang, dengan menyesuaikan dengan perubahan
biaya hidup, pajak karyawan, cuti karyawan, dll.
Contoh: PT. Segar mempekerjakan karyawan yang upahnya dibayarkan tarif per
jam kerja. Adapun tarif tenaga kerja per jam ditetapkan dengan standar sebagai
berikut:
66
Tabel 6.3. Standar tarif tenaga kerja langsung
Item
Price (Rp)
4.000
Hourly wage rate
Cost of living adjustments
1.000
Payroll taxes
100
Fringe benefits
300
Standard direct labor rate per hour
5.400
2. Direct Labor quantity standard (standar jumlah jam kerja) adalah jumlah waktu
yang seharusnya digunakan untuk menyelesaikan satu unit produk. Standar ini
secara khusus dibutuhkan bagi perusahaan yang menerapkan tarif upah. Dalam
penetapan standar jumlah jam kerja perlu juga dipertimbangkan mengenai waktu
istirahat, setup mesin, dan lain-lain.
Tabel 6.4. Standar kuantitas jam kerja langsung
Item
Quantity (Hours)
1.5
Actual production time
Rest periodic and cleanup
0.2
Setup and downtime
0.3
Standard direct labor hours per kaleng
2.0
Biaya tenaga kerja langsung standar adalah hasil perkalian antara tarif tenaga
kerja dikalikan dengan jumlah jam tenaga kerja standar. Dengan demikian biaya tenaga
kerja standar untuk contoh di atas adalah
Rp. 5.400,- x 2 jam per unit produk =
Rp. 10.800 per kaleng produk.
Menetapkan Manufacturing Overhead Standar
Biaya overhead pabrik terdiri atas dua, yaitu overhead variable dan overhead
fixed. Untuk membuat standar digunakan tarif overhead ditentukan dimuka (a standard
predetermined overhead rate). Tarif overhead ini ditentukan dengan cara:
biaya overhead
--------------------------------------------------------index aktivitas standar yang diharapkan.
67
Index aktivitas ini sebagai contoh, misalnya jam tenaga kerja langsung standar
atau jam mesin standar, dan lain-lain.
Contoh penentuan tarif overhead standar:
PT. SEGAR menggunakan jam tenaga kerja standar sebagai index aktivitas.
Perusahaan merencanakan untuk memproduksi 2.000 kaleng jus melon. Setiap kaleng jus
melon membutuhkan 2 jam tenaga kerja langsung. Dengan demikian untuk memproduksi
2.000 kaleng jus melon dibutuhkan 4.000 jam TKL (2jam x 2.000 kaleng). Pada tingkat
aktivitas ini perusahaan menganggarkan overhead costs sebesar Rp. 8.000.000,- yang
terbagi atas Rp 6.000.000,- variable cost dan Rp 2.000.000 adalah fixed cost.
Berdasarkan data tersebut di atas maka tarif overhead per jam TKL adalah sebagai berikut:
Tabel 6.5. Standar biaya overhead
Budgeted Overhead
Amount
Costs
Variabel
Rp 6.000.000
Standard Direct
Labor Hours
4.000 jam
Fixed
2.000.000
4.000 jam
Total
Rp. 8.000.000
4.000 jam
Overhead Rate per
Direct Labor Hour
Rp 1.500
500
Rp
2.000
Tarif overhead standar perunit adalah predetermined overhead rate dikalikan
dengan activity index quantity standard. Dalam hal ini, PT. Segar yang menggunakan
direct labor hour sebagai index aktivitasnya, maka tarif variable overhead standar
perkaleng jus melon adalah Rp 3.000 ( Rp 1.500 x 2 jam direct labor), dan tarif fixed
overhead standar per kaleng jus melon adalah Rp 1000 (Rp. 500 x 2 jam).
Setelah menghitung standar direct material, direct labor, dan manufacturing
variabel overhead, maka dapat ditetapkan standard cost perkaleng produk. Standard cost
perkaleng disampaikan kepada manajer dalam bentuk standard cost card seperti berikut
ini:
Tabel 6.6. Standard Cost Card – Variable Production Cost
Elemen-elemen
Input
Direct Material
Standard X Standard
Quantity
Price
Standard Cost
4 kg
Rp 14.000
Rp. 64.000.
Direct Labor
2 jam
Rp. 5.400
Rp. 10.800
Variable Overhead
2 jam
Rp
Rp. 3.000
Rp.77.800per kaleng
1.500
68
VARIANCE ANALYSIS
Pengertian Variance dan Variance Analysis
Variance adalah perbedaan antara actual costs dengan standard costs.
Jika
actual costs lebih tinggi dari pada standard costs maka variance ini adalah unfavorable.
Sebaliknya jika actual cost lebih rendah dari standard costs maka variance ini adalah
favorable.
Unfavorable memiliki konotasi yang negatif karena menunjukkan bahwa harga
atau pembayaran terlalu mahal atau dapat juga menunjukkan bahwa terjadi inefisiensi
dalam proses produksi. Sebaliknya, favorable memiliki konotasi yang positif karena
menunjukkan efisiensi dalam proses produksi baik dalam biaya maupun kuantitas
penggunaan direct material, direct labor, atau manufacturing overhead.
Variance Analysis adalah analisis yang digunakan untuk menginterpretasikan
dengan tepat signifikansi dari suatu variance. Analisis dilakukan untuk mengetahui
elemen-elemen biaya mana yang mengalami penyimpangan.
Management By Exception
Standard costs meliputi: (1) quantity standard dan (2) cost/price standard.
Quantity standard menunjukkan berapa banyak elemen-elemen input (DM,Dl, dan MO)
yang seharusnya digunakan dalam memproduksi produk atau jasa. Sedangkan cost
standard menunjukkan berapa harga/biaya material dan biaya waktu yang seharusnya
digunakan.
Quantity standard dan Cost standard akan dibandingkan dengan actual quantity
dan actual cost untuk melihat apakah operasi perusahaan berjalan dalam batas-batas yang
ditetapkan oleh manajemen. Jika actual quantity atau actual cost melampaui batas-batas
yang ditetapkan oleh manajemen maka manajemen akan memberikan perhatian yang
lebih besar atau menyarankan kepada manajer terkait untuk memfokuskan perhatiannya
atau bekerja lebih baik. Proses ini disebut management by exception.
Model Umum Variance Analysis
Secara umum variance adalah perbedaan antara (1) price standard dan actual
price, dan (2) quantity standard dan actual quantity. Perbedaan antara price standard
dan actual price disebut price variance sedangkan perbedaan antara quantity standard
dan actual quantity disebut quantity variance. Model ini berlaku untuk varable costs
(yaitu: direct material, direct labor, dan variable overhead) meskipun tidak semua
elemen-elemen cost tersebut menggunakan nama price dan quantity.
69
Untuk mengukur kemampuan manajer dalam mengendalikan biaya, analisis
variance hanya dilakukan pada biaya-biaya variable karena biaya-biaya variable inilah
yang dapat dikendalikan.
VARIANCE ATAS ELEMEN-ELEMEN BIAYA PRODUKSI
Direct Material Variance
Pengendalian biaya DM meliputi pengendalian harga DM dan pengendalian
kuantitas penggunaannya dalam proses produksi. Secara umum tanggung jawab atas
pengendalian biaya DM dapat diarahkan kepada dua manajer, yaitu manajer pembelian
dalam hal negosiasi harga dan manajer produksi dalam hal penggunaan DM.
Untuk
menghitung varian, kita kembali pada data standar DM (hal. 7) yaitu 4 kg x Rp 14.000 =
Rp 64.000,- per kaleng jus.
1) Jika diasumsikan bahwa:
a) Pembelian DM selama Januari adalah 8.050 kg (harga Rp 13.600,-/kg)
b) Kuantitas DM yang dibeli sama dengan kuantitas yang digunakan dalam produksi,
maka Price Variance dan Quantity Variance adalah:
Skema 6.2. Direct Material Variance
Actual Quantity DM pada
Actual Price
(AQ x AP)
8.050 kg x Rp 13.600,- =
Rp 109.480.000,-
Actual Quantity DM pada
Standard Price
(AQ x SP)
8.050 kg x Rp 14.000 = Rp
112.700.000,-
PRICE VARIANCE
(AQ x AP) – (AQ x SP) =
AQ (AP – SP)=
8.050 (Rp 13.600 – Rp 14.000)
=
Rp 3.220.000,- F
Standard Quantity DM
pada Standard Price
(SQ x SP)
* 8.000 kg x Rp 14.000 =
Rp. 112.000.000,-
QUANTITY VARIANCE
(AQ x SP) – (SQ x SP) =
(AQ - SQ) SP =
(8.050 - 8.000) Rp 14.000,- =
Rp 700.000,- U
TOTAL VARIANCE = Rp. 3.220.000 F – Rp. 700.000 U
= Rp. 2.520.000,- F
* 8.000 kg = 4 kg x 2.000 kaleng jus
F = Favorable , U = Unfavorable
2) Jika diasumsikan bahwa:
a) Kuantitas pembelian DM tidak sama dengan kuantitas pemakaian dalam proses
produksi.
b) Kuantitas pembelian DM adalah 8.000 kg dengan harga Rp. 13.600,- tetapi
jumlah yang diproduksi adalah 1.500 kaleng jus dengan kuantitas pemakaian DM
adalah 6.030 kg, maka Price Variance dan quantity variance-nya adalah:
70
Skema 6.3. Direct Material Variance (kuantitas pembelian berbeda dengan
kuantitas pemakaian)
Actual Quantity DM pada
Actual Price
(AQ x AP)
Actual Quantity DM pada
Standard Price
(AQ x SP)
Standard Quantity DM
pada Standard Price
(SQ x SP)
8.000 kg x Rp 13.600 =
Rp 108.800.000,-
8.000 kg x Rp 14.000 =
Rp 112.000.000,-
*6.000 kg x Rp
14.000,- = Rp.
84.000.000,-
PRICE VARIANCE
(AQ x AP) – (AQ x SP) =
AQ (AP – SP)=
8.000 kg (Rp 13.600 –
Rp 14.000) = 3.200.000,- F
Actual Quantity DM pada
Standard Price
(AQ x SP)
6.030 kg x Rp 14.000 =
Rp 84.420.000,-
QUANTITY VARIANCE
(AQ x SP) – (SQ x SP) =
(AQ - SQ) SP =
(6..030 - 6.000) Rp 14.000 =
Rp 420.000,- U
* 6000 kg = 4 kg x 1500 kaleng jus.
Siapakah yang bertanggungjawab atas varian ini?
Manajer pembelian bertanggungjawab terhadap pengendalian harga material,
Akan tetapi, meskipun harga sudah dikendalikan, ada factor di luar kendali manajer
pembelian yang mempengaruhi harga tersebut, antara lain adalah: ukuran material yang
dibeli, metode pengangkutan yang dipilih, jumlah discount, rush order, atau kualitas
material yang dibeli.
Faktor-faktor tersebut perlu diantisipasi. Untuk mengantisipasinya memerlukan
kerja sama yang baik dengan manajer lain yang terkait. Sebagai contoh, penjadwalan
produksi yang dirancang lebih awal oleh manajer produksi akan memberikan peluang
71
bagi manajer pembelian untuk memilih metode pengangkutan yang lebih murah atau
memungkinkan penggunaan model EOQ dalam praktek pembeliannya. Misalnya, Jasa
angkutan kapal lebih ekonomis dari pada angkutan truk, tetapi membutuhkan waktu
tunggu yang lebih lama. Jika jadwal produksi sudah sangat dekat, maka jasa angkutan
kapal tidak memungkinkan lagi untuk dipilih sehingga manajer pembelian akan memilih
jasa angkutan truk yang lebih mahal tetapi waktu tunggunya lebih pendek. Dengan
demikian mengakibatkan biaya pembelian material menjadi lebih besar.
PERFORMANCE REPORT (LAPORAN KINERJA)
Di bawah ini ditunjukkan format laporan kinerja Departemen pembelian dan
Departemen produksi.
Tabel 6.7.
PT. SEGAR
Item
Purchased
Material A
Laporan Kinerja – Departemen Pembelian
Quantity
Actual Price
Standard
Difference in
Purchased
(2)
Price
Price
(1)
(3)
(4 = 2-3)
8.200 pound
Rp 2,8
Rp 3,0
Rp 0,2
Total Price
Variance
(5 = 4 x 1)
Rp 1.640,- F
Price Variance di atas menunjukkan angka yang favorable tetapi perlu dijelaskan
penyebabnya. Sebagai contoh, material yang dibeli adalah material yang kualitasnya lebih
rendah.
Tabel 6.8.
PT. SEGAR
Laporan Kinerja – Departemen Produksi
Type of
Material
Material A
Standard
Price
Actual
Quantity
(1)
(2)
Rp 3
8.200 pounds
Standard
Quantity Allowed
(3)
8.000 pounds
Difference in
Quantity
Total Quantity
Variance
(4 = 2-3)
(5 = 4 x 1)
200 pounds
Rp 600 U
Laporan kinerja ini juga perlu dijelaskan penyebab unfavorable, sebagai contoh
penyebabnya adalah bahwa kualitas material tidak sesuai dengan syarat produksi.
Direct Labor Variances
Pengendalian biaya direct labor meliputi labor rate variance dan Labor
efficiency variance. Untuk melakukan perhitungan varian untuk labor ini kita kembali
72
pada contoh PT. SEGAR dengan data standard cost direct labor perunit produk atau per
kaleng jus adalah sebagai berikut:
2 hours x $ 10 = $ 20 per kaleng jus
Jika diasumsikan bahwa selama bulan Januari 2006 perusahaan memproduksi
2.000 kaleng jus dan mencatat sebanyak 3.900 hours untuk menyelesaikannya. Total
Actual DL costnya ternyata adalah $ 40.560,- atau $ 10,4 per kaleng produk. Rate
Variance dan Efficiency Variance dapat dihitung seperti pada skema 6.4.
Labor rate variance sebenarnya jarang terjadi karena rate pembayaran labor didasari oleh
kontrak kerja sebelumnya. Akan tetapi jika pekerjaan tertentu membutuhkan DL yang
terampil atau terlatih maka pada umumnya perusahaan harus membayar dengan rate yang
lebih tinggi disbanding DL yang kurang terampil atau kurang terlatih. Jika perusahaan
menetapkan standar rate berdasarkan standar karyawan yang kurang terlatih maka akan
menimbulkan rate variance yang unfavorable. Namun pada umumnya karyawan terlatih
dapat mengerjakan pekerjaannya dengan lebih cepat atau lebih efisien. Jika ini terjadi
maka efficiency variance akan favorable.
Skema 6.4. Direct Labor Variance
Actual Hours DL pada
Actual Rate
(AH x AR)
Actual Hours DL pada
Standard Rate
(AH x SR)
Standard Hours DL pada
Standard Rate
(SH x SR)
3.900 H x $ 10,4 =
$ 40.560,-
3.900 H x $ 10 =
$ 39.000,-
4.000 H*x $ 10 =
$ 40.000,-
RATE VARIANCE
EFFICIENCY VARIANCE
(AH x AR) – (AH x SR) =
AH (AR – SR) =
(AH x SR – (SH x SR) =
(AH - SH) SR =
3.900 ($ 10,4 – $ 10) =
$ 1.560 U
(3.900 - 4.000) $ 10 =
$ 1.000 F
TOTAL VARIANCE = $ 1.560 U – $ 1.000 F = $. 560 U
Variable Overhead Variances
Variable overhead variance meliputi Spending variance dan Efficiency Variance.
Untuk melihat ilustrasi perhitungan variannya kita melihat kembali data sebelumnya yaitu
variable overhead standar perunit produk sebagai berikut:
73
2 jam X Rp 5 per jam DL = Rp 10,- per unit
Jika diasumsikan dalam bulan Januari 2006 total actual variable overhead cost
untuk memproduksi 2000 unit produk adalah Rp 18.720 dengan actual jam DL adalah
3.900 jam, atau Rp 4,8 per jamDL. Dengan demikian varible overhead variance adalah
sebagai berikut:
Skema 6.5. Variable Overhead Variances
Actual Hours DL pada
Actual Rate
(AH x AR)
Actual Hours DL pada
Standard Rate
(AH x SR)
Standard Hours DL pada
Standard Rate
(SH x SR)
Rp. 18.720
3.900 H x Rp 5 =
Rp. 19.500,-
4.000 H*x Rp 5 =
$ 20.000,-
SPENDING VARIANCE
EFFICIENCY VARIANCE
(AH x AR) – (AH x SR) =
AH (AR – SR) =
(AH x SR – (SH x SR) =
(AH - SH) SR =
Rp. 18.720 - Rp. 19.500 =
$ 780 F
(3.900 - 4.000) Rp 5 =
Rp 500 F
TOTAL VARIANCE = $ 780 F + $ 500 F = $. 1.280 F
* 4000 H = 2 H x 2000 unit produk
Tingkatan Laporan Kinerja
Laporan kinerja yang dibuat setelah menghitung varian dimulai dari bawah ke
atas, yaitu manjer setiap tingkatan akan menerima informasi varian dari manajer-manajer
(pusat pertanggungjawaban) tingkat bawah yang merupakan bagian tanggung jawabnya.
Informasi varian mengalir dari satu tingkat manajer ke tingkat berikutnya yang lebih
tinggi membentuk sebuah piramida yang puncaknya adalah presiden. Presiden akan
menerima semua informasi dari seluruh aktivitas organisasi.
Jika manajer ingin mengetahui penyebab terjadinya variance maka manajer dapat
menanyakan secara detail laporan kinerja yang telah disiapkan tersebut oleh manajer
tingkat bawah sesuai dengan kegiatan setiap departemen.
74
Sebagai contoh, aliran informasi ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Skema 6.6 : Tingkatan Laporan Kinerja
Budget
Actual
Variance
x
$ 26.000
x
x
x
x
$ 29.000
x
x
x
x
$ 3.000 U
x
x
x
$ 54.000
$ 61.000
$ 7.000 U
Budget
Actual
Variance
x
x
$ 11.000
x
x
x
$12.500
x
x
x
$ 1.500 U
x
$ 26.000
$ 29.000
$ 3.000 U
Budget
Actual
Variance
x
$ 5.000
x
x
$ 5.800
x
x
$ 800 U
x
$ 11.000
$ 12.500
$ 1.500 U
Budget
Actual
Variance
x
x
x
x
x
x
x
x
x
$ 5.000
$ 5.800
$ 800 U
Responsibility Centre:
Sales Manager
Production superintendent
Engineering head
Personnel supervisor
Controller
Responsibility Centre:
Cutting department
Machining department
Finishing department
Packaging department
Responsibility Centre:
Sanding operation
Wiring operation
Assembly operation
`
Variable Cost:
Direct Material
Direct Labor
Variable Overhead
VARIANCE ANALYSIS DAN MANAGEMENT BY EXCEPTION
Sebagaimana dikemukakan pada bagian awal bab ini, management by
exception adalah perhatian manajemen yang diarahkan pada bagian-bagian organisasi
yang tidak berjalan normal sebagaimana yang direncanakan atau yang distandarkan atau
terjadi varian yang signifikan. Konsep management by exception dapat dilakukan karena
adanya analisis varian dan laporan kinerja. Untuk mengontrol bagian-bagian yang
memerlukan perhatian dapat digunakan A Statistical Control Chart .
75
Gambar 6.1: Statistical Control Chart
•
Variance
0
Favorable
•
•
•
•
•
•
Unfavorable
•
•
•
•
•
2
3
4
5
-1
Standard
Deviation
•
•
1
+1
Standard
Deviation
•
•
6
7
8
9
1
1
1
1
1
1
1
0
1
2
3
4
5
6
week
Gambar di atas menjelaskan bahwa titik – titik variance pada minggu ke 6, 10, 14,
dan 15 melampaui batas deviasi yang diterima. Ke empat titik tersebut memerlukan
perhatian manajer (management by exception) untuk diketahui penyebab terjadinya
deviasi atau variance yang signifikan tersebut.
PERFORMANCE MEASURES IN AN AUTOMATED ENVIRONMENT (UKURAN
KINERJA DALAM LINGKUNGAN TEROTOMATISASI)
Perusahaan modern (lingkungan terotomatisasi) memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Labor cenderung merupakan biaya fixed sehingga labor variance kurang
signifikan. Labor efficiency variance hanya terjadi jika perusahaan melakukan
overproduce dan menciptakan persediaan yang tidak dibutuhkan.
2. Tujuan utama dari lingkungan manufaktur modern adalah lebih diarahkan untuk
meningkatkan kualitas produk dari pada hanya untuk menekan biaya. Menurut
pandangan manajer di lingkungan perusahaan modern, rendahnya harga material
disebabkan oleh rendahnya kualitas atau disebabkan karena manajer pembelian
memanfaatkan discount.
3. Proses manufaktur yang modern lebih reliable dan konsisten dengan lingkungan
otomatisasi.
76
Karakteristik di atas menyebabkan standard cost kurang sesuai untuk dijadikan
alat ukur kinerja. Namun demikian, alat ukur kinerja tradisional ini masih dapat dijumpai
dan dapat digunakan oleh manajemen jika dibutuhkan.
Tabel 6.9. Alat Ukur Kinerja dalam lingkungan terotomatisasi
Measures
Desired Change
Quality Control Measures
Number of warranty claims
Number of customer complaints
Number of defects
First-time pass rate
Field failure rate
Total quality cost
Decrease
Decrease
Decrease
Increase
Decrease
Decrease
Material Control Measures
Material as a percentage of total cost
Lead time
Scrap as a percentage of good pieces
Scrap as a percentage of total cost
Actual scrap loss
Decrease
Decrease
Decrease
Decrease
Decrease
Inventory Control Measures
Inventory turnover:
Raw materials (by type)
Finished goods (by product)
Number of inventoried items
Increase
Increase
Decrease
Machine Performance Measures
Percentage of machine availability
Percentage of machine downtime:
Setup time
Machine stops (breakdowns)
Preventative maintenance
Use as a percentage of availability
Setup time
Increae
Decrease
Increase
Decrease
Delivery Performance Measures
Percentage of on-time deliveries
Delivery cycle time
Throughput time, or velocity
Manufacturing cycle efficiency
Order backlog
Total throughput, or output rate
Increase
Decrease
Decrease
Increase
Decrease
Increase
77
Model Pengukuran Kinerja Balance Scorecard
1) Balance scorecard meliputi pengukuran kinerja terhadap empat perspektif, yaitu:
a) Perspektif customer (kepuasan customer)
b) Perspektif keuangan (kemampuan menghasilkan financial return memadai)
c) Perspektif proses bisnis intern (Apa yang harus dilakukan untuk mencapai
kepuasan costumer)
d) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (terus menerus menciptakan value
bagi customer)
Contoh penggunaan balanced scorecard
Sasaran Strategik (Strategic Objectives)
Ukuran Hasil (Outcome measures)
Perspektif customer
1) Meningkatnya kepercayaan costumer
Bertambahnya
customer
baru,
loyalitas customer
2) Bertambahnya produk dan jasa baru
Proporsi produk dan jasa baru dari
jumlah total produk dan jasa.
3) Meningkatnya value yang diperoleh Kecepatan respon terhadap customer
customer
Perspektif Keuangan
1) Meningkatnya financial returns
Kenaikan pangsa pasar
2) Meningkatnya pendapatan penjualan
Pertumbuhan pendapatan penjualan
3) Menurunnya biaya
Penurunan full costs
Perspektif Proses Bisnis/Intern
1) Meningkatkan
proses bisnis.
improvement
terhadap Kepuasan
customer
2) Menurunnya non-value-added activities
customer,
layanan
Kenaikan cycle activities
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
1) Meningkatnya produktivitas dan komitmen Jumlah personel yang dididik dan
personel
dilatih, Tingkat perputaran personel.
2) Meningkatnya kualitas organisasi
3) Meningkatnya
sarana
kualitas
prasarana
Boundaryless organization
dan Equipment idle time and downtime
Jumlah aplikasi baru yang dipasang
4) Meningkatnya kualitas system informasi dan diimplementasikan.
manajemen
Pertanyaan
1)
Diskusikan perbedaan antara anggaran biaya dan biaya standar .
78
2)
Mengapa pengalaman historis seringkali merupakan dasar yang kurang baik
untuk menetapkan standar?
3)
Haruskah standar ditetapkan melalui studi rekayasa teknik? Mengapa atau
mengapa
4)
tidak?
Apakah standar ideal itu? Apakah standar normal itu? Dari keduanya, mana yang
biasanya dipakai? Mengapa?
5)
Jelaskan mengapa sistem biaya standar digunakan?
6)
Bagaimanakah kalkulasi biaya standar meningkatkan fungsi pengendalian?
7)
Varians anggaran untuk biaya produksi variable dipecah menjadi varians
kuantitas dan harga. Jelaskan mengapa varians kuantitas lebih berguna untuk
tujuan pengendalian dibandingkan verians harga?
8)
Kapan seharusnya varians biaya standar diinvestigasi?
9)
Jelaskan
mengapa
varians
harga
bahan
seringkali
dihitung
pada
saat
pembelian dan bukan pada saat penggunaan?
10)
Varians penggunaan bahan biasanya merupakan tanggung jawab pengawas
produksi. Setujukah Anda? Mengapa?
11)
Berikan beberapa kemungkinan penyebab varians efesiensi tenaga kerja yang
tidak menguntungkan .
12)
Varians efesiensi overhead variable tidak mempunyai hubungan dengan
penggunaan overhead variable yang efisien . Setujukah Anda? Mengapa?
13)
Apakah penyebab varians volume yang tidak menguntungkan? Apakah varians
volume membawa sesuatu informasi yang berarti bagi manajer?
14)
Mana yang menurut anda lebih penting untuk pengendalian biaya overhead
tetap, varians pengeluaran atau varians volume? Jelaskan .
Soal 1
Informasi berikut terjadi di Wallace Shirt Company.
Standard Data
Material – 3 pieces at $2 per piece
Labor – 2 hours at $ 3 per hour
Per Unit
$6
6
Overhead:
Fixed – 2 hours at $ 2.50 per hour
5 ($50,000/10,000 units)
Variable – 2 hours at $4 per hour
8 ($80,000/10,000 units)
79
Actual Data
Material – 25,000 pieces of material were purchased at $2.10 per piece. 24,000 pieces of
material were used.
Labor – 17,000 hours at $2.50 per hour.
Overhead – Variable, $ 69,000; fixed, $ 43,000.
Actual units produced – 9,000.
Hitunglah:
1) Material purchase price variance
2) Material quantity (usage) variance
3) Labor rate variance
4) Labor efficiency variance
5) Variable overhead spending variance
6) Variable overhead efficiency variance.
80
Download